PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6 (1), 291-298
ISSN 2086-9363
Pengembangan Buku Saku Pendidikan
Kebencanaan pada Tema Gelombang dan Bencana
untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa SMP
Rosdiyanah*, Mudmainah Vitasari, Lulu Tunjung Biru
Program Studi Pendidikan IPA, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
*Email: nanarsdynh@gmail.com
DOI: https://doi.org/10.33369/pendipa.6.1.291-298
ABSTRACT
Develpoment of disaster education pocketbook is carry out to support facilities in the form of
teaching material in the implementation of disaster education in school. The purpose of this
research was to develop and know the level of validity of disaster education pocketbook. The
research was conducted by developing 4-D model according to Thiagarajan (1974). This
research was limited only to the validation process at the development stage due to the Covid19 pandemic that affects learning activities in schools. Instrument in the research used
validation questionnaire filled by 2 expert lecturers consist of material expert and media expert
and 2 practitioners who are natural science teachers in junior high school. The results of
validators assessment of disaster education pocketbook showed very valid criteria with a
percentage value of 88%. Based on validation results, disaster pocketbook can be used as
teaching material in the implementation of disaster education in school, especially at the junior
high school level.
Keywords: Pocketbook; Disaster Education; Teaching Material; Wave and Disaster;
Critical Thinking Skill.
ABSTRAK
Pengembangan buku saku pendidikan kebencanaan dilakukan untuk menunjang fasilitas
berupa bahan ajar dalam pengimplementasian pendidikan kebencanaan di sekolah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan mengetahui tingkat kevalidan buku saku
pendidikan kebencanaan. Penelitian dilakukan dengan metode pengembangan model 4-D
menurut Thiagarajan (1974). Penelitian ini dibatasi hanya sampai proses validasi pada tahap
pengembangan dikarenakan pandemi Covid-19 yang memengaruhi kegiatan pembelajaran di
sekolah . Instrumen pada penelitian menggunakan angket validasi yang diisi oleh 2 dosen ahli,
yang terdiri dari ahli materi dan ahli media serta 2 praktisi yang merupakan guru IPA di SMP.
Hasil penilaian validator terhadap buku saku pendidikan kebencanaan tema gelombang dan
bencana menunjukkan kriteria sangat valid dengan nilai presentase kevalidan 88%.
Berdasarkan hasil tersebut, buku saku pendidikan kebencanaan dapat digunakan sebagai bahan
ajar dalam pengimplementasian pendidikan kebencanaan di sekolah khusunya pada tingkat
SMP.
Kata Kunci: Buku Saku; Pendidikan Kebencanaan; Bahan Ajar; Gelombang dan Bencana;
Keterampilan Berpikir Kritis.
PENDAHULUAN
Pada saat ini pendidikan dirancang
untuk menumbuhkan keterampilan 4C
(Critical thinking skill, Communication
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa
skill, Collaboration skill, and Creativity
thinking skill), sebagai bentuk persiapan
siswa dalam menghadapi perkembangan
yang terjadi pada Abad 21. Salah satu dari
291
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6 (1), 291-298
keempat keterampilan yang menjadi tujuan
pendidikan di banyak negara adalah
keterampilan berpikir kritis (Zubaidah,
2010). Berpikir kritis merupakan suatu
proses serta kemampuan berpikir yang
digunakan dalam membuktikan suatu hal,
menafsirkan sesuatu, dan memecahkan
masalah (Facione, 2015). Keterampilan
berpikir kritis dapat diasah melalui
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), karena pembelajaran IPA bertujuan
untuk mempersiapkan siswa supaya mampu
memecahkan
permasalahan
dalam
kehidupan nyata.
Pada hakikatnya pembelajaran IPA
berkaitan dengan fenomena kompleks yang
terjadi pada kehidupan sehari-hari. Salah
satu contoh fenomena kompleks dalam
kehidupan kita ada bencana alam. Bencana
alam dapat menjadi topik yang sangat
menarik untuk dibahas karena sering
terjadinya bencana alam di Indonesia.
Dalam website resmi Badan Nasional
Penanggulangan
Bencana
(BNPB)
dijelaskan jika dilihat secara geografis
Indonesia dilalui oleh empat lempeng
tektonik. Keempat lempeng tersebut
diantaranya lempeng Samudera Pasifik,
lempeng Benua Australia, lempeng Benua
Asia, dan lempeng Samudera Hindia.
beradasarkan
kondisi
tersebut
menyebabkan potensi bencana alam yang
besar Indonesia memiliki tingginya potensi
bencana alam. Bencana alam yang
dimaksud seperti letusan gunung api,
gempa bumi, dan tsunami (Tahmidaten &
Krismanto, 2019).
Tingkat kebencanaan yang tinggi di
Indonesia mendorong pemerintah untuk
melakukan upaya dalam perlindungan dari
bencana dengan memberlakukan UndangUndang No. 24 tahun 2007 mengenai
penanggulangan bencana dalam situasi
terdapat potensi bencana dan situasi tidak
terjadi bencana. Menurut Hariyono (2013),
dalam penanggulangan bencana salah satu
wadah untuk menyampaikan hal tersebut
dapat melalui pendidikan. Adanya proses
internalisasi penanggulangan
bencana
dalam dunia pendidikan diharapkan dapat
mengurangi
risiko
bencana
dan
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa
ISSN 2086-9363
memperkenalkan bencana lebih dini kepada
siswa.
Menurut
Zahara
(2019),
pengimplementasian
pendidikan
kebencanaan di sekolah formal dapat
dilakukan dengan cara menyisipkan materi
kebencanaan pada mata pelajaran tertentu.
Salah satu mata pelajaran yang dapat
dijadikan sebagai alternatif penyampaian
materi kebencanaan adalah mata pelajaran
IPA.
Materi IPA yang erat kaitannya
dengan fenomena bencana alam ada pada
materi bumi dan bencana pada kelas VII
serta materi gelombang dan getaran pada
kelas VIII. Kedua materi tersebut
dipadukan
menggunakan
model
keterpaduan connected dengan tema
“gelombang dan bencana”. Perpaduan
kedua materi bertujuan supaya proses
pembelajaran IPA yang berlangsung lebih
bermakna dan dapat meliputi pendidikan
kebencanaan. Pada proses pembelajaran
dibutuhkan bahan ajar, karena penggunaan
bahan ajar dapat memberikan pengaruh
kepada siswa dalam memahami suatu
materi atau konsep yang dipelajari. Selain
pengaruh terhadap siswa ada pula pengaruh
kepada guru untuk memberi kemudahan
dalam penyampaian materi pembelajaran
(Yulia et al., 2018).
Permasalahan yang ditemukan di
lapangan berdasarkan hasil wawancara
dengan guru pengampu mata pelajaran IPA
di SMP Negeri 1 Ciruas dan SMP Negeri 2
Labuan adalah belum tersedianya fasilitas
bahan ajar secara khusus yang berhubungan
dengan
pendidikan
kebencanaan.
Berdasarkan
permasalahan
tersebut
dibutuhkan solusi berupa pengembangan
bahan ajar yang dapat membantu siswa
untuk mempelajari materi kebencanaan
supaya dapat memecahkan permasalahan
mengenai bencana yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
bahan ajar yang dikembangkan disusun
dengan
memperhatikan
indikator
pendidikan kebencanaan dan indikator
keterampilan berpikir kritis. Bahan ajar
yang dikembangkan harus memiliki
tampilan menarik, uraian bacaan yang
mudah dipahami, dan praktis. Salah satu
292
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6 (1), 291-298
alternatif bahan ajar yang dapat digunakan,
yaitu buku saku.
Buku saku dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia merupakan buku dengan
ukuran kecil yang dapat disimpan di saku
dan praktis dibaca dimanapun. Buku saku
yang dikembangkan disusun dengan
indikator pendidikan kebencanaan menurut
(Atas, 2015) yaitu: 1) Pengetahuan upaya
untuk meminimalisir risiko bencana; 2)
Keterampilan dalam menjalankan rencana
tanggap darurat; 3) Kegiatan simulasi
reguler; 4) Sosialisai kepada warga sekolah
mengenai kesiapsiagaan terhadap bencana.
Selain
itu
buku
saku
yang
dikembangkan juga disajikan dengan
memperhatikan indikator keterampilan
berpikir kritis. Terdapat enam indikator
keterampilan berpikir kritis yaitu: 1)
Interpretasi (Interpretation), kemampuan
dalam mengekspresikan dan memahami
suatu permasalahan; 2) Analisis (Analysis),
kemampuan untuk mengidentifikasi relasi
antara pernyataan, pertanyaan, konsep, dan
lainnya;
3)
Evaluasi
(Evaluation),
kemampuan dalam menilai kredibilitas
suatu penyataan atau argumen; 4) Inferensi
(Ineference),
kemampuan
untuk
mengidentifikasi
unsur-unsur
yang
digunakan dalam menarik kesimpulan; 5)
Penjelasan (Explanation), kemampuan
untuk menyampaikan suatu argumen
berdasarkan hasil yang diperoleh dengan
logis; 6) Regulasi diri (Self regulation),
kemampuan mengontrol dalam memilih
unsur-unsur yang digunakan untuk
penyelesaian masalah (Facione, 2015).
Indikator
yang
digunakan
dalam
penyusunan buku saku, yaitu interpretasi,
analisis, dan evaluasi. Pemilihan ketiga
indikator tersebut disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Terdapat
penelitian
sebelumnya
berjudul “Pengembangan Buku Saku
Gempa Bumi untuk Siswa Kelas V SDN
Cipinang Besar Utara 09 Jakarta Timur”
yang dilakukan oleh Aisyah Fadhilah
(2018)
dengan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa buku saku yang
dikembangkan dapat digunakan sebagai
bahan ajar dengan kriteria penilaian sangat
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa
ISSN 2086-9363
valid dengan presentase sebesar 94%.
Perbedaan
dengan
penelitian
yang
dilakukan peneliti adalah pada penyajian
buku saku yang bertujuan untuk
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis,
sasaran pemakaian pada siswa SMP, dan
bencana yang disajikan merupakan bencana
tektonik (Letusan Gunung Api, Gempa
Bumi, dan Tsunami).
Berdasarkan
hasil
penjabaran
permasalahan di atas maka tujuan dari
penelitian pengembangan yang dilakukan
adalah untuk: 1) Mengembangkan bahan
ajar berupa buku saku pendidikan
kebencanaan pada tema gelombang dan
bencana untuk menumbuhkan keterampilan
berpikir kritis siswa SMP; 2) Mengetahui
tingkat kevalidannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
Research and Development (R&D) atau
penelitian dan pengembangan. Menurut
Sugiyono (2013) tujuan dari penelitian
pengembangan adalah untuk menciptakan
suatu produk dan diuji keefektifannya.
Desain penelitian yang diterapkan dalam
penelitian ini merupakan desain penelitian
pengembangan menurut Thiagarajan (1974)
yang disebut dengan model Four-D. FourD berasal dari empat tahapan yang disebut
define, design, develop, dan disseminate.
Define artinya tahap pendefinisian, design
artinya tahap perancangan, develop artinya
tahap pengembangan, dan disseminate
artinya tahap penyebarluasan. Penelitian ini
hanya terbatas sampai validasi pada tahap
develop, karena diberlakukannya PPKM
akibat pandemi Covid-19 yang terjadi,
sehingga
memengaruhi
kegiatan
pembelajaran di Sekolah.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan instrumen non tes
yang berbentuk angket validasi. Lembar
angket validasi diberikan kepada Dosen
Ahli (Ahli Materi dan Ahli Desain) dan
Praktisi yang merupakan guru mata
pelajaran IPA di sekolah. Bentuk angket
validasi yang digunakan terdiri dari
pernyataan-pernyataan dan terdapat kolom
yang menunjukkan tingkatan penilaian
293
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6 (1), 291-298
(Arikunto, 2010). Lembar angket validasi
disusun
berdasarkan
skala
likert
menggunakan 4 tingkatan penilaian yaitu,
SB (Sangat Baik), B (Baik), K (Kurang
Baik), dan SK (Sangat Kurang) (Sudijono,
2012).
Tabel 1. Skor penilaian skala likert
Nilai
Keterangan
4
Sangat Baik
3
Baik
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
(Sudijono, 2012)
Data hasil penilaian angket dihitung
dengan rumus:
NP ( )
Hasil penilaian dianalisis dengen cara
deskriptif kuantitatif sesuai dengan tabel
interpretasi data berikut ini:
Tabel 2. Interpretasi nilai hasil uji
kevalidan
Presentase
Kriteria
Sangat Baik
81,25% NP 100%
Baik
62,5% NP 81,25%
Kurang Baik
43,75% NP 62,5%
Sangat Kurang
25% NP 43,75%
(Sudijono, 2012)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pengembangan Buku Saku
Pendidikan Kebencanaan
Proses pengembangan buku saku
pendidikan kebencanaan pada penelitian ini
terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap
pendefinisian, tahap perancangan, dan
tahap pengembangan.
Tahap
Pendefinisian
dilakukan
bertujuan untuk menemukan permasalahan
dan solusi yang tepat dalam penerapan
pendidikan kebencanaan di Sekolah dengan
cara mewawancarai guru di sekolah. Pada
tahap pendefinisian dilakukan analisis
kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis
materi. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan
dapat
diketahui
bahwa
penrerapan pendidikan kebencanaan di
sekolah belum maksimal. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya fasilitas berupa
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa
ISSN 2086-9363
bahan ajar yang fokus dalam membahas
materi kebencanaan. Oleh karena itu,
dibutuhkan bahan ajar untuk mendukung
implementasi pendidikan kebencanaan
dengan tujuan siswa dapat menyelesaikan
permasalahan kebencanaan di dalam
kehidupan nyata. Sehingga salah satu solusi
yang dapat dilakukan adalah melakukan
pengembangan bahan ajar berupa buku
saku yang terintegrasi dengan indkator
pendidikan kebencanaan dan disajikan
dengan indikator keterampilan berpikir
kritis. Materi yang berhubungan dengan
kebencanaan dalam kurikulum IPA di SMP,
yaitu materi bumi dan bencana serta materi
getaran dan gelombang. Kedua materi
tersebut dipadukan menggunakan model
keterpaduan connected dengan tema
gelombang dan bencana.
Tahap perancangan dilakukan untuk
menghasilkan produk awal berupa buku
saku pendidikan kebencanaan. Buku saku
dirancang menggunakan aplikasi microsoft
word dan canva dengan ukuran A6 atau 148
x 105 mm mengacu pada penelitian Susanti
(Susanti, 2020). Format yang digunakan
dalam merancang buku saku merupakan
modifikasi dari Windayani, et al. (2018)
antara lain: 1) Sampul depan; 2) Kata
pengantar; 2) Daftar isi; 4) Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD); 5)
Tujuan pembelajaran; 6) Peta konsep; 7) Isi
materi; 8) evaluasi; 9) Glosarium; 10)
Daftar pustaka; 11) Tentang penulis; 12)
Sampul belakang. Selain itu dilakukan
pemilihan isi materi dengan mengumpulkan
referensi yang berhubungan dengan materi
gelombang dan bencana. Setelah buku saku
didesain kemudian dicetak dan dijilid. Buku
saku dicetak menggunakan jenis kertas art
paper dengan tujuan supaya tahan lama,
tidak mudah lecek, dan tinta tidak mudah
luntur.
Tahap pengembangan merupakan
tahapan terakhir dalam penelitian ini yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat
kevalidan produk awal buku saku
pendidikan kebencanaan yang telah
dirancang. Sebelum proses validasi
dilakukan penyusunan instrumen angket
validasi. Terdapat empat apsek yang
294
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6 (1), 291-298
ISSN 2086-9363
digunakan untuk menilai kevalidan buku
saku diantaranya, aspek materi/isi, aspek
penyajian, aspek kegrafikan, dan aspek
bahasa. Keempat aspek tersebut digunakan
karena berdasarkan standar penilaian buku
teks pelajaran BSNP tahun 2014. Proses
validasi dilakukan oleh 2 validator ahli dan
2 validator praktisi. Proses validasi
menghasilkan penilaian serta kritik dan
saran. Selanjutnya dilakukan perbaikan
pada buku saku pendidikan kebencanaan
sesuai dengan kritik dan saran validator
sebagai tahap akhir dari penelitian.
Gambar 2. Rata-rata hasil uji kevalidan
b
a
Gambar 1. a) Cover buku saku sebelum
direvisi; b) Cover buku saku setelah direvisi
Tingkat
Kevalidan
Buku
Saku
Pendidikan Kebencanaan
Tingkat kevalidan dapat diketahui
setelah
melaksanakan
tahapan
pengembangan atau develop, yaitu validasi.
Hasil validasi yang didapatkan dihitung
nilai
presentase
kevalidannya
dan
diinterpretasikan dengan kriteria uji
kevalidan. Validasi dilakukan dengan
validator ahli terdiri dari ahli materi dan
ahli desain yang merupakan dosen
Univesitas Sultan Ageng Tirtayasa serta 2
validator praktisi yang merupakan guru IPA
di SMP Negeri 1 Ciruas dan SMP Negeri 1
Karang Tanjung. Berikut ini hasil validasi
produk
yang
telah
dilakukan.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa
Aspek materi/isi pada buku saku
pendidikan kebencanaan mendapatkan
persentase kevalidan sebesar 89% yang
artinya termasuk dalam kriteria sangat
valid. Pada penilaian aspek materi terdapat
5 indikator dan 10 butir pernyataan.
Indikator pada aspek materi adalah cakupan
materi, keakuratan materii, kemutakhiran
materi, pendidikan kebencanaan, dan tema
gelombang dan bencana.
Berdasarkan hasil validasi buku saku
pendidikan kebencanaan memiliki isi
materi yang yang sesuai dengan kurikulum
dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan,
sesuai dengan fakta dan mencerminkan
peristiwa pada saat ini maupun di masa
yang akan datang karena bencana alam bisa
datang kapan saja tanpa bisa dicegah,
memuat
tujuan
dari
pendidikan
kebencanaan yang artinya memenuhi
indikator pendidikan kebencanaan menurut
(Atas, 2015).
Terdapat pula kekurangan pada aspek
materi, yaitu pada indikator tema
gelombang dan bencana yang artinya pada
penyusunan materi belum memiliki
keterhubungan yang jelas. Pada buku saku
pendidikan kebencanaan ini materi lapisan
bumi dan bencana berperan sebagai materi
utama yang dibahas secara menyeluruh
sedangkan materi pendukungnya adalah
materi getaran dan gelombang yang
terhubung dengan materi utama. Akan
tetapi, pada isi materi di dalam buku saku
pendidikan kebencanaan ini materi getaran
295
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6 (1), 291-298
dan gelombang belum mendukung materi
utama sehingga dilakukan revisi dengan
menambahkan
pembahasan mengenai
fenomena getaran dan gelombang pada
setiap bencana supaya keterhubungan pada
tema dapat dipahami dengan jelas. Hal ini
sejalan dengan model connected menurut
Priscylio (2019), bahwa model connected
memiliki
karakteristik
untuk
menghubungkan suatu topik dengan topik
lain tetapi masih dalam satu materi.
Aspek Penyajian pada buku saku
pendidikan kebencanaan dinilai sangat
valid dengan nilai persentase kevalidan
sebesar 85%. Pada aspek penyajian terdapat
3 indikator, yaitu teknik penyajian,
kesesuaian penyajian dengan keterampilan
berpikir kritis, dan kelengkapan penyajian
yang terdiri dari 9 butir pernyataan.
Menurut hasil validasi yang telah dilakukan
penyajian materi pada buku saku disajikan
dengan konsisten dengan alur penyajian
secara deduktif (umum ke khusus) dan
buku saku pendidikan kebencanaan
disajikan secara lengkap sesuai format buku
ajar sesuai Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Penyajian pada buku saku pendidikan
kebencanaan masih belum mencapai
persentase maksimal dikarenakan terdapat
kekurangan karena penyajian materi kurang
sesuai dengan salah satu indikator
keterampilan berpikir kritis, yaitu analisis.
Pada produk awal buku saku pendidikan
kebencanaan yang telah divalidasi belum
disajikan pertanyaan-pertanyaan untuk
merangsang siswa berdiskusi. Menurut
L.M. Sartorelli dan R. Swartz dalam
Hassoubah (2004), salah satu caranya
dengan meningkatkan daya analisis dengan
cara diskusi untuk memecahkan suatu
permasalahan, menganalisis dampak dari
suatu permasalahan, dan mendapatkan
alternatif solusi terbaik untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
Aspek kebahasaan pada buku saku
pendidikan kebencanaan yang telah
dikembangkan termasuk dalam kriteria
sangat valid dengan nilai persentase
kevalidan sebesar 84%. Pada aspek
kebahasaan terdapat 4 indikator, yaitu
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa
ISSN 2086-9363
kelugasan, komunikatif, kesesuaian dengan
perkembangan siswa, serta keruntutan dan
keterpaduan yang terdiri dari 5 butir
pernyataan. Hasil validasi menyatakan
bahwa bahasa yang digunakan pada buku
saku runtut dan terpadu serta bahasa yang
digunakan sederhana sehingga mudah
dipahami dengan siswa SMP atau dengan
kata lain sesuai tingkat perkembangan
siswa.
Meskipun hasil penilaian menyatakan
sangat valid dibutuhkan revisi terhadap
produk buku saku pendidikan kebencanaan
supaya lebih optimal. Pada aspek bahasa
diperluka perbaikan karena bahasa yang
digunakan untuk menyusun materi dinilai
kurang komunikatif. Sedangkan menurut
Susanto (2015) salah satu syarat unutk
menumbuhkan berpikir kritis adalah
pembelajaran yang interaktif dan siswa
bukan menjadi seseorang yang sedang
diajar melainkan berperan menjadi pemikir.
Prastowo dalam Fitiriana, et al. (2017)
menyatakan bahwa, pada hakikatnya
dengan bahasa yang komunikatif materi
dapat dipahami dengan sepenuhnya bukan
hanya sekedar dibaca oleh pembaca.
Aspek kegrafikan pada buku saku
pendidikan kebencanaan yang telah
divalidasi mendapatkan persentase nilai
kevalidan sebesar 92% yang artinya
termasuk dalam kriteria sangat valid. Aspek
kegrafikan terdiri dari 6 indikator, yaitu
ukuran buku saku, desain bagian sampul
buku saku, desain bagian isi buku saku,
kualitas kertas, kualitas cetakan, kualitas
jilidan.
Desain pada buku saku dinilai sudah
sangat baik dari segi ukuran yang fleksibel
sehingga memudahkan dalam penggunaan
buku saku, desain sampul yang mampu
menginterpretasikan isi materi pada buku
saku, komposisi gambar, huruf, warna, dan
layout yang harmonis pada bagian isi,
kualitas kertas yang baik dengan
menggunakan jenis kertas art paper
sehingga tidak mudah sobek dan lecek,
cetakan yang jelas dan kontras antar warna
baik, serta dijilid dengan rapih dan kokoh.
Pada dasarnya pada penyusunan buku
saku pendidikan kebencanaan ini sangat
296
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6 (1), 291-298
memperhatikan unsur desain supaya dapat
menarik minat siswa untuk memahami isi
materi. Perbedaan buku saku dengan buku
teks yang berada di sekolah salah satunya
adalah materi yang disusun secara ringkas.
Oleh karena itu, isi buku saku diberikan
ilustrasi supaya dapat membantu siswa
dalam memahami materi yang singkat. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Depdiknas
(2004), melihat gambar ilustrasi memiliki
makna yang lebih tinggi dibandingkan
dengan membaca atau mendengar.
Berdasarkan pemaparan di atas buku
saku pendidikan kebencanaan yang telah
dikembangkan sudah termasuk dalam
bahan ajar yang baik karena telah
memenuhi kriteria meurut Prastowo dalam
Fitiriana, et al. (2017), kriteria yang
dimaksud antara lain: 1) Isi materi sesuai
dengan KD yang tercantum dalam
kurikulum; 2) Materi diuraikan secara jelas
dan lengkap pada buku; 3) Isi buku
dirancang secara jelas dan efektif; 4)
Mengandung banyak pengetahuan dan tidak
menimbulkan multi tafsir; 5) Materi berasal
dari sumber yang sahih; 6) Disusun dengan
menarik supaya mendorong keinginan
untuk membaca.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, proses
pengembangan yang dilakukan terdiri dari
3 tahap, yaitu tahap pendefinisian (define),
perancangan
(design),
dan
tahap
pengembangan
(develop).
Tahapan
pengembangan dibatasi hanya sampai
validasi dikarenakan pandemi covid-19
yang memengaruhi kegiatan pembelajaran
di Sekolah. Produk akhir dari penelitian ini
berupa buku saku pendidikan kebencanaan
yang telah direvisi sesuai dengan kritik dan
saran validator pada saat proses validasi.
Tingkat
kevalidan
buku
saku
pendidikan kebencanaan dinilai dari empat
aspek, yaitu aspek materi/isi, aspek
penyajian, aspek kebahasaan, dan aspek
kegrafikan.
Pada
aspek
materi/isi
mendapatkan nilai presentase kevalidan
sebesar 89%, aspek penyajian 85%, aspek
kebahasaan 84%, dan aspek kegrafikan
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa
ISSN 2086-9363
92%. Rata-rata tingkat kevalidan buku saku
pendidikan
kebencanaan
yang
dikembangkan termasuk dalam kategori
sangat valid dengan rata-rata persentase
kevalidan sebesar 88%.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah Fadhilah. (2018). Pengembangan
buku saku gempa bumi untuk siswa
kelas v sekolah dasar SDN cipinang
besar utara 09 Jakarta Timur.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta.
Atas, I. D. P. S. M. (2015). Modul 3 pilar
3: Pendidikan pencegahan dan
pengurangan
risiko
bencana.
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Depdiknas. (2004). Sumber Bahan Ajar.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
Depdiknas.
Facione, P. (2015). Critical Thinking: What
It Is and Why It Counts. Insight
Assessment.
Fitriani, D. E. N., Amelia, E., &
Marianingsih, P. (2017). Penyusunan
modul pembelajaran berbasis sains
teknologi dan masyarakat (stm) pada
konsep bioteknologi (Sebagai Bahan
Ajar Siswa SMA Kelas XII). Biosfer:
Jurnal Pendidikan Biologi, 10(2), 60–
72.
Hariyono, E. (2013). Integrasi Peristiwa
Gempa Bumi Dan Teknik Mitigasi
Dalam Diktat Gejala Gelombang.
Inovasi Pendidikan Fisika, 2(3).
Hassoubah, I. J. (2004). Cara berpikir
kreatif dan kritis. Bandung: Nuansa.
Priscylio, G., & Anwar, S. (2019). Integrasi
Bahan Ajar IPA Menggunakan Model
Robin
Fogarty
Untuk
Proses
Pembelajaran IPA di SMP. Jurnal
Pijar Mipa, 14(1), 1–12.
297
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6 (1), 291-298
Sudijono. (2012). Statistik Pendidikan .
Rajawali Press.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian
pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D.
Susanti. (2020). Desain dan Uji Coba Buku
Saku
Bermuatan
Keterampilan
Generik Sains pada Materi Laju
Reaksi.
Susanto, A. (2015). Teori Belajar &
Pembelajaran di Sekolah Dasar. cet. 3.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Tahmidaten, L., & Krismanto, W. (2019).
Implementasi
pendidikan
kebencanaan di Indonesia (sebuah
studi pustaka tentang problematika
dan solusinya). Lectura: Jurnal
Pendidikan, 10(2), 136–154.
ISSN 2086-9363
Yulia, E., Asrizal, A., & Ramli, R. (2018).
Pengaruh Bahan Ajar IPA Terpadu
Tema Gelombang Dalam Kehidupan
Bermuatan Literasi Era Digital
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 8 Padang. Pillar of
Physics Education, 11(2), 113–120.
Zahara, S. (2019). Peran sekolah dalam
pendidikan migitasi bencana di
sekolah menengah atas. Pencerahan,
13(2), 144–155.
Zubaidah, S. (2010). Berpikir Kritis:
kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang dapat dikembangkan melalui
pembelajaran sains. Makalah Seminar
Nasional Sains Dengan Tema
Optimalisasi
Sains
Untuk
Memberdayakan
Manusia.
Pascasarjana Unesa, 16, 1–14.
Thiagarajan, S. (1974). Instructional
development for training teachers of
exceptional children: A sourcebook.
Windayani, W., Kasrina, K., & Ansori, I.
(2018). Pengembangan Buku Saku
Berdasarkan
Hasil
Eksplorasi
Tanaman Obat Suku. Diklabio: Jurnal
Pendidikan
Dan
Pembelajaran
Biologi, 2(1), 51–57.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa
298