Journal of Pharmacy and Science
Vol. 6 No. 2, (Juli 2021), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
Perbandingan Pertumbuhan Isolat Probiotik pada Media Alami
dengan Berbagai Jenis Sumber Karbon
Sitti Nur Ilmiah1*), Zaraswati Dwyana2, Asadi Abdullah2
1
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Billfath, Siman,
Sekaran Lamongan, Indonesia
2
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universita Hasanuddin, Makassar,
Indonesia
*)
E-mail: (sittinur_ilmiah@yahoo.com )
ABSTRAK
Probiotik merupakan mikroba hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan pada inang karena dapat
menyeimbangkan mikroba yang ada dalam saluran pencernaan menjadi meningkat. Pemanfaatan tersebut
dapat memberikan pengaruh positif dan kesehatan bagi inang sehingga sangat baik untuk diaplikasikan.
Pemanfaatan bahan alami dapat menekan biaya media tumbuh sehingga perlu penggantian media sintetik
dengan media alami karena memiliki harga yang relatif lebih murah tetapi mengandung nutrien penting bagi
pertumbuhan mikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan isolat probiotik
berdasarkan lama waktu kutur dalam media alami yang mengandung sumber karbon berbeda. Pertumbuhan
isolat probiotik dalam berbagai sumber karbon dilakukan melalui metode Standard Plate Count (SPC).
Melalui metode SPC didapatkan jumlah koloni isolat G dari masing-masing media berupa kanji, sagu, dan
dedak yaitu 2,3 x 108 Cfu/mL, 6,4 x 106 Cfu/mL, dan 4,3 x 106 Cfu/mL selama 48 jam; 2,6 x 108 Cfu/mL, 1,6
x 108 Cfu/mL, dan 1,0 x 108 Cfu/mL selama 96 jam; 4,6 x 108 Cfu/mL, 1,8 x 108 Cfu/mL, dan 1,2 x 108
Cfu/mL selama 144 jam. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa isolat G mampu ditumbuhkan dalam
media alami berupa kanji, sagu dan dedak.
Kata kunci : Probiotik, Mikroba, Media alami, Sumber Karbon, Metode SPC.
Comparison of Probiotic Isolate Growth in Natural Culture with
Various Carbon Sources
ABSTRACT
Probiotic is living microbe has giving influence profitable host because can balancing microbe in digestive
tract so can be increasing.The utilization can give positive effect and healthy to host so very good for
aplication . Utilization of natural sources can press cost of growth media so need substitution synthetic
media with natural media because more cheaper but contain important nutrient to grow microbe. This
research was aimed growth prociotic in natural culture based on culture duration in natural culture with
contain various carbon sources.Growth of probiotic isolate in various carbon sources was carried out by
Standard Plate Count (SPC) method. Through SPC method obtained number of isolate G colony from starch,
sago, and bran respectively was 2,3 x 108 Cfu/mL, 6,4 x 106 Cfu/mL, and 4,3 x 106 Cfu/ mL for 48 hour; 2,6 x
108 Cfu/mL, 1,6 x 108 Cfu/mL, and 1,0 x 108 Cfu/mL for 96 hour; 4,6 x 108 Cfu/mL, 1,8 x 108 Cfu/mL, and 1,2
x 108 Cfu/mL for 144 hour. The result obtained showed that isolate G can growth in natural culture such as
from starch, sago, and bran.
Keywords: Probiotic, Microbe, Natural culture, Carbon sources, SPC method.
1.
PENDAHULUAN
Probiotik adalah mikroba hidup yang jika
dikonsumsi akan menimbulkan efek terapeutik dan
manfaat kesehatan bagi penjamu. Agen antibakteri,
seperti asam laktat dan bakteriosin yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
Senyawa tersebut dapat dihasilkan oleh bakteri
probiotik. Hal ini didasari oleh kemampuan agen
antibakteri untuk menurunkan pH sekitar menjadi
rendah sehingga menyebabkan bakteri patogen sulit
tumbuh [1].
Ditegaskan oleh [2] bahwa probiotik dapat
merupakan kultur hidup dari satu macam mikroba
atau lebih yang diberikan pada manusia atau hewan
untuk mikroflora pencernaan. Jenis mikroba
tersebut harus sudah dinyatakan aman untuk
digunakan sebagai bahan pakan atau pangan.
103
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 6 No. 2, (Juli 2021), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
sendok tanduk, vortex, inkubator (Memmmert), dan
oven (Heraues).
Bahan-bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah isolat G yang merupakan
bakteri probiotik, dari isolasi saluran pencernaan
usus itik pedaging, media deMann Rogosa Sharpe
Agar (MRSA) (Merck), media deMann Rogosa
Sharpe Broth (MRSB) (Merck), media alami, tisu,
kapas, cling wrap, kertas label, aluminium foil, dan
aquades steril.
Probiotik memberikan efek fisiologis seperti
antikolestrol, antihipertensi, intoleran laktosa,
antikarsinogenik, gangguan saluran pencernaan
serta alergi. Dengan memperhatikan kesehatan
inangnya,
penambahan
probiotik
harus
memperhatikan konsentrasi antara 107-1011 Cfu/g
per hari untuk manusia dan 107-109/g per hari untuk
binatang sehingga dapat berperan untuk
menurunkan kadar kolestrol.
Biaya
yang
sangat
tinggi
terhadap
penggunaan media kultur telah mengurangi
penggunaan media kultur yang siap pakai.
Tingginya biaya media untuk membuat media
alternatif menggunakan bahan baku lokal dengan
harga yang murah. Media alami yang dimanfaatkan
untuk
pertumbuhan mikroorganisme harus
mengandung nutrisi yang dibutuhkan [3].
Penggunaan sejumlah bahan sebagai alternatif
media kultur telah memungkinkan untuk dilakukan.
Sebagai alternatif, sagu dapat digunakan sebagai
media pertumbuhan bakteri. Media kultur alternatif
seperti beras, buncis, jagung, dan tepung kedelai
alami mengandung bahan nutrien berbeda.
Beberapa penelitian difokuskan pada bahan
alternatif dari media kultur. Penggantian media
sintetik, seperti NA telah dilakukan untuk
pertumbuhan bakteri dari bahan berbeda. Penelitian
lain pada pertumbuhan dan karakteristik kultur dari
bakteri selektif dalam agar kacang tunggak telah
dilakukan. Biji kacang-kacangan juga digunakan
sebagai alternatif media kultur [4].
Berdasarkan tinjauan tersebut maka dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan isolat probiotik berdasarkan lama
waktu kultur dalam media alami yang mengandung
sumber karbon berbeda. Sumber karbon yang
digunakan sebagai media kultur berupa kanji, sagu,
dan dedak. Dengan demikian, maka adanya
probiotik dalam saluran pencernaan dapat berperan
aktif dalam meningkatkan kecernaan pakan.
2.
2.2 Sterilisasi Alat dan Bahan
Alat-alat gelas yang tahan pada pemanasan
tinggi disterilkan dengan oven pada suhu 180◦C
selama 2 jam. Sedangkan alat yang tidak tahan
panas dan medium, disterilkan di otoklaf pada suhu
121◦C selama 15 menit pada tekanan 2 atm. Alat
yang terbuat dari logam, seperti ose disterilkan
dengan perendaman dalam alkohol 70% dan
dipijarkan langsung di atas api bunsen.
2.3. Pembuatan Media
2.3.1. Media deMann Rogosa Sharpe Agar
(MRSA)
Media MRSB sebanyak 26 gr dan bakto agar
1,5 gr dilarutkan ke dalam 50 mL aquades,
selanjutnya dipanaskan hingga larut. Dalam proses
pemanasan tersebut ditambahkan pula CaCO3
secukupnya. Media tersebut kemudian disterilkan
menggunakan otoklaf selama 15 menit pada suhu
121◦C, tekanan 2 atm.
2.3.2. Media deMann Rogosa Sharpe Broth
(MRSB)
Media MRSB sebanyak 5,2 gr dilarutkan ke
dalam 100 mL aquades, selanjutnya dipanaskan
hingga larut. Media tersebut kemudian disterilkan
menggunakan otoklaf selama 15 menit pada suhu
121◦C, tekanan 2 atm.
2.3.3. Media Alami dengan Sumber Karbon Kanji
Tepung ikan ditimbang sebanyak 0,5 gr dan
molase sebanyak 0,25 gr. Bahan tersebut
dicampurkan kedalam larutan aquades dengan
takaran 50 mL. Selanjutnya bahan tersebut
dimasukkan kedalam erlenmeyer yang berukuran
250 mL. Sterilkan pada otoklaf selama 15 menit
pada suhu 121◦C, tekanan 2 atm. Kanji ditimbang
sebanyak 1 gr dan dibungkus dengan kertas
selanjutnya disterilkan kedalam otoklaf bersama
bahan yang lain. Bahan yang sudah disterilkan
didiamkan hingga suhu mencapai 35◦C dan
ditambahkan kanji hingga tercampur dengan media
pada gelas erlenmeyer.
METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cawan petri (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex),
erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), batang
pengaduk, korek api, rak tabung, spoid, pipet tetes,
bunsen,
ose,
otoklaf
(All
American),
spektrofotometer, Laminary Air Flow (LAF),
timbangan digital, shaker (Health Shaker Rotator),
hot plate (Cole Parmer Instrumen Company),
104
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 6 No. 2, (Juli 2021), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
2.3.4. Media Alami dengan Sumber Karbon Sagu
Tepung ikan ditimbang sebanyak 0,5 gr dan
molase sebanyak 0,25 gr. Bahan tersebut
dicampurkan kedalam larutan aquades dengan
takaran 50 mL. Selanjutnya bahan tersebut
dimasukkan kedalam erlenmeyer yang berukuran
250 mL. Sterilkan pada otoklaf selama 15 menit
pada suhu 121◦C, tekanan 2 atm. Sagu ditimbang
sebanyak 1 gr dan dibungkus dengan kertas
selanjutnya disterilkan kedalam otoklaf bersama
bahan yang lain. Bahan yang sudah disterilkan
didiamkan hingga suhu mencapai 35◦C dan
ditambahkan sagu hingga tercampur dengan media
pada gelas erlenmeyer.
menunjang pertumbuhan bakteri tersebut, maka
diberikan perlakuan agitasi menggunkan shaker
dalam proses fermentasinya.
2.7. Kultur Probiotik pada Media Alami
Probiotik yang berasal dari hasil prakultur
selama 24 jam diambil sebanyak 3 mL kedalam
media alami dengan berbagai sumber karbon yang
berbeda yaitu sagu, kanji dan dedak. Kultur
dilakukan pada media alami agar bakteri probiotik
tersebut dapat memperbanyak diri dan melakukan
penyesuaian terhadap lingkungan atau kondisi yang
baru. Kondisi kultur selama 48 jam, 96 jam dan
144 jam dihitung jumlah koloninya.
2.8. Perhitungan Jumlah Koloni Probiotik
Kondisi kultur probiotik pada masing-masing
media alami dengan sumber karbon berbeda
diamati pertumbuhannya selama 48 jam, 96 jam
dan 144 jam. Masing-masing kultur probiotik dari
media alami diambil sebanyak 1 mL dan
dilakuakan pengenceran bertingkat dari 10-1, 10-2,
10-3, 10-4, 10-5, 10-6 dan 10-7. Pengenceran seri 10-4,
10-5, 10-6 dan 10-7di tanam pada media MRSA
dengan metode tuang. Media tersebut diinkubasi
pada suhu 37◦C selama 24 jam dan dihitung
jumlah koloni pada cawan petri berdasarkan rumus
Standard Plate Count (SPC).
2.3.5. Media Alami dengan Sumber Karbon
Dedak
Tepung ikan ditimbang sebanyak 0,5 gr,
dedak sebanyak 1 gr dan molase 0,25 gr. Bahan
tersebut dicampurkan kedalam larutan aquades
dengan takaran 50 mL. Selanjutnya bahan tersebut
dimasukkan kedalam erlenmeyer yang berukuran
250 mL. Sterilkan pada otoklaf selama 15 menit
pada suhu 121◦C, tekanan 2 atm. Bahan yang sudah
disterilkan didiamkan hingga hangat suhu menjadi
35◦C.
2.4. Sampel Bakteri Probiotik
Sampel probiotik yang digunakan berasal dari
koleksi kampus, yakni laboratorium Mikrobiologi,
jurusan Biologi, Universitas Hasanuddin. Satu
sampel isolat probiotik tersebut merupakan hasil
isolasi dari penelitian sebelumnya yang berasal dari
saluran usus itik pedaging Anas domesticus.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolat G merupakan bakteri probiotik hasil
dari isolasi dan karakterisasi yang menunjukkan
adanya
kemampuan
sebagai
antimikroba.
Kemampuan yang dimiliki tersebut dapat
diaplikasikan sebagai pakan pada hewan. Untuk itu,
sangat perlu dilakukan pencampuran bakteri
probiotik dalam pakan ternak yang mengandung
sumber karbon penting sebagai pakan. Hasil
pertumbuhan probiotik dalam berbagai jenis
sumber karbon dapat dilihat pada Tabel 1.
2.5. Prakultur Bakteri Probiotik
Probiotik hasil dari peremajaan pada media
MRSA selanjutnya dilakukan prakultur kedalam
media MRSB. Koloni terpisah dari hasil
peremajaan pada MRSA miring diambil satu ose
dan ditumbuhkan pada MRSB. Shaker selama 24
jam untuk memungkinkan pertumbuhan bakteri
probiotik tersebut. Penghitungan jumlah koloni
dilakukan berdasarkan standar SPC selama
inkubasi 24 jam.
Tabel 1. Populasi Isolat G pada Berbagai Jenis
Sumber Karbon
Kondisi
Kanji
Sagu
Dedak
Kultur
(Cfu/mL)
(Cfu/mL)
(Cfu/mL)
(Jam)
48
2,3 x 108
6,4 x 106
4,3 x 106
96
2,6 x 108
1,6 x 108
1,0 x 108
144
4,6 x 108
1,8 x 108
1,2 x 108
2.6. Inokulasi Probiotik pada Berbagai Sumber
Karbon
Masing-masing bahan alami dan campuran
molase dan tepung ikan hasil sterilisasi yang
sebelumnya telah dihangatkan pada suhu 35◦C
dicampurkan dengan ragi sebanyak 0,25 gr. Media
alami yang sudah siap kemudian ditambahkan
dengan bakteri probiotik sebanyak 3 mL. Untuk
Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa
pada media alami yang mengandung sumber
karbon berbeda yakni kanji, sagu dan dedak
ternyata dapat digunakan sebagai media
pertumbuhan bagi bakteri probiotik uji. Dengan
mengubah
media
pertumbuhan,
tidak
105
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 6 No. 2, (Juli 2021), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
mempengaruhi durasi tahap pertumbuhan tersebut,
termasuk jumlah inokulum, asal usul fisiologi sel,
lingkungan fisiokimia keduanya pada media asli
dan media pertumbuhan baru. Hal ini mendukung
hasil yang didapatkan bahwa dalam kondisi awal,
jumlah koloni isolat G masih rendah. Berdasarkan
data yang ditampilkan juga menunjukkan bahawa
sumber karbon kanji mampu menjadi media
pertumbuhan isolat G dengan jumlah koloni
tertinggi.
Pada kondisi kultur 96 jam diperoleh jumlah
koloni isolat G sebanyak 2,6 x 108 Cfu/mL pada
media dengan sumber karbon kanji, sebanyak 1,6 x
108 Cfu/mL untuk media sagu, dan 1,0 x 108
Cfu/mL dalam media dedak. Terdapatnya
peningkatan jumlah populasi bakteri isolat G
menunjukkan terjadinya pertumbuhan selama
berada pada media alami dengan ditunjukkan
meningkatnya populasi isolat G secara drastis.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa selama
pertumbuhan 96 jam sel isolat G telah
memperbanyak diri melalui pembelahan sel
sehingga jumlah koloni mengalami pertambahan.
Menurut [6] pada proses pertumbuhan, bakteri akan
membelah dengan cepat dan konstan melalui
reproduksi seluler. Dalam proses pertumbuhan
tersebut, kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh
media tempat tumbuhnya.
Pada kondisi kultur 144 jam menunjukkan
peningkatan kembali jumlah koloni yang diperoleh.
Pada media yang mengandung sumber karbon kanji
didapatkan jumlah koloni 4,6 x 108 Cfu/mL, pada
media sagu yaitu 1,8 x 108 Cfu/mL, dan pada
sumber karbon dedak adalah 1,2 x 108 Cfu/mL.
Ketersediaan nutrisi yang memadai dalam substrat
akan dimanfaatkan oleh isolat G untuk tumbuh dan
berkembang sehingga total bakteri terus meningkat
hingga mencapai total tertinggi. Tetapnya terjadi
pertumbuhan menunjukkan adanya kondisi konstan
dalam
pembelahan
sel
sehingga
proses
pertambahan biomassa sel tetap terjadi [6].
Ketersediaan nutrisi yang memadai dalam
substrat akan dimanfaatkan oleh isolat G untuk
tumbuh dan berkembang sehingga total bakteri
terus meningkat hingga mencapai total tertinggi.
Total tertinggi populasi isolat G masih tatap
berlangsung hingga kondisi kultur 144 jam. [7]
menyatakan
jika
secara
umum
substrat
dimanfaatakan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhan biomassa, pemeliharaan sel, dan
menghasilkan produk.
mempengaruhi proses pertumbuhan dari isolat G
tersebut. Media dengan sumber bahan alami dapat
digunakan dalam perbanyakan populasi isolat G
tanpa mempengaruhi berkurangnya jumlah dari
populasi. Kondisi ini dapat diketahui dari jumlah
koloni yang didapatkan dari perlakuan prakultur
isolat G dalam media sintetik berupa MRSB
dengan hasil 6,0 x 109 Cfu/mL. Hasil ini
menunjukkan bahwa penggunaan media tumbuh
dengan sumber bahan alami tidak menghambat
pertumbuhan isolat G. Bahan alami yang
digunakan sebagai media tumbuh berperan sebagai
nutrisi penting bagi sel untuk memperbanyak diri.
Hal ini dipertegas oleh [3] bahwa nutrisi menjadi
kebutuhan penting bagi mikroorganisme. Nutrisi
digunakan untuk pertumbuhan. Nutrisi tersebut
terdiri atas karbon, nitrogen, unsur non logam
(sulfur, fosfor), unsur logam (Ca2+, Zn2+, Na2+, K+,
Cu2+, Mn2+, Mg2+, Fe2+, dan Fe3+), vitamin, air, dan
energi. Nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
perbanyakan sel harus mengandung sumber karbon
dan nitrogen. Karbon merupakan substrat penting
yang menjadi sumber utama. Karbon digunakan
dalam melakukan proses metabolisme bakteri
duntuk memperoleh nutrisi bagi sel. Sumber
karbon tersebut dapat diperoleh dari karbohidrat,
protein, dan lemak.
Koloni isolat G dengan waktu kultur 48 jam
menunjukkan jumlah sebesar 2,3 x 108 Cfu/mL
dalam media dengan sumber karbon kanji, dalam
media dengan sumber karbon sagu diperoleh
jumlah koloni sebanyak 6,4 x 106 Cfu/mL,
sedangan pada sumber karbon dedak diperoleh
jumlah koloni 4,3 x 106 Cfu/mL. Pada kondisi
kultur ini, isolat G mengalami awal pertumbuhan
sehingga jumlahnya populasi dari isolat tersebut
masih rendah dibandingkan waktu kultur
selanjutnya. Namun hasil telah menunjukkan
bahwa sel isolat G melakukan pertumbuhan melalui
pembelahan sel sehingga terjadi peningkatan
jumlah koloni. Hasil koloni pada waktu kultur 96
jam rendah karena isolat G mengalami proses
penyesuaian terhadap media (substrat) bahan alami
tersebut. Ditegaskan oleh [5] jika dalam tahapan
pertumbuhan bakteri, dibutuhkannya adaptasi bagi
sel untuk memulai menggunakan kondisi
lingkungan yang baru. Proses ini termasuk
perbaikan kerusakan makromolekuler dan sintesis
komponen penting seluler untuk pertumbuha..
Tahapan ini didefinisikan sebagai periode awal
dalam kehidupan populasi bakteri ketika sel
menyesuaikan lingkungan baru. Banyak faktor
106
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 6 No. 2, (Juli 2021), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
DAFTAR PUSTAKA
Populasi isolat G dari tertinggi hingga
terendah secara berturut-turut adalah pada media
dengan sumber karbon kanji, selanjutnya sagu dan
terakhir adalah dedak. Kompleksnya senyawa yang
terkandung pada media pertumbuhan menyebabkan
semakin panjangnya waktu yang dibutuhkan oleh
isolat G dalam menghidrolisis sumber karbon yang
terkandung dalam media alami tersebut. [7]
menyatakan bahwa tingginya jumlah bakteri yang
diperoleh dapat disebabkan oleh adanya perbedaan
komposisi media pertumbuhan. Hal ini mendukung
data yang diperoleh bahwa komposisi media antara
kanji, sagu dan dedak berbeda sehingga
menyebabkan perbedaan jumlah koloni
1.
2.
3.
4.
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang dikemukakan maka
dapat disimpulkan bahwa isolat G mampu tumbuh
dalam bahan alami menggunakan sumber karbon
berupa kanji, sagu, dan dedak dengan lama waktu
kultur yang berbeda. Kemampuan ini didukung oleh
jumlah koloni pada masing-masing bahan alami
adalah 2,3 x 108 Cfu/mL, 6,4 x 106 Cfu/mL, dan 4,3
x 106 Cfu/mL pada kondisi kultur 48 jam. Pada
kondisi kultur 96 jam diperoleh jumlah koloni
masing-masing 2,6 x 108 Cfu/mL, 1,6 x 108 Cfu/mL,
dan 1,0 x 108 Cfu/mL. Untuk kultur 144 jam
diperoleh masing-masing jumlah koloni adalah 4,6 x
108 Cfu/mL, 1,8 x 108 Cfu/mL, dan 1,2 x 108
Cfu/mL.
5.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak terkait di Laboratorium
Mikrobiologi, Departemen Biologi, Universitas
Hasanuddin yang memberikan izin kepada penulis
untuk menggunakan stok isolat probiotik G sebagai
bahan untuk dilakukan pengujian.
6.
PENDANAAN
Penelitian ini mendapatkan pendanaan dari
dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
7.
KONFLIK KEPENTINGAN
Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat
potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel
ini.
107
5.
6.
7.
Fauziah PN, Nurhajati J, Crysanti. Daya
antibakterti filtrat asam laktat dan bakteriosin
Lactobacillus bulgaricus dalam soygurt
terhadap pertumbuhan Klebsiella pneumoniae.
Bionatura J Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik.
2013:15(2):132 – 8.
Anastiawan. Isolasi dan karakterisasi bakteri
probiotik yang berasal dari usus itik pedaging
Anas
domesticus
(skripsi).
Makassar:
Universitas Hasanuddin; 2014
Rizki Z, Syahnita H. Pemanfaatan bengkuang
(Pachyrrhizus erosus) dan tauge (Vigna
radiate) sebagai media alternatif untuk
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. SEL J Pendidikan
Kesehatan. 2019:6(1):1 – 9.
Uthayasooriyan M, Pathmanathan S, Ravimannan.
Formulation of alternative culture media for
bacterial and fungal growth. Der Pharmacia
Lettre. 2016:8(1):431 – 6.
Rolfe MD, Rice CJ, Lucchini S, Pin C, Thompson
A, Cameron ADS, et al. Lag phase is a distinct
growth phase that prepares bacteria for
exponential growth and involves transient
metal accumulation. J of Bacteriol.
2021:194(3):686 – 1.
Safitri N, Sunarti TC, Meryandini A. Formula
media pertumbuhan bakteri asam laktat
Pediococcus
pentosaceus
menggunakan
substrat whey tahu. J Sumberdaya Hayati.
2016:2(2):31 – 8.
Yeni, Meryandini A, Sunarti TC. Penggunaan
substrat whey tahu untuk produksi biomassa
oleh Pediococcus pentosaceus E.1222. J
Teknol Indust Pert. 2016:26(3):284 – 3.