EFEKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL DAUN SELEDRI
(EEDS) PADA TIKUS INDUKSI KALIUM OKSONAT
Yasinta Rakanita1,*, Hastuti L1, Joni Tandi1, Sri Mulyani2
Program Studi farmasi, STIFA Pelita Mas Palu, Sulawesi Tengah1)
Jurusan Farmasi, FMIPA, UNTAD Palu, Sulawesi Tengah2)
*Email : cintatjokroadhiguno@gmail.com
ABSTRACT
Celery (Apium graveolens Linn) is a plant that contains phytochemicals like alkaloids,
flavonoids, saponins, and tannins. This study aims to prove the effectiveness of the ethanol
extract of celery leaf in lowering uric acid levels in white male rats and determine the dose
of celery leaf extract which is effective in lowering uric acid levels in male rats. Celery leaf
extract prepared by maceration with 96% of ethanol. The design of the study is a randomized
block design. Data were analyzed by using statistical test Analysis of Variance (ANOVA) at
a significant level 95% and were using 30 male rats divided into 6 treatment groups, each
treatment consisted of five rats. Animals model hyperuricemia were induced by potassium
oxonate 250 mg/kg except the normal group. Group I (normal) researcher provides a
standard, group II (negative) suspension given Na CMC 0,5%, group III (positive) by the
suspension of allopurinol 5,4 mg/kg, groups IV, V, and VI were given ethanol extract of
celery leaf each with a dose of 50 mg / kg, 100 mg / kg, and 200 mg / kg. Based on the test
result that further BNJ dose of ethanol extract of celery leaf is effective with 50 mg /kg.
Keywords: Hyperuricemia, Celery Leaf Extract, Potassium Oxonate
ABSTRAK
Seledri adalah tanaman yang memiliki kandungan kimia seperti alkaloid, flavonoid, saponin,
dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektivitas ekstrak etanol daun seledri
dalam menurunkan kadar asam urat pada tikus putih jantan dan menentukan dosis ekstrak
daun seledri yang efektif dalam menurunkan kadar asam urat pada tikus putih jantan. Ekstrak
daun seledri dibuat secara maserasi dengan pelarut etanol 96%. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Data yang diperoleh dianalisis dengan
mengunakan uji statistik Analisis Sidik Ragam pada taraf kepercayaan 95% yang
mengunakan 30 ekor tikus putih jantan dibagi 6 kelompok perlakuan, tiap perlakuan terdiri
dari 5 ekor. Model hewan dibuat hiperurisemia menggunakan penginduksi kalium oksonat
dengan dosis 250 mg/kg BB. Kelompok I (normal) diberikan pakan standar, kelompok II
(negatif) diberi suspensi Na CMC 0,5%, kelompok III (positif) diberi suspensi allopurinol
5,4 mg/kg BB, kelompok IV, V, dan VI diberi ekstrak etanol daun seledri masing-masing
dengan dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 200 mg/kg BB. Berdasarkan uji lanjut BNJ
diperoleh hasil bahwa dosis ekstrak etanol daun seledri yang efektif adalah 50 mg/kg BB.
Kata kunci: Hiperurisemia, Ekstrak Daun Seledri, Kalium Oksonat
J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1.
p-ISSN : 2087-7099; e-ISSN : 2407-6090
1
Efektivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Seledri (Eeds) Pada Tikus Induksi Kalium Oksonat
PENDAHULUAN
Gaya hidup modern telah
membawa manusia dalam kehidupan yang
serba instan, praktis dan cepat. Dilihat dari
sudut pandang kesehatan , gaya hidup
seperti ini tentu saja menimbulkan
dampak yang tidak menguntungkan.
Akibat dari semua itu banyak orang yang
terserang berbagai macam penyakit salah
satunya
adalah
hiperurisemia.1
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 prevalensi penyakit
sendi berdasarkan diagnosis di Indonesia
11,9% dan berdasarkan diagnosis atau
gejala sebesar 24,7%. Prevalensi
berdasarkan diagnosis tertinggi terdapat di
Bali (19,3 %), diikuti Aceh (18,3 %).
Berdasarkan diagnosis atau gejala
tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur
(33,1 %), diikuti Jawa Barat (32,1 %).
Sedangkan Sulawesi Tengah berdasarkan
diagnosis (11,4 %) dan berdasarkan
diagnosis atau gejala sebesar (26,7 %).2
Hiperurisemia adalah keadaan
dimana terjadi peningkatan kadar asam
urat darah di atas normal. Pada manusia,
asam urat merupakan produk akhir
metabolisme
purin.
Purin
yang
menghasilkan asam urat dapat berasal dari
tiga sumber, yaitu purin dari makanan,
konversi asam nukleat jaringan menjadi
nukleotida purin, dan sintesis de novo basa
purin. Hiperurisemia bisa terjadi karena
peningkatan metabolisme asam urat,
penurunan pengeluaran asam urat, dan
gabungan antara kedua mekanisme
tersebut.3
Salah satu tanaman yang dapat
digunakan dalam pengobatan tradisional
oleh masyarakat adalah daun seledri
(Apium graveolens Linn).4 Penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa pada
dosis 1 g/kgBB Fraksi Etil Asetat Daun
Seledri menunjukkan efek penurunan
kadar asam urat pada tikus putih jantan
yang diinduksi dengan kalium oksonat.5
Penelitian lain menyatakan bahwa pada
dosis 50 mg/kgBB Fraksi Air Herba
Seledri
secara
signifikan
dapat
J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1.
p-ISSN : 2087-7099; e-ISSN : 2407-6090
menurunkan kadar asam urat pada mencit
hiperurisemia.6
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek antihiperurisemia EEDS
pada tikus putih jantan (Rattus
novergicus) yang diinduksi kalium
oksonat dan untuk mengetahui dosis
EEDS yang efektif memberikan efek
antihiperurisemia.
METODE
Alat : Ayakan, batang pengaduk, bejana
maserasi, blender, cawan porselin, corong
gelas, erlenmeyer, gelas kimia, gunting
bedah, inkubator, kandang hewan uji,
kuvet semi mikro, labu ukur, mikropipet,
mortir dan stamper, penangas air, pipet
tetes, rak tabung reaksi, rotapavor,sendok
tanduk, sentrifugator, spektrofotometer
UV-Vis sonde oral, spuit injeksi, spuit
oral, tabung darah, tabung reaksi, tabung
vacutainer,
timbangan
kasar
dan
timbangan analitik.
Bahan : Allopurinol, alumunium foil,
amoniak, aquadest, aqua pro injection
daun seledri, etanol 95%, FeCl3, HCl,
hewan uji, kalium oksonat, kertas saring,
NaCl, Na CMC, pakan pellet, pereaksi
dragendroff, reagen kit asam urat, sarung
tangan dan serbuk magnesium
Pembuatan Sampel
Bahan uji yang digunakan adalah
daun seledri yang diperoleh dari kota Palu
Provinsi Sulawesi Tengah. Pembuatan
simplisia
meliputi
diambil
dan
dikumpulkan secukupnya kemudian
disortasi basah, perajangan, dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan tanpa
terkena sinar matahari langsung dan
disortasi kering.
Pembuatan EEDS
Serbuk
simplisia
diekstraksi
secara maserasi dengan pelarut etanol
96%, lalu disaring, dipekatkan dengan
rotavapor dan diupakan di atas penangas
air.
2
Efektivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Seledri (Eeds) Pada Tikus Induksi Kalium Oksonat
Uji Penapisan Fitokimia
Uji penapisan fitokimia EEDS
meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin,
dan tannin.
Pemilihan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah
tikus putih jantan berumur 3-4 bulan, berat
badan 150-200 gram.
Pengujian Aktivitas EEDS
Hewan
percobaan
dikelompokkan
menjadi 6 kelompok. Masing-masing
terdiri dari 5 ekor. 6 kelompok percobaan
tersebut adalah:
1. Kelompok I: Kontrol normal, diberi
pakan standar dan aquadest secara
peroral.
2. Kelompok II: Diberikan suspensi Na
CMC dosis 0,5 % mg/kg BB
3. Kelompok III: Diberikan suspensi
allopurinol dosis 5,4 mg/kg BB
4. Kelompok IV: Diberikan suspensi
EEDS 50 mg/kg BB
5. Kelompok V: Diberikan suspensi
EEDS 100 mg/kg BB
6. Kelompok VI: Diberikan suspensi
EEDS 200 mg/kg BB
Mulanya
hewan
dipuasakan
selama 18 jam dan ditimbang bobot
badannya. Sebelum diberikan perlakuan,
hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok
perlakuan yaitu kelompok 1 (kontrol
normal), kelompok 2 (kontrol negatif),
kelompok 3 (kontrol positif), kelompok 4
(ekstrak daun seledri 50 mg/kg BB),
kelompok 5 (ekstrak daun seledri 100
mg/kg BB), dan kelompok 6 (ekstrak daun
seledri 200 mg/kg BB). Dilakukan
pengukuran kadar asam urat awal pada
semua kelompok hewan uji. Kemudian
diinduksi kalium oksonat secara i.p
(interaperitonial) setelah jam ke-2 diukur
kadar asam urat setelah induksi, dan
diukur kembali kadar asam urat tikus pada
jam ke 4 dan ke 6 setelah pemberian
larutan uji. Data hasil penurunan kadar
asam urat tikus dianalisis dengan uji
Analisis Sidik Ragam (ANSIRA) dengan
taraf kepercayaan 95%. Kemudian
dilanjutkan dengan uji analisis lanjut BNJ
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia EEDS
Jenis Uji
Ket
Alkaloid
+
Flavonoid
+
+
Saponin
Tanin
+
Ket : Positif (+) = terdeteksi adanya
golongan senyawa yang diuji
Tabel 2. Rerata Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Jam Ke-4 dan Jam Ke-6
Kadar Asam Urat (mg/dL) ± SD
Kelompok Perlakuan
Jam Ke-4
Jam Ke-6
Kontrol normal
2,41±0,00b
2,46±0,00b
Kontrol negatif
3,41±0,57a
3,40±0,30a
b
Kontrol positif
1,83±2,23
1,13±2,92b
Dosis 50 mg/kgBB
2,15±2,24b
1,74±2,93b
b
Dosis 100 mg/kgBB
2,55±2,16
1,79±2,30b
Dosis 200 mg/kgBB
2,00±2,24b
2,30±2,19b
Keterangan : Abjad yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.
Abjad yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan.
J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1.
p-ISSN : 2087-7099; e-ISSN : 2407-6090
3
Efektivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Seledri (Eeds) Pada Tikus Induksi Kalium Oksonat
Gambar 1. penurunan kadar asam urat darah tikus putih jantan sebelum perlakuan, setelah
induksi dan selama perlakuan.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui aktivitas antihiperurisemia
ekstrak etanol daun seledri pada tikus
putih jantan yang diinduksi kalium
oksonat. Bahan uji yang digunakan adalah
daun seledri (EEDS). Metode ekstraksi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode maserasi. Cairan penyari yang
digunakan dalam proses maserasi ini
adalah etanol 96%.
Ekstraksi dengan metode maserasi
dilakukan perendaman selama 3 × 24 jam
dengan sesekali diaduk. Hal ini bertujuan
untuk menghasilkan penarikan senyawa
yang lebih sempurna, sehingga semua
senyawa dapat terekstraksi seluruhnya.
Pemekatan ekstrak dilakukan pada alat
rotavapor dan diuapkan di atas penangas
air sehingga diperoleh ekstrak kental daun
seledri yaitu 19 gram.
Pengujian fitokimia dilakukan
sebagai uji awal untuk mengetahui
keberadaan senyawa-senyawa bioaktif
yang memberikan khasiat atau efek
biologis yaitu senyawa metabolit sekunder
yang diharapkan dapat berperan sebagai
antihiperurisemia. Pengujian pada ekstrak
J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1.
p-ISSN : 2087-7099; e-ISSN : 2407-6090
daun seledri menunjukkan hasil positif
terhadap alkaloid, flavonoid, saponin, dan
tannin.
Hewan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tikus putih karena tikus
memiliki
proses
absorbsi
sistem
pencernaan dan sistem metabolisme
terhadap obat uji yang relatif mirip dengan
sistem pencernaan manusia. Pemilihan
tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
sebagai hewan uji karena tikus jantan
memiliki kestabilan hormonal dibanding
tikus betina, karena tikus betina
mengalami siklus estrus masa kehamilan
dan menyusui yang akan mempengaruhi
kondisi psikologis hewan uji. Tikus putih
Jantan (Rattus norvegicus) tidak memiliki
hormon
estrogen,
walaupun
ada
jumlahnya sangat sedikit. Hormon
estrogen bermanfaat untuk meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urin.7
Kalium
oksonat
merupakan
inhibitor urikase yang kompetitif untuk
menaikkan kadar asam urat dengan cara
mencegah asam urat berubah menjadi
allantoin dan tidak tereliminasi lewat urin.
Kondisi hiperurisemia dibuat dengan
menginduksi masing-masing tikus putih
4
Efektivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Seledri (Eeds) Pada Tikus Induksi Kalium Oksonat
(Rattus norvegicus) menggunakan kalium
oksonat dengan dosis 250 mg/kg BB
secara intraperitonial.8
Allopurinol digunakan sebagai
pembanding untuk mengetahui penurunan
kadar asam urat bahan uji. Pada umumnya
allopurinol dikonsumsi untuk penderita
hiperurisemia walaupun waktu paruhnya
pendek,
allopurinol
mengalami
biotransformasi dari hexantin oksidase
menjadi aloksantin yang waktu paruhnya
lebih panjang. Allopurinol merupakan
obat urikostatik yang bekerja dengan
menghambat xantin oksidase sehingga
hipoxantin tidak akan diubah menjadi
xantin dan asam urat turun. Adanya
penghambatan
xantin
oksidase
meningkatkan hipoxantin dan xantin yang
akan banyak diekskresikan lewat urin.
Penetapan kadar asam urat
berdasarkan
reaksinya
enzimatik
menggunakan reagen uric acid FS
TBHBA (asam 2,4,6 tribromo 3 hidroksi
benzoate). Dalam penetapan kadar asam
urat yang perlu diperhatikan adalah
senyawa penganggu terutama dari sel-sel
darah merah yang diketahui yang paling
menganggu
adalah
glutation
dan
ergotation. Untuk mengatasinya maka
diambil serum darah merah dan darah
yang diambil diusahakan tidak terjadi
hemolisis.
Hasil uji perlakuan pada jam ke-4
antara kelompok kontrol negatif dengan
kelompok
perlakuan
lainnya
menunjukkan pada kontrol negatif tikus
masih mengalami hiperurisemia yang
ditunjukkan dengan kadar asam urat yang
tinggi 3,41±0,57 mg/dL. Hal ini
menunjukkan bahwa allopurinol, EEDS
50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200
mg/kg BB dapat menurunkan kadar asam
urat pada tikus jantan yang dibuat
hiperurisemia. Kadar asam urat setelah
perlakuan yang diperoleh berada pada jam
ke-4 adalah 1,83–2,55 mg/dL.
Hasil uji perlakuan pada jam ke-6
antara kelompok kontrol negatif dengan
kelompok
perlakuan
lainnya
menunjukkan pada kontrol negatif tikus
J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1.
p-ISSN : 2087-7099; e-ISSN : 2407-6090
masih mengalami hiperurisemia yang
ditunjukkan dengan kadar asam urat yang
tinggi 3,40±0,30 mg/dL. Hal ini
menunjukkan bahwa allopurinol, EEDS
50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200
mg/kg BB dapat menurunkan kadar asam
urat pada tikus jantan yang dibuat
hiperurisemia. Kadar asam urat setelah
perlakuan yang diperoleh berada pada
rjam ke-6 adalah (1,13–2,30 mg/dL).
Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ
pada jam ke-4 menunjukkan bahwa
kelompok dosis EEDS 50 mg/kg BB
memberikan efek yang berbeda tidak
signifikan dengan
kontrol
positif
allopurinol dan dengan kelompok dosis
EEDS pada pembanding 100 mg/kg BB
dan 200 mg/kg BB. Hal ini menunjukkan
bahwa semua kelompok dosis EEDS
memiliki efek dalam menurunkan kadar
asam urat tikus putih jantan. Hasil ini
ditunjukkan dengan melihat semua
kelompok dosis EEDS dan kontrol positif
yang diberikan allopurinol terdapat pada
wilayah yang sama.
Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ
pada jam ke-6 menunjukkan hasil yang
sama dengan uji BNJ jam ke-6 bahwa
secara umum yang menunjukkan ketiga
variasi dosis ekstrak etanol daun seledri
yaitu 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan
200 mg/kg BB berada dalam satu wilayah
dengan kontrol positif, artinya memiliki
efek yang sebanding dengan kontrol
positif sehingga dapat disimpulkan bahwa
ekstrak etanol daun seledri memiliki efek
dalam menurunkan kadar asam urat pada
tikus putih jantan hiperurisemia.
Senyawa golongan flavonoid
bekerja dengan cara menghambat
xanthine oksidase sehingga dapat
mengurangi poduksi asam urat yang
berlebihan, alkaloid juga mampu menekan
dan mengurangi frekuensi serangan akut
dan menghilangkan rasa nyeri dengan cara
menghambat sintesis dan pelepasan
leukotrien. Sedangkan senyawa tannin
diketahui dapat mengikat radikal bebas
selama perubahan purin menjadi asam urat
dan tanin juga besifat astrigensi sehingga
5
Efektivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Seledri (Eeds) Pada Tikus Induksi Kalium Oksonat
dapat menciutkan selaput lendir. Saponin
bekerja dengan cara mengurangi aktivitas
enzim xantin oksidase dalam serum.9
Pengobatan penyakit gout dapat dilakukan
dengan cara menurunkan konsentrasi
asam urat dalam darah ataupun dengan
mengurangi
rasa
nyeri
yang
ditimbulkan.10
Dosis ekstrak etanol daun seledri
yang paling efektif dalam menurunkan
kadar asam urat yaitu dosis 50 mg/kg BB
yang merupakan variasi dosis ekstrak
etanol daun seledri yang terkecil. Hal ini
disebabkan karena belum dilakukan uji
toksisitas pada dosis 100 dan 200 mg/kg,
sehingga penggunaan dosis terkecil dapat
meminimalisir efek samping toksik dari
ekstrak yang diberikan, artinya dosis 50
mg/kg BB merupakan konsentrasi terbaik
untuk menurunkan kadar asam urat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ekstrak etanol daun seledri (Apium
graveolens Linn.) dengan variasi
dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB
dan 200 mg/kg BB dapat memberikan
efek penurunan kadar asam urat pada
tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
2 Ekstrak etanol daun seledri (Apium
graveolens Linn.) dengan dosis 50
mg/kg BB merupakan dosis efektif
dalam menurunkan kadar asam urat
darah pada tikus putih jantan (Rattus
norvegicus).
DAFTAR PUSTAKA
1. Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa
Asam
Urat.
PT.
Suka
Buku.Yogyakarta. Hal. 9
2. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar
Indonesia. Departemen Kesehatan RI.
Hal: 94-95
J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1.
p-ISSN : 2087-7099; e-ISSN : 2407-6090
3. Tim editor. 2006. Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid II Edisi IV. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. Hal 1213.
4. Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI. 2008. Seledri Sebagai Bahan Obat
Alam. Editorial Natural Kos. Vol. 3.
Hal 8-9.
5. Ervina, T. 2012. Pengaruh Pemberian
Fraksi Etil Asetat Daun Seledri
(Apium graveolens Linn.) Terhadap
Kadar Asam Urat Serum Darah Tikus
Putih
Jantan
Galur
Wistar
Hiperurisemia. Skripsi. Hal.110
6. Juwita. dkk, 2014. Pengaruh Fraksi
Air Herba Seledri (Apium gravolens
L.) Terhadap Kadar Asam Urat
Mencit
Jantan
Hiperurisemia.
Prosiding Seminar Nasional dan
Workshop “Perkembangan Terkini
Sains Farmasi dan Klinik IV” Hal. 187
dan 190
7. Pribadi, A.G. 2008. Penggunaan
Mencit dan Tikus Sebagai Hewan
Model Penelitian Nikotin. Skripsi
Program Studi Teknologi Produksi
Ternak Fakultas Peternakan Institute
Pertanian. Bogor. Hal 31
8. Sigma Aldrich. 2001. Certificate of
Analysis Potassium Oxonate. USA.
Hal 45Mun’im Abdul dan Hanani
Endang., 2011. Fitoterapi Dasar. Dian
Rakyat. Jakarta Hal 285-286
9. Candrawati. 2010. Efek Pemberian
Ekstrak Daun Seledri (Apium
graveolens
Linn.)
Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Tikus
Putih Jantan (Rattus norvegicus).
Fakultas Farmasi Universitas Katolik
Widya Mandala. Surabaya. Hal. 50
10. Syarif, A., dkk. 2009. Farmakologi
dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia.
Jakarta. Hal 564
6