Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
SIRKULASI TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT
Etsa Purnama Sari1, Emilya Kalsum2
1
Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Indonesia
2
Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Indonesia
ie_violet@yahoo.com
ABSTRAK
Wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau dan perairan menjadikan angkutan laut menjadi
salah satu sarana transportasi yang cukup efektif di negara ini. Daya angkut yang besar
dan beragam serta biaya yang lebih murah dengan jarak jangkauan yang luas, membuat
sarana ini banyak diminati oleh masyarakat sekaligus juga merupakan pendukung utama
perkembangan kehidupan sosial budaya dan roda perekonomian. Untuk mendukung
proses transportasi laut ini perlu sarana berupa pelabuhan. Pelabuhan dalam melakukan
pelayanan terhadap kapal memiliki beberapa fasilitas pokok dan penunjang yang wajib
dimiliki. Salah satunya adalah terminal penumpang kapal laut dengan berbagai kegiatan
di dalamnya untuk kedatangan maupun keberangkatan. Masalah ketidaknyamanan
dalam berkegiatan, jauhnya akses sirkulasi antara satu kegiatan dengan kegiatan
kegiatan embarkasi dan debarkasi yang tidak teratur, pembagian jalur sirkulasi
penumpang dan pengantar penumpang yang tidak jelas seringkali muncul akibat sirkulasi
yang tidak direncanakan dengan baik pada terminal penumpang kapal laut. Bahkan tidak
jarang dapat menimbulkan adanya calo tiket hingga adanya penumpang tanpa tiket yang
dapat masuk ke dalam kapal hingga kapal berlayar. Perencanaan sebuah sirkulasi yang
tepat pada terminal penumpang kapal laut memerlukan kajian terhadap unsur-unsur
sirkulasi seperti pencapaian, pola sirkulasi, jalur sirkulasi, serta bentuk ruang sirkulasi.
Kajian unsur-unsur ini selanjutnya diselidiki melalui penelusuran masalah dengan
analisis deskriptif melalui penggambaran objek penelitian yang terdapat pada Terminal
Penumpang Pelabuhan International Yokohama, Terminal Penumpang Pelabuhan Kobe
dan Terminal Penumpang Pelabuhan Osanbashi Hall.
Kata kunci: Terminal penumpang, sirkulasi
ABSTRACT
As one of the largest archipelago country, sea transportation acts as one of the most
effective means of transportation in Indonesia. Large and diverse carrying capacity, lower
cost with wide range of distances, are factors which making sea transportation demand is
quite high in public as well as a major proponent of development of social, cultural, and
economy. Thus, to support this means of transportation, facility in form of port is needed.
port must have some basic and support facilities, which includes ship passenger terminal
to accommodate arrival of departure of passengers. Problems which usually occur in ship
passenger terminal caused by poor planning of circulation are: discomfort in activities,
long distance of circulations which connect one activity to another, disorganized
embarkation and disembarkation, and confusing distribution of passengers and
passenger’s comperes’ pathways. From those conditions, sometimes it gives opportunity
for ticket brokers and passengers without tickets who could board ships without proper
requirements. A proper planning of circulation requires analysis of elements of circulation
which includes entrance, circulation pattern, circulation path, and form of circulation
space. Furthermore, such elements were studied through problem seeking, then
descriptively analyze through research’s object depiction from Yokohama International
Passenger Terminal, Kobe Port Terminal, and Osanbashi Hall Passenger Terminal.
Kata kunci: Passenger terminal, circulation
1. Pendahuluan
Secara geografis wilayah Indonesia terdiri
dari pulau dan perairan. Keadaan ini
menyebabkan Indonesia mendapat julukan
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
negara kepulauan dengan ribuan pulau yang
tersebar dan dipisahkan oleh lautan.
Ini menjadikan angkutan laut menjadi salah
satu sarana transportasi yang cukup efektif di
negara ini karena mendukung jarak pencapaian
Hal 100
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
yang relatif jauh dengan kemampuan daya
angkut yang besar dan beragam serta biaya
yang lebih murah. Karena itu sarana transportasi
laut banyak diminati oleh masyarakat dibanding
moda angkutan lainnya.
Transportasi
laut
juga
merupakan
pendukung utama perkembangan kehidupan
sosial budaya dan roda perekonomian saat ini.
Ini disebabkan oleh kemampuan transportasi
laut
dalam menjangkau dan melayani
daerah-daerah terpencil di seluruh wilayah
Indonesia yang masih sulit dijangkau oleh moda
angkutan lain. Untuk mendukung proses
transportasi tersebut perlu suatu sarana yang
berfungsi sebagai wadah bagi pelaku kegiatan
transportasi laut berupa pelabuhan.
Sebagai
bagian
dari
mata
rantai
transportasi laut, fungsi pelabuhan adalah
tempat pertemuan (interface) dua moda
angkutan atau lebih serta interface berbagai
kepentingan yang saling terkait. Barang yang
diangkut dengan kapal akan dibongkar dan
dipindahkan ke moda lain seperti moda darat
atau udara. Sebaliknya barang yang diangkut
dengan moda darat atau udara akan dimuat lagi
ke kapal melalui pelabuhan. Oleh sebab itu
berbagai kepentingan saling bertemu di
pelabuhan seperti perbankan, perusahaan
pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina,
syahbandar dan pusat kegiatan lainnya. Atas
dasar inilah dapat dikatakan bahwa pelabuhan
sebagai salah satu infrastruktur transportasi,
dapat membangkitkan kegiatan perekonomian
suatu wilayah karena merupakan bagian dari
mata rantai dari sistem transportasi maupun
logistik.
Peran penting dan strategis Pelabuhan
adalah untuk menumbuhkan industri dan
perdagangan serta merupakan segmen usaha
yang dapat memberikan kontribusi bagi
pembangunan
nasional.
Ini
membawa
konsekuensi terhadap pengelolaan segmen
usaha
pelabuhan
tersebut
agar
pengoperasiannya dapat dilakukan secara
efektif, efisien dan profesional sehingga
pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman,
dan cepat dengan biaya yang terjangkau.
Pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan
adalah pelayanan terhadap kapal dan
pelayanan terhadap muatan (barang dan
penumpang).
Pelabuhan dalam melakukan pelayanan
terhadap kapal dan muatan (barang dan
penumpang) memiliki beberapa fasilitas pokok
dan penunjang yang wajib dimiliki. Terminal
penumpang kapal laut merupakan salah satu
fasilitas pokok
yang cukup penting dalam
mendukung aktifitas pelayanan penumpang di
pelabuhan. Ini disebabkan karena terminal
penumpang kapal laut adalah suatu wadah bagi
aktifitas proses perpindahan penumpang dari
satu sub sistem angkutan ke sub sistem
angkutan lain yang berbeda karakteristiknya.
Suatu fasilitas yang mendukung suatu
proses perpindahan selayaknya memberi- kan
suatu kenyamanan dan kemudahan bagi
penggunanya untuk melakukan kegiatan.
Kenyamanan dan kemudahan dalam melakukan
berbagai kegiatan berhubungan erat dengan
sirkulasi antara satu fasilitas dengan fasilitas
lainnya. Menurut D.K Ching (2000) sirkulasi
merupakan suatu tali yang tak terlihat yang
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
menghubungkan ruang-ruang dalam suatu
bangunan, sehingga sirkulasi adalah prasarana
penghubung vital
yang menghubungkan
berbagai kegiatan.
Terminal penumpang kapal laut di
Indonesia yang ada pada saat ini masih belum
mampu memenuhi kebutuhan pelayanan secara
maksimal bagi pengguna jasa transportasi laut
akibat sirkulasi penumpang yang tidak jelas dan
kurang efisien. Akibatnya, aktivitas dan
pergerakan menjadi tidak nyaman, jauhnya
akses sirkulasi antara satu kegiatan dengan
kegiatan lainnya, kegiatan embarkasi dan
debarkasi yang tidak teratur, pembagian jalur
sirkulasi penumpang dan pengantar penumpang
yang tidak jelas adalah masalah-masalah yang
sering muncul akibat sirkulasi yang tidak
direncanakan dengan baik. Bahkan tidak jarang
dapat menimbulkan adanya calo tiket hingga
adanya penumpang tanpa tiket yang dapat
masuk ke dalam kapal hingga kapal berlayar.
Pencapaian, pola sirkulasi, jalur sirkulasi,
serta bentuk ruang sirkulasi adalah unsur-unsur
sirkulasi yang memberi pengaruh terhadap
kenyamanan
dan
kemudahan
bagi
penggunanya untuk melakukan berbagai
kegiatan. Sebuah terminal penumpang kapal
laut dengan berbagai aktivitas serta kapasitas
manusia dan barang yang tidak sedikit
selayaknya mempertimbangkan unsur-unsur
tersebut dalam perencanaan sirkulasinya.
Sebuah perencanaan yang tepat untuk sebuah
sirkulasi pada bangunan terminal penumpang
kapal laut bukan saja dapat membuat berbagai
kegiatan menjadi lebih mudah dan nyaman.
Bahkan dapat membuat fungsi lainnya dari
sebuah pelabuhan yaitu pintu gerbang komersial
di wilayahnya dapat tercapai.
Untuk merencanakan sebuah sistem
sirkulasi yang tepat pada sebuah bangunan
terminal penumpang kapal laut diperlukan
pengkayaan terhadap pengalaman berbagai
potensi dan kendala yang dapat ditimbulkan
dalam sebuah desain. Untuk itu sebuah studi
kepustakaan yang membahas tentang terminal
penumpang kapal laut dan teori tentang sirkulasi
perlu dilakukan. Penelusuran masalah yang
diselidiki dilakukan melalui metode analisis
deskriptif dengan menggambarkan keadaan
objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya dengan objek
penelitian yang terdapat pada Terminal
Penumpang
Pelabuhan
International
Yokohama, Terminal Penumpang Pelabuhan
Kobe dan Terminal Penumpang Pelabuhan
Osanbashi Hall.
2. Kajian Pustaka
2.1 Terminal Penumpang Kapal Laut
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik
dan turun penumpang atau bongkar muat
barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antara moda transportasi (PP RI No.
70 Tahun 1996 tentang Kepelabuhan, Dephub
RI).
Hal 101
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
Sebagai bagian dari sistem transportasi,
pelabuhan memiliki peran penting sebagai titik
perubahan moda transportasi, dari darat ke laut,
dan sebaliknya; pintu gerbang komersial suatu
daerah
atau
negara;
serta
tempat
penampungan, penyimpanan, dan distribusi
barang dan orang (Triatmodjo, 2008). Karena
peran inilah, maka pelabuhan harus memiliki
berbagai fasilitas. Salah satu dari fasilitas
pelabuhan
adalah
bangunan
terminal
penumpang.
Terminal Penumpang Kapal Laut adalah
komponen utama sub sistem pelabuhan yang
berfungsi
mewadahi
aktifitas
proses
perpindahan penumpang dari satu sistem
angkutan laut (kapal penumpang) ke sarana
angkutan lain atau sebaliknya (Marlok, 1991;
Haronjeff, 1993; Andiani, 2011).
Akibat fungsinya sebagai wadah aktifitas
proses perpindahan penumpang, menjadikan
terminal penumpang memiliki banyak fasilitas
dengan tingkat kebutuhan sirkulasi yang cukup
tinggi. Aktifitas yang terjadi di dalam terminal
terutama dipengaruhi oleh manusia dan barang
yang meliputi (Andiani, 2011):
Penumpang
Penumpang dibagi dalam penumpang
domestik dan turis yang melakukan
kegiatan embarkasi yaitu berangkat
dari terminal penumpang dan debarkasi
yaitu kedatangan atau menuju ke
terminal penumpang.
Pengantar dan penjemput
Pengelola terminal meliputi:
Karyawan terminal, yaitu yang
bertanggung
jawab
langsung
tentang keadaan terminal baik
operasional maupun administrasi.
Karyawan perusahaan pelayanan,
yaitu yang melakukan kegiatan
operasional di dalam terminal
penumpang, yaitu penjualan karcis
dan pembagasian.
Karyawan dari pemerintah, yaitu
dalam divisi kesehatan, bea cukai,
hukum (imigrasi dan emigrasi).
Barang bawaan meliputi:
Barang yang biasa dibawa
Barang over bagasi
Barang muatan bukan kargo, yaitu
barang bawaan yang langsung
dimasukkan bagasi, seperti barang
pindahan,
barang
elektronik
berukuran besar, dan barang
dagangan jumlah banyak.
Sementara fasilitas yang terdapat di
terminal penumpang secara pokok dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu (Andiani,
2011):
1.
Fasilitas pelayanan dan penumpang
kapal
Daerah
kedatangan
atau
keberangkatan untuk menaikkan
atau menurunkan penumpang.
Fasilitas parkir untuk mobil, sepeda
motor (roda 2), dan pejalan kaki.
Fasilitas untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang, misal
halte dan taxi area
Loket penjualan tiket dan cek bagasi
Loket kesehatan (karantina)
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
Loket persyaratan hukum (emigrasi
dan imigrasi)
Fasilitas pengambilan bagasi
Ruang
untuk
pergerakan
penumpang
Ruang tunggu dan istirahat
Fasilitas penunjang
pelayanan,
seperti telepon umum dan restoran.
Fasilitas informasi jadwal dan rute
perjalanan
Fasilitas untuk pengantar dan
penjemput
Fasilitas penumpang keberangkatan
seperti fasilitas penghubung (mobil,
ban berjalan).
2. Fasilitas pengelola terminal
Kantor untuk personil pengelola
Kantor untuk personil imigrasi dan
bea cukai
Kantor untuk personil kesehatan dan
karantina
Kantor untuk personil keamanan.
Selanjutnya
sistem
perpindahan
penumpang dan barang dapat diuraikan sebagai
berikut (Andiani, 2011):
Sistem perpindahan penumpang
Berjalan kaki, bila jarak kapal
dengan terminal dekat.
Dengan kendaraan darat, bila jarak
kapal dengan terminal jauh.
Dengan jembatan, untuk efisiensi
karena dapat menggunakan area
bawah
dengan
atas
secara
bersamaan.
Sistem perpindahan bagasi
Cart, bagasi diangkut dengan kereta
dan kemudian dipindahkan dengan
tangan ke lokasi pengambilan.
Conveyor,
perpindahan
bagasi
dengan ban berjalan.
Adanya pergerakan yang besar dari
penumpang dan barang yang terdapat dalam
terminal penumpang ini menuntut sebuah
pemikiran yang matang terhadap desain
sirkulasi sebuah bangunan terminal penumpang.
Ini diperlukan agar berbagai kegiatan dapat
berjalan lancar secara efektif dan efisien tanpa
adanya kebingungan maupun crossing antar
kegiatan. Sebuah desain sirkulasi bangunan
terminal penumpang yang baik, bahkan dapat
menjadikan fungsi pelabuhan sebagai gerbang
kawasan menjadi lebih optimal.
2.2 Sirkulasi
Sirkulasi adalah suatu pola lalu lintas atau
pergerakan yang ada dalam suatu area atau
bangunan yang memberikan keluwesan,
pertimbangan
ekonomis dan
fungsional
(Cryill,1975). Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan desain sebuah sirkulasi adalah
pencapaian, pintu masuk, pola sirkulasi, jalur
sirkulasi, bentuk ruang sirkulasi (Ching, 2000).
Pencapaian Ke Bangunan
Pencapaian ke bangunan adalah suatu
proses perjalanan (pendekatan) menuju suatu
bangunan melalui akses jalan yang disediakan
atau sudah ada (Ching, 2000). Dalam
pencapaian ke suatu bangunan dibagi menjadi
Hal 102
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
tiga yaitu pencapaian langsung, pencapaian
tersamarkan dan pencapaian berputar
Pencapaian Langsung
Pencapaian langsung adalah pendekat- an
yang mengarah langsung ke suatu tempat
masuk, melalui sebuah jalan lurus segaris
dengan alur sumbu bangunan. Tujuan visual
yang mengakhiri pencapaian ini jelas, dapat
merupakan fasade muka seluruhnya dari
sebuah bangunan atau suatu perluasan tempat
masuk di dalam bidang.
Pencapaian Tersamarkan
Pencapaian
tersamarkan
adalah
pendekatan yang samar-samar meningkat- kan
efek perspektif pada fasade depan dan bentuk
suatu bangunan. Jalur dapat dirubah arahnya
satu atau beberapa kali untuk menghambat dan
memperpanjang urutan pencapaian.
Fasad bangunan tidak menampakkan
perspektif bangunan. Pecapaian secara tegak
lurus juga tidak tercapai. Ini disebabkan karena
pintu masuk ke bangunan berada di sisi jalan
sehingga apabila seseorang melintasi jalan
tersebut visualisasinya tidak akan ke bangunan
melainkan tegak lurus ke arah jalan. Maka
bangunan tersebut merupakan bangunan yang
pencapaiannya tersamar.
Pencapaian Berputar
Pencapaian berputar adalah jalan berputar
yang memperpanjang urutan pencapaian dan
mempertegas bentuk tiga dimensi suatu
bangunan dan bergerak mengelilingi tipe
bangunan. Jalan masuk bangunan mungkin
dapat dilihat terputus- putus selama waktu
pendekatan untuk memperjelas posisinya atau
dapat
tersembunyi
sampai
di
tempat
kedatangan.
Pencapaian bangunan dapat dilakukan
secara memutar untuk memasuki bangunan
tersebut karena pintu masuk yang tersamar dan
berputar di segala sisi.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1 : Berbagai bentuk pencapaian ke bangunan: (a) pencapaian langsung, (b) pencapaian
tersamarkan, (c) pencapaian berputar
Sumber : Ching (2000)
Pintu Masuk
Menurut Ching (2000), Pintu merupakan
jalan masuk yang paling utama ke dalam
bangunan yang menghubungkan ruang luar dan
dalam bangunan. ada tiga macam pintu dalam
bangunan yaitu:
Pintu masuk yang rata mempertahankan kontinuitas permukaan dinding
dan jika diinginkan dapat sengaja
dibuat tersamar.
Pintu masuk yang menjorok ke luar
membentuk sebuah ruang transisi,
menunjukkan
fungsinya
sebagai
pendekatan
dan
memberikan
perlindungan di atasnya.
Pintu masuk yang menjorok ke dalam
juga memberikan perlindungan dan
menerima sebagian ruang eksterior
menjadi bagian dalam bangunan.
Pola-pola Sirkulasi
Menurut Ching (2000), pola sirkulasi
diperlukan untuk memaksimalkan pergerakan
dari suatu ruang ke ruang lainnya. Pola sirkulasi
juga dapat dimaksudkan untuk menambah
estetika bangunan atau ruang. Pola sirkulasi
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
ruang dibagi menjadi pola linier, pola radial, pola
spiral, pola network dan pola campuran.
Pola Linier
Suatu pola sirkulasi berupa garis yang
mempunyai arah sehingga dapat menjadi unsur
pembentuk deretan ruang. Pola ini sangat sering
ditemui karena banyak dipergunakan. Contoh :
jalan raya, jalan tol, sirkuit, lorong sekolah dan
rumah sakit, dan lain-lain.
Pola Radial
Suatu pola sirkulasi melalui penyebaran
atau perkembangan dari titik pusat. Biasanya
pola radial ini terdapat banyak ruang
pergerakan. Karena pola yang digunakan sama
seperti pola yang digunakan pada jari-jari
sepeda. Contoh : gym, stadium, dan
sebagainya.
Pola Spiral
Suatu pola sirkulasi ruang dengan cara
berputar menjauhi titik pusat. Pola sirkulasi ini
efektif pada lahan yang mempunyai luas
terbatas dan pada lahan yang mempunyai
kontur tanah yang curam. Contoh : ram parkiran
di mal, jalan di daerah pegunungan, dan
sebagainya.
Hal 103
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
Pola Network
Suatu pola sirkulasi berupa jaringan
(penyatuan) dari beberapa ruang gerak untuk
menghubungkan titik-titik berpadu dalam suatu
ruang. Umumnya pola ini dipergunakan pada
ruang-ruang
gedung
perkantoran
yang
dimaksudkan agar setiap orang bisa dengan
mudah beraktivitas.
(a)
(b)
Pola Campuran
Suatu pola sirkulasi yang terdiri dari
gabungan empat pola (linier, radial, spiral dan
network) untuk menciptakan suatu pola yang
berbeda yang menimbulkan kesan harmonisasi
dari perpaduan empat pola. Akan tetapi untuk
menciptakannya amat sulit. Apabila tidak sesuai
akan menimbul- kan kesan membingungkan.
(c)
(d)
(e)
Gambar 2 : Berbagai bentuk pola sirkulasi: (a) pola linier, (b) pola radial, (c) pola spiral, (d) pola
network, (e) pola campuran
Sumber : Ching (2000)
Jalur Sirkulasi
Menurut Ching (2000), jalur sirkulasi adalah
pergerakan atau ruang lingkup gerak suatu
ruang yang saling berhubungan baik dengan
fungsi, bentuk dan lain-lain. Jalur sirkulasi
penghubung ruang dibagi menjadi 3, yaitu
melewati ruang, menembus ruang dan berakhir
dalam ruang.
Jalur Sirkulasi Melewati Ruang
Jalur sirkulasi melewati ruang adalah suatu
pergerakan atau ruang lingkup gerak yang
berfungsi sebagai penghubung ruang satu
dengan lainnya. Jalur sirkulasi melewati ruang
ini memiliki beberapa ciri:
Mempertahankan
integritas
ruang
(keutuhan ruang, tanpa mengganggu
ruang lainnya)
Menunjukkan ruang yang bebas (jalan,
lorong, dan sebagainya)
Menghubungkan ruang satu dengan
lainnya
Mempertahankan
kesatuan
dari
ruangan-ruangan yang ada dengan
konfigurasi jalan yang fleksibel.
Jalur Sirkulasi Menembus Ruang
Sirkulasi menembus ruang adalah suatu
pergerakan atau/ruang lingkup gerak yang
berfungsi sebagai penghubung ruang satu
dengan lainnya melalui atau menembus ruang
yang lain. Jalur sirkulasi menembus ruang
memiliki beberapa ciri:
Sirkulasi menembus sebuah ruang
dapat menerus sumbunya, miring, atau
sepanjang sisinya.
Sirkulasi dapat membentuk pola
wilayah-wilayah tertentu untuk aktivitas
dan gerak dalam ruang tersebut.
Jalur Sirkulasi Berakhir Dalam ruang
Sirkulasi yang berakhir di dalam ruang
adalah suatu pergerakan atau ruang lingkup
gerak yang berfungsi sebagai pemberi fokus
akses penghubung ruang yang dianggap
penting dan berakhir pada satu ruang. Jalur
sirkulasi berakhir dalam ruang ini memiliki
beberapa ciri:
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
Lokasi ruangan menghasilkan jalur
sirkulasi.
Biasanya sirkulasi berakhir pada
ruangan pertemuan.
Berkesan fungsional dan formal
Biasanya mempunyai satu akses jalan
Bentuk Ruang Sirkulasi
Menurut Ching (2000), Bentuk ruang
sirkulasi dapat dibedakan menjadi bentuk
tertutup, terbuka pada salah satu sisi dan
terbuka pada kedua sisi.
Ruang Sirkulasi Tertutup
Ruang sirkulasi tertutup membentuk galeri
umum atau koridor pribadi yang berkaitan
dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui
pintu-pintu masuk pada bidang dinding.
Ruang Sirkulasi Terbuka pada Salah Satu
Sisinya
Ruang sirkulasi terbuka pada salah satu
sisinya membentuk balkon atau galeri yang
memberikan kontinuitas visual dan kontinuitas
ruang
dengan
ruang-ruang
yang
dihubungkannya.
Ruang Sirkulasi Terbuka pada Kedua Sisinya
Ruang sirkulasi terbuka pada kedua sisinya
membentuk deretan kolom untuk jalan lintas
yang menjadi sebuah perluasan fisik dari ruang
yang ditembusnya.
3. Pembahasan
Pembahasan mengenai sirkulasi terminal
penumpang kapal laut ini akan mengacu pada 3
(tiga)
buah
bangunan
yaitu
Terminal
Penumpang Internasional Yoko- hama, Terminal
Penumpang Osanbashi Hall dan Terminal
Penumpang Internasional Kobe.
Terminal Penumpang Pelabuhan Internasional Yokohama terletak di sebelah ujung
Barat Laut dari Tokyo Bay. Saat ini Terminal
penumpang internasional Yokohama dikenal
sebagai pintu gerbang Jepang melalui jalur laut.
Terminal penumpang pelabuhan internasional
Yokohama ini dapat menampung hingga empat
kapal kelas 30.000 ton atau dua kapal kelas
Hal 104
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
70.000 ton. Area keberangkatan/kedatangan,
lobby, ticket booth, bea cukai, imigrasi, toko-toko
dan kafe berada di lantai 2. Lantai 1 terdapat
area parkir dan terdapat dek observasi terbuka
untuk umum di atap. Terminal ini dibuka untuk
24 jam sehari.
Gambar 3 : Terminal penumpang Pelabuhan Internasional Yokohama tampak dari udara
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Terminal Penumpang Osanbashi Hall
memiliki lobby yang multi fungsi terletak di ujung
lantai 2. Pengunjung terminal sebagian besar
memilih untuk bersantai di lobby setelah
menikmati
pemandangan
teluk.
sekitar
pelabuhan atau kapal pesiar datang dan pergi
melalui
dinding-dinding
kaca.
Dengan
langit-langit tinggi
6 m sampai 8 m dan area
2
seluas 2.000 m . Lobby Osanbashi Hall dapat
menjadi tempat untuk berbagai acara, seperti
kuliah pertemuan, pameran, pesta, dan
pernikahan. Ada juga sebuah restoran di sisi
Shinko (menghadap Red Brick Warehouse).
Gambar 4 : Osanbashi Hall
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Terminal Penumpang Internasional Kobe
didirikan sebagai salah satu pelabuhan
perputaran di Asia karena memiliki terminal
fungsional, yang dapat menangani skala besar
untuk lebih dari 4.000 penumpang. Selain itu,
Pelabuhan Kobe memiliki akses yang baik ke
Bandara Internasional Kansai Airport (KIX) dan
Kobe domestik. Salah satu keuntungan dari
pelabuhan Kobe adalah kedekatannya ke pusat
kota. Selain itu, ada berbagai sarana
transportasi, pelabuhan kapal, kereta bawah
tanah, kereta api dan jalan layang dengan akses
untuk berbelanja dan tamasya.
Gambar 5 : Terminal pelabuhan kobe tampak dari udara
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
3.1 Pencapaian ke Bangunan
Ketiga terminal penumpang menggunakan pencapaian langsung ke bangunan. Bahkan
pada Terminal Penumpang Internasional Kobe
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
pencapaian langsung ini terdapat pada semua
akses masuk yang berasal dari jalur transportasi
dengan moda lainnya. Sehingga ketika
seseorang sampai dan turun dari kendaraan,
Hal 105
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
mereka tak lagi bingung menemukan terminal
karena sudah sampai di dalamnya.
Gambar 6 : Pencapaian secara langsung Terminal Penumpang Pelabuhan Internasional Yokohama
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Gambar 7 : Terminal Pelabuhan Kobe tampak dari arah laut dapat terlihat banyak akses jalan untuk
menuju ke bangunan
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
3.2 Pintu Masuk
Meskipun kedua terminal penumpang
memiliki
pencapaian
langsung,
namun
keduanya juga memiliki pintu masuk yang
menjorok ke dalam. Ini dapat dilakukan karena
dengan pencapaian langsung, pintu masuk yang
menjorok ke dalam tidak akan membingungkan
(a)
justru akan mempertegas jalur masuk.
Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari pintu
masuk seperti ini adalah menerima sebagian
ruang eksterior menjadi bagian dalam
bangunan. Sebagai bangunan publik, pintu
masuk seperti ini akan mempertegas kesan
menerima dari bangunan ini.
(b)
(c)
Gambar 8 : Pintu masuk penumpang pada Pelabuhan Internasional Yokohama (a dan b) dan
Terminal Penumpang Pelabuhan Kobe (c)
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013 (a, b); www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013 (c)
3.3 Pola Sirkulasi
Terdapat 2 (dua) pola sirkulasi yang
terdapat pada ketiga bangunan terminal
penumpang yaitu pola linier dan pola radial.
Pada
Terminal
Penumpang
Pelabuhan
Internasional Yokohama, pola linier ini terdapat
pada jalur masuk, dan lobby. Pada jalur masuk
pola linier dimaksudkan untuk memperjelas arah
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
yang dituju oleh pengunjung dari area parkir
yaitu lobby lantai 1. Sedangkan pola linier pada
lobby untuk membuat pengunjung merasakan
arah pergerakan sehingga pengunjung dapat
merasakan pergerakan dari meja informasi dan
check-in counter yang menangani prosedur
keberangkatan dan jasa pengiriman bagasi
menuju ke kafe dan tujuh toko
yang juga
2
terdapat di lobby seluas 4.400 m tersebut.
Hal 106
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
Gambar 9 : Ramp yang bisa digunakan sebagai sirkulasi utama untuk menuju tiap lantai terminal pada
Pelabuhan Internasional Yokohama (kiri) dan lobby terminal (kanan)
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Pola linier pada Terminal Penumpang
Osanbashi Hall terdapat pada lobby dan
anjungan.2 Pada lobby yang luasnya kira-kira
3000 m .terdapat fasilitas CIQ (Bea Cukai,
Imigrasi dan karantina). Pola sirkulasi yang
digunakan pada area ini mengharuskan para
penumpang untuk mengantri dalam melakukan
kegiatan pengurusan bea cukai, imigrasi, dan
karantina.
Gambar 10 : Denah lantai 1 (kiri) dan Fasilitas CIQ (Bea cukai, imigrasi dan karantina) (kanan) pada
Terminal Penumpang Osanbashi Hall
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Selain fasilitas CIQ, lobby Terminal
penumpang Osanbashi Hall juga memiliki tujuh
toko suvenir, kafe dengan pemandangan laut,
dan sebuah restoran yang penuh dengan
pemandangan panorama pelabuhan di akhir
terminal. Pola linier membuat seluruh toko dan
restoran
tersusun
berjejer.
Pola
ini
memungkinkan para pengunjung untuk lebih
mudah melihat dan memilih toko mana yang
akan mereka kunjungi.
Pola linier yang terdapat pada anjungan
berbentuk plaza pada bagian atap dibagi
menjadi dua area untuk pejalan kaki. Pola ini
memberikan arah bagi pengunjung untuk
berjalan di sepanjang plaza. Dengan demikian
penumpang on board dapat Ini menikmati
pemandangan tanpa terhalang pelabuhan dan
kota. Sebaliknya pengunjung lainnya dapat
menyambut kapal-kapal pesiar tiba atau melihat
penumpang yang berangkat. Anjungan yang
dilengkapi dengan dek kayu dan rumput alam ini
juga dibuka untuk umum selama 24 jam sehari.
Gambar 11 : Toko-toko dan restoran (kiri) dan dek penumpang (kanan) pada Terminal Penumpang
Osanbashi Hall
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Pada Terminal Penumpang Internasional
Kobe, pola linier terdapat pada lobby, CIQ
keberangkatan dan CIQ Kedatangan, boarding
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
bridge, pusat
dan kantor.
informasi turis, money exchange
Hal 107
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
Gambar 12 : Denah lantai 2 Terminal Penumpang Internasional Kobe
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
Pola linier yang terdapat pada lobby
dimaksudkan untuk mengarahkan pengunjung
pada satu pintu. Sedangkan pola linier untuk
ruang-ruang
lainnya
dimaksudkan
agar
pengunjung harus mengantri pada bagian
tersebut sehingga kegiatan yang terjadi di dalam
area ini menjadi teratur. Sedangkan pola linier
yang digunakan pada boarding bridge
dimaksudkan untuk memberikan arah bagi
penumpang yang akan menuju ke kapal.
Gambar 13 : Lobby Keberangkatan (kiri), area pengurusan bea cukai (tengah), dan area pengurusan
imigrasi (kanan) pada Terminal Penumpang Internasional Kobe
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
Gambar 14 : Area pengurusan karantina (kiri) dan pusat informasi turis dan money exchange (kanan)
pada Terminal Penumpang Internasional Kobe
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
Sementara itu pola radial pada Terminal
Penumpang Pelabuhan Internasional Yokohama
terdapat pada area parkir. Pola ini membuat
pengunjung bebas menuju kemana saja arah
yang mereka inginkan untuk melakukan tur di
sekitar Kota Yokohama. Karena itu, area parkir
ini juga digunakan bukan oleh pengunjung
terminal.
Sementara pola radial pada Terminal
Penumpang Osanbashi Hall terdapat pada
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
lounge dan plaza lantai atap. Ruang dekat pintu
masuk ke Osanbashi Hall dapat digunakan
sebagai panggung untuk acara seperti
mini-konser dan pertunjukan tari dengan ramp
sekitarnya yang berfungsi sebagai kursi
penonton. Pola radial dimaksudkan agar
pengunjung dapat dengan mudah mencapai
kedua area ini dan sebaliknya juga mudah
bergerak menuju fasilitas yang satu ke fasilitas
lainnya.
Hal 108
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
Gambar 15 : Denah lantai atap (atas) dan suasana pada lounge (kiri bawah) dan plaza lantai atap
(kanan bawah) pada Terminal Penumpang Osanbashi Hall
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Pola radial yang terdapat pada Terminal
Penumpang Kobe terdapat pada lobby semua
lantai. Ini memudahkan pengunjung untuk
melakukan aktifitas tanpa harus memutar atau
melalui ruangan tertentu.
Gambar 16 : Denah lantai 1 (kiri) dan suasana lobby lantai 1 (kanan) pada Terminal Penumpang Kobe
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
Gambar 17 : Suasana lobby lantai 2 Terminal Penumpang Kobe
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
Hal 109
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
Gambar 18 : Denah lantai 3 (kiri) dan suasana lobby lantai 3 (kanan) Terminal Penumpang Kobe
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
3.4 Jalur Sirkulasi
Bentuk jalur sirkulasi yang terdapat pada
ketiga bangunan terdiri dari jalur sirkulasi
berakhir pada ruang, menembus ruang dan
melewati ruang. Jalur sirkulasi berakhir pada
ruang terdapat pada ruang-ruang lantai 1 di
Terminal Penumpang Osanbashi Hall yang
berakhir pada ruang parkir dan pada
ruang-ruang lantai Terminal Penumpang
Internasional Kobe yang berakhir pada lobby.
Jalur sirkulasi ini dimaksudkan untuk mengarahkan.
Gambar 19 : Denah lantai 1 Terminal Penumpang Osanbashi Hall (kiri) dan Terminal Penumpang
Internasional Kobe (kanan)
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013 dan www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
Jalur sirkulasi menembus ruang terdapat
pada ruang-ruang di lantai 2 dan lantai atap pada
Terminal Penumpang Osanbashi Hall. Ini
membuat pengunjung terpaksa melewati
ruang-ruang komersial. Dengan demikian ruang
komersial akan selalu ramai oleh pengunjung.
Bentuk jalur sirkulasi yang sama juga terdapat
pada ruang-ruang di lantai 2 pada Terminal
penumpang Internasional Kobe.
Gambar 20 : Denah lantai 2 (kiri) dan denah lantai atap (kanan) Terminal Penumpang Osanbashi Hall
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Gambar 21 : Denah lantai 2 (kiri) dan lantai 3 (kanan) Terminal Penumpang Internasional Kobe
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
Sementara itu, bentuk jalur sirkulasi yang
melewati ruang terdapat di ruang-ruang lantai 3
pada Terminal Penumpang Internasional Kobe.
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
Jalur sirkulasi seperti ini membuat pengunjung
merasa mudah untuk mendatangi ruang-ruang
Hal 110
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
yang dituju tanpa terganggu dengan aktivitas di
jalur sirkulasi tersebut (Gambar 21).
3.5 Bentuk Ruang Sirkulasi
Ruang sirkulasi pada ketiga bangunan
menggunakan bentuk terbuka kedua sisi,
terbuka di satu sisi dan tertutup. Bentuk ruang
sirkulasi yang terbuka kedua sisi terdapat
pada sirkulasi parkir dan lobby pada Terminal
Penumpang Osanbashi Hall. Ini membuat peran
area parkir dan lobby sebagai penghubung
antara klain menjadi lebih tegas.
Gambar 22 : Area parkir (kiri) dan lobby (tengah dan kanan) Terminal Penumpang Osanbashi Hall
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Hampir seluruh bentuk sirkulasi pada
Terminal Penumpang di Osanbashi Hall
terbuka di satu sisi seperti lobby, lounge dan
anjungan. Sirkulasi terbuka di satu sisi pada
lobby terdapat pada sirkulasi toko-toko dan
restoran sebagai ruang yang harus dilewati di
lobby. Sedangkan sirkulasi terbuka di satu sisi
pada Longue diarahkan dengan material kaca
sebagai pemisah antara longue dan dek kapal.
Gambar 23 : Toko dan restoran (kiri) dan lounge (kanan) Terminal Penumpang Osanbashi Hall
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Sementara itu, sirkulasi terbuka di satu sisi
pada plaza lantai atap memberikan kontinuitas
visual
dan
kontinuitas
ruang
dengan
ruang-ruang yang dihubungkannya karena
ruang ini merupakan area untuk pengantar
penumpang.
Bentuk sirkulasi terbuka di satu sisi pada
Terminal Penumpang Internasional Kobe
terdapat pada ruang pusat informasi dan money
exchange. Ini memberikan konsentrasi pada
para petugas dalam melayani pengunjung.
Gambar 24 : Plaza lantai atap (kiri), dek pengunjung (tengah) dan pusat informasi turis dan money
exchange (kanan) pada Terminal Penumpang Osanbashi Hall
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
Hal 111
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
Sementara itu, bentuk sirkulasi tertutup
kedua sisi pada Terminal Penumpang
Osanbashi Hall terdapat pada jalur masuk dari
area parkir ke lobby lantai 1, lobby, fasilitas CIQ
dan plaza lantai atap. Sirkulasi tertutup di kedua
sisi pada lobby dan jalur masuk ini sangat
mendukung fungsi lobby sebagai ruangan yang
difugsikan sebagai ruang untuk menampung
berbagai acara kegiatan.
Gambar 25 : Ramp (kiri) dan hall (kanan) pada Terminal Penumpang Osanbashi Hall
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Pada Terminal Penumpang Osan- bashi
Hall hanya terdapat 2 (dua) buah ruang dengan
bentuk sirkulasi tertutup di kedua sisi yaitu
fasilitas CIQ dan sirkulasi menuju ruang Plaza
lantai atap. Sirkulasi tertutup ini membuat rasa
aman yang cukup tinggi pada fasilitas BCQ.
Sementara pada sirkulasi ruang plaza, sirkulasi
tertutup menimbulkan kesan privasi ketika
menuju ruang yang diperuntukkan juga untuk
kegiatan konser mini dan lainnya.
Gambar 26 : Fasilitas CIQ (Bea cukai, imigrasi dan karantina) (kiri) dan plaza acara terbuka (kanan)
pada Terminal Penumpang Osanbashi Hall
Sumber : www.osanbashi.com, diunduh 14 Juni 2013
Sementara itu bentuk sirkulasi tertutup di
kedua sisi terdapat pada hampir seluruh bagian
dari Terminal Penumpang Internasional Kobe.
Bentuk ruang sirkulasi tertutup yang terdapat
pada lobby lantai 1 memberi ruang pada galeri
yang berkaitan dengan ruang-ruang yang
dihubungan melalui pintu-pintu masuk pada
bidang dinding.
Sirkulasi tertutup berbentuk galeri koridor
pada seluruh lobby memberikan kesan privasi
(a)
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
yang cukup kuat hanya bagi pengunjung
terminal yang datang maupun yang akan
bepergian (Gambar 27).
Bentuk sirkulasi tertutup juga terdapat
pada area pengurusan bea cukai, imigrasi,
karantina dan boarding bridge. Ini memberikan
rasa aman yang cukup tinggi (Gambar 28 dan
Gambar 29).
(b)
Hal 112
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
(c)
(d)
Gambar 27 : Lobby pada Terminal Penumpang Internasional Kobe berupa (a) lobby lantai 1, (b) lobby
keberangkatan, (c) lobby lantai 2, (d) lobby lantai 3
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
Gambar 28 : Area pengurusan bea cukai (kiri), area pengurusan imigrasi (tengah) dan area
pengurusan karantina (kanan) pada Terminal Penumpang Internasional Kobe
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
Gambar 29 : Boarding bridge pada Terminal Penumpang Internasional Kobe
Sumber : www.kobe-meriken.or.jp, diunduh 16 Juni 2013
4.
Penutup
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan yaitu:
Fungsi terminal penumpang kapal laut
adalah sebagai tempat mewadahi
kegiatan pelayanan bagi penumpang
kapal laut. Namun terminal penumpang
kapal laut juga dapat difungsikan juga
sebagai tempat untuk mewadahi
kegiatan lain seperti acara atau
pertunjukan dalam skala kecil yang
dapat digunakan oleh publik pengantar
maupun penikmat panorama pelabuhan.
Bayaknya aktivitas yang terdapat dalam
terminal penumpang kapal laut mulai
dari kegiatan utama hingga kegiatan
penunjang bagi masyarakat sekitar
menjadikan sirkulasi menjadi masalah
utama dalam perancangan.
Sirkulasi
yang
digunakan
dalam
merancang terminal penumpang kapal
laut harus memberikan kemudahan dan
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
kenyamanan bagi seluruh penggunanya.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam
merancang
sirkulasi
terminal
penumpang kapal laut adalah sirkulasi
penumpang, pengantar dan barang.
Pencapaian ke bangunan, pintu masuk,
pola sirkulasi, jalur sirkulasi dan bentuk
ruang sirkulasi adalah unsur-unsur
penting yang harus direncanakan
dengan tepat agar sirkulasi yang
digunakan
dapat
memberikan
kemudahan dan kenyamanan bagi
penggunanya.
Unsur-unsur sirkulasi tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda pada setiap
terminal penumpang yang sangat
bergantung dari lokasi serta fungsi
tambahan dari terminal penumpang itu
sendiri.
Pencapaian bangunan ditentukan oleh
akses jalan di sekitar bangunan,
sehingga pencapaiannya
mengikuti
akses jalan yang ada di sekitarnya.
Hal 113
Sari dan Kalsum. “Sirkulasi Terminal Penumpang Kapal Laut”
Sebagai
fasilitas
antar
moda
transportasi, terminal penumpang dapat
berhubungan langsung dengan jalur
transportasi moda lain di sekitarnya.
Terminal
penumpang
kapal
laut
merupakan bangunan umum sebagai
penyebar akses dan seterusnya perlu
pencapaian langsung
Pintu masuk ke bangunan yang
menjorok
ke
dalam
memberikan
keuntungan berupa perlindungan dan
menerima sebagian ruang eksterior
menjadi bagian dalam bangunan
sehingga tidak diperlukan suatu lahan
yang luas hanya untuk fungsi pintu
masuk.
Pola sirkulasi antar ruang yang
umumnya digunakan pada kedua contoh
kasus yaitu pola sirkulasi linier dan pola
sirkulasi radial. Pola sirkulasi radial
umumnya digunakan pada ruang-ruang
berkumpul seperti lobby dan hall.
Sedangkan pola linier digunakan pada
ruang-ruang yang ingin mengarahkan
pengunjungnya untuk menuju ke suatu
tempat tertentu.
Hubungan jalur sirkulasi ruang yang
digunakan dari kedua contoh kasus
memiliki beberapa perbedaan. ini
dikarenakan konsep penyusunan ruang
yang berbeda dari masing-masing
bangunan akibat dari fungsi dan lokasi
yang
berbeda..
Tetapi
secara
keseluruhan ketiga tipe hubungan jalur
sirkulasi
dapat
digunakan
dalam
perancangan terminal penumpang kapal
laut. Jalur sirkulasi berakhir pada ruang
dimaksudkan untuk mengumpulkan
misalnya pada ruang lobby. Jalur
sirkulasi melewati ruang diterapkan pada
ruang-ruang yang membutuhkan privasi
tinggi.
Sedangkan
jalur
sirkulasi
menembus ruang dimaksudkan untuk
mengarahkan pengunjung melewati
ruang-ruang yang ditembusnya seperti
area komersial.
Langkau Betang, Vol. 1/No. 1/2014
Bentuk sirkulasi tertutup diutamakan
bagi ruang-ruang yang membutuhkan
privasi tinggi. Bentuk sirkulasi terbuka di
satu sisi untuk memberikan keamanan
juga memberi arahan untuk mengantri.
Sedangkan bentuk sirkulasi terbuka
ditempatkan pada ruang-ruang yang
bersifat publik.
Daftar Pustaka
__. 1996. Peraturan Pemerintah RI No. 70 Tahun
1996 tentang Kepelabuhan, Departemen
Perhubungan RI
Alucci, Marcia Peinando; Leonardo Marques
Monteiro. 2009. Thermal Comfort Index for
The Assessment of Outdoor Urban Spaces
in Subtropical Climates. University of Sao
Paulo. Sao Paulo
Andiani, Dita. 2011. Terminal Feri Domestik
Sekupang – Batam (Arsitektur Simbolis).
Laporan Perancangan Tugas Akhir Departemen
Arsitektur, Universitas Sumatera Utara. Diunduh
dari
http://repository.usu.ac.id/
handle/123456789/26972
Ching, Francis D. K. 2000. Arsitektur Bentuk,
Ruang, dan Tatanan; edisi kedua. Erlangga.
Jakarta
Cyril, Haris 1975. Dictionary of Architecture And
Construction. McGraw-Hill Professional. New
York.
Haronjeff, Robert.
Perancangan
Jakarta
1993. Perencanaan dan
Bandar Udara. Erlangga.
Morlok, Edward K. 1991. Pengantar Teknik dan
Perencanaan Transportasi. Erlangga. Jakarta
Triatmodjo, Bambang. 2008. Pelabuhan. Beta
Offset. Yogyakarta
www.kobe-meriken.or.jp. Akses: 2013
www.osanbashi.com. Akses: 2013
www.investor.co.id. Akses: 2013
Hal 114