Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Tahun 2018 boleh jadi akan jadi tahun tersibuk dalam sejarah politik elektoral negeri ini. Setidaknya ada 171 daerah kab/kota dan provinsi akan melangsungkan pilkada serentak. Dalam melangsungkan hajatan ini tentu saja membutuhkan sumberdaya (materil dan non materil) yang sangatlah besar, baik yang bersumber dari negara maupun non negara. Bisa diperkirakan mobilisasi " kapital " akan semakin deras dan massif jelang pilkada dilaksanakan, ini tentunya akan berdampak pada situasi ekonomi, politik bahkan budaya. Akselerasi dan manuver partai-partai politik, para kontestan, birokrasi serta aktor-aktor non negara akan semakin kencang jelang proses tahapan pilkada berlangsung. Ini tentunya berpeluang menjadi kegaduhan tersendiri pada situasi sosial politik nasional dan tentu saja di tingkat lokal. Boleh jadi ini pelaksanaan pilkada serentak ini akan menjadi ujian besar bagi negara dan bangsa ini dalam melaksanakan politik elektoral pasca orde baru. Masih terngiang dalam ingatan kita semua bagaimana pilkada DKI Jakarta meluluhlantahkan sendi-sendi kebangsaan kita hingga ke dalam ruangnya yang paling private, bahkan masih menyisakan luka sosial yang tak kunjung sembuh. Tentu saja optimisme harus di kedepankan dalam proses politik ini sebagai batu loncatan bagi bangsa ini dalam menyusuri proses demokratisasi yang lebih matang dan bermakna. Hal lain yang biasanya menjadi " kegaduhan " tersendiri, terutama di sosial media, adalah menjamurnya lembaga-lembaga survei, baik lokal maupun nasioanal yang melakukan survei dan merilis hasil. Survei-survei ini biasanya atas permintaan para calon kandidat atau partai politik namun ada juga survei independen dalam arti tidak atas permintaan pihak manapun. Survei-survei tersebut umumnya bertujuan untuk membaca bagaimana opini publik terkait pilihan politik, preferensi politik hingga opini publik terkait pelaksanaan tata kelola pemerintahan. Hasil dari survei-survei itulah yang akan dijadikan bahan baku bagi partai politik maupun tim sukses dalam meramu langkah-langkah strategis untuk menapaki proses politik pilkada, terutama strategi bagaimana mendekati para pemilih. Lalu di mana letak " kegaduhan " yang biasa terjadi terkait hasil survei? Pilpres 2014 dan yang tekakhir pilkada DKI, rilisan hasil survei terkait elektabilitas para (calon) kandidat merupakan materi rilis yang paling menyita perhatian publik. Adu argumen bahkan hujatan membanjiri hampir di setiap sosial media yang ada. Tak jarang melahirkan ketegangan berhari-hari yang mengepul hampir di setiap perbincangan keseharian baik itu di ruang publik hingga ke ruang-ruang private. Biasanya, tempat-tempat nongkrong seperti Warung kopi menjadi salah satu terminal yang paling ramai dari arus perdebatan hasil survei. Dalam kondisi seperti ini tak jarang integritas dan kapasitas kelembagaan dari lembaga-lembaga survei ikut tergugat akibat sengit dan derasnya arus perdebatan.
EKG atau Elektrokardiogram adalah suatu representasi dari potensial listrik otot jantung yang didapat melalui serangkaian pemeriksaan menggunakan sebuah alat bernama elektrokardiograf. Melalui EKG (atau ada yang lazim menyebutnya ECG {in English: Electro Cardio Graphy}) kita dapat mendeteksi adanya suatu kelainan pada aktivitas elektrik jantung melalui gelombang irama jantung yang direpresentasikan alat EKG di kertas EKG. Berikut ini sedikit catatan saya tentang bagaimana cara membaca hasil pemeriksaan EKG yang tergambar di kertas EKG. Saya sarankan untuk terlebih dahulu memahami aktivitas elektrik jantung dan cara memasang EKG. Mudah-mudahan bisa jadi bahan diskusi. 1. IRAMA JANTUNG Irama jantung normal adalah irama sinus, yaitu irama yang berasal dari impuls yang dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di dekat muara Vena Cava Superior di atrium kanan jantung. Irama sinus adalah irama dimana terdapat gelombang P yang diikuti oleh kompleks QRS. Irama jantung juga harus teratur/ reguler, artinya jarak antar gelombang yang sama relatif sama dan teratur. Misalkan saya ambil gelombang R, jarak antara gelombang R yang satu dengan gelombang R berikutnya akan selalu sama dan teratur. Jadi, yang kita tentukan dari irama jantung adalah, apakah dia merupakan irama sinus atau bukan sinus, dan apakah dia reguler atau tidak reguler. • Irama Sinus, seperti yang saya tulis di atas, yakni adanya gelombang P, dan setiap gelombang P harus diikuti oleh kompleks QRS. Ini normal pada orang yang jantungnya sehat. • Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada kompleks QRS sesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ada gelombang P. Ini menunjukkan adanya blokade impuls elektrik jantung di titik-titik tertentu dari tempat jalannya impuls seharusnya (bisa di Nodus SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA – Nodus AV, atau setelah nodus AV), dan ini abnormal. • Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan teratur. Kita juga bisa menentukan regulernya melalui palpasi denyut nadi di arteri karotis, radialis dan lain-lain. • Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya tidak sama dan tidak teratur, kadang cepat, kadang lambat, misalnya pada pasien-pasien aritmia jantung. 2. FREKUENSI JANTUNG Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung selama 1 menit. Cara menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-macam. Bisa kita pakai salah satu atau bisa semuanya untuk membuat hasil yang lebih cocok. Rumusnya berikut ini: 1) Cara 1 HR = 1500 / x Keterangan: x = jumlah kotak kecil antara gelombang R yang satu dengan gelombang R setelahnya. 2) Cara 2 HR = 300 / y
Menguji sebuah sistem trading atau Expert Advisor (EA) sangat memakan waktu, tetapi untunglah ada fitur “Strategy Tester” di MetaTrader. Dengan fitur tersebut, Anda bisa menguji sebuah sistem trading dengan mempergunakan rekaman data pergerakan harga tanpa harus mengujinya secara “real time”. Apakah anda tahu metode pengujian ini ? Simak lebih lengkap ulasan kami di FOREXimf Magz edisi kali ini, selain itu dapatkan strategi trading yang bisa anda pelajari dan manfaatkan untuk transaksi yang anda lakukan serta perkembangan serta peluang yang terjadi di pasar yang sedang berkembang saat ini.
Sebagaimana telah anda pelajari sebelumnya, bahwa analisis kualitas perangkat soal tes hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: analisis secara teoritik (kualitatif) dan analisis secara empiris (kuantitatif). Analisis secara teoritis adalah telaah soal yang difokuskan pada aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Aspek materi berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan serta tingkat berpikir yang terlibat, aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal, dan aspek bahasa berkaitan dengan kejelasan hal yang ditanyakan. Analisis empiris adalah telaah soal berdasarkan data lapangan (uji coba). Pada modul ini Anda akan mempelajari penelaahan kualitas tes bentuk objektif, pengolahan hasil tes, dan pemanfaatan hasil tes. a. Analisis Kualitas Soal Secara Teoritis Analisis secara teoritis adalah telaah soal yang difokuskan pada aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Penelaahan kualitas soal bentuk objektif pada aspek materi dimaksudkan untuk mengetahui apakah materi yang diujikan sudah sesuai dengan kompetensi atau hasil belajar yang ditetapkan, dan apakah materi soal sudah sesuai dengan tingkat atau jenjang kemampuan berpikir peserta tes, serta apakah kunci jawaban sudah sesuai dengan isi pokok soal. Telaah kualitas soal pada aspek konstruksi dimaksudkan untuk mengetahui teknik penulisan butir-butir soal sudah merujuk pada kaidah-kaidah penulisan soal yang baik. Pada aspek bahasa, telaah soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan cukup jelas dan mudah dimengerti, tidak menimbulkan multi interpretasi, serta sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa yang berlaku. Secara teoritis, kualitas soal tes bentuk objektif dapat ditelaah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1). Materi: a) Butir harus sesuai dengan indicator yang ditetapkan b) Hanya ada satu jawaban yang benar c) Pengecoh homogin, dan berfungsi. 2). Konstruksi a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas.
Seandainya kita sebagai perawat/mahasiswa keperawatan, mungkin telah mampu dan mahir untuk menggunakan/ mengoperasikan EKG/ECG (Electrocardiogam) pada pasien. Namun tidak semua perawat, mampu membaca dan menganalisa hasil rekaman EKG tersebut – termasuk saya tentunya !!!!. Jelasnya kita sebagai perawat tidak berwenang untuk menegakkan diagnosa medis. Namun apabila kita dengan segera mengetahui hasil rekaman EKG, maka mungkin dapat segera memberikan pertolongan dan mengkolaborasikannya dengan dokter. Umumnya kasus MI (Myocard infark) dan gangguan jantung lainnya adalah mengancam jiwa dan memerlukan pertolongan segera; CPR (Cardio Pulmonary Resucitation). Sehingga kemampuan perawat dalam menganalisa hasil rekaman EKG SANGAT DIPERLUKAN dan BUKAN GAYA-GAYAAN. Kebetulan saya dan 4 teman Indonesia lainnya, bersama dengan perawat dari negara lain (ada 20 orang total)-sedang mengikuti Training ACLS (Advanced Cardio Life Suport). Untuk membagi hasil belajar, dan agar saya tidak lupa juga maka mencoba mem-postingnya. Terus terang selama ini saya hanya paham membandingkan hasil EKG pasien (biasanya di ruangan saya bekerja pada pasien gangguan jantung MI, ACS, Angina) dilakukan EKG harian. Atau saat pasien mengeluh chest pain, maka saat itu dilakukan EKG segera – dan kita bandingkan saja ada perubahan tampilan gelombang atau tidak. Saya hanya mencoba membahas secara mudah dan tidak terlalu detail. Hasil gambaran EKG terdiri dari 3 gelombang (tidak usah melihat di Lead mana baik L1-3, V1 – V6, AVR, AVL atau AVF) • Prinsipnya dalam kertas print hasil rekaman EKG ada kotak besar (5 x 5) yang terdiri dari 5 x 5 kotak kecil • Sumbu kesamping (vertikal): 1 kotak kecil = 1 mm, satu kotak besar = 5 mm, 10 kotak kecil = 1 mV, sedangkan keatas (horizontal) 1 kotak kecil = 0.04 detik, satu kotak besar = 0.2 detik. • Gelombang yang perlu diperhatikan adalah gelombang P, QRS kompleks dan T, sedangkan gelombang U tidak terlalu penting • Interval antar gelombang yang penting adalah P-R interval dan Q-T interval dan S-T interval. INI PRINSIP yah !!!(Analisa pada Lead II panjang) A) Gelombang P : P adalah kontraksi Atrium (Atrial Depolarisasi). Maksudnya adalah kontraksi dari SA node (page maker-Sinus Atrial) menuju AV node (Atria-ventrikular). Ukuran normal gelombang P adalah kesamping 1 – 3 kotak kecil dan keatas 1 – 3 kotak kecil juga. Gelombang P selalu keatas dari garis isometric.
Edukasi: Jurnal Pendidikan
Hasil Belajar Mahasiswa: Analisis Butir Soal TesAbstrak Tujuan penelitian untuk menguji validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya beda soal tes untuk mahasiswa. Populasi penelitian adalah mahasiswa jurusan Teknik Otomotif UNP sebanyak 28 orang. Sampel penelitian dipilih dengan teknik total sampling sehingga keseluruhan populasi menjadi sampel penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi yaitu berupa pemberian dan pengumpulan soal tes; kunci jawaban; dan lembar jawaban soal tes. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menghasilkan tingkat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya beda soal tes. Hasil analisis data yaitu soal tes kategori valid, indeks reliabilitas soal pada kriteria reliabilitas tinggi, indeks kesukaran dengan kategori butir soal baik/layak, dan daya pembeda butir soal termasuk klasifikasi soal yang baik. Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa soal tes yang diberikan kepada mahasiswa layak untuk digunakan sebagai sa...
In the World Yearbook of Education 2023: Racialization and Educational Inequality in Global Perspective. Edited By Janelle Scott and Monisha Bajaj, published November 7, 2022, by Routledge. ISBN 9781032148434. Chapter 11, pp 189-203.
Racialization and Resistance in South African Education2023 •
2004 •
mdw-WEBMAGAZIN
2020’s MMRC Lecture and an Interview with Dawn Chatty2021 •
2017 •
Journal of Urology
Collagen Injection for Intrinsic Sphincteric Deficiency in Men1996 •
Cerebrovascular Diseases
Cervical Artery Dissection in Young Adults in the Stroke in Young Fabry Patients (sifap1) Study2015 •
Poultry Science
Genetics of male reproductive performance in White Leghorns2019 •
Atlas of Clinical PET-CT in Treatment Response Evaluation in Oncology
18F-FDG PET in Treatment Response Evaluation: Soft Tissue Sarcomas2021 •
2015 •