Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Analisis Kelayakan Buku Ajar Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP Kelas VII Cetakan-1 Oleh: Agus Budi Prasetya NIM 34102000037 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG ABSTRAK Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan, dan komponennya adalah guru, siswa, media pembelajaran, dan sumber belajar. Semua komponen tersebut saling berkaitan erat, karena kelengkapan komponen tersebut menunjukkan keberhasilan pendidikan. Pendidikan memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kematangan interaksi sosial, budaya dan ekonominya. Oleh karena itu, pendidikan perlu meningkatkan kualitas dan fasilitas agar dapat mencapai harapan. Banyaknya materi menyebabkan siswa tidak dapat menyerap isi yang disampaikan oleh guru dengan baik, hal ini dikarenakan guru memiliki waktu yang terbatas untuk menyampaikan materi selama proses pembelajaran. Buku teks, khususnya buku pelajaran, merupakan media pengajaran yang dominan di dalam kelas. Indikator negara maju adalah negara dengan tingkat hobi membaca yang tinggi. Bangsa yang bisa membaca adalah bangsa yang mampu berpikir dan memecahkan berbagai masalah dan tantangan zaman. Oleh karena itu, buku teks berkualitas tinggi mutlak diperlukan. Penelitian ini mengacu pada empat rumusan masalah antaralain a. bagaimana kelayakan isi yang terdapat dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1?; b. bagaimana kelayakan penyajian yang terdapat dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1?; c. bagaimana bahasa, keterbacaan, dan grafika dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1?; dan d. bagaimana Latihan dan soal dalam buku nuhnya memenuhi keseluruhan kriteria baik pada setiap komponen/subkomponen. Kata Kunci: Belajar, Buku teks, Wahana Pengetahuan, SMP Kelas VII PENDAHULUAN Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan, dan komponennya adalah guru, siswa, media pembelajaran, dan sumber belajar. Semua komponen tersebut saling berkaitan erat, karena kelengkapan komponen tersebut menunjukkan keberhasilan pendidikan. Pendidikan memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kematangan interaksi sosial, budaya dan ekonominya. Oleh karena itu, pendidikan perlu meningkatkan kualitas dan fasilitas agar dapat mencapai harapan. Banyaknya materi menyebabkan siswa tidak dapat menyerap isi yang disampaikan oleh guru dengan baik, hal ini dikarenakan guru memiliki waktu yang terbatas untuk menyampaikan materi selama proses pembelajaran. Salah satu strategi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memilih dan membantu siswa menyediakan buku teks yang cukup untuk menciptakan pembelajaran yang terbaik Buku ajar sering disebut buku teks. Buku ajar adalah pedoman atau pedoman yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran dan mata pelajaran terkait, dan dimaksudkan sebagai sarana pembelajaran di kelas. Pernyataan ini sesuai dengan Bacon (dalam Tarigan, 1986:11), yang menyatakan bahwa buku teks adalah buku yang dirancang, disiapkan, dan disusun oleh para ahli di bidangnya masing-masing, serta dilengkapi dengan fasilitas pengajaran yang sesuai untuk digunakan di dalam kelas. Arifin dkk (2009:58) juga mengungkapkan bahwa buku ajar adalah buku pedoman kurikulum yang ditulis dan disusun oleh para ahli di bidang terkait, sesuai dengan kaidah buku ajar, serta diterbitkan dan disebarluaskan secara resmi. Buku teks harus dapat memudahkan siswa untuk memahami apa yang dipelajarinya. Cunningsworth (dalam Sarwiji dan Mulyaningsih, 2013: 4) mengemukakan bahwa buku teks memudahkan pembelajar dan senang mempelajari materi yang mereka butuhkan. Selain itu, buku teks juga harus bermanfaat bagi siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Suwandi dan Mulyaningsih (2013:4), buku teks adalah buku yang memuat topik-topik yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan dapat membantu siswa belajar. Buku teks merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang sangat penting dan strategis yang menentukan keberhasilan siswa di sekolah dan pembelajaran di rumah. Segala macam informasi dan pengetahuan bisa kita dapatkan dari buku pelajaran. Buku teks, khususnya buku pelajaran, merupakan media pengajaran yang dominan di dalam kelas. Indikator negara maju adalah negara dengan tingkat hobi membaca yang tinggi. Bangsa yang bisa membaca adalah bangsa yang mampu berpikir dan memecahkan berbagai masalah dan tantangan zaman. Oleh karena itu, buku teks berkualitas tinggi mutlak diperlukan. Menurut Cunningsworth (1993:3), ada delapan hal yang perlu diperhatikan ketika memilih buku teks, yaitu 1) tujuan dan metode, berupa tujuan buku teks dan metode yang digunakan, 2) desain dan organisasi, dari segi bentuk dan organisasi atau sistem Bentuk penyajian, 3) isi bahasa, berupa bahasa yang digunakan, 4) keterampilan, berupa keterampilan yang diharapkan, 5) topik, berupa topik atau topik yang dipilih, harus didasarkan pada situasi saat ini , 6) metodologi, untuk menulis Metodologi atau metode yang digunakan dalam buku ini, 7) buku guru, dalam bentuk buku pedoman guru, dan 8) pertimbangan praktis. Selain itu, materi yang diberikan harus sesuai dengan konteks dan memenuhi kebutuhan topik penelitian. Hal ini tentunya harus kita sepakati, karena jika materi dalam buku teks tidak memenuhi kondisi sekitarnya, maka tidak dapat diserap oleh siswa dengan sebaik-baiknya. Buku ajar memerlukan perkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini supaya penetahuan-pengetahuan yang diterima oleh siswa bersifat baru. Senada dengan pernyataan Mahmood dan Iqbal (2009:1), “Development and production of textbooks is a continuous process which needs continuous and rigorous research and development. Review and revision of textbooks based on field-testing and research yield results leading to quality textbooks.” Dari pernyataan di atas diketahui bahwa sebuah peninjauan ulang dan penelitian yang bertujuan untuk memperbarui sebuah buku ajar memang sangat diperlukan. Karena buku ajar yang sudah dipakai pun tidak menutup kemungkinan masih belum maksimal dalam penerapannya sehingga kompetensi siswa tidak optimal. Kelayakan isi merupakan bagian dari evaluasi buku teks, meliputi: (a) proyek lebar materi, (b) kedalaman materi, (c) pemilihan topik, (d) penentuan konsep, (e) keaslian materi, (f) ketepatan prosedur, (g) konsistensi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, (h) kata-kata terbaru, contoh dan latihan, (i) rasa ingin tahu dan semangat belajar, (j) keragaman sosial dan budaya, (k) pengenalan lingkungan , Dan (l) Cinta Bahasa Indonesia. Metode penilaian adalah menilai setiap bab, kemudian mengambil skor rata-rata setiap bab untuk mendapatkan skor total. Kualifikasi adalah kesesuaian, dalam hal ini berarti kesesuaian penyajian buku teks. Kelayakan buku ajar bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Pelajaran ketujuh akan dievaluasi dari aspek-aspek berikut: (a) butir kekonsistensian sistematika, (b) keseimbangan antarbab, (c) keruntutan konsep, (d) kesesuaian/ketepatan ilustrasi dengan materi dalam bab, (e) berpusat pada peserta didik, (f) ketergugahan metakognisi peserta didik, (g) ketergugahan peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif termasuk melalui metode inkuiri/eksperimen, (i) bagian pengantar, (j) pendahuluan bab, (k) daftar isi, (l) glosarium, (m) daftar pustaka, (n) daftar indeks subjek dan orang, (o) identitas tabel dan gambar, (p) rangkuman dan refleksi, dan (q) evaluasi. Setiap buku pasti memiliki standar yang mudah dipahami pembaca. Hal yang sama berlaku untuk buku pelajaran. Buku teks harus mudah dipahami, dalam arti siswa sebagai pembaca buku teks dapat memahami, memahami dan menyerap segala sesuatu yang menjadi intisari dari buku teks. Hal ini tentunya akan membuat siswa lebih mudah dan senang untuk belajar. Konsisten dengan Cunningsworth (dalam Suwandi dan Mulyaningsih, 2013:4), ia mengatakan bahwa buku ajar berperan dalam memudahkan anak belajar dengan senang hati. Keterbacaan berhubungan langsung dengan tingkat pemahaman siswa. Jika buku sangat mudah dibaca, maka buku (wacana) mudah dipahami, begitu pula sebaliknya (Yuliani, 2006:16). Konsisten dengan ini, Harjasujana (1996:111) juga menunjukkan bahwa semakin panjang kalimat, semakin panjang kata-kata yang digunakan ketika menyusun kalimat dalam sebuah paragraf, semakin sulit untuk memahami ucapan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat keterbacaan akan berkategori mudah jika wacana tersebut memiliki kalimat yang tidak panjang dan menggunakan kata-kata yang dekat dengan pembaca, dalam hal ini siswa kelas VII. Oleh karena itu penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian terhadap kelayakan buku ajar Kurikulum 2013. Dengan berlatar belakang akademisi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, penulis bermaksud mengangkat judul penelitian “Analisis Kelayakan Buku Ajar Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP Kelas VII Cetakan-1” Penelitian ini mengacu pada empat rumusan masalah antaralain a. bagaimana kelayakan isi yang terdapat dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1?; b. bagaimana kelayakan penyajian yang terdapat dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1?; c. bagaimana bahasa, keterbacaan, dan grafika dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1?; dan d. bagaimana Latihan dan soal dalam buku nuhnya memenuhi keseluruhan kriteria baik pada setiap komponen/subkomponen. Adapun tujuan dari penelitian ini bertujuan mendeskripsikan empat hal antaralain a. mendeskripsikan kelayakan isi yang terdapat dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1?; b. mendeskripsikan kelayakan penyajian yang terdapat dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1?; c. mendeskripsikan bahasa, keterbacaan, dan grafika dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1?; dan d. mendeskripsikan Latihan dan soal dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1?. Dengan demikian, penulis dan pembaca akan mendapat manfaat-manfaat penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam Penelitian ini merupakan metode penelitian Deskriptif. Penelitian deskriptif adalah Penelitian bertujuan Menyelidiki situasi, kondisi atau hal-hal lain yang telah disebutkan Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel Laporan penelitian (Arikunto, 2010: 3). Penggunaan penelitian deskriptif kualitatif Dalam penelitian ini, tujuannya adalah Menganalisis dan mendeskripsikan data Secara objektif tentang Isi jenis materi, metode ilmiah, dan Evaluasi nyata digunakan dalam buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1. PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisis terhadap buku ajar bahasa indonesia Wahana Pengetahuan SMP kelas VII cetakan-1, peneliti menenemukan beberapa hasil yaitu: 1. Kelayakan Materi Akurat/tepat, Kualitas buku teks dapat diukur berdasarkan empat komponen. Komponen tersebut adalah komponen isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan. Secara umum, kualitas buku teks Bahasa Indonesia kelas VII berada pada kategori cukup. Mutakhir/terbaru, Hasil temuan menunjukkan kualitas buku teks Bahasa Indonesia kelas VII kategori baik pada komponen isi adalah mencantumkan sumber rujukan berbasis TIK melalui situs. Peserta didik atau satuan pendidikan yang memiliki fasilitas internet dapat mengunjungi laman situs tersebut. Diharapkan penulisan alamat situs tersebut dapat merangsang keingintahuan peserta didik mengenai objek tersebut melalui eksplorasi situs sejenis baik secara online atau offline. Sesuai dengan konteks dan kemampuan berpikir siswa, Pemahaman materi merupakan tahap lanjutan setelah membaca dan menyimak teks (percakapan, laporan utuh, gambar, ilustrasi). Pemahaman teks yang dimaksudkan berupa perintah atau latihan yang mengarahkan peserta didik untuk memahami bentuk, struktur, dan isi/pesan teks. Fakta kebahasaan/kesastraan merupakan uraian materi yang disajikan di dalam teks dalam hal muatan fakta kebahasaan atau kesastraan dirancang sesuai dengan tuntutan untuk pencapaian KI dan KD berdasarkan ruang lingkup empat kompetensi inti (kompetensi inti sikap spiritual, kompetensi inti sikap sosial, kompetensi inti pengetahuan, kompetensi inti keterampilan). 2. Kelayakan Penyajian Penyajian peta konsep dan tujuan belajar mudah dipahami siswa. Pada komponen penyajian peta konsep, disampaikan secara jelas, fokus, dan taat asas dalam setiap bab, yakni ada bagian pendahuluan (berisi tujuan penulisan buku teks pelajaran, tujuan pembelajaran, sistematika buku, cara belajar yang harus diikuti, serta hal-hal lain yang dianggap penting bagi peserta didik), bagian isi (pembentukan konteks, uraian, wacana, teks, gambar, ilustrasi, perlatihan, dan pendukung lain), serta bagian penutup (rangkuman, ringkasan), serta relevan dengan pokok bahasan sehingga mampu membangkitkan rasa senang dan pemenuhan keingintahuan peserta didik dalam belajar. Urutan materi dan hubungan antar-materi disajikan sistematis dan logis. Sedangkan dalam uraian substansi antarbab tidak proporsional dengan KI dan KD. Secara keseluruhan, beberapa pelatihan, contoh, ilustrasi, atau gambar secara tidak seimbang dengan kebutuhan tiap-tiap pokok bahasan. Terdapat dua bab yang membahas tentang teks eksposisi. Komposisi tersebut tidak berimbang dibandingkan materi teks lain yang masing-masing dibahas dalam satu bab. Jika komponen kompleksitas teks dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan komposisi halaman, teks yang lain juga seharusnya memiliki porsi yang sama. Hal ini mengingatkan tradisi literasi peserta didik sangat rendah. Pada jenjang sebelumnya, peserta didik tidak memiliki kompetensi yang mumpuni untuk berhadapan dengan pembelajaran berbasis teks. Disinyalir kondisi ini disebabkan karena jumlah teks yang akan dipelajari selama dua semester adalah lima buah jenis teks. Tentu saja jumlah ganjil tersebut menyulitkan penulis untuk membagi pembahasan ke dalam dua semester. Hal ini menyebabkan sebuah teks terpaksa dibahas masing-masing dalam satu bab pada semester ganjil dan genap. Lebih lanjut, penyajian uraian materi mengenai pengenalan, pencermatan, analisis, ringkasan, dan revisi teks tidak diuraikan pada setiap bab atau jenis teks. Penyajian uraian materi tersebut dimuat pada bab tersendiri yaitu bab VII dan bab VIII. Untuk menuntaskan pemahaman peserta didik mengenai setiap jenis teks, sebaiknya tidak dibahas pada bab yang terpisah. Hal ini menyebabkan pemahaman peserta didik tidak terserap secara holistik. Hal ini menyebabkan penggunaan buku teks tidak efektif karena harus “bolak-balik” membuka halaman yang berbeda untuk mempelajari satu jenis teks. Selanjutnya, hal-hal lain yang dianggap penting bagi peserta didik juga tidak terakomodasi pada halaman tersendiri. Bagian lain yang teridentifikasi adalah bagian rujukan pada ilustrasi dan tabel tidak memiliki judul dan rujukan yang jelas. Ilustrasi dan tabel hanya disajikan secara eksplisit tanpa membubuhkan nama dan rujukan tabel atau ilustrasi dengan jelas. Pada bagian lain juga, teridentifikasi pada bagian evaluasi tidak termuat pada akhir bab. Secara keseluruhan buku teks berisi latihan dan tugas. Namun, disayangkan pada bagian akhir bab tidak memuat evaluasi secara keseluruhan kegiatan dan tugas yang sudah dilalui pada bagian akhir bab. Penyajian materi dan ilustrasi/gambar memotivasi siswa untuk belajar. Selanjutnya, materi, pelatihan, atau contoh yang disajikan melalui wacana, teks, gambar, dan ilustrasi pada buku teks Bahasa Indonesia kelas VII membuka wawasan peserta didik untuk mengenal dan menghargai perbedaan budaya, penampilan, pendapat, dan peninggalan leluhur, mengenal persebaran keanekaragaman alam dan makhluk hidup, serta keunikan setiap daerah. Pada beberapa teks menyajikan kekayaan budaya dari beberapa suku yang ada di Indonesia. Pada bagian membangun konteks memuat materi melalui wacana, teks, gambar, dan ilustrasi yang dapat mengembangkan motivasi belajar siswa dan merangsang peserta didik untuk berpikir kreatif tentang apa, mengapa, dan bagaimana mempelajari materi pelajaran dengan rasa senang dalam mengembangkan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial. Materi disajikan dengan mendorong umpan balik dan refleksi diri peserta didik. Selain itu, buku teks Bahasa Indonesia kelas VII memuat materi melalui wacana, teks, gambar, dan ilustrasi menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran sehingga uraian dalam buku mampu membentuk kemandirian belajar peserta didik, mengakomodasi belajar aktif berorientasi pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksprimen, mengasosiasikan/ mengolah informasi, mengomunikasikan). Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif yang memotivasi peserta didik terlibat secara mental dan emosional dalam pencapaian KI dan KD sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar secara komprehensif tentang berbagai persoalan kebahasaan dan kesastraan. Anatomi (urutan yang mendalam) buku disajikan dengan model yang mudah dipahami siswa. Namun, hasil temuan lain terkait kualitas buku teks Bahasa Indonesia kelas VII adalah beberapa komponen/subkomponen isi termasuk kategori cukup/kurang. Hasil temuan pada komponen isi menunjukkan terdapat beberapa uraian materi pada buku teks Bahasa Indonesia kelas VII tidak sesuai dengan KI dan KD pada silabus. Uraian materi pada buku teks belum menunjukkan kriteria kelengkapan dan kedalamannya. Lingkup materi untuk semua jenis teks pada silabus mencakup pengenalan struktur teks, perbedaan teks dengan teks lain dilihat dari struktur isi, perbedaan teks dilihat dari fitur bahasanya, klasifikasi teks, kelebihan teks dari aspek isi dan bahasanya, kekurangan teks teks dari aspek isi dan bahasanya, pemahaman kata, istilah dalam teks, pemahaman isi teks, langkah menyusun teks, aspek penelahaan teks, merevisi isi dan bahasa teks, langkah menyusun ringkasan. Selain aspek kelengkapan materi, aspek kedalaman materi belum terpenuhi pada buku teks Bahasa Indonesia kelas VII. Materi yang diuraiakan pada buku teks hanya ulasan umum. Uraian teoretis materi sangat terbatas untuk dijadikan sebagai acuan dalam memahami konsep pada setiap teks. Implikasi kedalaman materi pada berbagai jenis teks menerapkan konsep kegiatan pembelajaran melalui pembangunan konteks, pemodelan, latihan/tugas/kegiatan kelompok maupun mandiri. 3. Bahasa, Keterbacaan, dan Grafika Bahasa menentukan keterpahaman dan kemenarikan, sedangkan grafika (tulisan, gamar, kertas) menentukan kualitas suatu buku teks. Ketepatan dalam menggunakan pilihan kata dan gaya Bahasa. Dalam uraian materi tentang ciri kebahasaan setiap jenis teks tidak memiliki uraian yang secara khusus menunjukkan ciri kebahasaan jenis teks tersebut. Uraian materi tentang fitur kebahasaan terkesan sekadar disisipkan pada setiap jenis teks. Namun fitur kebahasaan tersebut sebenarnya tidak menunjukkan ciri kebahasaan yang khusus digunakan pada setipa jenis teks tersebut. Bahkan, persebaran uraian materi tentang kebahasaan tidak terpetakan dengan baik. Peta konsep materi kebahasaan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi peserta didik pada jenjang SMP. Kalimat mudah dipahami. Hasil temuan menunjukkan beberapa bagian sajian tidak termuat pada buku teks seperti pada bagian tujuan penulisan buku teks pelajaran tidak terurai pada halaman tersendiri. Tujuan penulisan buku hanya termuat pada bagian kata pengantar dengan porsi yang padat. Selanjutnya, bagian tujuan pembelajaran juga tidak terurai secara eksplisit dan memiliki space tersendiri pada bagian pendahuluan buku teks pada setiap bab buku teks. Paragraf yang disajikan tidak membingungkan, komponen kegrafikan buku teks Bahasa Indonesia kelas VII termasuk pada kategori baik. Seluruh subkomponen pada komponen kegrafikan buku teks telah memenuhi kriteria kelayakan dari segi ukuran, desain kulit buku, dan desain isi buku. Ukuran buku teks pegangan siswa BIWP kelas VII sesuai dengan standar ISO yaitu ukuran B5 (176 mm x 250 mm). Toleransi perbedaan ukuran antara 0 s.d. 20 mm. Desain kulit buku dirancang dengan baik, tipografi yang proporsional, ilustrasi yang menarik dan sesuai dengan isi buku. Sedangkan, desain isi buku dirancang dengan layout standar yang intens, judul pada bab/subbab ditulis dengan warna kontras, hirarki penomoran yang konsisten, dan tipografi isi buku yang proporsional. Memiliki keterbacaan yang sesuai dengan usia baca dari siswa, pada komponen kebahasaan, hasil temuan menunjukkan bahwa penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Istilahistilah yang digunakan banyak yang harus diterjemahkan dengan menggunakan kamus bahasa. Terdapat beberapa istilah atau frasa yang membingungkan peserta didik untuk jenjang SMP. 4. Latihan dan Soal Salah satu ciri yang membedakan buku teks dengan jenis buku lain adalah ketersediaan latihan dan soal. Latihan dan soal yang dikembangkan berkualitas dan fungsional, bentuk latihan dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas VII pertama, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan. Kedua, menganalisa data dalam bentuk kategori dan terkahir mengasosiasi/menghubungkan informasi yang terbaru dalam rangka menemukan suatu pola dan menyimpulkan. Indikator yang sering muncul adalah mengolah informasi yang sudah dikumpulkan. Kegiatan menalar merujuk pada teori belajar asosiasi. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan berbagai ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa dan memasukkannya di dalam memori. Latihan-latihan sesuai dengan kompetensi dasar yang dibelajarkan, kegiatan ini dilakukan dengan berbagai aktivitas yang menuntut siswa untuk mencoba mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya sebagai upaya memahami materi yang dipelajari. Indikator yang sering muncul adalah melakukan aktivitas sebagai upaya memahami materi yang dipelajari. Kegiatan dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas VII berupa tugas yang meminta siswa untuk melakukan aktivitas sebagai upaya memahami materi pelajaran, melakukan wawancara kepada narasumber, dan membaca sumber lain selain buku teks. Sebagai contoh, kegiatan melakukan wawancara dapat melatih siswa untuk mengaplikasikan materi yang telah diperolehnya dalam konteks dunia nyata yang sesungguhnya dan melatih siswa memiliki kemampuan berkomunikasi. Soal yang digunakan mengukur kemampuan peserta didik secara komprehensif (merangsang otak siswa untuk berpikir lebih luas tentang materi yang telah dipelajari). Dalam muatan buku teks Bahasa Indonesia kelas VII siswa dituntut berpikir secara kritis meliputi berpikir secara reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti. Membuat siswa berpikir secara kritis bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak siswa yang mulai terbiasa kearah pembelajaran pasif yang mengutamakan jawaban yang benar atas sebuah pertanyaan daripada mengedepankan usaha intelektual untuk berpikir dalam cara yang lebih kompleks. Guru juga dapat merangsang kemampuan siswa untuk berpikir kritis dengan menggunakan lebih banyak tugas yang membuat siswa terfokus pada suatu masalah yang harus dipecahkan. Kegiatan mengkategorikan data dan mengolah informasi dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dalam menganalisis dan mengolah informasi yang diperolehnya. PENUTUP Berdasarkan penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kualitas buku pedoman guru dan pedoman siswa berada pada kisaran yang cukup. Hal ini dikarenakan ada beberapa komponen/sub komponen yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh BSNP. Buku teks bahasa Indonesia SMP Wahana Ilmu kelas VII cetak-1 belum sepenuhnya memenuhi semua standar masing-masing komponen/subkomponen. Kurangnya persiapan penulis buku ajar dalam menyongsong pemberlakuan kurikulum 2013 menjadi faktor utama tidak terpenuhinya kriteria buku ajar unggulan. Hal ini dapat dimaklumi, karena penerapan kurikulum 2013 yang tergesa-gesa menyebabkan redaksi kurang memperhatikan standar kualitas bahan ajar. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Samsyul, et. al. (2009). Sukses Menulis Buku Ajar dan Refrensi. Jakarta: PT Grasindo. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Cunningsworth, Alan. (1995). Choosing Your Coursebook. Oxford: Heinemann. Mahmood, Khalid & Iqbal, Muhammad Zafar. (2009). Textbook Evaluation Through Quality Indicators: The Case of Pakistan. Bulletin of Education and Research, 31 (2), 1 – 27. Diperoleh 29 Desember 2021. Harjasujana, A.S. (1996). Membaca 2. Jakarta: Depdikbud. Suwandi, Sarwiji & Mulyaningsih, Intan. (2013). Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Program SMA Program IPA dan IPS di Kota Surakarta (Sebuah Kajian Kualitas dan Keterbacaan). Asosiasi Jurnal Program Bahasa dan Sastra Indonesia, 1 (1). Diperoleh 29 Desember 2021, dari www.ajpbsi.com. Tarigan, 1986.Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Aksara Yuliani, Fitri. (2006). Analisis Keterbacaan Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia yang disusun Berdasarkan KBK untuk Kelas VII1 SMP (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta, Skripsi tidak dipublikasikan.