Jurnal AGRIFOR Volume XX Nomor 1, Maret 2021
ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960
ANALISIS TITIK IMPAS PEMBUATAN SIRUP PEDADA (Sonneratia
caseolaris L) POJOK SADAR WISATA TIRAM TAMBUN DI
KELURAHAN MENTAWIR
Rochadi Kristiningrum1, Wulan I R Sari2, Abubakar M. Lahjie3, Yosep Ruslim4
Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda 75118, Indonesia
2
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Samarinda 75118
E-Mail: rkristiningrum@fahutan.unmul.ac.id
E-Mail: wulan.sari@feb.unmul.ac.id
Email: yruslim@fahutan.unmul.ac.id
1,3,4
ABSTRAK
Analisis Titik Impas Pembuatan Sirup Pedada (Sonneratia caseolaris L) Pojok Sadar Wisata Tiram
Tambun di Kelurahan Mentawir. Pemanfaatan hasil hutan mangrove di Kelurahan Mentawir masih sangat
terbatas. Salah satu jenis mangrove yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan adalah jenis Sonneratia
caseolaris L) atau pedada. Jenis ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan sirup, dodol/jenang
mangrove, roti atau bedak dingin agar memiliki nilai tambah secara ekonomis bagi masyarakat sekitar
ekosistem mangrove. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan sirup mangrove,
mengetahui besarnya biaya dan titik impas usahanya bagi Pojok Sadar Wisata Tiram Tambun di Kelurahan
Mentawir. Pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling yaitu kepada pojok sadar wisata
tiram Tambun. Metode penelitianya secara dekriptif kualitatif, analisis biaya, pendapatan dan Break even
point dengan jumlah produksi 100 botol dan 300 botol. Proses pembuatan sirup pedada (S. caseolaris L)
meliputi persiapan alat dan bahan, pencucian buah pedada, penghancuran/penumbukan, pengambilan sari
buah pedada, pemasakan/perebusan, pendinginan dan pengemasan sirup dalam botol. Biaya tetap pembuatan
sirup sebesar Rp.750.00 per periode baik untuk produksi 100 dan 300 botol. Sedangkan biaya variabel untuk
100 dan 300 botol berturut-turut sebesar Rp.942.000 dan Rp.2.272.800 selama satu periode. Titik impas
quantity dan harga pada produksi sirup 100 botol berturut-turut sebesar 71 botol dan Rp.14.178. Sedangkan
titik impas quantity dan harga pada produksi sirup 300 botol berturut-turut sebesar 89 botol dan Rp.4.748.
Hal ini berarti produksi sirup 300 botol lebih menguntungkan daripada memproduksi 100 botol.
Kata kunci : Mentawir, Pedada, Titik Impas.
ABSTRACT
Analysis of the Break Even Point for Making Pedad (Sonneratia caseolaris L) Syrup Tiram Tambun
Tourist Conscious Corner in Mentawir Village. The utilization of mangrove forest products in Mentawir
Village is still very limited. One type of mangrove that can be used for food needs is the type of pedada
(Sonneratia caseolaris L). This type can be used as an ingredient in making syrup, dodol mangrove, bread or
cold powder so that it has added value economically for the people around the mangrove ecosystem. The
purpose of this research was to determine how to make mangrove syrup, to know the cost and break-even
point for the Tiram Tambun Tourism Conscious Corner in Mentawir Village. The research method is
descriptive qualitative, cost analysis, income and break even point with a total production of 100 and 300
bottles. The process of making pedada (S. caseolaris L) syrup includes preparation of tools and ingredients,
washing of pedada fruits, crushing, extracting pedada fruit juice, cooking/boiling, cooling and packaging the
syrup in bottles. The fixed cost of making syrup is IDR 750.00 per period for both 100 and 300 bottles
production. Meanwhile, the variable costs for 100 and 300 bottles were Rp,942,000 and Rp,2,272,800,
respectively for one period. The break-even point quantity and price for the production of 100 bottles of
syrup are 71 bottles and Rp,14.178, respectively. Meanwhile, the break-even point quantity and price in the
production of 300 bottles of syrup are 89 bottles and Rp, 4,748, respectively. This means that producing 300
bottles of syrup is more profitable than producing 100 bottles.
Key words : Break Even Point, Mentawir, Pedada.
81
Analisis Titik Impas …
1. PENDAHULUAN
Provinsi
Kalimantan
Timur
merupakan salah satu provinsi yang
memiliki sumber daya yang melimpah
baik gas, minyak, batubara dan sumber
daya yang lainnya seperti hutan
mangrove. Kelurahan Mentawir adalah
salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Sepaku Kabupaten Kutai
Kartanegara yang memiliki luas daratan
sebesar 22.222 ha dan hutan mangrove
seluas 2.300 ha (Kristiningrum, 2020)
yang memiliki fungsi dan peranan yang
beraneka ragam bagi mahkluk hidup
lainnya.
Wahyukinasis
et
al
(2014)
menyatakan bahwa aneka produk yang
berasal dari mangrove telah banyak di
rasakan oleh manusia. Produk tersebit
berupa hasil kayu dan hasil non kayu.
Pada
awalnya
masyarakat
hanya
memanfaatkan mangrove untuk di ambil
kayunya sebagai bahan bakar upacara
adat, untuk memasak, bahan bangunan
dan pembuatan kapal. Namun dengan
berkembangnya zaman, ternyata buah
mangrove bisa sebagai penghasil pangan.
Pengusahaan olahan pangan yang
berasal dari mangrove masih sedikit yang
mengusahakan dan belum diminati oleh
masyarakat pesisir (Dewi et.al, 2014 dan
Priyono et al, 2010). Masyarakat masih
banyak yang kurang tahu kalau buah
mangrove bisa di konsumsi dan kulit
pohonnya bisa dijadikan pewarna kain
(Herwanti, 2014). Salah satu olahan
pangan dengan menggunakan bahan baku
mangrove
adalah
buah
pedada
(Sonneratia caseolaris) yang kaya akan
kandungan vitamin A, B1, B2 dan C
(Manalu et al, 2013 dan Syaparuddin,
2013).
Pojok Sadar Wisata (Pokdarwis)
sejak tahun 2016 telah mengembangkan
usaha pembuatan sirup pedada. Hal ini
disebabkan karena terdapat bahan baku
82
Kristiningrum et al.
yang melimpan di wilayah tersebut. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kristiningrum et.al
(2019), bahwa terdapat 12 jenis
mangrove di Kelurahan Mentawir dan
salah satunya terdapat jenis Sonneratia
caseolaris dan Sonneratia alba. Kedua
jenis tersebit bisa dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan sirup. Oleh
masyarkat sekitar, sirup ini diyakini
memberikan manfaat yang besar bagi
kesehatan. Salah satu contohnya adalah
sebagai obat kebugaran, meningkatkan
stamina dan menambah nafsu makan dan
libido. Hal ini selaras dengan pernyataan
dari Herwanti (2015). Selain itu sirup
mangrove memiliki asam dan segar yang
banyak diminati oleh masyarakat apalagi
disaat cuaca sangat panas.
Sirup mangrove yang berasal dari
buah pedada merupakan salah satu
produk unggulan dari Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) Tiram Tambun selain
jenang mangrove dan bedak mangrove.
Usaha
tersebut
diharapakn
bisa
menambah pendapatan dan meningkatkan
perekonomian masyarakat di daerah
sekitar mangrove. Atas dasar itulah
kiranya perlu dilakukan penelitian terkait
analisis titik impas pembuatan sirup
pedada Pokdarwis Tiram Tambun di
Kelurahan Mentawir.
2. METODA PENELITIAN
2.1. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan
Mentawir Kecamatan Sepaku. Pada
bulan Maret-Mei 2020.
2.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah buah
pedada (Sonneratia caseolaris), gula
dan air. Sedangkan alat yang
digunakan adalah pisau, keranjang,
ember, telenan, penumbuk, panci,
kompor gas, gas, karung goni,
Jurnal AGRIFOR Volume XX Nomor 1, Maret 2021
gatung, panci, botol kemasan, label,
alat tulis dan kamera.
2.3. Rancangan Penelitian
Data yang telah di dapat meliputi data
primer dan data sekunder dengan
responden di pilih secara purposive
sampling adalah kelompok sadar
wisata tiram tambun dimana mereka
melakukan produksi pembuatan sirup
sebanyak 100 botol dan 300 botol
dengan alasan untuk membandingkan
nilai titik impasnya yaitu break even
point (BEP) quantity dan BEP harga.
2.4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Analisis data yang di gunakan
adalah:
1) Analisis Deskriptif, digunakan
untuk
menjelaskan
dan
menggambarkan
proses
pembuatan
sirup
yang
menggunakan
bahan
buah
ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960
mangrove
pedada
(S.
caseolaris).
2) Analisis Kuantitatif, digunakan
untuk mengetahui besar biaya
tetap
dan
variabel
dari
pembuatan sirup buah mangrove.
Masing-masing
biaya
yang
dikeluarkan dipilah-pilah apakah
termasuk biaya tetap ataukah
biaya variabel dan kemudian
biaya-biaya tersebut dijumlahkan
sesuai jenis biayanya apakan
masuk dalam biaya tetap ataukah
biaya variabel.
3) Analisis Deskriptif Kuantitatif,
digunakan untuk menganalisis
nilai Break Even Point (BEP) dari
penjualan pupuk organik.
Untuk mencari nilai break even
point dalam unit yang dihitung
dengan menggunakan rumus dibawah
ini:
(1)
Dimana:
FC
VC
P
= Break Even Point
= Total biaya tetap
= Total biaya variabel
= Harga jual per unit
Sedangkan perhitungan break even point dalam rupiah adalah:
(2)
Dimana:
FC
VC
S
= Break even point
= Total biaya tetap (Rp)
= Total biaya variabel (Rp)
=Nilai Penjualan (Rp)
3. HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
3.1. Proses Pembuatan Sirup Pedada
Salah satu buah mangrove yang
bisa dimanfaatkan untuk membuat sirup
adalah jenis Sonneratia caseolaris atau
yang sering di sebut dengan buah pedada.
83
Analisis Titik Impas …
Jenis mangrove ini selain bisa
dimanfaatkan untuk membuat siriup, bisa
juga di manfaatkan untuk bahan
pembuatan jenang mangrove, roti
brownis dan bedak dingin.
Dalam perkembangan, prospek
pengembangan usaha pembuatan sirup
mangrove
yang
dilakukan
oleh
Pokdarwis Tiram Tambun memiliki
peluang yang sangat cerah. Hal ini dapat
dilihat
dari
makin
meningkanya
permintaan akan sirup mangrove di
berbagai acara. Hal ini selaras dengan
Sabana (2014) yang menyatakan bahwa
sirup mangrove di Semarang memiliki
prospek yang bagus untuk dikembang.
Jenis buah ini menurut menurut
Agustinus (2019) dapat berbuat sebanyak
2 kali dalam setahun dan dapat dijadikan
sebagai bahan pangan masyarakat sekitar.
Sedangkan menurut Pradita (2018) yang
mengatakan bahwa produksi sirup pedada
berbeda dengan kerupuk jeruju yang
produksinya selalu dilakukan sepanjang
tahun, hal ini karena pohon pedada yang
berbuah secara musiman sehingga
produksinya juga dilakukan secara
musiman berbeda dengan daun jeruju
yang selalu tersedia untuk di produksi.
Menurut Andriani, et al., (2015)
Buah Sonneratia caseolaris memiliki
beberapa
keunggulan
dibandingkan
dengan jenis tanaman mangrove lainnya
yaitu sifat buahnya tidak beracun, dapat
dimakan langsung, rasa asam dan aroma
yang khas serta tekstur buah yang lembut
membuat buah Sonneratia caseolaris
cocok diolah untuk dijadikan beberapa
produk pangan seperti jenang, dodol,
selai dan sirup. Menurut Kristiningrum,
et.al (2020), nilai guna langsung
ekosistem mangrove yang ada di
Kelurahan Mentawir salah satunya adalah
berfungsi sebagai penyedia bahan baku
dan penghasil bahan pangan yaitu sebagai
84
Kristiningrum et al.
penyedia bahan baku pembuatan sirup,
dodol, selai, bedak dingin dan kue
brownis.
Proses pembuatan sirup pedada
yang di lakukan oleh kelompok sadar
wisata “Tiram Tambun” di Kelurahan
Mentawir tergolong masih sangat
sederhana. Dimana bahan baku buah
pedada dapat dengan mudah di dapat di
sekitar tempat tinggal mengingat dareah
pemukiman penduduk dekat dengan
ekosistem mangrove dan pelatan yang di
gunakan untuk membuat sirup itu mudah
di dapat dan hampir semuanya
merupakan alat masak rumah tangga.
Buah pedada adalah buah yang
bentuknya seperti buah apel dan
berwarna hijau. Buah yang dapatkan dari
hutan kemudian di bersihakan dan dicuci.
Setelah di cuci langkah selanjutnya dalah
di
tumpuk
atau
di
hancurkan
menggunakan alat penumbuk untuk di
ambil sarinya. Setelah ditumbuk, maka di
tambahkan air secukupnya untuk di
lakukan pemerasan sari buah pedada.
Proses ini bisa dilakukan sebanyak lima
kali hingga sari dari buah pedada tersebut
habis. Hasil sari buah pedada tersebt
kemudian di rebus dan di tambahi dengan
air sesuai dengan yang dikehendaki . Saat
perebusan, langkah selanjtnya dalah
ditambahkan gula sebagai pemanis
buatan. Perbandingan antara gula dengan
air adalah 1: 2. Jadi misalkan airnya 20
liter, maka gula yang ditambahan adalah
10 kg. Setelah gula larut dalam air dan
sari buah pedada, maka di tunggu hingga
mendidih sambil diaduk-aduk agar gula
tercampur dengan baik. Setelah larutan
sirup mendidih, maka api di matikan dan
larutan di dinginkan sebentar. Jika larutan
sirup sudah dingin, maka sirup siap untuk
di kemas dalam botol dan dipasarkan.
Seperti pada gambar di bawah ini.
Jurnal AGRIFOR Volume XX Nomor 1, Maret 2021
ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960
Gambar 1. Proses Pembuatan Sirup Pedada
Keterangan Gambar:
A : Buah pedada (S. caseolaris;, B : Proses Pembersihan buah pedada; C : Proses
penghancuran/penumbukan; D : Proses pemerasan buah pedada; E : Proses perebusan; F : Sirup pedada siap
di pasarkan.
3.2. Analisis Biaya Pembuatan Sirup
Pedada
Biaya pembuatan sirup pedada
adalah semua biaya yang di keluarkan
untuk membiayai kegiatan pembuatan
sirup tersebut baik meliputi biaya tetap
ataupun biaya variabel. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Sopiannur et.al.
(2011), yaitu biaya produksi digunakan
untuk membiayai semua kegiatan usaha
tersebut. Sedangkan biaya tetap adalah
biaya yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh besarnya produksi dan
biaya variabel adalah biaya yang besar
kecilnya di pengaruhi oleh volume
produksi (Daniel, 2004).
Yang di maksud dengan biaya tetap
dalam penelitian ini adalah biaya
penyusutan peralatan yang di gunakan
setiap melakukan proses produksi. Hal
tersebut merujuk penelitian yang di
lakukan oleh Agustinus (2019). Adapun
rincian biaya tetap pembuatan sirup
pedada sebagaimana dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Rincian Biaya Tetap
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
18
Uraian
Pisau besar/golok
Keranjang
Ember kecil
Ember besar
Pisau kecil
Telenan
Penumbuk
Penyaring
Gayung
Panci Perebusan
Panci Perendaman
Kompor gas
Gas
Sutil pengaduk
Corong
Kulkas
Total
50.000
50.000
135.000
320.000
50.000
75.000
250.000
30.000
20.000
300.000
300.000
400.000
150.000
10.000
10.000
1.500.000
Jumlah
Masa Pakai
(tahun)
5
3
3
3
5
3
5
3
3
3
3
5
5
2
2
10
Biaya Penyusutan
10.000
16.667
45.000
106.667
10.000
25.000
50.000
10.000
6.667
100.000
100.000
80.000
30.000
5.000
5.000
150.000
750.000
85
Analisis Titik Impas …
Kristiningrum et al.
Berdasarkan tabel diatas dapat
dijelaskan bahwa biaya tetap yang
dikeluarkan dalam proses pembuatan
sirup sebesar Rp.750.000 dalam satu kali
proses produksi baik dalam memproduksi
100 botol maupun 300 botol sirup.
Dimana peralatan yang digunakan
meliputi pisau besar/golok, keranjang,
ember, pisau kecil, telenan, penumbuk,
penyaring, gayung, panci, kompor gas,
gas LPG, sutil pengaduk, corong dan
kulkas.
Dalam penelitian ini dilakukan
pembuatan sirup pedada sebanyak 100
botol dan 300 botol. Adapun rincian
biaya variabel pembuatan sirup sebanyak
100 botol sebagai berikut:
Tabel 2. Biaya Varibel Pembuatan Sirup 100 Botol
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Uraian
Q
50
20
10
10
4
4
1
100
100
Buah pedada
Air
Gula
Karung goni
Bensin untuk Transportasi
Tenaga kerja
Listrik
Botol kemasan
Label
Harga
3.000
100
12.000
2.500
10.000
75.000
100.000
2.000
50
Total
150.000
2.000
120.000
25.000
40.000
300.000
100.000
200.000
5.000
Jumlah
Satuan
Kg
Liter
kg
pcs
trip
HOK
bln
pcs
pcs
942.000
Berdasarkan tabel diatas dapat
dijelaskan bahwa untuk memproduksi
100
botol
sirup
buah
pedada
membutuhkan biaya variabel sebesar
Rp.942.000 dimana buah pedada yang
dibutuhkan sebanyak 50 kg, air 20 liter,
gula 10 kg, karung goni 10 pcs, bensin
untuk transportasi 4 liter, tenaga kerja
sebanyak 4 orang, botol kemasan dan
label sebanyak 100 pcs.
Adapun biaya variabel yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 300
botol sirup pedada sebagai berikut:
Tabel 3. Biaya Variabel Pembuatan Sirup 300 Botol
No
Uraian
Quantity
Harga
Total
Satuan
1
Buah pedada
150
2400
360.000
Kg
2
Air
60
80
4.800
liter
3
Gula
30
9600
288.000
kg
4
Karung goni
30
2000
60.000
pcs
5
Bensin untuk Transportasi
6
8000
48.000
trip
6
Biaya tenaga kerja
12
60000
720.000
HOK
7
Listrik
3
100.000
300.000
kwh
8
Botol kemasan
300
1600
480.000
pcs
9
Label
300
40
12.000
pcs
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat
dijelaskan bahwa untuk memproduksi
100
botol
sirup
buah
pedada
86
2.272.800
membutuhkan biaya variabel sebesar
Rp.2.272.800 dimana buah pedada yang
dibutuhkan sebanyak 150 kg, air 60 liter,
Jurnal AGRIFOR Volume XX Nomor 1, Maret 2021
gula 30 kg, karung goni 30 pcs, bensin
untuk transportasi sebesar 6 liter, tenaga
kerja sebanyak 12 orang, botol kemasan
dan label sebanyak 300 pcs.
3.3. Break Even Point Pembuatan
Sirup
Analisa titik impas atau sering
disebut dengan break even point (BEP)
adalah analisis yang digunakan untuk
melihat suatu usaha pada suatu harga
tertentu dan jumlah tertentu tidak akan
mengalami kerugian atau menghasilkan
ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960
keuntungan atau dengan kata lain, usaha
tersebut tidak untung atau tidak rugi.
Perhitungan
biaya-biaya
yang
di
keluarkan
untuk
memproduksi
pembuatan sirup baik 100 botol maupun
300 botol dapat dijadikan sebagai acuan
dalam perhitungan break event point
yaitu meliputi biaya tetap (FC), biaya
variabel (VC), harga jual per unit (P),
volume produksi (Q) dan total penjualan
(S).
Adapun rekapitulasi rincian biaya
yang di keluarkan untuk memproduksi
sirup 100 botol dan sebagai berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Biaya dan Penjualan Sirup 100 Botol
No
Uraian
Nominal
Persentase (%)
1
Biaya Tetap (FC)
750.000
44,33
2
Biaya Variabel (VC)
942.000
55,67
3
Biaya total (TC)
4
Volume produksi (Q)
100
5
Harga jual per unit(P)
20.000
6
Total penjualan (S)
1.692.000
Berdasarkan data diatas ternyata
biaya tetap memiliki prosentase sebesar
44,33%, sedangkan biaya variabel
sebesar 55,67%. Hal ini berarti biaya
variabel lebih besar daripada biaya tetap.
Dengan volume produksi sirup sebesar
100 botol dan harga sirup per botol
2.000.000
sebesar
Rp.20.000,
maka
total
penjualanya sebesar Rp.2.000.000.
Sedangkan rekapitulasi rincian
biaya yang di keluarkan untuk
memproduksi sirup 300 botol
dan
sebagai berikut:
Tabel 5. Rekapitulasi Biaya dan Penjualan Sirup 300 Botol
No
1
2
3
4
5
6
Uraian
Biaya Tetap (FC)
Biaya Variabel (VC)
Biaya total (TC)
Volume produksi (Q)
Harga jual per unit(P)
Total penjualan (S)
Berdasarkan data diatas ternyata
biaya tetap memiliki prosentase sebesar
24,81%, sedangkan biaya variabel
sebesar 75,19%. Hal ini berarti biaya
variabel lebih besar daripada biaya tetap.
Dengan volume produksi sirup sebesar
Nominal
750.000
2.272.800
3.022.800
300
16.000
4.800.000
Persentase
24,81
75,19
300 botol dan harga sirup per botol
sebesar
Rp.16.000,
maka
total
penjualanya sebesar Rp.4.800.000.
Atas dasar Tabel 4 dan Tabel 5
diatas, maka analisis titik impas
87
Analisis Titik Impas …
Kristiningrum et al.
pembuatan sirup pedada dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Hasil Rekapitulasi BEP Pembuatan Sirup 100 Botol dan 300 Botol
No
Produksi
BEP (q)
Laba/produksi
1
100 btl
71
14.178
582.231
2
300 btl
89
4.748
3.375.499
Berdasarkan tabel diatas dapat
dijelaskan bahwa jika memproduksi sirup
pedada sebanyak 100 botol dengan harga
jual per botol sebesar Rp.20.000, maka
BEP (q) nya sebesar 71 dan BEP (Rp)
sebesar
Rp.14.178,
sedangkan
keuntungan yang diperoleh dalam satu
periode produksi sirup menghasilkan laba
sebesar Rp.582.231. Hal ini selaras
dengan penelitian yang dilakukan
Tarihora et al (2012) yang melakukan
perhitungan
BEP
dimana
dalam
memproduksi sirup pedada sebanyak 100
botol, ternyata menghasilkan BEP (q)
sebesar 72.
Jika memproduksi sirup pedada
sebanyak 300 botol dengan harga jual per
botol sebesar Rp.16.000, maka BEP (q)
nya sebesar 89 dan BEP (Rp) sebesar
Rp.4.748, sedangkan keuntungan yang
diperoleh dalam satu periode produksi
sirup
menghasilkan
laba
sebesar
Rp.3.375.499.
Dari data tersebut diatas maka
dapat disimpulkan bahwa lebih baik
memproduksi sirup dalam jumlah besar.
Hal ini terbukti bahwa jika kita
memproduksi
300
botol,
maka
keuntunganya adalah enam kali lipat
lebih besar daripada kita memproduksi
sirup sebanyak 100 botol. Hal ini
disebabkan karena biaya variabel yang
dikeluarkan
lebih
murah
dalam
memproduksi sirup dalam jumlah
banyak, daripada memproduksi sirup di
bawah 300 botol. Hal ini berarti usaha
pembuatan sirup dari buah pedada layak
untuk di usahakan setelah dilakukan uji
titik impas dan hal ini sejalan dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
88
BEP (Rp)
Wahyukinasih
et.al
(2014)
yang
menyatakan bahwa usaha pembuatan
sirup buah pedada menghasilkan B/C
ratio diatas 1.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian
adalah sebagai berikut :
Proses
pembuatan sirup melalui berbagai macam
tahapan antara lain seperti: persiapan alat
dan bahan, penghancuran buah pedada,
pengambilan sari buah pedada dengan
cara di saring. Setelah itu perebusan sari
buah pedada bersama dengan air dan
gula. Langkah selanjutnya adalah di
dinginkan dan siap di kemas dalam botol
dan di pasarkan.
Biaya tetap yang dikeluarkan dalam
pembuatan sirup buah pepada sebesar
Rp.750.000 per periode baik untuk
produksi 100 dan 300 botol. Sedangkan
biaya variabel yang dikeluarkan pada
pembuatan sirup sebanyak 100 dan 300
botol berturut-turut sebesar Rp.942.000
Rp.2.272.800 selama satu periode.
Titik
impas
pada
produksi
pembuatan sirup sebanyak 100 botol
dengan mendapatkan keuntungan sebesar
Rp.582.231 per periode. Sedangkan titik
impas pada produksi pembuatan sirup
sebanyak 300 botol dengan mendapatkan
keuntungan sebesar Rp.3.375.499 per
periode.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada Kementerian Ristek BRIN atas
Jurnal AGRIFOR Volume XX Nomor 1, Maret 2021
dana hibah disertasi yang penulis
dapatkan pada tahun 2020 sehingga dapat
memperlancar pelaksanaan penelitian dan
Bapak Lamale selaku Ketua Pokdarwis
Tiram Tambun yang telah banyak
membantu selama penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus,
R.P.
(2019).
Analisis
Finansial dan Pemasaran Produk
Olahan Syrup Pedada (Sonneratia
caseolaris L) Di Kecamatan
Perbaungan Kabupaten Serdang
Dedagai Sumatera Utara. Skrpsi.
Medan:
Universitas
Sumatera
Utara.
Andriani, D. (2015). Mutu Sirup Buah
Pedada (Sonneratia caseolaris)
Selama Penyimpanan Dengan
Penambahan Natrium Benzoat.
Jurusan
Teknologi
Pertanian.
Pekanbaru: Universitas Riau.
Daniel, M. (2004). Pengantar Ekonomi
Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Dewi PDP, Sukerti NW, Ekayani IAPH.
(2014). Pemanfaatan Tepung Buah
Mangrove Jenis Lindur (Bruguiera
Gymnorrizha) Menjadi Kue Kering
Putri Salju. Bosaparis, (2)1, 1-10.
Herwanti,
S.
(2015).
Kajian
Pengembangan
Usaha
Sirup
Mangrove di Desa Margasari
Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur. Jurnal
Hutan Tropis, 4(1), 35-50.
Manalu RDE, Salamah E, Retiaty F,
Kurniawati N. (2013). Kandungan
Zat Gizi Makro Dan Vitamin
Produk Buah Pidada (Sonneratia
Caseolaris). Penelitian Gizi dan
Makanan (36)2, 135-140.
Kristiningrum,
R.
(2020).
Keanekaragaman
dan
Valuasi
Ekonomi Ekosistem Mangrove di
Kelurahan Mentawir Kabupaten
ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960
Penajam Paser Utara Provinsi
Kalimantan
Timur.
Disertasi.
Samarinda:
Universitas
Mulawarman.
Kristiningrum R, Lahjie AM, Masjaya,
Yusuf S, Ruslim Y, Ma’ruf A.
(2020).
Fauna
Diversity,
Productivity Potential and Total
Economic Value of Mangrove
Ecosystems in Mentawir Village,
East
Kalimantan,
Indonesia.
Biodiversity, 21(5), 1940-1953.
Kristiningrum R, Lahjie AM, Masjaya,
Yusuf S, Ruslim Y. (2019). Species
Diversity,
Stand
Productivity,
Above Ground Biomass, and
Economic Value of Mangrove
Ecosystem in Mentawir Village,
East
Kalimantan,
Indonesia.
Biodiversity, 20(10), 2848-2857.
Pradita, Adisti Yulia. (2018). Analisis
Kelayakan Finansial Dan Nilai
Tambah Pengolahan Tanaman
Mangrove di Kampung Nipah Desa
Sei Nagalawan Kabupaten
Serdang Bedagai. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Priyono A, Ilminingtyas D, Mohson,
Yuliani LS, Hakim TL. (2010).
Beragam produk lahan berbahan
dasar
mangrove.
Semarang:
Kesemat.
Sabana, C. (2014). Kajian Pengembangan
Produk
Makanan
Olahan
Mangrove. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, (14)1, 40-46.
Tarihora I, Purwoko A, Hartini, KS.
(2012). Kajian Pengelolaan Buah
Berembang (Sonneratia caseolaris)
sebagai Bahan Makanan dan
Minuman di Kabupaten Deli
Serdang. Medan: Sumatera Utara.
Sopianur, Rita, Juraemi. (2011). Studi
Pendapatan Usaha Gula Aren
Ditinjau dari Jenis Bahan Bakar di
89
Analisis Titik Impas …
Dusun Girirejo Kelurahan Lempake
Kecamatan Samarinda Utara. EPP ,
8(2), 34 – 40.
Syaparuddin,
D.
(2013).
Kajian
Pembuatan Sirup Buah Pidada
Merah (Sonneratia caseolaris).
Tugas Akhir. Banda Aceh :
Universitas Syiah Kuala.
90
Kristiningrum et al.
Wahyukinasih MH, Wulandari C,
Herwanti S. (2014). Analisis
Kelayakan Usaha Berbasis Hasil
Hutan Kayu Ekosistem MAngrove
di Desa Margasari Lampung Timur.
Jurnal Hutan Tropis, 2(2), 41-48.