ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
EISSN 26858436
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS MASYARAKAT DI
NAGARI MANDEH
1-2
*Iftita Rahmi Efendi1 , Vikri2 , Sherlyna3 , Popi Marseli4 , Fadillah Nisa Caniago5 , Yuliana6
Program studi D4 Manajemen Perhotelan, UNP, Padang, Indonesia, iftitarahmiefendi17@gmail.com:
3
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, UNP, Padang, Indonesia
4
Program Studi Tata Busana, UNP, Padang, Indonesia
5
Program Studi Pendidikan Kimia, UNP, Padang, Indonesia
6
Program Studi Tata Boga, UNP, Padang, Indonesia
ABSTRAK
Desa wisata nagari Mandeh merupakan desa wisata yang memiliki
potensi wisata alam yang indah. Penelitian ini bertujuan untuk
Article History
merumuskan strategi pengembangan desa wisata nagari Mandeh
Submitted:
berbasis masyarakatyaitu merupakan alat bagi pembangunan pariwisata
29 Februari 2022
berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
Reviewed:
penelitian campuran (mix method). Data kualitatif melalui observasi,
19 Maret 2022
wawancara, dokumentasi dan Focus Grup Discussion (FGD) bersama
Accepted:
masyarakat dalam merumuskan strategi pengembangan desa wisata.
04 Juli 2022
Published:
Selanjutnya dianalisis dengan reduksti data, penyajian data dan
15 Nobember 2022
pengambilan kesimpulan. Data kuantitatif dikumpulan dengan
menyebarkan angket, kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa desa wisata nagari Mandeh dapat dikembangkankan dengan
CBT (Community Based Tourism) seperti mengaktifkan kembali kelompok sadar wisata dan
melakukan pendampingan kegiatan pariwisata di desa wisata nagari Mandeh.
Kata Kunci: Potensi Desa, Desa Wisata, Community Based Tourism (CBT), Nagari Mandeh
COMMUNITY-BASED TOURISM VILLAGE DEVELOPMENT STRATEGY IN
NAGARI MANDEH
ABSTRACT
Mandeh Nagari tourism village is a tourist village that has beautiful natural tourism potential.
This study aims to formulate a community-based development strategy for the Mandeh Nagari
Tourism Village (CBT), which is a tool for sustainable tourism development. The research
method used is mixed (mix method). Qualitative data through observation, interviews,
documentation and Focus Group Discussion (FGD) were then analyzed by data reduction, data
presentation and conclusion. Quantitative data was collected by distributing questionnaires
and then analyzed descriptively. The results showed that the Mandeh Nagari tourism village
could be developed with CBT (Community Based Tourism), such as re-activating tourism
awareness groups and providing assistance to tourism activities in the Mandeh Nagari tourism
village.
Keywords : Potential Village, Tourism Village, Community Based Tourism (CBT), Nagari
Mandeh
https:// jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
Doi: 10.36275/mws
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
PENDAHULUAN
Lebih dari enam dekade, pariwisata telah
menjadi
sektor
tercepat
dalam
perkembangannya sebagai salah satu aktifitas
ekonomi dunia, Brunner (2010) mengatakan:
Over the past six decades, tourism has been
one of the world economy’s fastest growing
sectors, bahkan pada pergantian abad ini,
industri pariwisata mengalami transformasi
yang dipicu oleh proses globalisasi yang
meluas.
United Nation World Tourism Organizations
(UNWTO) mengakui bahwa sektor pariwisata
adalah sektor unggulan (tourism is a leading
sector) dan merupakan salah satu kunci
penting untuk pembangunan wilayah di suatu
negara dan peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat.
Sektor
pariwisata
telah
mengalami ekspansi dan diversifikasi
berkelanjutan, serta menjadi salah satu sektor
ekonomi yang terbesar dan tercepat
pertumbuhannya di dunia.
Dukungan masyarakat melalui peran dan
fungsinya dalam kegiatan pariwisata
merupakan
salah
satu
tujuan
dari
pengembangan
kepariwisataan
yang
dikemukakan oleh UNWTO. Pariwisata
berbasis masyarakat semakin dianggap
sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan,
karena menekankan keterlibatan aktif
masyarakat setempat dan kontrol mereka
terhadap pengembangan pariwisata.
Community Based Tourism (CBT) adalah
pariwisata yang memperhitungkan aspek
keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya.
CBT merupakan alat bagi pembangunan
komunitas dan konservasi lingkungan atau
dengan kata lain CBT merupakan alat bagi
pembangunan
pariwisata
berkelanjutan
(Suansri, 2003).
Sebagai
contoh
representasi
dari
pembangunan pariwisata berbasis masyarakat
adalah Desa Wisata. Salah satu daerah di
Sumatera Barat yang berpotensi untuk
dikembangkan menjadi desa wisata adalah
Nagari Mandeh. Nagari Mandeh merupakan
salah satu nagari yang terdapat di kawasan
Mandeh yang berlokasi di Kecamatan Koto
XI Tarusan Kecamatan Tarusan Kabupaten
Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Nagari
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
EISSN 26858436
Mandeh adalah perpaduan perbukitan yang
alami dengan keindahan teluk yang dihiasi
dengan gugusan pulau kecil di tengah Teluk
Carocok Tarusan. Puncak Mandeh berbatasan
langsung dengan Kota Padang dengan jarak
kurang lebih 56 km. Nagari Mandeh sendiri
memiliki area seluas 2.485,14 Ha. Keindahan
alam yang dimiliki serta jarak yang tidak
terlalu jauh
dari pusat kota menjadikan
nagari Mandeh sangat berpotensi untuk
dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.
Master Plan pengembangan ke depannya
nagari Mandeh dipersiapkan sebagai nagari
wisata budaya, kuliner, dan agrowisata.
Masalah yang dihadapi dalam pengembangan
nagari Mandeh adalah belum adanya kajian
terhadap kesiapan pengembangan desa wisata
berbasis masyarakat (CBT) di Nagari
Mandeh.
Padahal di Nagari Mandeh ini
terdapat potensi nagari yang besar untuk di
kembangkan, seperti pulau setan, hutan
mangrove, ikan teri dan buah nipah, jika
potensi ini di kelola oleh masyarakat setempat
maka manfaatnya dapat di rasakan sendiri
oleh masyarakat dan menjadi income bagi
nagari Mandeh.
Kemudian di dukung dengan adanya
pemerintah,
kelompok
sadar
wisata
(Pokdarwis) dan komunitas pemuda yang
akan menjadi ujung tombak di dalam
pelaksanaan CBT. Hal ini yang menjadi dasar
mengapa CBT menjadi strategi yang tepat
untuk pengembangan desa wisata nagari
Mandeh.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siti
Fatimah, Eri Berlian, dan Yuliana ((2018))
menggambarkan tentang potensi kawasan
wisata terpadu Mandeh berbasis budaya dan
kearifan lokal. Pada penelitian tersebut belum
dilakukan analisis strategi pengembangan
tentang Desa Wisata Nagari Mandeh. Hal
inilah yang menjadi pembeda antara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang
akan dilakukan ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka sangat
penting dilakukan kajian terkait strategi
pengembangan
desa
wisata
berbasis
masyarakat di Nagari Mandeh, dengan
mempertimbangkan potensi nagari dan
kesiapan pelaksaaan CBT. Hal ini dilakukan
250
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
dalam upaya mempercepat pengembangan
desa wisata terintegrasi antara atraksi,
akomodasi dan fasilitas pendukung yang
disajikan dalam suatu struktur kehidupan
masyarakat yang menyatu dengan tata cara
dan tradisi yang berlaku.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: (1) Bagaimana potensi desa wisata
yang terdapat di Nagari Mandeh? (2)
Bagaimana kesiapan pengembangan desa
wisata berbasis CBT di Nagari Mandeh? (3)
Apa strategi yang cocok diterapkan untuk
menunjang percepatan pengembangan desa
wisata nagari Mandeh?
Urgensi dari penelitian ini adalah belum
ditemukannya strategi yang sesuai dalam
pengembangan desa wisata nagari Mandeh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui strategi yang tepat dalam
pengembangan desa wisata nagari Mandeh
sehingga dapat membantu masyarakat dalam
mengembangan desa wisata nagari Mandeh.
LITERATUR REVIEW
Desa Wisata
Desa Wisata adalah desa yang memiliki
potensi keunikan dan daya tarik wisata yang
khas, baik berupa karakter fisik lingkungan
alam pedesaan maupun kehidupan sosial
budaya kemasyarakatan yang dikelola dan
dikemas secara menarik dan alami dengan
pengembangan fasilitas pendukung wisatanya
dalam suatu tata lingkungan yang harmonis
dan pengelolaan yang baik dan terencana
sehingga siap untuk menerima dan
menggerakkan kunjungan wisatawan ke desa
tersebut,serta mampu menggerakkan aktifitas
ekonomi pariwisatayang dapat meningkatkan
kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat
setempat (Muliawan, 2008). Menurut
Muliawan (2008) prinsippengembangan desa
wisata adalah sebagai salah satu produk
wisata alternatif yang dapat memberikan
dorongan bagi pembangunan pedesaan yang
berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip
pengelolaan antara lain: (1) Memanfaatkan
sarana dan prasarana masyarakat setempat;
251
EISSN 26858436
(2) Menguntungkan masyarakat setempat;
(3) Berskala kecil untuk memudahkan
terjalinnya hubungan timbal balik dengan
masyarakat setempat; (4) Melibatkan
masyarakat setempat; (5) Menerapkan
pengembangan produk wisata pedesaan.
Kriteria Desa Wisata
Menurut Muliawan (2008) Kriteria dari desa
wisata adalah sebagai berikut: (1) Memiliki
potensi keunikan dan daya tarik wisata yang
khas (sebagai atraksi wisata), baik berupa
karakter fisik lingkungan alam pedesaan
maupun
kehidupan
sosial
budaya
kemasyarakatan; (2) Memiliki dukungan dan
kesiapan fasilitas pendukung kepariwisataan
terkait dengan kegiatan wisata pedesaan,yang
antara
lain
dapat
berupa:
akomodasi/penginapan,
ruang
interaksi
masyarakat dengan wisatawan/tamu, atau
fasilitas pendukung lainnya; (3) Memiliki
interaksi dengan pasar (wisatawan) yang
tercermin dari kunjungan wisatawan ke lokasi
desa tersebut; (4) Adanya dukungan, inisiatif
dan partisipasi masyarakat setempat terhadap
pengembangan desa tersebut terkait dengan
kegiatan kepariwisataan (sebagai desa wisata).
Komponen Pengembangan Desa Wisata
Komponen–komponen
dalam
pengembangan desa wisata menurut Karyono dalam
(Atmoko, 2014) adalah: (1) Atraksi dan
kegiatan wisata, atraksi wisata dapat berupa
seni, budaya, warisan sejarah, tradisi,
kekayaan alam, hiburan, jasa dan lain lain
yang merupakan daya tarik wisata. Atraksi ini
memberikan ciri khas daerah tersebut yang
mendasariminat wisatawan untuk berkunjung
ke tempat tersebut. Kegiatan wisata adalah
apa yang dikerjakan wisatawan atau apa
motivasi wisatawan datang ke destinasi yaitu
keberadaan mereka disana dalam waktu
setengah hari sampai berminggu – minggu;
(2) Akomodasi, akomodasi pada desa wisata
yaitu sebagian dari tempat tinggal penduduk
setempat dan atauunit - unit yang berkembang
atas konsep tempat tinggal penduduk; (3)
Unsur institusi atau kelembagaan dan SDM,
dalam pengembangan desa wisata lembaga
yang mengelola harus memiliki kemampuan
yang handal; (4) Fasilitas pendukung wisata
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
lainnya, pengembangan desa wisata harus
memiliki fasilitas- fasilitas pendukung seperti
sarana komunikasi; (5) Infrastruktur lainnya,
insfrastruktur lainnya juga sangat penting
disiapkan dalam pengembangan desa wisata
seperti sitem drainase; (6) Transportasi,
transportasi
sangat
penting
untuk
memperlancar akses tamu; (7) Sumber daya
lingkungan alam dan soasial budaya; (8)
Masyarakat, dukungan masyarakat sangat
besar peranannya seperti menjaga kebersihan
lingkungan, keamanan, keramah tamahan; (9)
Pasar domestik dan Mancanegara, pasar desa
wisata dapat pasar wisata domestik maupun
mancanegara.
Potensi Desa Wisata
Desa wisata merupakan wilayah pedesaan
yang memiliki daya tarik bagi wisatawan.
Desa yang menjadi tujuan wisata biasanya
memiliki keaslian sosial budaya, adat istiadat,
keseharian, arsitektur, tata ruang, dan
didukung dengan adanya atraksi (Zakaria,
2014). Hasil penelitian Zulhitra, Yuliana dan
Pasaribu (2016) menemukan bahwa Desa
Madobag Kepulauan Mentawai memiliki
potensi budaya yang digolongkan sebagai
Desa wisata budaya.
Hyunjin (2013) menyebutkan bahwa desa
wisata memiliki beberapa komponen utama,
yaitu: keunikan/keaslian/sifat khas; berada di
lingkungan alam yang asri; dikelola oleh
kelompok masyarakat yang memiliki kearifan
lokal; serta memiliki prasarana dasar yang
mendukung pariwisata. Mihalic (2016)
menyebutkan bahwa desa wisata wajib
menunjukkan partisipasi lokal, memiliki
norma, memiliki adat istiadat, dan memiliki
kekhasan budaya.
Hasil penelitian Purbasari dan Manaf (2017)
tentang Karakteristik Elemen Sistem
Pariwisata
Ekowisata
Desa
Wisata
Nglanggeran dan Wisata Desa pada Desa
Wisata Pentingsari menunjukkan hasil bahwa
daya tarik utama Desa Ekowisata Nglanggeran
adalah aksi konservasi yang menarik para
pengembara dan pecinta alam.
Sedangkan di desa wisata desa Pentingsari,
kehidupan masyarakat desa menjadi daya tarik
tersendiri untuk wisata edukasi yang menarik
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
EISSN 26858436
mahasiswa untuk menjalani program di desa
wisata Pentingsari.
Umumnya, kekhasan dari sebuah desa wisata
adalah pertanian, peternakan, kesenian,
makanan, pemandangan, kerajinan, dan
kepercayaan masyarakat. Inti dari desa wisata
adalah penguatan peran dan eksistensi
masyarakat melalui pariwisata. Faktor
pentingnya adalah kekhasan dari desa
(Rahmatillah, 2019). Desa wisata telah
menjadi trend pariwisata masa kini,
masyarakat modern lebih mencari desa wisata
sebagai alternatif wisatanya (Mihalic, 2016).
Pengembangan Desa Wisata Berbasis CBT
Pengembangan desa wisata tujuan utamanya
adalah menarik kunjungan wisatawan, dan
sekaligus menerapkan pariwisata berbasis
masyarakat (Community Based Tourism/CBT)
yang prinsip utamanya berupa keberlanjutan.
Kunjungan wisatawan selalu diawali dengan
pola konsumsi yang perlu dipenuhi oleh
wisatawan (Mihalic, 2016).
Artinya, seiring dengan proses pengembangan
yang dilakukan oleh pengelola, hal yang tidak
dapat ditinggalkan adalah promosi untuk
menarik minat calon wisatawan terhadap
produk desa wisata. Salah satu yang harus
dikembangkan adalah sikap melayani,
konsumsi terjadi karena adanya keinginan
untuk memperoleh layanan wisata ketika
berkunjung kesuatu objek wisata (Cohen,
2014).
Kondisi di desa wisata juga perlu
memperhatikan faktor pengalaman yang bisa
diperoleh oleh wisatawan. Pengalaman wisata
adalah inti dari industri pariwisata dan
perhotelan (Zhang, 2017).
Pengalaman muncul ketika terjadi interaksi
antara wisatawan dan lingkungan yang
ditemui selama perjalanan, dan melibatkan
kelima indera untuk merasakannya (Hyunjin,
2013). Pengalaman dan kesan yang diperoleh
wisatawan akan membawa pada kepuasan
wisatawan (Dodds, 2019).
Kepuasan
wisatawan
adalah
kunci
keberhasilan pengelola objek wisata, hal ini
dapat dilihat dari pola yang ditunjukkan oleh
252
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
konsumen yang puas, mereka biasanya
memutuskan untuk berkunjung kembali
(Kotler, 2017) dan (Hyunjin, 2013).
Pengembangan
desa
wisata
yang
berkelanjutan menghadapi masalah yang
serupa di berbagai wilayah, masalahnya
adalah pengembangan yang tidak berprinsip
keberlanjutan (Pitanatri, 2019). Destinasi yang
mulai maju, mulai mapan secara ekonomi,
seringkali menghadapi masalah terkait dengan
isu-isu lingkugan dan sosial.
Hal tersebut merupakan salah satu yang
mendasari pentingnya penerapan pariwisata
yang berkelanjutan. Permasalahan yang sering
muncul
merubah
trend
pengelolaan
kepariwisataan
menjadi
berprinsip
keberlanjutan (Mihalic, 2016).
Kondisi ideal pariwisata di masa kini adalah
pariwisata yang berkelanjutan (UNWTO,
2011). Pariwisata yang berkelanjutan tidak
sulit bagi desa wisata dibandingkan swasta,
karena desa wisata lebih mengejar
kesejahteraan bersama, dibandingkan swasta
yang mengejar keuntungan saja (Leslie, 2012).
Analisis SWOT
Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori
yang digunakan untuk merencanakan sesuatu
hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT
adalah sebuah singkatan dari, S adalah
Strengths atau Kekuatan, W adalah Weakness
atau Kelemahan, O adalah Opportunity atau
Kesempatan, dan T adalah Threat atau
Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk
menganalisis suatu kondisi dimana akan
dibuat sebuah rencana untuk melakukan
sesuatu, sebagai contoh, program kerja
(Rangkuti, 2003).
Menurut Rangkuti (2003), SWOT adalah
identitas berbagai faktor secara sistematis
untuk merumusakan strategi pelayanan.
Analisis ini berdasarkan logika yang dapat
memaksimalkan peluang namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kekurangan
dan ancaman.
253
EISSN 26858436
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian campuran
(mix methods) yaitu suatu langkah penelitian
menggunakan dua bentuk pendekatan dalam
penelitian yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian campuran merupakan pendekatan
penelitian yang mengkombinasikan antara
penelitian kualitatif dengan penelitian
kuantitatif (Creswell, 2010).
Sedangkan menurut Sugiyono (2019) mix
methods adalah metode penelitian dengan
mengkombinasikan antara dua metode
penelitian sekaligus, kualitatif dan kuantitatif
dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga
akan diperoleh data yang lebih komprehensif,
valid, reliabel, dan objektif. Informan
penelitian terdiri dari wali nagari, sekretaris
nagari, kepala kampung, pengelola rumah
makan, pengelola homestay, kelompok sadar
wisata (pokdarwis), kelompok remaja masjid,
dan tokoh masyarakat.
Data kualitatif dikumpulkan dengan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Kemudian dianalisis dengan cara reduksti
data, penyajian data dan pengambilan
kesimpulan.
Data
kuantitatif
dikumpulan
dengan
menyebarkan angket kepada 30 responden
yaitu terdiri dari pihak pemerintahan, pelaku
usaha, kelompok pemuda dan pengunjung,
kemudian dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan klasifikasi Arikunto (2010)
dengan rumus sebagai berikut: (1) Kategori
sangat baik: >(Mi+1,5 Sdi); (2) Kategori baik:
(Mi+0,5Sdi)-<(Mi+1,5 Sdi); (3) Kategori
cukup: (Mi–0,5 Sdi)-< (Mi+0,5 Sdi); (4)
Kategori Buruk: (Mi– ,5 Sdi)-< (M -0,5 Sdi);
(5) Kategori sangat buruk : <(Mi–1,5 Sdi.
Untuk menentukan skor rata-rata ideal
digunakan patokan kurva normal sebagai
berikut: Mi = ½ (skor ideal maksimum + skor
ideal minimum), Sdi = 1/6 (skor ideal
maksimum – skor ideal minimum). Dimana:
Mi = Skor rata-rata ideal, Sdi = Simpanan
baku.
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
EISSN 26858436
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Nagari Mandeh
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi tim peneliti terkait potensi Desa
Wisata Nagari Mandeh sebagai destinasi
unggulan, menurut Maryani (1991) dalam
(Salsabila, 2019) dapat diuraikan indikator
syarat utama destinasi unggulan yang meliputi
what to see, what to do, what to buy, what to
arrived dan what to stay.
Pertama yaitu What to see, what to see dari
Nagari Mandeh yaitu memiliki pemandangan
alam yang alami, seperti pemandangan laut
tenang yang dihiasi dengan gugusan pulau
kecil yaitu Pulau Setan (Soetan) yang dapat
dikunjungi dengan menggunakan perahu
wisata yang dikelola oleh masyarakat
setempat.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sekretaris Nagari Mandeh, Bapak Arwis,
bahwa icon nagari mandeh adalah pulau setan
yang hampir semua wisatawan yang datang ke
Nagari Mandeh menginginkan untuk diantar
ke pulau tersebut (Gambar 1). Selain itu, Desa
Wisata Nagari Mandeh Juga memiliki hutan
mangrove yang masih alami (Gambar 2).
Gambar 2. Hutan Magrove
Kedua ada What to do, pada umumnya
pengunjung yang datang ke Nagari Mandeh
melakukan aktivitas naik perahu mengelilingi
pulau setan (soetan), sebagai objek wisata
utama di Nagari Mandeh. Selain itu,
sebagaian wisatawan juga melakukan
snorcling (Gambar 3). Ketua Pokdarwis
mengemukakan bahwa aktivitas snorcling
merupakan kegiatan yang diminati oleh
wisatawan dari kalangan remaja.
Gambar 3. Aktivitas Snorcling di Desa Wisata Nagari
Mandeh
Gambar 1. Pulau Setan (Soetan)
(Sumber:https://www.trenasia.com/ pulau-setan-adadi-indonesia-seram- namanya-tapi-indah-pantainya)
Ketiga yaitu What to buy, Nagari Mandeh
mempunyai ikan yang terkenal yaitu ikan teri.
Harga ikan teri berkisar dari Rp70.000 Rp120.000/kilogram. Biasanya pengunjung
yang datang ke Nagari Mandeh hanya
membeli ikan teri yang mentah untuk
dijadikan oleh-oleh khas dari Mandeh. Selain
ikan teri, Desa Wisata nagari Mandeh juga
memiliki buah nipah, namun belum banyak
diolah oleh masyarakat.
Kemudian yang ke empat ada What to arrive
wisatawan yang dating ke Nagari Mandeh
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
254
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
dapat menggunakan kendaraan pribadi seperti
mobil dan motor. Akses jalan yang baik dan
tidak jauh dari pusat kota, menjadi nilai
tambah bagi wisatawan.
Selanjutnya yang ke lima ada What to stay
Nagari Mandeh sudah ada akomodasi seperti
homestay yang dapat digunakan pengunjung
untuk beristirahat ataupun menginap. Harga
sewa per malam Rp. 300.000/kamar. Ada 4
homestay yang terdapat di Nagari Mandeh.
Homestay tersebut dilengkapi fasilitas berupa
kasur utama, bantal, kipas angin, kasur santai,
karpet dan toilet bersama.
Dari hari wawancara, observasi dan
dokumentasi yang telah dilakukan, Nagari
Mandeh telah memiliki 4 (empat) komponen
daya tarik. Menurut Cooper dkk (2005) ada 4
komponen pariwisata yang dinamakan 4A
(attractions, accessibilities, amenities dan
ancillary). Secara umum (86,7%) masyarakat
dan wisatawan menilai Desa Wisata Nagari
Mandeh memiliki potensi daya tarik yang baik
dan sangat baik, namun 13,3% menilai cukup
pada aspek amenity dan ancillary service
sebagaimana terlihat pada Gambar 4.
EISSN 26858436
Setan (Soetan) dan hutan mangrove. Namun
untuk hutan mangrove ini perlu adanya
pengembangan untuk menjadi objek wisata
yang indah. Namun nagari Mandeh sendiri
sudah ada master plan untuk pengembangan
objek wisata mangrove. Kemudian juga ada
atraksi buatan berupa transportasi laut seperti
perahu wisata yang dapat membawa
wisatawan ke pulau yang ada di Nagari
Mandeh. Lalu juga ada atraksi kebuayaan
yaitu berupa kegiatan kesenian seperti tarian
yang di pertujukkan, namun pada saat ini di
Nagari Mandeh hanya ditampilkan pada saat
acara adat saja, semetara untuk kegiatan
pariwisata belum ada. Hal ini dikarenakan
belum adanya penggerak dari anak nagari
yang mau berperan aktif dalam kegiatan
kesenian ini.
Kedua yaitu Accessibility (Aksesibilitas),
aksesibilitas yang ada di nagari Mandeh yaitu
berupa jalan menuju nagari Mandeh yang baik
(Gambar 5), walaupun masih ada jembatan
yang rusak menuju Nagari Mandeh, akan
tetapi sekarang pemerintah nagari Mandeh
sedang melakukan perbaikan jalan. Namun ke
Nagari Mandeh belum tersedia transportasi
umum yang dapat langsung kesana. Untuk ke
nagari Mandeh wisatawan harus dengan
kendaraan pribadi seperti mobil ataupun
motor. Kemudian tersedianya transportasi laut
yaitu perahu wisata untuk menuju pulau di
Nagari Mandeh dan kawasan wisata Mandeh.
Perahu wisata ini dikelola oleh masyarakat
sekitar. Harga penyewaan perahu wisata ini
bervariasi mulai dari Rp.200.000- 650.000,
tergantung jarak pulau yang dituju.
Gambar 4. Penilaian Masyarakat dan Wisatawan
tentang Daya Tarik Desa Wisata Nagari Mandeh
Secara lebih terperinci, daya tarik Desa
Wisata Nagari Mandeh dapat dilihat dari
indikator 4 A, yang pertama yaitu Attraction
(Atraksi) atraksi wisata yang terdapat di Desa
Wisata Nagari Mandeh ada tiga yaitu atraksi
alam, atraksi buatan dan atraksi budaya.
Atraksi alam yang dapat yaitu berupa pulau
255
Gambar 5. Kondisi Jalan Raya ke Mandeh
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
Ketiga yaitu Amenity (Fasilitas), Fasilitas
yang ada di Nagari Mandeh yaitu berupa
akomodasi seperti homestay, rumah makan
dan tolet umum. Homestay di Nagari Mandeh
mayoritas terbuat dari kayu (Gambar 6).
Harga sewa per malam Rp. 300.000/kamar.
nagari Mandeh sendiri mempunyai 4
homestay yang dapat di sewa oleh wisatawan
yang datang ke nagari Mandeh. Sementara itu
rumah penduduk di Nagari Mandeh juga dapat
di jadikan Homestay, tapi belum di
aplikasikan oleh penduduk sekitar. Kemudian
ada rumah makan (Gambar 7) yang
menyediakan berbagai pilihan menu serta
juga ada beberapa fasilitas penunjang rumah
makan seperti toilet, musholla, dan tempat
parkir yang luas.
Selanjutnya juga ada toilet umum, namun
karna pengelolaan yang kurang toilet tersebut
tidak terawatt dengan baik.
EISSN 26858436
sebenarnya ada. Pelayanan tambahan tersebut
dapat berupa toko oleh-oleh yang menjual
makanan khas Nagari Mandeh. Oleh-oleh
yang dijual dapat berupa makanan khas nagari
Mandeh seperti peyek teri, rakik maco
(Gambar 8), sala bada dan bakso ikan teri dan
untuk minumannya berupa buah nipah yang
dapat di olah menjadi jus buah nipah (Gambar
9). Lalu cenderamata yang dapat di pasarkan
berupa kerajinan tangan berbentuk miniatur
kapal. Namun sebenarnya dulu ada
cenderamata seperti ini tapi karena toko
pemasarannya tidak ada dan daya minat
pembeli kurang akhirnya pembuatan miniatur
kapal ini terhenti. Lalu tidak adanya pusat
informasi pariwisata yang ada di Nagari
Mandeh yang membuat para wisatawan
kebingungan akan periwisata yang ada di
Nagari Mandeh.
Gambar 8. Ikan maco dan teri
Gambar 6. Homestay
Gambar 9. Buah nipah
Gambar 7. Rumah Makan di Mandeh
Keempat yaitu Ancilliary (Pelayanan
Tambahan), Pelayanan tambahan di nagari
Mandeh saat ini belum ada. Namun potensi
untuk adanya layanan tambahan tersebut
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
256
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
Kesiapan Masyarakat Nagari Mandeh
Terhadap Pengembangan Desa Wisata
Berbasis Masyarakat (CBT)
Menganalisis kesiapan masyarakat (CBT)
dalam pembentukan desa wisata di nagari
Mandeh. Teknik pengumpulan data diambil
dengan
cara
observasi,
wawancara,
dokumentasi serta Focus Group Discussion
(FGD). Berikut merupakan teknik yang
dilakukan dalam pengembangan desa wisata
di Nagari Mandeh:
Pertama yaitu Observasi, observasi telah
dilakukan 2 kali ke desa wisata nagari
Mandeh. Dalam kegiatan observasi ini
dilakukan pengamatan untuk mengetahui
potensi alam ataupun potensi sumber daya
masyarakat yang dimiliki Nagari Mandeh.
Kemudian Wawancara, pada tahap ini tim
melakukan wawancara kepada seluruh aspek
masyarakat baik dari sektor pemerintah,
pemuda ataupun pedagang dan lain-lainnya.
Hal itu bertujuan untuk menggali informasi
dari masyarakat secara langsung serta untuk
mengetahui kualitas sumber daya masyarakat
nagari Mandeh.
Selanjutnya dokumentasi yang di gunakan
sebagai bahan informasi dalam penelitian ini
adalah berupa gambar-gambar yang berkaitan
dengan potensi desa wisata di nagari Mandeh.
Potensi tersebut berupa hutan mangrove, ikan
teri dan buah nipah.
Terakhir yaitu Focus Group Discussion
(FGD), FGD dilakukan oleh tim untuk
mensosialisasikan program pembentukan
desa wisata dengan konsep CBT kepada
perangkat desa, pelaku usaha dan komunitas
yang ada di nagari Mandeh. Dalam sosialisasi
tersebut dijelaskan kegiatan-kegiatan dan
program- program yang akan mendukung
pembentukan desa wisata. Serta didiskusikan
juga strategi yangditawarkan oleh tim peneliti
mengenai pengembangan
desa wisata
tersebut.
Kegiatan
informasi
Masyakat
swadaya
Kemauan
257
tersebut diperoleh beberapa
diantaranya sebagai berikut: (1)
belum memiliki lembaga
masyarakat yang aktif; (2)
pemuda nagari Mandeh yang
EISSN 26858436
sangat minim dalam berpartisipasi pada
setiap kegiatan Nagari; (3) Minimnya
pengetahuan
masyarakat
tentang
pengembangan desa wisata; (4) Belum
adanya kelompok usahasehingga masyakat
mengembangkan usaha secara pribadi; (5)
Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
mengolah
produk
usaha
yang
menyebabkan pasang surutnya keinginan
dalam mengembangkan produk.
Kegiatan tersebut juga menghasilkan
beberapa
kesepakatan
diantaranya
pengaktifan kembali lembaga-lembaga
masyarakat terutama dalam bidang
pariwisata.
Lembaga
/
organisasi
masyarakat desa memiliki peranan penting
dalam keberlangsungan desa wisata
sehingga perlunya dibentuk organisasi
seperti kelompok sadar wisata (Pokdarwis)
sebagai lembaga pengelola wisata sehingga
nantinya desa wisata dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
Rencananya nagari Mandeh juga akan
mengaktifkan kembali pokdarwis yang
secara struktur organisasi berada di bawah
Bamus.
Pokdarwis
akan
bertugas
mengelola
destinasi
wisata
desa.
Permasalahannya
pokdarwis
membutuhkan sumber daya manusia yang
memahami tentang pengelolaan wisata.
Pokdarwis masih kekurangan orang yang
mau menjadi pengurus pokdarwis secara
profesional. Pengelolaan pokdarwis secara
profesional akan memudahkan pengelolaan
wisata desa di kemudian hari.
Selanjutnya yaitu pemanfaatan kelompok
PKK untuk melakukan pengolahan
cendramata asli nagari Mandeh. Dalam hal
ini memulai kembali kelompok produksi
pengolahan buah nipah yang sempat
terhenti. Sebelumnya sudah ada inisiatif
dari ibuk-ibuk PKK untuk mengolah buah
nimpah menjadi selai akan tetapi kini tak
beroperasi lagi dikarenakan kurangnya
motivasi dan koordinasi, sehingga
minimnya pengetahuan tentang pemasaran
produk.
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
Strategi Pengembangan Desa Wisata
Nagari Mandeh
Sebagai Perumusan strategi pengembangan
desa wisata di nagari Mandeh ini
SWOT
Strenght
(Kekuatan)
Opportunities
(Peluang)
Weakness
(Kelemahan)
Treath (Ancaman)
EISSN 26858436
menggunakan analisis SWOT dalam hal ini
dilihat dari 3 aspek diantaranya aspek
pemerintah, pelaku usaha, dan sumber daya
masyarakat.
Tabel 1. SWOT
Strategi Pengembangan Desa Wisata Nagari Mandeh
Pemerintah setempat memiliki masterplan pengembangan nagari Mandeh terkait
pengembangan hutan mangrove.
Memiliki potensi alam yang sangat indah seperti pulau setan (Soetan).
Memiliki akses jalan yang baik.
Sudah memiliki fasilitas pariwisataseperti homestay, warung makan, atraksi wisata,
perahu wisata dan akses jalan.
Sudah memiliki BUMNAG.
Masyarakat banyak yang berada pada usia produktif.
Pemerintah provinsi sudah ada rencana ambil bagian dalam implementasi masterplan
Kerja sama dengan perguruan tinggi untuk melakukan pendamping pengembangan
SDM
Tersedianya banyak CSR
Pandangan yang baik oleh wisatawan terhadap Mandeh.
Dominasi pemuda usia produktif yang bisa di kembangkan dan di ikut sertakan dalam
mengimplementasikan program pengembangan kreatif di kawasan Mandeh.
Kelembagaan tata kelola masih pada level 1 (level nagari), level 2 dinas pariwisata,
level 3 kabupaten dan level 4 provinsi. Target pemerintah nagari Mandeh untuk
mencapai level 3.
Belum efektifnya pokdarwis, dilihat dari belum terlihat peran pokdarwis.
Belum adanya komunitas /kelompok masyarakat di setiap bidang (misal komunitas
seni, homestay, kuliner, promosi, dll)
Belum adanya tarif standar untuk setiap fasilitas wisata (karena baru bisa standar kalau
sudah ada kelompok)
Rumah makan menjual makanan pada umumnya, tidak ada yang spesifik/makanan
khas
Spanduk homestay sudah sobek karena angin, sehingga informasi yang tertera pada
spanduk tidak jelas, yang menyebabkan tamu tidak mengetahui nama dan kontak
homestay yang dapat dihubungi
Kebersihan homestay kurang terjaga, hal ini dikarenakan tamu yang sepi sehingga
kebersihan tidak dilakukan secara berkala
Tempat parkir kendaraan yang sulit di sekitar homestay dikarenakan tidak adanya
ruang parkir khusus, sehingga kendaraan parkir di bahu jalan
Sirkulasi udara yang kurang baik dikarenakan ventilasi yang kecil dan jendela kaca
yang tidak bisa di buka
Ikan hanya dijual mentah, bukan dalam bentuk olahan
Tidak terlalu banyak orang yang bermalam di pulau sekitar mandeh, tidak
banyak pedagang yang menjual
hasil alam dari nagari Mandeh
Adanya persaingan yang cukup ketat dengan desa wisata lain di kawasan mandeh.
Pengunjung yang sepi dikarenakan pandemi dan pemberlakuan PPKM.
Pengaruh Gadget dikalangan pemuda yang membuat kebanyakan pemuda menjadi
generasi bungkuk dan kurang minat dalam berpartisipasi pada kegiatan kepemudaan.
Berdasarkan identifikasi faktor Strengths,
Weakness, Opportunity, dan Threat, dapat
dirumuskan strategi pengembangan desa
wisata Nagari Mandeh, yaitu:
Strategi S -O yaitu (1) Melaksanakan
masterplan dengan melibatkan pemerintah
provinsi danmenggaet CSR; (2) Bekerjasama
dengan
perguruan tinggi
untuk
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
pengelolaan
potensi
SDM
(misal,
mendatangkan pendamping dalam bidang
kelautan,
teknik,
geografi;
(3)
Mempertahankan imege baik Mandeh dengan
senantiasa melakukan peningkatan kualitas
daerah wisata; (4) Menjadikan ikan teri
sebagai salah satu menu andalan; (5)
Meningkatkan penangkapan ikan agar hasil
258
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
tangkapan lebih banyak dan waktu yang
digunakan lebih efisien; (6) Meningkatkan
fasilitas homestay agar tamu merasa puas. (7)
Membuat paket wisata ke pulau-pulau; (8)
Mengadakan kegiatan kepemudaan secara
rutin, agar terciptanya pengembangan
kreatifitas pemuda.
Strategi S-T yaitu (1) Mengoptimalkan
SDA yang hanya dimiliki Mandeh untuk
meningkatkan daya tarik wisatawan asing; (2)
Mengoptimalkan promosi pada bulan2
dengan cuaca yang aman (bukan musim
hujan); (3) Menciptakan rumah makan yang
unik dan memiliki ciri khas agar pembeli
ramai datang; (4) Mempelajari cara
perhitungan
cuaca
sehingga
dapat
memprediksi cuaca yang akan terjadi; (5)
Melakukan kegiatan yang menerapkan
protokol kesehatn, sehingga pengunjung
merasa aman; (6) Mengatur plan B dalam
setiap kegiatan, seperti menyesuaikan
kegiatan yang ada sesuai cuaca, baik kegiatan
awal yang rencana dilaksanakan di outdoor di
jadikan indoor.
Strategi W – O yaitu (1) Mengambil peluang
keterlibatan provinsi untuk meningkatkan
level kelembagaan desa wisata; (2)
Melibatkan
perguruan
tinggi
untuk
melakukan pendamping SDM (IT, kuliner,
pemandu wisata, penetapan tarif standar); (3)
Mengoptimalkan CSR untuk membangun
fasilitas umum; (4) Menambah jumlah menu
agar lebih variatif; (5) Membuat pencatatan
pada tamu agar mengetahui data jumlah tamu
dan asal tamu; (6) Menerapkan CHSE pada
homestay; (7) Membuat papan informasi yang
mudah dibaca tamu; (8) Membentuk
komunitas, sehingga harga penyewaan
boat/kapal mendapatkan tarif yang rata; (9)
Mengadakan pelatihan untuk pengembangan
kreatifitas dan inovasi dari pemuda yang ada
di nagari Mandeh.
Strategi W – T yaitu (1) Memberikan
dukungan moril dan materil pada kelompok
masyarakat untuk menonjolkan kekhasan
Mandeh, sehingga
dapat meminimalisir
persaingan dengan daerah wisata di sekitar
Mandeh; (2) Membuat rumah makan yang
tidak kalah menarik dari rumah makan nagari
259
EISSN 26858436
tetangga; (3) Memaksimalkan waktu untuk
mengolah ikan hasil tangkapan bila cuaca
tidak memungkinkan untuk melaut; (4)
Mempromosikan homestay pada sosial media;
(5) Membuat harga khusus pada masa
pandemi; (6) Mengadakan workshop IT
(Information Technology) di kalangan
pemuda yang ada di Nagari Mandeh, seperti
pelatihan photoshop, canva, serta aplikasi
pembuatan konten.
Dari analisis SWOT dan strategi S-O, S- T, WO, W-T dapat disusun strategi pengembangan
desa wisata berbasis masyarakat di nagari
Mandeh dengan menerapkan Community
Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan
pengembangan pariwisata, sebagai berikut:
Pertama bentuk pariwisata yang menjadikan
masyarakat sebagai aktor utama dalam
manajemen dan pembangunan pariwisata di
desa wisata nagari Mandeh. Kemudian
Pemberdayaan Masyarakat secara politis
sebagai bentuk peningkatan taraf kualitas
hidup masyarakat dengan menjalin kerjasama
dengan pihak-pihak pemeritah ataupun
swasta. Selanjutnya Pembentukan Kelompok
Sadar Wisata, kegiatan yang dapat dilakukan
adalah: (a) Edukasi Pengembangan Desa
Wisata bagi perangkat desa, dan masyarakat
umum; (b) Pelatihan interpretasi pemandu
lokal dan pengelolaan homestay. Pemandu
merupakan unsur yang penting dalam desa
wisata khususnya desa yang mengembangkan
destinasi wisata alam, maka hal-hal apa saja
yang perlu disampaikan kepada wisatawan
saat memandu mereka perlu dilatihkan.
Homestay atau rumah penduduk yang
dijadikan sebagai tempat penginapan bagi
wisatawan perlu pengelolaan yang profesional
sehingga wisatawan ingin kembali ke desa
lagi maka hal ini perlu dilatihkan agar
masyarakat nagari Mandeh siap menerima
wisatawan di rumahnya; (c) Pelatihan digital
marketing, pembuatan video promosi wisata
menggunakan medsos, agar keindahan nagari
Mandeh dapat terekspos kedunia luar.
Lalu Pengembangan cinderamata dan kuliner
lokal, kegiatannya meliputi: (a) Desain
souvenir khas desa dan souvenir merupakan
hal yang perlu tersedia di suatu destinasi
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
wisata, demikian juga dengan nagari mandeh.
Salah satu cendramata yang dapat
dikembangkan yaitu dibidang kuliner berupa
olahan buah nipah. Buah nipah merupakan
hasil alam khas nagari Mandeh. Buah nipah
sendiri dapat diolah menjadi berbagai macam
minuman segar, selai dan lain-lain. Tak hanya
buah nipah, ikan teri juga menjadi cendramata
khas di nagari Mandeh. Akan tetapi untuk
sekarang ikan teri belum dilakukan
pengolahan oleh masyarakat setempat masih
berupa bahan mentah, sementara ikan teri bisa
diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti
peyek dan lain-lainnya. Hal itu dapat
meningkatkan harga jual ikan teri tersebut;
(b) Pelatihan pengemasan produk unggulan
desa dan pemasarannya. Kemasan merupakan
salah satu hal penting yang perlu dipikirkan
saat akan menjual suatu produk khususnya
produk makanan.
SIMPULAN
Desa wisata nagari Mandeh merupakan desa
wisata yang memiliki potensi wisata alam
yang indah. Desa wisata nagari Mandeh
sangat potensial untuk dikembangkan menjadi
destinasi wisata unggulan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam
pengembangannya yaitu dengan melibatkan
masyarakat secara langsung sebagai penggiat
wisata, atau yang lebih dikenal dengan
pariwisata berbasis Masyarakat (CBT).
Community Based Tourism merupakan alat
bagi pembangunan komunitas dan konservasi
lingkungan atau dengan kata lain CBT
merupakan alat bagi pembangunan pariwisata
berkelanjutan (Suansri, 2003).
Dalam Master plan pengembangan ke
depannya, nagari Mandeh dipersiapkan
sebagai nagari wisata budaya, kuliner, dan
agrowisata, untuk mencapai hal tersebut
dibutuhkan strategi yang cocok untuk
diterapkan dalam pengembangan desa wisata
nagari Mandeh, strategi tersebut diantarannya
sebagai berikut: (1) Menjadikan masyarakat
sebagai aktor utama dalam manajemen dan
pembangunan pariwisata di desa wisata nagari
Mandeh, melalui pembentukan kelompok
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
EISSN 26858436
masyarakat, seperti Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS),
kelompok
kuliner,
kelompok pengusaha homestay, kelompok
pengusaha boat, dan lain sebagainya; (2)
Pemberdayaan
masyarakat
dalam
Pengembangan Cinderamata dan kuliner
local; (3) Pemberdayaan masyakat yang ahli
teknologi dalam upaya promosi keindahan
alam desa wisata nagari Mandeh agar bisa
dikenal oleh dunia luas; (4) Bekerjasama
dengan pemerintahan dalam pengembangan
masterplan serta bekerja sama dengan
lembaga perguruan tinggi dalam bentuk
pendampingan pemberdayaan masyarakat.
REFERENSI
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik . Rineka
Cipta.
Atmoko, T. P. (2014). Strategi
Pengembangan Potensi Desa Wisata
Brajan Kabupaten Sleman. Jurnal
Media Wisata, 146–154. Diambil
kembali dari
https://amptajurnal.ac.id/index.php/M
WS/article/view/87
Brunner, E. (2010). New Paradigm of
Tourism.
Cohen, S. A. (2014). Consumer behaviour in
tourism: Concepts, influences and
opportunities. Current Issues in
Tourism, 872–909.
doi:https://doi.org/10.1080/13683500.
2013.850064
Cooper, C. F. (2005). Tourism; Principleand
Practive, Third Edition, Harlow.
Prentice Hall.
Creswell, J. W. (2010). Research Design :
Pendekatan kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed. Pustaka Pelajar.
Dodds, R. &. (2019). Beach tourists; what
factors satisfy them and drive them to
return. Ocean and Coastal
260
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
Management, 158–166.
doi:https://doi.org/10.1016/j.ocecoam
an.2018.10.034
Fatimah, S. B. ((2018)). Sustainable Tourism
Kawasan Wisata Terpadu Mandeh
Berbasis Budaya dan Kea’rifan
Lokal.
Hyunjin, J. (2013). The Effect of Experiential
Marketing on Customer Satisfaction
and Revisit Intention of Beauty Salon
Franchise Stores. Fashion Business,
109–121.
doi:https://doi.org/10.12940/jfb.2013.
17.3.109
Kotler, P. G. (2017). Principles of Marketing
an Asian Perspective. Pearson.
Leslie, D. (2012). Responsible Tourism
Concept, Theory and Practice. CABI
Publisher.
Mihalic, T. (2016). Sustainable-responsible
tourism discourse - Towards
“responsustable” tourism. Journal of
Cleaner Production, 461–470.
doi:https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2
014.12.062
Muliawan. (2008). Pengembangan
Pariwisata Berbasis Masyarakat
Konsep dan Implementasi.
Pitanatri, P. D. (2019). Override parade : isuisupariwisata berkelanjutan pada
destinasi kepulauan di indonesia.
Media Wisata, 131–149.
doi:https://doi.org/10.36276/mws/v17
i2
Pulau Setan (Soetan):
https://www.trenasia.com/pulausetan-ada-di-indonesia-seramnamanya-tapi-indah-pantainya.
(Diakses pada tanggal 23 Agustus
2021).
EISSN 26858436
doi:https://doi.org/10.14710/pwk.v13i
1.15151
Rahmatillah, T. P. (2019). Strategi
Pengembangan Desa Wisata Berbasis
Wisata Alam dan Budaya Sebagai
Media Promosi Desa Sangiang.
Jurnal Planoearth, 111.
doi:https://doi.org/10.31764/jpe.v4i2.
970
Rangkuti, F. (2003). Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama.
Salsabila, L. &. (2019). Perspektif Apresiatif
dan Rekreatif pada Kawasan Cagar
Budaya, Kasus Studi: Kawasan Braga
di Bandung. Jurnal RUAS, 32–42.
Suansri, P. (2003). Community Based
Tourism Handbook. REST Project.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Alfabeta.
Zakaria, F. &. (2014). Konsep
Pengembangan Kawasan Desa Wisata
di Desa Bandungan Kecamatan
Pakong Kabupaten Pamekasan.
Teknik Pomits.
doi:https://doi.org/2337-3520
Zhang, H. W. (2017). Introduction. July.
Zulhitra, D. Y. (2016). Strategi
Pengembangan Desa Madobag
Sebagai Desa Wisata Budaya Di
Kabupaten Kepulauan Mentawai. EJournal Home Economic and
Tourism.
Purbasari, N. &. (2017). Karakteristik
Elemen Sistem Pariwisata Ekowisata
Desa Wisata Nglanggeran dan Wisata
Desa pada Desa Wisata Pentingsari.
Jurnal Pembangunan Wilayah &
Kota, 100.
261
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969
Media Wisata, Volume 20, Nomor 2, November 2022
EISSN 26858436
BIODATA PENULIS
Iftita Rahmi Efendi, Program studi
D4 Manajemen Perhotelan, Universitas
Negeri Padang, Padang, Indonesia,
iftitarahmiefendi17@gmail.com
Vikri, Program Studi D4 Manajemen
Perhotelan, Universitas Negeri Padang,
Padang,
Indonesia,
vhikofficial@gmail.com
Sherlyna, Program Studi Pendidikan
Bahasa Inggris, Universitas Negeri Padang,
Padang, Indonesia, sn549275@gmail.com
Popi Marseli, Program Studi Tata
Busana, Universitas Negeri Padang,
Padang,
Indonesia,
popimarselly2019@gmail.com
Fadillah Nisa Caniago, Program
Studi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri
Padang,
Padang,
Indonesia,
Nisafadillah43@gmail.com
Yuliana, Program Studi Tata Boga,
Universitas Negeri Padang, Padang,
Indonesia, yuliana@fpp.unp.ac.id
http://jurnal.ampta.ac.id/index.php/MWS
262