Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
MAKALAH SEMANTIK BAHASA INDONESIA PERUBAHAN MAKNA Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Semantik Bahasa Indonesia Dosen Pengampu Dewi Herlina, S.S., M.Pd. Kelompok 2 Oleh: Ahmad Fadl Alfian Sumadi 1510631080005 Dwi Septiyani R. 1510631080040 Fani Apriliawati 1510631080051 Fanny Nurhidayati 1510631080052 Ima Noerfadilla 1510631080072 Lukman Nulhakim 1510631080085 Nisa Noviyanti 1510631080110 Sekar Pertiwi 1510631080145 Tiara Putri Afifah 1510631080163 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas karunia-Nya, makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan syarat untuk melengkapi nilai tugas Mata Kuliah “Semantik Bahasa Indonesia.” Keberhasilan makalah ini tidak lain disertai referensi-referensi serta bantuan dari pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga memiliki kekurangan dan kesalahan, baik dalam penyampaian materi dan/atau penyusunan makalah. Penyusunan ini pula dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa/i mengenai materi. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah. Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun Karawang, 22 April 2017 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. .. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2 2.1 Perubahan Makna ........................................................................................ 2 2.1.1 Sebab-sebab Perubahan Makna ........................................................ 2 2.1.2 Jenis Perubahan ............................................................................... 12 BAB III SIMPULAN ..................................................................................... 13 3.1 Simpulan .................................................................................................... 13 3.2 Saran .......................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Kata semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu sema yang berarti tanda atau lambang dan semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Selain itu, telah disepakati bahwa kata semantik sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa di antaranya fonologi, gramatika, dan semantik. Untuk dapat memahami apa yang disebut makna atau arti, kita perlu menoleh kembali pada teori tentang linguistik yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure supaya maksud tersampaikan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan perubahan makna? 2. Apa saja sebab perubahan makna? 3. Apa saja jenis perubahan makna? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Agar mahasiswa/i mengetahui arti dari perubahan makna. 2. Agar mahasiswa/i mengetahui sebab-sebab perubahan makna. 3. Agar mahasiswa/i mengetahui jenis-jenis perubahan makna. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Perubahan Makna Dalam pembicaran terdahulu telah disebutkan bahwa makna sebuah kata secara sinkronis tidak akan berubah. Pernyataan ini menyiratkan juga pengertian bahwa jika secara sinkronis makna sebuah kata tidak akan berubah, secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah. Jadi sebuah kata yang pada waktu dahulu bermakna “A”, misalnya, maka pada waktu sekarang bisa bermakna “B”, dan pada waktu kelak mungkin bermakna “C” atau bermakna “D”. 2.1.1 Sebab-sebab Perubahan Makna a. Perkembangan dalam ilmu dan teknologi Adanya perkembangan konsep keilmuan dan teknologi dapat menyebabkan sebuah kata yang pada mulanya bermakna A menjadi bermakna B atau bermakna C. Contoh : Kata berlayar yang pada awalnya bermakna “Perjalanan di laut (di air) dengan menggunakan perahu atau kapal yang digerakkan dengan tenaga layar.” Walaupun kini kapal-kapal besar tidak lagi menggunakan layar tetapi menggunakan tenaga mesin, justru juga menggunakan tenaga nuklir, namun kata berlayar masih digunakan. Nama perusahaan pun masih bernama pelayaran seperti Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI). Contoh kekinian : - Kata honda di daerah Pulau Sumatera berarti sebuah motor, padahal honda adalah salah satu nama merek sepeda motor. - Kata kicau pada kalimat “Pak Susilo Bambang Yudhonoyo berkicau di sosial media twitter. - Kata paket dalam penggunaan internet yaitu paket data, adalah sebuah paket yang berisi tarif untuk menggunakan internet. Padahal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata paket adalah barang yang dikirimkan dalam bungkusan melalui pos atau perusahaan ekspedisi. - Kata jaringan dalam komputer adalah telekomunikasi yang memungkinkan antar komputer untuk saling berkomunikasi dengan bertukar data. Padahal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1) barang siratan yang serupa jaring; jala-jala atau (2) susunan sel-sel khusus yang sama pada tubuh dan bersatu dalam menjalankan fungsi biologis tertentu. b. Perkembangan sosial dan budaya Perkembangan dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna. Pada mulanya bermakna A menjadi bermakna B atau bermakna C. Jadi bentuk katanya tetap sama, tetapi konsep makna yang dikandungnya telah berubah. Misalnya kata saudara dalam bahasa Sanskerta bermakna seperut atau satu kandungan. Kini kata saudara, walaupun masih juga digunakan dalam arti orang yang lahir dari kandungan yang sama seperti dalam kalimat “Saya mempunyai seorang saudara di sana”, tetapi digunakan juga untuk menegur atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama, misalnya “surat saudara sudah saya terima.” Contoh kekinian : - Kata kembar pada kalimat “Ani memiliki adik kembar” bermakna bahwa Ani memiliki adik atau saudara yang kembar. Tidak hanya manusia saja, akan tetapi kini kata kembar dapat digunakan juga untuk penyebutan benda yang kembar seperti pada kalimat “Ferdi memiliki bola kembar” yang bermakna bahwa Ferdi memiliki bola yang kembar, sama, ataupun mirip. c. Perbedaan bidang pemakaian Setiap bidang kehidupan atau kegiatan, memiliki kosa kata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut. Umpamanya dalam bidang pertanian ada kata benih,, menuai, panen, menggarap, membajak, menabur, menanam, pupuk, dan hama. Katakata tersebut menjadi memiliki makna baru atau makna lain di samping makna aslinya (makna yang berlalu dalam bidangnya). Misalnya kata menggarap yang berasal dari bidang pertanian dengan segala macam derivasinya, seperti tampak dalam frase menggarap sawah, tanah garapan, dan petani penggarap, kini banyak juga digunakan dalam bidang lain dengan makna mengerjakan seperti tampak digunakan dalam frase menggarap skripsi, menggarap usul para anggota, menggarap generasi muda, dan menggarap naskah drama. Contoh kekinian : - Kata cabut adalah menarik tanaman supaya lepas dari tempat tertanamnya. Sedangkan jika kata cabut pada kalimat “Ayo, kita cabut!” bermakna ajakan untuk pergi. - Kata menuang pada frase menuang air bermakna ditumpahkannya air ke dalam wadah supaya terisi. Sedangkan pada frase menuang pikiran bermakna apa saja yang ada dipikiran penulis, maka ditulislah ke dalam bentuk tulisan. - Kata menyentuh bermakna menjamah atau memegang. Sedangkan dalam kalimat “Perkataannya sangat menyentuh hati” bermakna bahwa hatinya bersimpati setelah mendengar dan/atau menyimak perkataan dari orang lain. d. Adanya asosiasi Kata-kata yang digunakan di luar bidangnya, seperti dibicarakan di atas masih ada hubungan atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan pada bidang asalnya. Oleh asosiasi terdapat tiga hubungan yaitu, asosiasi yang berkenaan dengan wadah, yang berkenaan dengan waktu, dan asosiasi yang berkenaan dengan tempat. Contoh asosiasi yang berkenaan dengan wadah, yaitu : - Jika kita masuk ke rumah makan dan setelah menghabiskan secangkir kopi, lalu mengatakan minta secangkir lagi maka pemilik atau pelayan rumah makan itu sudah mengerti apa yang kita maksud. Ia tidak akan memberikan satu cangkir kosong, melainkan satu cangkir yang sudah berisi kopi yang diseduh dengan air panas diberi gula dan sebagainya. Contoh asosiasi yang berkenaan dengan waktu, yaitu : - Perayaan 17 agustus 1945, maksudnya: Perayaan hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia „karena proklamasi tersebut terjadi pada tanggal tujuh belas agustus tahun empat lima.‟ Jadi yang disebut bukanlah waktu, melainkan peristiwanya. Contoh asosiasi yang berkenaan dengan tempat, yaitu : - Jika guru-guru di Jakarta menyembutkan akan ke Senayan, tentu maksudnya ke kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan karena kantor tersebut terletak di Senayan. Jika dikatakan „kalau banyak melamun, bisa-bisa kau akan dikirim ke Grogol‟ , tentu maksudnya dikirim ke rumah sakit jiwa yang sejak dulu terletak di daerah Grogol, Jakarta Barat. Yang disebut adalah nama tempat, tetapi yang dimaksud adalah hal lain yang berkenaan dengan tempat itu. Contoh kekinian : Contoh asosiasi yang berkenaan dengan wadah, yaitu: - Kata tusuk pada suatu waktu di tempat warung satai, salah satu pembeli berkata “Saya pesan delapan tusuk”. Maka penjual atau pelayan warung satai sudah mengerti apa yang dimaksud pembeli tersebut. Penjual tidak akan memberikan tusuknya saja, melainkan piring, satai yang sudah matang, dan bumbui. - Ketika kita membeli kentang di restoran cepat saji dengan berkata “Saya pesan kentang satu”. Maka pelayan restoran sudah mengerti apa yang kita maksud. Pelayan tidak akan memberikan kentangnya saja, melainkan piring, kentang matang yang sudah diiris, dan saus ataupun bumbu tambahan. Contoh asosiasi yang berkenaan dengan waktu, yaitu : - Perayaan 14 Februari, maksudnya; Perayaan hari Kasih Sayang atau yang biasa disebut Valentine karena kebanyakan versi legenda, empat belas Februari dihubungkan dengan kematian martir (orang suci dalam ajaran Katolik) yaitu Santo Valentine yang menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjara untuk Istrinya yang tertulis, "Dari Valentinusmu", sebelum ia dihukum gantung. - Aksi 212, maksudnya ; Aksi damai Dua Desember karena aksi ini merupakan aksi ketiga dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF). Aksi ini melibatkan ratusan bahkan jutaan ribu masyarakat Indonesia. Contoh asosiasi yang berkenaan dengan tempat, yaitu : - Pada kalimat “Kau harus mandi supaya tidak seperti Bantar Gebang”, tentu bermakna bahwa jika mandi, maka tidak akan bau seperti di salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi yaitu Bantar Gebang yang terdapat tempat penampungan sampah akhir yang menjadi tempat utama pembuangan sekitar 6.500 ton sampah per hari dari seluruh wilayah DKI Jakarta. - Pada kalimat “Kau seperti gunung merapi”, tentu bermakna bahwa yang dimaksud seperti gunung merapi yang meletus. - Frase cabai rawit dalam kalimat “Kecil-kecil cabai rawit”, tentu bermakna tubuhnya kecil, namun pemberani dan cerdik. e. Pertukaran tanggapan indra Alat indra manusia telah memiliki tugas tertentu untuk menangkap gejala-gejala yang terjadi di dunia ini. Umpamanya rasa pahit, dingin, dan sejuk harus ditanggap oleh alat perasa pada kulit. Gejala yang berkenaan dengan cahaya seperti terang, gelap, dan remang-remang harus ditanggap dengan alat indra mata, sedangkan yang berkenaan dengan bau harus ditanggap dengan alat indra penciuman, yaitu hidung. Namun dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan-tanggapan antara indra yang satu dengan indera yang lain. Pertukaran alat indra penanggap, biasa disebut dengan istilah sinestesia. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani sun artinya sama dan aisthetikas artinya tampak contoh: suaranya sedap didengar, sedap adalah urusan indra perasa lidah tetapi dalam contoh menjadi tanggapan indra pendengar. Contoh kekinian : - Kata teriris dalam kalimat “Saya teriris oleh ucapanmu”, teriris adalah tanggapan indra peraba, tetapi pada kalimat di atas menjadi tanggapan indra pendengar. - Kata dingin dalam kalimat “Wajahnya sangat dingin”, dingin adalah tanggapan indra peraba, tetapi pada kalimat di atas menjadi indra penglihatan. - Kata masam dalam kalimat “Wajah Dini terlihat masam”, masam adalah tanggapan indra perasa, tetapi pada kalimat di atas menjadi indra penglihatan. f. Perbedaan tanggapan Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dari masyarakat, maka banyak kata yang memiliki nilai rasa yang rendah maupun nilai rasa yang tinggi. Hal ini sering disebut juga peyoratif dan amelioratif. Misalnya kata bini dianggap peyoratif sedangkan kata istri dianggap amelioratif. Kata laki dianggap peyoratif berbeda dengan suami yang dianggap amelioratif. Contoh kekinian : - Kata gua dianggap peyoratif, sedangkan kata saya dianggap amelioratif. - Kata kekasih dianggap peyoratif, sedangkan kata pacar dianggap amelioratif. - Kata lajang dianggap amelioratif, sedangkan kata jomblo dianggap peyoratif. - Kata hamil dianggap amelioratif, sedangkan kata bunting dianggap peyoratif. g. Adanya Penyingkatan Dalam bahasa Indonesia banyak sekali kata, baik yang diucapkan maupun ditulis. Namun tanpa disadari secara keseluruhan, setiap orang pasti memiliki paham atau maksud tersendiri tentang sebuah kata. Contoh kata ortu, setiap orang pasti sudah mengetahui bahwa yang dimaksud ialah orang tua. Kata puskesmas, maksudnya ialah pusat kesehatan masyarakat. Contoh kekinian : - Kata TBC yang maksudnya adalah tekanan batin cinta. - Kata kanker yang maksudnya adalah kantong kering. - Kata PHP yang maksudnya adalah pemberi harapan palsu. - Kata jones yang maksudnya adalah jomblo ngenes. - Kata GPL yang maksudnya adalah gak pake lama. - Kata CTA yang maksudnya adalah cukup tau aja. - Kata EGP yang maksudnya adalah emang gue pikirin. - Kata NDB yang maksudnya adalah nikahin dong bang. - Kata baper yang maksudnya adalah bawa perasaan. - Kata GC yang maksudnya adalah gerak cepat. - Kata gegana yang maksudnya adalah gelisah galau merana. - Kata meriang yang maksudnya adalah merindukan kasih sayang. h. Proses gramatikal Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi yang memiliki makna perubahan kata dapat berpengaruh dengan perubahan makna. Akan tetapi bukan perubahan makna yang menjadikan hal seperti itu, melainkan bentuk kata yang sudah menjadi hasil proses gramatikal. Misalnya kata jalan yang berarti tempat untuk lalu lintas orang. Setelah mendapat proses reduplikasi yaitu menjadi jalan-jalan, yang bermakna bersenang-senang dengan berjalan kaki (untuk melepas ketegangan otot, pikiran, dsb.). Contoh kekinian : - Kata sama yang bermakna serupa atau mirip untuk manusia sampai dengan benda. Setelah mendapat proses reduplikasi yaitu samasama , menjadi bermakna berbarengan atau semuanya. - Kata mata yang bermakna indra untuk menglihat. Setelah mendapat proses reduplikasi yaitu mata-mata, menjadi bermakna detektif atau polisi rahasia. - Kata cabai atau yang biasa disebut cabe bermakna salah satu tumbuhan sebagai pelengkap sambal. Setelah mendapat proses reduplikasi dan afiksasi yaitu cabe-cabean, menjadi bermakna istilah yang digunakan untuk menggambarkan gadis di bawah umur yang mulai merintis bisnis prostitusi. Awalnya, cabecabean adalah sebutan untuk perempuan ABG yang menjadi bahan taruhan di arena balap liar. Cabe balapan yang sudah sering berhubungan seksual memilih untuk menjual dirinya. - Kata terung yang biasa disebut terong bermakna tumbuhan yang umumnya berwarna ungu dan buahnya dapat disayur atau dimakan mentah. Setelah mendapat proses reduplikasi dan afiksasi yaitu terong-terongan, menjadi bermakna istilah cabe-cabean untuk cowok. Sebuah fenomena yang melanda remaja laki-laki usia belia yaitu tingkat SMP dan SMA. i. Perkembangan istilah Upaya dalam membentuk atau mengembangkan istilah baru ialah dengan memanfaatkan kosa kata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru. Contoh kata bahan yang semula bermakna kain, kini menjadi bermakna baju. Contoh kekinian : - Kata luwak yang dahulu bermakna hewan menyusui (mamalia) yang termasuk suku musang dan garangan (viverridae). Kini kata luwak bermakna seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak atau musang kelapa. - Kata randu yang semula bermakna kapuk, kini menjadi bermakna bantal, guling, dan kasur. 2.1.2 Jenis Perubahan Dari pembicaraan di atas, maka dapat dilihat adanya perubahan yang sifatnya menghalus, meluas, menyempit atau mengkhusus, halus, mengasar, dan total. Maksudnya, berubah sama sekali dari makna semula. a. Meluas Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna. Tetapi kemudian karena berbagai faktor, menjadi memiliki makna-makna lain. Contoh kata saudara yang pada mulanya bermakna „seperut‟ atau „sekandung‟, sekarang berkembang maknanya menjadi „siapa saja yang sepertalian darah‟. Bahkan semua orang yang sederajat pun disebut saudara seperti; - Saudara saya hanya dua orang - Surat Saudara sudah saya terima - Sebetulnya ia masih saudara saya, tetapi sudah agak jauh - Bingkisan untuk saudara-saudara kita di Timor Timur - Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, marilah….. Contoh kekinian : - Kata kakak yang pada mulanya bermakna saudara kandung yang lebih mengacu pada saudara perempuan dan lebih tua, tetapi sekarang bermakna juga dengan seseorang bukan sedarah yang lebih tua atau dianggap lebih tua. - Kata bapak yang pada mulanya bermakna orangtua laki-laki dan kandung, tetapi sekarang bermakna juga dengan orangtua bukan kandung seperti bapak kepala sekolah, bapak guru, bapak angkat, bapak kost, dsb. - Kata ibu yang pada mulanya bermakna orangtua perempuan dan kandung, tetapi sekarang bermakna juga dengan orangtua bukan kandung seperti ibu kepala sekolah, ibu guru, ibu angkat, ibu kost, dsb. - Kata sayang yang pada mulanya bermakna sebuah emosi mengasihi yang menimbulkan kepedulian dan cinta seperti pada orangtua, saudara, bahkan pasangan. Tetapi sekarang bermakna juga kepada teman seperti kalimat “Saya sayang kamu”. b. Menyempit Perubahan makna menyempit adalah sebuah kata yang mengalami penyempitan makna, misalnya kata ilmuan yang biasa digunakan untuk orang pandai atau cendekiawan, namun kini digunakan untuk penemu atau profesor (guru besar). Contoh lain: - Kata sarjana yang pada mulanya bermakna orang pandai atau cendikiawan kemudian kata lulus perguruan tinggi dari sarjana hanya seperti bermakna tampak pada orang sarjana sastra, sarjana ekonomi, dan lain-lain. - Kata ahli pada mulanya bermakna orang yang termasuk dalam satu golongan atau keluarga seperti dalam frase ahli waris yang berarti orang yang termasuk dalam satu kehidupan keluarga dan juga ahli kubur yang bermakna orang-orang yang sudah dikubur. Kini kata ahli sudah menyempit maknanya karena hanya berarti orang yang pandai dalam satu cabang ilmu atau kepandaian seperti tampak dalam frase ahli sejarah, ahli purbakala, ahli bedak, dsb. Contoh kekinian : - Kata prajurit yang pada mulanya bermakna pasukan perang, kemudian hanya bermakna golongan dari pangkat paling rendah dalam angkatan darat dan udara seperti prajurit kepala, prajurit satu, dan prajurit dua. - Kata madrasah yang pada mulanya bermakna semua jenjang pendidikan, kemudian hanya bermakna jenjang pendidikan yang berlandaskan agama Islam seperti madrasah ibtida’iah (sekolah dasar), madrasah sanawiah (sekolah menengah pertama), dan madrasah aliah (sekolah mengengah atas). c. Perubahan total Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dan makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang, masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut paut tersebut sudah sangat jauh sekali. Misalnya kata pandai dan pintar, kini menjadi kata cerdas. Kata sigap dan rajin, kini menjadi terampil. Contoh lain: - Kata ceramah pada mulanya bermakna cerewet atau banyak cakap, tetapi kata ceramah sekarang bermakna pidato atau uraian mengenai suatu hal yang disampaikan di depan orang banyak. - Kata pena pada mulanya bermakna bulu, kini maknanya sudah berubah total karena kata pena bermakna alat tulis yang menggunakan tinta. Memang sejarahnya ada yaitu dahulu orang menulis dengan tinta menggunakan bulu ayam atau bulu angsa sebagai alatnya; sedangkan bulu ini di dalam bahasa Sanskerta disebut pena. - Kata canggih. Dalam kamus Poerwadarminta, kamus Sutan Mohamad Zain dan kamus Pusat Bahasa (terbitan tahun 1983), kata canggih bermakna banyak cakap, bawel, dan cerewet. Namun tidak ada makna seperti yang kita dapati dalam frase peralatan canggih, teknologi canggih, dan mesin-mesin canggih. Tetapi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata canggih dengan makna seperti pada frase tersebut telah dimuat. Contoh kekinian : - Kata koki pada mulanya bermakna juru masak yaitu seorang ibu yang menyiapkan hidangan di dapur, tetapi sekarang bermakna juru masak perempuan maupun laki-laki yang menyiapkan hidangan di dapur. d. Penghalusan (eufemia) Pada makna penghalusan ini, memiliki sebuah kata atau sebuah bentuk yang tetap. Penghalusan di sini juga memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan daripada yang akan digantikan. Dengan kata lain, makna penghalusan ini berarti sebuah kata atau bentuk yang bermakna kasar, lalu berubah menjadi halus dalam penggunaan kata. Misal kata maling kini menjadi pencuri, tua menjadi lanjut usia dsb. Contoh lain: c. Kata korupsi diganti dengan menyalah gunakan jabatan, kata pemecatan (pekerjaan) diganti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). d. Kata babu diganti dengan pembantu rumah tangga dan kini diganti kembali menjadi pramuwisma. e. Kata buta diganti dengan tuna netra. f. Kata tuli diganti dengan tuna rungu. g. Kata gelandangan diganti dengan tuna wisma. h. Kata buaya dan harimau pada zaman dahulu diganti dengan kata nenek. Contoh kekinian : - Kata situ diganti dengan kata kamu. - Kata wadah diganti dengan kata tempat. - Kata galau diganti dengan kata sedih. - Kata mulut diganti dengan kata bibir. - Kata kontan diganti dengan kata tunai. - Kata rakus diganti dengan kata tamak. - Kata kuping diganti dengan kata telinga. e. Pengasaran (disfemia) Makna pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak ramah atau untuk menunjukan kejengkelan. Misalnya kata menendang yang sebenarnya mengeluarkan. Contoh lain: - “Polisi menjebloskan ia ke dalam sel.” Kata menjebloskan yang dipakai adalah untuk menggantikan kata memasukan. - Kata mencaplok dalam kalimat “Dengan seenaknya Israel mencaplok wilayah Mesir itu.” - Kata mendepak digunakan untuk mengganti kata mengeluarkan seperti dalam kalimat “Ia berhasil mendepak bapak Poniran dari kedudukannya. Namun banyak juga kata yang sebenarnya bernilai kasar tetapi sengaja digunakan untuk lebih memberi tekanan tetapi tanpa terasa kekasarannya. Misalnya kata menggondol yang biasa dipakai untuk binatang seperti Anjing menggondol tulang; tetapi digunakan seperti dalam kalimat Akhirnya regu bulu tangkis kita berhasil menggondol pulang piala Thomas Cup itu. Atau juga kata mencuri yang dipakai dalam kalimat Kontingen Suri name berhasil mencuri satu medali emas dari kolam renang; padahal sebenarnya perbuatan mencuri adalah suatu tindak kejahatan yang dapat diancam dengan hukuman penjara. Contoh kekinian : - Frase buang air (besar) diganti dengan kata boker. - Kata saya diganti dengan kata gua. - Kata kamu diganti dengan kata lu. - Kata berangkat diganti dengan kata capcus. - Kata sedih diganti dengan kata galau. - Kata miskin diganti dengan kata kere. - Kata lajang diganti dengan kata jomblo. - Kata hamil diganti dengan kata bunting. BAB III SIMPULAN 3.1 Simpulan Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna. Lalu makna tersebut dapat berubah menjadi beberapa jenis perubahan makna seperti makna meluas, menyempit, perubahan total, penghalusan, dan pengasaran yang disebabkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan sosial dan budaya, perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi, pertukaran tanggapan indera, perbedaan tanggapan, adanya penyingkatan, proses gramatikal, dan pengembangan istilah. 3.2 Saran Ketika kita ingin memaknai atau mengartikan sebuah kata dan/atau frase, alangkah baiknya bagi kita untuk memahami penjenisan perubahan makna seperti yang telah dijelaskan dalam makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Jakarta: Indonesia. Rineka Cipta. KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/ , di akses pada 21.04.2017 Wikipedia. Wikipedia Bahasa Indonesia. https://id.wikipedia.org, di akses pada 21.04.17 [tersedia] Wiktionary. Wiktionary Bahasa Indonesia. https:id.wiktionary.org/wiki, di akses pada 22.04.17 [tersedia] Azis, Ibnu. Terong Terongan Adalah Istilah Untuk Cowok Dengan Ciri Berikut. http://sidomi.com/249310/terong-terongan-adalah-istilah-untuk-cowok-dengan-ciriberikut/, di akses pada 21.04.17 [tersedia] Sobar, Khaerul. Makalah Tentang Perubahan Makna https://khaerulsobar.wordpress.com/makalah/makalah-tentang-perubahanmakna-semantik/, di akses pada 18.04.2017 [tersedia] Semantik.