SCRIPTA : Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
ISSN: (Online) 27228231, (Print) 26852144
Volume 14, Nomor 2, November 2022, 90-105
Doing Mission Dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Menyambut Era Society 5.0
1Febriaman
Lalaziduhu Harefa, 2 Jeane Paath,
1
febriaman85@gmail.com, 2paathjeane@gmail.com
1,2Dosen Sekolah Tinggi Teologi Ebenhaezer, Tanjung Enim
Diterima :
September 2022
Direvisi :
Sep-Nov 2022
Diterbitkan :
28 November 2022
Keywords :
Doing Mission
Society 5.0
PAK
Abstrak
Society 5.0 memberikan dampak positif dalam kehidupan
manusia, sekaligus dampak negatifnya. Khususnya dalam
bidang pendidikan memiliki dampak yang cukup
siginikan, apalagi jikalau dihubungan dengan pelayanan
misi
Kerajaan
Allah.
Tulisan
ini
mencoba
mendeskripsikan esensi misi dalam Pendidikan Agama
Kristen di era Society 5.0 dan metode pembelajaran yang
tepat untuk dipraktikkan oleh guru-guru Kristen.
Pendekatan yang dilakukan adalah kualitatif dengan
metode kepustakaan (library research). Hasilnya
membangun dasar misi Alkitabiah dan falsafah
Pendidikan Agama Kristen yang konstruktif-kontekstual.
Metode dalam pembelajaran adalah membangun
pendekatan pembelajaran berbasis teknologi, berbasis
karakter dan upaya intergrasi antara mission experience,
christian mission theory dan artificial intelligence
Kata Kunci :
Doing Mission,
Society 5.0
PAK
Copyright:
© 2022 The Authors
Licensee: This work is
licensed under
the Creative Commons
Attribution-ShareAlike 4.0
International License.
DOI:
https://doi.org/10.47154/s
cripta.v13i1.152
Abstract
Society 5.0 has a positive impact on human life, as well as a
negative impact. Especially in the field of education, it has a
significant impact, especially if it is related to the ministry of the
mission of the Kingdom of God. This paper tries to describe the
essence of the mission in Christian Religious Education in the
era of Society 5.0 and the appropriate learning methods to be
practiced by Christian teachers. The approach taken is
qualitative with library research. The result builds the
foundation of the Biblical mission and the constructivecontextual philosophy of Christian Religious Education. The
method in learning is to build a technology-based, characterbased learning approach and efforts to integrate mission
experience, Christian mission theory and artificial intelligence.
90
A.
Pendahuluan
Society 5.0 (SuperSmart Society) merupakan sebuah istilah yang mucul pada tahun
2016 yang dipromosikan oleh Council for Science, Technology and Inovasi, yaitu sebuah
federasi bisnis di Jepang.1 Berbeda dengan konsep Industri 4.0, semangat Society 5.0
tidak terbatas pada sektor manufaktur saja. Tetapi menerobos misi memecahkan
masalah dan isu-isu sosial dengan mengintergrasikan antara ruang fisik (physical space)
dan ruang virtual (physical space). 2 Faktanya Society 5.0 adalah masyarakat dimana
teknologi TI canggih, IoT, robot, augmented reality dan kecerdasan buatan (artificial
intelligence). Secara aktif digunakan dalam kehidupan secara umum, industri-industri,
kesehatan, pendidikan, dll.3
Seperti isu sosial lainnya, Society 5.0 juga memiliki dampak positif, maupun
dampak negatif. Dampak secara positif membawa transformasi di dalam segala sisi
kehidupan, dengan membawa percepatan pada aktifitas manusia karena sistem
intergrasi dan ketajaman dalam menganalisis masalah yang sifatnya sistematis dan
komprehensif. Dalam hal ini, Rayhansyah menjelaskan bahwa Society 5.0 yang ditandai
dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence) mentransformasi big data membuka
peluang-peluang bagi kemanusiaan. Dalam era ini, segala sesuatu terhubungan dengan
dunia maya dan mempermudah manusia dalam melakukan banyak hal. Karena
kecerdasan buatan (artificial intelligence) melebihi kemampuan dan percepatan manusia
dalam mengerjakan segala macam pekerjaan dan aktifitas.4
Sedangkan dampak secara negatif juga menjadi perhatian bersama, karena Society
5.0 meningkatkan kemungkinan kebocoran data, ketergantungan besar pada sumber
daya energi terbaru, masyarakat cenderung mengalami ketergantungan kepada
teknologi, resiko pengurangan tenaga kerja dengan adanya otomatisasi dalam industri
dan masyarakat dituntut untuk dapat beradaptasi dengan cepat.5 Menurut Putra, Society
5.0 mengusung konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human centered) dan
berbasis teknologi (technology based) dan berpotensi mendegradasi peran manusia. 6
Dalam dunia pendidikan tantangan Society 5.0 cukup berfariatif. Seperti pernyataan
Parwati dan Pramartha, bahwa pendidikan di era Society 5.0 adalah dunia pendidikan
Carolina Narvaez Rojas and others, ‘Society 5.0: A Japanese Concept for a Superintelligent
Society’, Sustainability, 13.2 (2021) <https://doi.org/10.3390/su13126567>.
2 P.O Skobelev and Yu. Borovik, ‘On the Way From Industry 4 .0 To Industry 5.0: From Digital
Manufacturing to Digital Society’, International Scientific Journal ‘Industry 4.0’, 2.6 (2021)
<https://stumejournals.com/journals/i4/2017/6/307/pdf>.
3 Yusuf Falaq, ‘Education of Citizenship in Higher Education as A Fortress of Nation Characters in
Facing
Era
Society
5.0’,
Journal
of
Educational
Sciences,
4.4
(2013),
804
<https://doi.org/https://doi.org/10.31258/jes.4.4.p.802-812>.
4 Dava Rifki Rayhansyah, ‘Dampak Negatif Dan Positif Dalam Era Society 5.0’, Kompasiana.Com,
2022 <https://www.kompasiana.com/davarifki9598/6306b0a908a8b5133205deb2/dampak-negatif-danpositif-dalam-era-socity-5-0#:~:text=Melalui Society 5.0 kecerdasan buatan,membuka peluang-peluang
bagi kemanusiaan.> [accessed 29 September 2022].
5
Nisa, ‘Kelebihan Dan Kekurangan Penerapan Society 5.0’, Inmarketing, 2022
<https://inmarketing.id/kelebihan-dan-kekurangan-society-5-0.html> [accessed 29 September 2022].
6 Pristian Hadi Putra, ‘Tantangan Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Society 5.0’, Islamika :
Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 19.02 (2019), 106 <https://doi.org/10.32939/islamika.v19i02.458>.
1
91
dituntut mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sebagai fasilitas
yang lebih dan canggih untuk memperlancar pembelajaran. Pada titik ini pola pikir
pembelajaran akan bergeser yang selama ini berpusat kepada guru (teacher centered)
menjadi berpusat pada peserta didik (student centered).7
Tantangan lain adalah minimnya pengetahuan bahasa guru sebagai teacher
centered learning yang kontekstual di era Society 5.0. Menurut Arti, kesulitan
pembelajaran bahasa yang efetif karena mayoritas siswa di sekolah tetap ingin
menggunakan bahasa sehari-hari mereka saat berkomunikasi dengan dengan guru dan
teman sebaya. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk keterampilan berpikir kritis dan
pemecahan masalah (critical thinking and problem solving skill), keterampilan komunikasi
dan kolaboratif (communication and collaborative skill), keterampilan berpikir kreatif dan
inovasi (creativity and innovative skill), literasi teknologi informasi dan komunikasi
(information and communication technology literacy), contextual learning skill, literasi
informasi dan media (information and media literacy).8
Tulisan ini mencoba membingkai pemikiran tentang peranan pendidikan agama
Kristen (PAK) dalam pelaksanaan misi di era Society 5.0. Dengan membahas topik ini,
penulis mencoba memikirkan peranan pendidikan agama Kristen (PAK) dalam
kemajuan misi masa kini. Dimana dalam dekade ini sudah mulai redup dan kehilangan
pengaruhnya. Dalam pengamatan peneliti, hal ini dilatar belakangi oleh beberapa
alasan. Pertama, redupnya visi dan misi lembaga-lembaga pendidikan Kristen tentang
pentingnya pelaksanaan misi kerajaan Allah sebagai bagian dari amanat agung Tuhan
Yesus dalam Matius 29:19-20. Tenny dan Arifianto menjelaskan bahwa pendidikan
agama Kristen (PAK) yang dipraktikkan di institusi pendidikan kebanyakan hanya
mengajarkan doktrin Kristen secara teori saja, dan pada praktiknya masih bersifat satu
arah. Kebanyakan pendidik hanya sampai pada menunaikan tugas dan kewajiban
akademis saja. Tanpa menyadari bahwa tugas utamanya sebagai seorang pendidik
adalah malaksanakan tugas pemuridan dan Amanat Agung.9
Kedua, pengaruh semangat pluralisme agama-agama yang didemontrasikan
secara luas, yang mempengaruhi hampir semua sisi kehidupan. Secara sosial semangat
pluralisme ini sangatlah baik, dan harus dijunjung tinggi apalagi sekolah-sekolah
Kristen berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang majemuk.
Hal ini akan menjadi problem iman, jika penerimaan dan pemahamannya menyentuh
area teologis dan iman umat beragama. Dipastikan umat beragama akan kehilangan
arah iman, yang bermuara kepada penyangkalan nilai-nilai fundamental dalam
7 Ni Putu Yuniarika Parwati and I Nyoman Bayu Pramartha, ‘Strategi Guru Sejarah Dalam
Menghadapi Tantangan Pendidikan Indonesia Di Era Society 5.0’, Widyadar, 22.1 (2021), 143 – 158
<https://doi.org/10.5281/zenodo.4661256>.
8 Mesi Arti, ‘Tantangan Sekolah Dan Peran Guru Dalam Mewujudkan Pembelajaran Bahasa Yang
Efektif Di Era 4.0 Menuju Masyarakat 5.0’, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas PGRI Palembang, 1.1 (2020), 1027–36.
9 Tenny Tenny and Yonatan Alex Arifianto, “Aktualisasi Misi Dan Pemuridan Guru Pendidikan
Agama Kristen Dalam Era Disrupsi,” Didache: Journal of Christian Education 2, no. 1 (2021): 44-45.
92
kehidupan beragama. 10 Ketiga, telah terjadi pergeseran makna dan paradigma misi
disebabkan oleh melaju cepatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 11 Misi
tidak lagi menjadi bagian penting dalam segala sisi kehidupan manusia. 12 Santoso,
Darmawanti, Priana, Sembodo dan Taru mengingatkan penting meletakkan fondasi
iman Kristen di era Society 5.0. Untuk menjawab problematika sosial akibat pemanfaatan
berbagai inovasi teknologi informasi dan komunikasi, yang dibarengi dengan
perkembangan era disrupsi seperti Internet (Internet on Things), Kecerdasan buatan
(Artificial Intelligence), dan Bank Data (Big Data).13
Jikalau hal di atas tidak diantisipasi sejak dini, maka dipastikan bahwa misi Allah
bagi keselamatan dunia akan menjadi abu-abu dan tidak jelas arah serta tujuannya
khususnya dalam pendidikan Kristen dewasa ini. Maka melalui artikel, penulis sedikit
mengetuk hati para pembaca untuk kembali me-review paradigma dan aplikasi misi
dalam konteks pendidikan Kristen. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa telah ada
peneliti terdahulu yang telah memberikan sumbangsih pada kemajuan pelayanan misi
pada masa kini. Seperti tulisan Malida memberikan masukan tentang falsafah
pendidikan inklusif dalam Pendidikan Agama Kristen di era Society 5.0. Yaitu
pendidikan yang berbasis kearifan lokal dalam berbagai kebudayaan dan agama.
Keunikan dari pendidikan inklusif adalah menghidupkan nilai-nilai dan semangat
pluralitas di Indonesia. Dengan keberagaman ras, suku, agama, variasi fisik dan status
ekonomi serta filsafat Pancasila sebagai ideologi yang melandasi segala aspek
kehidupan termasuk Pendidikan.14
Tulisan Gulo, Tafonao dan Evimalinda yang menuliskan beberapa tips dan
strategi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di era Society 5.0 yaitu strategi
partisipatif, strategi inkuiri, strategi discovery learning, strategi koorperatif, dan strategi
blended learning. Pendekatan memberikan penekanan pada masyarakat untuk
menyeimbangkan penggunaan teknologi dalam konteks kehidupan sehari-hari,
sehingga terjadinya akses dalam ruang virtual dan ruang fisik untuk memecahkan
masalah sosial agar terciptanya manusia yang super smart.15 Pujiono melihat kemajuan
Pendidikan Agama Kristen di Era Society 5.0 ditentukan oleh prefesionalitas guru yang
menguasai kompetensi abad-21. Guru dituntut berpikir kritis, kreatif, inovatif,
kolaboratif dan literasi digital. Salah satu tolok ukur, guru profesional di era Society 5.0
10 Febriaman Lalaziduhu Harefa, ‘Keunikan Teologi Kristen Di Abad Xxi Sebagai Queen Of
Sciences Di Era Postmodern’, SCRIPTA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kontekstual, 8.2 (2020), 99–110
<https://doi.org/10.47154/scripta.v8i2.66>.
11 Febriaman Lalaziduhu Harefa, ‘Spiritualitas Kristen Di Era Postmodern’, Manna Rafflesia, 6.1
(2019), 1–23 <https://doi.org/10.38091/man_raf.v6i1.107>.
12 Fredy Siagian, ‘Rekonstruksi Misi Gereja Di Abad-21’, Syntax Literature : Jurnal Ilmiah Indonesia,
1.4 (2016), 2 <www.iranesrd.com>.
13 Joko Santoso and others, ‘Transformasi Fondasi Iman Kristen Dalam Pelayanan Pastoral Di Era
Society 5.0’, Teologi Berita Hidup, 4.1 (2021), 6.
14 Shinta Malida, ‘Pendidikan Inklusif Berbasis Kearifal Lokal Dalam Menghadapi Era Society 5.0:
Kajian Literatur Dan Sitematika Review Di Indonesia’, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 29 (2020), 131–43.
15 Ya’aman Gulo, Talizaro Tafonao, and Rita Evimalinda, ‘Strategi Pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen Di Era Society 5.0’, SHAMAYIM: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani, 2.1 (2021), 62–74
<https://doi.org/10.51615/sha.v2i1.40>.
93
mampu memanfaatkan berbagai teknologi dalam meningkatkan kualitas proses
maupun hasil belajar peserta didik.16
Penelitian ini mencoba mendeskripsikan pola Pendidikan Agama Kristen (PAK)
di era Society 5.0. Hampir sama dengan tulisan Gulo, dkk tetapi penekanan peneliti pada
tulisan ini terletak pada dua hal. Pertama, penulis memberikan deskripsi pentingnya
misi dalam Pendidikan Agama Kristen di era Society 5.0. Kedua, mencoba membuat
konstruksi pendekatan misi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di era
Society 5.0. yaitu pengalaman misi (mission experience), teori misi Kristen (christian
mission theory) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence).
B.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode kepustakaan
(library research). Creswell menuliskan langkah-langkah dalam penelitian kepustakaan
(library research) yaitu: mengidentifikasi permasalahan yang menentukan tujuan
penelitian, membuat prediksi jika dikonfirmasi dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut, mengumpulkan data yang relevan sesuai dengan prediksi dan mengenalisis
atau menginterpretasikan data yang diperoleh mendukung prediksi dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian. 17 Zalukhu menguti Juan Jesús Zaro Vera
menjelaskan bahwa metode kepustakaan (library research) harus menggunakan sumbersumber yang relevan dan sumbernya dapat dipertanggungjawabkan secara akademik
serta validitas dan keabsahannya sebagai sumber akademik seperti buku, jurnal,
majalah, monograf, laporan penelitian, eksiklopedia dan bahan-bahan kredibel lainnya
berbasis online.18
Maka dalam penelitian ini beberapa langkah yang dilakukan untuk menemukan
data kredibel dalam literatur sehingga bisa menjawab tujuan penelitian. Pertama,
peneliti memilih literatur yang berhubungan dengan tema penelitian yaitu literatur
yang berhubungan dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK), teori-teori tentang Misi
Kristen khususnya di era Society 5.0. Kedua, pembacaan literatur dan pembuatan catatan
review terutama tinjauan kritis. Di dalam tahap ini penulis melakukan pembacaan aktif
untuk menangkap ide dan gagasan yang ada di dalam literatur tersebut. Ketiga,
mengelompokan dan sintesa ide/gagasan sesuai sesuai pokok bahasan. Penulis sudah
mengetahui bagian mana dari literatur yang relevan dengan penelitiannya. Pada tahap
ini peneliti membuat pernyataan-pernyataan (konstruk) yang memerinci secara
konseptual topik, variabel atau analisis penelitiannya. Empat, tahap penulisan atau
input konsep ke dalam paragraf. Di sini penulis melakukan mixing ide dan gagasannya
dengan dukungan dari literatur yang ada.
Andrias Pujiono, ‘Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Kristen Di Era Society 5.0’, Skenoo :
Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 1.2 (2021), 78–89 <https://doi.org/10.55649/skenoo.v1i2.15>.
17 John Creswell, Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, Dan Evaluasi Riset Kualitatif Dan
Kuantitatif, Edisi Keli (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015).37
18 Sonny Eli Zaluchu, “Metode Penelitian Di Dalam Manuskrip Jurnal Ilmiah Keagamaan,” Teologi
Berita Hidup 3, no. 2 (2021): 255-256.
16
94
C.
1.
Pembahasan
Deskripsi Misi Dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK) Di Era Society 5.0.
Misi berasal dari hati Allah Tritunggal. 19 IA adalah perancang misi (mission
designer) dan eksekutor misi (mission executor). Dalam hal ini Bosc menyebut bahwa misi
dari Allah disebut dengan istilah Missio Dei yaitu sebuah konsep misi yang bersumber
dari Allah Tritunggal yang di dalamnya terletak sebuah gagasan penting tentang
kesatuan aras teologi dan praktik misi.20 Dalam kedaulatan-Nya, Allah mendelegasikan
tugas tersebut kepada umat pilihan-Nya untuk diaplikasikan dalam segala sisi
kehidupan. Secara spesifik umat Allah akan memberikan kesaksian tentang realitas
kerajaan Allah dan kasih Allah bagi manusia dan ciptaan lainnya (Yohanes 3:16).21
Maka misi harus mempengaruhi seluruh sisi kehidupan, termasuk dalam
Pendidikan Agama Kristen (PAK). Menurut Tenny dan Arifianto, misi dalam
Pendidikan Agama Kristen (PAK) didasarkan pada Matius 28:18-20.22 Boiliu dan Zega
membuktikan bahwa pendidikan misi sudah ada sejak kitab Perjanjian Lama. Dimulai
dari dalam keluarga dan orang tua berperan penting dalam menjalankan proses
pembelajaran dan berperan penting dalam mengembangkan misi Allah. Secara spesifik
Pendidikan Agama Kristen (PAK) dimulai dari terpanggilnya Abraham dan Allah
YHWH sebagai Pendidik Agung. Tujuan memilih Abraham untuk mengembangkan
misi guna keselamatan manusia dan Abraham memiliki tanggung jawab mewariskan
misi itu kepada keturunannya.23
Dalam buku Fondasi Pendidikan Agama Kristen karya Robert W Pazmino,
menulis secara sistematis dan terinci tentang misi Allah dalam pendidikan dalam
Perjanjian Lama khususnya dalam kitab Ulangan. Bahkan Pazmino menjelaskan
implikasi misi dalam Pendidikan Agama Kristen menurut Ulangan 30:11-20. Pertama,
menekankan fungsi penginjilan dari Sekolah Minggu dan program-program
pendidikan gerejawi lainnya. Kedua, melatih guru-guru Sekolah Minggu dan peserta
orang dewasa di bidang penginjilan. Ketiga, mengeksplorasi adanya kemungkinan
dibuka kelas-kelas dan kelompok-kelompok pendalaman Alkitab (PA) bagi mereka
yang rindu belajar tentang iman Kristen. Keempat, mendoakan dan mengantisipasi
munculnya keputusan-keputusan untuk menyerahkan seluruh hidup kepada Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. 24 Tulisan Pazmino membangun sebuah
19 Gailyn Van Rheenen, Missions : Biblical Foundations and Contemporary Strategies (Grand Rapids,
Michigan: Zondervan, 2018).18
20 David J Bosch, Transformasi Misi Kristen : Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah Dan Mengubah, ed.
by Stepehen Sulaeman (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000).597
21 Craig Ott and Stephen J Strauss, Encountering Theology Of Mission : Biblical Foundations, Historical
Developments and Contemporary Issues, ed. by A Scott Moreau (Grand Rapids, Michigan: Baker Academic,
2010) <https://doi.org/doi.org/10.1016/j.matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.doi.o.>.xvii
22 Tenny Tenny and Yonatan Alex Arifianto, “Aktualisasi Misi Dan Pemuridan Guru Pendidikan
Agama Kristen Dalam Era Disrupsi,” Didache: Journal of Christian Education 2, no. 1 (2021): 45.
23 Fredik Melkias Boiliu and Yunardi Kristian Zega, “Orangtua Dan Guru Sebagai Pengembang
Misi Melalui Pendidikan Agama Kristen,” Jurnal Shanan 6, no. 1 (2022): 76.
24 Robert W Pazmino, Fondasi Pendidikan Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012).29
95
argumen bahwa misi Kerajaan Allah adalah bagian yang sangat penting di dalam
Pendidikan Agama Kristen. Keduanya memiliki keterikatan satu dengan yang lainnya
dan tidak dapat dipasahkan. Allah YHWH memakai Pendidikan Agama Kristen untuk
mendemonstrasikan janji-janji-Nya kepada dunia dan umat manusia. Mendidik mereka
untuk memahami jalan kebenaran dan keselamatan. Juga mengajarkan umat Allah
untuk menjaga keharmonisan dengan alam semesta dan ciptaan lainnya.
Michael J Anthoni juga berkomentar tentang peranan Pendidikan Agama Kristen
(PAK) dalam mengembangkan misi kerajaan Allah. Anthoni menjelaskan bahwa
berdasarkan Matius 28:18-20, Yesus Kristus ingin agar para pengikut-Nya menghasilkan
murid-murid, bukan untuk diri mereka sendiri tetapi hanya bagi Yesus Kristus sendiri.
Kesatuan tubuh Kristus hanya dapat menjadi kenyataan apabila setiap jemaat dalam
gereja-Nya dapat menyelaraskan hidup mereka kepada Yesus Kristus. Seluruh proses
pemuridan dapat dianggap sebagai permulaan dan akhir dalam upaya penginjilan
sebab sudah sewajarnya seorang murid Kristus mengembangkan sebuah gaya hidup
yang menjunjung tinggi prioritas dalam menuntun orang lain kepada Kristus, serta
mendidik mereka menuju kedewasaan rohani. 25 Kemudian dalam kesimpulan
tulisannya menuliskan hal yang sangat penting tentang misi Kristen dalam Pendidikan
Agama Kristen, yaitu:
Penggenapan Amanat Agung bergantung pada intervensi manusia, sebab
secara umum Allah telah memilih untuk menyerahkan tugas ini ke tangan
umat-Nya. Kita telah menjadi tubuh-Nya, dan bibir kita menjadi cara-Nya
untuk berkomunikasi. Terlepas dari segala kekurangan kita, Ia telah memilih
kita melalui rencana-Nya yang berdaulat. Penggenapan penginjilan dunia dan
kedewasaan rohani kita adalah hasil dari kemitraan dengan-Nya. Tugas kita
adalah untuk taat kepada perintah-Nya dan terlibat aktif dalam proses
pemuridan.26
Lois E Lebar dalam buku Education That Is Christian, menuliskan bahwa Amanat
Agung dalam Matius 28:18-20 merupakan perintah kepada semua pendidik Kristen di
seluruh belahan dunia. Pendidik Kristen diperintahkan oleh Allah untuk menjadikan
segala bangsa menjadi murid-Nya. Caranya adalah melalui pendidikan dan pengajaran.
Guru-guru Kristen mengajar para peserta didik untuk mentaati semua yang
diperintahkan Allah. Bahkan pada dasarnya guru-guru Kristen adalah misionaris yang
diutus Allah secara lintas budaya (cross culture).27 Rangkuman argumen para ahli di atas
memberikan keterangan penting bahwa Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah
sarana yang digunakan oleh Allah Tritunggal untuk memproklamirkan misi KerajaanNya di seluruh dunia. Allah dalam kedaulatan-Nya memilih guru-guru Kristen menjadi
misionarisnya dan melalui kehidupan mereka peserta didik memahami kasih dan
pengorbanan Allah kepada dunia dan ciptaan-Nya.
25
Michael J Anthoni, Introducing Christian Education (Malang: Gandum Mas, 2017).85-86
Anthoni.97
27 Lois E Lebar, Education That Is Christian (Malang: Gandum Mas, 2006).14
26
96
2.
Falsafah Pendidikan Agama Kristen di Era Society 5.0 adalah Pendidikan
Alkitabiah, Inklusif dan Pluralistik
Para ahli Pendidikan Agama Kristen (PAK) telah menuliskan banyak teori tentang
falsafah pendidikan Kristen. Tentu falsafah ini berbeda dengan falsafah yang
dikemukakan oleh tokoh-tokoh yang tidak mendasari konstruksi pemikiran dan teori
pendidikan dalam bingkai kebenaran Alkitab. Pazmino seorang teolog dan ahli
pendidikan Kristen mengemukakan falsafah Pendidikan Agama Kristen (PAK).
Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang berpusat kepada Allah (theosentris), serta
mengandung pandangan hidup kristiani dan elemen-elemen kebenaran kristiani dalam
seluruh proses pendidikannya. Pendidikan yang berpusat kepada Allah membangun
suatu titik awal dari otoritas Allah sebagaimana dinyatakan di dalam Yesus Kristus,
diinspirasikan oleh Roh Kudus dan dituliskan di dalam Alkitab firman Allah. Alkitab
menjadi panduan dalam menjalankan pendidikan baik kurikulum maupun metode
pendidikan yang diterapkan. 28 Sikap ini menuntut para pendidik Kristen untuk
menerima kebenaran-kebenaran dalam Alkitab tanpa terjatuh dalam literalisme yang
kaku. Para pendidik dianjurkan untuk melakukan tugas hermeneutik dan studi
kontekstualisasi kebenaran Alkitab dalam konteks kontemporer dewasa ini. Hal ini juga
membawa keleluasaan berpikir bahwa segala sesuatu berpusat kepada Alkitab, dengan
tidak mengabaikan pengetahuan yang diperoleh dari alam rasio, tradisi, sejarah, instuisi
bahkan imajinasi. Namun ide-ide penting yang diperoleh dari sumber-sumber ini selalu
bersifat sekunder terhadap Alkitab.29
Anthony menjelaskan bahwa fondasi filosofis Pendidikan Agama Kristen (PAK)
berasal dari teologi sistematik. Pertama dan terpenting adalah penerimaan Alkitab
sebagai kebenaran mutlak. Alkitab adalah firman Allah, dasar dari segala pemikiran.
Pandangan tertinggi terhadap Alkitab merupakan kerangka referensi utama para
pendidik Kristen. Hal ini sesuai dengan konsep berpikir Yesus Kristus di dalam Matius
5:18, karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan
bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi. Dalam Yohanes 10:35, Yesus berkata: kitab suci tidak dapat
dibatalkan. Yohanes 17:17, kuduskanlah mereka dalam kebenaranMu, firman-Mu
adalah kebenaran. Kedua, hakikat manusia yaitu apa dan siapakah manusia. Ketiga,
tujuan dan sasaran. Keempat, organisasi, struktural, implementasi dan evaluasi.30
Fondasi di atas sangatlah relevan di era society 5.0. Tetapi menurut penulis dan
hasil penelusuran beberapa literatur. Jikalau falsafah Pendidikan Agama Kristen (PAK)
perlu ditambahkan dengan inklusif dan pluralistik. Teori ini dituliskan oleh Shinta
Malida di dalam artikel berjudul Pendidikan Inklusif Berbasis Kearifal Lokal dalam
Menghadapi Era Society 5.0: Kajian Literatur dan Sitematika Review di Indonesia.
Dalam artikel tersebut, Malida menjelaskan mengenai beberapa hal pernting, yaitu:
28
Pazmino.170
Pazmino.171
30 Anthoni.35
29
97
a. Inklusif-pluralistik dibentuk atas pencarian mengenai bagaimana menemukan cara
yang lebih baik dalam menanggapi keberagaman. Pendidikan inklusif berusaha agar
dapat menguntungkan semua peserta didik tanpa terkecuali. Selain itu, tujuan
pendidikan inklusif juga berhubungan dengan nilai-nilai Nasionalisme yaitu
menghargai perbedaan, menunjung tinggi hak orang lain, berkeadilan, tidak
mendiskriminasi yang dituangkan dalam tujuan pembelajaran. Inklusif mengenai
kehadiran, partisipasi dan prestasi semua peserta didik tanpa terkecuali.
b. Aspek dari pendidikan inklusif-pluralistik adalab berbasisi kearifan lokal.
Pendidikan berbasis pendidikan lokal terjaganya identitas budaya, menghargai
keberagaman dan memaknai keberagaman.
c. Pancasila adalah alasan utama pendidikan inklusif dan pluralistik. Adapun yang
pendidikan inklusif berbasis kearifan lokal, diantaranya. Nilai dan konsep
pendidikan menghargai keberadaan peserta didik tan mendiskriminasi, berusaha
mengakomodasikan semua kebutuhan peserta didik dengan menerima
keberagaman, menghargai perbedaan dan menjungjung tinggi hal orang lain.31
3.
Pendekatan Misi Dalam Pendidikan Agama Kristen Era Society 5.0
Anthoni menuliskan sebagai umat Allah yang berkomitmen menjalankan Amanat
Agung dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK), harus mencari cara untuk melakukan
pendekatan kepada peserta didik atau orang fokus. Mencapai hal ini, diperlukan sikap
rendah hati dari seorang pendidik Kristen yang diutus Allah untuk menjadi misionaris
dalam konteks tempat tertentu. Tujuan utama seorang pendidik Kristen adalah
mengkomunikasikan kasih, pengampunan dan anugerah Allah kepada peserta didik.32
Groome menambahkan bahwa di dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK), pendidik
menjadi sponsor utama untuk membawa orang-orang yang belum percaya kepada arah
iman Kristen yang dewasa secara iman dalam menghadapi realitas kehidupan. 33
Dengan demikia, beberapa pendekatan yang relevan di era society 5.0 sebagai beriku:
a. Pendekatan Pembelajaran (Learning Approaches)
Era Society 5.0 ditandai dengan era masyarakat yang mengharapkan layanan
kebutuhan yang diperlukan dapat memadai pada saat dibutuhkan dengan kualitas yang
tinggi.34 Handayani dan Muliastrini menuliskan daftar kompetensi yang harus dimiliki
dalam menghadapi era Society 5.0. Yaitu: kemampuan berkomunikasi, kemampuan
berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan, memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat dan minatnya, memiliki rasa
tanggungjawab terhadap lingkungan, kemampuan menjadi warganegara yang
bertanggungjawab, memiliki kesiapan untuk bekerja, kemampuan mencoba untuk
31
Malida.
Anthoni.96
33 Thomas H Groome, Christian Religious Education (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010).107
34 Dwi Septiani, Arita Martini, and Zarina Akbar, ‘Studi Literatur Pengembangan Empati Untuk
Menghadapi
Masyarakat
Era
5.0’,
JPD:
Jurnal
Pendidikan
Dasar,
2020
<http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/psdpd/article/view/17770>.
32
98
mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam
masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan. 35 Selain itu,
Pendidik di era Society 5.0 harus menguasai beberapa literasi. (1). Literasi data yaitu
kemampuan untuk membaca, analisis dan menggunakan informasi (big data) di dunia
digital. (2). Literasi teknologi yaitu memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi
(coding, artificial intelligence, machine learning, engineering principles, biotech). (3). Literasi
manusia yaitu humanities.36
Menaggapi hal di atas, Gulo, Tafonao dan Evamalinda menuliskan dalam
artikelnya strategi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang relevan di era
Society 5.0. Pertama, penerapan strategi partisipatif dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen (PAK). Yaitu strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik
dengan aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Dalam Alkitab dapat ditemukan contoh strategi partisipatif bahwa ketika
Yesus memberikan pengajaran dalam sebuah perumpamaan, murid-murid-Nya
bertanya kembali kepada Yesus tentang arti dari perumpamaan tersebut (Lukas 8:9) dan
juga pada saat Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya tentang siapa Dia, muridmurid-Nya memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Markus 8:27-29). Kedua,
strategi inkuiri yaitu rangkaian proses pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dibahas dalam proses pembelajaran. Strategi inkuiri dapat ditemukan
contohnya dalam Alkitab. Salah satunya adalah ketika Yesus menekankan kepada
murid-murid-Nya agar waspada terhadap pengajaran orang farisi (Mar. 8:14-21). Dalam
teks tersebut Yesus menyampaikan beberapa pertanyaan kepada murid-murid-Nya
yang bertujuan untuk menstimulus agar mereka berpikir, menganalisis serta mencari
kebenaran dibalik pertanyaan tersebut.
Ketiga, strategi discovery learning dapat diartikan sebagai strategi pembelajaran
yang materinya tidak disampaikan secara langsung atau hanya disampaikan bagian
tertentu saja, selebihnya siswa diarahkan untuk menemukan dan mengorganisasikan
pemahamannya mengenai topik tersebut secara mandiri. Keempat, strategi koorperatif
strategi ini lebih menekankan pada kerjasama dan interaksi sosial. strategi pembelajaran
yang implementasinya mengarahkan peserta didik untuk bekerjasama dalam
kelompok-kelompok kecil demi mencapai tujuan pembelajaran. Kelima, strategi blended
learning. Dimana proses pembelajaran yang konvensional di kelas dikombinasikan
dengan pembelajaran online baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan
menggunakan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi. Atau, suatu sistem
pembelajaran yang menggabungkan antara belajar face to face (tatap muka/klasikal)
dengan belajar secara online (melalui fasilitas internet).37
Ni Nyoman Lisna Handayani and Ni Ketut Erna Muliastrini, “Pembelajaran Era Disruptif
Menuju Era Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan Dasar),” Prosiding Webinar Nasional IAHN-TP Palangka
Raya 3, no. 1 (2020): 10.
36 Handayani and Muliastrini.11
37 Gulo, Tafonao, and Evimalinda.67-72
35
99
b. Pendekatan Berbasis Karakter (Character Based Approach)
Dalam catatan penelitian Septiani, Martini, Akbar menunjukkan bahwa era
Society 5.0 cukup berdampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Hal ini ditandai
dengan rendahnya empati dalam perilaku masyarakat. Contohnya bertambah
banyaknya kasus kejahatan, kekerasan, penghinaan, penindasan dan bullying pada
dunia pendidikan yang dipertontonkan secara langsung dalam media-media sosial.
Sedangkan sikap gotong royong, saling peduli dan saling memperhatikan yang menjadi
esensi kehidupan bangsa Indonesia nampak sudah mulai punah dan abu-abu.38
Memperhatikan kasus di atas, maka di era Society 5.0 salah satu metode
pembelajaran dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah pendekatan pendidikan
berbasis karakter. Hal ini sejalan dengan filosofis pendidikan Kristen yang mendasari
pada penyataan Alkitab firman Allah. Paulus menyatakan: Sebab itu aku menasehatkan
kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orangorang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu
rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling
membantu (Efesus 4:1-2). Hal yang sama ditegaskan kembali kepada jemaat di Kolose.
Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan
kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena
kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya dan mengenakan manusia
baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar
menurut gambar Khaliknya (Kolose 3:8-10).
Suryaningwidi menuliskan menuliskan lima karakter utama yang menjadi
prioritas era Society 5.0, yaitu religius, nasionalis, intergritas, mandiri dan gotong
royong. Karakter ini bersumber dari pancasila yaitu dasar negara Republik
Indonesia dan linear dengan pernyataan Alkitab firman Allah. 39 Menurut
Simarangkir dan Kuntari, karakter merupakan yang berhubungan dengan watak
seseorang. Seorang Kristen adalah seseorang yang secara pribadi menerima Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan meniru kehidupan dan ajaran- Nya dalam
kehidupan sehari-hari. 40 Sagala menuturkan salah satu inti pengajaran dalam
pendekatan berbasis karakter (Character Based Approach) yaitu pengutan
keyakinan iman Kristen sehingga dapat didemonstrasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Sekaligus memperkuat nilai kemanusiaan pada peserta didik.
38
Septiani, Martini, and Akbar.5
Rosita Suryaningwidi, ‘Urgensi Pendidikan Karakter Di Era Society 5.0’, in Strategi Pembelajaran
Era Society 5.0 Di Perguruan Tinggi, ed. by Yudi Septiawan and Muhamad Basyrul (Kuningan: Goresan Pena,
2020).125-134
40 Sunggul Simarangkir and Valentina Dwi Kuntari, “Pendidikan Kristiani Berbasis Karakter Dan
Relevansinya Bagi Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Armajaya Sindagamanik,” Real Didache: Jurnal
Teologi
dan
Pendidikan
Agama
Kristen
2,
no.
1
(2022):
5,https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Perspektif+Alkitab+tentang+kesetaraan+
Gender+dan+Implikasinya+bagi+pendidikan+agama+Kristen&btnG=#d=gs_cit&t=1652323933187&u=%2
Fscholar%3Fq%3Dinfo%3A781MveznNucJ%3Ascholar.google.com%2F%26output%3Dci.
39
100
Karena kebutuhan manusia di era Society 5.0 adalah penguatan nilai
kemanusiaan berdasarkan prinsip-prinsip kekristenan. 41
c. Intergrasi Pengalaman Misi (Mission Experience), Teori Misi Kristen (Christian Mission
Theory) dan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence).
Tanasyah, Putrawan, Sutrisno dan Iswahyudi berpendapat bahwa dalam
melakukan pengajaran di era Society 5.0, pendidik Kristen dipanggil secara kreatif
memadukan wawasan dari berbagai disiplin ilmu dalam pemikiran dan praktik
pendidikan. Integrasi ini mencakup disiplin ilmu di luar mereka diidentifikasi dalam
buku ini sebagai dasar untuk pendidikan Kristen. Pendidikan pemikiran dan praktik
telah memasukkan wawasan dari beragam studi seperti ilmu seni dan seni terapan,
ekonomi, ilmu politik, ilmu kehidupan, ilmu fisika, teori sistem, teori manajemen,
teknik, dan matematika. Realitas ini mendukung proposisi bahwa semua kebenaran
adalah kebenaran Tuhan.42 Jikalau ide intergrasi di atas dihubungan dengan intergrasi
lintas ilmu, tetapi penulis mengusulkan intergrasi pengalaman misi (mission experience),
teori misi Kristen (christian mission theory) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence)
dalam pelaksanaan pendidikan agama Kristen (PAK) di era Society 5.0.
Pengalaman misi (mission experience) merupakan kesaksian hidup dari seorang
pendidik dalam hubungannya dengan misi kerajaan Allah. Baik itu pemeliharaan Allah
(providensia Allah), keselamatan yang pasti di dalam Yesus Kristus maupun mujizat
Allah (God's miracle) yang dialami sepanjang sejarah hidup. Dalam hal ini Tenny dan
Arifianto menambahkan bahwa kesaksian hidup juga tercermin melalui pola hidupnya,
komitmen, maupun misinya, dan kecintaannya kepada Kristus menjadi landasan bagi
kecintaannya terhadap peserta didik dan membangun mereka menjadi tubuh Kristus.43
Pernyataan ini didukung sepenuhnya oleh pakar pendidikan Kristen Louis E Lebar
yang menjelaskan bahwa pengajaran Alkitab yang dikaitkan dengan pola dan kesaksian
kehidupan pendidik Kristen adalah alat peraga yang sangat berharga dalam
melaksanakan Amanat Agung.44 Groome juga mengakui bahwa sikap utama pendidik
menjadi faktor utama dan paling penting dalam melaksanakan Pendidikan Agama
Kristen (PAK). Karena sebagian besar sikap (attitude) membentuk paradigma para
peserta didik tentang aplikasi pembelajaran yang diajarkan.45
Teori misi Kristen (Christian Mission Theory). Inti utama dalam teori misi adalah
bagaimana melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus dalam Matius 28:19-20.
Rheenen mempelajari dan mengajarkan misi kerajaan Allah merupakan langkah utama
41 Lenda Dabora J F Sagala, ‘Tugas Pedagogis Gembala Dalam Menyiapkan Warga Gereja
Menghadapi Perubahan Sosial’, Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat, 4.2 (2020), 167–
74.
42 Yusak Tanasyah et al., “Dampak Strategi Pembelajaran Lewat Visualisasi Dalam Pendidikan
Agama Kristen Di Era Masyarakat 5.0,” Visio Dei: Jurnal Teologi Kristen 3, no. 2 (2021): 291.
43 Tenny and Arifianto.46
44 Lebar.14
45 Groome.200
101
untuk melaksanakan perintah Allah untuk menjadi saksi-Nya di seluruh dunia.46 Injil
adalah kekuatan Allah dalam Roma 1:16-17 menjadi dasar dan pendorong yang kuat
bagi pendidik untuk menyampaikan teori-teori misi Kristen yang Alkitabiah. 47
Lumintang menuliskan dalam membangun teologi misi harus melihat kepada tiga
wilayah studi yaitu: teks Alkitab (Biblical Teks), konteks missional (Missional Context) dan
Masyarakat Iman (Faith Community, Missional Action). 48 Muara dari semua teori misi
Kristen (Christian Mission Theory), penjelasan bahwa misi itu berakar dari isi hati Allah
yang berdaulat dan Maha Kasih. Berakar dapat dipahami sebagai asal mula, pangkal
atau penyebab utama sehingga misi Kerajaan Allah dapat terlaksana di bumi. Maka
dalam misi Kristen (Christian Mission), Allah berperan sebagai sebagai Originator,
Inisiator, Komisioner, Eksekutor, Dinamisator dan Konsumator misi (Roma 11:36;
Yudas 24, 25; Yohanes 1:1-9; Wahyu 1:4-8; Roma 1:16-17). Dalam hal ini, Tomatala
memberikan penjelasan sebagai berikut. Sebagai Originator, Allah adalah sumber asli
misi, sebagai Komisioner atau Pengutus, Ialah yang memberi mandat misi dan
mengutus, sebagai Dinamisator, Ia adalah kekuatan dan kuasa bagi misi-Nya
(Bandingkan Matius 28:18-20; sebagai Eksekutor Ia adalah pelaksana misi-Nya (Yesaya
48:3) dan sebagai Konsumator, Allah sendiri yang menggenapkan misi-Nya itu dengan
mewujudkan shalom-Nya bagi manusia berdosa dan segenap ciptaan-Nya (Yohanes
6:37-40; 14:2; 44).49
Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) adalah upaya seorang pendidik dalam
menjalankan tugasnya dengan memanfaatkan hasil penelitian ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dalam memberitakan misi kerajaan Allah. Artono menuliskan
bagaimana pengajaran pendidikan agama Kristen (PAK) dikemas dalam bentuk
pelayanan digital dan digitalisasi pelayanan.50 Pendidikan Agama Kristen (PAK) di era
digital tidaklah perlu dipaksakan dalam bentuk-bentuk konvensional. Institusi
pendidikan harus fleksibel dan update, berupaya melakukan digitalisasi pelayanan,
sehingga dapat menjawab sebuah kebutuhan rohani dalam konteks masa kini. Karena
frasa pergilah dalam teks Matius 28:19-20, dapat dimaknai secara konteks era digital
sebagai bentuk mengarungi (browse) samudra atau dunia internet. 51 Hal yang sama
dituliskan oleh Siahaan bahwa Pendidikan Agama Kristen (PAK) dalam menjalankan
tugasnya diperhadapkan dengan dunia yang mengglobal, sehingga pendekatan
pengajarannya tidak lagi mengikuti pola-pola lama yang terkesan usang. Institusi
46
Rheenen.18
Yanti Imariani Gea, “Korelasi Beban Menginjili Dan Kualitas Pengajaran Guru PAK Terhadap
Pelaksanaan Amanat Penginjilan Di Lingkungan Sekolah SMTK Kabupaten Nias Selatan Sumatera Utara,”
ERESI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, no. 1 (2020): 73.
48 Stevri Indra Lumintang, Theologia Dan Misiologia Reformed : Menuju Kepada Pemikiran Reformed &
Menjawab Keberatan (Batu: Departemen Literatur YPPII, 2006).365
49 Yakob Tomatala, Teologi Misi : Pengantar Misiologia Suatu Dogmatika Alkitabiah Tentang Misi,
Penginjilan Dan Pertumbuhan Gereja (Jakarta: Institut Filsafat Teologi dan Kepemimpinan Jaffray, 2003).32
50 Handreas H Artono, ‘Mengaktualisasikan Amanat Agung Matius 28 : 19-20 Dalam Konteks Era
Digital’, KURIOS (Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen), 4.2 (2018), 19–20 <www.sttpb.ac.id/ejournal/index.php/kurios>.
51 Artono.164
47
102
pendidikan memahami kebutuhan pelayanan di era yang semakin maju dengan
teknologi digitalnya.52
Penjelasan di atas, merangkum beberapa hal penting dalam melaksanakan misi
kerajaan Allah dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK), yaitu:
1) Intergrasi Pengalaman Misi (Mission Experience), Teori Misi Kristen (Christian Mission
Theory) dan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) adalah metode yang
menggabungkan ruang fisik (dunia nyata) dan dunia maya dengan memanfaatkan
teknologi informatika komunikasi secara maksimal.
2) Intergrasi Pengalaman Misi (Mission Experience), Teori Misi Kristen (Christian Mission
Theory) dan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) bertujuan mecahkan masalah
misi Kristen dan masalah sosial lainnya dari prespektif yang baru.
D.
Simpulan
Society 5.0 (SuperSmart Society) adalah era yang menuntut kreatifitas dalam
teknologi. Tentu pengaruhnya memberikan dampak dalam segala sisi kehidupan
manusia. Dalam konteks Pendidikan Agama Kristen (PAK), semangat Society 5.0
(SuperSmart Society) dimanfaatkan dalam memperoklamirkan misi Kerajaan Allah di
bumi (Matius 28:19-20). Hal ini bisa dicapai jikalau, gereja, misionaris dan orang-orang
percaya memberikan pemahaman yang mendalam tentang esensi misi Allah dalam
Pendidikan Agama Kristen (PAK). Selain itu metode pembelajaran yang kontekstual
dan konstruktif juga sangat menentukan maksimalnya doing mission dalam Pendidikan
Agama Kristen di era Society 5.0.
KEPUSTAKAAN
Anthoni, Michael J, Introducing Christian Education (Malang: Gandum Mas, 2017)
Arti, Mesi, ‘Tantangan Sekolah Dan Peran Guru Dalam Mewujudkan Pembelajaran
Bahasa Yang Efektif Di Era 4.0 Menuju Masyarakat 5.0’, Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, 1.1 (2020), 1027–36
Artono, Handreas H, ‘Mengaktualisasikan Amanat Agung Matius 28 : 19-20 Dalam
Konteks Era Digital’, KURIOS (Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen), 4.2
(2018), 19–20 <www.sttpb.ac.id/e-journal/index.php/kurios>
Boiliu, Fredik Melkias, and Yunardi Kristian Zega, ‘Orangtua Dan Guru Sebagai
Pengembang Misi Melalui Pendidikan Agama Kristen’, Jurnal Shanan, 6.1 (2022),
71–88 <https://doi.org/10.33541/shanan.v6i1.3702>
Bosch, David J, Transformasi Misi Kristen : Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah Dan
Mengubah, ed. by Stepehen Sulaeman (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000)
Creswell, John, Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, Dan Evaluasi Riset Kualitatif
Dan Kuantitatif, Edisi Keli (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015)
Falaq, Yusuf, ‘Education of Citizenship in Higher Education as A Fortress of Nation
Characters in Facing Era Society 5.0’, Journal of Educational Sciences, 4.4 (2013), 157–
52 Harls Evan R. Siahaan, “Aktualisasi Pelayanan Karunia Di Era Digital,” EPIGRAPHE: Jurnal
Teologi dan Pelayanan Kristiani 1, no. 1 (2018): 27.
103
75 <https://doi.org/https://doi.org/10.31258/jes.4.4.p.802-812>
Gea, Yanti Imariani, ‘Korelasi Beban Menginjili Dan Kualitas Pengajaran Guru PAK
Terhadap Pelaksanaan Amanat Penginjilan Di Lingkungan Sekolah SMTK
Kabupaten Nias Selatan Sumatera Utara’, ERESI: Jurnal Teologi Dan Pendidikan
Kristen, 1.1 (2020), 67–81
Groome, Thomas H, Christian Religious Education (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010)
Gulo, Ya’aman, Talizaro Tafonao, and Rita Evimalinda, ‘Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen Di Era Society 5.0’, SHAMAYIM: Jurnal Teologi Dan
Pendidikan Kristiani, 2.1 (2021), 62–74 <https://doi.org/10.51615/sha.v2i1.40>
Handayani, Ni Nyoman Lisna, and Ni Ketut Erna Muliastrini, ‘Pembelajaran Era
Disruptif Menuju Era Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan Dasar)’, Prosiding
Webinar Nasional IAHN-TP Palangka Raya, 3.1 (2020), 58–66
Harefa, Febriaman Lalaziduhu, ‘Keunikan Teologi Kristen Di Abad Xxi Sebagai Queen
Of Sciences Di Era Postmodern’, SCRIPTA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kontekstual,
8.2 (2020), 99–110 <https://doi.org/10.47154/scripta.v8i2.66>
———, ‘Spiritualitas Kristen Di Era Postmodern’, Manna Rafflesia, 6.1 (2019), 1–23
<https://doi.org/10.38091/man_raf.v6i1.107>
Lebar, Lois E, Education That Is Christian (Malang: Gandum Mas, 2006)
Lumintang, Stevri Indra, Theologia Dan Misiologia Reformed : Menuju Kepada Pemikiran
Reformed & Menjawab Keberatan (Batu: Departemen Literatur YPPII, 2006)
Malida, Shinta, ‘Pendidikan Inklusif Berbasis Kearifal Lokal Dalam Menghadapi Era
Society 5.0: Kajian Literatur Dan Sitematika Review Di Indonesia’, Jurnal Pendidikan
Ilmu Sosial, 29 (2020), 131–43
Nisa, ‘Kelebihan Dan Kekurangan Penerapan Society 5.0’, Inmarketing, 2022
<https://inmarketing.id/kelebihan-dan-kekurangan-society-5-0.html> [accessed
29 September 2022]
Ott, Craig, and Stephen J Strauss, Encountering Theology Of Mission : Biblical Foundations,
Historical Developments and Contemporary Issues, ed. by A Scott Moreau (Grand
Rapids,
Michigan:
Baker
Academic,
2010)
<https://doi.org/doi.org/10.1016/j.matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.doi.o.>
Parwati, Ni Putu Yuniarika, and I Nyoman Bayu Pramartha, ‘Strategi Guru Sejarah
Dalam Menghadapi Tantangan Pendidikan Indonesia Di Era Society 5.0’, Widyadar,
22.1 (2021), 143 – 158 <https://doi.org/10.5281/zenodo.4661256>
Pazmino, Robert W, Fondasi Pendidikan Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012)
Pujiono, Andrias, ‘Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Kristen Di Era Society 5.0’,
Skenoo : Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 1.2 (2021), 78–89
<https://doi.org/10.55649/skenoo.v1i2.15>
Putra, Pristian Hadi, ‘Tantangan Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Society 5.0’,
Islamika :
Jurnal
Ilmu-Ilmu
Keislaman,
19.02
(2019),
99–110
<https://doi.org/10.32939/islamika.v19i02.458>
Rayhansyah, Dava Rifki, ‘Dampak Negatif Dan Positif Dalam Era Society 5.0’,
Kompasiana.Com,
2022
<https://www.kompasiana.com/davarifki9598/6306b0a908a8b5133205deb2/da
mpak-negatif-dan-positif-dalam-era-socity-5-0#:~:text=Melalui
Society
5.0
kecerdasan buatan,membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan.> [accessed 29
September 2022]
Rheenen, Gailyn Van, Missions : Biblical Foundations and Contemporary Strategies (Grand
Rapids, Michigan: Zondervan, 2018)
104
Rojas, Carolina Narvaez, Gustavo Adolfo Alomia Peñafie, Diego Fernando Loaiza
Buitrago, and Carlos Andrés Tavera Romero, ‘Society 5.0: A Japanese Concept for
a
Superintelligent
Society’,
Sustainability,
13.2
(2021)
<https://doi.org/10.3390/su13126567>
Sagala, Lenda Dabora J F, ‘Tugas Pedagogis Gembala Dalam Menyiapkan Warga Gereja
Menghadapi Perubahan Sosial’, Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan
Warga Jemaat, 4.2 (2020), 167–74
Santoso, Joko, Seri Damarwanti, I Made Priana, Teguh Bowo Sembodo, and Anthoneta
Taru, ‘Transformasi Fondasi Iman Kristen Dalam Pelayanan Pastoral Di Era Society
5.0’, Teologi Berita Hidup, 4.1 (2021), 6
Septiani, Dwi, Arita Martini, and Zarina Akbar, ‘Studi Literatur Pengembangan Empati
Untuk Menghadapi Masyarakat Era 5.0’, JPD: Jurnal Pendidikan Dasar, 2020
<http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/psdpd/article/view/17770>
Siagian, Fredy, ‘Rekonstruksi Misi Gereja Di Abad-21’, Syntax Literature : Jurnal Ilmiah
Indonesia, 1.4 (2016), 2 <www.iranesrd.com>
Siahaan, Harls Evan R., ‘Aktualisasi Pelayanan Karunia Di Era Digital’, EPIGRAPHE:
Jurnal
Teologi
Dan
Pelayanan
Kristiani,
1.1
(2018),
23
<https://doi.org/10.33991/epigraphe.v1i1.7>
Simarangkir, Sunggul, and Valentina Dwi Kuntari, ‘Pendidikan Kristiani Berbasis
Karakter Dan Relevansinya Bagi Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Armajaya
Sindagamanik’, Real Didache: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 2.1 (2022),
15–29
<https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Perspektif+Alkit
ab+tentang+kesetaraan+Gender+dan+Implikasinya+bagi+pendidikan+agama+K
risten&btnG=#d=gs_cit&t=1652323933187&u=%2Fscholar%3Fq%3Dinfo%3A781
MveznNucJ%3Ascholar.google.com%2F%26output%3Dci>
Skobelev, P.O, and Yu. Borovik, ‘On the Way From Industry 4 .0 To Industry 5.0: From
Digital Manufacturing to Digital Society’, International Scientific Journal ‘Industry
4.0’, 2.6 (2021) <https://stumejournals.com/journals/i4/2017/6/307/pdf>
Suryaningwidi, Rosita, ‘Urgensi Pendidikan Karakter Di Era Society 5.0’, in Strategi
Pembelajaran Era Society 5.0 Di Perguruan Tinggi, ed. by Yudi Septiawan and
Muhamad Basyrul (Kuningan: Goresan Pena, 2020)
Tanasyah, Yusak, Bobby Kurnia Putrawan, Sutrisno, and Iswahyudi, ‘Dampak Strategi
Pembelajaran Lewat Visualisasi Dalam Pendidikan Agama Kristen Di Era
Masyarakat 5.0’, Visio Dei: Jurnal Teologi Kristen, 3.2 (2021), 281–303
<https://doi.org/10.35909/visiodei.v3i2.226>
Tenny, Tenny, and Yonatan Alex Arifianto, ‘Aktualisasi Misi Dan Pemuridan Guru
Pendidikan Agama Kristen Dalam Era Disrupsi’, Didache: Journal of Christian
Education, 2.1 (2021), 41 <https://doi.org/10.46445/djce.v2i1.365>
Tomatala, Yakob, Teologi Misi : Pengantar Misiologia Suatu Dogmatika Alkitabiah Tentang
Misi, Penginjilan Dan Pertumbuhan Gereja (Jakarta: Institut Filsafat Teologi dan
Kepemimpinan Jaffray, 2003)
Zaluchu, Sonny Eli, ‘Metode Penelitian Di Dalam Manuskrip Jurnal Ilmiah Keagamaan’,
Teologi Berita Hidup, 3.2 (2021), 6
105