Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Bab 1 11mu PERGETAIIUAn DAn PEREIITIAn A. PENGETAHUAN DAN ILMU Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna, dalam memahami alam sekitamya terjacli proses yang bertingkatdari pengetahuan (sebagai hasil dari tahu manusia), ilmu, dan filsafat. Pengetahuan (knowledge) adalah liasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan "what': misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science)bukan sekadar menjawab "what': melainkan akan menjawab pertanyaan "why"dan "how",misalnya mengapa air mencliclih bila clipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas, dansebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Perlu dibedakan di sini antara pengetahuan dan keyakinan, walaupun keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Baik pengetahuan maupun keyakinan, keduanya merupakan respons mental seseorang dalam hubungannya objek tertentu yang disadari sebagai 'ada' atau terjadi. Hanya saja, dalam hal keyakinan, objek yang disadari sebagai 'ada' tersebut tidak perluharus ada sebagaimana adanya. Sedangkan dalam hal pengetahuan, objek yang clisadari memang hams 'ada' sebagaimana adanya. Dengan demikian, pengetahuan tidak sama dengan keyakinan, karena keyakinan dapat saja keliru tetapi sah sebagai keyakinan. Artinya apa yang disadari (diyakini) sebagai ada, ternyata tidak ada dalam kenyataannya, Tetapi untuk pengetahuan tidak demikian, pengetahuan dapat salah atau keliru, karena bila suatu pengetahuan temyata salah atau keliru, tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan. Sehingga apa yang clianggap pengetahuan tersebut berubah statusnya menjadi keyakinan saja, Bab 1: Jlmu Pengetahuan dsa Penelitien 1 Seperti telah dijelaskan di atas bahwa pengetahuan hanya sekadar menjawab pertanyaan tentang 'apa'-nya objek atau 'ada' serta yang 'apa'<nya yang terjadi. Sedangkan ilmu tidak hanya sekadar menjawab 'apa' -nya 'ada' atau yang terjadi, tetapi menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi. Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuklah ilmu, atau lebih sering disebut ilmu pengetahuan. Penggunaan istilah ilmu pengetahuan sebenarnya berlebihan, yang sebenarnya cukup disebut ilmu (science) saja. Dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Mempunyai objek kajian, b. Metode pendekatan, c. Disusun secara sistematis, d. Bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum). Istilah ilmu atau 'science' merupakan istilah yang mempunyai makna ganda. Menurut cakupannya, ilmu merupakan terminologi um.um untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Ilmu merupakan terminologi um.um yang mengacu kepada ilmu yang seumumnya (ilmu pada umumnya). Sedangkan arti yang lain, ilmu menuniuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok masalah tertentu. Dalam hal ini ilmu berati menunjuk suatu cabang ilmu khusus, misalnya: biologi, ilmu alam, ilmu sosial, ilmu bumi (geografi.), antropologi, sosiologi, ilmu ekonomi, dan sebagainya. B. ILMU DAN FILSAFAT Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, sebelum munculnya ilmu telah berkembang fi.lsafat terlebih dahulu. Filsafat berasal dari kata /i1odan sofia(bahasa Yunani). Filoartinyacinta atau menyenangi dan sofia artinya bijaksana. Konon orang yang selalu mendambakan kebijaksanaan adalah orang-orang yang pandai, orang yang selalu mencari kebenaran. Dalam mencari kebenaran ini mereka mendasarkan kepada pemikiran dan logika, dan bahkan berspekulasi. Hal ini terjadi pada zaman sebelum ilmu berkembang. Hasil pemikiran mereka ini kemudian menjadi tantangan bagi para ilmuwan selanjutnya, di mana 2 Metodologi Penelitian Kesehatan dalam menemukan kebenaran lebih mementingkan penemuan• penemuan empiris, bukan hanya hasil pemikiran atau logika semata. Logika bukan sebagai metode untuk menemukan atau mencari kebenaran tersebut. Dapat dikatakan bahwa lahimya ilmu adalah karena ketidak• puasan para pemikir zaman dahulu terhadap penemuan kebenaran oleh para filosof, sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan bentuk• bentuk perkembangan filsafat. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat merupakan induk dari ilmu. Pada mulanya cabang-cabang ilrnu tersebut berkembang dari dua cabang utama, yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial (socialsciences). Selanjutnya ilmu• ilmu alam membagi diri menjadi dua kelompok lagi, yakni ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (biological sciences). Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Ilmu sosial yang mula-mula berkembang adalah antropologi, psikologi. ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik. Selanjutnya, baik cabang-cabang ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial bercabang-cabang lagi sehingga sampai pada saat ini terdapat sekitar 650 cabang ilmu. Meskipun filsafat telah berkembang menjadi bermacam-macam ilmu, namun filsafat sendiri tidak tenggelam, bahkan ikut berkembang pula seirama dengan perkembangan ilmu. Dalam arti, yang operasional filsafat adalah suatu pemikiran yang mendalam sampai ke akar-akarnya terhadap suatu masalah atau objek kajian. Sesuai dengan perkembangan filsafat dan pengertiannya, maka muncul berbagai macam fi.lsafat, antara lain: filsafat alam (metafisika), filsafat ketuhanan (theologia), filsafat manusia, filsafat ilmu, dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya, filsafat adalah suatu ilmu; yang lingkup kajiannya tidak hanya terbatas pada fakta-fakta saja, tetapi sampai jauh di luar fakta, sampai batas kemampuan logika manusia. Ilmu mengkaji kebenaran dengan bukti logika atau jalan pikiran manusia. Dengan perkataan lain, batas kajian ilmu adalah fakta, sedangkan batas kajian filsafat adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu menjawab atas pertanyaan "Mat" dan "How" sedangkan filsafat menjawab pertanyaan '1Vhyand Myand May"dan setenisnya sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau budi manusia, Bab 1: Ilmu Pengetahuan dan Penelitisn 3 Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat taraf peralihan. Dalam taraf peralihan ini maka bidang pengkajian filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh, tetapi sektoral. Di sini orang tidak lagi mempermasalahkan moral secara keseluruhan, melainkan mengaitkannya dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi. Namun demikian, dengan taraf ini secara konsepsual ilmu masih mendasarkan diri pada norrna-norma filsafat. Misalnya ekonomi, masih merupakan penerapan etika {appleid ethics)dalam.kegiatan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang dipakai adalah normatif clan deduktif (berpikir dari hal-hal yang umum ke yang bersifat khusus) berdasar• kan asas-asas moral yang filsafati. Pada tahap selanjutnya ilmu menyata• kan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat clan bertumpu sepenuh• nya pada hakikat alam sebagairnana adanya. Pada tahap peralihan, ilmu masih mendasari diri pada norma yang seharusnya, sedangkan dalam tahap terakhir ilmu didasarkan atas penemuan-penemuan. Sehingga dalam menyusun teori-teori ilmu pengetahuan tentang alam clan isinya ini, maka manusia tidak lagi mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif, tetapi kombinasi antara deduktif clan induktif (berpikir dari hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang Lersifat umum), dengan jembatan yang berupa pengujian hipotesis. Selanjutnya proses ini dikenal sebagai "Metods deducto hipotetico verivikstii", clan metode ini dipakai sebagai dasar pengembangan metode ilmiah yang lebih dikenal dengan Metodc Penelitian. Selanjutnya melalui atau menggunakan metode ilmiah ini akan menghasilkan ilmu. August Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan tersebut di atas ke dalam tahap religius, metafisik, clan ilmiah. Hal ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi .(deducto). Dalam tahap kedua orang mulai berspekulasi berasurnsi, atau membuat hipotesis• hipotesis tentang metafisika (keberadaan) wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbahas dari dogma religi, clan mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan postulat metafisika tersebut · {hipotetico). Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, di mana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang objektif (verifikatif). 4 Metodologi Penelitisn Kesehatan Secara visual proses perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, yang selanjutnya merupakan kerangka-kerangka metode ilmiah dapat digambarkan seperti terlihat dalam skema di bawah ini. Skema I.I Metode Deducto Hipotetico Verivikatif r L DEDUKSI: Berdasarkan pengalaman-pengalaman atau teori-teori atau dogma-dogma yang bersifat umum dilakukan dugaan• dugaan atau hipotesis. L HIPOTESIS: Adalah dugaan yru1g ditarik berdasarkan teori, dogma, atau pengalaman-pengalaman. L VERIVIKASI: Adalah proses pembuktian untuk hipotesis-hipotesis melalui penelitian � ----------�INDUKSI: Hasil penelitian - tersebut disusun ke dalam suatu teori yangumum C. ILMU DAN PENELITIAN Dari uraian terdahulu telah dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah suatu pengetahuan yang terurai secara sistematis clan terorganisasi, mempunyai metode clan bersifat universal. Sedangkan penelitian adalah suatu usaha penyelidikan yang hati-hati clan secara teratur terhadap suatu objek tertentu untuk memperoleh suatu kebenaran atau bukti kebenaran. Dari batasan ilmu clan penelitian ini, dapat ditarik suatu hubungan bahwa dalam menyusun suatu pengetahuan yang sistematis, clan untuk mencapai sifat yang universal, ilmu memerlukan metoda tertentu yang disebut penelitian. Almack (1930) menyebut hubungan ilmu clan penelitian ini sebagai "hasil" clan "proses". Penelitian adalah prosesnya, sedangkan ilmu adalah "hasil" dari proses tersebut. Namun Whitney (1960) berpendapat lain, bahwa ilmu clan penelitian adalah sama-sama suatu proses, sedangkan hasil dari proses tersebut adalah "kebenaran" (truth). Pendapat Whitney ini beralasan karena memang ilmu itu tidak statis, tetapi berkembang, clan dalam Bab 1: Ilmu Pengetahuan dan Penelitian 5 perkembangan ilmu selalu melalui suatu proses, clan proses ini aclalah penelitian. Oleh sebab itu dapat cliambil kesimpulan bahwa ilmu itu memang hasil, tetapi juga proses. Kemuclian pertanyaan timbul, apa hasil dari ilmu, aclalah kebenaranan atau teori yang clicapai melalui penelitian ilmu, atau penelitian ilmiah. Jadi penelitian pada prinsipnya aclalah metocle yang digunakan oleh ilmu untuk memperoleh kebenaran empiris. Oleh sebab itu penelitian pada prinsipnya aclalah metode ilmu pengetahuan (scientific method). D. LANDASAN lLMU Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara menclalam terhaclap hakikat ilmu. Oleh sebab itu filsafat ilmu ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu tersebut, seperti: 1. Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud hakiki objek tersebut? Bagaimana hubungan objek dengan daya tangkap manusia (misalnya: berpikir, merasa, menginclra)? 2. Bagaimana proses yang memungkinkan timbulnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedumya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita menclapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sencliri? Apa kriterianya? Cara, teknik, atau sarana apa yang membantu kita dalam menclapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? 3. I Intuk apa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut clan kaidah-kaiclah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metocle ilmiah clan norma-norrna moral/ profesional? Ketiga kelompok pertanyaan tersebut merupakan landasan-landasan ilmu, yakni kelompok pertama merupakan landasan ontologi, kelompok kedua merupakan landasan epistemologi, clan kelompok yang terakhir merupakan lanclasan aksiologis. Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut: 1 . Landasan Ontologis Aclalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai objek telaahan yang jelas. Dikarenakan diversifikasi 6 Metodologi Penelitien Kesehatan ilrnu terjadi atas dasar spesifikasi objek telaahannya, rnaka tiap disiplin ilrnu rnernpunyai landasan ontologi yang berbeda. 2. Landasan Episternologi Adalah cara yang digunakan untuk rnengkaji atau rnenelaah objek sehingga diperoleh ilrnu tersebut. Secara urnurn rnetode ilrniah pada dasarnya untuk sernua disiplin ilrnu, sarna, yaitu berupa proses kegiatan induksi-dcduksi-verifikasi seperti telah diuraikan sebelurnnya. 3. Landasan Aksiologi Adalah berhubungan dengan penggunaan ilrnu tersebut dalarn rangka rnernenuhi kebutuhan rnanusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilrnu terhadap pengembangan ilrnu itu untuk peningkatan kualitas hidup rnanusia. E. SARANA BERPIKIR ILMIAH Untuk rnelakukan kegiatan ilrniah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana iersebut rnernungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cerrnat. Penguasaan sarana berpikir ilrniah ini rnerupakan suatu hal yang bersifat irnperatif bagi seorang ilrnuwan. Tanpa rnenguasai hal ini rnaka kegiatan ilrniah yang baik tidak dapat dilakukan. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang rnembantu kegiatan ilrniah dalam berbagai langkah yang harus diternpuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelurn kita rnernpelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogianya kita telah rnenguasai langkah-langkah dalarn kegiatan langkah tersebut. Dengan jalan ini rnaka kita akan sarnpai pada hakikat sarana yang sebenamya, sebab sarana rnerupakan alat yang rnernbantu dalarn rnencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, sarana ilmiah rnernpunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilrniah secara rnenyeluruh. Dalarn proses pendidikan, sarana berpikir ilrniah ini rnerupakan bidang studi tersendiri. Untuk hal ini kita harus rnernperhatikan dua hal. Pertama, sarana ilrniah bukan merupakan kurnpulan ilrnu, dalarn pengertian bahwa sarana ilrniah itu rnerupakan kurnpulan pengetahuan Bab 1: Ilmu Pengetahuan dan Penelitisn 7 yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu di antara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pei.getahuan, Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita dapat menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksud.k.an untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah. Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bahkan merupakan ilmu tersendiri. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah, dan untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktifdan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini, sedangkan stetistiks mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakikatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah. Sebagai resume dari pengkajian mengenai hakikatsarana berpikir ilmiah, peranan masing-masing sarana berpikir tersebut disajikan dalam bagan berikut ini. Metodologi Penelitien Kesehatan 9 Bab 2 fflETODE llfflU PERGETAIIUAn A. PENDAHULUAN Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Untuk memenuhi rasa ingin tahu ini, manusia sejak zaman dahulu telah berusaha mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada dasamya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung m&upun melalui pengalaman orang lain. Semenjak adanya sejarah kehidupan manusia di bumi ini, manusia telah berusaha mengumpulkan fakta. Dari fakta-fakta ini kemudian disusun dan disimpulkan menjadi berbagai teori, sesuai dengan fakta yang dikumpulkan tersebut. Teori-teori tersebut kemudian digunakan untuk memahami gejala-gejala alam dan kemasyarakatan yang lain. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, teori-teori tersebut makin berkembang, baik. kualitas maupun kuantitasnya, seperti apa yang telah kita rasakan dewasa ini. B. BERB.AGAI CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjangsejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: a) Cara tradisional atau nonilmiah, yakni tanpa melalui penelitian ilmiah, dan b) Cara modem atau cara ilmiah, yakni melalui proses peneH.tian. 1. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau 10 Metodologi Penelitisn Kesehatan KEBENARAN ILMIAH DAN KEBENARAN NONILMIAH Penelitian , Non Penelitian , Ilmiah KEBENARAN rnetode penernuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilrniah, tanpa rnelalui penelitian. Cara-cara penernuan pengetahuan pada periode ini antara lain rneliputi: a. Cara Coba Salah {Trial and Error) Cara rnernperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh rnanusia dalarn rnernperoleh pengetahuan adalah rnelalui cara coba• coba atau dengan kata yang lebih dikenal "trisl and error': Cara ini telah dipakai orang sebelurn adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelurn adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kernungkinan dalam rnernecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, rnaka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. ltulah sebabnya rnaka cara ini disebut rnetode trial(coba) anderror(gagal atau salah) atau rnetode coba salah (coba-coba). Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk rnemecahkan berbagai rnasalah. Bahkan sarnpai sekarang pun rnetode ini rnasih sering digunakan, terutama oleh rnereka yang belum atau tidak rnengetahui suatu cara tertentu yang tepat dalam rnernecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak jaeanya, terutama dalarn rneletakkan dasar-dasar rnenernukan teori-teori dalarn berbagai Bab 2: Metode Ilmu Pengetahuan 11 cabang ilmu pengetahuan. Hal ini juga merupakan pencerminan dari upaya memperoleh pengetahuan, walaupun pada taraf yang masih prmitif. Di samping itu, pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan metode ini banyak membantu perkembangan berpikir dan kebudayaan manusia ke arah yang lebih sempurna. b. Secara Kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun 1926. Pada suatu hari Sum• mers sedang beketja dengan ekstrak acetone, dan karena terburu-buru ingin bermain tennis, maka ekstrak acetone tersebut disimpan di dalam kulkas. Keesokan harinya ketika ingin meneruskan percobaannya, temyata ekstrak acetone yang disimpan di dalam kulkas tersebut timbul kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease. Contoh lain dari cerita dari mulut ke mulut adalah ditemukannya kina sebagai obat penyembuhan penyakit malaria. Konon, ditemukannya k.ina sebagai obat malaria adalah secara kebetulan oleh seorang penderita malaria yang sering mengembara. Pada suatu hari ketika sedang mengembara di hutan ia kehausan dan minum air parit yang begitu jernih, tetapi rasanya pahit sekali. Anehnya, sejak minum air yang pahit tersebut penyakit malarianya tidak pemah kambuh. Akhimya ia melakukan penyelidikan ke sepanjang parit itu dan diketemukannya pohon kina yang tumbang terendam di dalam parit tersebut. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa kulit kayu kina dapat dijadikan obat malaria. c. Cara Kekuasaan atau Otoritss Dalam kehidupan manusia sehari hari, banyak sekali kebiasaan• kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan• kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-ternurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telur, dan sebagainya. Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan- 12 Metodologi Penelitian Kesehatan kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin• pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, para pemuka agama, pemegang pemerintahan aan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan. Dari sejarah kita ketahui dan kita pelajari bahwa kekuasaan raja zaman <lulu adalah mutlak, sehingga apa pun yang keluar dari mulut raja adalah kebenaran yang mutlak dan harus diterima oleh masyarakat atau rakyatnya. Pada saat gereja mempunyai otoritas yang mutlak di Eropa, ada suatu pendapat bahwa dunia itu datar, bukan bulat seperti teori yang telah kita anut sekarang ini. Pendapat itu diterima oleh masyarakat pada waktu itu, sampai dalam jangka waktu yang lama tanpa melalui pembuktian empiris. Demikian pula pendapat yang dikeluarkan oleh tokoh-tokoh ilmu pengetahuan atau filsafat selalu digunakan sebagai referensi dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi. Di bidang kesehatan, otoritas pengetahuan tersebut bukan saja berasal dari ahli-ahli kesehatan atau kedokteran, tetapi juga berasal dari para dukun. Apabila masyarakat mempunyai kesulitan• kesulitan kesehatan mereka minta nasihat atau pengobatan kepada ahli-ahli tersebut, termasuk juga dukun. Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupnn ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih <lulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar. d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi Bab 2: Metode Ilmu Pengetahuan 13 pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan atau merujuk cara tersebut. Tetapi bila ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga berhasil memecahkannya. Seorang penduduk desa yang menderita demam dapat sembuh karena minum air daun pepaya, akan mengulangi lagi cara itu pada waktu ia atau anggota keluarganya menderita demam. Bahkan orang tersebut mungkin akan menyebarluaskan pengetahuannya kepada para tetangganya. Sedangkan pengalaman orang lain menunjukkan bahwa demam tersebut dapat sembuh setelah minum obat puyer yang dibeli di warung, atau dengan cara dikeroki. Semua pengalaman pribadi tersebut dapat merupakan sumber kebenaran pengetahuan. Namun perlu diperhatikan di sini bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk dapat menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis. e. Cara Akal Sehat (Common Sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya rnau rnenuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak. Pernberian hacliah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f. Kebenaran Melalui Wahyu Ajaran dan dogma agarna adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan rnelalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterirna dan 14 Metodologi Penelidan Kesehatan diyakini oleh pengiku-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia. g. Kebenaran secara Intuitif Kebenaran secara intuitifdiperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja. h. Melalui Jalan Pikiren Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasamya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pemyataan-pemyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pemyataan-pemyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pemyataan• pemyataan umum kepada yang khusus. i. Induksi Sebagai.mana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pemyataan-pemyataan khusus ke pemyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalam• an-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami _suatu gejala. Karena proses berpik.ir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal hal yang nyata, maka Bab 2: Metode llmu Pengetahuan 15 dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak. Proses berpikir induksi dikelompokkan menjadi dua, yakni induksi sempuma dan induksi tidak sempuma. Induksisempuma tetjadi apabila kesimpulan diperoleh dari penjumlahan dari kesimpulan khusus. Misalnya, masing-masing atau tiap-tiap anak yang lahir prematur perkembangannya lambat.Iadi kesimpulannya, semuaanak yang lahir prematur perkembangannya lambat. Proses berpikir induksi ini terjadi apabila dalam proses berpikir tersebut menggunakan hasil pengamatan terhadap seluruh kejadian khusus yang berhubungan dengan satu hal, karena itu disebut induksi sempurna atau lengkap. Dalam hal ini proses berpikir berusaha mengidentifikasi seluruh subjek yang menjadi anggota objek yang diamati secara satu per satu, kemudian keseluruhan objek itu diidentifikasi pula keumumannya (kesamaan-kesamaannya dalam sesuatu hal) dan ditarik kesimpulan umumnya. Sedangkan induksi tak sempurna tetjadi apabila kesimpulan tersebut diperoleh dari lompatan, dari pernyataan-pernyataan khusus. Hal ini berarti bahwa dasar dari kesimpulan tersebut bukan penjumlahan dari tiap-tiap subjek yang diamati, melainkan hanya beberapa subjek saja sebagai sampel. Misalnya: Indonesia negara berkembaug, IMR-nya tinggi. India negara berkembang, IMR-nya tinggi Tanzania negara berkembang, IMR-nya tinggi Brazilia negara berkembang, IMR-nya tinggi Jadi semua negara berkembang, IMR-nya tinggi Pernyataan-pernyataan khusus yang dipakai landasan untuk membuat keputusan tersebut hanya sebagian kecil dari negara berkembang saja, bukan negara berkembang seluruhnya. j. Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut "silogisme", Silogisme ini merupakan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. Di dalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar 16 Metodologi Penelitian Kesehatan secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu. Di sini terlihat proses berpikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus. Silogisme sebagai bentuk berpikir deduksi yang teratur terdiri dari tiga pemyataan atau proposisi, yaitu: Pemyataan pertama disebut premis mayor, yang berisi pemyataan yang bersifat umum. Pernyataan kedua yang sifatnya lebih khusus daripada pernyataan yang pertama disebut premis minor. Sedangkan pemyataan ketiga yang merupakan kesimpulannya, disebut konklusi atau konsekuen. Conteh: Semua anak yang status gizinya baik, cerdas (Prernis Mayor). Ruli status gizinya baik (Premis Minor) Jadi Ruli adalah anak yang cerdas (Konklusi). Silogisme dibagi menjadi dua macam, yakni silogisme kategoris dan silogisme hipotesis. Yang dimaksud dengan silogisme kategoris ialah proses berpikir, dengan melakukan penyelidikan identitas (kesamaan) atau diversitas (perbedaan) dua konsep objektif, dengan membandingkan ketiga konsep secara berturut-turut. Conteh: Semua penderita malaria mengalami kekurangan darah Pak Ali penderita malaria Pak Ali kekurangan darah. Sedangkan silogisme hipotesis ialah silogisme, di mana premis mayomya merupakan pernyataan hipotesis, dan premis minornya mengakui atau menolak salah satu atau bagian dari premis mayor tersebut. Oleh sebab itu, silogisme hipotesis ini terdiri dari tiga macam, yakni silogisme kondisionel, silogisme disjungtif (pemisahan), dan silogisme konjungtif(penghubung). Silogisme hipotesis kondisional ialah silogisme, di mana premis mayomya berbentuk suatu keputusan bersyarat, yang dirumuskan dengan kata-kata: jika, apabila, atau maka. Conteh: Apabila Minah mendapatkan imunisasi polio, ia tidak cacat. Minah tidak cacat. Jadi Minah telah mendapat imunisasi polio. Bab 2: Metode Ilmu Peagetsbusn 17 Silogisme pemisahan ialah silogisme, di mana premis mayornya berbentuk hipotesis yang bersifat memisahkan. Contoh: Didi atau Dudung yang kekurangan gizi. Didi berat badannya normal. Jadi Dudung kekurangan gizi. Sedangkan silogisme penghubung, adalah silogisme yang premis mayomya berbentuk pemyataan yang menghubungkan. Contoh: Tidak mungkin ibu hamil yang gizinya baik menderita ane• mia. Ibu Ani hamil, gizinya baik. Jadi, Ibu Ani tidak menderita anemia. 2. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru atau modem dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode berpikir induktif. Muia-mula ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kernasyarakatan. Kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktifyang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni: a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu. 18 Metodologi Penelitisn Kesehatan