Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

DASAR-DASAR AKHLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM

Dengan selesainya karya tulis ini, penulis sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan sumbangsih dalam penulisan karya tulis ini, terkhusus kepada beliau Bapak Irham, M.A.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Materi Agama Islam di Sekolah/Madrasah. Kelebihan karya tulis ini dibandingkan dengan karya tulis lainnya adalah pada spesifikasi yang diarahkan kepada satu tema pokok, sehingga di dalamnya semakin terarah pembahasannya. Walaupun demikian, dipastikan bahwa karya ini tentu masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, input perbaikan untuk menyempurnakan disiapkan penulis untuk mengubahnya. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan memberi keberkahan ilmu, iman, dan amal bagi semua pihak. Aamiin

KATA PENGANTAR Bersyukur kepada Allah Swt. dengan mengucap Alhamdulillah, bersholawat kepada Baginda Rasulullah Muhammad Saw. dengan mengucap Allahumma sholli wa sallim „ala sayyidina Muhammad wa „ala ali sayyidina Muhammad. Kehadiran karya tulis ini guna memenuhi tugas Ulangan Tengah Semester Genap mata kuliah Materi Agama Islam di Sekolah/Madrasah. Dengan selesainya karya tulis ini, penulis sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan sumbangsih dalam penulisan karya tulis ini, terkhusus kepada beliau Bapak Irham, M.A.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Materi Agama Islam di Sekolah/Madrasah. Kelebihan karya tulis ini dibandingkan dengan karya tulis lainnya adalah pada spesifikasi yang diarahkan kepada satu tema pokok, sehingga di dalamnya semakin terarah pembahasannya. Walaupun demikian, dipastikan bahwa karya ini tentu masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, input perbaikan untuk menyempurnakan disiapkan penulis untuk mengubahnya. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan memberi keberkahan ilmu, iman, dan amal bagi semua pihak. Aamiin Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………i DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………ii AKHLAK TASAWUF MORAL DAN ETIKA………………………………………………..1 Pendahuluan………………………………………………………………………….....2 Pembahasan…………………………………………………………………………......3 Kesimpulan……………………………………………………………………………...9 MANFAAT MEMPELAJARI AKHLAK, MORAL DAN ETIKA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER……………………………………………………....10 Pendahuluan…………………………………………………………………………….11 Pembahasan……………………………………………………………………………..12 Kesimpulan……………………………………………………………………………..18 RUANG LINGKUP DAN NILAI-NILAI ILMU AKHLAK………………………………......40 Pendahuluan………………………………………………………………………….....20 Pembahasan……………………………………………………………………………..22 Kesimpulan……………………………………………………………………………...33 DASAR-DASAR AKHLAK ISLAM…………………………………………………………..34 Pendahuluan…………………………………………………………………………….35 Pembahasan……………………………………………………………………………..35 Kesimpulan……………………………………………………………………………...39 MAKNA TASAWUF, RUANG LINGKUP, TUJUAN DAN DASAR-DASAR ILMU TASAWUF DALAM AL-QURAN……………………………………………………………..40 Pendahuluan……………………………………………………………………………..41 Pembahasan……………………………………………………………………………...42 Kesimpulan………………………………………………………………………………46 MANFAAT ILMU TASAWUF DALAM KEHIDUPAN DAN SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TASAWUF………………………………………………………....47 Pendahuluan……………………………………………………………………………..48 Pembahasan……………………………………………………………………………..49 Kesimpulan……………………………………………………………………………...59 MAQAMAT – AHWAL, TAKHALLI, TAHALLI, TAJALLI……………………………60 Pendahuluan………………………………………………………………………...61 Pembahasan…………………………………………………………………………63 Kesimpulan………………………………………………………………………….66 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….67 HASIL PLAGIARISME…………………………………………………………………….68 AKHLAK TASAWUF Akhlak Tsawuf Moral Dan Etika MATERI AGAMA ISLAM Millah Tazkiya 41182911200021 ABSTRAK Tasawuf dengan metologisnya dinilai mampu memperbaiki keadaan yang saat ini terjadi di kalangan umat muslim, tasawuf mampu mengembalikan spirit dan motif hidup manusia agar kembali kepada jalan yang telah syariatkan Allah, dalam mengatasi dekadensi moral manusia tasawuf memiliki metodenya sendiri yakni, takhali (mengendalikan nafsu/mujahadah), Tahali yakni melatih diri dengan melatih diri untuk mengerjakan sifat-sifat terpuji (riyadhah) dan tahap ketiga yakni tajjali yaitu tersingkapnya Nur Ilahiyah yang hanya mampu dirasakan oleh manusia (Sufi) melalui kesungguhan dalam melakukan ibadah khususnya shalat, puasa, dzikrullah dan munajat kepada Allah SWT. Dari uraian di atas, maka daat ditarik kesimpulan bahwa pemikiran Abdul Qodir al-Jailani tentang konsep akhlak tasawuf lebih menekankan pada aspek perbaikan perilaku individu manusia. Melalui beberapa tahapan keutamaan penyucian jiwa: Taubat, zuhud, tawakal, sabar, jujur, syukur, dan ridha maka akan melatih jiwa manusia memiliki akhlak mulia. 1 PENDAHULUAN Sufisme terus menarik untuk dibahas. Terutama seperti yang sekarang di mana individu tampaknya menghadapi berbagai masalah sehingga Tasawuf dipandang sebagai obat intens untuk mengobati kekosongan. Terlepas dari banyak upsides dan kerugian meliputi awal kebangkitan Tasawuf, kita harus mengakui bahwa upsides Tasawuf telah ada sejak jam Nabi. Pada dasarnya Sufisme sekitar maka harus terlihat dari cara berperilaku nabi yang pa akhirnya kita sebut kualitas sufi. Hal ini sepenuhnya masuk akal mengingat fakta bahwa misi utama Nabi adalah untuk meningkatkan dan sekaligus ideal etika kelompok orang timur tengah pertama. Di tempat pertama tasawuf adalah kemajuan pemahaman naluri Islam. Sejak jam sahabat dan tabi " di, kecenderungan perspektif individu terhadap pelajaran Islam semua lebih logis telah muncul. Pelajaran Islam dilihat dari dua sudut, khususnya bagian kelahiran (exetoris) dan perspektif internal (eksklusif), atau sudut pandang "eksternal" dan aspek "batin". Pandangan dan praktik perspektif "internal "mulai muncul sebagai hal yang paling menarik, namun tanpa mengabaikan sudut pandang"eksternal " yang dibangkitkan untuk menggosok semangat. Reaksi pemeriksaan mereka lebih terletak pada sudut pandang "ke dalam", yang merupakan gaya hidup yang berfokus pada selera, Keagungan Tuhan, dan kemandirian dari kesombongan. Sufisme sebagai equibilirium keganjilan di tengah logika yang sedang berlangsung dan positivisme yang jambul. Sejak Dengan Tasawuf, manusia berarti Kembali ke empulur fundamental, khususnya quran dan Hadits,karena pada dasarnya Tasawuf menuju awal perkembangannya adalah moral atau ketat, dan moral yang ketat ini adalah apa banayak diatur dalam Quran Hadits, atau saat ini lebih terkenal sebagai Tasawuf akhlaqi. Dalam perspektif peneliti" Sufisme akhlaqi memiliki satu ton pemahaman, antara lain diungkapkan oleh imam Al-Ghazali: "kualitas yang mendalam adalah sifat yang dimasukkan dalam semangat yang menyebabkan kegiatan secara efektif dan efektif, tanpa memerlukan pemikiran dan pemikiran". Inti dari Tasawuf moral adalah tasawuf yang berfokus pada hipotesis perilaku, kualitas mendalam atau moral atau kegiatan moral, dengan teknik khusus yang telah diketahui menginstruksikan, mendorong pembersihan relatif banyak karakteristik yang dipuaskan oleh Tuhan, sehingga memunculkan area lokal manusia yang terhormat di hadapan Tuhan dan hewan-hewannya. Membahas Tasawuf akhlaqi, secara positif tidak dapat diisolasi dari sosok Sufi Syaikh Abdul Q. Sufisme akhlaqi Syaikh Abdul Q adalah pengajaran tasawuf yang berbicara tentang kesempurnaan dan kebajikan roh yang terbentuk dalam pengaturan mentalitas mental dan disiplin cara berperilaku yang parah untuk mencapai kebahagiaan ideal, manusia pada awalnya harus mengenali realitasnya dengan kualitas Ketuhanan melalui pembersihan tubuh dan jiwa yang berasal dari perkembangan individu yang bermoral dan terhormat1 1 Siti Maghfiroh, Etika Keutamaan Dalam Akhlaq Tashouf Abdul Qadir Jaelani, (Jurnal Islam Nusantara, juni 2021, Hal 24) 2 PEMBAHASAN 1. Tasawuf a) Pengertian Tasawuf Sufisme secara etimologis didapat dari bahasa Arab, tasshawwafa, yatashawwafu, tashawwufan.Ulama berbeda dari mana asalnya, ada yang mengatakan dari " Shuf "(berbulu halus)," Shafa "(jelas) dan dari" Shuffah " (emper Masjid Nabi terlibat oleh sebagian dari temanteman Nabi). Sedangkan secara lisan tasawuf adalah bidang ilmu Islam dengan pembagian yang berbeda-beda dalam hal itu, untuk lebih spesifik Tasawuf akhlaqi, Tasawuf Amali, dan Tasawuf falsafi, masingmasing dari ketiganya berisi pokok kajian cara mendekatkan diri kepada Allah dari segala substansi, secara fisik dengan menjalankan Syariat saja, namun dikenang karena itu Qolbu man yang sarat dengan dzikir dan berbeda riyadlah batin lainnya2 b) Dasar Hukum Tasawuf Seperti dikatakan di daerah masa lalu, khususnya Tasawuf sangat penting untuk regulasi Islam, maka seharusnya segala sesuatu yang berhubungan dengan tasawuf itu sendiri tergantung pada Quran dan Hadits kurir Allah. Pada umumnya, dasar-dasar Tasawuf ditemukan dalam refrain yang menyertainya: 1. 2. 3. 4. Taubah (Al-Tahrim:8) Tawakal (Al-Thalaq:3) Zuhud (al-Hasyr:9) Shabar (al-kahfi:58) Cara berperilaku seperti itu juga dapat dihilangkan dari keberadaan kurir Allah. Misalnya, dalam kesungguhan dalam memerangi keinginan, ketakutan dan kepercayaan itu masuk akal bahwa dalam doa bribadah sampai kakinya bengkak.Kemudian kata-kata dan perbuatan sahaabah juga dapat dimanfaatkan sebagai alasan untuk Tasawuf, mereka hidup pada dasarnya, Zuhud, Qonaah, dll.3 2. Pengertian Moral Secara etimologis kata moral berasal dari bahasa latin "adat istiadat" dan itu menyiratkan kebiasaan atau gaya hidup. Sedangkan dalam ungkapan moral dapat diuraikan sebagai pedoman 2 Wawan Kurniawan, Peran Akhlaq Tashouf dalam Upaya Mengatasi Moral Pada Era Modern, (Jurnal Al Amr, Januari 2020, Hal 15) 3 Wawan Kurniawan, Peran Akhlaq Tashouf dalam Upaya Mengatasi Moral Pada Era Modern, (Jurnal Al Amr, Januari 2020, Hal 17) 3 standar dan organisasi yang dapat mengontrol perilaku dalam menjalani hubungan masyarakat. Jadi kualitas yang mendalam adalah sesuatu yang langsung atau cara berperilaku yang harus dimiliki oleh manusia. Prinsip-prinsip Moral berlaku secara lokal bergantung pada cara hidup masyarakat sekitar.Karena kualitas etika adalah nilai legitimasi dalam kehidupan masyarakat setempat. Moral juga dapat dicirikan sebagai sikap perilaku, kegiatan, kegiatan yang dilakukan seseorang ketika mencoba untuk mencapai sesuatu dalam terang keterlibatan, terjemahan, jiwa dan bimbingan. Ada beberapa komponen dalam moral, khususnya kegiatan / perilaku dan wacana. Dengan asumsi seorang individu dapat menerapkan sesuai kualitas menang di mata publik dan siap untuk memenuhi iklim daerah setempat, maka, pada saat itu, orang mungkin mengatakan bahwa individu memiliki kebajikan besar.4 3. Peran Tasowuf Dalam Mengatasi Dekadensi Moral Tasawuf ini mengaitkan harmonisasi antara tasawuf dan Syariah.Ini berarti bahwa prestasi dalam tasawuf tidak harus meninggalkan Amaliah Syariah. Sejak, realitas tanpa Syariah akan mengembara off-track, dan syariah tanpa realitas akan knalpot tanpa berarti. Jadi Syariah eksoteris harus diuraikan dengan Tasawuf rekondit. Keunikan dari Dekadansi moral yang sekarang mencemari masyarakat dianggap sebagai cocok untuk kewalahan oleh tasawuf dengan strategi sistemik yang menyertainya: Di tempat pertama, tahap yang sebenarnya, yang merupakan tahap mempersiapkan diri untuk mengosongkan inti dari kualitas dimaafkan, khususnya, antara lain, bakhil, riya, hasad, takabur, ujub dan sebagainya. Pada tahap ini Para Sufi melakukan riyadhah untuk mengendalikan keinginan, ini adalah dengan alasan bahwa sifat menjijikkan yang muncul dalam setiap individu disebabkan oleh keinginan yang mengatur jiwa manusia. Ini tentu saja mengendalikan keinginan dikenal sebagai Mujahadah, yang merupakan metode yang terlibat dengan mempersiapkan diri untuk tidak melakukan demonstrasi tak tahu malu yang akan mencemari semangatnya. Demonstrasi perilaku tidak etis akan melahirkan jiwa yang kotor sehingga akan membuat roh tidak bisa mendapatkan cahaya surgawi, selanjutnya hati menjadi tumpul dan tidak mampu berbicara dengan Tuhan. Kerapian roh atau Tazkiyah al-Nafs berubah menjadi tahap yang signifikan dalam upaya untuk mengarang etika. Kedua, tahap Tahali adalah fase menuduh dan mempersiapkan diri dari karakteristik teladan, seperti permintaan maaf, zuhud, wara', penghargaan, toleransi, tawakal, kegembiraan, dan sebagainya. Ayah tahap kedua ini kemajuan moral selesai dengan naik bangku melangkah maqomat dari satu maqam ke maqam berikut sehingga pemenuhan keadaan pikiran (ahwal) tentang perasaan kedekatan dengan Allah. Kemajuan Moral pada tahap selanjutnya sangat dipengaruhi oleh kesungguhan tenaga manusia dan bekerja untuk memainkan karakteristik terpuji yang terkandung dalam setiap maqam di atas. 4 Wawan Kurniawan, Peran Akhlaq Tashouf dalam Upaya Mengatasi Moral Pada Era Modern, (Jurnal Al Amr, Januari 2020, Hal 18) 4 Tahap ketiga adalah tajjali, khususnya peluncuran penempatan nur ghaib atau Nur ilahiyyah dalam semangat individu. Jadilah bahwa mungkin, sifat prestasi pada tahap ini adalah tegas dipengaruhi oleh dua fase terakhir, sehingga tahap ini juga merupakan suatu program penyesuaian tahali tahap tahali tahap takhalidan, namun serigkali sejumlah besar Tasawuf hilang pada tahap ini, hal ini karena kelangsingan jilbab antara nur mencolok dan dampak dan murmur dari jin dan setan.5 4. Etika Menurut Abdul Qadir Jaelani Moral keunggulan dalam etika Tasawuf Abdul Qodir AL-Jailani Abdul Qadir al-Jailani adalah salah satu tokoh Sufi yang sangat khawatir tentang etika atau perbaikan moral. Pertimbangan Abdul Qadir Al-Jailani umumnya sebagai pedoman sehingga individu umumnya berada di lorong etika yang telah dikelola dalam pelajaran yang ketat. Abdul Qadir Al-Jailani membimbing individu untuk terus berusaha mencapai tingkat ideal baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan individu. Seorang pria yang layak seperti yang ditunjukkan oleh Abdul Qadir Al-Jailani adalah orang yang umumnya tunduk kepada perintah Allah dan konsisten berusaha untuk menjadi pekerja unggul Allah. Semua yang diperintahkan oleh Allah adalah besar dan semua yang dilarang oleh Allah adalah mengerikan, yang telah digambarkan dalam Al-qur'an dan Hadits. Abdul Qadir Al-Jailani Tasawuf pertimbangan pada ide-ide manusia super menyebabkan mengatur moral. Standarisasi moral tergantung pada sifat etis bahwa dalam perilaku dan reaksi moral, manusia menjadikan standar moral sebagai teladan baiknya. Regularizing moral dalam penalaran Abdul Qadir Al-Jailani lebih spesifik dari pada moral kebaikan. Kekuasaan diperoleh melalui cara menjadi terbiasa dan merupakan konsekuensi dari praktik.Keunggulan tidak dimiliki sejak lahir. Interaksi untuk mendapatkan kekuatan salah satu dari mereka dengan itu tidak bagus untuk mengatasi sifat yang mendasarinya. Cara paling umum untuk mendapatkan kekuasaan terjadi melawan arus, dengan mengalahkan masalah yang dialami dalam kondisi konvensional. Moral tasawuf dalam pelajaran dari Abdul Qadir Al-Jailani menggarisbawahi kekuatan orang untuk keberadaan berbuah ukhrawi. Sukacita alami dipandang sebagai sukacita semu. Seperti yang ditunjukkan oleh Abdul Qadir Al-Jailani, sukacita dapat dicapai dengan menyaring roh dan mengidealkannya dengan mencapai kebutuhan roh.6 5. Pengertian Akhlaq, Moral Dan Etika Setiap kali dianalisis bahkan lebih atas ke bawah dan terhubung dengan keadaan tertentu dari kalimat, kata-kata moral, moral dan moral memiliki salah satu dari jenis penting. Moral berarti mendidik tentang luar biasa dan mengerikan yang umumnya dirasakan tentang latihan, pola pikir, tanggung jawab, etika. Moral adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan batasan nilai, eksentrisitas, kemauan, penilaian atau perbuatan yang pantas dikatakan benar, salah arah, hebat, mengerikan. Apa yang disimpulkan penilaian benar atau salah dalam moral, adalah masyarakat 5 Wawan Kurniawan, Peran Akhlaq Tashouf dalam Upaya Mengatasi Moral Pada Era Modern, (Jurnal Al Amr, Januari 2020, Hal 19) 6 Taufid Hidayat Nazar, Etika Keutamaan Dalam Akhlaq Tashouf Abdul Qadir Jaelani, (Jurnal Islam Nusantara, juni 2021, Hal 32) 5 semuanya. Sementara moral, cara berperilaku yang luar biasa, menghebohkan, salah, dan benar adalah penilaian yang jelas sesuai dengan sudut pandang sah yang ada dalam contoh-contoh parah. Berkaitan dengan pentingnya awalnya terhormat diperoleh dari kata Latin JAMA ' kebiasaan mos, maknanya adalah kebiasaan yang berubah menjadi motivasi untuk menilai apakah gerakan individu positif atau negatif. Sepanjang garis ini, untuk mengukur cara orang bertindak, positif atau pesimis harus dilihat apakah perbuatan menyesuaikan dengan kebiasaan ketabahan yang biasanya dirasakan lingkungan sosial atau tegas. Karena luar biasa dapat dianggap sebagai pameran moral besar yang mengerikan, iklim di alam. Dalam semua kata Referensi Bahasa Indonesia, etika digambarkan sebagai penyelidikan standar moral. Selanjutnya, kualitas mendalam adalah studi tentang apa yang luar biasa dan apa yang mengerikan, kebebasan moral dan keterbatasan. "Moral" dapat diartikan sebagai sikap. Asosiasi yang berubah ini memiliki makna yang lebih mendalam karena telah berubah menjadi karakteristik juga, seorang individu yang memiliki tempat bersama seseorang. Kualitas dan karakter yang telah dikaitkan dalam bentuk tunggal akan berubah menjadi karakter. Dapat juga dikatakan bahwa perspektif adalah kualitas dan mentalitas yang merupakan karakteristik bagi seorang individu. Peningkatan sikap dalam pos positif, tidak secara permanen dibentuk oleh faktor-faktor dari dalam diri Anda dan dari perspektif eksternal, lebih khusus lingkungan. Keluarga adalah lingkungan pertama dan terdekat bagi seorang individu. Melalui keluarga dapat dibingkai orang. Keunikan dalam penerapannya dapat menciptakan penilaian positif atau negatif yang mengandalkan pendekatan tindakan orang yang melakukan. Dalam Lughat (bahasa) moral adalah jenis jamak khilqun tentu saja khuluqun yang menunjukkan etika, perilaku, karakter atau Tabi'at. Syarat kualitas mendalam memiliki kata-kata yang identik dengan moral dan moral; moral dan moral berasal dari bahasa Latin dimulai dari kata etos itu menunjukkan kecenderungan, dan kebiasaan menyimpulkan kecenderungan. Itu berasal dari kata aktivitas khalaqa yang berarti Membuat. Khaliq berarti Produser atau Tuhan dan makhluq menyimpulkan dibuat, khalaq menyarankan penciptaan. Khalaqah memiliki kata yang sejauh bahwa di atas menyimpulkan bahwa moral adalah ikatan membatasi keinginan Allah dan manusia. Dalam kata lain yang signifikan moral dapat digambarkan cara di mana seorang individu bertindak terhadap orang lain. Jika pendekatan untuk bertindak atau gerakan didasarkan dengan keinginan Khaliq( Tuhan), itikenal sebagai moral yang jelas. Sejalan dengan itu, moral dapat diuraikan prinsip atau norma karakter dan perilaku yang mengawasi hubungan antara satu sama lain manusia (hablumminannas), manusia dengan Tuhan( hablumminallah), apalagi orang dengan alam semesta (lingkungan)7. Pengertian akhlak secara terminologis menurut: a) Imam Ghozali: Yang artinya: ”Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan?” 7 Dr. H. Bahrudin M.A., Akhlaq Tasowuf,( Maret 2013, Hal 7-8 ) 6 b) Ibnu Maskawaih: Yang artinya: Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran dan pertimbangan.” c) Menurut Ahmad Amin: Yang artinya ”Khuluq (akhlak) adalah membiasakan kehendak.” Terlepas dari moral ada berbagai istilah yang disebut etika dan moral. apa yang bisa dibandingkan dengan memilih nilai mentalitas seseorang yang baik dan buruk untuk dilakukan. Perbedaan kualitas yang mendalam memiliki norma pengajaran Al-qur'an dan Sunnah pengiriman. Moral condong ke arah pikiran, sementara sumber moral menjadi kecenderungan kecenderungan biasa menang di bidang publik. Dalam penggunaan kata-kata pada saat get-over terjadi, misalnya, Hassan secara misterius memanfaatkan istilah moral yang sebanding dengan moral / akhlaq8. 6. Sumber Akhlaq, Moral Dan Etika Dalam kehidupan sehari-hari secara rutin mengalami Kata-Kata moral, moral dan moral adalah semua dari tiga cara yang berbeda individu bertindak, pada dasarnya sama, namun setiap kali melihat dari sumber, tiga kata ini akan menjadi salah satu dari jenis. Kualitas yang mendalam berasal dari pengungkapan yang ketat. Sumber Moral dari praktik individu. Sedangkan etika berasal dari pemikiran moral dan otak yang cemerlang. Dalam penelitian ini diminta akhlak Islam yang masuk akal di titik dari perspektif pada Al-qur'an Dan Hadits Nabi sebaliknya, dan bahanbahan yang telah dibuat. Disposisi moral belum pernah terjadi sebelumnya Islam dan perilaku harus fokus pada bantalan Al-qur'an dan sunnah kurir Allah. Yang paling luas terkonsentrasi pada Al-qur'an adalah Nabi sendiri. Seperti yang ditunjukkan oleh Quran seorang Muslim adalah orang yang telah benar-benar menyerah kepada Allah dan perintahNya dan memiliki iman dalam tauhid murni sebagai berikut: Allah SWT menyebutkan dalam QS. 68 ayat 4: Yang Artinya: "Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.“ Menurut entri ini, Para Sufi menyinggung Nabi Muhammad sebagai Al-Insan Al-Kamil, model manusia terbaik sejak Adam, hingga akhir zaman. Kita secara kolektif nabi harus menjadikannya sebagai uswatun hasanah (model dalam semua bagian kehidupan. Nabi berkata bahwa dia diutus oleh Tuhan untuk menyempurnakan moral manusia. Ini berisi mendapatkan: (1) kehadiran Nabi selesai kemegahan moral manusia yang baru-baru ini tidak sempurna; (2) empulur contoh Islam ini adalah gloriousness signifikansi. Tujuan super utamanya adalah peningkatan moral, penyempurnaan etika yang terhormat. Rekan bertanya, tentang bagaimana moral Pertama Nabi itu? Siti Aisha menjawab bahwa akhlak Nabi adalah Al-qur'an9. 8 Dr. H. Bahrudin M.A., Akhlaq Tasowuf,( Maret 2013, Hal 15 ). 9 Dr. H. Bahrudin M.A., Akhlaq Tasowuf,( Maret 2013, Hal 12 ). 7 7. Perbedaan Etika dan Moral Moral adalah prinsip-prinsip perilaku, kebiasaan kecenderungan manusia dalam hubungan antara orang- orang dan pengakuan yang benar dan yang buruk.Etika adalah bagian dari moral dalam hal kualitas dan etika yang menentukan cara manusia berperilaku sepanjang kehidupan sehari-hari. Moral dalam peningkatannya secara signifikan mempengaruhi keberadaan manusia. Moral memberi manusia arahan tentang bagaimana dia melanjutkan hidupnya melalui perkembangan kegiatan sehari-hari. Itu berarti Moral membantu individu dengan berdiri teguh dan bertindak pantas dalam menjalankan kehidupan ini. Moral akhirnya membantu dengan datang ke kesimpulan tentang kegiatan apa yang harus dilakukan dan yang harus dilihat bersama bahwa moral ini dapat diterapkan di semua sudut atau sisi kehidupan sementara etika adalah hal-hal yang benar-benar terhubung dengan jalannya sosialisasi orang tanpa etika manusia tidak sepihak untuk memimpin jalannya sosialisasi . Lalu moral adalah hal langsung yang harus dengan masalah kemegahan besar dan mengerikan bahkan dengan masalah terpuji atau tidak layak sesuatu. Darurat manusia mutakhir yang mendorong terjadi10 (Kurniawan, 2020, p. 4) 10 Wawan Kurniawan, Peran Akhlaq Tashouf dalam Upaya Mengatasi Moral Pada Era Modern, (Jurnal Al Amr, Januari 2020, Hal 4) 8 KESIMPULAN Tasawuf dengan metologinya dianggap siap untuk memajukan keadaan yang sedang berlangsung di kalangan umat Islam, tasawuf dapat membangun kembali jiwa dan pemikiran keberadaan manusia untuk kembali ke cara yang telah direkomendasikan oleh Tuhan, dalam menaklukkan pesta pora moral manusia tasawuf memiliki teknik sendiri, khususnya, takhali (mengendalikan keinginan/mujahadah), Tahali khususnya persiapan diri melalui mempersiapkan diri untuk chip jauh di karakteristik pujian (riyadhah) dan tahap ketiga adalah tajjali untuk lebih spesifik divulgence dari Nur Ilahiyah yang hanya siap dirasakan oleh orang-orang (Sufi) melalui kesungguhan dalam melakukan cinta, khususnya Doa, Puasa, dzikrullah dan munajat kepada Allah SWT. Dari Penggambaran di atas, sangat baik dapat disimpulkan bahwa prospek Abdul Qodir ALJailani tentang gagasan Sufisme moral yang lebih aksentuasi pada bagian bekerja pada cara individu manusia berperilaku. Melalui beberapa fase etika penyaringan Roh: penyesalan, zuhud, tawakal, toleransi, sah, penghargaan, dan kegembiraan itu akan mempersiapkan jiwa manusia untuk memiliki pribadi yang terhormat. 9 AKHLAK TASAWUF Manfaat Mempelajari Akhlak, Moral dan Etika Serta Hubungannya Dengan Pendidikan Karakter MATERI AGAMA ISLAM Lutfiana Azzahra 41182911200027 ABSTRAK Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah strategi dalam upaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia agar kelak dapat menjadi manusia yang mempunyai karakter serta dapat hidup dengan mandiri. Berdasarkan hal itu , apakah pendidikan karakter dapat mewujudkan suatu akhlak yang mulia ataupun sebaliknya ? maka dari itu dengan adanya tulisan ini untuk mengetahui apakah manfaat dari mempelajari akhlak, moral serta etika dan untuk mengetahui apakah korelasinya atau hubungannya dengan pendidikan karakter. Moralitas adalah ukuran kepribadian seorang Muslim. Jika akhlak seseorang diketahui buruk nilai-nilai yang bertentangan dengan syariat Islam, maka ia memiliki kepribadian yang tercela. Di sisi lain, akhlak seseorang yang berperilaku sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah mulia. Ukuran baik buruknya akhlak seseorang dapat dilihat dari perspektif hukum Islam karena hukum merupakan hukum yang mengatur kehidupan umat manusia. Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak bukanlah suatu perbuatan, bukan sekedar kemampuan berbuat, tidak pula dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, tetapi akhlak adalah suatu usaha untuk menghubungkan dengan keadaan jiwa, siap mengemukakan fakta-fakta. dan situasi harus sedemikian pas sehingga fakta-fakta muncul, oleh karena itu tidak sesaat tetapi menjadi kebiasaan hidup. Kata Kunci : Pendidikan, Akhlak, Karakter 10 PENDAHULUAN Di dalam agama islam diatur berbagai aspek kehidupan yang ada di dalam lingkungan manusia, antara lain seperti fiqih, aqidah, muamalah, akhlak dan lain sebagainya. Seorang muslim dapat dikatakan sempurna jika mampu menguasai serta mengimplementasikannya ke dalam kehidupannya yang sesuai dengan syariat pada Al-Quran dan As-Sunnah. 11 Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam lingkup pergaulan kita dapat menilai beberapa perilaku dari seseorang apakah itu suatu perilaku atau sikap yang baik atau buruk. Hal itu dapat sangat terlihat melalui cara dia bertutur kata ataupun bertingkah laku. Akhlak, moral serta etika pada masing-masing individu memiliki perbedaan. Hal tersebut juga tentunya dipengaruhi oleh lingkungan internal ( keluarga ) ataupun di lingkungan eksternal ( masyarakat ). Pada kehidupan seperti itulah semakin berpengaruh di dalam sendi kehidupan dan tentunya sangat berpengaruh terhadap oerkembangan akhlak, moral dan etika seseorang. Dapat kita lihat dan amati bahwa perilaku pada seseorang dewasa ini sudah jauh dari ajaran islam, hingga banyak terjadi kejadian di masyrakat saat ini yang cenderung mengarah kepada hal-hal yang negative dan meninggalkan amalan keislaman. Oleh karena itu, dengan adanya tulisan ini diharapkan para pembaca menyadari bahwa betapa pentingnya kita dalam mepelajari akhlak, moral dan etika serta bagaimana hubungannya dengan karakter. 12 11 Hj. Siti Rohmah, M.A. Buku Ajar Akhlak Tasawuf, (Pekalongan, Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management, 2021), hal. 17. 12 H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), hal. 11. 11 PEMBAHASAN 13 Akhlak adalah suatu sikap yang melekat pada jiwa seseorang yang melahirkan sebuah perbuatan-perbuatan yang berdasarkan pada kemauan dan pilihan, baik ataupun buruk terpuji ataupun tercela, akhlak tersebut dapat juga disebut sebagai tabiat dari seseorang yang berdasarkan pada pengaruh pendidikan yang telah didengar, dilihat, dan diterima. Dari sudut kebahasaan (etimologi) akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar dari kata Al-Akhlaqa, Yukhliqu, Ikhlaqan. Kata akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khulqun yang berarti budi pekerti, jika melihat penggunaan hadits Rasul SAW, maka benar arti akhlak yaitu budi pekerti, dengan demikian kata akhlak atau khuluq secara kebahasaan (etimologi) berarti budi pekerti, adat kebiasaan, tabiat, perangai. 14 Imam Al-Ghazali mengatakan bahwasannya akhlak adalah suatu sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan perkembangan. Adapun pengertian akhlak. Akhlak adalah suatu hal yang baik ataupun buruk secara akal dan moralitas berdasarkan adat istiadat ataupun agama. Adanya sebuah sinyal ketika akan melakukan sebuah perbuatan dibalik itu, terdapat adanya dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya yang bersumber dari kekuatan batin yang dimiliki oleh tiap manusia, yaitu : 1. Tabiat (pembawaan), ayitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi hal terseut disebabkan oleh naluri (gharizah) dan faktor warisan sifat-sifat dari orangtua. 2. Akal pikiran. Yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkan sesuatu, dan merasakan sesuatu. 3. Hati nurani. Yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh kepada kejiwaan yang dapat menilai hal-hal yang sifatnya abstrak (batin) karena dorongan inilah yang mendapatkan keterangan (ilham) dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda : Yang artinya “ sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam tiada sekutu baginya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku bagian dari orang islam, ya Allah berilah aku amalan yang terbaik dan akhlak yang paling mulia, tiada yang bisa memberi yang terbaik selain engkau, dna lindungilah aku dari amalan dan kahlak yang buruk, tidak ada yang bisa melindungiku dari hal yang buruk selain engkau “ (An-Nasa’i) 13 Hj. Siti Rohmah, M.A. Buku Ajar Akhlak Tasawuf, (Pekalongan, Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management, 2021), hal. 4. 14 Drs. H. Miswar, MA, H. Pangulu Nasutio, Lc, MA, Rahmat Hidayat, MA, Ramadhan Lubis, M.Ag. Akhlak Tasawuf, (Medan: Perdana Publishing, 2015), hal. 1 12 Hadits tersebut menjelaskan betapa pentingnya akhlak mulia, terkhusus untuk umat islam dewasa ini. Akhlak mulia adalah cermin dari seorang muslim, mencerminkan kesucian hati dan fikirannya, sedangkan akhlak yang buruk mencerminkan seseorang yang telah gelap hati dan jiwanya sehingga ia tidak dapat lagi menentukan mana yang baik dan buruk bagi dirinya karena keburukan itu telah mendarah daging di dalam dirinya. Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri khusus dari akhlak yaitu : 1. Akhlak mempunyai suatu sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa seseorang yang menjadi kepribadiannya dan hal itu yang akan membuat berbeda dengan orang lain 2. Akhlak mengandung perbuatan yang dilaksanakan karena kesadaran sendiri, bukan suatu paksaan dari orang lain ataupun karena suatu tekanan 3. Akhlak mengandung sebuah manifestasi dari perbuatan yang tulus dan ikhlas Selain akhlak yang telah dijelaskan diatas ada istilah lain yang mengandung arti atau makna yang tidak jauh berbeda dengan akhlak. Diantaranya adalah sebagai berikut : A. Etika 15 Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Tetapi di dalam kamus bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika berbicara tentang kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut arti tata adat. Oleh karena itu, etika adalah sebuah landasannya sifar dasar manusia. Tetapi etika menurut filsafat adalah menyelidiki mana diantara yang baik dan yang buruk menurut pandangan manusia. B. Moral Berasal dari bahasa Latin, mos yaitu prinsip-prinsip tingkah laku manusia yang sejalan dengan adat kebiasaan. 16Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik ataupun buruk terhadap suatu perbuata dan kelakukan. Meskipun etika dan moral memiliki kesamaan pengertian dalam percakapan sehari-hari, namum mempunyai unsur perbedaan : 1. Istilah etika digunakan untuk mengkaji suatu sistem nilai yang ada. Karena hal itu, etika merupakan suatu ilmu. 2. Istilah moral digunakan untuk memberikan kriteria dari suatu sikap ataupun perbuatan yang sedang dinilai. Karena itu, moral bukanlah suatu ilmu tetapi lebih kepada suatu perbuatan manusia. 15 Drs. H. Miswar, MA, H. Pangulu Nasutio, Lc, MA, Rahmat Hidayat, MA, Ramadhan Lubis, M.Ag. Akhlak Tasawuf, (Medan: Perdana Publishing, 2015), hal. 9 16 Yoke Suryadarma dan Ahmad Hifdzil Haq Vol. 10, No 2, 2015 Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali 13 Ruang Lingkup Akhlak Di dalam akhlak merupakan pembahasan tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah itu suatu perbuatan yang tergolong baik atau tergolong buruk. Objek pembahasan akhlak berhubungan dengan suatu norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.17 Pokok masalah yang dibahas dalam hal ini pada intinya adalah suatu perbuatan yang baik maupun yang buruk sebagai individu maupun di lingkungan masyarakat. Dari Dr. Abdullah di dalam buku Dustur Al-Akhlaq Fi Al-Islam, membagi ruang lingkup akhlak ke dalam lima macam aspek kehidupan, yaitu sebagai berikut A. Akhlak perorangan dibagi menjadi 4 : 1. Semua hal yang diperintahkan (al-awamir) 2. Segala hal yang dilarang (al-nawahi) 3. Hal-hal yang diperbolehkan (al-mubahat) 4. Akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhlafah bi al-idhthirar) B. Akhlak keluarga dibagi menjadi 3 : 1. Kewajiban timbal balik orangtua dan anak 2. Kewajiban suami dan istri 3. Kewajiban terhadap kerabat dekat C. Akhlak bermasyarakat dibagi menjadi 3 : 1. Hal-hal yang dilarang 2. Hal-hal yang diperintahkan 3. Kaidah-kaidah adab D. Akhlak benegara dibagi menjadi 2 : 1. Hubungan antara pemimpin dan rakyat 2. Hubungan luar negeri 17 Soedijarto, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan, PT. Imperial Bhakti Utama 2007, hal. 257 14 E. Akhlak beragama Akhlak ini meliputi kewajiban kita terhadap Allah SWT. Jika ingin dipersempit lagi tetapi mempunyai ruang lingkup yang menyeluruh maka akhlak tersebut dapat terbaik menjadi 6 yaitu sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Akhlak tata karma kepada Allah SWT Akhlak kepada Rasul Allah SAW Akhlak untuk diri sendiri Akhlak di dalam keluarga Akhlak di dalam lingkungan masyarakat atau sosial Akhlak di dalam bernegara Manfaat mempelajari Akhlak, Moral, dan Etika 18 Dari pemaparan diatas telah dijelaskan bahwa antara akhlak, moral dan etika memiliki kesamaan baik dalam arti maupun maknanya. Akhlak sendiri memiliki arti sebagai perbuatan, perangai, tingkah laku. Lalu, etika dan moral sama-sama membicarakan mengenai suatu perbuatan seseorang baik ataupun buruk. Yang membedakan antara moral serta etika adalah moral dipahami sebagai suatu prinsip atau kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku benar atau salah. Sedangkan pada etika, sebagai suatu aturan perilaku yang diakui yang berkaitan dengan kelas tertantu dari tindakan manusia, kelompok maupun budaya yang berada di lingkup sosial masyarakat. Dengan demikian manfaat antara akhlak, moral dan etika tidak jauh berbeda. 19 Berikut ini adalah manfaat dalam mempelajari akhlak, moral serta etika : 1. Akhlak, moral dan etika dapat menjadi sebuah petunjuk atau memberikan arah bagi manusia yang ingin bebruat baik 2. Nilai-nilai yang terkandung di dalam akhlak, moral dan etika dapat menjadi suatu sugesti atau mendorong jiwa manusia untuk berubah lebih baik dan melakukan suatu kebaikan atau kebajikan 3. mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral akan memungkinkan seseorang untuk memahami sepenuhnya hal-hal di sekitarnya. Yang dipertaruhkan adalah memahami apa yang dianggap baik dan buruk. Jika 18 Hj. Siti Rohmah, M.A. Buku Ajar Akhlak Tasawuf, (Pekalongan, Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management, 2021), hal. 17 19 Drs. H. Miswar, MA, H. Pangulu Nasutio, Lc, MA, Rahmat Hidayat, MA, Ramadhan Lubis, M.Ag. Akhlak Tasawuf, (Medan: Perdana Publishing, 2015), hal. 9 15 kita dapat membedakan dan memahaminya serta melakukan hal-hal sesuai dengan aturan etika dan moral, kita akan selalu merasakan energi positif dalam hidup. 4. Meningkatkan derajat manusia Tujuan ilmu pengetahuan artinya mempertinggi kemajuan insan pada bidang rohaniah atau bidang spiritual. Antara orang yang berilmu pengetahuan tidaknlah sama derajatnya menggunakan orang yg nir berilmu. Hal ini diterangkan pada pada Al-Quran Az-Zumar: 9 “ Katakanlah (hai Muhammad) : “ Adakah sama orang-orang yg berilmu penegetahuan menggunakan orang-orang yg nir berilmu pengetahuan ? “ sesungguhnya orang-orang yg berusahalah yang bisa mendapat pelajaran “ 5. Menuntun kepada kebaikan Akhlak ataupun ilmu akhlak tidak hanya sekedar memberikan manakah yang baik dan yang bruuk, tetapi juga mempengaruhi serta mendorong kita agar membentuk hidup yang baik serta menciptakan sesuatu kebaikan dan kebajikan yang dapat mendatangkan mafaat untuk kehidupan 6. Kebutuhan pokok dalam keluarga Akhlak, moral dan etika merupakan salah satu faktor motlak dalam menegakkan keluarga yang diharapkan. Keluarga yang tidka dibina atas dasar akhlak yang baik, tidak dapat berbahagia sekalipun ia diberikan suatu materi atau kekayaan yang berlimpah. Akhlak yang luhur itulah yang menjadi faktor harmonisnya rumah tangga. Pendidikan Karakter Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampian yang diperluka dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Karakter menurut Imam Al-Ghazali adalah suatu sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan atau fikiran. Karakter adalah sifat kejiawaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. 20 Pendidikan karakter berkaitan erat dengan psikis individu diantaranya pada segi keinginan, motif atau dorongan. Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, dan keimanan. Jadi, dapat dismpulkan bahwa pengertian dari pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada seseorang yang 20 Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bantul: Penerbit KBM Indonesia, 2020), hal. 2 16 did dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter begitu erat korelasinya dengan pendidikan akhlak, moral dan etika yang dimana tujuannya adalah untuk membentuk serta melatih kemampuan diri secara berkelanjutan yang berguna untuk diri sendiri sebagai upaya keraha hidup yang lebih baik. 21Pendidikan pada dasarnya merupakan cara untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia agar dapat menjadi manusia yang memiliki karakter yang baik. Pendidikan karakter dapat berjalan dengan efektif apabila dilakukan secara integral yang dimulai dari lingkungan terdekat atau internal seperti di lingkungan keluarga kemudian pada lingkungan eksternal yaitu di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan sosial seperti di lingkungan masyarakat. Terdapat beberapa karakter yang harus ditanam sejak dini diantaranya seperti cinta kepada Allah, sikap peduli, toleransi, kerja keras, mandiri, rendah hati, dan baik. apabila nilai karakter tersebut telah luhur tertanam di dalam jiwa atau diri seseorang, maka harapan untuk memiliki akhlak, moral serta etika yang baik secara otomatis akan tercermin dan terlihat melalui sikap atau perilaku di dalam kehidupan sehari-hari dan itu semua muncul akibat dari adanya sebuah didikan karakter yang telah tertanam sejak dini. Korelasi antara akhlak, moral dan etika dengan pendidikan karakter telah terlihat jelas dari pemaparan diatas, bahwa munculnya suatu perbuatan, perangai atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang baik ataupun buruk sangat bergantung kepada bagaimana hasil dari suatu didikan karakter yang ia terima sejak dini, apakah itu suatu didikan karakter yang memiliki nilai positif ataupun nilai negatif. 21 Abdul Rahman, M.Pd dan Dr. Nurhadi, S.Pd.I., S.E.Sy., S.H., M.Sy.,MH.,M.Pd Konsep Pendidikan Akhlak, Moral dan Karakter Dalam Islam, Guepedia, 2020 17 KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak, moral dan etika adalah suatu pola perilaku atau perbuatan yang dihasilkan oleh akal manusia secara murni dan mutlak dan suatu paham keilmuan yang berguna untuk menentukan apakah perbuatan manusia itu dikatakan baik atau buruk, hal itu berdasarkan pada pendapat akal pikiran. Definisi moral adalah nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang ataupun kelompok dalam mengatur segala tingkah lakunya. Keterikatan antara akhlak, moral dan etika dengan pendidikan karakter sangat penting untuk kehidupan sehari-hari serta kesemuanya tersebut juga dapat menjadi pegangan bagi kita untuk mengevaluasi keadaan di sekitar kita. 18 AKHLAK TASAWUF RUANG LINGKUP DAN NILAI-NILAI ILMU AKHLAK MATERI AGAMA ISLAM Elisa Malika 41182911200003 ABSTRAK Akhlak mulia merupakan cerminan kepribadian seseorang, selain itu akhlak mulia akan mampu mengangkat seseorang pada martabat yang tinggi. Penilaian seseorang tentang baik buruknya sangat ditentukan oleh karakternya. Karakter yang baik adalah hal yang mahal "mahal dan sulit ditemukan" akhir-akhir ini. Pemahaman yang minim tentang nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta nilai-nilai yang terkandung dalam akhlak, untuk membentuk kepribadian yang mulia, menanamkan akhlak sejak dini dimulai sejak kecil, karena akan lebih mudah dibentuk daripada beranjak dewasa atau anak-anak yang sudah tua. Dengan kekuatan iman yang berasal dari cahaya ilahi, kekuatan batin seseorang dapat dibangun. Hal ini tidak terlepas dari suka dan duka dalam hidup, sehingga akan dihadapi dengan ketenangan yang utuh dengan pikiran yang murni. Dalam penulisan ini, akan dijelaskan tentang apa ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak serta nilai-nilai akhlak dan pembentukannya, sehingga dapat dijadikan sumber rujukan dalam pembelajaran ilmu akhlak. Kata Kunci: Akhlak, Ruang Lingkup, Nilai-Nilai Akhlak 19 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhlak pada dasarnya adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh semua manusia, baik akhlak yang terpuji maupun akhlak yang tercela. Jadi disini pendidikan akhlak sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama pendidikan akhlak yang baik atau terpuji karena karakter ini merupakan modal manusia atau dasar manusia yang utama untuk mencapai kehidupan yang baik, aman, damai dan tentram di dunia dan di akhirat. Pendidikan akhlak terutama ditekankan pada kaum muda, diantaranya saat ini memiliki akhlak mazmumah atau akhlak yang buruk, tidak hanya bagi kaum muda akhlak perlu ditegaskan, sangat penting bagi orang dewasa dan orang tua, dan dewasa ini masih kurangnya pendidikan akhlak, moralitas yang mudah bagi anak-anak, masyarakat dewasa dan orang tua. Dalam Islam, akhlak menempati posisi yang sangat penting, karena kesempurnaan Islam seseorang sangat tergantung kepada kebaikan dan kemuliaan akhlaknya. Manusia yang dikehendaki Islam adalah manusia yang memiliki akhlak mulia, manusia yang memiliki akhlak mulialah yang akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Oleh karena hal tersebut di atas, dalam Al-Quran banyak mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan akhlak, baik berupa perintah untuk berakhlak yang baik, maupun larangan berakhlaq yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang yang melanggarnya. Hal ini membuktikan betapa pentingnya akhlak dalam ajaran Islam, karena akhlak yang baik (mahmudah) akan membawa kemasalahatan dan kemuliaan kehidupan. Akhlak mempunyai peran yang sangat penting dalam hidup. Dalam hubungan ini, peran pendidikan agama Islam Muslim mencakup kategori tanda-tanda buruk dari kehidupan Islam. Pelajaran bayangan ilahiyah akan berorientasi langsung. Oleh karena itu, nilai Islam diformulasikan untuk masa tinggal budaya keagamaan dan berkembang dari waktu ke waktu. Dalam fenomena kehidupan sosial, diinginkan bagi semua warga negara untuk menetapkan perilakunya sesuai dengan situasi sebenarnya yang sebenarnya dan beradaptasi dengan situasi di daerah itu. Peran yang paling tepat adalah ketika ia dapat berganti-ganti peran ganda, dan ia harus mampu memainkan dirinya sendiri sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Mereka yang berhasil mengaitkan optimalitas peran individu dan sosial telah mencapai tahap “dewasa”.22 Kematangan atau kedewasaan sosial tidak diukur dari usia dan tingkat tinggi fisik, dilihat dari “tingkat berpikir”. Pengalaman menunjukkan bahwa ada orang yang tingkat usianya sudah tinggi tetapi cara berpikirnya sangat kekanak-kanakan. Di sisi lain, ada orang yang relatif muda tetapi memiliki cara berpikir yang matang. 22 Encep Safrudin Muhyi, dalam Dinamika Umat, edisi 52/VI/Maret 2007, h.16. 20 Hal ini karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai dorongan atau keinginan dan pengaruh hidup manusia dalam berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Semua perilaku dan tindakan manusia bersumber dari keinginan manusia. Hidup dalam masyarakat, bentuk dan coraknya sangat dipengaruhi oleh tindakan dan perilaku manusia sebagai pemenuhan keinginan yang ada pada manusia. Dalam hal ini, seseorang harus memiliki akhlak dan perangai yang luhur melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam konteks ini, menurut Manna' al-Qatthon23 terlihat bahwa sistem belajar-mengajar tidak menunjukkan tingkat berpikir (thullab) yang diajarkan/dilatih dalam tahap-tahap pengajaran, bentuk-bentuk bagian yang komprehensif dan peralihan dari umum swasta atau tidak. Pendidikan moral harus diperkuat melalui proses pembelajaran. Proses pendidikan dan pembelajaran tentunya dilandasi oleh dua prinsip. 1) Dengan memelihara (menampilkan dan mengamati) tingkat keterampilan atau pemikiran yang diajarkan (siswa), 2) Dengan segala sesuatu yang membawa mereka kepada kebaikan dan bimbingan, mengembangkan pikiran, jiwa, dan potensi jiwa mereka. Dalam hal ini, harus ada keselarasan yang mapan antara kekuatan akal dan pikiran. Untuk itu, hasil kajian tasawuf moral memiliki arti penting ilmiah konseptual dalam mendekati nilai-nilai moral dan prinsip tasawuf dalam kehidupan. 1.2 Tujuan 1. Mengetahui Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak 2. Mengetahui Nilai-Nilai Akhlak dan Pembentukannya 3. Menambah wawasan Ilmu pengetahuan tentang Akhlak 23 Manna’ al-Qatthon, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an, (ttp.: Masyurot al‘Ashril Hadits, tt.), cet. III, h. 116-117. 21 PEMBAHASAN 1. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak Ilmu akhlak adalah membahas perbuatan baik dan buruk. Ilmu moral juga dapat dinyatakan sebagai ilmu yang mencakup pembahasan dalam upaya mengenali perilaku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum pada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk. Oleh karena itu, pokok bahasan ilmu moral adalah tentang norma atau penilaian atas tindakan seseorang. Masalah pokok yang dibahas pada hakikatnya dalam ilmu akhlak adalah: Perbuatan manusia, baik atau buruknya perbuatan itu ditentukan kemudian. Dalam konteks ini, Ahmad Amin mengatakan bahwa Ilmu akhlak membahas tentang perbuatan manusia, yang kemudian ditentukan baik atau buruknya.24 Menurut sifat akhlak, perbedaan itu dibagi menjadi dua yaitu; 1. Akhlak Mahmudah (terpuji) Akhlak Mahmudah adalah Ketaatan dalam beribadah, menepati janji, memenuhi amanah, sabar, santun dalam berkata, dan melakukan segala perbuatan baik menurut pandangan atau standar Islam adalah perbuatan terpuji, mulia atau baik. 2. Akhlak madzmumah (tercela Akhlak madzmumah adalah kemunafikan, kesombongan, permusuhan, kedengkian, kecemburuan, kekikiran, balas dendam, pengkhianatan, putusnya persahabatan, durhaka kepada orang tua, putus asa dan segala macam akhlak keji menurut Islam. Sifat-Sifat Terpuji dan Sifat-Sifat Tercela a. Sifat-Sifat Terpuji 1. Taubat artinya meninggalkan segala perbuatan tercela yang telah dikerjakannya dengan niat kerana membesarkan Allah SWT. Orang yang bertaubat mestilah memenuhi syaratsyarat berikut : a) Meninggalkan maksiat dengan kesedaran. b) Menyesal dengan perbuatan yang telah dikerjakan. c) Berazam tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang taubat yaitu dalam Surat AtTaubah ayat 104. 24 Tiswarni M. Ag. 2007. Akhlak Tasawuf, Jakarta: penerbit bina pratama. 22 2. Zuhud artinya bersih atau suci hati dari berkehendakkan lebih dari keperluannya serta tidak bergantung kepada makhluk lain. Hatinya senantiasa mengingati bahawa harta yang dimilikinya adalah sebagai amanah dari Allah. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang zuhud yaitu Surat Al-Hadid ayat 20. 1. Sabar artinya tabah atau cekal menghadapi sesuatu ujian yang mendukacitakan. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang sabar yaitu Surat Al-Baqarah ayat 153 yang berbunyi : َ‫صبِ ِر ْين‬ ّٰ ‫ص ٰلو ِة ۗ اِنَّ اللّٰهَ َم َع ال‬ َّ ‫صب ِْر َوال‬ َّ ‫ست َ ِعيْن ْوا بِال‬ ْ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنوا ا‬ 2. 3. 4. 5. 6. 7. Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Q.S.Al-Baqarah : 153). Syukur artinya menyedari bahawa semua nikmat yang diperolehinya baik yang lahir mahupun batin semuanya adalah dari Allah dan merasa gembira dengan nikmat itu serta bertanggungjawab kepada Allah. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang syukur yaitu Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 5. Ikhlas artinya mengerjakan amal ibadat dengan penuh ketaatan serta semua perbuatan yang dilakukan semata-mata mengharapkan keridhaan Allah SWT, bukan kerana tujuan lain. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang ikhlas yaitu Allah SWT berfirman dalam Surat Al-An'am ayat 162-163. Tawakal artinya berserah diri kepada Allah dalam melakukan sesuatu rancangan. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang tawakal yaitu dalam Surat Al-Maidah ayat 23. Mahabbah artinya kasihkan Allah dan hatinya sentiasa cenderung untuk berkhidmat dan beribadat kepadaNya serta bersungguh-sungguh menjaga diri dan jauhkan dari melakukan maksiat. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang mahabbah yaitu Surat Ali Imran ayat 31: Artinya: "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S Ali Imran : 31) Tawadhu artinya ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Artinya, janganlah kamu memandang dirimu berada di atas semua orang atau engkau menganggap semua orang membutuhkan dirimu. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang tawadhu yaitu Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Isra' ayat 37. Qana’ah artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang qana'ah yaitu Allah SWT Berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7. 8. Taat artinya senantiasa tunduk dan patuh, baik terhadap Allah SWT, Rasul maupun ulil amri. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang taat yaitu dalam Surat An-Nisa' ayat 59. a. Sifat-Sifat Tercela Ghadab artinya bersifat pemarah dan cepat melenting walaupun kesilapan berlaku pada perkara yang kecil. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang ghadab yaitu Surat AlAnbiyaa' ayat 87. 1. Hasad artinya dengki akan nikmat yang ada pada orang lain serta suka jika orang itu susah. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang hasad yaitu dalam Surat Al-Isra' ayat 62 2. Dendam artinya keinginan keras untuk membalas kejahatan seseorang. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang dendam yaitu Surat Al-A'raf ayat 43. 3. Ghibah artinya perilaku menggunjing kaum muslimin lain dan mencemarkan kehormatannya. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang ghibah yaitu Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 12. 4. Namimah artinya menyampaikan berita diantara dua orang dengan maksud merusak hubungan keduanya serta untuk menimbulkan permusuhan dan kebencian (adu domba). Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang namimah yaitu dalam Surat Al-Qalam ayat 10-11. 5. Takabur artinya berbangga diri/merasa lebih baik dari orang lain. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang takabur yaitu dalam Surat Al-A'raaf ayat 146. 6. Fitnah artinya komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat mempengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang ”tnah yaitu dalam Surat Al-Ahzab ayat 14. Adapun ruang lingkup Akhlak terbagi dalam beberapa bagian, yaitu:25 1) Akhlak terhadap Allah SWT 25 Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 215-273. 24 Akhlak kepada Allah adalah akhlak yang paling baik dan tertinggi derajatnya. Tanpa itu, tidak akan ada akhlak yang baik kepada yang lain tanpa terlebih dahulu akhlak baik kepada Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia untuk menghidupkan dan menghiasi dunia, melainkan Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk dan hamba. Allah SWT adalah Al-Khalik (Pencipta) dan manusia adalah makhluk (diciptakan). Orang-orang harus mematuhi aturan Allah. Hal ini menunjukkan kodrat manusia sebagai hamba. Kewajiban manusia kepada Allah SWT termasuk sholat, dzikir dan doa. Kewajiban keluarga kita kepada Tuhan adalah mendidik mereka, anak-anak mereka, dan pasangan mereka agar mereka dapat mengenal Tuhan dan berkomunikasi dan berdialog dengan Tuhan. Kewajiban harta kita di sisi Allah adalah bahwa harta yang kita peroleh itu halal dan mampu menopang ibadah kita kepada Allah dan menafkahkannya di jalan Allah.26 2) Akhlak terhadap Rasullullah SAW Rasulullah SAW tercatat dalam tinta emas sejarah sebagai pembawa perubahan dunia yang paling spektakuler dan hanya dalam waktu 23 tahun Muhammad telah berhasil mendekontruksi seluruh kehidupan umat manusia yang sarat kezaliman dan kebiadaban, kemudian merekonstruksinya menjadi sebuah kehidupan yang sarat nilai luhur. Tentu saja, setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT. Ia harus percaya bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul. Yang terakhir bukan hanya berarti percaya pada sesuatu dapat dipercaya, tetapi harus dibuktikan dengan perbuatan baik bagaimana berperilaku dijelaskan dalam Al-Qur'an dan hadits kepada Nabi. Menambahkan contoh sumber daya untuk itu orang itulah yang pantas disebut sebagai ibu dari nilai-nilai akhlak Islami bagi umat manusia. Kita sebagai rakyatnya, harus mematuhi moralitas pribadi, kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan sebagainya. 3) Akhlak terhadap Makhluk Prinsip hidup dalam Islam mencakup kewajiban untuk memperhatikan kehidupan antar sesama mukmin. Kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya seperti sebuah tubuh dimana salah satu anggota tubuh berhubungan erat dengan anggota tubuh lainnya. Hak Muslim atas Muslim lainnya dalam 4 hal: a. Husnuzan Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah su’uzan yang berarti berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang seseorang yang membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya. 26 Ibid 25 b. Tawadhu’ Tawadhu’ secara bahasa adalah "ketundukan dan rendah hati”. Secara terminologis Tawadhu’ adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Orang yang tawadhu’ adalah orang yang merendahkan diri dalam pergaulan dan tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki.27 c. Tassamuh (Tenggang Rasa) Tassamuh berasal dari kata yang artinya toleransi. Tassamuh berarti sikap tenggang rasa saling menghormatisaling menghargai sesama manusia untuk melaksanakan hak-haknya. Kita wajib menghormati karena manusia dapat merasakan bahagia apabila hidup bersama manusia lainnmya. Pada hakikatnya, sikap seperti ini telah dimiliki oleh manusia sejak masih usia anak-anak, namun perlu dibimbing dan diarahkan.28 d. Ta’awun (Tolong-menolong) Ta’awun berasal dari bahasa Arab yang berarti tolong menolong, gotong royong, atau bantu membantu dengan sesama. Ta’awun adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri, kenyataan membuktikan bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan pihak lain pasti tidak akan dapat dilakukan sendiri oleh seseorang meski dia memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal itu.29 Akhlak terhadap makhluk dibagi menjadi beberapa bagian: 1.Akhlak terhadap diri sendiri. Penanggung jawab adalah orang yang dapat mempertanggung jawabkan dirinya, yang bertanggung jawab atas tugas dan kewajiban yang dipikulnya, kewajibannya, kesehatannya, pakaiannya, minumannya, makanannya bahkan segala sesuatu yang menjadi miliknya; 2.Akhlak terhadap orang tua. Seorang muslim wajib menghormati ayah dan ibunya. Jagalah mereka di masa tua mereka, cintai mereka dengan cinta yang tulus dan doakan mereka setelah mereka pergi; 3.Sikap terhadap alam, hewan, tumbuhan, yang tak terlihat dan alam semesta; 4.Berperilaku dengan pemeluk agama lain Antara Islam dan Muslim dan Non-Muslim; dan 27 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 177. Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2002) h. 186. 29 Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990) h. 153 28 26 5.Bergaul dengan orang yang lebih tua dan berlevel sama (usia yang sesuai, posisi dan level) dan usia yang lebih rendah.30 e. Akhlak terhadap Lingkungan Akhlak terhadap lingkungan yaitu lingkungan alam dan lingkungan makhluk hidup lainnya, termasuk air, udara, tanah, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Jangan membuat kerusakan dimuka bumi ini. Manusia diposisikan Allah sebagai khalifah di atas bumi ini dan hidup ditengah-tengah lingkungan bersama makhluk lain sehingga sudah menjadi kewajibannya untuk menjaga lingkungan sebagai makhluk yang memiliki derajat tertinggi dengan akal dan kemampuannya mengelola alam.31 Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 11-12 : ‫ص ِلحونَ أََل إِنَّه ْم هم ا ْلم ْفسِدونَ َولَ ِك ْن ََل‬ ْ ‫ض قَالوا إِنَّ َما نَحْ ن م‬ ِ ‫األر‬ ْ ‫َوإِذَا قِي َل لَه ْم ََل ت ْفسِدوا فِي‬ َ‫َيشْعرون‬ Artinya: “(11) dan apabila dikatakan kepada mereka, "berbuat kerusakan di bumi! ". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." (12) Ingatlah, Sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. (QS. Al-Baqarah : 11-12) Pada hakikatnya ruang lingkup kajian Ilmu Moral berkaitan dengan tindakan manusia menurut ukuran baik dan buruknya, objeknya adalah norma atau evaluasi dari tindakan tersebut. maka tindakan adalah tindakan individu atau kolektif. Tujuan Ilmu Moral adalah untuk membahas perbuatan manusia, yang kemudian ditentukan baik buruknya.32 Selain itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa masalah dasar moralitas adalah semua tindakan yang berasal dari orang yang melakukannya dengan usaha dan kemauan, dan bahwa dia tahu kapan harus melakukannya dengan apa yang dia lakukan. Inilah yang dapat kita berikan "baik dan buruk" pada hukum, serta semua tindakan yang terjadi secara sukarela, tetapi yang hanya dapat dicoba untuk dilestarikan jika secara sadar. 30 Ibid Ibid., h. 3 32 Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, (Mesir: Dar al-Kutub al-Mishriyah, tt.), cet. III, h. 2. Lihat juga Abuddin Nata, Op.cit., h. 9. 31 27 1. Nilai-Nilai Akhlak dan Pembentukannya Pembentukan akhlak merupakan sebuah sebagian dari tujuan pendidikan, hal ini juga dikatakan bahwasanya menurut pendapat Muhammad Athiyah al-Abrasyi yang dikutip oleh Abudin Nata mengatakan kalau pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan dari pendidikan islam.33 Dengan kata lain, sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten dan pendidikanlah yang mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pembentukan akhlak anak. Selain itu pembentukan akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh hal ini seperti contoh dengan salah satu program Islamic boarding school. Pembentukan akhlak pada dasarnya mempunyai tujuan yaitu ingin mencapai kebaikan dan meninggalkan keburukan, baik dalam kehidupan individu sendiri, masyarakat bahkan berbangsa dan bernegara. Menurut tokoh pendidik Islam, tujuan pembentukan akhlak adalah 1)Menanamkan perasaan cinta kepada Allah dalam hatinya 2)Menanamkan I’tikad yang benar dan kepercayaan yang benar dalam dirinya 3)Mendidik supaya menjalankan perintah Allah SWT. Dan menjauhi larangan-Nya. 4)Membiasakan akhlak yg mulia dan menunaikan kewajiban agama. 5)Mengajarkan supaya mengetahui hukum-hukum agama serta mengamalkannya. 6)Memberi petunjuk hidup di dunia dan akhirat. 7)Memberi suri tauladan (perilaku yang baik).34 33 34 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet, IV, 5 Mahmud Yunus, Metodik khusus Pendidikan Agama (Jakarta: Hidayah Karya Agung 1989) h. 19 28 Ternyata, kebesaran, kebajikan, kebijaksanaan, keindahan, dan lain-lain. Di mana kebahagiaan dibahas dalam ilmu moral. Dalam hal ini, nilai-nilai moral sangat mempengaruhi halhal tersebut. Demikian juga dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur batin orang tersebut atau unsurunsur luar dalam pembentukannya. Kita tahu bahwa setiap agama memiliki nilai moral dan ciri khas yang membedakannya dengan agama lain. Tidak diragukan lagi, ada juga beberapa nilai moral dalam Islam yang mewajibkan mereka untuk bersikap toleran dalam hubungan antarmanusia dan terhadap agama lain dalam hubungan masyarakat. Islam adalah agama yang dilandasi oleh keluhuran budi, kedermawanan, dan kedermawanan (saling mencintai antar sesama). Pikiran sempit, keserakahan dan kekikiran adalah sifat buruk yang dapat menggoyahkan fondasi agama. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar umatnya menjadi dermawan dan baik hati. Sangat dianjurkan untuk bersikap baik kepada orang lain, tulus, membantu, dan melakukan segala macam perbuatan baik. Semua tanggung jawab atas dosa keji ini terletak pada mereka yang menyalakan api terlebih dahulu, dan kemudian mereka yang mengikuti dan mendukungnya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa penyebab utama laknat dan laknat adalah orang yang memulai terlebih dahulu, kecuali orang kedua melewati batas (HR.Muslim). Serta cara menghilangkan racun berbahaya ini adalah toleransi dan kesabaran, yang dapat mengatasi amarah dan kekasaran, serta sikap pemaaf (wal'afina 'aninnas) kepada orang lain. Tidak diragukan lagi, ketika kepribadian, keluarga, dan teman seseorang diserang dan dibuat menderita, ketika ia memiliki sarana dan sumber daya untuk membalas, maka dia ingin menjadi pemenang segera dan tidak berhenti sampai dia puas dengan balas dendamnya. Mengenai ciri-ciri nilai akhlak yang harus dimiliki seorang muslim, ada beberapa hal yang termasuk dalam kategori kualitas ini, yaitu: 1. Orang yang selalu beriman dan bertaqwa35 ketika kemiskinan muncul selalu dikelilingi oleh berbagai suasana dan kondisi yang mulia dalam hubungannya dengan Allah SWT, misalnya keinginan, doa, kesabaran, dan hanya mengandalkan Allah. Dia akan menerima karunia-Nya yang disebut luthf atau althaf Ilahiyyah serta kesenangan, kedekatan denganNya, pertolongan dan dukungan berupa ketabahan dan kesabaran. Dalam berurusan dengan sesamanya, dia selalu berhasil menyembunyikan rasa sakitnya dan tampil ceria di depan mereka. Dan mereka selalu mengasihani Allah (husnu'dzun). Allah SWT menuntunnya ke jalan orang-orang baik, hamba-hamba pilihan-Nya. Selama seseorang dalam keadaan iman, taqwa dan kebaikan, Allah SWT memberinya kekayaan (kecukupan) dan luasnya rezeki. Kualitas yang selalu melibatkan melayani Dia dan menggunakan kekayaannya untuk keuntungan. Allah berfirman: 90 35 QS. 10: 63. 29 Artinya: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan memberinya jalan keluar. Dan dia akan memberikan rezeki dari arah yang tidak dia duga. Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya. Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah menyediakan segalanya." Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa hakikat segala amalan di sisi Allah adalah taqwa dan dengan taqwa ini tercapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Barang siapa menyerahkan pekerjaannya dan menyerahkan kebebasannya kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya dalam hal-hal yang menyulitkannya di dunia dan di akhirat. Artinya, seorang hamba (yang dicintai Allah) mengambil penyebab yang diciptakan oleh Allah, termasuk sunnahnya, dan memenuhinya dengan cara terbaik dalam hidup ini, dan kemudian menyerahkan urusannya kepada Allah dengan alasan yang tidak diketahui dan tidak dapat dicapainya pengetahuannya tentang untuk menjelaskan bahwa Allah pasti akan memberikan kemudahan dalam urusan orang-orang yang selalu menjaga ketakwaannya, hal ini terungkap dalam firman Allah sebagai berikut: Artinya: “barang siapa yang bertakwa menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. kepada Allah niscaya Allah 2. Orang yang berakhlak mulia selalu mengucap syukur kepada Allah SWT sambil mendapatkan kesehatan dan kepercayaan diri, bersungguh-sungguh dalam mencari ridhaNya, dan menggunakan kesehatan dan kekuatannya dalam jalan ketaatan kepada-Nya. Ia juga akan menerima pahala dari Allah SWT berupa kenikmatan dan kemegahan. Demikian juga, orang lain menilai dengan hormat dan pujian atas segala amal salehnya, dengan keikhlasan dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketika seseorang sakit, ia ridha, sabar, pasrah pada kehendak Allah dan hanya mengharap pertolongan dari-Nya. Jadi Tuhan memberinya kekuatan kepuasan dan rahmat, dan ketenangan dan kemudahan. Orang-orang yang beriman dan bertaqwa percaya bahwa Allah SWT menyebabkan penyakit bertambah hanya dengan penebusan dosa dan dengan kehendak-Nya meningkatkan derajat pahalanya. Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan bertaqwa dalam Al-Qur'an, dalam surat al-Baqarah ayat 38,36 "Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, hilanglah segala ketakutan dan kesusahan (kesedihan)." Demikian juga dalam ayat ke-62 Yunus “Ketahuilah bahwa para wali Allah tidak ada rasa takut atau kesusahan dari mereka.” Untuk informasi lebih rinci, Allah berfirman: Artinya: “Allah swt memberikan ketenangan dalam hati orang-orang yang beriman agar mereka meningkatkan keimanan dan (yang ada) iman mereka. Tentara di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Mengetahui, dan bijak." 36 QS. 65: 2-3. 30 Karena itu, hati (perasaan) seorang mukmin menjadi stabil dan keadaannya tenang meskipun orang lain mencelanya (Surat al-Ma'idah, 54). Karena mereka selalu mengingat Allah, "Ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah, hati manusia menemukan kedamaian." 3. Selalu berusaha melakukan perbuatan baik. Kebaikan ini memiliki pemahaman yang luas tentang Tuhan dan manusia, tentang dirinya sendiri, dan tentang alam semesta. Juga tentang keikhlasan (murni dari kemunafikan). bentuk filantropidapat berupa harta benda, tenaga, pemberian pikiran dalam berbagai bentuk, dan tingkah laku, atau sebagai nasehat untuk kemaslahatan hidup dan pergaulan sehari-hari.37 Dalam hal ini iman dan amal shaleh tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hamba-hamba Allah yang selalu beriman dan beramal shaleh akan dijauhkan dari mara bahaya, diampuni dosa-dosanya, diberi pahala yang cukup, diberi kehidupan yang baik, dan tidak ada rasa takut atau sedih. 4. Bersikap Tawakal kepada Allah dalam usaha dam ikhtiar. Efek tawakal terwujud dalam tindakan orang-orang yang berjuang dengan segala kemampuan dan ilmunya untuk mencapai tujuannya. Perbuatan seseorang selalu mengikuti apa yang terlintas dalam hatinya, usaha dan kemauan seseorang, terkadang untuk memperoleh manfaat dari memelihara kepentingan yang telah dimilikinya, dan terkadang untuk menolak bahaya yang mungkin menimpanya.38 Disebutkan dalam Al-Qur'an dan bahwa Muhammad bernegosiasi dengan para sahabat dalam menentukan sikap kebijaksanaannya. Taruh kepercayaan Anda kepada Allah setelah Anda membuat keputusan bulat. Percaya kepada Allah SWT adalah kunci kemenangan. Maka cukuplah Allah SWT sebagai penolong. 5. Keikhlasan yang tulus dalam iman dan takwa. Al-Qur'an menegaskan bahwa perbuatan yang diterima oleh Allah adalah perbuatan yang dilakukan dengan niat tulus untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Juga keikhlasan dalam kesabaran dan doa tidak hanya ketika menghadapi kesulitan, tetapi juga pada saat senang dan senang.39 Keikhlasan dalam bekerja seringkali dapat ditunjukkan dengan amalan yang ikhlas sehingga pujian dan syukur seseorang tidak menjadi tujuan atau mempengaruhi tujuan. Oleh karena itu, ketika memberi sedekah, waliyullah mengharapkan keridhaan Allah, bukan upah dan syukur, sebagai bukti iman dan takwa mereka. Keikhlasan dalam iman dan taqwa juga taat pada sunnatullah serta taat pada agama yang disampaikan melalui utusan Allah. Tidak semua orang yang percaya harus beragama, tetapi tidak semua orang yang beragama pasti akan beriman. Dalam hal ini, nilai tertinggi dan terendah dari kehormatan dan martabat 37 Fachrudin Hs., Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Jld. I. Al-Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumi al-Din, (Indonesia Dar al-Kutub al-Arobiyah, tt.) Juz IV, h. 258-259. 39 QS. 2: 177. 38 31 seseorang di sisi Allah diukur dengan taqwanya. Umat beragama memiliki mata yang tajam, tidak hanya membedakan baik dan buruk, benar dan salah, tetapi juga memiliki kekuatan lahir dan batin untuk mengatasi berbagai kesulitan. Di sisi lain, iman dan taqwa seseorang dapat membuka pintu berkah dari langit dan bumi.40 Selain ketujuh hal di atas, ada ciri-ciri lain yang termasuk dalam kaitannya dengan pembentukan nilai-nilai akhlak mulia: 1. Melestarikan sifat Tawadhu dan qana'ah. Wujud karakternya akan terlihat dalam kehidupan sosial (sosialisasi) di sekitarnya. Oleh karena itu penerapan nilai-nilai yang terlihat menuju kehidupan yang penuh cinta, kedermawanan, ajakan kepada kebenaran (ma'ruf) dan menjauhi kejahatan. Mengenai masalah ini, Ali bin Husein berkata: “Orang yang menafkahkan hartanya karena diminta adalah tidak dermawan. Orang yang disebut dermawan adalah orang yang mengerjakan apa yang perlu. Hak Allah, kehendaknya sendiri dan ketaatan kepada-Nya, tanpa tekanan atau berharap untuk terima kasih”.41 Pembentukan nilai-nilai akhlak mulia dapat ditampilkan dengan sifat dermawan, suka memberi dan mengambil segala resiko untuk kepentingannya. Demikian juga, bersikap baik berarti memberikan yang terbaik dan menolak semua gangguan. Oleh karena itu, sebagai orang yang taqwa, Anda tidak boleh memiliki sifat moral pemberontakan, pemberontakan, perselisihan, sikap menentang, kezaliman, dan akhlak serupa. 2. Untuk bersyukur dan menyetujui kehendak Allah. Kedua hal ini merupakan perbuatan yang sangat terpuji karena berhubungan dengan kerelaan dan keterbukaan pikiran seseorang, sehingga menciptakan ketentraman batin bagi yang memilikinya. Inti dari pembentukan nilai moral syukur adalah tiga hal, yaitu: a.Menerima segala nikmat yang datang dari Allah, sekalipun itu diambil oleh tangan manusia. Karena pada hakekatnya ini adalah perbuatan manusia untuk mengejar kasih karunia Tuhan. b.Perbanyak rasa syukur atas nikmat Allah (selalu bersyukur kepada-Nya). c.Memanfaatkan segala nikmat untuk kebaikan dan kemaslahatan (digunakan untuk ibadah). 40 41 QS. 49: 13. M. Ali Usman, Hadits Qudsi: Pola Pembinaan Akhlak Muslim, (Bandung: Diponogoro, 1979), h. 332. 32 KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu. Adapun fungsi akhlak yaitu untuk pembentukan karakter seseorang baik akhlak terpuji maupun akhlak buruk, dan untuk mengukur keberadaan harga diri manusia. Tujuan pembentukan akhlak ini agar manusia tahu dan mampu membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Dan lebih ditekankan kepada pembentukan akhlak terpuji dan harus mampu menghindari akhlak tercela. Akibatnya, orang-orang yang bertakwa tidak boleh mengandalkan apa pun selain mencari rezeki Allah, keamanan untuk diri mereka sendiri dan masyarakat mereka, dan kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Demikian pula, berusaha mencari ketenangan dan kedamaian yang bersemayam di lubuk hati yang terdalam sambil menjauhi dosa dan segala hal yang merendahkan. Dalam hal ini, mereka tidak terlalu peduli dengan orang-orang yang sibuk dengan kepentingan mereka sendiri dan dengan segala sesuatu yang membawa kebaikan di dunia. Oleh karena itu, dalam nilai-nilai akhlak Islami yang ideal, selalu istiqomah adalah berpegang teguh pada tali Allah SWT. Jika nilai moral mengesampingkan penekanan pada kepribadian muslim, maka pembentukan nilai moral dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan formal, nonformal dan informal, bahkan dalam kegiatan lain yang dilakukan oleh masyarakat. Melalui kerjasama yang baik antara ketiga lembaga pendidikan tersebut, akan terbentuk aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghargaan) dan psikomotor (praktik) dari pengajaran yang diajarkan. Dalam konteks ini, setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan moralitas: 1) Faktor internal seperti potensi fisik, intelektual dan jantung (rohani); 2) Faktor eksternal (eksternal) seperti lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat sekitar. 33 AKHLAK TASAWUF DASAR-DASAR AKHLAK ISLAM MATERI AGAMA ISLAM Iqbal Hasan Kamil 41182911200035 ABSTRAK Alasan makalah ini adalah untuk berbicara tentang kualitas akhlak yang mendalam dalam Islam. Sebagian besar dari kita melihat bahwa zaman yang terus berjalan telah mencoba mengabaikan bagaimana menjalankan akhlak terhormat dalam keadaan sehari-hari. Akhlak adalah cara bertingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari yang telah dikaitkan dengan individu. Akhlak mencakup hal-hal yang berhubungan dengan baik, buruk, benar dan salah, dalam aktivitas manusia yang keteladanannya bersumber dari Al-Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Akhlak adalah karakteristik yang dipasang pada orang dan dapat bernilai baik atau buruk. Akhlak pada umumnya tidak terlepas dari informasi, perkataan atau perbuatan. Kata Kunci: Akhlak, Islam 34 PENDAHULUAN Pada masa jahiliyah, kondisi kualitas akhlak sangat bergejolak, tidak baik bagi mereka untuk mengotori hal-hal seperti meminum minuman keras dan berjudi. Hal-hal ini mereka lakukan secara teratur dan, yang mengejutkan, menjadi kebiasaan yang diturunkan ke zaman setelah mereka. Karena kebiasaan telah diturunkan dari satu zaman ke zaman lainnya, menjelang awal nabi utama mengalami kesulitan. Masalah akhlak menjadi proporsi besar dan rendahnya derajat seseorang. PEMBAHASAN 1. Pengertian Akhlak Akhlak berasal dari bahasa Arab jama' dari struktur mufradat “khuluqun” dan di dalamnya terkandung makna akhlak, keperibadian, budi pekerti dan tingkah laku. Sedangkan yang tersirat dari istilah tersebut adalah data yang mencirikan baik dan buruk mengarahkan partisipasi manusia, dan menentukan tujuan spesifik dari bisnis dan pekerjaan. Akhlak pada hakekatnya adalah bawaan sejak lahir dalam diri individu, menyatu dengan tingkah laku atau perbuatan. Dalam hal akhlak yang hakiki itu buruk, maka disebut akhlak tercela atau etika mazmumah. Lagi pula, jika cara berperilakunya bagus, itu dikenal sebagai orang yang baik hati atau disebut akhlak mahmudah.42 Akhlak adalah kerangka berharga yang mengontrol contoh perspektif dan aktivitas manusia di bumi ini. Nilai yang dimaksud adalah pelajaran Islam dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi sebagai sumber nilai yang signifikan. Akhlak adalah atribut yang dipasang pada orang dan dapat menjadi nilai baik atau buruk. Akhlak pada umumnya tidak terlepas dari informasi, wacana atau aktivitas. Akhlak Islam bisa dianggap sebagai akhlak Islam yang ditentukan Allah dan Rasulullah. Sifat kualitas akhlak Islam adalah pameran terbuka dari tujuan yang jujur sehingga mungkin saja menjadi indikasi seseorang apakah seorang Muslim baik atau buruk. Karakter ini adalah produk dari doktrin asli dan Syariah yang benar. dasarnya akhlak berkaitan erat dengan kesempatan 42 Syarifah Habibah, Akhlak dan etika dalam Islam (Jurnal Pesona Dasar, 4 Oktober 2015), hal. 73-87. 35 manusia, yaitu khaliq (pencipta) dan makhluk (yang diciptakan). Kata “sempurna” artinya moralitas itu berjenjang, sehingga perlu disempurnakan.43 Perkara yang harus dibiasakan sebagai akhlak keteladanan dalam Islam antara lain: 1. Berani dalam kebaikan, berkata benar, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, menciptakan manfaat 2. Adil, tidak membedakan kedudukan sosial, status ekonomi maupun kekarabatan 3. Pemurah, suka menafkahkan rezeki, ikhlas, jujur dan Amanah 4. Lapang hati dan tidak dendam Sabda Rasulullah tentang Akhlak hadis Nabi Saw beragam berbicara tentang akhlak. Terkadang berisi tentang perintah atau anjuran untuk berhias Akhlak yang terpuji dalam bergaul dengan manusia. Rasulullah pernah berabda: “sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Al-Bukhari10/378 dan Muslim no. 2321) 2. RUANG LINGKUP AKHLAK Akhlak dalam agama tidak bisa dibandingkan dengan Etika. Etika dibatasi oleh kebaikan dalam kondisi sosial tertentu dan ini tidak benar-benar situasi di kelompok teman lain, akhlak juga hanya mengkhawatirkan cara berperilaku hubungan lahiriah. Akhalk memiliki makna yang lebih luas, karena kualitas yang mendalam tidak hanya dikhawatirkan secara kasat mata tetapi juga dengan mentalitas dan pertimbangan batin, akhlak Ini mencakup sudut pandang alternatif yang menggabungkan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia, hewan (manusia, hewan, tumbuhan, makhluk hidup dan makhluk tak bernyawa).Berikut pemaparan tentang ruang lingkup akhlak: a). Akhlak terhadap Allah Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bawah tidak ada Tuhan melainkan Allah Swt. Adapun perikalukan yang harus di kerjakan adalah: 43 Dr. Manshur, MA, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009) cet 3, hal. 221. 35 1. Bersyukur kepada Allah 2. Meyakini kesempurnaan Allah 3. Taat kepada perintah Allah b). Akhlak terhadap Rasulullah Cara Berakhlak kepada Rasulullah: 1. Ridha dan Beriman kepada Rasulullah 2. Mentaati dan mengikitu Rasulullah 3. Mencitai dan memuliakan Rasulullah 4. Mengucapakan shalawat dan salam kepada Rasulullah c). Akhlak terhadap diri sendiri d). Akhlak terhadap sesama manusia e). Akhlak terhadap lingkungan B. PEMBENTUKAN AKHLAK Meneliti masalah pengaturan akhlak sama dengan berbicara tentang pendidikan , karena ada begitu banyak pakar yang mengatakan bahwa alasan pelatihan pendidikan adalah pergantian peristiwa atau pengembangan akhlak. Menurut para ahli tertentu, kualitas mendalam tidak perlu dipermasalahkan, karena kualitas akhkak adalah naluri (garizah) yang dibawa manusia ke dunia, kualitas mendalam adalah sifat bawaan manusia, khususnya kecenderungan pada kebaikan. atau sifat yang ada pada manusia, bisa juga berbicara tentang hati. atau di sisi lain naluri yang umumnya mendorong kenyataan.44 44 Abuddin, Akhlak Tasawuf…., cet IV, hlm. 154 36 C. TUJUAN PEMBENTUKAN AKHLAK Dikatakan bahwa pengembangan akhlak setara dengan pendidikan, jadi tujuannya adalah sesuatu yang sangat mirip. Inspirasi yang mendorong pelajaran kualitas mendalam dalam Islam adalah bahwa orang-orang sebenarnya dan sebagian besar berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah swt.45 Ini adalah hal-hal yang akan menuntun individu-individu menuju kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat yang besar. Jalannya rencana penataan moral untuk melahirkan orang-orang yang terhormat, orang terhormat akan terlihat kokoh dalam diri seorang individu jika masing-masing empat komponen identitas internal, khususnya kekuatan akal, kemarahan, keinginan dan kesetaraan, dibawa ke tempat yang layak dan layak. tahap sederhana sehingga cenderung selesai dengan tidak sulit tunduk pada keinginan syarak dan akal, orang yang terhormat adalah tujuan utama pembentukan etika Islam, kepribadian seseorang akan dipandang terhormat dengan asumsi kegiatannya mencerminkan kualitas yang terkandung di dalamnya. Alquran dan sesuai dengan aturan Islam. D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK Faktor yang mempengaruhi perkembangan akhlak ada tiga macam aliran yang sekarang dikenal baik, yaitu aliran nativisme, aliran Empirisme dan aliran konvergensi.46 Sebagaimana ditunjukkan oleh perkembangan nativisme, komponen yang paling persuasif dalam perkembangan diri individu adalah variabel bawaan seperti kecenderungan kemampuan, akal, dan lain-lain. Jika seseorang saat ini memiliki kecenderungan atau sikap untuk hebat, orang itu secara alami menjadi hebat. Kemudian sebagaimana ditunjukkan oleh aliran empirisme bahwa variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap penataan diri individu adalah: faktor luar, khususnya iklim sosial, termasuk arahan dan pelatihan yang diberikan. Dalam hal itu diberikan kepada pembimbing 45 Aboebakar Aceh, Pendidikan Sufi Sebuah Karya Mendidik Akhlak Manusia Karya Filosof Islam di Indonesia, (Solo: CV. Ramdhani,1991), Cet 3, Hal. 12 46 Abuddin, Akhlak Tasawuf…., cet IV, hlm. 165 37 dan pelatihan. dalam hal pendidikan dan pengajaran diberikan kepada anak muda itu hebat, maka, pada saat itu, anak itu hebat. Aliran ini tampaknya memiliki kepercayaan pada peranan yang dilakukan dunia Pendidikan dan pengajaran. Meskipun demikian, ini unik dalam kaitannya dengan tampilan aliran pembauran, aliran ini berpendapat bahwa perkembangan etika dipengaruhi oleh elemen interior, khususnya ide anak muda, dan faktor luar, menjadi pelatihan khusus atau pengaturan dan pengajaran yang dibuat secara unik, atau melalui komunikasi dalam iklim sosial. Sifat atau kecenderungan ke arah besar yang ada pada orang didorong secara serius melalui berbagai teknik atau metode. 38 KESIMPULAN Nabi menganjurkan umatnya untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat dalam perkembangan atau perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, untuk memiliki individu yang adil dalam bertindak dan berputar kembali ke hal-hal. Terutama mengingat hubungan dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta, termasuk kita sebagai manusia. hubungan antar manusia, khususnya hubungan dengan Nabi sebagai individu yang membimbing kita ke jalan yang benar untuk memuliakan Tuhan Yang Maha Kuasa. hubungannya dengan alam semesta dan statusnya saat ini. hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Akhlak merupakan latihan penting yang harus benar-benar diakui agar kita terbiasa melakukan hal-hal yang bermanfaat, rukun dalam hidup berdampingan, terutama dengan dua penjaga pintu, dengan teman sebaya, dan dengan tetangga. 39 AKHLAK TASAWUF RUANG LINGKUP DAN DASAR ILMU TASAWUF DALAM AL-QUR’AN MATERI AGAMA ISLAM Indah Nurazizah 41182911200001 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna,ruang lingkup, tujuan dan dasar-dasar dari ilmu akhlak tasawuf di Al-Qur’an. Saat ini kita sangat menyadari bahwa banyak diantara kita yang melupakan sejumlah besar ulama’ tasawuf dan ulama’di bidang akhlak yang berperan dalam pengembangan dalam sejarah islam. Akhlak Tasawuf juga berperan penting dalam mengawal dan memandu perjalanan hidup umat manusia agar selamat dunia dan akhirat. Maka dari itu akhlak tasawuf sangat penting untuk di pelajari dalam kehidupan manusia, apalagi dengan kemajuan zaman dewasa ini memberikan dampak yang luar biasa bagi setiap orang, jika kemajuan tersebut tidak disandingi dengan akhlak yang baik, maka khususnya generasi muda akan mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang negatif. Data yang diperoleh yaitu menggunakan metode kualitatif dan literatur dari beberapa jurnal dan buku yang penulis jadikan sebagai referensi. Orisinalitas tasawuf harus melanjutkan dua aspek sebelumnya, berdasarkan iman (tauhid) dan syariah (fikih). Di sisi lain, ranah keyakinan dan hukum tidak boleh lepas dari aturan tasawuf. Itu tidak diperbolehkan dan tidak bisa berjalan sendiri. Karena syarat diterimanya sebuah amalan adalah harus memenuhi dua syarat, yaitu keikhlasan kepada Allah Swt. semata dan harus sesuai dengan tuntunan Nabi Saw. Tujuan mempelajari akhlak tasawuf adalah untuk selalu beribadah kepada Allah dan hanya memohon pertolongan kepada Allah serta senantiasa melandaskan segala amalannya dengan tuntutan syariat islam. Kata kunci : Tasawuf, Akhlak, Dasar Ilmu Tasawuf 40 PENDAHULUAN Menurut Damanhuri, tasawuf berasal dari bahasa Arab dari kata ”tashowwafa– yatashowwafu - tashowwuf” yang berarti "banyak berbulu", yaitu menjadi seorang sufi atau menyerupai dia dengan ciri khas pakaian bulu/wol (suuf). Sebagian orang secara etimologis mengklaim bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuff yang berarti saf atau garis. Dikatakan bahwa para sufi selalu menjadi yang terdepan dalam shalat. Beberapa orang percaya itu berasal dari kata Arab "shafa" yang berarti bersih. Dia selalu berdakwah dan berperang karena Allah jauh dari kehidupan dunia karena pikirannya selalu tertuju pada keberadaan Allah, dan jamaknya adalah Shafii, bukan Shufi. Dalam semua gejalanya, tasawuf adalah semacam pengabdian. Termasuk dalam Wirid, tidak tidur malam dengan memperbanyak do’a dan wirid sehingga elemen tubuh seseorang lemah dan elemen spiritual atau jiwanya lebih kuat. 47 Topik pembahasan tasawuf adalah manusia, khususnya hati atau jiwanya. Tasawuf mengkaji sikap mental manusia terhadap Tuhan serta perasaan mereka terhadap sesamanya. Tasawuf berusaha mensucikan hati dari segala sifat tercela. Amal ibadah seperti zikir, tahmid, tasbih, dan tahlil, serta kegiatan lain yang sesuai dengan amanat Al-Qur'an dan hadits Nabi, wajib untuk membersihkan hati. Hati dipenuhi dengan prinsip-prinsip yang baik dan tidak memiliki watak yang jahat. Pembersihan hati dalam tasawuf dikenal dengan istilah riyadhah. Jika hati melakukan segala jenis ibadah, baik yang wajib maupun yang bersifat pilihan, dengan penuh keikhlasan dan keikhlasan, serta selalu menutupinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan menjauhi akhlak yang keji, niscaya ia akan mendapatkan nikmat Allah.48 Menurut Abu Bakar Al-Kattany, akhlak merupakan langkah awal bagi praktik tasawuf. karenanya, jika seseorang ingin menekuni tasawuf, ia harus terlebih dahulu mengubah nilainilainya. Al Junaid Al-Baghdady menekankan pentingnya memanfaatkan waktu dalam praktik tasawuf; alhasil, seorang shufi mencurahkan seluruh waktunya untuk mengingat Allah SWT melalui berbagai bentuk ibadah sunnah dan dzikir. Sementara itu, Ma'ruf Al-Karakhy menyoroti bahwa tasawuf adalah tentang meninggalkan kesenangan duniawi untuk mencari kebenaran hakiki.49 Tasawuf dapat dimaknai dari sekian banyak pengertian di atas sebagai beribadah kepada Allah dengan cara-cara yang telah dirintis oleh para ulama sufistik, yang disebut sebagai jalan untuk mencapai suatu tujuan, memperoleh keridhaan Allah, dan kebahagiaan di akhirat. Istilah Shufi, atau Shufiyah, mengacu pada seseorang yang menjalani hidupnya sesuai dengan ajaran tasawuf. Ahmad Amin An-Nawari berpendapat bahwa sufi yang berarti “suci” atau “bersih” adalah para sufi yang profesional dalam ilmu tasawuf. Nama Sufiyah diberikan karena kemurnian rahasia atau hatinya, serta kebersihan akhlaknya.50 47 Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.57 48 Syamsun Ni'am, tasawuf studies : pengantar Belajar Tasawuf, Ar-ruzmedia, Yogyakarta 2014, h.73 Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.3 50 Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.4 49 41 PEMBAHASAN Makna dan Ruang Lingkup Kandungan Tasawuf Tasawuf adalah sisi spiritual Islam. Ruh termasuk salah satu aspek spiritual yang terdapat pada manusia. Sehubungan dengan ini, diyakini bahwa manusia terdiri dari tiga elemen: roh, pikiran, dan tubuh. Manusia memiliki unsur ruh ilahi, yang memberi mereka keunggulan dibandingkan makhluk lain. Ruh yang dinisbahkan kepada Allah Swt. sebagaimana firman Allah dalam Surah Al Hijr (15); 29 yang artinya: “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”. Ruh Ilahi inilah yang menyebabkan individu memiliki dimensi spiritual dalam kehidupan mereka, dan ini adalah sifat yang dimiliki oleh semua manusia, terlepas dari keyakinannya. Karena memang fitrah manusia memiliki perasaan. Dengan demikian, “ruh” manusia menjadi subyek penelitian tasawuf. Tasawuf mengkaji sikap jiwa manusia terhadap Allah SWT serta sikapnya terhadap makhluk lain dan berfungsi untuk membersihkan hati dari sifat-sifat buruk dan tercela (al-madzmumah).51 Menurut Damanhuri, ruang lingkup tasawuf dibagi menjadi 2 yaitu dilihat dari segi materi dan segi ilmiah : Ruang lingkup Tasawuf dari segi materi 1. Sebagai jalan atau cara yang ditempuh dalam membersihkan bathin dari segala macam akhlaq madzmumah dan mengisinya dengan akhlaq mahmudah (akhlaq terpuji) menjauhkan diri dari segala macam penyakit qalbu dan mengobatinya dengan iman dan taqwa. 2. Berisi dorongan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan sebanyak-banyaknya dan menjauhi larangan Allah agar dapat diridhoi Allah SWT, sehingga dapat merasakan kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Dari segi ilmiah : 1. Metafisika adalah studi tentang tentang alam ghaib. Ada banyak aspek metafisika dalam tasawuf yang tidak dapat dilihat dengan akal atau rumus tertentu. Banyak perdebatan berkisar pada masalah “rasa” (zauq) dan keyakinan akan realitas yang gaib. Misalnya Ketuhanan, Malaikat, alam ghaib dan lain sebagainya. 2. Etika: Ini adalah ilmu tentang perilaku, kesusilaan, dan karakter dan lainnya. Tasawuf jelas memiliki pengetahuan dasar tentang akhlak karena mencakup akhlak mazmumah yang 51 Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.50 42 harus ditinggalkan dan nilai-nilai mahzab yang harus dimiliki, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupannya. Karena tasawuf termasuk mutiara akhlak. 3. Psikologi: Ini adalah jenis psikologi yang berbeda dari psikologi umum. Psikologi tasawuf memiliki kekhasan tersendiri, yaitu menganalisis gejala jiwa dan keadaan yang memengaruhinya, yang mencakup gagasan perawatan dan pemantauan agar selalu berada pada jalur yang benar menuju ridha Allah. 4. Estetika: Ini adalah studi tentang keindahan yang mengilhami penciptaan seni. Ada gharizah seni dalam diri manusia, suka kepada keindahan. Allah itu indah, dan menyukai keindahan. Estetika tasawuf mendorong manusia untuk menyeimbangkan naluri artistiknya dan meningkatkan rasa digunakan sebagai sarana makrifah, wasilah untuk mengidentifikasi kebenaran.52 Tujuan tasawuf Apa pun yang diajarkan oleh tasawuf adalah tidak lain bagaimana menyembah Allah dalam suatu kesadaran mental penuh bahwa kita berada di dekat-Nya sehingga kita merasa "melihat"Nya atau meyakini, bahwa Allah senantiasa mengawasi kita. Dalam hal ini, Harun Nasution berpendapat bahwa tasawuf atau sufisme sebagaimana halnya dengan mistisisme di luar agama Islam, memiliki tujuan memperoleh interaksi eksklusif dan disadari dengan Tuhan akibatnya disadari benar bahwa seorang berada pada hadapan Tuhan. Intisari menurut mistisisme termasuk pada dalamnya sufisme artinya pencerahan akan adanya komunikasi dan obrolan antara ruh insan dan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi dalam Tuhan. Bisa juga dengan kata lain, tujuan akhir tasawuf ialah ma'rifat kepada Allah (ma'rifatullah). Dengan ma'rifat ini, seorang sufi dapat mengakses hikmah Tuhan dan mempelajari ajaran-ajaran Tuhan.53 Tujuan tasawuf adalah membersihkan jiwa, hati, dan pikiran para pelaku tasawuf agar tetap berada di jalan Tuhan Semesta Alam, dan menjalani kehidupan spiritual. Tasawuf juga memungkinkan seseorang untuk meningkatkan kesadarannya dalam pengabdian dan pengabdiannya kepada Tuhan dengan melakukan kegiatan yang istiqamah (konstan dan berkesinambungan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan tasawuf adalah untuk mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati dan jiwanya dapat terhubung dengan Ruh Tuhan. Teori yang mendasari pendekatan diri adalah bahwa karena Tuhan bersifat ruhani, maka ruh yang dapat lebih dekat dengan-Nya. Kedua, Tuhan adalah zat Mahasuci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk mendekati-Nya adalah ruh yang suci pula. Tasawuf adalah ilmu yang membahas masalah penyucian jiwa seseorang dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.54 52 Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.51 Syamsun Ni'am, tasawuf studies : pengantar Belajar Tasawuf, Ar-ruzmedia, Yogyakarta 2014, h.79 54 Syamsun Ni'am, tasawuf studies : pengantar Belajar Tasawuf, Ar-ruzmedia, Yogyakarta 2014, h.78-80 53 43 Maka, tujuan tasawuf adalah pertama-tama adalah membentengi moralitas dari tekanantekanan luar, khususnya pengaruh kekayaan dan kekuasaan. Kedua, menumbuhkan sikap “zuhud”, yaitu sikap yang menjauhkan hati dari pengaruh hal-hal duniawi sehingga mengakibatkan lupa kepada Allah SWT. Sementara maksud dari mencontoh atau "meniru" budi pekerti yang diteladankan Rasulullah Saw itu adalah mengikuti apa pun yang dicontohkan Nabi, seperti kehidupan "kesederhanaan". Ini mengarah pada kesimpulan bahwa tujuan tasawuf adalah untuk mengendalikan diri dari kecenderungan egois seseorang dan ambisi duniawi yang tak terbatas. Dengan demikian, peran tasawuf terutama untuk memperkuat diri terhadap segala jenis gangguan hati melalui keinginan untuk menguasai seluruh bagian alam semesta.55 Dasar Ilmu Tasawuf pada Al-Qur’an Sebelum datangnya Islam zaman dahulu sudah ada ahli mistik yang menghabiskan masa hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhannya yang dinamakan gymnosophist. Meskipun tasawuf Islam banyak diilhami oleh disiplin ilmu mistik yang muncul di masa lalu, namun bukan merupakan kelanjutan dari ajaran mistik sebelumnya.56 Al-Qur'an adalah sumber dan landasan tasawuf dan praktiknya, setidaknya dalam empat cara menurut Damanhuri. Pertama, Al-Qur'an banyak penggambaran kehidupan Sufi & mendorong untuk hidup secara sufi. Kedua, Al-Qur'an adalah sumber dari doktrin-doktrin yang berkembang dalam dunia tasawuf. Ketiga, Al-Qur'an secara ekstensif berbicara menggunakan hati dan perasaan. Keempat, Al-Qur'an sering membicarakan Tuhan menggunakan citra yg hanya bisa didekati secara sempurna melalui tasawuf. 57 Pada hakikatnya seorang ahli tasawuf Islam akan berserah diri kepada agamanya, melaksanakan ibadah yang diwajibkan, beriman dalam hatinya, dan selalu menghadap Tuhan, merenungkan hakikat dan manifestasi kekuasaan Tuhan. Imam Sahal Tusturi telah menguraikan prinsip-prinsip sufi, yaitu sebagai berikut: "Prinsip kami ada enam macam". 58 1. 2. 3. 4. 5. 6. Berpedoman kepada kitab Al-Qur’an Mengikuti Sunnah Rasulullah (Hadits). Makan makanan yang halal. Tidak menyakiti manusia (termasuk binatang). Menjauhkan diri dari dosa. Melaksanakan ketetapan hukum (yaitu segala peraturan agama Islam)”. 55 Syamsun Ni'am, tasawuf studies : pengantar Belajar Tasawuf, Ar-ruzmedia, Yogyakarta 2014, h.82 Badrudin, akhlak tasawuf, IAIB PRESS, Serang, 2015, h.5-6 57 Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.66 58 Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.67 56 44 Tasawuf telah menarik perhatian pada prinsip-prinsip Islam yang paling penting. Akhlak mulia dijadikan landasan, mensucikan jiwanya dengan menghiasi diri menggunakan keutamaan akhlaknya, yaitu berupa tawadhu (rendah diri atau kerendahan hati), meninggalkan diri dari akhlak tercela, memberikan kemudahan dan kelembutan, menghormati dirinya sendiri, diikuti dengan sifat qana’ah (merelakan diri). Al-Qur'an merupakan lambangnya. Kehidupan sufi seimbang dan harmonis, menurut Al-Qur'an; hidup untuk akhirat tidak mengabaikan dunia tetapi tidak tenggelam di dalamnya sesuai dengan Qs. Al- jumu’ah : 10 yang artinya ”Bila telah selesai shalat dikerjakan, maka bertebaranlah di muka bumi dan berbisnislah mencari anugerah Allah.”59 Sufi selalu berusaha untuk menjadi Takarub (dekat) dengan Tuhan. Hal tersebut ada di AlQur'an. Ada sebuah ayat yang menunjukkan bahwa seseorang sangat dekat dengan Tuhan yaitu Qs. Al- Baqarah ayat 186. Merujuk pada ayat ini, Allah berfirman bahwa Dia dekat dengan manusia dan memberinya permintaan untuk bertanya. Menurut ayat ini, kemanapun mereka berpaling, mereka akan bertemu dengan Tuhan. Demikianlah dekatnya manusia kepada Tuhan. Dzikir adalah konsep sentral ibadah Sufi dan konsep sentral ibadah Al-Qur'an. Untuk itu, Allah tidak hanya menempatkan Dzikir pada tempat khusus atau dalam sistem peribadatan Islam, tetapi juga memerintahkan manusia untuk melakukannya sebanyak-banyaknya. Allah SWT berfirman: َ‫ض ِل اللّٰ ِه َواذْ ُك ُروا اللّٰهَ َكثِي ًْرا لَّ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬ ِ ‫ض َي‬ ْ َ‫ض َوا ْبتَغُ ْوا ِم ْن ف‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ‫ص ٰلوة ُ فَا ْنتَش ُِر ْوا فِى ْاْلَ ْر‬ ِ ُ‫فَ ِاذَا ق‬ Artinya: “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”. (Qs. Al-jumu’ah ;10) Al-shabr adalah arti lain dari tasawuf yang berakar pada Al-Qur'an (kesabaran). Istilah Alshabr dan turunannya seperti al-shabir, al-shabirin, ishbir, shabara ditemukan dalam Alquran dalam berbagai konteks. Hakikat kesabaran Al-Qur'an menunjukkan sifat sabar, atau kemampuan jiwa untuk menahan tekanan beban bergelut dengan penderitaan, kesulitan, atau emosi yang kuat. Oleh karena itu, konsep kesabaran menjadi bagian yang sangat penting dan akrab dalam kehidupan tasawuf. Kesabaran dipuji oleh Al-Qur'an sebagai kualitas para Rasul Allah (saw). Al-Qur'an mengatakan hadiah untuk kesabaran sangat berharga. Bahkan Allah bersama orang yang sabar. Karena itu, kesabaran datang dengan kebenaran. Keduanya merupakan pelajaran yang harus diajarkan oleh rekan-rekan seiman agar tidak menderita kerugian dalam hidup. 60 59 60 Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.66-68 Damanhuri, akhlak tasawuf komponen mkdu perguruan tinggi agama islam, PeNa, Aceh, 2010, h.70-71 45 KESIMPULAN Ruang lingkup kandungan tasawuf salah satunya ruh. Ruh merupakan salah satu aspek spiritual yang terdapat pada manusia. Manusia memiliki unsur ruh ilahi, yang memberi mereka keunggulan dibandingkan makhluk lain. Ruh yang dinisbahkan kepada Allah Swt. Ruh Ilahi inilah yang menyebabkan individu memiliki dimensi spiritual dalam kehidupan mereka, dan ini adalah sifat yang dimiliki oleh semua manusia, terlepas dari keyakinannya. Tujuan tasawuf tasawuf adalah tidak lain bagaimana menyembah Allah dalam suatu kesadaran mental penuh bahwa kita berada di dekat-Nya sehingga kita merasa "melihat"-Nya atau meyakini, bahwa la senantiasa mengawasi kita dan kita senantiasa berdiri di hadapan-Nya. Dengan ma'rifat ini seorang sufi dapat mengetahui ilmu-ilmu Tuhan, ia mengetahui aturan-aturan yang dibuat oleh Tuhari. Tasawuf juga memungkinkan seseorang untuk meningkatkan kesadarannya dalam pengabdian dan pengabdiannya kepada Tuhan dengan melakukan kegiatan yang istiqamah. Teori yang mendasari pendekatan diri adalah bahwa karena Tuhan bersifat ruhani, maka ruh yang dapat lebih dekat dengan-Nya. Al-Qur'an telah membentuk, mempengaruhi, atau mengubah manusia dengan bahasa hati, bahasa sufi, sehingga menghasilkan manusia dengan kepribadian sufi yang menyatu dalam dirinya secara harmonis dengan perasaan kedekatan, takut, dan cinta kepada Tuhan, dan yang hatinya tergetar ketika mereka mendengar ayat-ayat Al-Qur'an. Pada hakikatnya seorang ahli tasawuf Islam akan berserah diri kepada agamanya, melaksanakan ibadah yang diwajibkan, beriman dalam hatinya, dan selalu menghadap Tuhan. 46 AKHLAK TASAWUF SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TASAWUF MATERI AGAMA ISLAM Abim Triatna 41182911200014 ABSTRAK Tasawuf merupakan pusaka keagamaan terpenting bagi kaum muslimin yang bisamengantarkannya untuk lebih dekat dengan Sang Kholik. Oleh karenanya, tasawuf dan Islam tidak dapat dipisahkan. Meski pada awalnya terdapat perdebatan mengenai asal usul tasawuf yang oleh para orientalis banyak disebutkan berasal dari luar Islam. Akan tetapi, kemudian sebagian orientalis meninjau kembali pendapat mereka, salah satunya yaitu R.A. Nicholson yang akhirnya merujuk tasawuf pada sumber Islam. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan melacak sejarah perkembangan tasawuf tersebut, supaya tidak ada lagi perdebatan yang bisa memecah belah dan menggoyahkan keyakinan terkait sumber pertama lahirnya tasawuf. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan historis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Tasawuf bersumber dari Islam itu sendiri dan Rasullah adalah sumber sekaligus contoh utama bagi kaum sufi yang berlandaskan pada Al-Qur‘an dan Sunnahnya. Dalam perkembangannya tasawuf terdiri dari empat periode, yaitu: periode Rasulullah, Sahabat, Tabi‘in dan penyebaran tasawuf. Adapun pokok ajarannya dititik beratkan pada tasawuf akhlaki, amali, dan falsafi. Kata Kunci : Tasawuf, Islam, Sufi 47 PENDAHULUAN Kebanyakan kalangan muslim percaya bahwa salah satu aspek penting untuk mengetahui keuniversalan ajaran Islam adalah adanya dorongan untuk senantiasa mencari ilmu pengetahuan dimana saja dan kapan saja umat Islam berada1. Dengan adanya dorongan dari ayatayat al-Qur‘an maupun dalam al-Hadits yang menganjurkan umat Islam agar mencari ilmu pengetahuan inilah yang menyebabkan lahirnya beberapa disiplin ilmu pengetahuan dalam Islam, dimana salah satu di antaranya adalah lahirnya ilmu tasawuf Tasawuf adalah cabang ilmu dalam Islam yang penerapannya menekankan pada pembersihan diri melalui pembentukan akhlak yang baik. Tasawuf memegang peranan penting dalam kehidupan rohani Islam, dengan kata lain bertasawuf itu adalah fitrah manusia dimana dapat membersihkan diri dari segala kesibukan duniawi yang bertujuan untuk pencapaian hakikat kesucian rohani yang sesungguhnya, karena sesungguhnya tujuan akhir manusia adalah mengikat lingkaran rohaninya dengan Allah SWT. Sebagaimna tujuan dari penciptaanya yang semata-mata untuk mengabdikan diri pada Sang Kholik Mempelajari tasawuf merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-krisis akibat modernisasi untuk melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari Tuhan. Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu ia berada di hadirat-Nya. Terdapat beberapa tujuan kenapa tasawuf perlu dikembangkan dan disosialisasikan kepada masyarakat, tujuan tersebut antara lain. Menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan kegelisahan yang mereka rasakan sebagai akibat kurangnya nilai-nilai spiritual, Memahami tentang aspek 1 Achmad Zainal Arifin, ―Defending Traditions, Countering Intolerant Ideologies: Re-Energizing the Role of Modin in Modern Java,‖ Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies 55, no. 2 (15 Desember 2017): 265–92, 48 PEMBAHASAN Tasawuf (Tasawuf) atau Sufisme berasal dari bahasa arab: ‫ تف و ص‬yang berarti ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memperoleh kebahagian yang abadi.2 Ada beberapa pendapat perihal etimologi dari kata tasawuf. Menurut Imam al-Ghozali, akar kata tasawuf berasal dari shuuf yang bermakna kain wol yang kasar. Istilah ini digunakan sebagai simbol kerendahan hati para sufi. Mereka serahkan kehidupannya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga dalam dirinya terpatri sifat Qona‘ah yang mendorongnya tidak lagi berhasrat untuk hidup mewah dan larut dalam permainan duniawi. 3 Sejalan dengan pengertian tersebut, Syamsun Ni‘am juga menuangkan beberapa rumusan akar kata tasawuf diantaranya yaitu kata shaff yang berarti saf atau baris, karena sufi selalu berada pada baris pertama dalam shalat. Juga kata shafa yang berarti bersih, karena hatinya selalu dihadapkan kehadirat Allah SWT. dan shuffah atau shuffat al-masjid yang berarti serambi masjid, yakni tempat yang didiami oleh para sahabat yang tidak punya tempat tinggal. Ia hanya menghabiskan dan mengabdikan hidupnya untuk berdakwah dan berjihad.61 2 (Bandung: Pustaka Setia, 2010) 3 Rosihon, Akhlak Tasawuf. 49 asoteris islam, baik terhadap masyarakat Muslim maupun non Muslim, Menegaskan kembali bahwa aspek asoteris islam (tasawuf) adalah jantung ajaran islam.4 Namun, masih terdapat perdebatan yang menuai pro dan kontra terkait asal usul lahirnya tasawuf. Di satu sisi ada yang menyatakan bahwa tasawuf bersumber dari Islam tapi disisi lain menyatakan bersumber dari non Islam. Dan hal itu penulis temukan pada berbagai literatur. Bahkan, dalam buku paket Akidah Akhlak untuk kelas XI kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama disebutkan bahwa terdapat beberapa pandangan tentang asal usul tasawuf, yaitu: Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan). Dunia Kristen, neo platonisme, pengaruh Persi dan India ikut menentukan paham tasawuf sebagai arah asketis-mistis dalam ajaran Islam. Sufisme yaitu ajaran mistik yang dianut sekelompok kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa semua yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (als idealish verschijnt), manusia sebagai pancaran (uitvloeisel) dari Tuhan selalu berusaha untuk kembali bersatu dengan Dia. Paham tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan kebatinan yang ada pada sementara orang Islam sejak awal perkembangan Agama Islam,(2) Adat atau kebiasaan orang Islam baru yang bersumber dari agama-agama non-Islam dan berbagai paham mistik. Oleh karenanya paham tasawuf itu bukan ajaran Islam walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur Ajaran Islam, dengan kata lain dalam Agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun tidak sedikit jumah orang Islam yang menganutnya 62 Danial Danial, ―Menghadirkan Tasawuf Di Tengah Pluralisme Dan Ancaman Radikalisme,‖ Analisis: jurnal studi keislaman 11, no. 1 (2014): 91–108 4 50 SEJARAH LAHIRNYA TASAWUF Banyak pendapat yang pro dan kontra mengenai asal-usul ajaran tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau dari dalam agama Islam sendiri. Adapun kaum orientalis, mereka berpendapat bahwa tasawuf Islam lahir dari kompilasi sumber-sumber asing di luar Islam, baik kristen, india, maupun yang lain. Salah satu orientalis yang fanatis yakni Prof. Duboir yang mengembalikan tasawuf Islam di masa pertumbuhannya pada tradisi mistis Kristen dan India. Nicholson menjelaskan bersikap fanatis dengan kebudayaannya dan memandang mengesampingkan duniawi, kami melihat seolah-olah sejarah rahib-rahib Kristen yang tinggal di berbagai biara dan gereja di willayah Syiria dan Mesir, serta sejarah biksu India yang tengah berrenkarnasi. Bahkan ia mengatakan gerakan zuhud terinspirasi oleh idealisme Kristen. Namun, pendapatnya itu tidak di dukung oleh bukti dan dalil sehingga tidak berapa lama kemudian ia menarik kembali pendapatnya5. Dan pada akhirnya ia pun mengakui bahsawanya tasawuf Islam meskipun dalam pertumbuhan dan perkembangannya terpengaruh oleh kebudayaan umatumat lain, akan tetapi tetap mempunyai keterkaitan secara internal dengan ajaran-ajaran Islam sendiri. Banyak perbedaan pendapat mengenai kapan munculnya istilah sufi pertama kali. Menurut Abdul Qosim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talha bin Muhammad al Qusyairi (tokoh sufi dari Iran 376-465 H), istilah tasawuf telah dikenal sebelum tahun 200 H. Tetapi ajaran pokok yang selanjutnya merupakan inti tasawuf itu baru muncul secara lengkap pada abad ke 3 Hijriyah, Pada abad kedua Hijriyah itu belum dikenal adanya orang- orang yang disebut sufi. Sementara itu dari data yang terungkap orang pertama yang mendapat gelar sufi adalah Abu Hasyim al-Kufi (wafat 150H/761M). Menurut Muchlis Sholihin istilah tasawuf pertama kali diperkenalkan oleh seorangtokoh bernama Abu Hisyam, seorang zahid dari Syiria (wafat pada tahun 780). Ia mendirikan lembaga kaum Sufi yang dinamakan taqiyah (sejenis padepokan sufi). Bertolak dari hal itu, Dr. Hamka sebagaimana dikutip dari Mustafa Zahri mengatakan bahwa timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama Islam 51 itu sendiri, bertumbuh di dalam jiwa pendiri Islam itu sendiri yaitu Muhammad SAW disauk airnya dari Al-Qur‘an itu sendiri. LANDASAN LAHIRNYA TASAWUF Landasan Tasawuf yang paling utama adalah al-Quran dan hadist nabi. Di antara ayat-ayat dan hadist-hadist yang menunjukkan pola hidup kerohanian dalam Islam antara lain adalah: QS. Al-hadid: 20 Artinya : “ Ketahuilah oleh kamu bahwa kehidupan dunia itu hanyalah suatu permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbanggabanggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning dan kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoanNya, dan kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah kesenangan yang menipu” ( Al-Hadid:20) Ayat diatas mengilustrasikan bahwa kehidupan di dunia tidak ada yang kekal. Bahkan, gemerlap keindahan yang ditampakkannya pun bersifat semu karena kehidupan yang kekal itu adanya setelah mati tepatnya di akhirat. Dengan demikian, tidak sepantasnya hati kita terpikat dan terbuai dengan kesenangan sesaat yang tanpa disadari sering kali membuat kita lalai dan memalingkan diri tuk taat beribadah dan mendekatkan diri pada Allah. Dan kelak hanya ada dua kemungkinan yang akan kita terima sesuai dengan tabungan amal kita di dunia, yakni antara azab yang pedih atau ampunan dan keridhaan Allah. Rasulullah SAW bersabda: Artinya : “Senantiasalah seorang hamba itu mendekatkan kepada-Ku dengan amalanamalan sunat, sehingga aku mencintainya. Maka apabila aku telah mencintainya, jadilah aku pendengarnya yang ia mendengar dengannya dan penglihatannya yang dengannya ia melihat dan lidahnya yang dia pakai untuk berbicara dan tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk berusaha. Maka, dengan-Ku lah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, menggenggam, dan berjalan.” 52 Hadits tersebut memberi petunjuk bahwa antara manusia dan Tuhan bisa bersatu. Diri manusia bisa lebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah al-fana’, yaitu fananya makhluk sebagai yang mencintai kepada diri Tuhan sebagai yang dicintai. Kedua dalil naqli di atas merupakan salah satu contoh dari ayat dan hadist yang menjadi dasar dan landasan bagi para pengamal ajaran tasawuf. Sekaligus Sebagai pendorong dan petunjuk untuk mendekatkan diri pada Allah dan Rasulnya. Selain itu, sirah nabi juga merupakan tumpuan perhatian mereka karena pada diri rasul terhimpun sifat-sifat yang menjadi suri tauladan.63 4 Hajjaj, Tasawuf Islam dan akhlak, 27. 53 SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF 1. Masa rasulullah saw ( 13 sebelum hijriah-11h ) Tasawuf pada masa Rasulullah Muhammad SAW adalah sifat umum yang terdapat pada hampir seluruh sahabat-sahabat Nabi tanpa terkecuali. Bahkan kehidupan beliau sebelum menjadi Rasul telah dijadikan teladan utama. Sebab, beliau yang memberi dasar pertama tentang 64 tasawuf yang didasarkan pada Al-Qur‘an dan Hadist8 Salah satu contohnya yakni setiap bulan Ramadhan Nabi tidak pernah absen untuk melakukan tahannuts dan khalwah di gua hira untuk mendapatkan hidayah dan bimbingan dari Allah SWT sehingga hati dan jiwa menjadi bersih dan terjaga, sampai akhirnya beliau didatangi malaikat Jibril a.s. untuk menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT.9 Berdasar pada aktifitas Rasulullah tersebut nampak bahwa penekanan ajaran tasawuf pada periode ini berupa haliyah-amaliyah yaitu amalan/ibadah keruhanian yang dilakukan Nabi saw. dalam hidupnya yang berupa tahannus, khalwah, perilaku zuhud, dan lain sebagainya. 8 Rosihon, Akhlak Tasawuf. 9 ni’am, tasawuf studies.121. 54 2. Masa sahabat (11h-40h) Di samping pola hidup dan kehidupan Rasulullah yang ideal itu menjadi suri tauladan bagi para sahabat. Kehidupan dan ucapan para sahabat juga merupakan sumber aktivitas kesufian tempat menimba ilmu para sufi.10 Dalam hidup bertasawuf para sahabat telah berusaha berbuat sesuai dengan tuntutan rasulullah, hidup mereka penuh dengan sifat-sifat kesederhanaan, wara‘, tawadhu dan zuhud, semata-mata mengharap ridho dari Allah SWT. Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, Khulafaurrasyidin, Abu Ubaidah bin Jarrah, Said bin Amr, dan lain-lain. Menurut catatan sejarah, diantara sekalian sahabat Nabi yang pertama kali memfilsafatkan ibadah dan menjadikan ibadah sebagai satu tarekat yang khusus adalah Huzaifa bin Al-Yamani, salah seorang sahabat nabi yang mulia dan terhormat. Beliau yang pertama kali menyampaikan ilmu-ilmu yang kemudian kita kenal dengan Tasawuf‖, dan beliau pulalah yang membuka jalan serta teori-teori untuk tasawuf itu.11 Penekanan ajaran tasawuf pada periode ini sama dengan periode sebelumnya yakni hidup zuhud, yang senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur‘an dan Sunnah. Adapun tokohtokohnya yaitu: Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, ,Ali bin Abi Ghifari, Salim Maulana, Abu Hudzaifah, Abdullah bin Umar, Miqdad bin Aswad, Salman AlFarisi, dan lain sebagainya.12 3. Masa ta’biin (41h-100h) Para sufi dari kalangan tabi‘in adalah murid-murid dari para sahabat Nabi saw. Diantara tabi‘in yang sering dianggap sebagai peletak dasar ajaran tasawuf adalah Hasan AlBashri yang merupakan murid terdekat dari Huzaifah bin Al-Yaman yang pandangannya berpegang teguh pada zuhud, raja’ dan khauf. Selanjutnya yaitu Rabi‘ah Al-Adawiyah yang pandangan tasawufnya dikenal dengan konsep cinta murni kepada Allah SWT. (mahabbah). Selain mereka berdua tokoh sufi lain pada masa tabi‘in ini antara lain: Ibrahim binAdzham, Sufyaan bin sa‘id Ats-Tsaury, Daud ath-Thai, Malik bin Dinar, Tsabit Al-Banani, Ayub As-Syakhtayani, Muhammad bin Wasi‘, Thaus, Rabi‘ bin Khaitsam, dan lainlain. Dan di masa tabi‘in ini pelajaran tasawuf sudah mulai diajarkan dalam bentuk disiplin ilmu. 13Disamping itu, penekanan ajarannya juga berupa konsepsi tentang zuhud, raja‘, khauf, 65 dan mahabbah yang berpedoman pada Al-Qur‘an, Sunnah, dan tradisi sahabat.14 4. Masa penyebaran tasawuf (100h-450h) Pada masa ini perkembangan tasawuf dibilang cukup pesat, ditandai dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang pada masa itu, sehingga mereka membaginya ke dalam tiga macam, yakni tasawuf yang berintikan ilmu jiwa, ilmu akhlaq dan Metafisika. Dan pada masa ini tasawuf sudah mulai mengembangkan sayapnya keluar tanah Arab, seperti Iran, India, Afrika, dan lain-lain. Yang ditandai dengan tumbuhnya tarekat-tarekat dan masuknya pengaruh filsafat dan syi‘ah ke dalam konsepsi tasawuf.15 Di masa ini tokoh sufi yang muncul diantaranya adalah Ma‘ruf al-Kharkhi, Abu Sulaiman Ad-Darani, Abul Faidh Dzun Nun bin Ibrahim AlMishri, Harits al-Muhasibi, Abul Hasan Sirri as-Siqti, dan lain-lain. 13 Kevin W. Fogg, ―Islam in Indonesia‘s Foreign Policy, 1945-1949,‖ Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies 53, no.2 (10 Desember 2015): 303–35 14 Zahri, KunciMemahamiIlmuTasawuf,150. 15 Ni’am, Tasawuf Studies, 134 56 KEDUDUKAN TASAWUF DALAM ISLAM Ajaran Tasawuf dalam Islam, memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan rukun-rukun Iman dan rukun-rukun Islam yang sifatnya wajib, tetapi ajaran Tasawuf bersifat sunnat. Maka Ulama Tasawuf sering menamakan ajarannya dengan istilah Fadailu al-A‘mal‖ (amalan-amalan yang hukumnya lebih afdhal, tentu saja maksudnya amalan sunnat yang utama. Tasawuf merupakan pengontrol jiwa dan membersihkan manusia dari kotoran-kotoran dunia di dalam hati, melunakan hawa nafsu, sehingga rasa takwa hadir dari hati yang bersih dan selalu merasa dekat kepada Allah. Tujuan tasawuf itu menghendaki manusia harus menampilkan ucapan, perbuatan, pikiran, dan niat yang suci bersih, agar menjadi manusia yang berakhlak baik dan sifat yang terpuji, sehingga menjadi seorang hamba yang dicintai Allah. Maka dengan bertasawuf, seseorang akan bersikap tabah, sabar, dan mempunyai kekuatan iman dalam dirinya, sehingga tidak mudah terpengaruh atau tergoda oleh kehidupan dunia yang berlebihan dengan bersikap qona‘ah, yaitu sabar dan tawakal, serta menerima apa yang telah diberikan Allah walaupun sedikit. Oleh karena itu tasawuf betul-betul mendapatkan perhatian yang lebih dalam ajaran Islam. Bukankah kita ingin dekat dengan Allah sedekat-dekatnya, serta merasa dekat denganNya? Oleh karena harus ada penyucian diri dengan selalu berusaha membersihkan hati, supaya kita memperoleh jiwa yang tenteram dan menjadi orang yang bahagia hidup di dunia dan akhirat. Seperti halnya Rasulullah saw, beliau adalah pembesar dari seluruh ahli tasawuf yang berdaya upaya dengan sangat kepada kesucian hati serta menjauhi dari sifat-sifat hati yang jelek. Roh sebelum masuk ke tubuh manusia memang suci, tetapi setelah bersatu dengan tubuh sering kali menjadi kotor karena digoda hawa nafsu tubuh. Agar bisa mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha suci, roh manusia harus terlebih dahulu disucikan. Dan sufi-sufi besar telah merintis jalan penyucian jiwa itu yang dikenal dengan nama Thariqah, yakni jalan yang mempunyai maqamat atau stasiun-stasiun. Yang mana di stasiun inilah orang yang ingin menjadi sufi membersihkan diri dari kotoran-kotoran yang melekat dalam dirinya.Stasiun tersebut dimulai dengan taubah (tobat), kemudian naik ke tahap kedua yakni maqam zuhud, berlanjut lagi ke maqam fakir, kemudian maqam sabar, selanjutnya beranjak lagi pada maqam tawakkal, kemudian maqam Ridho, dan disusul lagi pada maqam Mahabbah. Di maqam mahabbah inilah cinta pada Allah telah memenuhi kalbu sufi sehingga Allah membalasnya dengan membuka tabir dari mata hatinya yang kemudian mengantarkannya pada tingkat ma‘rifah. Namun, disini belum puas dan ia tetap ingin lebih mendekatkan diri lagi pada Allah dengan memperbanyak dzikir hingga ia sampailah pada tahap akhir perjalanannya yakni tingkat Fana’, Baqa’,dan Ittihad. Jadi, jelaslah bahwa seorang hamba bisa dekat dengan Allah, yaitu dengan bertasawuf. Dengan demikian tasawuf memiliki Kedudukan yang penting dalam ajaran Islam, mengingat perannya yang luas biasa dalm mengkontribusikan nilai-nilai keislaman. 58 KESIMPULAN Tasawuf merupakan sebuah upaya penyucian diri dari hal-hal yang dapat melalaikannya dari kewajiban dan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Sehingga ia tak lagi diperbudak nasfu yang seringkali memalingkannya dalam mengigat penciptanya. Yang mana penyucian tersebut menyangkut lahiriyah dan batiniyah. Dengan demikian, segala bentuk tindakannya murni semata-mata tuk menggapai ridho-Nya.Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri,bertumbuh di dalam jiwa pendiri Islam itu sendiri yaitu Muhammad SAW disauk airnya dari Al-Qur‘an itu sendiri. Karenya, landasan lahirnya tasawuf adalah Al-Qur‘an dan Hadits Nabi. Dalam perkembangannya tasawuf terdiri dari empat periode, yaitu: periode Rasulullah, Sahabat, Tabi‘in dan penyebaran tasawuf. Sedangkan pokok ajarannya dititik beratkan pada tasawuf akhlaki, amali, dan falsafi. Kedudukan hukum. Tasawuf tidak sama dengan rukun- rukun Iman dan rukun-rukun Islam yang sifatnya wajib, tetapi ajaran Tasawuf bersifat sunnah. Karena Tasawuf merupakan pengontrol jiwa yang bisa membersihkan manusia dari kejahatan dalam hatinya, melunakkan hawa nafsu yang semakin menjadi raja, sehingga rasa takwa hadir dari hati yang bersih dan selalu merasa dekat kepada Allah yang menciptakan manusia. Untuk bisa dekat dan mengenal Tuhannya, seorang hamba harus berupaya tuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan melalui beberapa tahapan. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan manusia bisa menemukan jalan terang untuk kembali kepada TuhanNya. Salah satu yang bisa dilakukan manusia untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhannya yaitu dengan belajar Tasawuf ini. Dan dengan adanya artikel ini maka penulis berharap akan memberikan banyak manfaat kepada yang membaca maupun kepada yang menulis. Amien. 59 AKHLAK TASAWUF Maqamat dan Ahwal, Takhalli, Tahalli dan Tajalli MATERI AGAMA ISLAM Diva Yulianti 41182911200006 ABSTRAK Ilmu tasawuf mempelajari bagaimana cara kita membersihkan hati agar selalu berdzikir/ingat kepada Allah dan tidak tergiur oleh hal duniawi. Akhlak merupakan bagian gambaran dari penerapan ilmu tasawuf. Pengkajian materi-materi akhlak dan tasawuf dalam lingkungan mahasiswa dapat bertujuan, yaitu: Menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi yang berakhlakul karimah; Membentuk pribadi yang kuat dalam menjalani hidup; Mengimplementasikan konsep-konsep akhlak dan tasawuf dalam kehidupan; Menggabungkan konsep akhlak dan tasawuf dalam menghadapi masalah pada kehidupan; dan Menghubungkan akhlak dan tasawuf dengan disiplin ilmu lainnya. Maqamat dan ahwal adalah proses perjalanan para sufi untuk mencapai kesempurnaan mendekati Allah SWT. Tingkatan maqamat terdiri dari taubat, zuhud, sabar, tawakkal, fakir, wara’ dan ridha. Tingkatan ahwal terdiri dari muraqabah, musyahadah, raja’, khauf, tuma’ninah dan mahabbah. Takhalli, tahalli dan tajalli adalah tahapantahapan para sufi untuk mendapatkan jiwa yang suci. Kata kunci: Maqamat-ahwal, takhalli, tahalli dan tajalli, akhlak tasawuf 60 PENDAHULUAN Akhlak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari bagi umat manusia. Pendidikan agama islam berperan sebagai indikasi bagi kalangan umat muslim dalam kehidupan. Pembelajaran dilakukan sesuai perintah Allah SWT agar menghasilkan etika yang benar dan tanpa salah arah. Dengan demikian, nilai Islam yang terbentuk dalam budaya Islam terus berkembang di kalangan masyarakat islam. Kemajuan moral dalam pendidikan harus diberikan dalam sistem pengajaran, baik formal, nonformal, maupun informal. Sifat individu dan sosial memiliki peranan penting pada tingkat matang maupun dewasa seseorang. 66Matang atau dewasa menurut arti secara sosial yaitu tidak diukur secara tingkat usia dan tinggi besar fisik, namun dilihat dari cara berpikir. Perilaku dan perbuatan melekat pada seorang manusia yang harus memiliki sifat bermasyarakat dalam menjalani hidup. Hal tersebut menjadikan seseorang harus memiliki akhlak dan sifat yang baik melalui ajaran pendidikan yang diajarkan. Berkenaan dengan itu, menurut Manna` al-Qatthon 3, sistem pembelajaran yang tidak menunjukkan tingkat pemikiran dalam tahap pengajaran, maka aspek kepribadian mental dan fisik menjadi termasuk dalam kegagalan karena tidak memberikan hasil ilmiah kepada orang lain selain peningkatan kebekuan dan kemunduran. Seseorang dapat memiliki kekuatan batin yang stabil jika diiringi kekuatan iman. Sistem pembelajaran yang tidak memperlihatkan tingkat pemikiran dalam tahapan-tahapan pengajaran dan tidak memperhatikan pertumbuhan aspek pribadi yang bersifat intelektual, rohani dan jasmani, termasuk dalam kegagalan pendidikan karena tidak menghasilkan ilmu pengetahuan yang benar kepada umat. 66 Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II , hal-1 61 Suka dan duka tidak jauh dari kehidupan seseorang, maka dengan adanya batin yang suci akan timbul rasa ketenangan. Seseorang yang memiliki spiritual islam yang kuat dalam batinnya akan menimbulkan kedamaian serta tercapai kebahagiaan. Tidak seimbangnya material dan spritiual dalam diri manusia akan menimbulkan kegoncangan jiwa. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan jika ingin memiliki hidup yang seimbang. Tasawuf bertujuan untuk membentuk akhlak yang baik, hati yang suci, berbuat tulus, bersikap bersungguh-sungguh, tabah, berserah diri, muqorobah, muroqobah, dan seluruh sifat yang terpuji. Tasawuf juga harus dipahami serta dirasakan. Hal tersebut merupakan bagian dari nilai kebutuhan mempelajari Akhlak dan Tasawuf. Proses pembelajaran harus memiliki pendidikan akhlak yang terpuji. Proses pembelajaran tersebut berdasarkan dua asas, yaitu memperhatikan tingkat kemampuan atau pemikiran peserta didik dan mengembangkan potensi akal, jiwa, dan jasmani dengan diarahkan ke dalam kebenaran. Oleh karena itu, kekuatan hati dan akal akan memperoleh keseimbangan. Rasa tidak kepuasaan akan muncul jika seseorang semata-mata hanya mementingkan akal. Namun, seseorang yang hanya mementingkan hatinya akan menimbulkan rasa keterbelakangan akan hal yang bersifat duniawi. Oleh karena itu, kajian Akhlak Tasawuf secara konsep memiliki keistimewaan ilmiah dalam nilai akhlak dan prinsip tasawuf di kehidupan67. Pengkajian materi-materi akhlak dan tasawuf dalam lingkungan mahasiswa dapat bertujuan, yaitu: Menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi yang berakhlakul karimah; Membentuk pribadi yang kuat dalam menjalani hidup; Mengimplementasikan konsep-konsep akhlak dan tasawuf dalam kehidupan; Menggabungkan konsep akhlak dan tasawuf dalam menghadapi masalah kehidupan; dan Menghubungkan akhlak dan tasawuf dengan disiplin ilmu lainnya. 67 Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-4 62 PEMBAHASAN Ilmu tasawuf mempelajari bagaimana cara kita membersihkan hati agar selalu berdzikir/ingat kepada Allah dan tidak tergiur oleh hal duniawi. Sedangkan akhlak merupakan bagian gambaran dari penerapan ilmu tasawuf. Pengertian akhlak menurut KBBI adalah budi pekerti meliputi watak, tabiat dan kelakua. Pengertian secara bahasa Arab berasal dari kata jamak “khuluk” berarti perangai. Dalam bahasa sehari-hari dimaknai sebagai budi pekerti, sifat susila dan sopan santun. Dalam ajaran islam akhlak memang sangat sungguh penting. Sebagai Nabi akhir zaman, kehadiran Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok akhlak adalah al-Qur'an dan Hadist yang sesuai dengan ajaran agama islam. 1.1 Maqamat Kata Maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Maqamat merupakan jalan yang harus ditempuh seorang sufi agar terus berada dekat dengan Allah SWT.68Menurut Anwar dan Muhammad Al-fatih, maqamat berarti kedudukan hamba dalam perjalanannya menuju Allah SWT melalui ibadah, kesungguhan melawan rintangan dan latihan-latihan rohani.69 Tingkatan maqamat sebagai berikut:70 1.1.1 Taubat Taubat yaitu memohon ampun atas dosa sebelumnya dan berjanji tidak akan mengulangi kembali. Taubat dapat dikatakan sah apabila memenuhi tiga syarat; a. Meninggalkan maksiat yang telah diperbuat. b. Menyesali atas maksiat yang telah diperbuat. c. Berkeinginan besar untuk tidak kembali kepada melakukan kemaksiatan. 1.1.2 Zuhud Zuhud yaitu meninggalkan kesenangan duniawi dan mengutamakan kebahagiaan di akhirat. Rasulullah SAW bersabda yang Artinya: “Berzuhudlah engkau terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu. Dan berzuhudlah engkau terhadap apa yang berada di manusia, niscaya mereka akan mencintaimu”. (HR. Ibnu Majah). 1.1.3 Faqir Faqir yaitu tidak meminta sesuatu secara lebih dari apa yang sudah diterima. Dalam Surah Fathir ayat 15 yang artinya : "Hai manusia, Kamulah yang membutuhkan Allah, dan Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji”. 1.1.4 Sabar Sabar yaitu tabah dalam menjalankan perintah Allah SWT berikan dan kuat menghadapi segala cobaan. 1.1.5 Tawakkal 68 Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-107 Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-107 70 Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-108 69 63 Tawakkal yaitu berserah diri dan tunduk pada ketentuan dan apapun ketetapan Allah SWT. 1.1.6 Ridho Ridho yaitu tidak berusaha menentang hukum Allah. 1.1.7 Wara’ Wara’ adalah menghindari segala hal yang mengandung syubhat atau tidak jelas hukum halal dan haramnya. 1.2 Ahwal Ahwal merupakan sesuatu yang seorang dapatkan tanpa dicari atau hibah dari Allah SWT. Sedangkan maqamat sesuatu orang dapatkan dengan dicari dengan sebuah usaha. Dengan kata lain, ahwal merupakan anugerah yang Allah berikan kepada seseorang setelah berjuang dan berusaha melewati maqam tasawuf.71 Tingkatan ahwal antara lain: 1.2.1 Muraqobah Muraqobah bermakna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam surah al-Ahzab ayat 52 yang artinya: “Dan Allah Maha mengawasi segala sesuatu”. Ciri hati seseorang yang masih hidup adalah dapat merasakan sifat-sifat Allah dan merasakan bahwa Allah melihat serta mendengar apa yang dibicarakan melalu hati seseorang. Hal tersebut merupakan maqam muraqobah. 1.2.2 Musyahadah Musyahadah meyakini bahwa diri seseorang dalam beribadah telah berhadapan langsung dengan Allah SWT. Tingkatan musyahadah yaitu, Musyahadah kepada segala perbuatan Allah SWT, Musyahadah kepada segala sifat-sifat Allah SWT, dan Musyahadah kepada zat Allah SWT. Musyahadah yakni percaya bahwa Allah selalu hadir kapan dan dimanapun.72 1.2.3 Khauf Khauf kepada Allah kadang timbul akibat dosa, sehingga seseorang diharuskan takut kepada-Nya. Hal tersebut merupakan tingkatan khauf yang paling sempurna. Karena dengan seseorang mengetahui Allah SWT, maka dia akan takut kepada-Nya. 1.2.4 Tu’maninah Tuma’ninah merupakan kondisi spiritual yang tinggi. Kondisi spiritual yang dimaksud yaitu akal yang kokoh, iman yang kuat, dzikir yang jernih dan hakikatnya tertancap kokoh. Dalam surah al-Fajr ayat 27 yang artinya: “Hai jiwa yang tenang”. 1.2.5 Raja’ Berharap atau optimisme. 1.2.6 Mahabbah 71 72 Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-110 Ibnu Farhan, 2016, Konsep Maqamat dan Ahwal dalam Perspektif Para Sufi, IAI Bunga Bangsa Cirebon, hal-169 64 Mencintai secara mendalam. 1.3 Takhalli, Tahalli, dan Tajalli Takhalli merupakan cara membersihkan dari sifat-sifat yang tercela yang ada di dalam diri seseorang. Hal tersebut bertujuan untuk melepaskan diri dari hal yang tidak baik dan tidak sesuai dengan prinsip agama. Sifat tercela yang dimaksud yaitu pengganggu dan penghalang utama manusia dalam mendekat diri kepada Allah SWT.73 Menurut Mustafa Zahri, takhalli merupakan melapangkan diri dari seluruh sifat yang tercela. Sedangkan menurut Muhammad Hamdani Bakran adz-Dzaky, takhalli merupakan tata cara pengosongan diri dari bekasan kedurhakaan serta pengingkaran (dosa) terhadap Allah SWT dengan jalur melaksanakan pertaubatan yang sebetulnya (taubat nasuha). Takhalli juga bertujuan memberikan sesuatu ke dalam diri seseorang dengan sifat yang terpuji dan menyinari hati secara lahir dan batin. Hati tersebut dapat memperoleh pancaran cahaya ilahi dengan mudah. Segala perbuatan dan tindakan yang berdasarkan dengan niat yang ikhlas tidak lain untuk mencari ridho Allah SWT. Dengan hal tersebut, manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan perlindungan kepadanya.74 Tajalli berarti merasakan akan adanya rasa ketuhanan hingga mencapai sifat muraqabah.75 Tajalli terdapat 4 tingkatan, yaitu Tajalli Af’al, Tajalli Asma, Tajalli Sifat, dan Tajalli Zat. Menurut Muhammad Al-fatih bahwa proses tajalli melalui tiga tahap, yaitu Ahadiyah, Huwiyah, dan Amiyah. Pada tahap ahadiyah, Tuhan keluar dari al-‘ama tanpa nama dan sifat. Pada tahap huwiyah, nama dan sifat Tuhan tidak muncul. Pada tahap amiyah, Tuhan menampakkan diri dengan nama dan sifat kepada makhluk-Nya. Tuhan menampakkan diri-Nya dengan segala sifatNya hanya kepada umat manusia. 73 Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-112 Haidar Putra Daulay, 2021, Takhalli Tahalli dan Tajalli, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, hal-355 75 Dr. H. Budrudin, M. Ag, 2015, Akhlak Tasawuf, Pegantungan, Serang. Cet. II, hal-112 74 65 KESIMPULAN Akhlak menjadi sifat yang tertanam dalam diri seseorang. Kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf penting dalam pengembangan menghadapi masalah kehidupan. Kajiannya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan ilmu pengetahuan islam bagi umat muslim. Oleh karena itu, dalam pengembangannya diperlukan sumber yang pokok yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Kajian mengenai akhlak dan tasawuf sangat perlu dikembangkan dalam intitusi pendidikan formal maupun non-formal. Sistem pengajaran juga dapat disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kemampuan yang sesuai dengan jenjang pendidikan. Menurut beberapa pandangan para sufi, maqam ialah tempat atau martabat seseorang hamba di hadapan Allah SWT ketika seseorang berdiri menghadap kepada-Nya. Langkah pertama yang harus ditempuh oleh para sufi adalah takhalli, yang berarti menjauhkan diri dari kesenangan duniawi seperti kemaksiatan. Maqamat dan ahwal menjadi sebuah proses perjalanan yang dilakukan para sufi guna meraih kesempurnaan menuju Tuhan secara sistematik. Tingkatan maqamat yaitu taubat, zuhud, sabar, tawakkal, fakir, wara’ dan ridha. Sedangkan tingkatan ahwal yaitu muraqabah, musyahadah, raja’, khauf, tuma’ninah dan mahabbah. Takhalli, tahalli dan tajalli menjadi tahapan-tahapan para sufi untuk mendapatkan jiwa yang suci. 66 DAFTAR PUSTAKA Dr. H. Bahrudin, M. Ag, 2013, Akhlaq Tasowuf. Siti Maghfiroh, 2021, Jurnal Islam Nusantara, Etika Keutamaan Dalam Akhlaq Tasowuf. Wawan Kurniawan, 2020, Peran Akhlaq Tasowuf. Hj. Siti Rohmah, M.A. ( 2021 ) AKHLAK TASAWUF (Buku Ajar Akhlak Tasawuf), PT. Nasya Expanding Management. H. A. Mustofa, ( 2014 ) AKHLAK TASAWUF (Akhlak Tasawuf) CV Pustaka Setia. Drs. H. Miswar, MA, H. Pangulu Nasutio, Lc, MA, Rahmat Hidayat, MA, Ramadhan Lubis, M.Ag. ( 2015 ) (AKHLAK TASAWUF). Perdana Publishing Yoke Suryadarma dan Ahmad Hifdzil Haq ( 2015 ) (Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali) Soedijarto ( 2007 ) (Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan) PT. Imperial Bhakti Utama Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia ( 2020 ) (Pembelajaran Pendidikan Karakter), Penerbit KBM Indonesia Abdul Rahman, M.Pd dan Dr. Nurhadi, S.Pd.I., S.E.Sy., S.H., M.Sy.,MH.,M.Pd ( 2020 ) ( Konsep Pendidikan Akhlak, Moral dan Karakter Dalam Islam ) Guepedia Al-Qatthon, Manna’, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an, (ttp.: Masyurot al‘Ashril Hadits, tt.), cet. III, h. 116-117. Tiswarni M. Ag. 2007. Akhlak Tasawuf, Jakarta: penerbit bina pratama. Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015). Halim Mahmud, Ali Abdul, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004). Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2002). Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990). Amin, Ahmad, Kitab Al-Akhlak, (Mesir: Dar al-Kutub al-Mishriyah, tt.), cet. III. Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet, IV. Yunus, Mahmud, Metodik khusus Pendidikan Agama (Jakarta: Hidayah Karya Agung 1989). Hs, Fachrudin, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Jld. I. Al-Ghazali, al-Imam, Ihya’ Ulumi al-Din, (Indonesia Dar al-Kutub al-Arobiyah, tt.) Juz IV, h. 258-259. M. Ali Usman, Hadits Qudsi: Pola Pembinaan Akhlak Muslim, (Bandung: Diponogoro, 1979). Habibah Syarifah. Akhlak dan etika dalam Islam, Jurnal Pesona Dasar, 4 Oktober 2015, hal 7387. MA. Dr, Manshur. Pendidikan Ank Usia Dini Dalam Islam,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, cet 3, hal 221. Abuddin, Akhlak Tasawuf, cet IV, hal 154 Aceh Aboebakar, Pendidikan Sufi Karya Mendidik Akhlak Manusia Karya Filosof Islam di Indonesia, Solo: CV Ramdhani, 1991, cet 3, hal 12. Abuddin, Akhlak Tasawuf, cet IV, hlm 165. Amir An-Najar, Ilmu Jiwa dalam Tasawuf, Jakarta: Pustaka Azam, 2004. Asep Usmar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Jakarta, 2005. Hadi Mutamam, Maqam-Maqam Sufi dalam Alqur’an, Yogyakarta, AlManar: 2009. Hasyim Muhammad Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002. Hughes, K., & Batten, L. (2016). The Development of Social and Moral Responsibility in Terms of Respect for the Rights of Other Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 147-160. doi:10.26811/peuradeun.v4i2.93 Idris, S., & Ramly, F. (2016). Dimensi Filsafat Ilmu dalam Diskursus Integrasi Ilmu. Yogyakarta: Darussalam Publishing Idris, S., & Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96–113. https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420 Dr. H. Budrudin, M. Ag. 2015. Akhlak Tasawuf. Pegantungan, Serang. Cet. II Haidar, Putra Daulay. 2021. Takhalli Tahalli dan Tajalli. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Ibnu Farhan. 2016. Konsep Maqamat dan Ahwal dalam Perspektif Para Sufi. IAIN: Bunga Bangsa Cirebon 67 HASIL PLAGIARISME Millah Tazkiya 41182911200021 Lutfiana Azzahra 41182911200027 Elisa Malika 41182911200003 Iqbal Hasan Kamil 41182911200035 Indah Nurazizah 41182911200001 Abim Triatna 41182911200014 Diva Yulianti 41182911200006