Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Konflik dan integrasi sosial

2022

KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL Disusun oleh: HADISYAH AL ADA WIYAH GITA WARDANI Pendahuluan Makalah ini membahas tentang konflik dan integrasi sosial. Sedangkan yang menjadi fokus dari pada pembahasan adalah : 1. Macam-macam konflik? 2. Konflik dan kekerasan? 3. Akar penyebab konflik? 4. Pengantar teori konflik? 5. Akibat konflik sosial? 6. Fungsi konflik sosial ? 7. Integrasi sosial? 8. Faktor-faktor pendorong integrasi sosial? B. PEMBAHASAN A. Macam-Macam konflik Ada beberapa konflik sebagai salah satu gejala sosial masyarakat diantarannya: Konflik Gender Istilah gender bukan merujuk pada aspek perbedaan jenis kelamin di mana laki-laki di tunjukan dengan identitas diri dan dimana laki-laki memliki alat kelamin yang berbeda dengan perempuan akan tetapi gender lebih berorientasi pada aspek sosio kultural. Gender lebih memerhatikan pada aspek status dan peranan manusia dilihat dari jenis kelamin, artinnya status antara laki-laki dan perempuan sudah di posisikan dalam kelompok inferior di terima nya sebagai aditkodrati akan tetapi, di dalam struktur masyarakat modern istilah gender menjadi permasalahan yang cukup penting (Setiadi & Kolip, 2011:349). Konflik Rasial antar suku Istilah ras sering kali identik dengan perbedaan warna kulit manusia,diantarannya ada sebagian kelompok manusia yang berkulit putih,sawo matang,dan hitam. Pada masa lalu banyak negara-negara yang memosisikan warga kulit hitam sebagai warga negara kelas dua,yang scara politis dan secara hak-hak kaum kulit hitam sering di abaikan. Catatan sejarah Nelson Mandela yang berasal dari Afrika selatan. Ia merupakan figure pahlawan nan diskriminasi terhadap kelompok kulit hitam di Afrika selatan yang menjadi catatan ssejarah dunia (Setiadi & Kolip, 2011:349). Konflik Rasial antar Agama Agama tidak cukup di pahami sebagai metode hubungan penyembahan manusia kepada tuhan serta seperangkat tata aturan kemanusiaan atas tuntutan kitab suci. Secara Sosiologis, agama selain dapat di jadikan sebagai alat perekat solidaritas sosial, tetapi juga bisa menjadi pemicu disintegrasi sosial.Akibat dari konflik ini timbul image baru seolah-olah kelompok tesebut tidak mau berbagi tempat dengan kelompok lain yang berbeda. Konflik Antar Golongan Demokratisasi di dalam sistem politik kita tidak selamannya berdampak positif bagi kelangsungan hidup bangsa, sebab demokratis justru menjadi malapetaka bagi kelangsungan hidup bangsa karna gejala tersebut telah mengantarkan berbagai konflik antar golongan. Konflik antar golongan diantarannya di picu oleh satu golongan tertentu memaksakan kehendaknya kepada kelompok lain untuk melakukan perbuatan yang di kehendaki oleh golongan tersebut. Konflik Kepentingan Konflik kepentingan identik dengan konflik politik, Realitas politik selalu di warnai oleh dua kelompok yang memiliki kepentingan yang saling berbenturan. Kepentingan tersebut oleh gejala satu pihak ingin merebut kekuasaan dan kewenangan di dalam masyarakat. Di pihak lain terdapat kelompok yang berusaha mempertahankan dan mengembangkan kekuasaan dan kewenangan yang sudah ada di tangan mereka. Konflik antar pribadi Konflik antar individu adalah konflik sosial yang melibatkan individu di dalam konflik tersebut. Konflik ini terjadi karena adannya perbedaan atau pertentangaan atau juga ketidak cocokan antar individu satu dan individu lainnya. Komunikasi antarpribadi, pentingnya membuka diri dalam komunikasi antarpribadi, membangun kepercayaan, menanggapi orang lain, menyelesaikan konflik, mengungkapkan perasaan secara verbal dan nonverbal serta etika dalam komunikasi antarpribadi (Silfia, 2017:11). Konflik antar kelas sosial Konflik yang terjadi antar kelas sosial biasannya berupa konflik yang bersifat fertikal,yaitu konflik antar kelas sosial atau kelas sosial bawah. Konflik ini terjadi karna kepentingan yang berbeda antara dua golongan atau kelas sosial yang ada. Sebagai contoh konflik biasannya terletak pada perbedaan pendapat dimana majikan yang memiliki modal usaha memiliki pendapatan yang besar, sedangkan buruh yang hanya memiliki tenaga memperoleh pendapat yang kecil, sehingga keadaan ini memunculkan isu ketidak adilan oleh karna itu agar tidak terjadi konflik di dalam suatu perusahaan maka di perlukan kesepakatan yang dapat di terima kedua belah pihak. Konflik antar Negara atau Bangsa Konflik antar negara adalah konflik yang terjadi antar dua negara atau lebih. Mereka memiliki perbedaan tujuan negara dan berupaya memaksakan kehendak negarannya kepada negara lain. Di dalam struktur masyarakat dunia yang makin moderen konflik antar negara atau antar bangsa lebih banyak oleh faktor ideologi dan perbatasan negara. Selain faktor ideologi juga oleh faktor ekonomi (Setiadi & Kolip, 2011:357). B . KONFLIK DAN KEKERASAN Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa latin “con”yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Konflik dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan ,pendapat, dan yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Konflik adalah sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih. Dimana salah satu pihak berusaha yang ingin menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya. Istilah kekerasan secara etimologis berasal dari bahasa latin “vis” yang artinya kekuatan, kehebatan, kedasyatan, dan kekerasan dan “latus” yang artinya membawa. Dari istilah tersebut berarti “vislotus” berarti membawa kekuatan, kehebatan, kedasyatan, dan kekerasan. Adapun dilihat dari arti secara terminologis berarti perbuatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang menyebabkan cederanya seseorang atau kelompok. Hubungan antara konflik dan kekerasan merupakan bentuk hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Kekerasan selalu diidentikkan dengan kerusuhan, pembunuhan, terorisme, perampokan, dan sebagainya asal mulanya berasal dari konflik. Akan tetapi tidak semua konflik akan berarkhir dengan kekerasan, jika konflik tersebut tetap berada dalam tata aturan sehingga konflik tersebut bisa di selesaikan dengan baik (Duverger, 1981:276). AKAR PENYEBAB KONFLIK Para sosiolog berpendapat bahwa akar dari timbulnya konflik yaitu adanya hubungan sosial, ekonomi, politik yang akarnya adalah perebutan atas sumber-sumber kepemilikan, status sosial, dan kekuasaan yang jumlah ketersediaannya sangat terbatas dengan pembagian yang tidak merata di masyarakat. Secara sederhana penyebab konflik dibagi dua: 1. Kemajemukan horizontal yang artinya adalah struktur masyarakat yang majemuk secara kultural, seperti suku bangsa, agama, ras, dan majemuk secara sosial dalam arti perbedaan pekerjaan seperti petani, buruh, pedagang, pengusaha, militer. 2. Kemajemukan vertikal yang artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Menurut para sosiolog akar penyebab konflik secara lebih luas dan terperinci, mereka berpendapat bahwa beberapa hal lebih mempertegas akara dari timbulnnya konflik: 1. Perbedaan antar individu, seperti perbedaan pendapat, tujuan, keinginan. Contohnya dalam berdiskusi. 2. Benturan antar kepentingan, baik secara ekonomi maupun politik. Benturan kepentingan ekonomi oleh makin bebas nya berusaha, sehingga banyak di antara kelompok pengusaha saling meperebutkan wilayah tempat mengembangkan usahannya. 3. Perubahan sosial, konflik di picu oleh keadaan perubahan yang terlalu mendadak biasanya oleh gejala dimana susunan prilaku lama sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman, sedangkan susunan perilaku yang baru masih simpang sehingga banyak orang kehilangan arah dan pedoman prilaku. 4. Perbedaan kebudayaan, mengakibatkan adanya perasaan in group dan out group yang biasanya diikuti oleh sikap etnosentrisme kelompok, yaitu sikap yang di tunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah paling baik ,ideal, beradab diantara kelompok lain (Soekanto, 2011:559). D. PENGANTAR TEORI KONFLIK 1. Teori konflik sosial Teori konflik muncul sebagai bentuk reaksi atau tumbuh suburnya teori fungsionalisme struktural yang di anggap kurang memerhatikan fenomena konflik sebagai salah satu gejala di masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian. 2. Teori Konflik Marx Beberapa pandangaan Marx tentang kehidupan sosial: Masyarakat sebagai arena yang di dalamnya terdapat sebagai bentuk pertentangan negara di pandang sebagai pihak yang terlibat aktif dalam pertentangan dengan berpihak kepada kekuatan yang dominan. Paksaan dalam wujud hukum di pandang sebagai faktor utama untuk memelihara lembaga-lembaga sosial, seperti milik pribadi,perbudakan, kapital yang menimbulkan ketidak samaan hak dan kesehatan. Negara hukum dilihat sebagai alat penindasan yang di gunakan oleh kelas yang berkuasa demi keuntungan mereka. Kelas-kelas di anggap sebagai kelompok-kelompok sosial yang mempunyai kepentingan sendiri yang bertentangaan satu sama lain sehingga konflik tidak terelakkan lagi. 3. Teori konflik Ralf Dahrendorf Sebagai mana di kemukakan oleh Ralf Dahrendorf bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas atas dasar kepemilikan kewenangan, yaitu kelas yang memiliki kewenangaan dan kelas yang tidak memiliki kewenangaan. Menurut teori ini masyarakat terintegrasi karna adannya kepentingaan yang memguasai masyarakat banyak. 4. Teori Konflik Jonathan Turn Keloer Merumuskan kembali teori konflik dalam tiga pandangan tentang konflik yaitu: a. Tidak ada konflik yang jelas tentang gejala mana yang termasuk konflik itu,sebab ada istilah yang di gunakan untuk menyebut istilah konflik sepert permusuhan, perang, persaingan. b. Teori konflik tampak mengambang karna tidak menjelaskan unit analisis tentang konflik, apakah konflik tersebut terjadi antar individu, kelompok, organisasi,atu konflik antar bangsa. c. Teori konflik sulit melepaskan dari teori fungsionl, karena pada dasarnnya teori ini merupakan reaksi dari teori fungsional structural. 5.Teori Konflik Lewis Coser Lewis Coser menyebutkan beberapa fungsi konflik: a. Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok yang agak longgar. b. Konflik dengan kelompok lainnya dapat menghasilkan solidaritas di dalam kelompok tersebut dan solidaritas itu bisa mengantarkan kepada aliansi-aliansi dengan kelompok-kelompok lainnya. c. Konflik juga bisa menyebabkan anggota-anggota masyarakat yang terisolasi menjadi berperan secara aktif. d. Konflik juga bisa berfungsi untuk komunikasi. 6. Teori konflik C.Wright Mills Menurut C.Wright Mills ia berusaha menggabungkan perspektif konflik dengan kritik terhadap keteraturan sosial. Mills yakin bahwa konflik mungkin menciptakan suatu masyarakat yang baik di atas dasar pengetahuan, dan pembentukan tersebut merupakan tanggung jawab kaum intelektual percaya pada sosialisme liberal (Usman, 2012:54). E. AKIBAT KONFLIK SOSIAL 1. Bertambah kuatnya rasa solidaritas kelompok. 2. Hancurnya kesatuan kelompok. 3. Adannya perubahan kepribadian individu. 4. Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada. 5. Hilangnnya harta benda (material) dan korban manusia ( Setiadi & Kolip, 2011:377). F. Fungsi konflik sosial Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik berfungsi sebagai perintegrasi masyarakat dan sebagai sumber perubahan. Selain sebagai sebuah perubahan, konflik juga berfungsi menghilangkan unsur-unsur pengganggu dalam hubungan. Sebaliknya, jika konflik terjadi di dalam sistem sosio politik yang tidak stabil dan mapan, konflik cenderung di selesaikan melalui jalan kekerasan dengan cara memaksakan keinginan pihak-pihak yang terlibat konflik. George Simmel menyatakan bahwa masyarakat yang sehat tidak hanya membutuhkan hubungan sosial yang sifatnya integratif dan harmonis, tetapi juga membutuhkan adanya konflik. Lewis Coser dan Joseph Himes melakukan studi lebih lanjut tentang fungsi positif konflik sosial bagi kelangsungan hidup masyarakat. Dalam pandangan Coser, konflik sosial memiliki fungsi positif, diantaranya: 1. konflik dapat meningkatkan solidaritas suatu kelompok. 2. konflik dengan kelompok tentu akan menimbulkan hubungan tarik- menarik antara kelompok satu dengan yang lainnya. 3. konflik di dalam masyarakat biasanya akan mengunggah warga masyarakat yang semula pasif menjadi aktif dalam memainkan peranan tertentu di dalam masyarakat. 4. konflik memiliki fungsi komunikasi. Berbeda dengan lewis coser, himes memandang tidak semua konflik sosial selalu berinflikasi negatif, disisi lain konflik memiliki fungsi positif di antarannya: Secara structural, konflik dapat mengubah keseimbangan kekuasaan anatara kelompok dominan dan minoritas. Dari sisi komunikasi, konflik meningkatkan perhatian masyarakat terhadap hal yang di persengketakan. Dari sisi solidaritas, konflik dapat meningkatkan dan memantapkan solidaritas di antara kelompok minoritas. Dari sisi identitas, konflik akan menumbuhkan kesadaran tentang siapa mereka dan mempertegas batas-batas kelompok (Ariyani, 2018:203). G. Integrasi Sosial Kata integrasi berasal dari bahasa latin integrare yang berarti memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Dari kata kerja “integrare” di sebut kata sifat integritas yang berarti keutuhan dan kebulatan. Dari kata yang sama terbentuklah kata “integrer” yang berarti utuh (Hendropuspito, 1989:256). Menurut Ralph Linton, integrasi adalah proses perkembangan progresif dalam rangka mewujudkan persesuaian yang sempurna antara unsur-unsur, yang secara bersama mewujudkan kebudayaan universal (Linto, 1984:266). Menurut Soetrisno Kutoyo, integrasi sosial adalah gambaran tentang terjadinya pembauran warga masyarakat menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat kedalam satu kesatuan sosial atau dengan kata lain integrasi sosial merupakan proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat (Kutoyo, 2004:144). H. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTEGRASI SOSIAL Menurut Prof. Dr. Ramlan Surbakti, ada 5 faktor yang dapat mepengaruhi kelompok masyarakat terinstegrasi dalam komunitas bersama: Primordial Identitas bersama komunitas dapat terbentuknya karena adanya ikatan keasliaan, kedaerahan, kekerabatan, kesamaan suku, ras, tempat tinggal, bahasa, dan adat istiadat. Sakral Sakral adalah ikatan-ikatan yang di percayai sebagai hal yang berkaitan dengan kebenaran mutlak karena di percayai sebagai wahyu ilahiyah. Tokoh Integrasi bisa tercipta mana kalah dalam suatu masyarakat terdapat seorang atau beberapa tokoh pemimpin yang di segani dan di hormati karena kepemimpinan nya yang bersifat kharismatik. Bhinneka tunggal ika Bhinneka tunggal ika di lihat sebagai pemer satu suatu bangsa yang majemuk untuk mencapai integrasi suatu bangsa. Perkembangan ekonomi Melahirkan pembagiaan kerja dan spesialisasi untuk mendukung kelangsungan hidup suatu fungsi sistem ekonomi, yaitu menghasikan barang dan jasa (Duverger, 1981:338). KESIMPULAN Konflik adalah perjuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, otoritas, dan lain sebagainya, dimana tujuan dari mereka bertikai itu tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya dengan kekerasan atau ancaman. hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Konflik adalah suatu kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan. Konflik timbul karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan sosial, seperti kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang yang kemudian menimbulkan masalah-masalah diskriminasi. konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang disebabkan karena adanya perbedaan kondisi sosial budaya, nilai, status, dan kekuasaan, dimana masing-masing pihak memiliki kepentingan terhadap sumberdaya alam. Integrasi sosial adalah suatu proses penyesuaian di antara unsur-unsur sosial yang saling berbeda, seperti norma, nilai, pranata, sistem religi, dan peranan sosial yang menghasilkan suatu pola kehidupan yang sesuai serta serasi dengan fungsinya bagi suatu masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Atmadja, N. B. (2020). Sosiologi media perspektif teori kritis. Jakarta. Pustaka Nasional: KDT. Duverger, M. (1982). Sosiologi Politik. Jakarta. Hanani, Silfia. ( 2017) Komunikasi Antar Pribadi: Teori & Praktik. Yogyakarta. Ar- Ruzz Media. Setiadi, E. M., & Kolip, U. (2013). Pengantar Sosiologi politik. Kencana. Jakarta. Prenanda Media. Soekanto, S. (2002). Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta. Pustaka Nasional: KDT. Usman, S. (2004). Sosiologi : Sejarah Teori,dan Metodologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.