SCRIPTA : Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
ISSN: (Online) 27228231, (Print) 26852144
Volume 14, Nomor 2, November 2022, 130-156
Pengembangan Kualitas Diri Pemimpin:
Suatu TinjaunTeologis Menurut 1 Timotius 4: 12-13
1Tonny
1
Andrian Stefanus, 2 Herling Fredriek Bulahari, 3Napoleon Manalu
tonnyandrianbangkit@gmail.com, 2herlingbulahari@yahoo.co.id,
3napoleon.rumabutar.manalu@gmail.com
1,2Mahasiswa Doktoral Real Batam
Diterima :
September 2022
Direvisi :
Sep-Nov 2022
Diterbitkan :
28 November 2022
Kata Kunci :
Pengembangan,
Kualitas diri,
Pemimpin.
Keywords:
Development,
Self Quality,
Leader.
Copyright:
© 2022 The Authors
Licensee: This work is
licensed under
the Creative Commons
Attribution-ShareAlike 4.0
International License.
DOI:
https://doi.org/10.47154/s
cripta.v13i1.152
Abstrak
Kepemimpinan adalah suatu kemampuan pribadi secara
spritual yang dimiliki, ditunjukkan melalui peran dan fungsi,
diwujudkan dalam bentuk moral yang dapat memberi inspirasi
bagi orang lain. Artinya kepemimpinan yang dapat
menimbulkan kepercayaan bagi orang lain tidak hanya
dibangun oleh faktor otoritas atau rohani semata-mata dalam
suatu jabatan dan kekuasaan melainkan dengan adanya
keteladanan. Berbicara tentang kepemimpinan dalam konteks
orang percaya tentu berkaitan erat dengan pertanggungjawaban
moral yang dimiliki. Hal ini tidak saja menjadi standard dalam
membangun jati diri sebagai manusia rohani yang terlebih
dahulu perlu dicapai dan dapat membangun, membangkitkan
orang-orang disekitarnya. Pengembangan kualitas diri menjadi
suatu pola yang strategis meningkatkan kemampuan
kepemimpinan yang memiliki kesaksian dalam ruang lingkup
dan cakupan yang lebih luas. Disatu sisi kepemimpinan yang
dapat meningkatkan kualitas diri akan bergerak secara dinamis
baik secara internal maupun eksternal. Hal ini dapat terjadi
karena manfaat yang ditimbulkan,menembus ruang dan waktu
sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.
Dalam merekonstruksi kepemimpinan yang berkualitas
perlu diwujudkan melalui tatanan nilai-nilai moralitas yang
terukur bagi orang lain. Dengan kata lain kuasa yang
menggerakkan kepemimpinan yang bersumber dari Roh Kudus
dapat dimaknai pada pendekatan melalui pola dan tingkah laku
yang bertanggung jawab terhadap mandat yang diberikan oleh
Kristus untuk menjadi saksi. Implementasi kepemimpinan
adalah merepresentasikan Kristus dengan nilai-nilai dan
karakteristik Kerajaan Sorga. Pengembangan kualitas diri
pemimpin akan dibahas dalam penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi kualifikasi kepemimpinan.
Kemampuan yang dimiliki dalam memberikan kesaksian pada
130
konteks memperlebar Kerajaan Sorga dengan memberitakan
kabar baik yang berawal dari karya Roh Kudus dalam
kehidupan pribadi orang-orang percaya.
Diterima :
September 2022
Direvisi :
Sep-Nov 2022
Diterbitkan :
28 November 2022
Kata Kunci :
Pengembangan,
Kualitas diri,
Pemimpin.
Keywords:
Development,
Self Quality,
Leader.
Copyright:
© 2022 The Authors
Licensee: This work is
licensed under
the Creative Commons
Attribution-ShareAlike 4.0
International License.
DOI:
https://doi.org/10.47154/s
cripta.v13i1.152
Abstract
Leadership begins with a spritual personal ability possessed,
demonstrated through roles and functions, manifested in a
moral form that can inspire the lives of others. This means that
leadership that can generate trust for others is not only built by
authority or spiritual factors solely in an office and power but by
exemplary. Talking about leadership in the context of believers
is certainly closely related to the moral responsibility that is
possessed. This is not only the standard in building one's identity
as a spiritual human being that first needs to be achieved and can
build, awaken the people around him. The development of selfquality becomes a pattern that strategically improves leadership
abilities that have testimony in a wider scope and scope. On the
one hand, leadership that can improve self-quality will move
dynamically both internally and externally. This can happen
because of the benefits caused, penetrating space and time
according to the capacity possessed.
In reconstructing quality leadership it needs to be realized
through a measurable order of moral values for others. In other
words, the power that drives leadership that comes from the
Holy Spirit can be interpreted as an approach through patterns
and behaviors that are responsible for the mandate given by
Christ to be a witness. The implementation of leadership is to
represent Christ with the values and characteristics of the
Kingdom of Heaven. The development of the leader's selfquality will be discussed in this study, it is hoped that it can
contribute to leadership qualifications. His ability to bear
testimony in the context of widening the Kingdom of Heaven by
preaching the good news that originated from the work of the
Holy Spirit in the personal lives of believers.
A.
Pendahuluan
Kualitas diri sangat perlu dikembangkan oleh setiap orang. Jika pengembangan
kualitas diri dikaitkan dengan pemimpin, maka hal itu bukan lagi merupakan sebuah
kewajiban tetapi ini adalah sebuah keharusan. Menyadari pentingnya pengembangan
kualitas diri, maka penulis menemukan bahwa hal itu ditulis oleh Paulus dalam
suratnya 1 Timotius 4:12-13 kepada anak rohani Timotius yang muda “Jangan seorang
pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orangorang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam
kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu. Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah
dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar.” Karena
kemudaannya itu, maka Paulus memulai ayat kedua belas dengan frasa “Jangan
131
seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda…” Paulus
mengingatkan Timotius bahwa umur jangan sampai menjadi kendala baginya untuk
menjadi seorang pemimpin. Karena Kriteria seorang pemimpin tidak harus diukur dari
segi usia. Pada semboyan dari Pria Sejati yang sangat menarik “Tua itu Pati tetapi
dewasa itu pilih: Artinya bahwa seseorang menjadi tua secara umum, titik itu pasti
tetapi bicara dewasa secara pikiran, pembawaan dan lain-lain tidak ditentukan oleh
berapa banyak umur seseorang. Karena begitu banyak orang masih memiliki persepsi
bahwa orang yang masih muda belum mampu menjadi pemimpin ini tersirat dari frasa
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah”. Sekalipun masih muda, Paulus
mengingatkan Timotius bahwa ada hal lain yang lebih penting daripada meributkan
usia ini tercermin dari frasa pertama “Jangan seorang pun…”. Kata negatif jangan
ditekankan Paulus Dengan pemahaman Jangan memberi kesempatan kepada seseorang
untuk menyudutkan, melemahkan Timotius. Tetapi di samping itu Paulus juga
mengingatkan fakta riil bahwa memang Timotius masih muda dan itu harus diakui.
Namun jauh lebih penting daripada semua itu adalah memang engkau masih muda
tetapi dengan kemudahanmu itu engkau berbeda dengan yang lain yang mungkin tidak
dimiliki oleh kebanyakan pemimpin muda atau bahkan pemimpin yang sudah tua
daripadamu. Perbedaannya adalah “Jadilah” kata jadilah adalah sebuah kata perintah
yang tegas untuk menjadi sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lain dari yang ada pada
umumnya. Apa itu? “Jadilah teladan” (ayat 12) penulis memakai istilah keteladanan dan
“bersungguh-sungguh” (ayat 13) penulis memakai istilah ketekunan.
B.
Kajian Literatur
Dalam penelitian ini metode yang digunakan bersifat analisis deskripsi untuk
menemukan makna teologis yang mendalam tentang suatu narasi atau tab sebagaimana
yang dimaksudkan dalam satu Timotius 4:12-13. Penelitian kualitatif merupakan
sebuah metode yang menekankan pada aspek pemahaman lebih mendalam terhadap
suatu masalah daripada melihat sebuah permasalahan. Penelitian kualitatif adalah
sebuah penelitian riset yang sifatnya deskripsi, cenderung menggunakan analisis dan
lebih menampakan proses maknanya.1 Dengan demikian akan diperoleh makna yang
meliputi, pengembangan kualitas dan pemimpin sesuai dengan teks yang telah
ditentukan dalam judul penelitian ini.
C.
Hasil dan Pembahasan
1. Kualitas Keteladanan (ayat 12)
Kata teladan yang diterjemahkan dari bahasa Yunani tupoj (tupos) yang memiliki
nuansa makna the mark (of a blow), an impression, stamp (made by a die) dalam pemakaian
bahasa Inggris diterjemahkan example digunakan sebanyak 3 kali, dan kata pattern
digunakan sebanyak 3 kali juga. Kata tupoj (tupos) dihubungkan dengan kehidupan
1
Indera Prasetia, Metodologi Penelitian Pendekatan Teori Dan Praktik (Medan: UMSU Press,
2022).
132
moral contoh ayat yang lain adalah Filipi 3:17, 1 Tesalonika 1:7; 2 Tesalonika 3:9; 1
Timotius 4:12; Titus 2:7; 1 Petrus 5:3; Kolose 16:11; Titus 2:15; 1Timotius 1:14. Dengan
demikian kata tupoj (tupos) berkaitan langsung dengan keteladanan dari kehidupan
Moral seseorang. Oleh sebab itulah Paulus berkesimpulan bahwa seorang yang menjadi
pemimpin maka kehidupan moralnya sangat diutamakan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata teladan berarti yang patut ditiru Sedangkan kata keteladanan berarti halhal yang dapat ditiru atau dicontoh.2
Teladan merupakan salah satu syarat yang paling penting untuk seorang
pemimpin. Kata Yunani yang diterjemahkan “Teladan” adalah tupos yang berarti
"model", "gambar", "ideal" atau "pola". Seorang pemimpin, harus menjadi teladan,
teladan bagi siapa? Ayat 12 menegaskan jadilah teladan bagi orang-percaya.“Otoritas
pemimpin ditentukan oleh kepercayaan”.3
Tidaklah mungkin menjadi teladan bagi semua orang di dunia jika tidak lebih
dulu menunjukkan keteladan bagi orang di sekitar, bagi orang percaya itu sendiri. Hal
ini senada dengan apa yang ditulis di dalam Kisah Para rasul 1:8 “Tetapi kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi". Kata
Yerusalem sering dianalogikan sebagai lingkungan terdekat, lingkungan terdekat
termasuk di dalamnya adalah orang-orang percaya. Teladan apa yang dimaksudkan
oleh Paulus yang berkaitan dengan kehidupan moral seorang pemimpin? Bunyi frasa
dalam ayat 12 selanjutnya jelas mengatakan ada suatu urutan tertentu seperti sebuah
anak tangga yang menuju ke atas, ke sebuah klimaks atau puncak dari anak tangga
tersebut, dimulai dari keteladan dalam perkataan, kedua dalam tingkah laku, ketiga
dalam kasih, keempat dalam kesetiaan dan kelima dalam kesucian. Berikut ini penulis
akan membahas satu persatu kelima hal tersebut.
2. Dalam Perkataan
Kata perkataan yang diterjemahkan dari bahasa Yunani lo,goj (logos) yang berarti
a word (as embodying an idea), a statement, a speech paling banyak diterjemahkan sebagai, 1
Korintus 6:11; Tit 2:15; 1 Timotius 1:14, Tit 2:7; 1 Petrus 5:3. Perkataan adalah sesuatu
yang dikatakan.4 Apa yang dikatakan seseorang keluar dari perbendaharaan hatinya.
Perkataan seseorang sangat mempengaruhi kualitas dirinya, dalam Amsal 18:21 ditulis
“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan
buahnya”. Ini menegaskan bahwa kata-kata atau perkataan seseorang menentukan
hidupnya. Yesus menegaskan hal yang sama di dalam perumpamaan penabur. Kata
Yesus, “Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah,” (Lukas 8:11).
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1999).
3
Larry Stout, Model Kepemimpinan Ideal Yang Mengubah Dunia (Yogyakarta: Penebrit Andi,
2010).
4
Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1999).
133
Perkataan yang diucapkan memiliki kuasa, dalam perumpamaan ini dilukiskan
perkataan seseorang seperti benih: apa yang kita tabur itulah yang akan kita tuai. Benih
apakah yang kita tabur dalam hidup kita? Benih apakah yang kita tabur untuk suami,
istri, anak-anak dan keluarga kita? Benih apakah yang kita tabur dalam pekerjaan kita?
Apa yang kita tabur pasti kita tuai.
Menjaga kata-kata yang keluar baik dari mulut ataupun masih dalam pikiran dan
hati akan menjaga kita dari dosa. Semakin cepat kata-kata berhamburan semakin
tampaklah kebodohan seseorang. Nasehat dari penulis Pengkhotbah masih sangat
relevan sampai hari ini dan harus selalu ingat inilah yang ditulisnya :
Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas
mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan
engkau di bumi, oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit. Karena
sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula
percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan. Kalau engkau
bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia
tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu. Lebih baik
engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya.
Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata
di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi
murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu? Karena
sebagaimana mimpi banyak, demikian juga perkataan sia-sia banyak. Tetapi
takutlah akan Allah”.5
Jika ayat-ayat di atas diuraikan secara sederhana, maka akan memiliki pengertian
sebagai berikut, Pengkhotbah menasehatkan kita agar jangan lekas-lekas mengeluarkan
perkataan di hadapan Allah. Alasan yang paling tepat adalah karena Allah di sorga dan
kita di bumi, oleh sebab itu biarlah perkataan kita sedikit (5:1). Sebagai contoh di dalam
Pengkhotbah 5:3 mengatakan tentang bernazar kepada Allah (5:3). Mudah sekali kita
berjanji kepada Allah dan gagal menepatinya. Setelah bernazar, kita menyesali diri
bahwa kita khilaf dan terlanjur berjanji lalu mencari berbagai macam dalih untuk
mengingkari atau melupakannya. Pengkhotbah mengatakan bahwa hal itu akan
membawa kita dalam dosa (5:5). Pengkhotbah berkata, "Tepatilah nazarmu!" (5:3).
Jika kita sudah mengeluarkan kata-kata yang bertalian dengan janji atau
mengucapkan nazar kepada Allah, Pengkhotbah memberikan empat nasehat kepada
kita. Pertama, jangan menunda-nunda untuk menepatinya (5:3). Kedua, lebih baik tidak
bernazar daripada bernazar tetapi tidak menepatinya (5:4). Ketiga, jangan menyangkal
apa yang telah diucapkan (5:5). Terakhir, yang paling penting Pengkhotbah menutup
dengan suatu perintah tegas takutlah akan Allah! (5:6).
Harus dipahami dengan benar bahwa sesungguhnya kata-kata mempunyai
perasaan dan arti, dan kata-kata itu dapat mempunyai kekuatan dahsyat baik untuk halhal yang baik maupun untuk hal-hal yang buruk. Kata-kata itu dapat melukai atau
5
Lembaga Alkitab Indonesia, Pengkhotbah 5:1-6.
134
menyembuhkan, dapat pula membawa kesukaan atau kedukaan, kata-kata dapat
membangun ataupun menghancurkan. Kata-kata dapat merusak persahabatan menjadi
permusuhan. Merusak sebuah persahabatan, sebuah keluarga, sebuah bangsa dan
bahkan sebuah negara. Dengan kata-kata, kita dapat memberi kasih atau ketakutan,
kehidupan atau kematian.6
Matius mengingatkan dengan sangat serius untuk setiap insan di dunia ini akan
perkataan yang seringkali diucapkan orang demikian “Tetapi Aku berkata padamu :
Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggung jawabkannya pada hari
penghakiman” (Mat 12:36).
3. Dalam Tingkah Laku / Perbuatan
Tingkah laku yang diterjemahkan dari kata bahasa Yunani avnastrofh (anastrophe)
memiliki arti behavior, conduct 1 Korintus 16:11; 1 Timotius 1:14; Titus 2:7,15; 1 Petrus 5:3,
2:12; Galatia 1:13. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan tingkah laku sebagai
perangai atau kelakuan. 7 Tingkah laku sehari-hari akan menghasilkan sebuah
kebiasaan. Tingkah laku yang baik akan menghasilkan kebiasaan yang baik sebaliknya
tingkah laku yang jelek akan menghasilkan kebiasaan yang jelek pula. Dan dari
kebiasaan itu muncul sebuah kepribadian sekalipun kepribadian itu abstrak karena
kepribadian hanya bisa dilihat melalui perkataan, penampilan, tindakan, cara
berpakaian dan cara menghadapai setiap persoalan. Atau dengan kata lain kepribadian
adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna
ini seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian
orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa
seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila
seorang melakukan suatu sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan
masyarakat, maka dikatakan bahwa orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik
atau mempunyai akhlak yang mulia. Oleh karena itu, masalah kepribadian adalah
suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang pemimpin.
Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian.
Kepribadian dapat menentukan apakah seseorang menjadi pemimpin yang baik
ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan sebuah organisasi,
bangsa atau bahkan negara.
4. Dalam Kasih
Kualitas keteladanan yang ketiga adalah kualitas dalam kasih yang diterjemahkan
dari kata avga,ph (agape). Kasih adalah salah satu kata dan ajaran yang pertama dan
yang terutama yang Kristus ajarkan dan lakukan buat kita semua. “Kasih adalah salah
satu dari sembilan buah Roh yang ditulis oleh Rasul Paulus di dalam suratnya kepada
jemaat di Galatia” (Galatia 5:22-23). Rick Warren menjelaskan kata kasih dalam
Febriaman Lalaziduhu Harefa, ‘Menggunakan Konsep Inkarnasi Yesus Sebagai Model Penginjilan
Multikultural’, PASCA : Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 16.1 (2020), 50–61.
7
Bahasa.
6
135
pengertian yang cukup menarik untuk disimak sebagai berikut :
Kasih adalah sesuatu yang dapat kita pilih. Jika itu hanya sebuah perasaan, kita
tidak dapat memerintahkannya. Tetapi, kita dapat memerintahkan sebuah
pilihan. Dan kasih adalah sebuah pilihan yang dapat dikendalikan... Kasih
merupakan sesuatu yang dapat kita lakukan. Sesuatu tindakan dan bukan
perasaan. Rasul Yohanes mengungkapkannya, “marilah kita mengasihi bukan
dengan perkataan atau dengan lidah tetapi dengan perbuatan dalam
kebenaran. ”Terlalu sering kita mengasihi dengan kata-kata atau lidah tetapi
tanpa tindakan.8
Sebelum membahas pengertian 1 Timotius 4:12 penulis ingin menunjukan terlebih
dahulu beberapa pengertian dari kasih dalam bahasa Yunani yang umum dikenal di
dalam masyarakat. Kata kasih dalam bahasa Yunani memiliki empat pengertian yang
berbeda : yang pertama Storge, artinya kasih yang alamiah, yang kedua adalah Eros
artinya memiliki daya tarik seksual, yang ketiga adalah Philia artinya kasih sayang
emosional atau bersahabatan dan yang keempat adalah kasih agape yang artinya kasih
yang tidak bersyarat, yang suka memberi dan mau berkorban. Inilah jenis kasih tertinggi
yang Allah berikan kepada kita, agar kita memilikinya, untuk bisa kita membagikan
kepada orang lain.
Dalam keempat pengertian kata kasih diatas dibagi menjadi dua bagian, yang
pertama berhubungan dengan kebutuhan, yaitu storge, philia dan eros dan yang kedua
berhubungan dengan pemberian atau anugerah, yaitu agape. Untuk memperjelas
penulis menguraikan masing-masing dari keempat pengertian kasih tersebut.9
Pengertian kasih yang berhubungan dengan kebutuhan, yang pertama adalah
storge, yaitu kasih dan sayang yang muncul secara alamiah antara orang tua dan anakanak, dapat muncul di antara saudara kandung, dan muncul di antara suami dan istri
dalam pernikahan yang baik. Kata itu muncul dalam Roma 12:10 dengan kata,
philostorgos, yang merupakan gabungan kata philos (bentuk kata benda dari philea) dan
storge. Roma 12:10 yang berbunyi : “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara
dan saling mendahului dalam memberi hormat” adalah ayat yang sangat penting,
mengarahkan kita untuk sangat mengasihi dan saling berbuat baik.
Pengertian kasih yang yang berhubungan dengan kebutuhan yang kedua adalah
eros yaitu kasih seksual atau hasrat, dan kita memperoleh kata Inggris seperti
erotic.Ketika eros dipakai sebagai kata benda, kata itu menunjuk kepada dewa kasih
Yunani.Kata Yunani eros tidak muncul dalam teks Alkitabiah, tetapi kata ini sudah
memiliki dampak terhadap bahasa Inggris dan pandangan kita tentang kasih seksual
sehingga itu penting untuk disinggung.
Pengertian kasih yang berhubungan dengan kebutuhan yang ketiga adalah philia,
yang berarti memiliki minat yang spesial kepada seseorang atau sesuatu, sering kali
8
Warren W. Wiersbe, Pengharapan Di Dalam Kristus (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999).
Febriaman Lalaziduhu Harefa Dian Agustina, Yenny Anita Pattinama, ‘Spiritualitas Hana Menurut
1 Samuel 1:1-28 Dan Implementasinya Bagi Wanita’, SCRIPTA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan
Kontekstual, 10.2 (2020), 1–20.
9
136
dengan fokus kepada kerja sama yang dekat, memiliki kasih sayang terhadap, seperti
memandang seseorang sebagai sahabat. Kata philia tidak pernah diterjemahkan sebagai
kasih dalam Perjanjian Baru, karena kata ini menunjuk kepada perasaan suka yang kuat
atau persahabatan yang kuat. Kata philea menyiratkan hubungan emosional yang kuat,
oleh sebab itu dipakai sebagai kasih, atau persahabatan yang dalam, antara sahabat. 10
Pengertian kasih yang berhubungan dengan pemberian atau anugerah dan
sekaligus merupakan pengertian kasih yang keempat adalah agape yang menunjuk kasih
Tuhan.Agape adalah sifat inti Tuhan, karena Tuhan adalah kasih (1 Yoh. 4:7-12,
16b).Pada dasarnya kasih agape bukan sekadar sebuah gerakan hati yang lahir dari
perasaan. Sebaliknya kasih agape adalah gerakan kehendak, pilihan yang sengaja
dilakukan.Itulah sebabnya Tuhan dapat memerintahkan kita untuk mengasihi musuh
kita (Mat. 5:44; Kel. 23:1-5). Dia tidak memerintahkan kita untuk memiliki perasaan yang
baik terhadap musuh kita, tetapi untuk bertindak di dalam cara yang penuh kasih
terhadap mereka. Kasih agape berhubungan dengan ketaatan dan komitmen, dan tidak
selalu perasaan dan emosi. Mengasihi seseorang adalah mentaati Tuhan demi kebaikan
orang lain, mengupayakan berkat dan keuntungan orang lain untuk jangka panjang.
Pengertian kata kasih dalam 1 Timotius 4 : 12 adalah agape yang berarti kasih yang
Ilahi. Roger Roberts menggambarkan kebenaran ini lewat bukunya sebagai berikut:
“Kasih dapat digambarkan sebagai ranting-ranting yang mempersatukan angguranggur menjadi setandan buah anggur yang indah. Atau lebih tepat lagi, kasih bukanlah
unsur yang terpisah dari unsur-unsur lainnya. Kasih justru merupakan intisari dari
unsur-unsur lainnya.11
Dari uraian kata kasih di atas dapatlah dilihat bahwa kasih adalah sebuah
tindakan tertinggi dari kehidupan seorang pengikut Tuhan Yesus. Paulus dalam
suratnya kepada jemaat di Korintus menguraikan secara praktis praktek dari kasih yang
ditulis di 1 Korintus 13:4 menyatakan : bahwa kasih itu sabar, kasih itu murah hati: ia
tidak cemburu: ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Kasih adalah salah satu
kata dan ajaran yang pertama dan yang terutama yang Kristus ajarkan dan lakukan buat
kita semua. Seseorang yang melakukan perbuatan kasih, pasti murah hati dan lemah
lembut.
Warren W. Wiersbe mengingatkan setiap orang dengan nada yang agak keras
mengatakan : “Menyedihkan sekali kalau ada orang-orang yang berusaha untuk
memproduksi kasih, karena jelas hanya akan menghasilkan kasih yang murahan dan
palsu.12 Kemudian Wiersbe menambahkan dengan kalimat yang tajam lagi demikian ”
Kasih yang kita amalkan seorang terhadap yang lain, dan terhadap dunia yang tersesat,
harus timbul dari Roh Allah. Kasih adalah kekuatan yang terus menerus mengalir
dalam hidup kita, dan bukanlah sesuatu yang kita nyalakan dan padamkan seperti
Febriaman Lalaziduhu Harefa, ‘Spiritualitas Kristen Di Era Postmodern’, Manna Rafflesia, 6.1
(2019), 1–23.
11
Roger Roberts, Hidup Suci — Panggilan Bagi Setiap Orang Kristen (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 2001).
12
Warren W. Wiersbe, Pengharapan Di Dalam Kristus (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999).
10
137
sebuah radio.”13
Ada tiga praktek kehidupan yang sering dijumpai dalam interaksi manusia
dengan sesamanya yang ada kaitan dengan kasih yang pertama yaitu kebaikan dibalas
dengan kejahatan (tahapan iblis), kedua kebaikan dibalas dengan kebaikan dan
kejahatan dibalas dengan kejahatan (tahapan manusia) dan ketiga kejahatan dibalas
dengan kebaikan (tahapan Ilahi). 14 Seorang pemimpin sekalipun menyakitkan harus
memilih tahapan yang ketiga, yaitu tahapan Ilahi, karena ini yang kehendaki Allah.
Ketika Yesus menyampaikan ajaran-Nya di bukit, Yesus berkata “Janganlah kamu
melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar
pipi kananmu, berilah juga pipi kirimu. ”(Matius 5:39). Paulus menulis Roma 12:19
demikian ”Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut
pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan
itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” Jika kita
sudah membalas perbuatan jahat seseorang maka artinya kita sudah merampas haknya
Tuhan. Ini memang perkara yang tidak gampang tetapi harus diingat bahwa Allah
menghendaki agar umat-Nya mempraktekkan kasih kepada semua umat manusia, baik
kepada orang-orang benar maupun kepada orang-orang yang tidak benar.
Pertanyaan adalah apakah mungkin seorang pemimpin bisa melakukan hal itu?
Jawabannya adalah memegang dan melakukan firman Allah dengan setia seperti
tertulis dalam Yohanes 14:21a “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan
melakukannya, dialah yang mengasihi Aku...” (Yoh. 14:21a). Rick Warren menjelaskan
cara mempraktekkan kasih yang sesuai firman Allah agar bisa mengasihi orang-orang
sebagai berikut :
“Pertama-tama, sebelum kita dapat mengasihi orang lain, kita harus merasakan
dan memahami dahulu betapa dalamnya Allah mengasihi kita. Langkah kedua
adalah mengampuni mereka yang telah melukai kita. Langkah berikutnya
adalah dengan memikirkan pikiran-pikiran kasih. Maksudnya adalah agar kita
mulai berfokus pada kebutuhan, masalah, keinginan, dan tujuan orang lain,
bukan hanya diri kita sendiri. Langkah keempat adalah bertindak dengan
kasih.Ini disebut mengasihi dengan iman, Anda melakukannya dengan
perasaan. Langkah yang terakhir untuk belajar mengasihi... harapkanlah yang
terbaik dari mereka.”15
Kunci utama untuk mengerti agape adalah menyadari bahwa itu dapat dikenal
dari tindakan yang mendorongnya. Agape adalah kasih karena apa yang dilakukannya,
bukan karena bagaimana perasaannya. Tuhan sangat mengasihi (agape) sehingga Dia
memberikan Anak-Nya. Kristus sangat mengasihi (agape) sehingga Dia memberikan
hidup-Nya. Dia tidak mau mati, tetapi Dia mengasihi, jadi Dia melakukan apa yang
diminta oleh Tuhan. Paul G. Caram menjelaskan bahwa seseorang bisa memiliki kasih
sejati apabila :
13
Wiersbe, Pengharapan Di Dalam Kristus.
Wiersbe, Pengharapan Di Dalam Kristus.
15
Rick Warren, God’s Power to Change Your Life (Bandung: Yayasan Kalam Hidup).
14
138
(1) Kita mengasihi orang-orang seperti cara Tuhan mengasihi mereka; (2) Kasih
kita telah bertumbuh dalam pengetahuan yang benar, dengan berbagai macam
pengertian; (3) Kita memahami bahwa teguran-teguran dan hukuman itu
sesungguhnya mengobati, bukannya kejam; (4) Kita tidak sembarangan
mengasihi orang, melainkan menggunakan hikmat dalam cara kita mengasihi;
(5) Kita rela menghadapi resiko ditolak karena memberitakan kebenaran
kepada orang lain; (6) Kita mengasihi Allah lebih daripada keluarga dan teman;
(7) Kita mau melakukan sesuatu yang selama-lamanya merupakan hal yang
terbaik bagi orang lain; (8) Kita rela saling menasehati anak-anak kita; (9) Kita
rela membatasi atau memutuskan persahabatan kita dengan orang-orang
percaya yang tidak mau bertobat; (10) Kita meratapi hanya yang Allah ratapi.16
Banyak pemimpin yang berkata bahwa mereka mengasihi Tuhan, tetapi gaya
hidup mereka jauh arang dari api artinya apa yang dikatakan tidak sesuai dengan apa
yang mereka perbuat, atau perbuatan mereka tidak berbanding lurus dengan apa yang
diucapkan. Lebih keras lagi kehidupan mereka bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Karena begitu banyak pemimpin yang tidak benar-benar mengasihi Tuhan, untuk para
pemimpin seperti ini juga tentunya untuk semua orang yang percaya harus
diperingatkan dengan perkataan Tuhan Yesus yang sangat keras "Barangsiapa tidak
mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku ...” (Yoh. 14:24a).
5. Dalam Kesetiaan
Kualitas keteladanan seorang pemimpin yang keempat adalah kesetiaan. Dalam
terjemahan bahasa Yunani dipakai kata pi,stij (pistis) yang berarti faith, faithfulness 1Co
16:11: Tit 2:15, 1Tim 1:14, Tit 2:7, 1Pet 5:3. “Kesetiaan itu adalah suatu sikap dan tindakan
yang mau melaksanakan sesuatu dengan tidak paksa atau dengan tidak mengharapkan
sesuatu dari tindakan tersebut”.17
Dalam terjemahan bahasa Indonesia dipakai kata kesetiaan sementara dalam
terjemahan bahasa Inggris dipakai kata faith dan dalam bahasa Yunani nya dipakai kata
pistis yang berarti iman. Pertanyaannya adalah ada hubungan apa antara kesetiaan dan
iman? Bila berbicara tentang kesetiaan, harus menghubungkannya dengan iman, sebab
mengandung unsur iman yang hidup. “Iman adalah anugerah Allah dan Roh Kudus
bekerja di hati manusia, selalu menghidupkan iman dan kesetiaan. Tanpa adanya iman
yang sungguh, manusia tidak mungkin setia pada Tuhan.” 18 Dalam arti yang
singkat/praktis, iman itu diartikan sebagai kesetiaan pada Tuhan, sedangkan perbuatan
yang tidak diikuti dengan iman pada hakekatnya mati. “Hal ini berarti seseorang yang
bertindak melakukan sesuatu perbuatan harus bertitik tolak dari iman. Setelah punya
iman maka ia dengan setia kepada Allah dan juga kepada sesama manusia (2 Korintus
16
Paul G. Caram, Kekristenan Sejati (Jakarta: Penerbit Nafiri Gabriel, 1999).
George Tapiheru, Kehidupan Orang Percaya 1 Berakar (Jakarta: Departemen Teologi Badan
Pekerja Sinode Gereja Bethel Indonesia, 2004).
18
Tapiheru.
17
139
4:1-2).”19 Jadi iman dan kesetiaan dua sisi logam yang tidak dapat dipisahkan. Untuk
menjelaskan hal ini penulis memakai contoh dari seorang tokoh dalam Alkitab
Perjanjian Lama yang sangat terkenal, Abraham. Abraham disebut bapa orang beriman.
Mengapa? Karena ia telah belajar untuk percaya kepada Allah sepenuh hati. Ia percaya
meski tidak melihat janji itu segera digenapi. Ia setia dalam penantiannya. Ia mentaati
Allah sepenuh hati sesuai apa yang telah Allah katakan. Ingat apa yang dikatakan
tentang Abraham, “Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah
anak-anak Abraham. Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati
bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu,” (Galatia 3:7, 9). Tentang Abraham
dikatakan, “Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya
sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara
telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan,
malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan,
bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal
ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kata-kata ini, yaitu “hal ini
diperhitungkan kepadanya,” tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk
kita,”(Roma 4:19-24a).
Untuk percaya akan janji-janji Tuhan adalah tetap percaya bahwa pasti mengalami
janji tersebut saat membutuhkannya adalah hal yang berbeda. Berbahagilah orang yang
percaya bahwa apa yang dikatakan Tuhan pasti tergenapi. Terkadang sulit untuk
percaya karena itu dibutuhkan kesetiaan untuk menanti akan apa yang diimani. Satu
hal yang perlu manusia perhatikan adalah bahwa apa pun yang Tuhan katakan kepada
umat-Nya pasti terjadi. Karena Allah adalah setia, maka Ia tidak akan pernah ingkar
janji. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa di dalam iman ada unsur yang namanya
kesetiaan.
6. Dalam Kesucian
Kualitas keteladanan yang kelima adalah kesucian dalam bahasa Yunani a'gnei,
(hagneiay) yang memiliki arti purity 1 Ti 4:12; 5:2; 1Co 16:11; Tit 2:15; 1Ti 1:14; Titus 2:7; 1
Pet 5:3. Kesucian adalah kebersihan (hati dsb): kemurnian.20 Secara harfiah akar kata
kudus berarti dipisahkan... gagasan besar mengenai kekudusan mencakup konsep luas
tentang pemisahan. Ketika sesuatu dipisahkan, maka ia dipisahkan dari sesuatu dan
juga dipisahkan untuk sesuatu yang lainnya.21 Pada bagian ini Paulus menaikkan satu
tingkat keteladanan yang lebih dari pemimpin yang lain adalah kesucian, karena bagi
Paulus kesucian adalah modal seorang pemimpin. Tidak ada yang lebih diinginkan oleh
Allah dalam diri anak-anak-Nya selain hidup dalam kekudusan. Allah yang kita
sembah adalah Allah Yang Maha Kudus. Dia bertahta di dalam Kerajaan Sorga sebuah
tempat yang indah, menakjubkan dan merupakan tempat kekudusan. Oleh karena itu
seharusnyalah anak-anak-Nya hidup di dalam kekudusan. Apalagi untuk seorang
19
Tapiheru.
Bahasa.
21
Bruce H. Wilkinson, Personal Holiness in Times of Tempration (World Teach, 2001).
20
140
pemimpin, “karena kejujuran rohani menimbulkan kepemimpinan yang berwibawa di
dalam pengurapan Allah.”22
Dekadensi moral bagaikan tsunami yang melanda masyarakat kita. Runtuhnya
moral telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat, gereja dan bangsa ini. Tidak
sedikit para pemimpin menjadi batu sandungan, korupsi tetapi masih bisa tersenyum
lebar di layar televisi, bahkan menantang balik sebagai pencemaran nama baik
meskipun sudah tertangkap tangan/basah oleh Komisi Pemberantasan Korupsi,
sepertinya tidak wajar jika tidak korupsi bagi mereka yang pura-pura bersih,
perselingkuhan sudah menjadi hal yang wajar bagi para pemimpin, grativikasi sering
berwujud sex sudah hal yang lumrah. Menikah dan cerai kemudian menikah lagi
bahkan dengan pasangan suami/isteri orang lain sepertinya begitu gampang ibarat
mengganti baju jika sudah dirasa kurang memuaskan. Moral telah rusak, pemimpin
tidak lagi menjadi teladan. “Kesucian bukanlah sesuatu yang tergantung di langit,
melainkan kesucian itu adalah sesuatu yang dapat terlihat dalam hidup saudara pada
tiap-tiap hari, tiap minggu, tiap bulan dan tiap tahun. Kesucian itu dapat dilihat juga
dari kerelaan untuk senantiasa menyelesaikan dosa.23
Karena itu seorang pemimpin jangan membangun gereja, bangsa dan Negara ini
di atas nilai tapi bangunlah di atas Firman Tuhan. Mengapa? Karena nilai dapat
diperoleh dari beragam sumber yang dianggap baik namun tak kuasa mengubah hidup.
Hanya Firman Tuhan yang sanggup mengubah kehidupan dan mengokohkan moral.
Mengubah masa lalu seseorang yang kelam menjadi berharga, karena itu kita perlu
menikmati setiap momen dalam hidup kita dan tetap berfokus kepada masa kini. Kita
tidak bisa tinggal di masa lalu atau melihat terlalu jauh ke masa depan. Kita perlu
menyadari bahwa masa kini adalah pemberian Tuhan saat ini.Jadi, kita perlu
menjalaninya secara penuh dan menikmatinya.24 Roger Roberts mengingatkan bahwa
peranan Roh Kudus dalam kesucian sangat menentukan :
“Untuk dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan penuh
kemenangan, kita perlu hidup kudus, sehingga di dalam diri kita ada kuasa
dari Roh Kudus. Kita sebagai orang Kristen yang setiap saat menghadapi
masalah atau konflik, harus bisa hidup di dalam kesucian (kekudusan) bersama
Allah, karena masalah yang ada itu datangnya dari si iblis, jadi kita berani
untuk menghadapinya, maka kejarlah hidup di dalam kesucian dan kita
memperoleh kuasa Allah. Orang yang hidup didalam kebenaran dan
kekudusan akan ......... kuasa otoritas Allah, karena Roh Allah ada didalam
kehidupannya.”25
7. Dalam Kesucian
22
P. Octavianus, Manajemen Dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah (Malang: Penerbit
Gandum Mas, 2000).
23
Octavianus.
24
Joyce Meyer, Kekuatan Pikiran (Jakarta: Tangan Pengharapan, 2012).
25
Roberts.
141
Dalam abad 21 ini yang berbahaya bukan kemajuan teknologi yang pesat karena
teknologi dibuat sebagai sebuah sarana untuk memudahkan namun yang berbahaya
dalam abad 21 adalah konsep apa artinya menjadi manusia. Konsep apa artinya menjadi
manusia menjadi hal serius. Mengapa dianggap serius karena manusialah yang akan
mewarnai zaman ini bukan teknologi. Bila manusia tidak punya konsep diri yang jelas,
yaitu konsep yang dibangun di atas Firman Tuhan, tentu manusia akan mengalami
kerapuhan moral. “Tahun-tahun ke depan, mencari orang cerdas akanlah sangat
mudah, karena fasilitas dan teknologi yang memang memungkinkan, tetapi apakah
masih akan menjumpai orang-orang yanga hidup lurus? 26 Perhatikanlah apa yang
Alkitab katakan berikut ini: “Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi
hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi
pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih,
tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka
menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka
mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari
pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada
hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.Jauhilah mereka itu!” (2 Timotius 3:2-5).
Dunia benar-benar memerlukan pola hidup kekudusan, kesetiaan, kejujuran,
spiritual, moralitas, dan integritas. Para pemimpin harus memberikan teladan yang
kudus. Untuk seseorang bisa hidup didalam kekudusan maka orang itu harus bisa
menyangkali dirinya sendiri untuk hidup didalam kedagingannya. Alkitab telah
menyebutkan kondisi manusia di akhir zaman. Jelas terlihat kejatuhan moral yang amat
mengerikan. Kasus philodopia dari seorang yang bisa memakan korban anak mencapai
ratusan anak adalah hal yang sangat mengejutkan. Belum lagi pelecehan sex yang
dilakukan dilingkungan sekolah oleh pengajar itu sendiri. Semua itu menggambarkan
dengan sangat jelas betapa kesucian dalam pikiran, hati dan perbuatan wajib dimiliki
apalagi untuk seorang pemimpin.Karena itulah, untuk bisa menjadi pemimpin di gereja,
bangsa dan negara seorang pemimpin harus punya moral yang kokoh. Kalau tidak
demikian tidak ada perbedaan antara pemimpin yang beriman kepada Yesus dengan
yang lain? Moral menjadi sangat penting. Tuhan menghendaki bahwa setiap anak-anak
yang dikasihi selalu hidup di dalam perintah-Nya, yaitu “Berusahalah hidup dalam
damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak
seorangpun akan melihat Tuhan.”
Oleh sebab itu kita tahu bahwa hidup di dalam kesalehan atau kekudusan adalah
sangat perlu dilakukan oleh semua orang dan apalagi seorang pemimpin. Untuk dapat
hidup kudus maka seoerang pemimpin haruslah memiliki Roh Kudus yang tinggal di
dalam dirinya dan yang mengkuduskan hidupnya. Di dalam Roma 8:8-10, bahwa
mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu
tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di
26
Jarot Wijarnako, Mendidik Anak Nilai Hidup Integritas Karakter (Jakarta: Suara Pemulihan,
2008).
142
dalam kamu, maka kamu hidup di dalam kebenaran Kristus.
Di dalam Efesus 4:15, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam
kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah kepala.
Hidup dalam kekudusan dijumpai pada kalimat dengan teguh berpegang kepada
kebenaran dan kasih dan segala hal ke arah Dia. Tidak ada yang lebih diinginkan oleh
Allah dalam diri anak-anak-Nya selain hidup dalam kekudusan.Allah yang kita sembah
adalah Allah Yang Maha Kudus. Dia bertahta di dalam Kerajaan Sorga sebuah tempat
yang indah, menakjubkan dan merupakan tempat kekudusan. Oleh karena itu
seharusnyalah anak-anak-Nya hidup di dalam kekudusan. Tuhan menghendaki bahwa
setiap anak-anak yang dikasihi selalu hidup di dalam perintah-Nya, yaitu “Berusahalah
hidup dalam damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa
kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. ”Roh Kuduslah yang tinggal di
dalam diri seseorang dan yang mengkuduskan hidup orang percaya sehingga mereka
disebut anak-anak Allah. Banyak orang di dunia ini berusaha keras untuk mengejar
kekudusan.Barangkali mereka berpikir, kekudusan dapat diraih dengan banyak
melakukan perbuatan baik dalam hidup mereka. Mereka tidak mengerti bahwa
kekudusan dapat mereka alami apabila mereka sudah dilahirkan kembali, dan Roh
Kudus masuk dalam diri mereka. Roger Roberts menulis sebagai berikut :
“Untuk dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan penuh
kemenangan, kita perlu hidup kudus, sehingga di dalam diri kita ada kuasa
dari Roh Kudus. Kita sebagai orang Kristen yang setiap saat menghadapi
masalah atau konflik, harus bisa hidup di dalam kesucian (kekudusan)
bersama Allah, karena masalah yang ada itu datangnya dari si iblis, jadi kita
berani untuk menghadapinya, maka kejarlah hidup di dalam kesucian dan
kita memperoleh kuasa Allah.”27
Senada dengan kekudusan atau kesucian rasul Petrus menulis di dalam suratnya
1 Petrus 2:9 dikatakan, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari
kegelapan keapda terang-Nya yangajaih.” Kata yang “kudus” artinya kita sudah
dilahirkan kembali, dan Allah sedang bekerja di dalam diri kita untuk mengkuduskan
hidup kita, karena kita adalah milik-Nya. Weirsbe dalam mengatakan : “Dengan
mendengarkan suara Tuhan dan hidup bersekutu dalam pelayanan dan penyembahan,
juga hidup di dalam Dia, kita akan bisa mengenal hati Allah, dan membuka kesempatan
bagi kita untuk mengenal kehendak Allah.28
Bagi seorang pemimpin, hal kekudusan mempunyai arti menjaga kesucian
pribadi, menjauhkan diri dari dosa perzinahan, dosa keserakahan, dosa keanggkuhan
hidup, keinginan mata, dan keinginan daging karena tubuh kita adalah Bait Allah.
27
28
Roberts.
Wiersbe, Pengharapan Di Dalam Kristus.
143
Sehubungan dengan dosa perzinahan, perselingkuhan, dosa sex , pendapat Weirsbe
sebagai berikut :
“Allah menciptakan seks, dan Ia berhak menentukan pemakaiannya. Sejak
semula ia menetapkan pernikahan sebagai suatu hubungan yang kudus
antara satu laki-laki dan perempuan....” Jangan kamu berzinah “membangun
suatu tembok di sekeliling pernikahan bukan sebagai penjara, melainkan
suatu kebun yang indah dan aman.... Di dalam seluruh Alkitab Allah
memperingatkan kita terhadap dosa seks, dan peringatanperingatan ini harus
diperhatikan. Allah bertujuan untuk mengkuduskan kita supaya kita hidup
dengan pikiran dan tubuh yang murni.”29
Pernikahan adalah sebuah lembaga yang paling pertama diciptakan oleh Allah,
karena itu setiap orang yang menjadi pemimpin yang telah dipersatukan didalam
pernikahan yang kudus oleh Allah harus bisa menjaga hubungan pernikahannya
dengan baik, menjaga hubungan sex dengan pasangannya/suami atau isterinya benar,
agar kehidupannya sebagai seorang pemimpin berkenan di hadapan Allah. Roger
Roberts mengataka bahwa tujuan hidup kudus adalah untuk menjadi seperti Kristus
Yesus. Semua akan terjadi sebagaimana rencana Tuhan melalui pimpinan Roh KudusNya.30 Kemudian Roger lebih lanjut mengatakan demikian : “Di dalam Perjanjian Lama,
yang dikuduskan bukan hanya orang-orang, tetapi juga Kemah Pertemuan. Demikian
juga dengan kita semua .... untuk memenuhi panggilan sebagai orang Kristen.” 31
Kekudusan Allah secara khusus diperlihatkan dalam Kasih-Nya. Kasih Tuhan
kepada anak-Nya sungguh teramat besar walaupun sebenarnya orang tidak layak sama
sekali untuk menerima Kasih-Nya. Dan ini dinyatakan dalam pribadi Tuhan Yesus .
Untuk hidup kudus memang orang harus mengalami banyak tantangan dan kesulitan
yang harus dihadapi, tidak ada pilihan lain. Sebagai orang Kristen kita harus memenuhi
panggilan itu sampai akhir hidup. Henry Blackaby menyinggung tentang kekudusan
“bahwa ketika kehidupan orang benar di mata Tuhan, kehidupan tersebut jadi sebuah
jalan dimana Tuhan dapat lewat untuk meyakinkan dan menyadarkan orang lain akan
dosa mereka.32
Dalam kenyataan banyak pemimpin yang hidup tidak benar, sehingga menjadi
batu sandungan bagi orang lain yang ingin mengenal Tuhan. Karena itu, "Jangan beri
peluang kepada musuh-musuh Tuhan untuk menghujat nama-Nya, melalui perilaku
kita”33 Orang-orang dunia merasakan ketidaknyamanan ketika adanya kehadiran orang
Kristen, karena kekudusan memancing suatu kebencian. Semakin tinggi kekudusan,
semakin besar permusuhan manusia terhadapnya.34 Jadi yang dimaksud hidup dalam
29
Wiersbe, Pengharapan Di Dalam Kristus.
Roberts.
31
Roberts.
32
Henry Blackaby, Kekudusan (Batam: Gospel Press, 2004).
33
Blackaby.
34
Stephen R. Miller, Holman Old Testament Commentary, Nahum, Habakkuk, Zephaniah, Haggai,
Zechariah, Malachi (Nashville, Tennessee: Broadman and Holman Publishers, 2004).
30
144
kesucian adalah adalah hidup selalu di dalam kebenaran, berkenan kepada Allah.
Kualitas Ketekunan
Ketekunan adalah kekerasan dan kesungguhan (bekerja dsb).35 Ketekunan adalah
kemampuan untuk bertahan di tengah badai tekanan dan tsunami kesulitan, dan tetap
berjalan kelangkah yang berikutnya, bukannya berhenti di langkah awal. Pepatah
mengatakan bahwa sejuta langkah di mulai dengan satu langkah.Sebuah langkah besar
sebenarnya terdiri dari banyak langkah kecil. Namun haruslah disadari bahwa semakin
jauh melangkah, maka semakin banyak rintangan yang menghadang. Langkah demi
langkah itu akan menaikkan kemampuan untuk dapat mengatasi badai tekanan dan
tsunami kesulitan. Itulah arti sebuah ketekunan, karena ketekunan adalah kesabaran
yang tahan lama, terus menerus.
1. Dalam membaca kitab suci
Kualitas ketekunan yang pertama adalah membaca kitab suci, dalam bahasa
Yunani avna,gnwsij (anagnosis) recognition, reading 1 Tim. 3:14, 2 Tim. 3:15. public reading
in synagogue Ac 13:15; 2 Cor 3:14 or church 1 Tim. 4:13. Anagnosis dikaitkan dengan
membaca di Sinagoge atau di gereja itu berarti membaca kitab suci atau firman Allah.
Alkitab adalah Firman Allah yang diilhami oleh Roh Allah, dituliskan oleh hambahamba Allah yang dipakai oleh Roh Kudus.36 Aikitab itu dapat memberikan kepadamu
pengertian untuk mendapat keselamatan melalui iman kepada Kristus Yesus. Semua ini
yang tertulis dalam Alkitab, di ilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajarkan yang
benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah, dan mengajar supaya dapat hidup
seturut kehendak dan kemauan Allah. Dengan Alkitab orang yang melayani Allah
dapat dilengkapi dengan sempurna untuk segala jenis pekerjaan.37
Paulus menjelaskan manfaat daripada membaca kitab Suci di dalam 1 Timotius
3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran.” Ada empat manfaat yang dikatakan Paulus dan keempat itu seperti sebuah
tingkat/level yang menuju sebuah puncak. Perhatikan manfaat yang pertama adalah
untuk mengajar, seseorang harus diberi pengetahuan dahulu, harus diberi pengajaran
baik tentang siapa Allah, siapa manusia, dan apa itu dosa. Setelah mendapat
pengetahuan atau pengajaran baru kemudian naik pada tingkat/level yang selanjutnya
adalah untuk menyatakan kesalahan. Seseorang akan mengerti kesalahannya Jika orang
itu sudah mendapat pengajaran tentang apa itu dosa, pelanggaran, kesucian dan
lainlain. Setelah tahu barulah kesalahannya dinyatakan, lalu orang itu baru bisa
diperbaiki karena sudah mendapat pengajaran dan mengerti mana yang salah. Ada
perubahan atau pertumbuhan, karena pertumbuhan rohani seseorang bisa diukur
35
Bahasa.
Warren W. Wiersbe, Bersiap-Siap Di Dalam Kristus, Cetakan Ke Empat (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1999).
37
Warren W. Wiersbe, Setia Di Dalam Kristus.
36
145
dengan keakraban berapa lama orang mendalami Firman, karena Firman memikul
kuasa pengaruh yang sangat kuat.
Kelakuan tidak akan bisa diperbaiki sebelum ada pengajaran yang benar,
kelakuan tidak bisa diperbaiki sebelum mengerti apa yang salah. Kemudian puncaknya
adalah mendidikorang dalam kebenaran. Dimulai dengan mengajar, diberi
pengetahuan, pemahaman puncaknya mendidik. Mendidik dalam kebenaran,
tujuannya adalah orang itu memiliki kebenaran. Inilah manfaat dan tujuan daripada
membaca kitab suci. C. Thiessen menuliskan dasar kenyataan yang ada bahwa Alkitab
tidak dapat dimusnahkan, Alkitab punya pengaruh, dalam Alkitab nubuat selalu
digenapi, Alkitab menjadi tuntunan hidup.38
Ironis adalah bahwa Alkitab paling banyak diterjemahkan dan dicetak ke dalam
pelbagai bahasa di dunia, tetapi paling banyak tidak dibaca. Padahal sesungguhnya
“Alkitab seluruhnya dapat dibaca 71 jam. Bila Anda meluangkan waktu setiap hari 15
menit saja untuk membaca Alkitab, maka seluruh isi Alkitab akan selesai dibaca dengan
waktu kurang dari satu tahun.” 39 Perlu dicamkan bahwa ilmu pengetahuan bukan
pokok utama Firman Allah. Itu bukan karena ilmu pengetahuan dianggap tidak penting
di dunia, tetapi yang dianggap pokok di situ adalah hubungan manusia dengn Allah
dan sesamanya serta dengan alam semesta, atau tegasnya tindakan Allah terhadap
manusia sebagai puncak ciptaan-Nya dalam hubungan ruang dan waktu.40
Kita perlu mengakui bahwa kebenaran Alkitab mempengaruhi kita dengan
berbagai cara yang menakjubkan.41 Donald C. Stamps menyadari bahwa para pekerja
Kristen sangat membutuhkan sebuah “Alkitab yang memberi pengarahan dalam
berpikir dan berkotbah, sekaligus mengandung catatan-catatan yang memiliki tekanan
yang bersifat Pentakosta.” 42 Edwin Louis Cole menyatakan bahwa : “orang yang
memiliki rohani yang kuat dan bertumbuh itu karena doa, dan membaca Alkitab.”43
Sedangkan David Field mempercayai “Alkitab secara benar bisa dengan sendirinya
membuktikan isinya masih relevan dengan zaman sekarang, karena Allah sendiri tidak
berubah, baik hakikat-Nya maupun cara-Nya terhadap manusia.” 44
Whitney menyampaikan : “Merenungkan Firman Allah adalah melakukan
hubungan yang terkait dengan kegiatan baca Alkitab dan doa.” 45 Dalam Yosua 1:8
“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang
dan malam supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis
didalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan
38
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2003).
Donald S. Whitney, Disiplin Rohani 10 Pilar Penopang Kehidupan Kristen (Bandung: Lembaga
Literatur Baptis, 1997).
40
E. Ch Wuwungan, Bina Warga Bunga Rampai Pembinaan Warga Gereja (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1994).
41
Christopher J.H Wright, Memahami Dan Berbagi Firman Tuhan (Jakarta: Yayasan Pancar Pijar
Alkitab, 2009).
42
Donald C. Stamps, Alkitab Penuntut Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2006).
43
Edwin Louis Cole, Tetap Tegar Di Tengah Masa Sukar.
44
David Field, Alkitab Dan Kehidupan Kristen (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004).
45
Field.
39
146
beruntung. Melalui pembacaan Alkitab sebagai kitab suci, bisa mengenal isi hati Allah,
yang merencanakan akan hidup kita, sebagai orang percaya, jadi Alkitab adalah
merupakan sumber yang terpenting secara teologi bagi kita orang Kristen.
2. Dalam membangun
Kualitas ketekunan yang kedua adalah membangun dalam bahsa Yunani
para,klhsij (paraklesis) yang berarti a calling to one’ aid, ie. encouragement, comfort 1 Tim.
3:14; 2 Tim 3:15.
Setelah pondasinya didapat yaitu melalui pembacaan kitab suci yang
mengajarinya, dan yang menyatakan kesalahan dan kemudian memperbaiki segala
kelakuannya, dan puncaknya mendidiknya dalam kebenaran, maka seorang pemimpin
siap untuk membangun.Karena dirinya sendiri sudah memiliki dasar yang kuat, kini
dia siap untuk bertekun dalam membangun.Inilah tantangannya, membangun. Karena
untuk membangun tidaklah mudah, apalagi yang dibangun adalah mental, moral,
akhlak yang sudah kepalangtanggung rusak, hancur. Ada begitu banyak fakta yang
dapat dilihat di tengah-tengah masyarakat baik di tingkat akar rumput sampai tingkat
legislatif maupun yudikatif.
3. Dalam mengajar
Kualitas ketekunan yang ketiga adalah mengajar dalam bahsa Yunani didaskali,a|
yang memiliki nuansa makna the act af teaching, instruction Ro 12:7: 15:4, 2 1 in a pass,
sense = that which is taught, instruction Mk 7:7: Col 2:22; 1 Ti 1:10: 4:6: 2 Ti 3:10: Tit 1:9.
instruction (the function or the information) 1Ti 3:14, 2Ti 3:15f£.
Untuk menciptakan sebuah mahakarya, tidak cukup hanya mengandalkan
talentasi mata. Kita butuh proses belajar dan ketekunan berlatih bertahun-tahun.
Bahkan meski dibantu alat-alat secanggih apapun, hasil yang didapat sebenarnya
tergantung pada tangan-tangan terampil dan terlatih yang menggerakkannya. Dan
semuanya itu membutuhkan proses pembelajaran yang tidak sebentar untuk
mendapatkan hasil yang sama seperti diharapkan.46 Dengan mengajar akan menjawab
pertanyaan apa, siapa dan bagaimana. Apa yang diajarkan menjadi apa orang yang
diajar, Bagaimana cara menyadari orang. Dilihat dari konteks maka yang dimaksud
mengajar selain pengetahuan firman Tuhan juga melalui perbuatan. Karena apa yang
diajarkan atau dikatakan harus berbanding lurus dengan apa yang dikatakan. Di dalam
Efesus 4:12 dikatakan untuk melengkapi orang-orang Kudus bagi pekerjaan pelayanan,
bagi pembangunan tubuh Kristus. Dalam Kisah Para Rasul 2:47 sambil memuji Allah
dan mereka disukai semua orang, dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka
dengan orang yang diselamatkan, juga di dalam Kisah Para Rasul 5:13 orang-orang lain
tidak ada yang berani menggabungkan diri kepada mereka, namun mereka sangat
dihormati orang banyak. Menjadi orang yang dewasa. Kata “dewasa” dipakai untuk
menunjukkan perkembangan bunuh diri masa dewasa sebagaimana dengan
46
Andrie Wongso, 22 Wisdom & Sukses (Jakarta: AW Publishing Pusat Niaga Roxy Mas, 2010).
147
ketidakdewasaan pada masa kanak-kanak.47
Bagaimana cara mengajar orang agar menjadi seorang murid terletak pada “Unsur
pokok dalam pemerintahan orang-orang percaya Baru adalah melalui Alkitab. Tanpa
otoritas firman Allah, maka berdasarkan Apakah anda belajar dan dengan kurikulum
Apakah anda mengajar dan melatih?” 48 dalam Filipi 4:9 tertulis dan apa yang telah
kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima dan apa yang telah kamu dengar dan
apa yang telah kamu berikan padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai
sejahtera akan menyertai kamu. “Haruslah diingat bahwa pendidikan paling mendasar
dan awal dari sebuah pribadi adalah pendidikan yang dimulai dari lingkungan
keluarga. Dari situlah awal sebuah kepribadian dibentuk dan terbentuk.”49
Para pakar dalam ilmu pengetahuan cenderung membuat dikotomi yang tajam
antara agama dan ilmu pengetahuan. Pemisahan itu menunjukkan seolah-olah ilmu
pengetahuan dan agama tidak saling memberi kontribusi. Mereka berkata bahwa agama
itu bersifat Theocentris hanya berpusat pada Tuhan. sementara ilmu pengetahuan lebih
bersifat antrophocentris berpusat pada penemunya.50
Menurut pemahaman penulis, konsep di atas kurang tepat Mengapa demikian?
Bukankah ketika kita berbicara tentang ilmu pengetahuan, sejatinya kita sedang
mengingat sang pencipta. Bagi orang Kristen tentu tidak hanya mengagumi si penemu,
namun mengagumi si Pencipta yang telah menginspirasi penemu tersebut. tidak dapat
dipungkiri bahwa para penemu besar yang memberi dampak bagi dunia ini adalah
anak-anak Tuhan yang percaya kepada-Nya. Melalui ilmu pengetahuan mereka
melayani Tuhan. orang lain tertolong melalui kecerdasan mereka. Sebutlah nama
Thomas Alfa Edison, penemu besar yang dikenang hingga kini. Intelektualitasnya
dalam membuat perubahan besar bagi dunia ini lampu listrik yang ia temukan telah
mendorong beragam perubahan berarti dalam dunia teknologi. Dunia ini
membutuhkan orang-orang cerdas yang menaklukkan diri secara total di bawah
kemahakuasaan Tuhan. memang ada pula ilmuwan-ilmuwan yang menolak Tuhan.
Charles Darwin dengan teori evolusinya membantah fakta kitab Kejadian. Banyak orang
imannya goncang melalui teori tersebut. namun, akhirnya teori tersebut dicabut oleh
Darwin sendiri di akhir hidupnya. Di sisi lain, ilmu pengetahuan menolong kita untuk
mengagumi kebesaran dan kehebatan Tuhan Sang Juruselamat dunia. Anak-anak
Tuhan hamba-hamba Tuhan harusnya berlomba mengasah intelektualitasnya. Kita ini
hidup di zaman yang didominasi oleh kemajuan teknologi. Maka, orang-orang Kristen
harus masuk ke area itu untuk mentransformasi masyarakat. Ketika banyak orang
menghujat Allah, para ilmuwan Kristen menghormati Tuhan dengan hati tulus.
Ilmu pengetahuan dan agama adalah dua kekuatan raksasa terbesar di dunia yang
secara hebat mempengaruhi manusia. Maka, ilmu pengetahuan dan agama tak perlu
47
J Oswald Sanders, Tinggalkan Sifat Kanak-Kekanakan.
Paul Estabrooks, Rahasia Menuju Kematangan Rohani.
49
Wongso.
50
Febriaman Lalaziduhu Harefa, ‘Keunikan Teologi Kristen Di Abad Xxi Sebagai Queen Of
Sciences Di Era Postmodern’, SCRIPTA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kontekstual, 8.2 (2020), 99–110.
48
148
dibuat dikotomi. Keduanya saling melengkapi. Komplementer, Jujur saja, Siapakah
yang perkataannya didengarkan orang? Selain para rohaniwan, para ilmuwan juga
perannya sangat penting. Amatilah perbincangan di televisi. Mereka yang diundang
bukanlah orang bodoh. Mereka adalah ilmuwan yang menguasai bidang masingmasing. Itulah hasil dari pembelajaran.
Kualitas Keterampilan (ayat 14)
Dalam satu Timotius 4:14 yang berbunyi “Jangan lalai dalam mempergunakan
karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan
penumpangan tangan siding penatua.” Kata mempergunakan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti menggunakan , memakai, mengambil manfaat orang. 51
Artinya menuju pada sesuatu kemampuan keterampilan, yang sudah atau sudah
dimiliki oleh seseorang. Mengacu di ayat di atas dalam frasa jangan lalai dan frasa yang
ada padamu menegaskan, bahwa sesuatu yang telah dimiliki, dipunyai oleh Timotius.
Sesuatu yang dipunyai itu secara positif adalah harus dimanfaatkan, digunakan.
Dengan demikian penulis memaknai kata mempergunakan sebagai suatu keterampilan
yang sudah ada pada diri Timotius. Itulah sebabnya penulis memberikan kualitas
pemimpin yang ketiga adalah kualitas keterampilan. Keterampilan apa yang
dimaksudkan di sini? Keterampilan itu adalah Karunia. Kata karunia yang digunakan
di dalam bahasa Yunani (charismatos) ca,risma,toj, to, a gift (freely and graciously given,
“or estowed—. generally Ro 1:11: 5:15f: 6:23: 11:29: 1 Cor 1:7: 2 Cor 1:11-—2. of special gifts
bestowed on individual Christians 1 Cor 7:75 1 Ti 4:14: 2 Ti 1:6: 1 Pt 4:10. Of spiritual gifts in
a special sense Ro 12:6: 1 Cor 12:4, 9, 28, 30f dari ca,risma (charisma) yang memiliki makna
gift of grace, a free gift 1Ti 1:18; Act 6:65; 1Ti 5:22; 2Ti 1:6; Act 11:30.
Memang tidak dijelaskan karunia apa yang dimiliki oleh Timotius. Namun Paulus
berkata kepada Timotius demikian: Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakkku,
sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh
nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan ilmu dan hati nurani
yang murni. 52 Tugas yang dimaksud oleh Paulus. Tugas itu adalah menasihatkan,
mengajarkan ini terdapat dalam penjelasan Paulus demikian:
“Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku
telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan
orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain ataupun
sibuk dengan dongeng dan silsila yang tiada putus-putusnya, yang hanya
menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang
diberikan Allah dalam iman.”53
Dan lebih lanjut Paulus menjelaskan lagi tentang tugas yang akan dijalankan oleh
Timotius adalah:
51
Bahasa.
Lembaga Alkitab Indonesia, 1 Timotius 1:18.
53
Indonesia, 1 Timotius 1:18.
52
149
Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada
orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setansetan 1 Timotius 4:1, oleh tipu daya pendusata-pendusta yang hati nuraninya
memakai cap mereka. Mereka itu 1 Timotius 1:18, 1:3-4 c CW. ah) Inders pare
PI Ja Ke melarang orang kawin, melarang orang memakan yang diciptakan
Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya
dan yang telah mengenal kebenaran. Karena semua yang diciptakan Allah itu
baik dan tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab
semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa.54
Disini Paulus menambah satu lagi tugas untuk Timotius adalah membedakan roh.
Jadi tugas yangdimaksud dalam satu Timotius pasal 1 ayat 18 adalah menasihatkan,
mengajar dan membedakan roh. Hal ini masuk akal jika melihat apa yang Paulus tulis
untuk Jemaat di Efesus di mana Timotius berkarya di sana. Paulus menyinggung
tentang peran Allah Yesus Kristus dan Roh Kudus Efesus 1, Karunia Efesus pasal 4-6.
Karunia yang dimiliki oleh Timotius ternyata sudah dinobatkan sebelumnya, hal ini
terdapat dalam kalimat yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dalam 1 Timotius
4:14 dan sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu dalam 1 Timotius
1:18. Paulus berbicara tentang karunia yang diberikan Allah kepada seseorang untuk
menjalankan suatu tugas. Dapat dikatakan bahwa karunia itu mengandung
kemampuan yang dimiliki oleh orang yang telah dipilih Allah (1 Kor. 12:28). Oleh sebab
itu karunia itu pula adalah ciri khas yang ditenrukan untuk seseorang. Karena karuniakarunia yang diberikan itu tidak sama, terjadilah kepelbagai tugas pelayanan.
Walaupun tugas pelayanan itu berbagai ragam, tetapi semuanya itu merupakan unsurunsur pelengkap dari suatu ciri persekutuan yang utuh dari khas yang dinamai tubuh
Kristus (1 Kor. 12:27).55
Keterampilan karunia itu di dapat dengan cara penumpangan tangan siding
penatua dijelaskan dalam 1 Timotius 4:14. Jadi berdasarkan uraian di atas yang
dimaksudkan karunia yang dimiliki Timotius adalah karunia menasehatkan, mengajar,
dan membedakan roh. Karunia ini juga disinggung oleh Paulus demikian:
Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi
satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu
yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap
orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab
kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan
hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkatakata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan
iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.
Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat,
dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada
54
55
Wuwungan.
Wuwungan.
150
yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacammacam
roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan
bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan
bahasa roh itu. 56
Kegagalan untuk berperan sesuai karunia masing-masing menyebabkan
perpecahan dalam struktur internal gereja. 1 Korintus 12:21, jadi mata tidak dapat
berkata kepada tangan: “Aku tidak membutuhkan engkau”. Dan kepala tidak dapat
berkata kepada kaki: “Aku tidak membutuhkan engkau”. Ayat ini berlanjut dengan
menjelaskan kebergantungan bagian-bagian tubuh. Apa yang terjadi jika satu kaki
lumpuh? Ini akan memaksa kaki yang lain untuk mengerjakan pekerjaan dua kaki. Otototot dalam kaki yang sehat menjadi besar, keras dan kelebihan beban. Kaki ini harus
menggantikan kaki yang lumpuh. Akibatnya seluruh tubuh menderita.57
Harus dipahami secara benar bahwa karunia adalah kemampuan tertentu yang
diberikan oleh Allah kepada seseorang. Dan Karunia diberikan itu pasti sesuai dengan
apa yang menjadi kebutuhan dalam pelayanan yang sedang dikerjakan. Dan perlu
diingat bahwa karunia itu tidak permanen, maksudnya adalah karunia yang sudah
diberikan Allah di situ apa bukannya semua murah kepada seseorang tetapi kemudian
tidak dikembangkan, maka akan diambil daripadanya dan akan diberikan kepada orang
lain. Tetapi paling tidak setaip orang yang sudah percaya Tuhan Yesus Kristus dan
menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat sevara probadi pasti memiliki satu
karunia.
Seorang pemimpin bukan hanya memiliki kualitas dalam keteladanan, dan
ketekunan tetapi juga memang harus memiliki kualitas dalam ketrampilan yang dapat
diandalkan untuk bisa menyelesaikan pelbagai hal yang terjadi. Ketrampilan dalam
bagian ini adalah penggunaan karunia. Kepemimpinan yang berhasil seringkali
dipandang sebagai hasil dari berkat, kemampuan akal, dorongan kemauan dan
semangat. Bahwa bakat dan hasil pendidikan itu sangat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan, memang tidak dapat diragukan, tetapi hal-hal tersebut bukan
merupakan faktor-faktor yang terpenting dalam diri seorang pemimpin rohani. Karena
ada begitu banyak orang yang memiliki hal-hal di atas tetapi pada gilirannya
menjerumuskan mereka ke dalam lobang kesombongan, keangkuhan.
Tujuan dari pembagian karunia-karuni oleh Roh Kudus untuk kepentingan
bersama (1 Kor 12:7,20,25; 14:26). Prinsip ini dalam keseluruhan bagian Kitab Suci
merupakan kesatuan di tengah perbedaan yang ada dalam gereja. Sasarannya adalah
untuk membangun dan berfungsi dengan tepat Efesus 4:16. 58 Lebih lanjut dikatakan
dengan analogi ini, banyak bagian dari tubuh Kristus yang lumpuh. Ini memaksa
anggota-anggota yang lain mengambil bagian untuk menggantikan dan bekerja secara
berlebihan. Berapa kali kita melihat hanya beberapa orang melakukan pekerjaan begitu
Lembaga Alkitab Indonesia, ‘1 Korintus 12: 4-10’.
Rick Waren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini (Malang: Gandum Mas, 2003).
58
Warren.
56
57
151
banyak pelayanan dalam gereja.59
Efesus 4:11-16 menguatkan dan memperluas beberapa aspek dalam 1 Kor. 12-14.
Jika surat Korintus membahas mengenai keterlibatan tiap anggota tubuh, Ef. 4
memusatkan pada tugas-tugas gembala. Ayat 11 menceritakan kepada kita bahwa Allah
telah mengaruniakan orang-orang yang memiliki karunia dalam gereja. Ayat 12
menceritakan kepada kita apa yang harus mereka lakukan. Ayat ini dengan indah
melengkapi 1 Korintus 12.
D.
SIMPULAN
Pengembangan kualitas diri pemimpin berorientasi pada kehidupan sriritual yang
disyaratkan melalui keteladanan dalam bentuk dan wujud moralitas yang secara
langsung dapat ditiru dan menjadi contoh bagi orang lain. Hal ini disebabkan
kepemimpinan hadir untuk menimbulkan suatu tingkat kepercayaan yang berasal dari
orang-orang percaya. Kualitas diri pemimpin yang bersumber dari kuasa yang
berdasarkan pengurapan Roh Kudus berorientasi pada kemampuan untuk bersaksi baik
secara internal maupun eksternal. Dengan kata lain dinamika dan pergerakan
kepemimpinan akan ditentukan oleh faktor pribadi seorang pemimpin.
Pemimpin yang berkualitas mengalami perkembangan secara pribadi dalam
segenap potensi yang dimiliki. Hal ini terjadi karena kepemimpinan akan selalu
berhubungan dengan manusia disekitarnya. Potensi pribadi yang dimiliki seorang
pemimpin dimulai dari perkataan yang memiliki kuasa yang dapat mempengaruhi
sebagai benih yang dapat ditabur dan dituai kemudian yang dapat mempengaruhi
sebagai benih yang dapat ditabur dan dituai kemudian yang akan menentukan masa
depan kehidupan pemimpin di kemudian hari.
Otoritas yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan baik dalam
kehidupan masa kini maupun yang akan datang melalui perkataan yang dapat
dipercaya. Semua hal itu akan dapat dicapai dengan dasar takut akan Tuhan. Tingkah
laku dan perbuatan, atau disebut juga sebagai perilaku atau kelakuan yang pada
akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang diuji melalui persoalan kehidupan.
Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan dengan dasar iman dan kesetiaan
bukan terpaksa atau mengharapkan sesuatu. Proses menjadi pemimpin adalah dengan
mengikut Tuhan dan tidak bimbang dan tetap percaya disaat menghadapi tantangan.
Kepemimpinan yang berkualitas justru menjadi kuat dalam menantikan janji-janji
Tuhan. Kesucian atau kemurnian dan kesucian yang menunjukkan hati yang bersih hati
yang bersih yang berasal dari konsep kekudusan sekaligus menjadi unsur yang
memisahkan pemimpin sebagai anak-anak Tuhan yang berbeda dengan dunia ini.
Dunia yang mengalami dekadensi moral harus hidup dalam kebenaran Firman Tuhan.
Pemimpin yang tetap berjalan lurus hidup kudus yang membenci dosa dan
kejahatan. Dalam era teknologi dimana kemajuan menciptakan peluang dan sikap
untuk mencintai diri sendiri dan menjadi hamba uang. Manusia seketika dapat
59
Warren.
152
menyombongkan diri dengan kecendrungan untuk menjauhkan hal-hal yang baik dan
menyukai pertentangan bahkan
mengingkari hal-hal yang rohani. Pemimpin
bertanggung jawab terhadap kebenaran dalam tatanan nilai-nilai moral baik dalam
pernikahan maupun memberikan pelayanan kepada sesama manusia dan berfokus
pada perkenanan Tuhan. Pemimpin yang tekun didalam setiap langkah menghadapi
rintangan dan kesulitan yang secara terus menerus bertahan dalam kesabaran.
Pemimpin bersandar kepada kebenaran firman Tuhan dan tuntunan Roh Kudus untuk
memberikan pelayanan yang sempurna dan memperlengkapi. Sebab Alkitab mengajar
sekaligus menegur kesalahan dan memiliki kuasa dan pengaruh yang kuat.
Kelakuan pemimpin bermuara pada kebenaran kitab suci yang memberikan
tuntunan. Peluang untuk hidup dalam kebenaran dan tuntutan Roh Kudus adalah
dengan memberikan ruang dan waktu secara pribadi bagi Firman Tuhan sebagai
sumber pengetahuan dalam membangun hubungan dengan Tuhan dan sesama
manusia. Pemimpin memberikan prioritas secara proporsional dalam aspek jasmani
maupun rohani sebagai pribadi yang terukur sesuai dengan peluang dan kesempatan
yang disediakan oleh Tuhan.
Kepemimpinan menjadi relevan apabila diarahkan oleh Alkitab yang dapat
memberikan bukti dalam kehidupan rohani yang kuat sehingga hakikat Tuhan dapat
digambarkan melalui cara pertumbuhan yang dapat terlihat dalam kehidupan manusia.
Hal itu dapat diamati dalam kehidupan orang percaya yang hidup dalam penyertaan
Tuhan yang dinyatakan dalam Alkitab sebagai sumber teologi Kristen.
Moralitas dan mentalitas diri pemimpin yang kuat diperoleh dari ketekunan
dalam menerima didikan dalam kebenaran. Semuanya dilakukan agardapat
membangun ahlak manusia ditengah tantangan sifat yang merusak yang juga terjadi di
berbagai kalangan dan tingkatan kehidupan manusia baik dari tatanan sosial yang
rendah, menengah maupun pada level yang lebih tinggi. Dimana hal-hal yang bersifat
amoralitas dan koruptif justru terjadi diberbagai kalangan dengan tidak memandang
strata sosial.
Pemimpin yang berkualitas yang ditemukan dalam ketekunan belajar dengan
mencapai hasil yang seimbang dalam tingkah laku dan perbuatan yang dapat
membangun tubuh Kristus. Hal itu secara langsung mengarah pada typikal pemimpin
cakap atau terampil dalam mengajarkan kebenaran terhadap orang lain. Tujuan yang
dimaksudkan dalam memberikan pengajaran adalah untuk membangun dasar yang
kuat dalam mencapai perkembangan menuju kedewasaan dalam diri anak-anak Tuhan.
Kualitas pemimpin ditentukan oleh kemampuan rohani berdasarkan kebenaran
Alkitab dan tuntutan Roh Kudus yang memberikan pengurapan. Selanjutnya adalah
dapat mengasah intelektualitas yang dimiliki agar tidak dilindas oleh kemajuan
teknologi dan tidak direndahkan oleh kaum ilmuan karena ketidaktahuan terhadap
peradaban yang semakin maju sehingga dapat menjaga rasa hormat yang tulus kepada
Tuhan. Segala aspek yang bertujuan mencapai kemajuan tidak akan dapat melepaskan
diri dari teknologi tidak terkecuali para kaum rohaniawan.
Para pemimpin hendaknya dapat mengembangkan diri dalam keterampilan yang
153
berdampingan dengan karunia yang dimiliki sebagai unsur yang dapat melengkapi
dalam memberikan pelayanan. Segala sesuatu yang digunakan untuk memperlengkapi
tugas dan tanggung jawab karunia kepemimpinan bertujuan untuk mengembangkan
tingkat kepercayaan orang yang hendak diselamatkan. Dalam hal ini di dalam diri
seorang pemimpin hendaknya dapat melihat bahwa pengembangan diri bukanlah cara
untuk keluar dari tuntunan Roh Kudus melainkan mempersiapkan diri sebagai alat
Tuhan yang efektif dalam memenangkan banyak jiwa.
154
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi Kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)
Blackaby, Henry, Kekudusan (Batam: Gospel Press, 2004)
Caram, Paul G., Kekristenan Sejati (Jakarta: Penerbit Nafiri Gabriel, 1999)
Cole, Edwin Louis, Tetap Tegar Di Tengah Masa Sukar
Dian Agustina, Yenny Anita Pattinama, and Febriaman Lalaziduhu Harefa,
‘Spiritualitas Hana Menurut 1 Samuel 1:1-28 Dan Implementasinya Bagi Wanita’,
SCRIPTA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kontekstual, 10.2 (2020), 1–20
Estabrooks, Paul, Rahasia Menuju Kematangan Rohani
Field, David, Alkitab Dan Kehidupan Kristen (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004)
Harefa, Febriaman Lalaziduhu, ‘Keunikan Teologi Kristen Di Abad Xxi Sebagai Queen
Of Sciences Di Era Postmodern’, SCRIPTA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kontekstual,
8.2 (2020), 99–110
———, ‘Menggunakan Konsep Inkarnasi Yesus Sebagai Model Penginjilan
Multikultural’, PASCA : Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 16.1 (2020),
50–61
———, ‘Spiritualitas Kristen Di Era Postmodern’, Manna Rafflesia, 6.1 (2019), 1–23
Indonesia, Lembaga Alkitab, ‘1 Korintus 12: 4-10’
———, 1 Timotius 1:18
———, Pengkhotbah 5:1-6
Meyer, Joyce, Kekuatan Pikiran (Jakarta: Tangan Pengharapan, 2012)
Miller, Stephen R., Holman Old Testament Commentary, Nahum, Habakkuk, Zephaniah,
Haggai, Zechariah, Malachi (Nashville, Tennessee: Broadman and Holman
Publishers, 2004)
Octavianus, P., Manajemen Dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah (Malang: Penerbit
Gandum Mas, 2000)
Penyusun, Tim, Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)
Prasetia, Indera, Metodologi Penelitian Pendekatan Teori Dan Praktik (Medan: UMSU Press,
2022)
Roberts, Roger, Hidup Suci — Panggilan Bagi Setiap Orang Kristen (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2001)
Sanders, J Oswald, Tinggalkan Sifat Kanak-Kekanakan
Stamps, Donald C., Alkitab Penuntut Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2006)
Stout, Larry, Model Kepemimpinan Ideal Yang Mengubah Dunia (Yogyakarta: Penebrit
Andi, 2010)
Tapiheru, George, Kehidupan Orang Percaya 1 Berakar (Jakarta: Departemen Teologi
Badan Pekerja Sinode Gereja Bethel Indonesia, 2004)
Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2003)
Waren, Rick, Pertumbuhan Gereja Masa Kini (Malang: Gandum Mas, 2003)
Warren, Rick, God’s Power to Change Your Life (Bandung: Yayasan Kalam Hidup)
Whitney, Donald S., Disiplin Rohani 10 Pilar Penopang Kehidupan Kristen (Bandung:
Lembaga Literatur Baptis, 1997)
Wiersbe, Warren W., Bersiap-Siap Di Dalam Kristus, Cetakan Ke Empat (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1999)
———, Pengharapan Di Dalam Kristus (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999)
155
———, Pengharapan Di Dalam Kristus (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999)
———, Setia Di Dalam Kristus
Wijarnako, Jarot, Mendidik Anak Nilai Hidup Integritas Karakter (Jakarta: Suara Pemulihan,
2008)
Wilkinson, Bruce H., Personal Holiness in Times of Tempration (World Teach, 2001)
Wongso, Andrie, 22 Wisdom & Sukses (Jakarta: AW Publishing Pusat Niaga Roxy Mas,
2010)
Wright, Christopher J.H, Memahami Dan Berbagi Firman Tuhan (Jakarta: Yayasan Pancar
Pijar Alkitab, 2009)
Wuwungan, E. Ch, Bina Warga Bunga Rampai Pembinaan Warga Gereja (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1994)
156