KATA PENGANTAR
Bersyukur kepada Allah Swt. dengan mengucap Alhamdulillah, bersholawat kepada Baginda
Rasulullah Muhammad Saw. dengan mengucap Allahumma sholli wa sallim „ala sayyidina
Muhammad wa „ala ali sayyidina Muhammad. Kehadiran karya tulis ini guna memenuhi tugas
Ulangan Tengah Semester Genap mata kuliah Materi Agama Islam di Sekolah/Madrasah.
Dengan selesainya karya tulis ini, penulis sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan sumbangsih dalam penulisan karya tulis ini, terkhusus kepada beliau Bapak Irham,
M.A.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Materi Agama Islam di Sekolah/Madrasah.
Kelebihan karya tulis ini dibandingkan dengan karya tulis lainnya adalah pada spesifikasi yang
diarahkan kepada satu tema pokok, sehingga di dalamnya semakin terarah pembahasannya.
Walaupun demikian, dipastikan bahwa karya ini tentu masih banyak kekurangan di dalamnya.
Oleh karena itu, input perbaikan untuk menyempurnakan disiapkan penulis untuk mengubahnya.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan memberi keberkahan ilmu, iman, dan amal bagi
semua pihak. Aamiin
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………ii
AKHLAK TASAWUF MORAL DAN ETIKA………………………………………………..1
Pendahuluan………………………………………………………………………….....2
Pembahasan…………………………………………………………………………......3
Kesimpulan……………………………………………………………………………...9
MANFAAT MEMPELAJARI AKHLAK, MORAL DAN ETIKA SERTA HUBUNGANNYA
DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER……………………………………………………....10
Pendahuluan…………………………………………………………………………….11
Pembahasan……………………………………………………………………………..12
Kesimpulan……………………………………………………………………………..18
RUANG LINGKUP DAN NILAI-NILAI ILMU AKHLAK………………………………......40
Pendahuluan………………………………………………………………………….....20
Pembahasan……………………………………………………………………………..22
Kesimpulan……………………………………………………………………………...33
DASAR-DASAR AKHLAK ISLAM…………………………………………………………..34
Pendahuluan…………………………………………………………………………….35
Pembahasan……………………………………………………………………………..35
Kesimpulan……………………………………………………………………………...39
MAKNA TASAWUF, RUANG LINGKUP, TUJUAN DAN DASAR-DASAR ILMU
TASAWUF DALAM AL-QURAN……………………………………………………………..40
Pendahuluan……………………………………………………………………………..41
Pembahasan……………………………………………………………………………...42
Kesimpulan………………………………………………………………………………46
MANFAAT ILMU TASAWUF DALAM KEHIDUPAN DAN SEJARAH PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN TASAWUF………………………………………………………....47
Pendahuluan……………………………………………………………………………..48
Pembahasan……………………………………………………………………………..49
Kesimpulan……………………………………………………………………………...59
MAQAMAT – AHWAL, TAKHALLI, TAHALLI, TAJALLI……………………………60
Pendahuluan………………………………………………………………………...61
Pembahasan…………………………………………………………………………63
Kesimpulan………………………………………………………………………….66
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….67
HASIL PLAGIARISME…………………………………………………………………….68
AKHLAK TASAWUF
Akhlak Tsawuf Moral Dan Etika
MATERI AGAMA ISLAM
Millah Tazkiya
41182911200021
ABSTRAK
Tasawuf dengan metologisnya dinilai mampu memperbaiki keadaan yang saat ini terjadi di
kalangan umat muslim, tasawuf mampu mengembalikan spirit dan motif hidup manusia agar
kembali kepada jalan yang telah syariatkan Allah, dalam mengatasi dekadensi moral manusia
tasawuf memiliki metodenya sendiri yakni, takhali (mengendalikan nafsu/mujahadah), Tahali
yakni melatih diri dengan melatih diri untuk mengerjakan sifat-sifat terpuji (riyadhah) dan tahap
ketiga yakni tajjali yaitu tersingkapnya Nur Ilahiyah yang hanya mampu dirasakan oleh manusia
(Sufi) melalui kesungguhan dalam melakukan ibadah khususnya shalat, puasa, dzikrullah dan
munajat kepada Allah SWT. Dari uraian di atas, maka daat ditarik kesimpulan bahwa pemikiran
Abdul Qodir al-Jailani tentang konsep akhlak tasawuf lebih menekankan pada aspek perbaikan
perilaku individu manusia. Melalui beberapa tahapan keutamaan penyucian jiwa: Taubat, zuhud,
tawakal, sabar, jujur, syukur, dan ridha maka akan melatih jiwa manusia memiliki akhlak mulia.
1
PENDAHULUAN
Sufisme terus menarik untuk dibahas. Terutama seperti yang sekarang di mana individu tampaknya
menghadapi berbagai masalah sehingga Tasawuf dipandang sebagai obat intens untuk mengobati
kekosongan. Terlepas dari banyak upsides dan kerugian meliputi awal kebangkitan Tasawuf, kita
harus mengakui bahwa upsides Tasawuf telah ada sejak jam Nabi. Pada dasarnya Sufisme sekitar
maka harus terlihat dari cara berperilaku nabi yang pa akhirnya kita sebut kualitas sufi. Hal ini
sepenuhnya masuk akal mengingat fakta bahwa misi utama Nabi adalah untuk meningkatkan dan
sekaligus ideal etika kelompok orang timur tengah pertama.
Di tempat pertama tasawuf adalah kemajuan pemahaman naluri Islam. Sejak jam sahabat dan tabi
" di, kecenderungan perspektif individu terhadap pelajaran Islam semua lebih logis telah muncul.
Pelajaran Islam dilihat dari dua sudut, khususnya bagian kelahiran (exetoris) dan perspektif
internal (eksklusif), atau sudut pandang "eksternal" dan aspek "batin". Pandangan dan praktik
perspektif "internal "mulai muncul sebagai hal yang paling menarik, namun tanpa mengabaikan
sudut pandang"eksternal " yang dibangkitkan untuk menggosok semangat. Reaksi pemeriksaan
mereka lebih terletak pada sudut pandang "ke dalam", yang merupakan gaya hidup yang berfokus
pada selera, Keagungan Tuhan, dan kemandirian dari kesombongan. Sufisme sebagai equibilirium
keganjilan di tengah logika yang sedang berlangsung dan positivisme yang jambul. Sejak Dengan
Tasawuf, manusia berarti Kembali ke empulur fundamental, khususnya quran dan Hadits,karena
pada dasarnya Tasawuf menuju awal perkembangannya adalah moral atau ketat, dan moral yang
ketat ini adalah apa banayak diatur dalam Quran Hadits, atau saat ini lebih terkenal sebagai
Tasawuf akhlaqi.
Dalam perspektif peneliti" Sufisme akhlaqi memiliki satu ton pemahaman, antara lain
diungkapkan oleh imam Al-Ghazali: "kualitas yang mendalam adalah sifat yang dimasukkan
dalam semangat yang menyebabkan kegiatan secara efektif dan efektif, tanpa memerlukan
pemikiran dan pemikiran".
Inti dari Tasawuf moral adalah tasawuf yang berfokus pada hipotesis perilaku, kualitas mendalam
atau moral atau kegiatan moral, dengan teknik khusus yang telah diketahui menginstruksikan,
mendorong pembersihan relatif banyak karakteristik yang dipuaskan oleh Tuhan, sehingga
memunculkan area lokal manusia yang terhormat di hadapan Tuhan dan hewan-hewannya.
Membahas Tasawuf akhlaqi, secara positif tidak dapat diisolasi dari sosok Sufi Syaikh Abdul Q.
Sufisme akhlaqi Syaikh Abdul Q adalah pengajaran tasawuf yang berbicara tentang kesempurnaan
dan kebajikan roh yang terbentuk dalam pengaturan mentalitas mental dan disiplin cara
berperilaku yang parah untuk mencapai kebahagiaan ideal, manusia pada awalnya harus mengenali
realitasnya dengan kualitas Ketuhanan melalui pembersihan tubuh dan jiwa yang berasal dari
perkembangan individu yang bermoral dan terhormat1
1
Siti Maghfiroh, Etika Keutamaan Dalam Akhlaq Tashouf Abdul Qadir Jaelani, (Jurnal Islam Nusantara, juni 2021,
Hal 24)
2
PEMBAHASAN
1. Tasawuf
a) Pengertian Tasawuf
Sufisme secara etimologis didapat dari bahasa Arab, tasshawwafa, yatashawwafu,
tashawwufan.Ulama berbeda dari mana asalnya, ada yang mengatakan dari " Shuf "(berbulu
halus)," Shafa "(jelas) dan dari" Shuffah " (emper Masjid Nabi terlibat oleh sebagian dari temanteman Nabi).
Sedangkan secara lisan tasawuf adalah bidang ilmu Islam dengan pembagian yang berbeda-beda
dalam hal itu, untuk lebih spesifik Tasawuf akhlaqi, Tasawuf Amali, dan Tasawuf falsafi, masingmasing dari ketiganya berisi pokok kajian cara mendekatkan diri kepada Allah dari segala
substansi, secara fisik dengan menjalankan Syariat saja, namun dikenang karena itu Qolbu man
yang sarat dengan dzikir dan berbeda riyadlah batin lainnya2
b) Dasar Hukum Tasawuf
Seperti dikatakan di daerah masa lalu, khususnya Tasawuf sangat penting untuk regulasi Islam,
maka seharusnya segala sesuatu yang berhubungan dengan tasawuf itu sendiri tergantung pada
Quran dan Hadits kurir Allah. Pada umumnya, dasar-dasar Tasawuf ditemukan dalam refrain yang
menyertainya:
1.
2.
3.
4.
Taubah (Al-Tahrim:8)
Tawakal (Al-Thalaq:3)
Zuhud (al-Hasyr:9)
Shabar (al-kahfi:58)
Cara berperilaku seperti itu juga dapat dihilangkan dari keberadaan kurir Allah. Misalnya, dalam
kesungguhan dalam memerangi keinginan, ketakutan dan kepercayaan itu masuk akal bahwa
dalam doa bribadah sampai kakinya bengkak.Kemudian kata-kata dan perbuatan sahaabah juga
dapat dimanfaatkan sebagai alasan untuk Tasawuf, mereka hidup pada dasarnya, Zuhud, Qonaah,
dll.3
2. Pengertian Moral
Secara etimologis kata moral berasal dari bahasa latin "adat istiadat" dan itu menyiratkan
kebiasaan atau gaya hidup. Sedangkan dalam ungkapan moral dapat diuraikan sebagai pedoman
2
Wawan Kurniawan, Peran Akhlaq Tashouf dalam Upaya Mengatasi Moral Pada Era Modern, (Jurnal Al Amr,
Januari 2020, Hal 15)
3
Wawan Kurniawan, Peran Akhlaq Tashouf dalam Upaya Mengatasi Moral Pada Era Modern, (Jurnal Al Amr,
Januari 2020, Hal 17)
3
standar dan organisasi yang dapat mengontrol perilaku dalam menjalani hubungan masyarakat.
Jadi kualitas yang mendalam adalah sesuatu yang langsung atau cara berperilaku yang harus
dimiliki oleh manusia. Prinsip-prinsip Moral berlaku secara lokal bergantung pada cara hidup
masyarakat sekitar.Karena kualitas etika adalah nilai legitimasi dalam kehidupan masyarakat
setempat. Moral juga dapat dicirikan sebagai sikap perilaku, kegiatan, kegiatan yang dilakukan
seseorang ketika mencoba untuk mencapai sesuatu dalam terang keterlibatan, terjemahan, jiwa dan
bimbingan. Ada beberapa komponen dalam moral, khususnya kegiatan / perilaku dan wacana.
Dengan asumsi seorang individu dapat menerapkan sesuai kualitas menang di mata publik dan
siap untuk memenuhi iklim daerah setempat, maka, pada saat itu, orang mungkin mengatakan
bahwa individu memiliki kebajikan besar.4
3. Peran Tasowuf Dalam Mengatasi Dekadensi Moral
Tasawuf ini mengaitkan harmonisasi antara tasawuf dan Syariah.Ini berarti bahwa prestasi dalam
tasawuf tidak harus meninggalkan Amaliah Syariah. Sejak, realitas tanpa Syariah akan
mengembara off-track, dan syariah tanpa realitas akan knalpot tanpa berarti. Jadi Syariah eksoteris
harus diuraikan dengan Tasawuf rekondit. Keunikan dari Dekadansi moral yang sekarang
mencemari masyarakat dianggap sebagai cocok untuk kewalahan oleh tasawuf dengan strategi
sistemik yang menyertainya:
Di tempat pertama, tahap yang sebenarnya, yang merupakan tahap mempersiapkan diri untuk
mengosongkan inti dari kualitas dimaafkan, khususnya, antara lain, bakhil, riya, hasad, takabur,
ujub dan sebagainya. Pada tahap ini Para Sufi melakukan riyadhah untuk mengendalikan
keinginan, ini adalah dengan alasan bahwa sifat menjijikkan yang muncul dalam setiap individu
disebabkan oleh keinginan yang mengatur jiwa manusia. Ini tentu saja mengendalikan keinginan
dikenal sebagai Mujahadah, yang merupakan metode yang terlibat dengan mempersiapkan diri
untuk tidak melakukan demonstrasi tak tahu malu yang akan mencemari semangatnya.
Demonstrasi perilaku tidak etis akan melahirkan jiwa yang kotor sehingga akan membuat roh tidak
bisa mendapatkan cahaya surgawi, selanjutnya hati menjadi tumpul dan tidak mampu berbicara
dengan Tuhan. Kerapian roh atau Tazkiyah al-Nafs berubah menjadi tahap yang signifikan dalam
upaya untuk mengarang etika.
Kedua, tahap Tahali adalah fase menuduh dan mempersiapkan diri dari karakteristik teladan,
seperti permintaan maaf, zuhud, wara', penghargaan, toleransi, tawakal, kegembiraan, dan
sebagainya. Ayah tahap kedua ini kemajuan moral selesai dengan naik bangku melangkah
maqomat dari satu maqam ke maqam berikut sehingga pemenuhan keadaan pikiran (ahwal)
tentang perasaan kedekatan dengan Allah. Kemajuan Moral pada tahap selanjutnya sangat
dipengaruhi oleh kesungguhan tenaga manusia dan bekerja untuk memainkan karakteristik terpuji
yang terkandung dalam setiap maqam di atas.
4
Wawan Kurniawan, Peran Akhlaq Tashouf dalam Upaya Mengatasi Moral Pada Era Modern, (Jurnal Al Amr,
Januari 2020, Hal 18)
4
Tahap ketiga adalah tajjali, khususnya peluncuran penempatan nur ghaib atau Nur ilahiyyah dalam
semangat individu. Jadilah bahwa mungkin, sifat prestasi pada tahap ini adalah tegas dipengaruhi
oleh dua fase terakhir, sehingga tahap ini juga merupakan suatu program penyesuaian tahali tahap
tahali tahap takhalidan, namun serigkali sejumlah besar Tasawuf hilang pada tahap ini, hal ini
karena kelangsingan jilbab antara nur mencolok dan dampak dan murmur dari jin dan setan.5
4. Etika Menurut Abdul Qadir Jaelani
Moral keunggulan dalam etika Tasawuf Abdul Qodir AL-Jailani Abdul Qadir al-Jailani adalah
salah satu tokoh Sufi yang sangat khawatir tentang etika atau perbaikan moral. Pertimbangan
Abdul Qadir Al-Jailani umumnya sebagai pedoman sehingga individu umumnya berada di lorong
etika yang telah dikelola dalam pelajaran yang ketat. Abdul Qadir Al-Jailani membimbing individu
untuk terus berusaha mencapai tingkat ideal baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan individu.
Seorang pria yang layak seperti yang ditunjukkan oleh Abdul Qadir Al-Jailani adalah orang yang
umumnya tunduk kepada perintah Allah dan konsisten berusaha untuk menjadi pekerja unggul
Allah. Semua yang diperintahkan oleh Allah adalah besar dan semua yang dilarang oleh Allah
adalah mengerikan, yang telah digambarkan dalam Al-qur'an dan Hadits.
Abdul Qadir Al-Jailani Tasawuf pertimbangan pada ide-ide manusia super menyebabkan
mengatur moral. Standarisasi moral tergantung pada sifat etis bahwa dalam perilaku dan reaksi
moral, manusia menjadikan standar moral sebagai teladan baiknya. Regularizing moral dalam
penalaran Abdul Qadir Al-Jailani lebih spesifik dari pada moral kebaikan. Kekuasaan diperoleh
melalui cara menjadi terbiasa dan merupakan konsekuensi dari praktik.Keunggulan tidak dimiliki
sejak lahir. Interaksi untuk mendapatkan kekuatan salah satu dari mereka dengan itu tidak bagus
untuk mengatasi sifat yang mendasarinya. Cara paling umum untuk mendapatkan kekuasaan
terjadi melawan arus, dengan mengalahkan masalah yang dialami dalam kondisi konvensional.
Moral tasawuf dalam pelajaran dari Abdul Qadir Al-Jailani menggarisbawahi kekuatan orang
untuk keberadaan berbuah ukhrawi. Sukacita alami dipandang sebagai sukacita semu. Seperti yang
ditunjukkan oleh Abdul Qadir Al-Jailani, sukacita dapat dicapai dengan menyaring roh dan
mengidealkannya dengan mencapai kebutuhan roh.6
5. Pengertian Akhlaq, Moral Dan Etika
Setiap kali dianalisis bahkan lebih atas ke bawah dan terhubung dengan keadaan tertentu dari
kalimat, kata-kata moral, moral dan moral memiliki salah satu dari jenis penting. Moral berarti
mendidik tentang luar biasa dan mengerikan yang umumnya dirasakan tentang latihan, pola pikir,
tanggung jawab, etika. Moral adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan batasan nilai,
eksentrisitas, kemauan, penilaian atau perbuatan yang pantas dikatakan benar, salah arah, hebat,
mengerikan. Apa yang disimpulkan penilaian benar atau salah dalam moral, adalah masyarakat
5
Wawan Kurniawan, Peran Akhlaq Tashouf dalam Upaya Mengatasi Moral Pada Era Modern, (Jurnal Al Amr,
Januari 2020, Hal 19)
6
Taufid Hidayat Nazar, Etika Keutamaan Dalam Akhlaq Tashouf Abdul Qadir Jaelani, (Jurnal Islam Nusantara, juni
2021, Hal 32)
5
semuanya. Sementara moral, cara berperilaku yang luar biasa, menghebohkan, salah, dan benar
adalah penilaian yang jelas sesuai dengan sudut pandang sah yang ada dalam contoh-contoh parah.
Berkaitan dengan pentingnya awalnya terhormat diperoleh dari kata Latin JAMA ' kebiasaan mos,
maknanya adalah kebiasaan yang berubah menjadi motivasi untuk menilai apakah gerakan
individu positif atau negatif. Sepanjang garis ini, untuk mengukur cara orang bertindak, positif
atau pesimis harus dilihat apakah perbuatan menyesuaikan dengan kebiasaan ketabahan yang
biasanya dirasakan lingkungan sosial atau tegas. Karena luar biasa dapat dianggap sebagai
pameran moral besar yang mengerikan, iklim di alam.
Dalam semua kata Referensi Bahasa Indonesia, etika digambarkan sebagai penyelidikan standar
moral. Selanjutnya, kualitas mendalam adalah studi tentang apa yang luar biasa dan apa yang
mengerikan, kebebasan moral dan keterbatasan. "Moral" dapat diartikan sebagai sikap. Asosiasi
yang berubah ini memiliki makna yang lebih mendalam karena telah berubah menjadi karakteristik
juga, seorang individu yang memiliki tempat bersama seseorang. Kualitas dan karakter yang telah
dikaitkan dalam bentuk tunggal akan berubah menjadi karakter. Dapat juga dikatakan bahwa
perspektif adalah kualitas dan mentalitas yang merupakan karakteristik bagi seorang individu.
Peningkatan sikap dalam pos positif, tidak secara permanen dibentuk oleh faktor-faktor dari dalam
diri Anda dan dari perspektif eksternal, lebih khusus lingkungan. Keluarga adalah lingkungan
pertama dan terdekat bagi seorang individu. Melalui keluarga dapat dibingkai orang. Keunikan
dalam penerapannya dapat menciptakan penilaian positif atau negatif yang mengandalkan
pendekatan tindakan orang yang melakukan. Dalam Lughat (bahasa) moral adalah jenis jamak
khilqun tentu saja khuluqun yang menunjukkan etika, perilaku, karakter atau Tabi'at. Syarat
kualitas mendalam memiliki kata-kata yang identik dengan moral dan moral; moral dan moral
berasal dari bahasa Latin dimulai dari kata etos itu menunjukkan kecenderungan, dan kebiasaan
menyimpulkan kecenderungan. Itu berasal dari kata aktivitas khalaqa yang berarti Membuat.
Khaliq berarti Produser atau Tuhan dan makhluq menyimpulkan dibuat, khalaq menyarankan
penciptaan. Khalaqah memiliki kata yang sejauh bahwa di atas menyimpulkan bahwa moral adalah
ikatan membatasi keinginan Allah dan manusia. Dalam kata lain yang signifikan moral dapat
digambarkan cara di mana seorang individu bertindak terhadap orang lain. Jika pendekatan untuk
bertindak atau gerakan didasarkan dengan keinginan Khaliq( Tuhan), itikenal sebagai moral yang
jelas. Sejalan dengan itu, moral dapat diuraikan prinsip atau norma karakter dan perilaku yang
mengawasi hubungan antara satu sama lain manusia (hablumminannas), manusia dengan Tuhan(
hablumminallah), apalagi orang dengan alam semesta (lingkungan)7.
Pengertian akhlak secara terminologis menurut:
a) Imam Ghozali:
Yang artinya: ”Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan?”
7
Dr. H. Bahrudin M.A., Akhlaq Tasowuf,( Maret 2013, Hal 7-8 )
6
b) Ibnu Maskawaih:
Yang artinya: Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan
tidak membutuhkan pikiran dan pertimbangan.”
c) Menurut Ahmad Amin:
Yang artinya ”Khuluq (akhlak) adalah membiasakan kehendak.”
Terlepas dari moral ada berbagai istilah yang disebut etika dan moral. apa yang bisa dibandingkan
dengan memilih nilai mentalitas seseorang yang baik dan buruk untuk dilakukan. Perbedaan
kualitas yang mendalam memiliki norma pengajaran Al-qur'an dan Sunnah pengiriman. Moral
condong ke arah pikiran, sementara sumber moral menjadi kecenderungan kecenderungan biasa
menang di bidang publik. Dalam penggunaan kata-kata pada saat get-over terjadi, misalnya,
Hassan secara misterius memanfaatkan istilah moral yang sebanding dengan moral / akhlaq8.
6. Sumber Akhlaq, Moral Dan Etika
Dalam kehidupan sehari-hari secara rutin mengalami Kata-Kata moral, moral dan moral adalah
semua dari tiga cara yang berbeda individu bertindak, pada dasarnya sama, namun setiap kali
melihat dari sumber, tiga kata ini akan menjadi salah satu dari jenis. Kualitas yang mendalam
berasal dari pengungkapan yang ketat. Sumber Moral dari praktik individu. Sedangkan etika
berasal dari pemikiran moral dan otak yang cemerlang. Dalam penelitian ini diminta akhlak Islam
yang masuk akal di titik dari perspektif pada Al-qur'an Dan Hadits Nabi sebaliknya, dan bahanbahan yang telah dibuat. Disposisi moral belum pernah terjadi sebelumnya Islam dan perilaku
harus fokus pada bantalan Al-qur'an dan sunnah kurir Allah. Yang paling luas terkonsentrasi pada
Al-qur'an adalah Nabi sendiri. Seperti yang ditunjukkan oleh Quran seorang Muslim adalah orang
yang telah benar-benar menyerah kepada Allah dan perintahNya dan memiliki iman dalam tauhid
murni sebagai berikut: Allah SWT menyebutkan dalam QS. 68 ayat 4:
Yang Artinya: "Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.“
Menurut entri ini, Para Sufi menyinggung Nabi Muhammad sebagai Al-Insan Al-Kamil, model
manusia terbaik sejak Adam, hingga akhir zaman. Kita secara kolektif nabi harus menjadikannya
sebagai uswatun hasanah (model dalam semua bagian kehidupan. Nabi berkata bahwa dia diutus
oleh Tuhan untuk menyempurnakan moral manusia. Ini berisi mendapatkan: (1) kehadiran Nabi
selesai kemegahan moral manusia yang baru-baru ini tidak sempurna; (2) empulur contoh Islam
ini adalah gloriousness signifikansi. Tujuan super utamanya adalah peningkatan moral,
penyempurnaan etika yang terhormat. Rekan bertanya, tentang bagaimana moral Pertama Nabi
itu? Siti Aisha menjawab bahwa akhlak Nabi adalah Al-qur'an9.
8
Dr. H. Bahrudin M.A., Akhlaq Tasowuf,( Maret 2013, Hal 15 ).
9
Dr. H. Bahrudin M.A., Akhlaq Tasowuf,( Maret 2013, Hal 12 ).
7
7. Perbedaan Etika dan Moral
Moral adalah prinsip-prinsip perilaku, kebiasaan kecenderungan manusia dalam hubungan antara
orang- orang dan pengakuan yang benar dan yang buruk.Etika adalah bagian dari moral dalam hal
kualitas dan etika yang menentukan cara manusia berperilaku sepanjang kehidupan sehari-hari.
Moral dalam peningkatannya secara signifikan mempengaruhi keberadaan manusia. Moral
memberi manusia arahan tentang bagaimana dia melanjutkan hidupnya melalui perkembangan
kegiatan sehari-hari. Itu berarti Moral membantu individu dengan berdiri teguh dan bertindak
pantas dalam menjalankan kehidupan ini. Moral akhirnya membantu dengan datang ke kesimpulan
tentang kegiatan apa yang harus dilakukan dan yang harus dilihat bersama bahwa moral ini dapat
diterapkan di semua sudut atau sisi kehidupan sementara etika adalah hal-hal yang benar-benar
terhubung dengan jalannya sosialisasi orang tanpa etika manusia tidak sepihak untuk memimpin
jalannya sosialisasi . Lalu moral adalah hal langsung yang harus dengan masalah kemegahan besar
dan mengerikan bahkan dengan masalah terpuji atau tidak layak sesuatu. Darurat manusia
mutakhir yang mendorong terjadi10 (Kurniawan, 2020, p. 4)
10
Wawan Kurniawan, Peran Akhlaq Tashouf dalam Upaya Mengatasi Moral Pada Era Modern, (Jurnal Al Amr,
Januari 2020, Hal 4)
8
KESIMPULAN
Tasawuf dengan metologinya dianggap siap untuk memajukan keadaan yang sedang berlangsung
di kalangan umat Islam, tasawuf dapat membangun kembali jiwa dan pemikiran keberadaan
manusia untuk kembali ke cara yang telah direkomendasikan oleh Tuhan, dalam menaklukkan
pesta pora moral manusia tasawuf memiliki teknik sendiri, khususnya, takhali (mengendalikan
keinginan/mujahadah), Tahali khususnya persiapan diri melalui mempersiapkan diri untuk chip
jauh di karakteristik pujian (riyadhah) dan tahap ketiga adalah tajjali untuk lebih spesifik
divulgence dari Nur Ilahiyah yang hanya siap dirasakan oleh orang-orang (Sufi) melalui
kesungguhan dalam melakukan cinta, khususnya Doa, Puasa, dzikrullah dan munajat kepada Allah
SWT. Dari Penggambaran di atas, sangat baik dapat disimpulkan bahwa prospek Abdul Qodir ALJailani tentang gagasan Sufisme moral yang lebih aksentuasi pada bagian bekerja pada cara
individu manusia berperilaku. Melalui beberapa fase etika penyaringan Roh: penyesalan, zuhud,
tawakal, toleransi, sah, penghargaan, dan kegembiraan itu akan mempersiapkan jiwa manusia
untuk memiliki pribadi yang terhormat.
9
AKHLAK TASAWUF
Manfaat Mempelajari Akhlak, Moral dan Etika Serta Hubungannya Dengan Pendidikan
Karakter
MATERI AGAMA ISLAM
Lutfiana Azzahra
41182911200027
ABSTRAK
Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah strategi dalam upaya meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia agar kelak dapat menjadi manusia yang mempunyai karakter serta dapat
hidup dengan mandiri. Berdasarkan hal itu , apakah pendidikan karakter dapat mewujudkan suatu
akhlak yang mulia ataupun sebaliknya ? maka dari itu dengan adanya tulisan ini untuk mengetahui
apakah manfaat dari mempelajari akhlak, moral serta etika dan untuk mengetahui apakah
korelasinya atau hubungannya dengan pendidikan karakter. Moralitas adalah ukuran kepribadian
seorang Muslim. Jika akhlak seseorang diketahui buruk nilai-nilai yang bertentangan dengan
syariat Islam, maka ia memiliki kepribadian yang tercela. Di sisi lain, akhlak seseorang yang
berperilaku sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah mulia. Ukuran baik buruknya
akhlak seseorang dapat dilihat dari perspektif hukum Islam karena hukum merupakan hukum yang
mengatur kehidupan umat manusia. Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak bukanlah suatu perbuatan,
bukan sekedar kemampuan berbuat, tidak pula dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, tetapi
akhlak adalah suatu usaha untuk menghubungkan dengan keadaan jiwa, siap mengemukakan
fakta-fakta. dan situasi harus sedemikian pas sehingga fakta-fakta muncul, oleh karena itu tidak
sesaat tetapi menjadi kebiasaan hidup.
Kata Kunci : Pendidikan, Akhlak, Karakter
10
PENDAHULUAN
Di dalam agama islam diatur berbagai aspek kehidupan yang ada di dalam lingkungan
manusia, antara lain seperti fiqih, aqidah, muamalah, akhlak dan lain sebagainya. Seorang muslim
dapat dikatakan sempurna jika mampu menguasai serta mengimplementasikannya ke dalam
kehidupannya yang sesuai dengan syariat pada Al-Quran dan As-Sunnah. 11
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam lingkup pergaulan kita dapat menilai
beberapa perilaku dari seseorang apakah itu suatu perilaku atau sikap yang baik atau buruk. Hal
itu dapat sangat terlihat melalui cara dia bertutur kata ataupun bertingkah laku. Akhlak, moral serta
etika pada masing-masing individu memiliki perbedaan. Hal tersebut juga tentunya dipengaruhi
oleh lingkungan internal ( keluarga ) ataupun di lingkungan eksternal ( masyarakat ).
Pada kehidupan seperti itulah semakin berpengaruh di dalam sendi kehidupan dan tentunya
sangat berpengaruh terhadap oerkembangan akhlak, moral dan etika seseorang. Dapat kita lihat
dan amati bahwa perilaku pada seseorang dewasa ini sudah jauh dari ajaran islam, hingga banyak
terjadi kejadian di masyrakat saat ini yang cenderung mengarah kepada hal-hal yang negative dan
meninggalkan amalan keislaman. Oleh karena itu, dengan adanya tulisan ini diharapkan para
pembaca menyadari bahwa betapa pentingnya kita dalam mepelajari akhlak, moral dan etika serta
bagaimana hubungannya dengan karakter. 12
11
Hj. Siti Rohmah, M.A. Buku Ajar Akhlak Tasawuf, (Pekalongan, Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding
Management, 2021), hal. 17.
12
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), hal. 11.
11
PEMBAHASAN
13
Akhlak adalah suatu sikap yang melekat pada jiwa seseorang yang melahirkan sebuah
perbuatan-perbuatan yang berdasarkan pada kemauan dan pilihan, baik ataupun buruk terpuji
ataupun tercela, akhlak tersebut dapat juga disebut sebagai tabiat dari seseorang yang berdasarkan
pada pengaruh pendidikan yang telah didengar, dilihat, dan diterima. Dari sudut kebahasaan
(etimologi) akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar dari kata Al-Akhlaqa, Yukhliqu,
Ikhlaqan. Kata akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khulqun yang berarti budi pekerti, jika
melihat penggunaan hadits Rasul SAW, maka benar arti akhlak yaitu budi pekerti, dengan
demikian kata akhlak atau khuluq secara kebahasaan (etimologi) berarti budi pekerti, adat
kebiasaan, tabiat, perangai.
14
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwasannya akhlak adalah suatu sifat yang tertanam di dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan perkembangan. Adapun pengertian akhlak. Akhlak adalah suatu hal
yang baik ataupun buruk secara akal dan moralitas berdasarkan adat istiadat ataupun agama.
Adanya sebuah sinyal ketika akan melakukan sebuah perbuatan dibalik itu, terdapat adanya
dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya yang bersumber dari kekuatan
batin yang dimiliki oleh tiap manusia, yaitu :
1. Tabiat (pembawaan), ayitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan
manusia, tetapi hal terseut disebabkan oleh naluri (gharizah) dan faktor warisan sifat-sifat
dari orangtua.
2. Akal pikiran. Yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah
melihat sesuatu, mendengarkan sesuatu, dan merasakan sesuatu.
3. Hati nurani. Yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh kepada kejiwaan yang dapat
menilai hal-hal yang sifatnya abstrak (batin) karena dorongan inilah yang mendapatkan
keterangan (ilham) dari Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda :
Yang artinya “ sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabb
semesta alam tiada sekutu baginya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku bagian dari orang
islam, ya Allah berilah aku amalan yang terbaik dan akhlak yang paling mulia, tiada yang bisa
memberi yang terbaik selain engkau, dna lindungilah aku dari amalan dan kahlak yang buruk,
tidak ada yang bisa melindungiku dari hal yang buruk selain engkau “ (An-Nasa’i)
13
Hj. Siti Rohmah, M.A. Buku Ajar Akhlak Tasawuf, (Pekalongan, Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding
Management, 2021), hal. 4.
14
Drs. H. Miswar, MA, H. Pangulu Nasutio, Lc, MA, Rahmat Hidayat, MA, Ramadhan Lubis, M.Ag. Akhlak
Tasawuf, (Medan: Perdana Publishing, 2015), hal. 1
12
Hadits tersebut menjelaskan betapa pentingnya akhlak mulia, terkhusus untuk umat islam dewasa
ini. Akhlak mulia adalah cermin dari seorang muslim, mencerminkan kesucian hati dan fikirannya,
sedangkan akhlak yang buruk mencerminkan seseorang yang telah gelap hati dan jiwanya
sehingga ia tidak dapat lagi menentukan mana yang baik dan buruk bagi dirinya karena keburukan
itu telah mendarah daging di dalam dirinya.
Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri khusus dari
akhlak
yaitu :
1. Akhlak mempunyai suatu sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa seseorang yang menjadi
kepribadiannya dan hal itu yang akan membuat berbeda dengan orang lain
2. Akhlak mengandung perbuatan yang dilaksanakan karena kesadaran sendiri, bukan suatu
paksaan dari orang lain ataupun karena suatu tekanan
3. Akhlak mengandung sebuah manifestasi dari perbuatan yang tulus dan ikhlas
Selain akhlak yang telah dijelaskan diatas ada istilah lain yang mengandung arti atau makna yang
tidak jauh berbeda dengan akhlak. Diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Etika
15
Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Tetapi di dalam
kamus bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Etika berbicara tentang kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut arti tata adat. Oleh
karena itu, etika adalah sebuah landasannya sifar dasar manusia. Tetapi etika menurut filsafat
adalah menyelidiki mana diantara yang baik dan yang buruk menurut pandangan manusia.
B. Moral
Berasal dari bahasa Latin, mos yaitu prinsip-prinsip tingkah laku manusia yang sejalan dengan
adat kebiasaan. 16Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa moral adalah
penentuan baik ataupun buruk terhadap suatu perbuata dan kelakukan. Meskipun etika dan moral
memiliki kesamaan pengertian dalam percakapan sehari-hari, namum mempunyai unsur
perbedaan :
1. Istilah etika digunakan untuk mengkaji suatu sistem nilai yang ada. Karena hal itu, etika
merupakan suatu ilmu.
2. Istilah moral digunakan untuk memberikan kriteria dari suatu sikap ataupun perbuatan
yang sedang dinilai. Karena itu, moral bukanlah suatu ilmu tetapi lebih kepada suatu
perbuatan manusia.
15
Drs. H. Miswar, MA, H. Pangulu Nasutio, Lc, MA, Rahmat Hidayat, MA, Ramadhan Lubis, M.Ag. Akhlak
Tasawuf, (Medan: Perdana Publishing, 2015), hal. 9
16
Yoke Suryadarma dan Ahmad Hifdzil Haq Vol. 10, No 2, 2015 Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali
13
Ruang Lingkup Akhlak
Di dalam akhlak merupakan pembahasan tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian
menetapkannya apakah itu suatu perbuatan yang tergolong baik atau tergolong buruk. Objek
pembahasan akhlak berhubungan dengan suatu norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang.17 Pokok masalah yang dibahas dalam hal ini pada intinya adalah
suatu perbuatan yang baik maupun yang buruk sebagai individu maupun di lingkungan
masyarakat. Dari Dr. Abdullah di dalam buku Dustur Al-Akhlaq Fi Al-Islam, membagi ruang
lingkup akhlak ke dalam lima macam aspek kehidupan, yaitu sebagai berikut
A. Akhlak perorangan dibagi menjadi 4 :
1. Semua hal yang diperintahkan (al-awamir)
2. Segala hal yang dilarang (al-nawahi)
3. Hal-hal yang diperbolehkan (al-mubahat)
4. Akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhlafah bi al-idhthirar)
B. Akhlak keluarga dibagi menjadi 3 :
1. Kewajiban timbal balik orangtua dan anak
2. Kewajiban suami dan istri
3. Kewajiban terhadap kerabat dekat
C. Akhlak bermasyarakat dibagi menjadi 3 :
1. Hal-hal yang dilarang
2. Hal-hal yang diperintahkan
3. Kaidah-kaidah adab
D. Akhlak benegara dibagi menjadi 2 :
1. Hubungan antara pemimpin dan rakyat
2. Hubungan luar negeri
17
Soedijarto, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan, PT. Imperial Bhakti Utama 2007, hal. 257
14
E. Akhlak beragama
Akhlak ini meliputi kewajiban kita terhadap Allah SWT. Jika ingin dipersempit lagi tetapi
mempunyai ruang lingkup yang menyeluruh maka akhlak tersebut dapat terbaik menjadi 6 yaitu
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Akhlak tata karma kepada Allah SWT
Akhlak kepada Rasul Allah SAW
Akhlak untuk diri sendiri
Akhlak di dalam keluarga
Akhlak di dalam lingkungan masyarakat atau sosial
Akhlak di dalam bernegara
Manfaat mempelajari Akhlak, Moral, dan Etika
18
Dari pemaparan diatas telah dijelaskan bahwa antara akhlak, moral dan etika memiliki
kesamaan baik dalam arti maupun maknanya. Akhlak sendiri memiliki arti sebagai perbuatan,
perangai, tingkah laku. Lalu, etika dan moral sama-sama membicarakan mengenai suatu perbuatan
seseorang baik ataupun buruk. Yang membedakan antara moral serta etika adalah moral dipahami
sebagai suatu prinsip atau kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku benar atau salah.
Sedangkan pada etika, sebagai suatu aturan perilaku yang diakui yang berkaitan dengan kelas
tertantu dari tindakan manusia, kelompok maupun budaya yang berada di lingkup sosial
masyarakat. Dengan demikian manfaat antara akhlak, moral dan etika tidak jauh berbeda. 19
Berikut ini adalah manfaat dalam mempelajari akhlak, moral serta etika :
1. Akhlak, moral dan etika dapat menjadi sebuah petunjuk atau memberikan arah bagi
manusia yang ingin bebruat baik
2. Nilai-nilai yang terkandung di dalam akhlak, moral dan etika dapat menjadi suatu sugesti
atau mendorong jiwa manusia untuk berubah lebih baik dan melakukan suatu kebaikan
atau kebajikan
3. mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Pemahaman yang mendalam tentang etika
dan moral akan memungkinkan seseorang untuk memahami sepenuhnya hal-hal di
sekitarnya. Yang dipertaruhkan adalah memahami apa yang dianggap baik dan buruk. Jika
18
Hj. Siti Rohmah, M.A. Buku Ajar Akhlak Tasawuf, (Pekalongan, Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding
Management, 2021), hal. 17
19
Drs. H. Miswar, MA, H. Pangulu Nasutio, Lc, MA, Rahmat Hidayat, MA, Ramadhan Lubis, M.Ag. Akhlak
Tasawuf, (Medan: Perdana Publishing, 2015), hal. 9
15
kita dapat membedakan dan memahaminya serta melakukan hal-hal sesuai dengan aturan
etika dan moral, kita akan selalu merasakan energi positif dalam hidup.
4. Meningkatkan derajat manusia
Tujuan ilmu pengetahuan artinya mempertinggi kemajuan insan pada bidang rohaniah atau
bidang spiritual. Antara orang yang berilmu pengetahuan tidaknlah sama derajatnya
menggunakan orang yg nir berilmu. Hal ini diterangkan pada pada Al-Quran Az-Zumar: 9
“ Katakanlah (hai Muhammad) : “ Adakah sama orang-orang yg berilmu penegetahuan
menggunakan orang-orang yg nir berilmu pengetahuan ? “ sesungguhnya orang-orang yg
berusahalah yang bisa mendapat pelajaran “
5. Menuntun kepada kebaikan
Akhlak ataupun ilmu akhlak tidak hanya sekedar memberikan manakah yang baik dan yang
bruuk, tetapi juga mempengaruhi serta mendorong kita agar membentuk hidup yang baik
serta menciptakan sesuatu kebaikan dan kebajikan yang dapat mendatangkan mafaat untuk
kehidupan
6. Kebutuhan pokok dalam keluarga
Akhlak, moral dan etika merupakan salah satu faktor motlak dalam menegakkan keluarga
yang diharapkan. Keluarga yang tidka dibina atas dasar akhlak yang baik, tidak dapat
berbahagia sekalipun ia diberikan suatu materi atau kekayaan yang berlimpah. Akhlak
yang luhur itulah yang menjadi faktor harmonisnya rumah tangga.
Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampian yang diperluka dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Karakter menurut
Imam Al-Ghazali adalah suatu sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan atau fikiran. Karakter adalah sifat
kejiawaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
20
Pendidikan karakter berkaitan erat dengan psikis individu diantaranya pada segi
keinginan, motif atau dorongan. Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai
berbagai jenis nilai hidup seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, dan
keimanan. Jadi, dapat dismpulkan bahwa pengertian dari pendidikan karakter adalah suatu sistem
pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada seseorang yang
20
Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bantul: Penerbit KBM
Indonesia, 2020), hal. 2
16
did dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan serta tindakan untuk
melakukan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter begitu erat korelasinya dengan pendidikan
akhlak, moral dan etika yang dimana tujuannya adalah untuk membentuk serta melatih
kemampuan diri secara berkelanjutan yang berguna untuk diri sendiri sebagai upaya keraha hidup
yang lebih baik. 21Pendidikan pada dasarnya merupakan cara untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia agar dapat menjadi manusia yang memiliki karakter yang baik. Pendidikan
karakter dapat berjalan dengan efektif apabila dilakukan secara integral yang dimulai dari
lingkungan terdekat atau internal seperti di lingkungan keluarga kemudian pada lingkungan
eksternal yaitu di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan sosial seperti di lingkungan
masyarakat. Terdapat beberapa karakter yang harus ditanam sejak dini diantaranya seperti cinta
kepada Allah, sikap peduli, toleransi, kerja keras, mandiri, rendah hati, dan baik. apabila nilai
karakter tersebut telah luhur tertanam di dalam jiwa atau diri seseorang, maka harapan untuk
memiliki akhlak, moral serta etika yang baik secara otomatis akan tercermin dan terlihat melalui
sikap atau perilaku di dalam kehidupan sehari-hari dan itu semua muncul akibat dari adanya sebuah
didikan karakter yang telah tertanam sejak dini.
Korelasi antara akhlak, moral dan etika dengan pendidikan karakter telah terlihat jelas dari
pemaparan diatas, bahwa munculnya suatu perbuatan, perangai atau perilaku yang dilakukan oleh
seseorang baik ataupun buruk sangat bergantung kepada bagaimana hasil dari suatu didikan
karakter yang ia terima sejak dini, apakah itu suatu didikan karakter yang memiliki nilai positif
ataupun nilai negatif.
21
Abdul Rahman, M.Pd dan Dr. Nurhadi, S.Pd.I., S.E.Sy., S.H., M.Sy.,MH.,M.Pd Konsep Pendidikan Akhlak,
Moral dan Karakter Dalam Islam, Guepedia, 2020
17
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak, moral dan etika adalah
suatu pola perilaku atau perbuatan yang dihasilkan oleh akal manusia secara murni dan mutlak dan
suatu paham keilmuan yang berguna untuk menentukan apakah perbuatan manusia itu dikatakan
baik atau buruk, hal itu berdasarkan pada pendapat akal pikiran. Definisi moral adalah nilai-nilai
atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang ataupun kelompok dalam mengatur segala
tingkah lakunya.
Keterikatan antara akhlak, moral dan etika dengan pendidikan karakter sangat penting
untuk kehidupan sehari-hari serta kesemuanya tersebut juga dapat menjadi pegangan bagi kita
untuk mengevaluasi keadaan di sekitar kita.
18
AKHLAK TASAWUF
RUANG LINGKUP DAN NILAI-NILAI ILMU AKHLAK
MATERI AGAMA ISLAM
Elisa Malika
41182911200003
ABSTRAK
Akhlak mulia merupakan cerminan kepribadian seseorang, selain itu akhlak mulia akan
mampu mengangkat seseorang pada martabat yang tinggi. Penilaian seseorang tentang baik
buruknya sangat ditentukan oleh karakternya. Karakter yang baik adalah hal yang mahal "mahal
dan sulit ditemukan" akhir-akhir ini. Pemahaman yang minim tentang nilai-nilai akhlak yang
terkandung dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta nilai-nilai yang terkandung dalam akhlak,
untuk membentuk kepribadian yang mulia, menanamkan akhlak sejak dini dimulai sejak kecil,
karena akan lebih mudah dibentuk daripada beranjak dewasa atau anak-anak yang sudah tua.
Dengan kekuatan iman yang berasal dari cahaya ilahi, kekuatan batin seseorang dapat dibangun.
Hal ini tidak terlepas dari suka dan duka dalam hidup, sehingga akan dihadapi dengan ketenangan
yang utuh dengan pikiran yang murni. Dalam penulisan ini, akan dijelaskan tentang apa ruang
lingkup pembahasan ilmu akhlak serta nilai-nilai akhlak dan pembentukannya, sehingga dapat
dijadikan sumber rujukan dalam pembelajaran ilmu akhlak.
Kata Kunci: Akhlak, Ruang Lingkup, Nilai-Nilai Akhlak
19
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Akhlak pada dasarnya adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh semua manusia, baik akhlak
yang terpuji maupun akhlak yang tercela. Jadi disini pendidikan akhlak sangat penting bagi
kehidupan manusia, terutama pendidikan akhlak yang baik atau terpuji karena karakter ini
merupakan modal manusia atau dasar manusia yang utama untuk mencapai kehidupan yang baik,
aman, damai dan tentram di dunia dan di akhirat. Pendidikan akhlak terutama ditekankan pada
kaum muda, diantaranya saat ini memiliki akhlak mazmumah atau akhlak yang buruk, tidak hanya
bagi kaum muda akhlak perlu ditegaskan, sangat penting bagi orang dewasa dan orang tua, dan
dewasa ini masih kurangnya pendidikan akhlak, moralitas yang mudah bagi anak-anak,
masyarakat dewasa dan orang tua. Dalam Islam, akhlak menempati posisi yang sangat penting,
karena kesempurnaan Islam seseorang sangat tergantung kepada kebaikan dan kemuliaan
akhlaknya. Manusia yang dikehendaki Islam adalah manusia yang memiliki akhlak mulia, manusia
yang memiliki akhlak mulialah yang akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Oleh karena
hal tersebut di atas, dalam Al-Quran banyak mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan
akhlak, baik berupa perintah untuk berakhlak yang baik, maupun larangan berakhlaq yang buruk
serta celaan dan dosa bagi orang yang melanggarnya. Hal ini membuktikan betapa pentingnya
akhlak dalam ajaran Islam, karena akhlak yang baik (mahmudah) akan membawa kemasalahatan
dan kemuliaan kehidupan.
Akhlak mempunyai peran yang sangat penting dalam hidup. Dalam hubungan ini, peran
pendidikan agama Islam Muslim mencakup kategori tanda-tanda buruk dari kehidupan Islam.
Pelajaran bayangan ilahiyah akan berorientasi langsung. Oleh karena itu, nilai Islam
diformulasikan untuk masa tinggal budaya keagamaan dan berkembang dari waktu ke waktu.
Dalam fenomena kehidupan sosial, diinginkan bagi semua warga negara untuk menetapkan
perilakunya sesuai dengan situasi sebenarnya yang sebenarnya dan beradaptasi dengan situasi di
daerah itu. Peran yang paling tepat adalah ketika ia dapat berganti-ganti peran ganda, dan ia harus
mampu memainkan dirinya sendiri sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Mereka
yang berhasil mengaitkan optimalitas peran individu dan sosial telah mencapai tahap “dewasa”.22
Kematangan atau kedewasaan sosial tidak diukur dari usia dan tingkat tinggi fisik, dilihat dari
“tingkat berpikir”. Pengalaman menunjukkan bahwa ada orang yang tingkat usianya sudah tinggi
tetapi cara berpikirnya sangat kekanak-kanakan. Di sisi lain, ada orang yang relatif muda tetapi
memiliki cara berpikir yang matang.
22
Encep Safrudin Muhyi, dalam Dinamika Umat, edisi 52/VI/Maret 2007, h.16.
20
Hal ini karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai dorongan
atau keinginan dan pengaruh hidup manusia dalam berhubungan dengan orang lain dalam
kehidupan bermasyarakat. Semua perilaku dan tindakan manusia bersumber dari keinginan
manusia. Hidup dalam masyarakat, bentuk dan coraknya sangat dipengaruhi oleh tindakan dan
perilaku manusia sebagai pemenuhan keinginan yang ada pada manusia. Dalam hal ini, seseorang
harus memiliki akhlak dan perangai yang luhur melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam konteks
ini, menurut Manna' al-Qatthon23 terlihat bahwa sistem belajar-mengajar tidak menunjukkan
tingkat berpikir (thullab) yang diajarkan/dilatih dalam tahap-tahap pengajaran, bentuk-bentuk
bagian yang komprehensif dan peralihan dari umum swasta atau tidak.
Pendidikan moral harus diperkuat melalui proses pembelajaran. Proses pendidikan dan
pembelajaran tentunya dilandasi oleh dua prinsip. 1) Dengan memelihara (menampilkan dan
mengamati) tingkat keterampilan atau pemikiran yang diajarkan (siswa), 2) Dengan segala sesuatu
yang membawa mereka kepada kebaikan dan bimbingan, mengembangkan pikiran, jiwa, dan
potensi jiwa mereka. Dalam hal ini, harus ada keselarasan yang mapan antara kekuatan akal dan
pikiran. Untuk itu, hasil kajian tasawuf moral memiliki arti penting ilmiah konseptual dalam
mendekati nilai-nilai moral dan prinsip tasawuf dalam kehidupan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak
2. Mengetahui Nilai-Nilai Akhlak dan Pembentukannya
3. Menambah wawasan Ilmu pengetahuan tentang Akhlak
23
Manna’ al-Qatthon, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an, (ttp.: Masyurot al‘Ashril Hadits, tt.), cet. III, h. 116-117.
21
PEMBAHASAN
1. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak
Ilmu akhlak adalah membahas perbuatan baik dan buruk. Ilmu moral juga dapat dinyatakan
sebagai ilmu yang mencakup pembahasan dalam upaya mengenali perilaku manusia, kemudian
memberikan nilai atau hukum pada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong
baik atau buruk. Oleh karena itu, pokok bahasan ilmu moral adalah tentang norma atau penilaian
atas tindakan seseorang. Masalah pokok yang dibahas pada hakikatnya dalam ilmu akhlak adalah:
Perbuatan manusia, baik atau buruknya perbuatan itu ditentukan kemudian. Dalam konteks ini,
Ahmad Amin mengatakan bahwa Ilmu akhlak membahas tentang perbuatan manusia, yang
kemudian ditentukan baik atau buruknya.24
Menurut sifat akhlak, perbedaan itu dibagi menjadi dua yaitu;
1. Akhlak Mahmudah (terpuji)
Akhlak Mahmudah adalah Ketaatan dalam beribadah, menepati janji, memenuhi amanah,
sabar, santun dalam berkata, dan melakukan segala perbuatan baik menurut pandangan atau
standar Islam adalah perbuatan terpuji, mulia atau baik.
2. Akhlak madzmumah (tercela
Akhlak madzmumah adalah kemunafikan, kesombongan, permusuhan, kedengkian,
kecemburuan, kekikiran, balas dendam, pengkhianatan, putusnya persahabatan, durhaka
kepada orang tua, putus asa dan segala macam akhlak keji menurut Islam.
Sifat-Sifat Terpuji dan Sifat-Sifat Tercela
a. Sifat-Sifat Terpuji
1. Taubat artinya meninggalkan segala perbuatan tercela yang telah dikerjakannya dengan
niat kerana membesarkan Allah SWT. Orang yang bertaubat mestilah memenuhi syaratsyarat berikut :
a) Meninggalkan maksiat dengan kesedaran.
b) Menyesal dengan perbuatan yang telah dikerjakan.
c) Berazam tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi.
Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang taubat yaitu dalam Surat AtTaubah ayat 104.
24
Tiswarni M. Ag. 2007. Akhlak Tasawuf, Jakarta: penerbit bina pratama.
22
2. Zuhud artinya bersih atau suci hati dari berkehendakkan lebih dari keperluannya serta
tidak bergantung kepada makhluk lain. Hatinya
senantiasa mengingati bahawa harta yang dimilikinya adalah sebagai amanah dari Allah.
Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang zuhud yaitu Surat Al-Hadid
ayat 20.
1. Sabar artinya tabah atau cekal menghadapi sesuatu ujian yang mendukacitakan. Salah
satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang sabar yaitu Surat Al-Baqarah ayat
153 yang berbunyi :
َصبِ ِر ْين
ّٰ ص ٰلو ِة ۗ اِنَّ اللّٰهَ َم َع ال
َّ صب ِْر َوال
َّ ست َ ِعيْن ْوا بِال
ْ ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنوا ا
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar." (Q.S.Al-Baqarah : 153).
Syukur artinya menyedari bahawa semua nikmat
yang diperolehinya
baik yang lahir mahupun batin semuanya adalah dari Allah dan merasa
gembira
dengan
nikmat
itu
serta
bertanggungjawab
kepada
Allah.
Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang syukur
yaitu Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 5.
Ikhlas artinya mengerjakan amal ibadat dengan penuh ketaatan serta semua perbuatan yang
dilakukan semata-mata mengharapkan keridhaan Allah SWT, bukan kerana tujuan lain.
Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang ikhlas yaitu Allah SWT
berfirman dalam Surat Al-An'am ayat 162-163.
Tawakal artinya berserah diri kepada Allah dalam melakukan sesuatu
rancangan. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang tawakal yaitu
dalam Surat Al-Maidah ayat 23.
Mahabbah artinya kasihkan Allah dan hatinya sentiasa cenderung untuk berkhidmat dan
beribadat kepadaNya serta bersungguh-sungguh menjaga diri dan jauhkan dari melakukan
maksiat. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang mahabbah yaitu Surat
Ali
Imran
ayat
31:
Artinya: "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (Q.S Ali Imran : 31)
Tawadhu
artinya
ketundukan
kepada
kebenaran
dan
menerimanya
dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah.
Artinya, janganlah kamu memandang dirimu berada di atas semua
orang atau
engkau
menganggap
semua
orang
membutuhkan
dirimu.
Salah
satu
ayat
dalam
Al-Qur'an
yang
menerangkan
tentang
tawadhu yaitu Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Isra' ayat 37.
Qana’ah artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang
dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang
yang berlebihan. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang qana'ah yaitu
Allah SWT Berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7.
8. Taat artinya senantiasa tunduk dan patuh, baik terhadap Allah SWT, Rasul
maupun ulil amri. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang taat yaitu
dalam Surat An-Nisa' ayat 59.
a. Sifat-Sifat Tercela
Ghadab artinya bersifat pemarah dan cepat melenting walaupun kesilapan berlaku pada perkara
yang kecil. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang ghadab yaitu Surat AlAnbiyaa' ayat 87.
1. Hasad artinya dengki akan nikmat yang ada pada orang lain serta
suka jika orang itu susah. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang
hasad yaitu dalam Surat Al-Isra' ayat 62
2. Dendam
artinya
keinginan
keras
untuk
membalas
kejahatan
seseorang. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang dendam yaitu Surat
Al-A'raf ayat 43.
3. Ghibah artinya perilaku menggunjing kaum muslimin lain dan mencemarkan
kehormatannya. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang ghibah yaitu
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 12.
4. Namimah artinya menyampaikan berita diantara dua orang dengan maksud merusak
hubungan keduanya serta untuk menimbulkan permusuhan dan kebencian (adu domba).
Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang namimah yaitu dalam Surat
Al-Qalam ayat 10-11.
5. Takabur artinya berbangga diri/merasa lebih baik dari orang lain.
Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang takabur
yaitu dalam Surat Al-A'raaf ayat 146.
6. Fitnah
artinya
komunikasi
kepada
satu
orang
atau
lebih
yang
bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang
dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat
mempengaruhi
penghormatan,
wibawa,
atau
reputasi
seseorang.
Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang ”tnah
yaitu dalam Surat Al-Ahzab ayat 14.
Adapun ruang lingkup Akhlak terbagi dalam beberapa bagian, yaitu:25
1) Akhlak terhadap Allah SWT
25
Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 215-273.
24
Akhlak kepada Allah adalah akhlak yang paling baik dan tertinggi derajatnya. Tanpa itu, tidak
akan
ada
akhlak
yang
baik
kepada
yang
lain
tanpa
terlebih dahulu akhlak baik kepada Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia untuk
menghidupkan dan menghiasi dunia, melainkan Allah SWT menciptakan manusia sebagai
makhluk dan hamba. Allah SWT adalah Al-Khalik (Pencipta) dan manusia adalah makhluk
(diciptakan). Orang-orang harus mematuhi aturan Allah. Hal ini menunjukkan kodrat manusia
sebagai hamba. Kewajiban manusia kepada Allah SWT termasuk sholat, dzikir dan doa.
Kewajiban keluarga kita kepada Tuhan adalah mendidik mereka, anak-anak mereka, dan
pasangan mereka agar mereka dapat mengenal Tuhan dan berkomunikasi dan berdialog dengan
Tuhan. Kewajiban harta kita di sisi Allah adalah bahwa harta yang kita peroleh itu halal dan
mampu menopang ibadah kita kepada Allah dan menafkahkannya di jalan Allah.26
2) Akhlak terhadap Rasullullah SAW
Rasulullah SAW tercatat dalam tinta emas sejarah sebagai pembawa perubahan dunia yang paling
spektakuler dan hanya dalam waktu 23 tahun Muhammad telah berhasil mendekontruksi seluruh
kehidupan umat manusia yang sarat kezaliman dan kebiadaban, kemudian merekonstruksinya
menjadi sebuah kehidupan yang sarat nilai luhur. Tentu saja, setiap orang yang mengaku beriman
kepada Allah SWT. Ia harus percaya bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul. Yang terakhir
bukan hanya berarti percaya pada sesuatu dapat dipercaya, tetapi harus dibuktikan dengan
perbuatan baik bagaimana berperilaku dijelaskan dalam Al-Qur'an dan hadits kepada Nabi.
Menambahkan contoh sumber daya untuk itu orang itulah yang pantas disebut sebagai ibu dari
nilai-nilai akhlak Islami bagi umat manusia. Kita sebagai rakyatnya, harus mematuhi moralitas
pribadi, kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan sebagainya.
3) Akhlak terhadap Makhluk
Prinsip hidup dalam Islam mencakup kewajiban untuk memperhatikan kehidupan antar sesama
mukmin. Kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya seperti sebuah tubuh dimana salah
satu anggota tubuh berhubungan erat dengan anggota tubuh lainnya. Hak Muslim atas Muslim
lainnya dalam 4 hal:
a. Husnuzan
Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah su’uzan yang berarti
berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang seseorang yang
membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan akan
mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka
yang belum tentu kebenaranya.
26
Ibid
25
b. Tawadhu’
Tawadhu’ secara bahasa adalah "ketundukan dan rendah hati”. Secara terminologis Tawadhu’
adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka
atau dalam keadaan marah. Orang yang tawadhu’ adalah orang yang merendahkan diri dalam
pergaulan dan tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki.27
c. Tassamuh (Tenggang Rasa)
Tassamuh berasal dari kata yang artinya toleransi. Tassamuh berarti sikap tenggang rasa saling
menghormatisaling
menghargai
sesama
manusia
untuk
melaksanakan hak-haknya. Kita wajib menghormati karena manusia dapat merasakan bahagia
apabila hidup bersama manusia lainnmya. Pada hakikatnya, sikap seperti ini telah dimiliki oleh
manusia sejak masih usia anak-anak, namun perlu dibimbing dan diarahkan.28
d. Ta’awun (Tolong-menolong)
Ta’awun berasal dari bahasa Arab yang berarti tolong menolong, gotong royong, atau bantu
membantu dengan sesama. Ta’awun adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri,
kenyataan
membuktikan
bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan pihak lain pasti tidak akan dapat
dilakukan sendiri oleh seseorang meski dia memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal
itu.29
Akhlak terhadap makhluk dibagi menjadi beberapa bagian:
1.Akhlak terhadap diri sendiri. Penanggung jawab adalah orang yang dapat mempertanggung
jawabkan dirinya, yang bertanggung jawab atas tugas dan kewajiban yang dipikulnya,
kewajibannya, kesehatannya, pakaiannya, minumannya, makanannya bahkan segala sesuatu yang
menjadi miliknya;
2.Akhlak terhadap orang tua. Seorang muslim wajib menghormati ayah dan ibunya. Jagalah
mereka di masa tua mereka, cintai mereka dengan cinta yang tulus dan doakan mereka setelah
mereka pergi;
3.Sikap terhadap alam, hewan, tumbuhan, yang tak terlihat dan alam semesta;
4.Berperilaku dengan pemeluk agama lain Antara Islam dan Muslim dan Non-Muslim; dan
27
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 177.
Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2002) h. 186.
29
Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990) h. 153
28
26
5.Bergaul dengan orang yang lebih tua dan berlevel sama (usia yang sesuai, posisi dan level) dan
usia yang lebih rendah.30
e. Akhlak terhadap Lingkungan
Akhlak terhadap lingkungan yaitu lingkungan alam dan lingkungan makhluk hidup lainnya,
termasuk air, udara, tanah, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Jangan membuat kerusakan dimuka
bumi ini. Manusia diposisikan Allah sebagai khalifah di atas bumi ini dan hidup ditengah-tengah
lingkungan bersama makhluk lain sehingga sudah menjadi kewajibannya untuk menjaga
lingkungan sebagai makhluk yang memiliki derajat tertinggi dengan akal dan kemampuannya
mengelola alam.31 Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 11-12 :
ص ِلحونَ أََل إِنَّه ْم هم ا ْلم ْفسِدونَ َولَ ِك ْن ََل
ْ ض قَالوا إِنَّ َما نَحْ ن م
ِ األر
ْ َوإِذَا قِي َل لَه ْم ََل ت ْفسِدوا فِي
ََيشْعرون
Artinya:
“(11) dan apabila dikatakan kepada mereka, "berbuat kerusakan di bumi! ". mereka menjawab:
"Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan."
(12) Ingatlah, Sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.
(QS. Al-Baqarah : 11-12)
Pada hakikatnya ruang lingkup kajian Ilmu Moral berkaitan dengan tindakan manusia
menurut ukuran baik dan buruknya, objeknya adalah norma atau evaluasi dari tindakan tersebut.
maka tindakan adalah tindakan individu atau kolektif. Tujuan Ilmu Moral adalah untuk membahas
perbuatan manusia, yang kemudian ditentukan baik buruknya.32
Selain itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa masalah dasar moralitas adalah semua
tindakan yang berasal dari orang yang melakukannya dengan usaha dan kemauan, dan bahwa dia
tahu kapan harus melakukannya dengan apa yang dia lakukan. Inilah yang dapat kita berikan "baik
dan buruk" pada hukum, serta semua tindakan yang terjadi secara sukarela, tetapi yang hanya dapat
dicoba untuk dilestarikan jika secara sadar.
30
Ibid
Ibid., h. 3
32
Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, (Mesir: Dar al-Kutub al-Mishriyah, tt.), cet. III, h. 2. Lihat juga Abuddin Nata,
Op.cit., h. 9.
31
27
1. Nilai-Nilai Akhlak dan Pembentukannya
Pembentukan akhlak merupakan sebuah sebagian dari tujuan pendidikan, hal ini juga
dikatakan bahwasanya menurut pendapat Muhammad Athiyah al-Abrasyi yang dikutip oleh
Abudin Nata mengatakan kalau pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan dari
pendidikan islam.33 Dengan kata lain, sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk
anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten dan pendidikanlah yang mempunyai
pengaruh besar terhadap kualitas pembentukan akhlak anak. Selain itu pembentukan akhlak adalah
hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh hal ini
seperti contoh dengan salah satu program Islamic boarding school.
Pembentukan akhlak pada dasarnya mempunyai tujuan yaitu ingin mencapai kebaikan dan
meninggalkan keburukan, baik dalam kehidupan individu sendiri, masyarakat bahkan berbangsa
dan bernegara. Menurut tokoh pendidik Islam, tujuan pembentukan akhlak adalah
1)Menanamkan perasaan cinta kepada Allah dalam hatinya
2)Menanamkan I’tikad yang benar dan kepercayaan yang benar dalam dirinya
3)Mendidik supaya menjalankan perintah Allah SWT. Dan menjauhi
larangan-Nya.
4)Membiasakan akhlak yg mulia dan menunaikan kewajiban agama.
5)Mengajarkan supaya mengetahui hukum-hukum agama serta mengamalkannya.
6)Memberi petunjuk hidup di dunia dan akhirat.
7)Memberi suri tauladan (perilaku yang baik).34
33
34
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet, IV, 5
Mahmud Yunus, Metodik khusus Pendidikan Agama (Jakarta: Hidayah Karya Agung 1989) h. 19
28
Ternyata, kebesaran, kebajikan, kebijaksanaan, keindahan, dan lain-lain. Di mana
kebahagiaan dibahas dalam ilmu moral. Dalam hal ini, nilai-nilai moral sangat mempengaruhi halhal tersebut. Demikian juga dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur batin orang tersebut atau unsurunsur luar dalam pembentukannya. Kita tahu bahwa setiap agama memiliki nilai moral dan ciri
khas yang membedakannya dengan agama lain. Tidak diragukan lagi, ada juga beberapa nilai
moral dalam Islam yang mewajibkan mereka untuk bersikap toleran dalam hubungan antarmanusia
dan terhadap agama lain dalam hubungan masyarakat. Islam adalah agama yang dilandasi oleh
keluhuran budi, kedermawanan, dan kedermawanan (saling mencintai antar sesama). Pikiran
sempit, keserakahan dan kekikiran adalah sifat buruk yang dapat menggoyahkan fondasi agama.
Oleh karena itu, sangat diharapkan agar umatnya menjadi dermawan dan baik hati. Sangat
dianjurkan untuk bersikap baik kepada orang lain, tulus, membantu, dan melakukan segala macam
perbuatan baik.
Semua tanggung jawab atas dosa keji ini terletak pada mereka yang menyalakan api
terlebih dahulu, dan kemudian mereka yang mengikuti dan mendukungnya. Dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa penyebab utama laknat dan laknat adalah orang yang memulai terlebih dahulu,
kecuali orang kedua melewati batas (HR.Muslim). Serta cara menghilangkan racun berbahaya ini
adalah toleransi dan kesabaran, yang dapat mengatasi amarah dan kekasaran, serta sikap pemaaf
(wal'afina 'aninnas) kepada orang lain. Tidak diragukan lagi, ketika kepribadian, keluarga, dan
teman seseorang diserang dan dibuat menderita, ketika ia memiliki sarana dan sumber daya untuk
membalas, maka dia ingin menjadi pemenang segera dan tidak berhenti sampai dia puas dengan
balas dendamnya.
Mengenai ciri-ciri nilai akhlak yang harus dimiliki seorang muslim, ada beberapa hal yang
termasuk dalam kategori kualitas ini, yaitu:
1. Orang yang selalu beriman dan bertaqwa35 ketika kemiskinan muncul selalu dikelilingi
oleh berbagai suasana dan kondisi yang mulia dalam hubungannya dengan Allah SWT,
misalnya keinginan, doa, kesabaran, dan hanya mengandalkan Allah. Dia akan menerima
karunia-Nya yang disebut luthf atau althaf Ilahiyyah serta kesenangan, kedekatan denganNya, pertolongan dan dukungan berupa ketabahan dan kesabaran. Dalam berurusan dengan
sesamanya, dia selalu berhasil menyembunyikan rasa sakitnya dan tampil ceria di depan
mereka. Dan mereka selalu mengasihani Allah (husnu'dzun). Allah SWT menuntunnya ke
jalan orang-orang baik, hamba-hamba pilihan-Nya. Selama seseorang dalam keadaan
iman, taqwa dan kebaikan, Allah SWT memberinya kekayaan (kecukupan) dan luasnya
rezeki. Kualitas yang selalu melibatkan melayani Dia dan menggunakan kekayaannya
untuk keuntungan. Allah berfirman: 90
35
QS. 10: 63.
29
Artinya: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan memberinya jalan keluar.
Dan dia akan memberikan rezeki dari arah yang tidak dia duga. Barang siapa bertawakal kepada
Allah, maka cukuplah Allah baginya. Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya
Allah telah menyediakan segalanya."
Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa hakikat segala amalan di sisi Allah adalah taqwa dan
dengan taqwa ini tercapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Barang siapa menyerahkan
pekerjaannya dan menyerahkan kebebasannya kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya
dalam hal-hal yang menyulitkannya di dunia dan di akhirat. Artinya, seorang hamba (yang dicintai
Allah) mengambil penyebab yang diciptakan oleh Allah, termasuk sunnahnya, dan memenuhinya
dengan cara terbaik dalam hidup ini, dan kemudian menyerahkan urusannya kepada Allah dengan
alasan yang tidak diketahui dan tidak dapat dicapainya pengetahuannya tentang untuk menjelaskan
bahwa Allah pasti akan memberikan kemudahan dalam urusan orang-orang yang selalu menjaga
ketakwaannya, hal ini terungkap dalam firman Allah sebagai berikut:
Artinya:
“barang
siapa
yang
bertakwa
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”.
kepada
Allah
niscaya
Allah
2. Orang yang berakhlak mulia selalu mengucap syukur kepada Allah SWT sambil
mendapatkan kesehatan dan kepercayaan diri, bersungguh-sungguh dalam mencari ridhaNya, dan menggunakan kesehatan dan kekuatannya dalam jalan ketaatan kepada-Nya. Ia
juga akan menerima pahala dari Allah SWT berupa kenikmatan dan kemegahan. Demikian
juga, orang lain menilai dengan hormat dan pujian atas segala amal salehnya, dengan
keikhlasan dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketika seseorang sakit, ia ridha,
sabar, pasrah pada kehendak Allah dan hanya mengharap pertolongan dari-Nya. Jadi Tuhan
memberinya kekuatan kepuasan dan rahmat, dan ketenangan dan kemudahan. Orang-orang
yang beriman dan bertaqwa percaya bahwa Allah SWT menyebabkan penyakit bertambah
hanya dengan penebusan dosa dan dengan kehendak-Nya meningkatkan derajat pahalanya.
Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan bertaqwa dalam Al-Qur'an, dalam surat
al-Baqarah ayat 38,36 "Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, hilanglah segala
ketakutan dan kesusahan (kesedihan)." Demikian juga dalam ayat ke-62 Yunus
“Ketahuilah bahwa para wali Allah tidak ada rasa takut atau kesusahan dari mereka.”
Untuk informasi lebih rinci, Allah berfirman:
Artinya: “Allah swt memberikan ketenangan dalam hati orang-orang yang beriman agar
mereka meningkatkan keimanan dan (yang ada) iman mereka. Tentara di langit dan di bumi
adalah kepunyaan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Mengetahui, dan bijak."
36
QS. 65: 2-3.
30
Karena itu,
hati (perasaan) seorang mukmin menjadi stabil dan keadaannya tenang meskipun orang lain
mencelanya (Surat al-Ma'idah, 54). Karena mereka selalu mengingat Allah, "Ketahuilah bahwa
dengan mengingat Allah, hati manusia menemukan kedamaian."
3. Selalu berusaha melakukan perbuatan baik. Kebaikan ini memiliki pemahaman yang luas
tentang Tuhan dan manusia, tentang dirinya sendiri, dan tentang alam semesta. Juga
tentang keikhlasan (murni dari kemunafikan). bentuk filantropidapat berupa harta benda,
tenaga, pemberian pikiran dalam berbagai bentuk, dan tingkah laku, atau sebagai nasehat
untuk kemaslahatan hidup dan pergaulan sehari-hari.37 Dalam hal ini iman dan amal shaleh
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hamba-hamba Allah yang selalu beriman dan
beramal shaleh akan dijauhkan dari mara bahaya, diampuni dosa-dosanya, diberi pahala
yang cukup, diberi kehidupan yang baik, dan tidak ada rasa takut atau sedih.
4. Bersikap Tawakal kepada Allah dalam usaha dam ikhtiar. Efek tawakal terwujud dalam
tindakan orang-orang yang berjuang dengan segala kemampuan dan ilmunya untuk
mencapai tujuannya. Perbuatan seseorang selalu mengikuti apa yang terlintas dalam
hatinya, usaha dan kemauan seseorang, terkadang untuk memperoleh manfaat dari
memelihara kepentingan yang telah dimilikinya, dan terkadang untuk menolak bahaya
yang mungkin menimpanya.38 Disebutkan dalam Al-Qur'an dan bahwa Muhammad
bernegosiasi dengan para sahabat dalam menentukan sikap kebijaksanaannya. Taruh
kepercayaan Anda kepada Allah setelah Anda membuat keputusan bulat. Percaya kepada
Allah SWT adalah kunci kemenangan. Maka cukuplah Allah SWT sebagai penolong.
5. Keikhlasan yang tulus dalam iman dan takwa. Al-Qur'an menegaskan bahwa perbuatan
yang diterima oleh Allah adalah perbuatan yang dilakukan dengan niat tulus untuk
mendapatkan keridhaan-Nya. Juga keikhlasan dalam kesabaran dan doa tidak hanya ketika
menghadapi kesulitan, tetapi juga pada saat senang dan senang.39 Keikhlasan dalam bekerja
seringkali dapat ditunjukkan dengan amalan yang ikhlas sehingga pujian dan syukur
seseorang tidak menjadi tujuan atau mempengaruhi tujuan. Oleh karena itu, ketika
memberi sedekah, waliyullah mengharapkan keridhaan Allah, bukan upah dan syukur,
sebagai bukti iman dan takwa mereka. Keikhlasan dalam iman dan taqwa juga taat pada
sunnatullah serta taat pada agama yang disampaikan melalui utusan Allah. Tidak semua
orang yang percaya harus beragama, tetapi tidak semua orang yang beragama pasti akan
beriman. Dalam hal ini, nilai tertinggi dan terendah dari kehormatan dan martabat
37
Fachrudin Hs., Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Jld. I.
Al-Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumi al-Din, (Indonesia Dar al-Kutub al-Arobiyah, tt.) Juz IV, h. 258-259.
39
QS. 2: 177.
38
31
seseorang di sisi Allah diukur dengan taqwanya. Umat beragama memiliki mata yang
tajam, tidak hanya membedakan baik dan buruk, benar dan salah, tetapi juga memiliki
kekuatan lahir dan batin untuk mengatasi berbagai kesulitan. Di sisi lain, iman dan taqwa
seseorang dapat membuka pintu berkah dari langit dan bumi.40
Selain ketujuh hal di atas, ada ciri-ciri lain yang termasuk dalam kaitannya dengan pembentukan
nilai-nilai akhlak mulia:
1. Melestarikan sifat Tawadhu dan qana'ah.
Wujud karakternya akan terlihat dalam kehidupan sosial (sosialisasi) di sekitarnya. Oleh
karena itu penerapan nilai-nilai yang terlihat menuju kehidupan yang penuh cinta, kedermawanan,
ajakan kepada kebenaran (ma'ruf) dan menjauhi kejahatan. Mengenai masalah ini, Ali bin Husein
berkata: “Orang yang menafkahkan hartanya karena diminta adalah tidak dermawan. Orang yang
disebut dermawan adalah orang yang mengerjakan apa yang perlu. Hak Allah, kehendaknya
sendiri dan ketaatan kepada-Nya, tanpa tekanan atau berharap untuk terima kasih”.41
Pembentukan nilai-nilai akhlak mulia dapat ditampilkan dengan sifat dermawan, suka
memberi dan mengambil segala resiko untuk kepentingannya. Demikian juga, bersikap baik berarti
memberikan yang terbaik dan menolak semua gangguan. Oleh karena itu, sebagai orang yang
taqwa, Anda tidak boleh memiliki sifat moral pemberontakan, pemberontakan, perselisihan, sikap
menentang, kezaliman, dan akhlak serupa.
2. Untuk bersyukur dan menyetujui kehendak Allah.
Kedua hal ini merupakan perbuatan yang sangat terpuji karena berhubungan dengan kerelaan dan
keterbukaan pikiran seseorang, sehingga menciptakan ketentraman batin bagi yang memilikinya.
Inti dari pembentukan nilai moral syukur adalah tiga hal, yaitu:
a.Menerima segala nikmat yang datang dari Allah, sekalipun itu diambil oleh tangan manusia.
Karena pada hakekatnya ini adalah perbuatan manusia untuk mengejar kasih karunia Tuhan.
b.Perbanyak rasa syukur atas nikmat Allah (selalu bersyukur kepada-Nya).
c.Memanfaatkan segala nikmat untuk kebaikan dan kemaslahatan (digunakan untuk ibadah).
40
41
QS. 49: 13.
M. Ali Usman, Hadits Qudsi: Pola Pembinaan Akhlak Muslim, (Bandung: Diponogoro, 1979), h. 332.
32
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran
terlebih dahulu. Adapun fungsi akhlak yaitu untuk pembentukan karakter seseorang baik akhlak
terpuji maupun akhlak buruk, dan untuk mengukur keberadaan harga diri manusia.
Tujuan pembentukan akhlak ini agar manusia tahu dan mampu membedakan antara perbuatan
yang baik dan perbuatan yang buruk. Dan lebih ditekankan kepada pembentukan akhlak terpuji
dan harus mampu menghindari akhlak tercela. Akibatnya, orang-orang yang bertakwa tidak boleh
mengandalkan apa pun selain mencari rezeki Allah, keamanan untuk diri mereka sendiri dan
masyarakat mereka, dan kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Demikian pula, berusaha mencari
ketenangan dan kedamaian yang bersemayam di lubuk hati yang terdalam sambil menjauhi dosa
dan segala hal yang merendahkan. Dalam hal ini, mereka tidak terlalu peduli dengan orang-orang
yang sibuk dengan kepentingan mereka sendiri dan dengan segala sesuatu yang membawa
kebaikan di dunia. Oleh karena itu, dalam nilai-nilai akhlak Islami yang ideal, selalu istiqomah
adalah berpegang teguh pada tali Allah SWT.
Jika nilai moral mengesampingkan penekanan pada kepribadian muslim, maka
pembentukan nilai moral dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan formal, nonformal dan
informal, bahkan dalam kegiatan lain yang dilakukan oleh masyarakat. Melalui kerjasama yang
baik antara ketiga lembaga pendidikan tersebut, akan terbentuk aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (penghargaan) dan psikomotor (praktik) dari pengajaran yang diajarkan.
Dalam konteks ini, setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan moralitas:
1) Faktor internal seperti potensi fisik, intelektual dan jantung (rohani);
2) Faktor eksternal (eksternal) seperti lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat
sekitar.
33
AKHLAK TASAWUF
DASAR-DASAR AKHLAK ISLAM
MATERI AGAMA ISLAM
Iqbal Hasan Kamil
41182911200035
ABSTRAK
Alasan makalah ini adalah untuk berbicara tentang kualitas akhlak yang mendalam dalam Islam.
Sebagian besar dari kita melihat bahwa zaman yang terus berjalan telah mencoba mengabaikan
bagaimana menjalankan akhlak terhormat dalam keadaan sehari-hari. Akhlak adalah cara
bertingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari yang telah dikaitkan dengan individu.
Akhlak mencakup hal-hal yang berhubungan dengan baik, buruk, benar dan salah, dalam aktivitas
manusia yang keteladanannya bersumber dari Al-Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad SAW.
Akhlak adalah karakteristik yang dipasang pada orang dan dapat bernilai baik atau buruk. Akhlak
pada umumnya tidak terlepas dari informasi, perkataan atau perbuatan.
Kata Kunci: Akhlak, Islam
34
PENDAHULUAN
Pada masa jahiliyah, kondisi kualitas akhlak sangat bergejolak, tidak baik bagi mereka
untuk mengotori hal-hal seperti meminum minuman keras dan berjudi. Hal-hal ini mereka lakukan
secara teratur dan, yang mengejutkan, menjadi kebiasaan yang diturunkan ke zaman setelah
mereka. Karena kebiasaan telah diturunkan dari satu zaman ke zaman lainnya, menjelang awal
nabi utama mengalami kesulitan. Masalah akhlak menjadi proporsi besar dan rendahnya derajat
seseorang.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama' dari struktur mufradat “khuluqun” dan di dalamnya
terkandung makna akhlak, keperibadian, budi pekerti dan tingkah laku. Sedangkan yang tersirat
dari istilah tersebut adalah data yang mencirikan baik dan buruk mengarahkan partisipasi manusia,
dan menentukan tujuan spesifik dari bisnis dan pekerjaan. Akhlak pada hakekatnya adalah bawaan
sejak lahir dalam diri individu, menyatu dengan tingkah laku atau perbuatan. Dalam hal akhlak
yang hakiki itu buruk, maka disebut akhlak tercela atau etika mazmumah. Lagi pula, jika cara
berperilakunya bagus, itu dikenal sebagai orang yang baik hati atau disebut akhlak mahmudah.42
Akhlak adalah kerangka berharga yang mengontrol contoh perspektif dan aktivitas manusia di
bumi ini. Nilai yang dimaksud adalah pelajaran Islam dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi sebagai
sumber nilai yang signifikan. Akhlak adalah atribut yang dipasang pada orang dan dapat menjadi
nilai baik atau buruk. Akhlak pada umumnya tidak terlepas dari informasi, wacana atau aktivitas.
Akhlak Islam bisa dianggap sebagai akhlak Islam yang ditentukan Allah dan Rasulullah. Sifat
kualitas akhlak Islam adalah pameran terbuka dari tujuan yang jujur sehingga mungkin saja
menjadi indikasi seseorang apakah seorang Muslim baik atau buruk. Karakter ini adalah produk
dari doktrin asli dan Syariah yang benar. dasarnya akhlak berkaitan erat dengan kesempatan
42
Syarifah Habibah, Akhlak dan etika dalam Islam (Jurnal Pesona Dasar, 4 Oktober 2015), hal. 73-87.
35
manusia, yaitu khaliq (pencipta) dan makhluk (yang diciptakan). Kata “sempurna” artinya
moralitas itu berjenjang, sehingga perlu disempurnakan.43
Perkara yang harus dibiasakan sebagai akhlak keteladanan dalam Islam antara lain:
1. Berani dalam kebaikan, berkata benar, baik bagi diri sendiri maupun orang lain,
menciptakan manfaat
2. Adil, tidak membedakan kedudukan sosial, status ekonomi maupun kekarabatan
3. Pemurah, suka menafkahkan rezeki, ikhlas, jujur dan Amanah
4. Lapang hati dan tidak dendam
Sabda Rasulullah tentang Akhlak
hadis Nabi Saw beragam berbicara tentang akhlak. Terkadang berisi tentang perintah atau
anjuran untuk berhias Akhlak yang terpuji dalam bergaul dengan manusia. Rasulullah pernah
berabda: “sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya” (HR.
Al-Bukhari10/378 dan Muslim no. 2321)
2. RUANG LINGKUP AKHLAK
Akhlak dalam agama tidak bisa dibandingkan dengan Etika. Etika dibatasi oleh kebaikan dalam
kondisi sosial tertentu dan ini tidak benar-benar situasi di kelompok teman lain, akhlak juga hanya
mengkhawatirkan cara berperilaku hubungan lahiriah. Akhalk memiliki makna yang lebih luas,
karena kualitas yang mendalam tidak hanya dikhawatirkan secara kasat mata tetapi juga dengan
mentalitas dan pertimbangan batin, akhlak Ini mencakup sudut pandang alternatif yang
menggabungkan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia,
hewan (manusia, hewan, tumbuhan, makhluk hidup dan makhluk tak bernyawa).Berikut
pemaparan tentang ruang lingkup akhlak:
a). Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bawah tidak ada Tuhan melainkan Allah
Swt. Adapun perikalukan yang harus di kerjakan adalah:
43
Dr. Manshur, MA, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009) cet 3, hal. 221.
35
1. Bersyukur kepada Allah
2. Meyakini kesempurnaan Allah
3. Taat kepada perintah Allah
b). Akhlak terhadap Rasulullah
Cara Berakhlak kepada Rasulullah:
1. Ridha dan Beriman kepada Rasulullah
2. Mentaati dan mengikitu Rasulullah
3. Mencitai dan memuliakan Rasulullah
4. Mengucapakan shalawat dan salam kepada Rasulullah
c). Akhlak terhadap diri sendiri
d). Akhlak terhadap sesama manusia
e). Akhlak terhadap lingkungan
B. PEMBENTUKAN AKHLAK
Meneliti masalah pengaturan akhlak sama dengan berbicara tentang pendidikan , karena
ada begitu banyak pakar yang mengatakan bahwa alasan pelatihan pendidikan adalah pergantian
peristiwa atau pengembangan akhlak. Menurut para ahli tertentu, kualitas mendalam tidak perlu
dipermasalahkan, karena kualitas akhkak adalah naluri (garizah) yang dibawa manusia ke dunia,
kualitas mendalam adalah sifat bawaan manusia, khususnya kecenderungan pada kebaikan. atau
sifat yang ada pada manusia, bisa juga berbicara tentang hati. atau di sisi lain naluri yang umumnya
mendorong kenyataan.44
44
Abuddin, Akhlak Tasawuf…., cet IV, hlm. 154
36
C. TUJUAN PEMBENTUKAN AKHLAK
Dikatakan bahwa pengembangan akhlak setara dengan pendidikan, jadi tujuannya adalah
sesuatu yang sangat mirip. Inspirasi yang mendorong pelajaran kualitas mendalam dalam Islam
adalah bahwa orang-orang sebenarnya dan sebagian besar berada di jalan yang lurus, jalan yang
telah digariskan oleh Allah swt.45 Ini adalah hal-hal yang akan menuntun individu-individu menuju
kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat yang besar. Jalannya rencana penataan moral untuk
melahirkan orang-orang yang terhormat, orang terhormat akan terlihat kokoh dalam diri seorang
individu jika masing-masing empat komponen identitas internal, khususnya kekuatan akal,
kemarahan, keinginan dan kesetaraan, dibawa ke tempat yang layak dan layak. tahap sederhana
sehingga cenderung selesai dengan tidak sulit tunduk pada keinginan syarak dan akal, orang yang
terhormat adalah tujuan utama pembentukan etika Islam, kepribadian seseorang akan dipandang
terhormat dengan asumsi kegiatannya mencerminkan kualitas yang terkandung di dalamnya.
Alquran dan sesuai dengan aturan Islam.
D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK
Faktor yang mempengaruhi perkembangan akhlak ada tiga macam aliran yang sekarang
dikenal baik, yaitu aliran nativisme, aliran Empirisme dan aliran konvergensi.46 Sebagaimana
ditunjukkan oleh perkembangan nativisme, komponen yang paling persuasif dalam perkembangan
diri individu adalah variabel bawaan seperti kecenderungan kemampuan, akal, dan lain-lain. Jika
seseorang saat ini memiliki kecenderungan atau sikap untuk hebat, orang itu secara alami menjadi
hebat.
Kemudian sebagaimana ditunjukkan oleh aliran empirisme bahwa variabel-variabel yang
berpengaruh secara signifikan terhadap penataan diri individu adalah: faktor luar, khususnya iklim
sosial, termasuk arahan dan pelatihan yang diberikan. Dalam hal itu diberikan kepada pembimbing
45
Aboebakar Aceh, Pendidikan Sufi Sebuah Karya Mendidik Akhlak Manusia Karya Filosof Islam di Indonesia, (Solo:
CV. Ramdhani,1991), Cet 3, Hal. 12
46
Abuddin, Akhlak Tasawuf…., cet IV, hlm. 165
37
dan pelatihan. dalam hal pendidikan dan pengajaran diberikan kepada anak muda itu hebat, maka,
pada saat itu, anak itu hebat.
Aliran ini tampaknya memiliki kepercayaan pada peranan yang dilakukan dunia Pendidikan dan
pengajaran. Meskipun demikian, ini unik dalam kaitannya dengan tampilan aliran pembauran,
aliran ini berpendapat bahwa perkembangan etika dipengaruhi oleh elemen interior, khususnya ide
anak muda, dan faktor luar, menjadi pelatihan khusus atau pengaturan dan pengajaran yang dibuat
secara unik, atau melalui komunikasi dalam iklim sosial. Sifat atau kecenderungan ke arah besar
yang ada pada orang didorong secara serius melalui berbagai teknik atau metode.
38
KESIMPULAN
Nabi menganjurkan umatnya untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat dalam perkembangan atau
perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, untuk memiliki individu yang adil dalam bertindak dan
berputar kembali ke hal-hal. Terutama mengingat hubungan dengan Tuhan sebagai pencipta alam
semesta, termasuk kita sebagai manusia. hubungan antar manusia, khususnya hubungan dengan
Nabi sebagai individu yang membimbing kita ke jalan yang benar untuk memuliakan Tuhan Yang
Maha Kuasa. hubungannya dengan alam semesta dan statusnya saat ini. hubungan manusia dengan
dirinya sendiri. Akhlak merupakan latihan penting yang harus benar-benar diakui agar kita terbiasa
melakukan hal-hal yang bermanfaat, rukun dalam hidup berdampingan, terutama dengan dua
penjaga pintu, dengan teman sebaya, dan dengan tetangga.
39
AKHLAK TASAWUF
RUANG LINGKUP DAN DASAR ILMU TASAWUF DALAM AL-QUR’AN
MATERI AGAMA ISLAM
Indah Nurazizah
41182911200001
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna,ruang lingkup, tujuan dan dasar-dasar
dari ilmu akhlak tasawuf di Al-Qur’an. Saat ini kita sangat menyadari bahwa banyak diantara kita
yang melupakan sejumlah besar ulama’ tasawuf dan ulama’di bidang akhlak yang berperan dalam
pengembangan dalam sejarah islam. Akhlak Tasawuf juga berperan penting dalam mengawal dan
memandu perjalanan hidup umat manusia agar selamat dunia dan akhirat. Maka dari itu akhlak
tasawuf sangat penting untuk di pelajari dalam kehidupan manusia, apalagi dengan kemajuan
zaman dewasa ini memberikan dampak yang luar biasa bagi setiap orang, jika kemajuan tersebut
tidak disandingi dengan akhlak yang baik, maka khususnya generasi muda akan mudah
terpengaruh terhadap hal-hal yang negatif. Data yang diperoleh yaitu menggunakan metode
kualitatif dan literatur dari beberapa jurnal dan buku yang penulis jadikan sebagai referensi.
Orisinalitas tasawuf harus melanjutkan dua aspek sebelumnya, berdasarkan iman (tauhid) dan
syariah (fikih). Di sisi lain, ranah keyakinan dan hukum tidak boleh lepas dari aturan tasawuf. Itu
tidak diperbolehkan dan tidak bisa berjalan sendiri. Karena syarat diterimanya sebuah amalan
adalah harus memenuhi dua syarat, yaitu keikhlasan kepada Allah Swt. semata dan harus sesuai
dengan tuntunan Nabi Saw. Tujuan mempelajari akhlak tasawuf adalah untuk selalu beribadah
kepada Allah dan hanya memohon pertolongan kepada Allah serta senantiasa melandaskan segala
amalannya dengan tuntutan syariat islam.
Kata kunci : Tasawuf, Akhlak, Dasar Ilmu Tasawuf
40
PENDAHULUAN
Menurut Damanhuri, tasawuf berasal dari bahasa Arab dari kata ”tashowwafa–
yatashowwafu - tashowwuf” yang berarti "banyak berbulu", yaitu menjadi seorang sufi atau
menyerupai dia dengan ciri khas pakaian bulu/wol (suuf). Sebagian orang secara etimologis
mengklaim bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuff yang berarti saf atau garis. Dikatakan bahwa
para sufi selalu menjadi yang terdepan dalam shalat. Beberapa orang percaya itu berasal dari kata
Arab "shafa" yang berarti bersih. Dia selalu berdakwah dan berperang karena Allah jauh dari
kehidupan dunia karena pikirannya selalu tertuju pada keberadaan Allah, dan jamaknya adalah
Shafii, bukan Shufi. Dalam semua gejalanya, tasawuf adalah semacam pengabdian. Termasuk
dalam Wirid, tidak tidur malam dengan memperbanyak do’a dan wirid sehingga elemen tubuh
seseorang lemah dan elemen spiritual atau jiwanya lebih kuat. 47
Topik pembahasan tasawuf adalah manusia, khususnya hati atau jiwanya. Tasawuf
mengkaji sikap mental manusia terhadap Tuhan serta perasaan mereka terhadap sesamanya.
Tasawuf berusaha mensucikan hati dari segala sifat tercela. Amal ibadah seperti zikir, tahmid,
tasbih, dan tahlil, serta kegiatan lain yang sesuai dengan amanat Al-Qur'an dan hadits Nabi, wajib
untuk membersihkan hati. Hati dipenuhi dengan prinsip-prinsip yang baik dan tidak memiliki
watak yang jahat. Pembersihan hati dalam tasawuf dikenal dengan istilah riyadhah. Jika hati
melakukan segala jenis ibadah, baik yang wajib maupun yang bersifat pilihan, dengan penuh
keikhlasan dan keikhlasan, serta selalu menutupinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan menjauhi
akhlak yang keji, niscaya ia akan mendapatkan nikmat Allah.48
Menurut Abu Bakar Al-Kattany, akhlak merupakan langkah awal bagi praktik tasawuf.
karenanya, jika seseorang ingin menekuni tasawuf, ia harus terlebih dahulu mengubah nilainilainya. Al Junaid Al-Baghdady menekankan pentingnya memanfaatkan waktu dalam praktik
tasawuf; alhasil, seorang shufi mencurahkan seluruh waktunya untuk mengingat Allah SWT
melalui berbagai bentuk ibadah sunnah dan dzikir. Sementara itu, Ma'ruf Al-Karakhy menyoroti
bahwa tasawuf adalah tentang meninggalkan kesenangan duniawi untuk mencari kebenaran
hakiki.49
Tasawuf dapat dimaknai dari sekian banyak pengertian di atas sebagai beribadah kepada
Allah dengan cara-cara yang telah dirintis oleh para ulama sufistik, yang disebut sebagai jalan
untuk mencapai suatu tujuan, memperoleh keridhaan Allah, dan kebahagiaan di akhirat. Istilah
Shufi, atau Shufiyah, mengacu pada seseorang yang menjalani hidupnya sesuai dengan ajaran
tasawuf. Ahmad Amin An-Nawari berpendapat bahwa sufi yang berarti “suci” atau “bersih” adalah
para sufi yang profesional dalam ilmu tasawuf. Nama Sufiyah diberikan karena kemurnian rahasia
atau hatinya, serta kebersihan akhlaknya.50
47
Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.57
48
Syamsun Ni'am, tasawuf studies : pengantar Belajar Tasawuf, Ar-ruzmedia, Yogyakarta 2014, h.73
Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.3
50
Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.4
49
41
PEMBAHASAN
Makna dan Ruang Lingkup Kandungan Tasawuf
Tasawuf adalah sisi spiritual Islam. Ruh termasuk salah satu aspek spiritual yang terdapat
pada manusia. Sehubungan dengan ini, diyakini bahwa manusia terdiri dari tiga elemen: roh,
pikiran, dan tubuh. Manusia memiliki unsur ruh ilahi, yang memberi mereka keunggulan
dibandingkan makhluk lain. Ruh yang dinisbahkan kepada Allah Swt. sebagaimana firman Allah
dalam Surah Al Hijr (15); 29 yang artinya: “Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud”.
Ruh Ilahi inilah yang menyebabkan individu memiliki dimensi spiritual dalam kehidupan
mereka, dan ini adalah sifat yang dimiliki oleh semua manusia, terlepas dari keyakinannya. Karena
memang fitrah manusia memiliki perasaan. Dengan demikian, “ruh” manusia menjadi subyek
penelitian tasawuf. Tasawuf mengkaji sikap jiwa manusia terhadap Allah SWT serta sikapnya
terhadap makhluk lain dan berfungsi untuk membersihkan hati dari sifat-sifat buruk dan tercela
(al-madzmumah).51
Menurut Damanhuri, ruang lingkup tasawuf dibagi menjadi 2 yaitu dilihat dari segi materi
dan segi ilmiah :
Ruang lingkup Tasawuf dari segi materi
1. Sebagai jalan atau cara yang ditempuh dalam membersihkan bathin dari segala macam
akhlaq madzmumah dan mengisinya dengan akhlaq mahmudah (akhlaq terpuji)
menjauhkan diri dari segala macam penyakit qalbu dan mengobatinya dengan iman dan
taqwa.
2. Berisi dorongan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan sebanyak-banyaknya dan
menjauhi larangan Allah agar dapat diridhoi Allah SWT, sehingga dapat merasakan
kebahagiaan yang hakiki dan abadi.
Dari segi ilmiah :
1. Metafisika adalah studi tentang tentang alam ghaib. Ada banyak aspek metafisika dalam
tasawuf yang tidak dapat dilihat dengan akal atau rumus tertentu. Banyak perdebatan
berkisar pada masalah “rasa” (zauq) dan keyakinan akan realitas yang gaib. Misalnya
Ketuhanan, Malaikat, alam ghaib dan lain sebagainya.
2. Etika: Ini adalah ilmu tentang perilaku, kesusilaan, dan karakter dan lainnya. Tasawuf jelas
memiliki pengetahuan dasar tentang akhlak karena mencakup akhlak mazmumah yang
51
Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.50
42
harus ditinggalkan dan nilai-nilai mahzab yang harus dimiliki, dihayati, dan diamalkan
dalam kehidupannya. Karena tasawuf termasuk mutiara akhlak.
3. Psikologi: Ini adalah jenis psikologi yang berbeda dari psikologi umum. Psikologi tasawuf
memiliki kekhasan tersendiri, yaitu menganalisis gejala jiwa dan keadaan yang
memengaruhinya, yang mencakup gagasan perawatan dan pemantauan agar selalu berada
pada jalur yang benar menuju ridha Allah.
4. Estetika: Ini adalah studi tentang keindahan yang mengilhami penciptaan seni. Ada
gharizah seni dalam diri manusia, suka kepada keindahan. Allah itu indah, dan menyukai
keindahan. Estetika tasawuf mendorong manusia untuk menyeimbangkan naluri
artistiknya dan meningkatkan rasa digunakan sebagai sarana makrifah, wasilah untuk
mengidentifikasi kebenaran.52
Tujuan tasawuf
Apa pun yang diajarkan oleh tasawuf adalah tidak lain bagaimana menyembah Allah dalam
suatu kesadaran mental penuh bahwa kita berada di dekat-Nya sehingga kita merasa "melihat"Nya atau meyakini, bahwa Allah senantiasa mengawasi kita. Dalam hal ini, Harun Nasution
berpendapat bahwa tasawuf atau sufisme sebagaimana halnya dengan mistisisme di luar agama
Islam, memiliki tujuan memperoleh interaksi eksklusif dan disadari dengan Tuhan akibatnya
disadari benar bahwa seorang berada pada hadapan Tuhan. Intisari menurut mistisisme termasuk
pada dalamnya sufisme artinya pencerahan akan adanya komunikasi dan obrolan antara ruh insan
dan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi dalam Tuhan. Bisa juga dengan kata
lain, tujuan akhir tasawuf ialah ma'rifat kepada Allah (ma'rifatullah). Dengan ma'rifat ini, seorang
sufi dapat mengakses hikmah Tuhan dan mempelajari ajaran-ajaran Tuhan.53
Tujuan tasawuf adalah membersihkan jiwa, hati, dan pikiran para pelaku tasawuf agar tetap
berada di jalan Tuhan Semesta Alam, dan menjalani kehidupan spiritual. Tasawuf juga
memungkinkan seseorang untuk meningkatkan kesadarannya dalam pengabdian dan
pengabdiannya kepada Tuhan dengan melakukan kegiatan yang istiqamah (konstan dan
berkesinambungan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan tasawuf adalah untuk
mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati
dan jiwanya dapat terhubung dengan Ruh Tuhan. Teori yang mendasari pendekatan diri adalah
bahwa karena Tuhan bersifat ruhani, maka ruh yang dapat lebih dekat dengan-Nya. Kedua, Tuhan
adalah zat Mahasuci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk mendekati-Nya adalah ruh yang suci
pula. Tasawuf adalah ilmu yang membahas masalah penyucian jiwa seseorang dalam rangka
mendekatkan diri kepada Tuhan.54
52
Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.51
Syamsun Ni'am, tasawuf studies : pengantar Belajar Tasawuf, Ar-ruzmedia, Yogyakarta 2014, h.79
54
Syamsun Ni'am, tasawuf studies : pengantar Belajar Tasawuf, Ar-ruzmedia, Yogyakarta 2014, h.78-80
53
43
Maka, tujuan tasawuf adalah pertama-tama adalah membentengi moralitas dari tekanantekanan luar, khususnya pengaruh kekayaan dan kekuasaan. Kedua, menumbuhkan sikap “zuhud”,
yaitu sikap yang menjauhkan hati dari pengaruh hal-hal duniawi sehingga mengakibatkan lupa
kepada Allah SWT. Sementara maksud dari mencontoh atau "meniru" budi pekerti yang
diteladankan Rasulullah Saw itu adalah mengikuti apa pun yang dicontohkan Nabi, seperti
kehidupan "kesederhanaan". Ini mengarah pada kesimpulan bahwa tujuan tasawuf adalah untuk
mengendalikan diri dari kecenderungan egois seseorang dan ambisi duniawi yang tak terbatas.
Dengan demikian, peran tasawuf terutama untuk memperkuat diri terhadap segala jenis gangguan
hati melalui keinginan untuk menguasai seluruh bagian alam semesta.55
Dasar Ilmu Tasawuf pada Al-Qur’an
Sebelum datangnya Islam zaman dahulu sudah ada ahli mistik yang menghabiskan masa
hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhannya yang dinamakan gymnosophist. Meskipun
tasawuf Islam banyak diilhami oleh disiplin ilmu mistik yang muncul di masa lalu, namun bukan
merupakan kelanjutan dari ajaran mistik sebelumnya.56
Al-Qur'an adalah sumber dan landasan tasawuf dan praktiknya, setidaknya dalam empat
cara menurut Damanhuri. Pertama, Al-Qur'an banyak penggambaran kehidupan Sufi &
mendorong untuk hidup secara sufi. Kedua, Al-Qur'an adalah sumber dari doktrin-doktrin yang
berkembang dalam dunia tasawuf. Ketiga, Al-Qur'an secara ekstensif berbicara menggunakan hati
dan perasaan. Keempat, Al-Qur'an sering membicarakan Tuhan menggunakan citra yg hanya bisa
didekati secara sempurna melalui tasawuf. 57
Pada hakikatnya seorang ahli tasawuf Islam akan berserah diri kepada agamanya,
melaksanakan ibadah yang diwajibkan, beriman dalam hatinya, dan selalu menghadap Tuhan,
merenungkan hakikat dan manifestasi kekuasaan Tuhan. Imam Sahal Tusturi telah menguraikan
prinsip-prinsip sufi, yaitu sebagai berikut: "Prinsip kami ada enam macam". 58
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Berpedoman kepada kitab Al-Qur’an
Mengikuti Sunnah Rasulullah (Hadits).
Makan makanan yang halal.
Tidak menyakiti manusia (termasuk binatang).
Menjauhkan diri dari dosa.
Melaksanakan ketetapan hukum (yaitu segala peraturan agama Islam)”.
55
Syamsun Ni'am, tasawuf studies : pengantar Belajar Tasawuf, Ar-ruzmedia, Yogyakarta 2014, h.82
Badrudin, akhlak tasawuf, IAIB PRESS, Serang, 2015, h.5-6
57
Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.66
58
Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.67
56
44
Tasawuf telah menarik perhatian pada prinsip-prinsip Islam yang paling penting. Akhlak
mulia dijadikan landasan, mensucikan jiwanya dengan menghiasi diri menggunakan keutamaan
akhlaknya, yaitu berupa tawadhu (rendah diri atau kerendahan hati), meninggalkan diri dari akhlak
tercela, memberikan kemudahan dan kelembutan, menghormati dirinya sendiri, diikuti dengan
sifat qana’ah (merelakan diri). Al-Qur'an merupakan lambangnya. Kehidupan sufi seimbang dan
harmonis, menurut Al-Qur'an; hidup untuk akhirat tidak mengabaikan dunia tetapi tidak tenggelam
di dalamnya sesuai dengan Qs. Al- jumu’ah : 10 yang artinya ”Bila telah selesai shalat dikerjakan,
maka bertebaranlah di muka bumi dan berbisnislah mencari anugerah Allah.”59
Sufi selalu berusaha untuk menjadi Takarub (dekat) dengan Tuhan. Hal tersebut ada di AlQur'an. Ada sebuah ayat yang menunjukkan bahwa seseorang sangat dekat dengan Tuhan yaitu
Qs. Al- Baqarah ayat 186. Merujuk pada ayat ini, Allah berfirman bahwa Dia dekat dengan
manusia dan memberinya permintaan untuk bertanya. Menurut ayat ini, kemanapun mereka
berpaling, mereka akan bertemu dengan Tuhan. Demikianlah dekatnya manusia kepada Tuhan.
Dzikir adalah konsep sentral ibadah Sufi dan konsep sentral ibadah Al-Qur'an. Untuk itu,
Allah tidak hanya menempatkan Dzikir pada tempat khusus atau dalam sistem peribadatan
Islam, tetapi juga memerintahkan manusia untuk melakukannya sebanyak-banyaknya. Allah SWT
berfirman:
َض ِل اللّٰ ِه َواذْ ُك ُروا اللّٰهَ َكثِي ًْرا لَّ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون
ِ ض َي
ْ َض َوا ْبتَغُ ْوا ِم ْن ف
َّ ت ال
ِ ص ٰلوة ُ فَا ْنتَش ُِر ْوا فِى ْاْلَ ْر
ِ ُفَ ِاذَا ق
Artinya: “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”. (Qs. Al-jumu’ah ;10)
Al-shabr adalah arti lain dari tasawuf yang berakar pada Al-Qur'an (kesabaran). Istilah Alshabr dan turunannya seperti al-shabir, al-shabirin, ishbir, shabara ditemukan dalam Alquran
dalam berbagai konteks. Hakikat kesabaran Al-Qur'an menunjukkan sifat sabar, atau kemampuan
jiwa untuk menahan tekanan beban bergelut dengan penderitaan, kesulitan, atau emosi yang kuat.
Oleh karena itu, konsep kesabaran menjadi bagian yang sangat penting dan akrab dalam kehidupan
tasawuf. Kesabaran dipuji oleh Al-Qur'an sebagai kualitas para Rasul Allah (saw). Al-Qur'an
mengatakan hadiah untuk kesabaran sangat berharga. Bahkan Allah bersama orang yang sabar.
Karena itu, kesabaran datang dengan kebenaran. Keduanya merupakan pelajaran yang harus
diajarkan oleh rekan-rekan seiman agar tidak menderita kerugian dalam hidup. 60
59
60
Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.66-68
Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.70-71
45
KESIMPULAN
Ruang lingkup kandungan tasawuf salah satunya ruh. Ruh merupakan salah satu aspek
spiritual yang terdapat pada manusia. Manusia memiliki unsur ruh ilahi, yang memberi mereka
keunggulan dibandingkan makhluk lain. Ruh yang dinisbahkan kepada Allah Swt. Ruh Ilahi inilah
yang menyebabkan individu memiliki dimensi spiritual dalam kehidupan mereka, dan ini adalah
sifat yang dimiliki oleh semua manusia, terlepas dari keyakinannya.
Tujuan tasawuf tasawuf adalah tidak lain bagaimana menyembah Allah dalam suatu
kesadaran mental penuh bahwa kita berada di dekat-Nya sehingga kita merasa "melihat"-Nya atau
meyakini, bahwa la senantiasa mengawasi kita dan kita senantiasa berdiri di hadapan-Nya. Dengan
ma'rifat ini seorang sufi dapat mengetahui ilmu-ilmu Tuhan, ia mengetahui aturan-aturan yang
dibuat oleh Tuhari. Tasawuf juga memungkinkan seseorang untuk meningkatkan kesadarannya
dalam pengabdian dan pengabdiannya kepada Tuhan dengan melakukan kegiatan yang istiqamah.
Teori yang mendasari pendekatan diri adalah bahwa karena Tuhan bersifat ruhani, maka ruh yang
dapat lebih dekat dengan-Nya.
Al-Qur'an telah membentuk, mempengaruhi, atau mengubah manusia dengan bahasa
hati, bahasa sufi, sehingga menghasilkan manusia dengan kepribadian sufi yang menyatu dalam
dirinya secara harmonis dengan perasaan kedekatan, takut, dan cinta kepada Tuhan, dan yang
hatinya tergetar ketika mereka mendengar ayat-ayat Al-Qur'an. Pada hakikatnya seorang ahli
tasawuf Islam akan berserah diri kepada agamanya, melaksanakan ibadah yang
diwajibkan, beriman dalam hatinya, dan selalu menghadap Tuhan.
46
AKHLAK TASAWUF
SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TASAWUF
MATERI AGAMA ISLAM
Abim Triatna
41182911200014
ABSTRAK
Tasawuf merupakan pusaka keagamaan terpenting bagi kaum muslimin yang
bisamengantarkannya untuk lebih dekat dengan Sang Kholik. Oleh karenanya, tasawuf dan Islam
tidak dapat dipisahkan. Meski pada awalnya terdapat perdebatan mengenai asal usul tasawuf
yang oleh para orientalis banyak disebutkan berasal dari luar Islam. Akan tetapi, kemudian
sebagian orientalis meninjau kembali pendapat mereka, salah satunya yaitu R.A. Nicholson yang
akhirnya merujuk tasawuf pada sumber Islam. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan
melacak sejarah perkembangan tasawuf tersebut, supaya tidak ada lagi perdebatan yang bisa
memecah belah dan menggoyahkan keyakinan terkait sumber pertama lahirnya tasawuf.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan historis. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa Tasawuf bersumber dari Islam itu sendiri dan Rasullah adalah sumber
sekaligus contoh utama bagi kaum sufi yang berlandaskan pada Al-Qur‘an dan Sunnahnya.
Dalam perkembangannya tasawuf terdiri dari empat periode, yaitu: periode Rasulullah, Sahabat,
Tabi‘in dan penyebaran tasawuf. Adapun pokok ajarannya dititik beratkan pada tasawuf akhlaki,
amali, dan falsafi.
Kata Kunci : Tasawuf, Islam, Sufi
47
PENDAHULUAN
Kebanyakan kalangan muslim percaya bahwa salah satu aspek penting untuk
mengetahui keuniversalan ajaran Islam adalah adanya dorongan untuk senantiasa mencari ilmu
pengetahuan dimana saja dan kapan saja umat Islam berada1. Dengan adanya dorongan dari ayatayat al-Qur‘an maupun dalam al-Hadits yang menganjurkan umat Islam agar mencari ilmu
pengetahuan inilah yang menyebabkan lahirnya beberapa disiplin ilmu pengetahuan dalam
Islam, dimana salah satu di antaranya adalah lahirnya ilmu tasawuf
Tasawuf adalah cabang ilmu dalam Islam yang penerapannya menekankan pada
pembersihan diri melalui pembentukan akhlak yang baik. Tasawuf memegang peranan
penting dalam kehidupan rohani Islam, dengan kata lain bertasawuf itu adalah fitrah manusia
dimana dapat membersihkan diri dari segala kesibukan duniawi yang bertujuan untuk
pencapaian hakikat kesucian rohani yang sesungguhnya, karena sesungguhnya tujuan akhir
manusia adalah mengikat lingkaran rohaninya dengan Allah SWT. Sebagaimna tujuan dari
penciptaanya yang semata-mata untuk mengabdikan diri pada Sang Kholik
Mempelajari tasawuf merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-krisis akibat
modernisasi untuk melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari Tuhan.
Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan
Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu ia berada di hadirat-Nya. Terdapat
beberapa tujuan kenapa tasawuf perlu dikembangkan dan disosialisasikan kepada masyarakat,
tujuan tersebut antara lain. Menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan kegelisahan
yang mereka rasakan sebagai akibat kurangnya nilai-nilai spiritual, Memahami tentang aspek
1 Achmad Zainal Arifin, ―Defending Traditions, Countering Intolerant Ideologies: Re-Energizing the Role of Modin
in Modern Java,‖ Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies 55, no. 2 (15 Desember 2017): 265–92,
48
PEMBAHASAN
Tasawuf (Tasawuf) atau Sufisme berasal dari bahasa arab: تف و صyang berarti ilmu
untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir
dan batin, untuk memperoleh kebahagian yang abadi.2 Ada beberapa pendapat perihal etimologi
dari kata tasawuf. Menurut Imam al-Ghozali, akar kata tasawuf berasal dari shuuf yang
bermakna kain wol yang kasar. Istilah ini digunakan sebagai simbol kerendahan hati para sufi.
Mereka serahkan kehidupannya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga
dalam dirinya terpatri sifat Qona‘ah yang mendorongnya tidak lagi berhasrat untuk hidup mewah
dan larut dalam permainan duniawi. 3
Sejalan dengan pengertian tersebut, Syamsun Ni‘am juga menuangkan beberapa
rumusan akar kata tasawuf diantaranya yaitu kata shaff yang berarti saf atau baris, karena sufi
selalu berada pada baris pertama dalam shalat. Juga kata shafa yang berarti bersih, karena
hatinya selalu dihadapkan kehadirat Allah SWT. dan shuffah atau shuffat al-masjid yang berarti
serambi masjid, yakni tempat yang didiami oleh para sahabat yang tidak punya tempat tinggal.
Ia hanya menghabiskan dan mengabdikan hidupnya untuk berdakwah dan berjihad.61
2 (Bandung: Pustaka Setia, 2010)
3
Rosihon, Akhlak Tasawuf.
49
asoteris islam, baik terhadap masyarakat Muslim maupun non Muslim, Menegaskan kembali
bahwa aspek asoteris islam (tasawuf) adalah jantung ajaran islam.4
Namun, masih terdapat perdebatan yang menuai pro dan kontra terkait asal usul
lahirnya tasawuf. Di satu sisi ada yang menyatakan bahwa tasawuf bersumber dari Islam tapi
disisi lain menyatakan bersumber dari non Islam. Dan hal itu penulis temukan pada berbagai
literatur. Bahkan, dalam buku paket Akidah Akhlak untuk kelas XI kurikulum 2013 yang
diterbitkan oleh Kementerian Agama disebutkan bahwa terdapat beberapa pandangan tentang
asal usul tasawuf, yaitu:
Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum
asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan). Dunia
Kristen, neo platonisme, pengaruh Persi dan India ikut menentukan paham tasawuf sebagai arah
asketis-mistis dalam ajaran Islam. Sufisme yaitu ajaran mistik yang dianut sekelompok
kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa semua yang muncul
di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (als idealish verschijnt), manusia sebagai
pancaran (uitvloeisel) dari Tuhan selalu berusaha untuk kembali bersatu dengan Dia. Paham
tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan kebatinan yang ada pada sementara orang
Islam sejak awal perkembangan Agama Islam,(2) Adat atau kebiasaan orang Islam baru yang
bersumber dari agama-agama non-Islam dan berbagai paham mistik. Oleh karenanya paham
tasawuf itu bukan ajaran Islam walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur Ajaran Islam,
dengan kata lain dalam Agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun tidak sedikit jumah
orang Islam yang menganutnya
62
Danial Danial, ―Menghadirkan Tasawuf Di Tengah Pluralisme Dan Ancaman Radikalisme,‖ Analisis: jurnal studi keislaman 11,
no. 1 (2014): 91–108
4
50
SEJARAH LAHIRNYA TASAWUF
Banyak pendapat yang pro dan kontra mengenai asal-usul ajaran tasawuf, apakah ia
berasal dari luar atau dari dalam agama Islam sendiri. Adapun kaum orientalis, mereka
berpendapat bahwa tasawuf Islam lahir dari kompilasi sumber-sumber asing di luar Islam, baik
kristen, india, maupun yang lain. Salah satu orientalis yang fanatis yakni Prof. Duboir yang
mengembalikan tasawuf Islam di masa pertumbuhannya pada tradisi mistis Kristen dan
India. Nicholson menjelaskan bersikap fanatis dengan kebudayaannya dan memandang
mengesampingkan duniawi, kami melihat seolah-olah sejarah rahib-rahib Kristen yang tinggal
di berbagai biara dan gereja di willayah Syiria dan Mesir, serta sejarah biksu India yang tengah
berrenkarnasi.
Bahkan ia mengatakan gerakan zuhud terinspirasi oleh idealisme Kristen. Namun,
pendapatnya itu tidak di dukung oleh bukti dan dalil sehingga tidak berapa lama kemudian ia
menarik kembali pendapatnya5. Dan pada akhirnya ia pun mengakui bahsawanya tasawuf
Islam meskipun dalam pertumbuhan dan perkembangannya terpengaruh oleh kebudayaan umatumat lain, akan tetapi tetap mempunyai keterkaitan secara internal dengan ajaran-ajaran Islam
sendiri.
Banyak perbedaan pendapat mengenai kapan munculnya istilah sufi pertama kali.
Menurut Abdul Qosim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin Muhammad
al Qusyairi (tokoh sufi dari Iran 376-465 H), istilah tasawuf telah dikenal sebelum tahun 200 H.
Tetapi ajaran pokok yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu baru muncul secara lengkap
pada abad ke 3 Hijriyah, Pada abad kedua Hijriyah itu belum dikenal adanya orang- orang yang
disebut sufi. Sementara itu dari data yang terungkap orang pertama yang mendapat gelar sufi
adalah Abu Hasyim al-Kufi (wafat 150H/761M). Menurut Muchlis Sholihin istilah tasawuf
pertama kali diperkenalkan oleh seorangtokoh bernama Abu Hisyam, seorang zahid dari Syiria
(wafat pada tahun 780). Ia mendirikan lembaga kaum Sufi yang dinamakan taqiyah (sejenis
padepokan sufi). Bertolak dari hal itu, Dr. Hamka sebagaimana dikutip dari Mustafa Zahri
mengatakan bahwa timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama Islam
51
itu sendiri, bertumbuh di dalam jiwa pendiri Islam itu sendiri yaitu Muhammad SAW disauk
airnya dari Al-Qur‘an itu sendiri.
LANDASAN LAHIRNYA TASAWUF
Landasan Tasawuf yang paling utama adalah al-Quran dan hadist nabi. Di antara
ayat-ayat dan hadist-hadist yang menunjukkan pola hidup kerohanian dalam Islam antara lain
adalah:
QS. Al-hadid: 20
Artinya :
“ Ketahuilah oleh kamu bahwa kehidupan dunia itu hanyalah suatu permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbanggabanggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya
kuning dan kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridhoanNya, dan kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah
kesenangan yang menipu” ( Al-Hadid:20)
Ayat diatas mengilustrasikan bahwa kehidupan di dunia tidak ada yang kekal. Bahkan,
gemerlap keindahan yang ditampakkannya pun bersifat semu karena kehidupan yang kekal itu
adanya setelah mati tepatnya di akhirat. Dengan demikian, tidak sepantasnya hati kita terpikat
dan terbuai dengan kesenangan sesaat yang tanpa disadari sering kali membuat kita lalai dan
memalingkan diri tuk taat beribadah dan mendekatkan diri pada Allah. Dan kelak hanya ada dua
kemungkinan yang akan kita terima sesuai dengan tabungan amal kita di dunia, yakni antara
azab yang pedih atau ampunan dan keridhaan Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : “Senantiasalah seorang hamba itu mendekatkan kepada-Ku dengan amalanamalan sunat, sehingga aku mencintainya. Maka apabila aku telah mencintainya, jadilah aku
pendengarnya yang ia mendengar dengannya dan penglihatannya yang dengannya ia
melihat dan lidahnya yang dia pakai untuk berbicara dan tangannya yang dia pakai untuk
mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk berusaha. Maka, dengan-Ku lah dia mendengar,
melihat, berbicara, berfikir, menggenggam, dan berjalan.”
52
Hadits tersebut memberi petunjuk bahwa antara manusia dan Tuhan bisa bersatu. Diri manusia
bisa lebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah al-fana’, yaitu fananya
makhluk sebagai yang mencintai kepada diri Tuhan sebagai yang dicintai. Kedua dalil naqli di
atas merupakan salah satu contoh dari ayat dan hadist yang menjadi dasar dan landasan bagi
para pengamal ajaran tasawuf. Sekaligus Sebagai pendorong dan petunjuk untuk mendekatkan diri
pada Allah dan Rasulnya. Selain itu, sirah nabi juga merupakan tumpuan perhatian mereka karena
pada diri rasul terhimpun sifat-sifat yang menjadi suri tauladan.63
4
Hajjaj, Tasawuf Islam dan akhlak, 27.
53
SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF
1. Masa rasulullah saw ( 13 sebelum hijriah-11h )
Tasawuf pada masa Rasulullah Muhammad SAW adalah sifat umum yang terdapat pada
hampir seluruh sahabat-sahabat Nabi tanpa terkecuali. Bahkan kehidupan beliau sebelum menjadi
Rasul telah dijadikan teladan utama. Sebab, beliau yang memberi dasar pertama tentang
64
tasawuf yang didasarkan pada Al-Qur‘an dan Hadist8
Salah satu contohnya yakni setiap bulan Ramadhan Nabi tidak pernah absen untuk melakukan
tahannuts dan khalwah di gua hira untuk mendapatkan hidayah dan bimbingan dari Allah SWT
sehingga hati dan jiwa menjadi bersih dan terjaga, sampai akhirnya beliau didatangi malaikat
Jibril a.s. untuk menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT.9
Berdasar pada aktifitas Rasulullah tersebut nampak bahwa penekanan ajaran tasawuf pada
periode ini berupa haliyah-amaliyah yaitu amalan/ibadah keruhanian yang dilakukan Nabi
saw. dalam hidupnya yang berupa tahannus, khalwah, perilaku zuhud, dan lain sebagainya.
8 Rosihon, Akhlak Tasawuf.
9 ni’am, tasawuf studies.121.
54
2. Masa sahabat (11h-40h)
Di samping pola hidup dan kehidupan Rasulullah yang ideal itu menjadi suri tauladan
bagi para sahabat. Kehidupan dan ucapan para sahabat juga merupakan sumber aktivitas
kesufian tempat menimba ilmu para sufi.10 Dalam hidup bertasawuf para sahabat telah
berusaha berbuat sesuai dengan tuntutan rasulullah, hidup mereka penuh dengan sifat-sifat
kesederhanaan, wara‘, tawadhu dan zuhud, semata-mata mengharap ridho dari Allah SWT.
Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, Khulafaurrasyidin, Abu Ubaidah bin
Jarrah, Said bin Amr, dan lain-lain.
Menurut catatan sejarah, diantara sekalian sahabat Nabi yang pertama kali
memfilsafatkan ibadah dan menjadikan ibadah sebagai satu tarekat yang khusus adalah
Huzaifa bin Al-Yamani, salah seorang sahabat nabi yang mulia dan terhormat. Beliau yang
pertama kali menyampaikan ilmu-ilmu yang kemudian kita kenal dengan Tasawuf‖, dan
beliau pulalah yang membuka jalan serta teori-teori untuk tasawuf itu.11
Penekanan ajaran tasawuf pada periode ini sama dengan periode sebelumnya yakni
hidup zuhud, yang senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur‘an dan Sunnah. Adapun tokohtokohnya yaitu: Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, ,Ali bin Abi
Ghifari, Salim Maulana, Abu Hudzaifah, Abdullah bin Umar, Miqdad bin Aswad, Salman AlFarisi, dan lain sebagainya.12
3. Masa ta’biin (41h-100h)
Para sufi dari kalangan tabi‘in adalah murid-murid dari para sahabat Nabi saw.
Diantara tabi‘in yang sering dianggap sebagai peletak dasar ajaran tasawuf adalah Hasan AlBashri yang merupakan murid terdekat dari Huzaifah bin Al-Yaman yang pandangannya
berpegang teguh pada zuhud, raja’ dan khauf. Selanjutnya yaitu Rabi‘ah Al-Adawiyah
yang pandangan tasawufnya dikenal dengan konsep cinta murni kepada Allah SWT.
(mahabbah).
Selain mereka berdua tokoh sufi lain pada masa tabi‘in ini antara lain:
Ibrahim binAdzham, Sufyaan bin sa‘id Ats-Tsaury, Daud ath-Thai, Malik bin Dinar, Tsabit
Al-Banani, Ayub As-Syakhtayani, Muhammad bin Wasi‘, Thaus, Rabi‘ bin Khaitsam, dan lainlain. Dan di masa tabi‘in ini pelajaran tasawuf sudah mulai diajarkan dalam bentuk disiplin
ilmu. 13Disamping itu, penekanan ajarannya juga berupa konsepsi tentang zuhud, raja‘, khauf,
65
dan mahabbah yang berpedoman pada Al-Qur‘an, Sunnah, dan tradisi sahabat.14
4. Masa penyebaran tasawuf (100h-450h)
Pada masa ini perkembangan tasawuf dibilang cukup pesat, ditandai dengan adanya
segolongan ahli tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang
pada masa itu, sehingga mereka membaginya ke dalam tiga macam, yakni tasawuf yang
berintikan ilmu jiwa, ilmu akhlaq dan Metafisika. Dan pada masa ini tasawuf
sudah mulai mengembangkan sayapnya keluar tanah Arab, seperti Iran, India, Afrika, dan
lain-lain. Yang ditandai dengan tumbuhnya tarekat-tarekat dan masuknya pengaruh filsafat
dan syi‘ah ke dalam konsepsi tasawuf.15 Di masa ini tokoh sufi yang muncul diantaranya
adalah Ma‘ruf al-Kharkhi, Abu Sulaiman Ad-Darani, Abul Faidh Dzun Nun bin Ibrahim AlMishri, Harits al-Muhasibi, Abul Hasan Sirri as-Siqti, dan lain-lain.
13 Kevin W. Fogg, ―Islam in Indonesia‘s Foreign Policy, 1945-1949,‖ Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies 53, no.2 (10 Desember
2015): 303–35
14 Zahri, KunciMemahamiIlmuTasawuf,150.
15 Ni’am, Tasawuf Studies, 134
56
KEDUDUKAN TASAWUF DALAM ISLAM
Ajaran Tasawuf dalam Islam, memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan
rukun-rukun Iman dan rukun-rukun Islam yang sifatnya wajib, tetapi ajaran Tasawuf bersifat
sunnat. Maka Ulama Tasawuf sering menamakan ajarannya dengan istilah Fadailu al-A‘mal‖
(amalan-amalan yang hukumnya lebih afdhal, tentu saja maksudnya amalan sunnat yang
utama. Tasawuf merupakan pengontrol jiwa dan membersihkan manusia dari kotoran-kotoran
dunia di dalam hati, melunakan hawa nafsu, sehingga rasa takwa hadir dari hati yang bersih
dan selalu merasa dekat kepada Allah. Tujuan tasawuf itu menghendaki manusia harus
menampilkan ucapan, perbuatan, pikiran, dan niat yang suci bersih, agar menjadi manusia yang
berakhlak baik dan sifat yang terpuji, sehingga menjadi seorang hamba yang dicintai Allah.
Maka dengan bertasawuf, seseorang akan bersikap tabah, sabar, dan mempunyai
kekuatan iman dalam dirinya, sehingga tidak mudah terpengaruh atau tergoda oleh kehidupan
dunia yang berlebihan dengan bersikap qona‘ah, yaitu sabar dan tawakal, serta menerima apa yang
telah diberikan Allah walaupun sedikit. Oleh karena itu tasawuf betul-betul mendapatkan
perhatian yang lebih dalam ajaran Islam.
Bukankah kita ingin dekat dengan Allah sedekat-dekatnya, serta merasa dekat denganNya? Oleh karena harus ada penyucian diri dengan selalu berusaha membersihkan hati, supaya
kita memperoleh jiwa yang tenteram dan menjadi orang yang bahagia hidup di dunia dan akhirat.
Seperti halnya Rasulullah saw, beliau adalah pembesar dari seluruh ahli tasawuf yang berdaya
upaya dengan sangat kepada kesucian hati serta menjauhi dari sifat-sifat hati yang jelek.
Roh sebelum masuk ke tubuh manusia memang suci, tetapi setelah bersatu dengan tubuh
sering kali menjadi kotor karena digoda hawa nafsu tubuh. Agar bisa mendekatkan diri kepada
Tuhan yang maha suci, roh manusia harus terlebih dahulu disucikan. Dan sufi-sufi besar telah
merintis jalan penyucian jiwa itu yang dikenal dengan nama Thariqah, yakni jalan yang
mempunyai maqamat atau stasiun-stasiun. Yang mana di stasiun inilah orang yang ingin menjadi
sufi membersihkan diri dari kotoran-kotoran yang melekat dalam dirinya.Stasiun tersebut
dimulai dengan taubah (tobat), kemudian naik ke tahap kedua yakni maqam zuhud, berlanjut
lagi ke maqam fakir, kemudian maqam sabar, selanjutnya beranjak lagi pada maqam tawakkal,
kemudian maqam Ridho, dan disusul lagi pada maqam Mahabbah. Di maqam mahabbah inilah
cinta pada Allah telah memenuhi kalbu sufi sehingga Allah membalasnya dengan membuka
tabir dari mata hatinya yang kemudian mengantarkannya pada tingkat ma‘rifah. Namun, disini
belum puas dan ia tetap ingin lebih mendekatkan diri lagi pada Allah dengan memperbanyak dzikir
hingga ia sampailah pada tahap akhir perjalanannya yakni tingkat Fana’, Baqa’,dan Ittihad. Jadi,
jelaslah bahwa seorang hamba bisa dekat dengan Allah, yaitu dengan bertasawuf. Dengan
demikian tasawuf memiliki Kedudukan yang penting dalam ajaran Islam, mengingat perannya
yang luas biasa dalm mengkontribusikan nilai-nilai keislaman.
58
KESIMPULAN
Tasawuf merupakan sebuah upaya penyucian diri dari hal-hal yang dapat
melalaikannya dari kewajiban dan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Sehingga ia tak lagi
diperbudak nasfu yang seringkali memalingkannya dalam mengigat penciptanya. Yang mana
penyucian tersebut menyangkut lahiriyah dan batiniyah. Dengan demikian, segala bentuk
tindakannya murni semata-mata tuk menggapai ridho-Nya.Timbulnya tasawuf dalam Islam
bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri,bertumbuh di dalam jiwa pendiri Islam
itu sendiri yaitu Muhammad SAW disauk airnya dari Al-Qur‘an itu sendiri. Karenya, landasan
lahirnya tasawuf adalah Al-Qur‘an dan Hadits Nabi. Dalam perkembangannya tasawuf terdiri
dari empat periode, yaitu: periode Rasulullah, Sahabat, Tabi‘in dan penyebaran tasawuf.
Sedangkan pokok ajarannya dititik beratkan pada tasawuf akhlaki, amali, dan falsafi. Kedudukan
hukum.
Tasawuf tidak sama dengan rukun- rukun Iman dan rukun-rukun Islam yang sifatnya
wajib, tetapi ajaran Tasawuf bersifat sunnah. Karena Tasawuf merupakan pengontrol jiwa yang
bisa membersihkan manusia dari kejahatan dalam hatinya, melunakkan hawa nafsu yang
semakin menjadi raja, sehingga rasa takwa hadir dari hati yang bersih dan selalu merasa dekat
kepada Allah yang menciptakan manusia. Untuk bisa dekat dan mengenal Tuhannya, seorang
hamba harus berupaya tuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan melalui beberapa tahapan.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan manusia bisa menemukan jalan terang untuk kembali
kepada TuhanNya. Salah satu yang bisa dilakukan manusia untuk lebih mendekatkan diri dengan
Tuhannya yaitu dengan belajar Tasawuf ini. Dan dengan adanya artikel ini maka penulis
berharap akan memberikan banyak manfaat kepada yang membaca maupun kepada yang
menulis. Amien.
59
AKHLAK TASAWUF
Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahalli dan Tajalli
MATERI AGAMA ISLAM
Diva Yulianti
41182911200006
ABSTRAK
Ilmu tasawuf mempelajari bagaimana cara kita membersihkan hati agar selalu berdzikir/ingat
kepada Allah dan tidak tergiur oleh hal duniawi. Akhlak merupakan bagian gambaran dari
penerapan ilmu tasawuf. Pengkajian materi-materi akhlak dan tasawuf dalam lingkungan
mahasiswa dapat bertujuan, yaitu: Menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi yang
berakhlakul karimah; Membentuk pribadi yang kuat dalam menjalani hidup;
Mengimplementasikan konsep-konsep akhlak dan tasawuf dalam kehidupan; Menggabungkan
konsep akhlak dan tasawuf dalam menghadapi masalah pada kehidupan; dan Menghubungkan
akhlak dan tasawuf dengan disiplin ilmu lainnya. Maqamat dan ahwal adalah proses perjalanan
para sufi untuk mencapai kesempurnaan mendekati Allah SWT. Tingkatan maqamat terdiri dari
taubat, zuhud, sabar, tawakkal, fakir, wara’ dan ridha. Tingkatan ahwal terdiri dari muraqabah,
musyahadah, raja’, khauf, tuma’ninah dan mahabbah. Takhalli, tahalli dan tajalli adalah tahapantahapan para sufi untuk mendapatkan jiwa yang suci.
Kata kunci: Maqamat-ahwal, takhalli, tahalli dan tajalli, akhlak tasawuf
60
PENDAHULUAN
Akhlak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari bagi umat manusia.
Pendidikan agama islam berperan sebagai indikasi bagi kalangan umat muslim dalam kehidupan.
Pembelajaran dilakukan sesuai perintah Allah SWT agar menghasilkan etika yang benar dan tanpa
salah arah. Dengan demikian, nilai Islam yang terbentuk dalam budaya Islam terus berkembang di
kalangan masyarakat islam. Kemajuan moral dalam pendidikan harus diberikan dalam sistem
pengajaran, baik formal, nonformal, maupun informal.
Sifat individu dan sosial memiliki peranan penting pada tingkat matang maupun dewasa
seseorang. 66Matang atau dewasa menurut arti secara sosial yaitu tidak diukur secara tingkat usia
dan tinggi besar fisik, namun dilihat dari cara berpikir. Perilaku dan perbuatan melekat pada
seorang manusia yang harus memiliki sifat bermasyarakat dalam menjalani hidup. Hal tersebut
menjadikan seseorang harus memiliki akhlak dan sifat yang baik melalui ajaran pendidikan yang
diajarkan.
Berkenaan dengan itu, menurut Manna` al-Qatthon 3, sistem pembelajaran yang tidak
menunjukkan tingkat pemikiran dalam tahap pengajaran, maka aspek kepribadian mental dan fisik
menjadi termasuk dalam kegagalan karena tidak memberikan hasil ilmiah kepada orang lain selain
peningkatan kebekuan dan kemunduran.
Seseorang dapat memiliki kekuatan batin yang stabil jika diiringi kekuatan iman. Sistem
pembelajaran yang tidak memperlihatkan tingkat pemikiran dalam tahapan-tahapan pengajaran
dan tidak memperhatikan pertumbuhan aspek pribadi yang bersifat intelektual, rohani dan jasmani,
termasuk dalam kegagalan pendidikan karena tidak menghasilkan ilmu pengetahuan yang benar
kepada umat.
66
Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II , hal-1
61
Suka dan duka tidak jauh dari kehidupan seseorang, maka dengan adanya batin yang suci
akan timbul rasa ketenangan. Seseorang yang memiliki spiritual islam yang kuat dalam batinnya
akan menimbulkan kedamaian serta tercapai kebahagiaan. Tidak seimbangnya material dan
spritiual dalam diri manusia akan menimbulkan kegoncangan jiwa. Kedua hal tersebut tidak dapat
dipisahkan jika ingin memiliki hidup yang seimbang.
Tasawuf bertujuan untuk membentuk akhlak yang baik, hati yang suci, berbuat tulus,
bersikap bersungguh-sungguh, tabah, berserah diri, muqorobah, muroqobah, dan seluruh sifat
yang terpuji. Tasawuf juga harus dipahami serta dirasakan. Hal tersebut merupakan bagian dari
nilai kebutuhan mempelajari Akhlak dan Tasawuf.
Proses pembelajaran harus memiliki pendidikan akhlak yang terpuji. Proses pembelajaran
tersebut berdasarkan dua asas, yaitu memperhatikan tingkat kemampuan atau pemikiran peserta
didik dan mengembangkan potensi akal, jiwa, dan jasmani dengan diarahkan ke dalam kebenaran.
Oleh karena itu, kekuatan hati dan akal akan memperoleh keseimbangan.
Rasa tidak kepuasaan akan muncul jika seseorang semata-mata hanya mementingkan akal.
Namun, seseorang yang hanya mementingkan hatinya akan menimbulkan rasa keterbelakangan
akan hal yang bersifat duniawi. Oleh karena itu, kajian Akhlak Tasawuf secara konsep memiliki
keistimewaan ilmiah dalam nilai akhlak dan prinsip tasawuf di kehidupan67.
Pengkajian materi-materi akhlak dan tasawuf dalam lingkungan mahasiswa dapat bertujuan,
yaitu: Menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi yang berakhlakul karimah; Membentuk
pribadi yang kuat dalam menjalani hidup; Mengimplementasikan konsep-konsep akhlak dan
tasawuf dalam kehidupan; Menggabungkan konsep akhlak dan tasawuf dalam menghadapi
masalah kehidupan; dan Menghubungkan akhlak dan tasawuf dengan disiplin ilmu lainnya.
67
Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-4
62
PEMBAHASAN
Ilmu tasawuf mempelajari bagaimana cara kita membersihkan hati agar selalu berdzikir/ingat
kepada Allah dan tidak tergiur oleh hal duniawi. Sedangkan akhlak merupakan bagian gambaran
dari penerapan ilmu tasawuf.
Pengertian akhlak menurut KBBI adalah budi pekerti meliputi watak, tabiat dan kelakua.
Pengertian secara bahasa Arab berasal dari kata jamak “khuluk” berarti perangai. Dalam bahasa
sehari-hari dimaknai sebagai budi pekerti, sifat susila dan sopan santun. Dalam ajaran islam akhlak
memang sangat sungguh penting. Sebagai Nabi akhir zaman, kehadiran Nabi Muhammad SAW
untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok akhlak
adalah al-Qur'an dan Hadist yang sesuai dengan ajaran agama islam.
1.1 Maqamat
Kata Maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal
mulia. Maqamat merupakan jalan yang harus ditempuh seorang sufi agar terus berada dekat
dengan Allah SWT.68Menurut Anwar dan Muhammad Al-fatih, maqamat berarti kedudukan
hamba dalam perjalanannya menuju Allah SWT melalui ibadah, kesungguhan melawan
rintangan dan latihan-latihan rohani.69 Tingkatan maqamat sebagai berikut:70
1.1.1 Taubat
Taubat yaitu memohon ampun atas dosa sebelumnya dan berjanji tidak akan
mengulangi kembali. Taubat dapat dikatakan sah apabila memenuhi tiga syarat;
a. Meninggalkan maksiat yang telah diperbuat.
b. Menyesali atas maksiat yang telah diperbuat.
c. Berkeinginan besar untuk tidak kembali kepada melakukan kemaksiatan.
1.1.2 Zuhud
Zuhud yaitu meninggalkan kesenangan duniawi dan mengutamakan kebahagiaan di
akhirat. Rasulullah SAW bersabda yang Artinya: “Berzuhudlah engkau terhadap dunia,
niscaya Allah akan mencintaimu. Dan berzuhudlah engkau terhadap apa yang berada
di manusia, niscaya mereka akan mencintaimu”. (HR. Ibnu Majah).
1.1.3 Faqir
Faqir yaitu tidak meminta sesuatu secara lebih dari apa yang sudah diterima. Dalam
Surah Fathir ayat 15 yang artinya : "Hai manusia, Kamulah yang membutuhkan Allah,
dan Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji”.
1.1.4 Sabar
Sabar yaitu tabah dalam menjalankan perintah Allah SWT berikan dan kuat
menghadapi segala cobaan.
1.1.5 Tawakkal
68
Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-107
Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-107
70
Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-108
69
63
Tawakkal yaitu berserah diri dan tunduk pada ketentuan dan apapun ketetapan Allah
SWT.
1.1.6 Ridho
Ridho yaitu tidak berusaha menentang hukum Allah.
1.1.7 Wara’
Wara’ adalah menghindari segala hal yang mengandung syubhat atau tidak jelas hukum
halal dan haramnya.
1.2 Ahwal
Ahwal merupakan sesuatu yang seorang dapatkan tanpa dicari atau hibah dari Allah
SWT. Sedangkan maqamat sesuatu orang dapatkan dengan dicari dengan sebuah usaha.
Dengan kata lain, ahwal merupakan anugerah yang Allah berikan kepada seseorang setelah
berjuang dan berusaha melewati maqam tasawuf.71 Tingkatan ahwal antara lain:
1.2.1 Muraqobah
Muraqobah bermakna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam surah al-Ahzab
ayat 52 yang artinya: “Dan Allah Maha mengawasi segala sesuatu”.
Ciri hati seseorang yang masih hidup adalah dapat merasakan sifat-sifat Allah dan
merasakan bahwa Allah melihat serta mendengar apa yang dibicarakan melalu hati
seseorang. Hal tersebut merupakan maqam muraqobah.
1.2.2 Musyahadah
Musyahadah meyakini bahwa diri seseorang dalam beribadah telah berhadapan
langsung dengan Allah SWT. Tingkatan musyahadah yaitu, Musyahadah kepada
segala perbuatan Allah SWT, Musyahadah kepada segala sifat-sifat Allah SWT, dan
Musyahadah kepada zat Allah SWT. Musyahadah yakni percaya bahwa Allah selalu
hadir kapan dan dimanapun.72
1.2.3 Khauf
Khauf kepada Allah kadang timbul akibat dosa, sehingga seseorang diharuskan
takut kepada-Nya. Hal tersebut merupakan tingkatan khauf yang paling sempurna.
Karena dengan seseorang mengetahui Allah SWT, maka dia akan takut kepada-Nya.
1.2.4 Tu’maninah
Tuma’ninah merupakan kondisi spiritual yang tinggi. Kondisi spiritual yang
dimaksud yaitu akal yang kokoh, iman yang kuat, dzikir yang jernih dan hakikatnya
tertancap kokoh. Dalam surah al-Fajr ayat 27 yang artinya: “Hai jiwa yang tenang”.
1.2.5 Raja’
Berharap atau optimisme.
1.2.6 Mahabbah
71
72
Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-110
Ibnu Farhan, 2016, Konsep Maqamat dan Ahwal dalam Perspektif Para Sufi, IAI Bunga Bangsa Cirebon, hal-169
64
Mencintai secara mendalam.
1.3 Takhalli, Tahalli, dan Tajalli
Takhalli merupakan cara membersihkan dari sifat-sifat yang tercela yang ada di dalam diri
seseorang. Hal tersebut bertujuan untuk melepaskan diri dari hal yang tidak baik dan tidak sesuai
dengan prinsip agama. Sifat tercela yang dimaksud yaitu pengganggu dan penghalang utama
manusia dalam mendekat diri kepada Allah SWT.73
Menurut Mustafa Zahri, takhalli merupakan melapangkan diri dari seluruh sifat yang tercela.
Sedangkan menurut Muhammad Hamdani Bakran adz-Dzaky, takhalli merupakan tata cara
pengosongan diri dari bekasan kedurhakaan serta pengingkaran (dosa) terhadap Allah SWT
dengan jalur melaksanakan pertaubatan yang sebetulnya (taubat nasuha).
Takhalli juga bertujuan memberikan sesuatu ke dalam diri seseorang dengan sifat yang
terpuji dan menyinari hati secara lahir dan batin. Hati tersebut dapat memperoleh pancaran cahaya
ilahi dengan mudah. Segala perbuatan dan tindakan yang berdasarkan dengan niat yang ikhlas
tidak lain untuk mencari ridho Allah SWT. Dengan hal tersebut, manusia dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Dan Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan perlindungan kepadanya.74
Tajalli berarti merasakan akan adanya rasa ketuhanan hingga mencapai sifat muraqabah.75
Tajalli terdapat 4 tingkatan, yaitu Tajalli Af’al, Tajalli Asma, Tajalli Sifat, dan Tajalli Zat. Menurut
Muhammad Al-fatih bahwa proses tajalli melalui tiga tahap, yaitu Ahadiyah, Huwiyah, dan
Amiyah. Pada tahap ahadiyah, Tuhan keluar dari al-‘ama tanpa nama dan sifat. Pada tahap
huwiyah, nama dan sifat Tuhan tidak muncul. Pada tahap amiyah, Tuhan menampakkan diri
dengan nama dan sifat kepada makhluk-Nya. Tuhan menampakkan diri-Nya dengan segala sifatNya hanya kepada umat manusia.
73
Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-112
Haidar Putra Daulay, 2021, Takhalli Tahalli dan Tajalli, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, hal-355
75
Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-112
74
65
KESIMPULAN
Akhlak menjadi sifat yang tertanam dalam diri seseorang. Kehidupan yang berakhlak dan
bertasawuf penting dalam pengembangan menghadapi masalah kehidupan. Kajiannya menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan ilmu pengetahuan islam bagi umat muslim. Oleh karena itu,
dalam pengembangannya diperlukan sumber yang pokok yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
Kajian mengenai akhlak dan tasawuf sangat perlu dikembangkan dalam intitusi pendidikan
formal maupun non-formal. Sistem pengajaran juga dapat disesuaikan dengan tingkat pemahaman
dan kemampuan yang sesuai dengan jenjang pendidikan.
Menurut beberapa pandangan para sufi, maqam ialah tempat atau martabat seseorang hamba
di hadapan Allah SWT ketika seseorang berdiri menghadap kepada-Nya. Langkah pertama yang
harus ditempuh oleh para sufi adalah takhalli, yang berarti menjauhkan diri dari kesenangan
duniawi seperti kemaksiatan.
Maqamat dan ahwal menjadi sebuah proses perjalanan yang dilakukan para sufi guna meraih
kesempurnaan menuju Tuhan secara sistematik. Tingkatan maqamat yaitu taubat, zuhud, sabar,
tawakkal, fakir, wara’ dan ridha. Sedangkan tingkatan ahwal yaitu muraqabah, musyahadah, raja’,
khauf, tuma’ninah dan mahabbah. Takhalli, tahalli dan tajalli menjadi tahapan-tahapan para sufi
untuk mendapatkan jiwa yang suci.
66
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Bahrudin, M. Ag, 2013, Akhlaq Tasowuf.
Siti Maghfiroh, 2021, Jurnal Islam Nusantara, Etika Keutamaan Dalam Akhlaq Tasowuf.
Wawan Kurniawan, 2020, Peran Akhlaq Tasowuf.
Hj. Siti Rohmah, M.A. ( 2021 ) AKHLAK TASAWUF
(Buku Ajar Akhlak Tasawuf), PT. Nasya Expanding Management.
H. A. Mustofa, ( 2014 ) AKHLAK TASAWUF
(Akhlak Tasawuf) CV Pustaka Setia.
Drs. H. Miswar, MA, H. Pangulu Nasutio, Lc, MA, Rahmat Hidayat, MA, Ramadhan Lubis,
M.Ag. ( 2015 )
(AKHLAK TASAWUF). Perdana Publishing
Yoke Suryadarma dan Ahmad Hifdzil Haq ( 2015 )
(Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali)
Soedijarto ( 2007 )
(Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan) PT. Imperial Bhakti Utama
Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia ( 2020 )
(Pembelajaran Pendidikan Karakter), Penerbit KBM Indonesia
Abdul Rahman, M.Pd dan Dr. Nurhadi, S.Pd.I., S.E.Sy., S.H., M.Sy.,MH.,M.Pd ( 2020 )
( Konsep Pendidikan Akhlak, Moral dan Karakter Dalam Islam ) Guepedia
Al-Qatthon, Manna’, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an, (ttp.: Masyurot al‘Ashril Hadits, tt.), cet. III,
h. 116-117.
Tiswarni M. Ag. 2007. Akhlak Tasawuf, Jakarta: penerbit bina pratama.
Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015).
Halim Mahmud, Ali Abdul, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004).
Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2002).
Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990).
Amin, Ahmad, Kitab Al-Akhlak, (Mesir: Dar al-Kutub al-Mishriyah, tt.), cet. III.
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet, IV.
Yunus, Mahmud, Metodik khusus Pendidikan Agama (Jakarta: Hidayah
Karya Agung 1989).
Hs, Fachrudin, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Jld. I.
Al-Ghazali, al-Imam, Ihya’ Ulumi al-Din, (Indonesia Dar al-Kutub al-Arobiyah, tt.) Juz IV,
h. 258-259.
M. Ali Usman, Hadits Qudsi: Pola Pembinaan Akhlak Muslim, (Bandung: Diponogoro, 1979).
Habibah Syarifah. Akhlak dan etika dalam Islam, Jurnal Pesona Dasar, 4 Oktober 2015, hal 7387.
MA. Dr, Manshur. Pendidikan Ank Usia Dini Dalam Islam,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009,
cet 3, hal 221.
Abuddin, Akhlak Tasawuf, cet IV, hal 154
Aceh Aboebakar, Pendidikan Sufi Karya Mendidik Akhlak Manusia Karya Filosof Islam di
Indonesia, Solo: CV Ramdhani, 1991, cet 3, hal 12.
Abuddin, Akhlak Tasawuf, cet IV, hlm 165.
Amir An-Najar, Ilmu Jiwa dalam Tasawuf, Jakarta: Pustaka Azam, 2004.
Asep Usmar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Jakarta, 2005.
Hadi Mutamam, Maqam-Maqam Sufi dalam Alqur’an, Yogyakarta, AlManar: 2009.
Hasyim Muhammad Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
2002.
Hughes, K., & Batten, L. (2016). The Development of Social and Moral Responsibility in Terms
of Respect for the Rights of Other Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 147-160.
doi:10.26811/peuradeun.v4i2.93
Idris, S., & Ramly, F. (2016). Dimensi Filsafat Ilmu dalam Diskursus Integrasi Ilmu. Yogyakarta:
Darussalam Publishing
Idris, S., & Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks
Pendidikan Islam. JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96–113.
https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420
Dr. H. Budrudin, M. Ag. 2015. Akhlak Tasawuf. Pegantungan, Serang. Cet. II
Haidar, Putra Daulay. 2021. Takhalli Tahalli dan Tajalli. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Ibnu Farhan. 2016. Konsep Maqamat dan Ahwal dalam Perspektif Para Sufi. IAIN: Bunga Bangsa
Cirebon
67
HASIL PLAGIARISME
Millah Tazkiya
41182911200021
Lutfiana Azzahra
41182911200027
Elisa Malika
41182911200003
Iqbal Hasan Kamil
41182911200035
Indah Nurazizah
41182911200001
Abim Triatna
41182911200014
Diva Yulianti
41182911200006