Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Memahami Perkembangan Kota Melalui Urban Morphology

Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota

OPEN ACCESS Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol. 18, No. 3, 2022, 235 – 245 P-ISSN: 1858-3903 and E-ISSN: 2597-9272 https://ejournal.undip.ac.id/index.php/pwk/index MEMAHAMI PERKEMBANGAN KOTA MELALUI URBAN MORPHOLOGY UNDERSTANDING URBAN DEVELOPMENT THROUGH URBAN MORPHOLOGY Diana Ayudyaa*, Ikaputraa aDepartemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta *Korespondensi: rr.diana.ayudya@mail.ugm.ac.id Info Artikel:  Artikel Masuk: 26 Januari 2021  Artikel diterima: 22 April 2021  Tersedia Online: 30 September 2022 ABSTRAK Tujuan dari kajian ini adalah membangun suatu pemahaman mengenai peran urban morphology dalam mengamati dan mengkaji perkembangan kota. Banyak sekali isu dalam perencanaan dan perancangan kota, khususnya mengenai bentuk fisik kota dan perubahan yang terjadi. Morfologi sebuah kota sebagai formasi obyek bentuk kota akan selalu berubah, karena merefleksikan kehidupan masyarakat kota yang akhirnya akan merubah kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya. Sebagai sebuah cabang ilmu perkotaan, Urban Morphology mengkaji seluruh aspek, baik fisik maupun non fisik, dari ekspresi bentuk keruangan kota. Dengan memahami morfologi kota, gambaran fisik arsitektural kota yang berkaitan dengan sejarah, pembentukan, perkembangan, dan kondisi masyarakatnya akan didapatkan. Studi literatur di dalam kajian ini dilakukan melalui sebuah proses, yaitu membahas pengertian masing-masing kata pembentuk urban morphology hingga menemukan parafrasenya untuk membangun pemahaman. Didapatkan bahwa urban morphology berperan dalam mengetahui apa yang ada di balik isu-isu perkembangan kota; perubahan bentuk kota secara historisgeografis, struktural, fungsional, maupun visual. Lebih lanjut, urban morpfology berperan untuk mengetahui tipe, pola, kondisi fisik, keruangan, dan elemen-elemen pembentuk kota yang berperan dalam perkembangan kota. Kata Kunci: Urban, Morphology, Urban Morphology, Perkembangan Kota, Morfologi Kota ABSTRACT This study aims to build an understanding of the role of urban morphology in observing and studying urban development. There are many issues in urban planning and design, especially regarding the physical form of the city and its changes. The morphology of a city as an object formation of the city's shape will always change because it reflects the life of the urban community, which will ultimately change the social and economic vitality of its people. As a branch of urban science, urban morphology examines all aspects, both physical and non-physical, from the expression of urban spatial forms. By understanding urban morphology, the physical architectural description of the city related to history, formation, development, and condition of the community will be obtained. The literature study in this study was carried out through a process, namely discussing the meaning of each word forming urban morphology until finding the paraphrase to build understanding. It was found that urban morphology plays a role in knowing what lies behind urban development issues; changes in the shape of the city historically-geographically, structurally, functionally, and visually. Furthermore, Urban morphology has the role of knowing the types, patterns, physical, spatial conditions, and elements that form the city which has a significant role in urban development. Keyword: Urban, Morphology, Urban Morphology, Urban Development Copyright © 2022 GJGP-UNDIP This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution (CC-BY-NC-SA) 4.0 International license. 1. PENDAHULUAN Perkembangan kota yang merupakan manifestasi dari perubahan-perubahan yang terjadi pada bentuk fisik kota sering kali menjadi isu dalam perencanaan dan perancangan kota. Sementara, struktur fisik kota yang terus berkembang dan berubah bentuk sangat mencerminkan kehidupan warga kota yang juga terus berubah. Perubahan tersebut terjadi karena ruang-ruang di perkotaan merupakan perwujudan kehidupan 235 Ayudya, Ikaputra/ Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 18, No. 3, 2022, 235 – 245 DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135 keseharian masyarakat kota dimana semua perubahan yang terjadi juga mempengaruhi bentuk kota. Hal ini dikarenakan perkotaan merupakan produk ruang dan waktu sebagai perpaduan dari kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan budaya perkotaan yang menciptakan ruang. Kota selalu berkembang dan mengalami perubahan. Bentuk kota yang merupakan produk dari perubahan ruang dan waktu akan selalu berubah merefleksikan kehidupan dan karakter penghuninya (Heryanto, 2001). Perubahan yang terjadi dikarenakan oleh faktor-faktor alam, perkembangan teknologi, sosial budaya, perekonomian, dan politik berpengaruh pada bentuk kota. Morfologi sebuah kota sebagai formasi obyek bentuk kota akan selalu berubah. Bentuk perubahannya merefleksikan kehidupan masyarakat kota yang akhirnya akan merubah kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya. Pertanyaan mengenai bagaimana kota tumbuh dan berkembang seringkali muncul, dan pemahaman mengenai hal ini bisa didapatkan melalui urban morphology. Mengapa morfologi kota berperan dalam mempelajari perkembangan kota? Bagaimana morfologi kota berperan dalam hal ini? Urban morphology sudah lama dikenal sebagai cabang ilmu perkotaan yang mempelajari bentuk dan struktur sebuah kota, yang mengkaji ekspresi bentuk keruangan kota, baik fisik maupun non fisik kota. Aspek fisik, mencakup bentuk dan fasad bangunan, langgam arsitektur, tata letak bangunan, pola jalan, ruang terbuka, dan sebagainya. Adapun aspek non fisik mencakup sejarah dan budaya perkotaan, serta sosial ekonomi masyarakatnya. Dengan memahami morfologi kota, akan didapatkan gambaran fisik arsitektural yang menyeluruh. Pemahaman terhadap morfologi kota akan menghasilkan gambaran fisik arsitektural yang berkaitan dengan sejarah pembentukan kota dan perkembangan suatu kawasan perkotaan, mulai dari awal terbentuk hingga saat ini, termasuk kondisi budaya dan sosial ekonomi masyarakatnya. 2. DATA DAN METODE 2.1. Metoda Memahami Urban Morphology Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai urban morphology, dilakukan beberapa langkah dalam proses studi literatur dengan memahami pengertian urban morphology. Parafrase yang dibangun dari pengertian dan pemahaman kata-kata pembentuknya diharapkan dapat membantu pemahaman dengan lebih komprehensif, yang nantinya akan membantu memahami isu-isu morfologis di perkotaan. Studi literatur dilakukan melalui sebuah proses, yaitu membahas pengertian masing-masing kata pembentuk urban morphology hingga menemukan parafrasenya sehingga membangun suatu pemahaman mengenai peran urban morphology dalam mengamati dan mengkaji perkembangan kota. Morphology merupakan kata dari Bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, yaitu morphe yang berarti bentuk dan logos yang berarti ilmu. Sehingga secara harfiah, morfologi bisa diartikan sebagai ilmu tentang bentuk - sebagaimana pendapat-pendapat yang menyatakan demikian. Morfologi disebut sebagai ilmu pengembangan bentuk (Djokić, 2009); ilmu tentang bentuk, atau berbagai faktor yang mengatur dan mempengaruhi bentuk (Marshall & Çalişkan, 2011). Lebih lanjut, morfologi secara harfiah diartikan sebagai 'pengetahuan-bentuk', atau pengetahuan tentang bentuk; apa inti dari bentuk itu; apakah logika tertentu dalam komposisi spasial berlaku, atau prinsip penataan tertentu? Morfologi adalah ilmu yang berhubungan dengan esensi bentuk (Marshall & Caliskan, 2011), yang disempurnakan konsepnya sebagai ilmu dari bentukbentuk yang memungkinkan (Steadman, 1983). Seluruh definisi morfologi yang dihubungkan dengan bentuk dan esensinya ditunjukkan dengan dipergunakannya istilah morfologi di banyak bidang-bidang keilmuan seperti linguistik, biologi, geografi, dan tentunya urban atau perkotaan. Dalam ilmu Linguistik, morfologi mempelajari bentuk dan struktur kata terkecil yang memberi arti dalam sebuah kata. Demikian juga dalam ilmu Biologi, dimana morfologi mempelajari bagian tubuh dan struktur makhluk hidup, dalam ilmu geografi mempelajari bentuk dan struktur alam, dan dalam ilmu perkotaan yang mempelajari bentuk dan struktur lingkungan binaan. Walaupun diterapkan pada banyak bidang ilmu yang berbeda, terdapat kesamaan dalam hal substansi yang dipelajari dalam morfologi, yaitu bentuk dan struktur, yang selalu mengalami perubahan dan 236 Ayudya, Ikaputra/ Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 18, No. 3, 2022, 272 – 282 DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135 perkembangan berdasarkan fenomena-fenomena di belakangnya. Hal ini mengarahkan pengertian morfologi secara umum, yang bisa diterapkan di semua bidang keilmuan yang ada, bahwa morfologi berhubungan dengan perubahan bentuk dan perubahannya. Morfologi merupakan ilmu yang berhubungan dengan perubahan dan perkembangan bentuk dari bagian terkecil dan struktur yang membentuk suatu elemen. Berdasarkan pengertiannya secara harfiah, dalam setiap kasus morfologi dapat dianggap sebagai studi tentang bentuk atau struktur yang dapat diterapkan pada bidang yang bersangkutan, diilustrasikan pada Gambar 1. Secara linguistik, morfologi dapat diartikan sebagai studi tentang bentuk dan esensinya, yaitu struktur bentuk, proses pembentukan, perkembangan, serta faktor yang mempengaruhi, logika komposisi bentuk dan prinsip yang mempengaruhinya. Lebih lanjut, morfologi sebagai ilmu yang mengkaji bentuk dan struktur dapat dikembangkan lagi sebagai kajian wujud, susunan, tampak, proses, pola, serta pengaturan dan ketentuan unsur dari sesuatu. Pengertian ini bisa diterapkan di bidang-bidang keilmuan yang berhubungan, termasuk studi lingkungan binaan atau perkotaan. MORPHOLOGY Sumber: Analisis Penulis dari Berbagai Sumber, 2020 Gambar 1. Skema Pengertian Morfologi Secara Linguistik 2.2. Ruang Lingkup Urban Morphology Pengertian dan definisi harfiah morfologi membawa pada definisi harfiah morfologi kota. Morfologi kota secara harfiah dan sederhana bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk fisik kota secara logis. Morfologi kota menjadi salah satu pendekatan dalam memahami bentuk logis pada sebuah kota sebagai produk perubahan sosio-spasial yang pasti akan berbeda-beda di setiap kota. Secara sederhana, Zahnd (1999) berpendapat bahwa istilah morfologi dalam perkotaan digunakan sebagai formasi sebuah objek bentuk kota dalam skala yang lebih luas. Menurutnya, morfologi biasanya digunakan untuk skala kota dan kawasan. Sedangkan tipologi sebagai klasifikasi atau karakteristik dari formasi objek-objek bentukan fisik kota dalam skala lebih kecil. Istilah tipologi lebih banyak digunakan untuk mendefinisikan bentuk-bentuk elemen kota seperti struktur jalan, ruang terbuka hijau, arsitektur, bangunan dan lain sebagainya. Seperti halnya morfologi sebagai suatu kajian keilmuan, pengertian morfologi kota juga banyak didefinisikan berdasarkan sudut pandang keilmuan perkotaan yang dipergunakan untuk meninjaunya. Hal 237 Ayudya, Ikaputra/ Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 18, No. 3, 2022, 235 – 245 DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135 ini diperkuat oleh Whitehand (2007), yang menyatakan bahwa studi tentang bentuk perkotaan, sering disebut sebagai morfologi perkotaan, dicirikan oleh sejumlah perspektif yang berbeda. Carmona et al. (2003) mendefinisikan morfologi kota sebagai studi tentang bentuk permukiman kota, sedangkan Cowan (2005) mendefinisikannya hanya sebagai studi tentang bentuk kota. Urban Morphology Research Group di tahun 1990 juga mendefinisikan morfologi kota sebagai studi tentang struktur fisik (atau bangunan) dari bentuk perkotaan dan orang-orang serta proses yang membentuknya (Marshall & Çalişkan, 2011). Beberapa definisi ini menyebutkan bahwa morfologi kota merupakan kajian terhadap bentuk dan struktur kota, bersama dengan manusia di dalamnya yang terlibat dalam proses pembentukannya. Definisi-definisi tersebut diperkuat oleh (Moudon (1997), bahwa morfologi kota adalah ilmu yang mempelajari kota yang merupakan habitat manusia sebagai penentu perubahan lingkungan dan artefak, sehingga merupakan kunci penting dalam urban disain yang berfokus pada bentuk, waktu, dan resolusi. Bahwa morfologi kota selain mengkaji dan mempelajari pembentukan dan perubahan proses permukiman manusia, ditambahkan bahwa morfologi kota juga mengkaji perkembangan bentuk kota dan komponen elemen dari area kota (Afwanwo, 2015). Berdasarkan pengertian morfologi secara linguistik dan definisi morfologi kota dari para ahli perkotaan, morfologi kota secara sederhana dapat diartikan sebagai kajian terhadap perubahan bentuk dan struktur kota yang terus berproses, dengan manusia sebagai penentu perubahan yang berfokus pada waktu, bentuk, dan resolusi. Definisi sederhana morfologi kota dapat diskemakan pada Gambar 2. Sumber: Analisis Penulis dari Berbagai Sumber, 2020 Gambar 2. Skema Definisi Sederhana Morfologi Kota 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pendekatan Morfologi: Bagaimana Kota Tumbuh dan Berkembang? Dari pemahaman morfologi kota secara sederhana, lebih lanjut disimpulkan beberapa pendapat tentang definisi morfologi kota berdasarkan fokusnya untuk lebih memahami bagaimana sebuah kota tumbuh dan berkembang (Marshall & Çalişkan, 2011). Untuk itu, mereka tidak hanya mengemukakan definisi morfologi kota yang berfokus pada obyek studinya, juga yang berfokus pada proses dan tujuan studinya. Berfokus pada obyek studi, urban morphology merupakan pendekatan untuk mengkonseptualisasikan kompleksitas bentuk fisik; memahaminya dari berbagai skala, mulai dari bangunan individu, plot, blok dan pola jalan yang pembentuk struktur kota, yang mempermudah pemahaman bagaimana kota tumbuh dan berkembang (Marshall & Çalişkan, 2011). Morfologi perkotaan bukan hanya dalam lingkup dua dimensi, sebaliknya melalui kepentingan khusus yang diasumsikan dimensi ketiga dalam pemandangan perkotaan itulah banyak dari kekhasan dan keragamannya muncul. 238 Ayudya, Ikaputra/ Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 18, No. 3, 2022, 272 – 282 DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135 Berfokus pada proses dan tujuan studinya, urban morfologi merupakan suatu metode analisis yang merupakan dasar untuk menemukan prinsip atau aturan desain perkotaan (Oliveira, 2016). Pertama, ada studi yang bertujuan untuk memberikan penjelasan atau mengembangkan kerangka kerja penjelasan atau keduanya, yaitu kontribusi kognitif; dan kedua, ada studi yang bertujuan untuk menentukan modalitas yang menurutnya kota harus direncanakan atau dibangun di masa depan, yaitu kontribusi normatif (Gauthier & Gilliland, 2006). Karena mempelajari bentuk dan struktur kota yang termasuk di dalamnya tipe, pola, kondisi fisik, keruangan, dan elemen-elemen pembentuk kota, terlihat bahwa morfologi perkotaan melibatkan pengamatan dan analisis tatanan fisik perkotaan menyangkut pemahaman dan penjelasan tentang perubahan perkotaan dalam arti yang lebih luas yaitu organisasi spasial, prinsip, komponen, hubungan, dan struktur yang membedakan, bentuk, dan konfigurasi. Dari segi skala, morfologi perkotaan mencakup spektrum yang luas dari skala bangunan hingga wilayah metropolitan. Dalam arti tersempitnya, mengacu pada studi tentang struktur perkotaan dari bangunan yang terdiri dari plot dan pola jalan berupa bentukbentuk yang mungkin, dan proses pembentukannya secara historis-geografis. Untuk itu, fokus dan pendekatan morfologi kota dapat diskemakan dalam Gambar 3. Sumber: Analisis Penulis dari Berbagai Sumber, 2020 Gambar 3. Skema Fokus dan Pendekatan Morfologi Kota 3.2. Kota dan Perkembangannya dalam Konteks Urban Morphology Dalam proses mendapatkan pemahaman komprehensif mengenai urban morphology, pemahaman tentang urban dan perkembangan yang terjadi juga perlu dilakukan, juga untuk membantu memahami isuisu morfologis di perkotaan. Urban dari kata berbahasa Latin urbanus. Secara linguistik, urban banyak diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan erat dengan kota; sesuatu yang ada di kota, yang berkaitan dengan kota, yang berkarakter kota, yang menjadi milik kota, yang terdiri dari kota, yang hidup di kota, yang berlokasi di kota, dan yang merupakan kota. Jadi secara Bahasa, urban bisa diartikan sebagai kota dan segala hal yang berkaitan dengannya; semua yang berada di dalamnya, semua yang menjadi milik kota dan semua yang memiliki karakternya. Di dalam Cambridge Dictionary, Collins Dictionary, dan KBBI, urban didefinisikan sebagai kota dan seluruh entitas yang ada di dalamnya; berkaitan dengannya, dan terjadi di dalamnya. Selanjutnya urban dipahami sebagai perkotaan; yang memiliki ciri atau sifat kota, untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman lebih lanjut. 239 Ayudya, Ikaputra/ Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 18, No. 3, 2022, 235 – 245 DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135 Kota memiliki banyak sekali pengertian yang bisa dipahami berdasarkan dari sudut pandang mana kita melihatnya, yang dikemukakan oleh banyak ahli perkotaan dari berbagai disiplin ilmu. Sesuai dengan pendapat Zahnd (1999), yang menyatakan bahwa kota dapat diartikan dari beragam sudut pandang, tergantung pendekatan dari setiap bidang ilmu. Pernyataan ini mengarahkan kita kepada beberapa pemahaman tentang kota dari sudut pandang keilmuannya. Dari sudut pandang Geografi, kota akan dilihat berdasarkan kondisi lingkungan alamnya. Begitu juga dari sudut pandang Geologis, dimana kota diperhatikan dari kondisi lahan dan tanah di permukaannya. Sedangkan dari sudut pandang Ekonomi, kota selalu dikaitkan dengan kegiatan perdagangan dan potensi kota secara finansial. Kota juga akan berbeda dilihat dari sudut pandang Antropologi, yang memandang kota berdasarkan lingkup budaya dan sejarahnya. Sudut pandang Sosiologi berfokus pada kondisi masyarakat di permukiman kota, serta sudut pandang politik dan hukum yang melihat kota berdasarkan peraturan dan pelaksanaanya. Dan akhirnya dari sudut pandang arsitektur, kota dilihat berdasarkan aspek fisiknya yang sangat memperhatikan hubungan antara ruang, massa, bentuk dan pola yang ada di dalamnya. Berbagai sudut pandang keilmuan yang digunakan sebagai pedoman dalam melihat dan memahami kota ini menjelaskan banyaknya pendapat tentang pengertian kota. Menurut Rossi (1982) kota didefinisikan sebagai urban artifact, obyek buatan manusia berskala besar yang dipandang sebagai arsitektur, berupa konsentrasi elemen fisik dan elemen spasial yang tumbuh dan berkembang karena terbentuknya fungsi kegiatan yang berlangsung dan terakumulasi pada suatu rentang waktu. Rossi menghipotesiskan kota sebagai total architecture yang berlandaskan bahwa dimensi perkembangan kota bersifat temporal, yang dianggap sebagai artefak homogen yang menciptakan kemenerusan spasial, dimana dalam strukturnya terdapat elemen primer yang mempengaruhi proses perkembangannya. Definisi ini memperlihatkan kota sebagai total architecture, sebagai objek buatan manusia dengan elemen fisik yang berkembang karena adanya elemen non fisik. Objek buatan manusia dalam definisi ini menunjukkan bahwa kota merupakan hasil dari perkembangan dan perencanaan. Hal ini menjelaskan bahwa kota bersifat dinamis, selalu berubah dan berkembang. Pengertian kota dalam konteks perencanaan dan perkembangan juga dicetuskan oleh Jackson (1984) sebagai tempat tinggal, manifestasi dari perencanaan dan perancangan dari berbagai unsur pembentuk kota seperti jalan, bangunan, dan ruang terbuka. Disini Jackson melihat kota juga sebagai permukiman, sebagai hasil perkembangan dan perencanaan dari unsur-unsur pembentuk kota sehingga layak menjadi tempat tinggal manusia. Sama halnya dengan Rapoport (1983) yang mendefinisikan sebuah kota sebagai pemukiman relatif besar yang permanen dan padat, terdiri dari kelompok individu yang sosial-heterogen. Branch (1996) juga mengaitkan kota dengan permukiman. Menurutnya, kota adalah tempat tinggal ribuan penduduk, dan perkotaan adalah area terbangun dengan struktur dan jaringan jalan yang merupakan permukiman terpusat dengan kepadatan tertentu. Lebih lanjut, Branch menyatakan bahwa kota adalah komponen dengan unsur fisik yang terlihat nyata (seperti perumahan dan prasarana umum), dan komponen yang tidak terlihat secara fisik (seperti politik dan hukum) yang mengarahkan kegiatan kota (Zahnd, 1999). Mengacu dari beberapa definisi dan pengertian tentang kota, ada beberapa kata kunci yang mengarah pada kota, yaitu objek buatan manusia, permukiman manusia berskala besar, dominasi wilayah di sekitarnya, hasil dari perencanaan yang terus berkembang, memiliki elemen-elemen di dalamnya, elemen fisik tumbuh dan berkembang karena elemen non fisiknya, dan berproses dalam perkembangannya. Beberapa kata kunci dari pengertian kota ini diparafrasekan untuk lebih lanjut memahami pengertian kota dengan pendekatan morfologis, dalam skema pada Gambar 4. 240 Ayudya, Ikaputra/ Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 18, No. 3, 2022, 272 – 282 DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135 Sumber: Analisis Penulis, 2020 Gambar 4. Skema Pengertian Kota dalam Pendekatan Morfologis Skema pada Gambar 4 mencoba memparafrasekan beberapa definisi kota yang ada dengan pendekatan secara morfologis dan dalam konteks tempat tinggal manusia hasil dari perencanaan yang terus berkembang. Kota adalah suatu area terbangun secara spontan dan objek buatan manusia berupa area permukiman heterogen terbangun berskala besar manifestasi perencanaan dan perancangan, yang saling mempengaruhi dan terus berproses mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Lebih lanjut, kota merupakan suatu entitas sosio spasial yang terdiri dari elemen fisik dan non fisik yang saling mempengaruhi, dimana elemen fisik yang mempengaruhi bentuk kota tumbuh dan berkembang dikarenakan oleh elemen non fisik yang berupa kegiatan kota yang terbentuk, berlangsung dan terakumulasi menjadi sebuah proses perkembangan. Elemen fisik kota adalah ruang-ruang kota, permukiman, fasilitas, unsur fisik (arsitektur) dan struktur kota (jalan), sedangkan elemen non fisiknya adalah manusia yang hidup di dalamnya dengan seluruh heterogenitas budaya dan kegiatannya yang diatur oleh hukum dan peraturan. Tiga unsur morfologi kota adalah penggunaan lahan, pola jalan dan tipe bangunan, sehimgga muncul istilah “Townscape” (Marshall & Caliskan, 2011). Selain ditinjau dari sisi bentuk kota dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Morfologi Kota juga dapat dilihat berdasarkan tipenya. Heryanto (2011) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk kota, yaitu bentang alam (geografis), ekonomi, sosial, transportasi, dan regulasi. Sedangkan Catanese (1979) mengklasifikasikan kota berdasarkan struktur spasial dan aspasial. Beliau menyamakan pola perkembangan kota dengan bentuk kota dengan menjelaskan empat unsur dasar yang membentuk suatu kota; unsur fisik berupa bangunan, jalan, taman; unsur ekonomi berupa azas untuk berada, unsur politik berupa peraturan, dan unsur sosial berupa maksud dan tujuan. Berdasarkan pembahasan tentang bentuk atau morfologi kota dari berbagai terminologi, Heryanto (2011) menyimpulkan mengenai lima unsur utama pembentuk kota sebagai determinan utama pembentuk karakteristik bentuk fisik suatu kota. Bentuk bangunan (building form), pola jalan (street pattern), tata guna lahan (land use), ruang terbuka (open space) dan garis langit (skyline), adalah kelima unsur utama tersebut. Alam, manusia, ruang, jaringan, dan masyarakat, juga merupakan elemen perkotaan yang saling berkaitan menurut Doxiadis (1968). Memodifikasi teori sosiolog Prancis Le Play, Geddes menyederhanakan elemen perkotaan menjadi tiga aspek, dari “Place, Work, Family” menjadi “place, work, folk” yang menurutnya merupakan elemen dasar terpenting yang harus ada di dalam sebuah kota (Wahl, 2017). Adapun Lynch (1988) melakukan terobosan baru dalam mendefinisikan elemen perkotaan terkait dengan fenomena keruangan sebagai bentuk representasi dari fenomena sosial masyarakat, yaitu path, nodes, landmark, district, edge. 241 Ayudya, Ikaputra/ Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 18, No. 3, 2022, 235 – 245 DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135 Pendapat-pendapat tersebut dapat dirangkum dan dikategorikan pada Tabel 1, sebagai berikut: Tabel 1. Komponen Pembentuk Kota Oliveira Struktural jaringan jalan Zahnd Smailes objek dan sistem pola jalan James & Bound Cantanese Heryanto Doxiadis Geddes Lynch geografis, transportasi jalan pola jalan Fisik Fungsional plot perkotaan, lapangan Visual bangunan Sosial Non Fisik Ekonomi Budaya Politik tipe bangunan taman tata guna lahan, ruang terbuka ruang place path nodes, district, edge Sumber: Hasil Analisis dari Berbagai Sumber, 2020 bangunan bentuk bangunan skyline alam, jaringan sosial ekonomi regulasi maksud kegiatan peraturan manusia work masyarakat folk landmark Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa komponen pembentuk kota bisa dibagi menjadi komponen fisik dan non fisik. Komponen fisik kota ditinjau secara struktural, fungsional dan visual. Secara struktural, komponen pembentuk kota adalah jaringan jalan, pola jalan, dan akses transportasi; secara fungsional adalah plot perkotaan, ruang terbuka, kawasan, simpul kota, dan batas; secara visual adalah bangunan, garis langit, dan landmark. Adapun komponen non fisik pembentuk kota adalah sosial, ekomomi, budaya dan politik, termasuk di dalamnya adalah manusia, kegiatan, dan peraturan - peraturan yang mengatur di dalamnya. Komponen-komponen pembentuk kota tersebut berbeda datu kota dengan lainnya. 3.3. Bagaimana Bentuk Kota Berperan dalam Perkembangan Kota Dari definisi yang menyebutkan bahwa kota adalah manifestasi perencanaan dan perancangan oleh manusia yang terus berproses, kota akan selalu tumbuh dan berkembang. Perkembangan kota ini disebabkan oleh seluruh elemen di dalamnya, baik elemen fisik dan non fisik. Morfologi kota berperan dalam perkembangan kota, yang dapat diilustrasikan pada skema kerangka teoritisnya pada Gambar 5. Dalam perkembangannya, elemen non fisik mempengaruhi elemen fisik dimana proses perkembangan kota ini akan mempengaruhi kota secara morfologis. Elemen-elemen non fisik dalam sebuah kota seperti peristiwa alam, kegiatan budaya, gaya hidup masyarakat kota, perekonomian, dan kondisi politik, dalam kurun waktu tertentu akan menimbulkan aktivitas-aktivitas baru. Aktivitas baru dari konteks yang ada sebelumnya ini menimbulkan perubahan fungsi pada bentuk kota yang mempengaruhi elemen fisik kota yaitu wujud kota dan struktur kota. 242 Ayudya, Ikaputra/ Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 18, No. 3, 2022, 272 – 282 DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135 Sumber: Analisis Penulis, 2020 Gambar 5. Kerangka Teoritis Peran Morfologi Kota dalam Perkembangan Kota Selain berperan dalam perkembangan kota, lebih lanjut morfologi kota juga memiliki beberapa manfaat, yang diskemakan pada Gambar 6. MANFAAT APLIKASI KUNCI • Kajian urban • Perubahan bentuk kota • Bentuk fisik kota (struktural, fungsional, visual) • Teknik investigasi (apa dan dimana perubahan terjadi) • Alat diagnostik/evaluatif jenis tatanan perkotaan • Alat identifikasi contoh/jenis/elemen perkotaa Isu perkembangan kota historis-geografis perubahan bentuk kota Tipe, pola, kondisi fisik, spasial, elemen pembentuk Memahami perubahan kota Keberhasilan jenis tatanan perkotaan unit desain Sumber: Analisis Penulis, 2020 Gambar 6. Manfaat Morfologi Kota dalam Perkembangan Kota Skema pada Gambar 6 menunjukkan bahwa morfologi kota berperan dalam melakukan kajian-kajian perkotaan, khususnya mengetahui apa yang ada di balik isu-isu perkembangan kota. Dengan kajian morfologi kota, bisa diketahui perubahan bentuk kota yang terjadi secara historis-geografis. Dengan pendekatan-pendekatan morfologi kota berupa analisis spasial, konfigurasi, proses tipologis dan historis geografis, perubahan bentukan fisik kota dapat diketahui secara visual, fungsional, struktural, maupun sosial, sehingga dapat diketahui tipe, pola, kondisi fisik, keruangan, dan elemen-elemen pembentuk kota yang berperan dalam perkembangan kota. Selain itu, Marshall & Çalişkan (2011) menyebutkan bahwa terdapat tiga aplikasi kunci morfologi kota, yaitu sebagai teknik investigasi yang bertujuan untuk membantu menemukan ‘apa yang terjadi', dan di mana perubahan bentuk dipelajari dengan lebih baik untuk memahami perubahan perkotaan secara lebih umum; sebagai alat diagnostik atau evaluatif, sarana untuk mempelajari jenis-jenis tatanan perkotaan yang berhasil atau tidak; dan sebagai alat untuk mengidentifikasi contoh, jenis atau elemen bentuk perkotaan yang dapat digunakan sebagai unit desain. Hal mendasar dalam aspek Urban Morphology adalah penetapan karakteristik perkotaan dari berbagai jenis bentuk, untuk membedakan dan melakukan pemetaan wilayah yang berbeda (Birkhamshaw & Whitehand, 2012). Teori tersebut menunjukkan bahwa diperlukan kajian morfologi kota dengan berbagai jenis bentuk atau aspek. Pemahaman yang didapatkan dari bentuk fisik dan struktur suatu kota dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi karakteristik kota untuk membantu proses perencanaan kota dan menemukan solusi permasalahan kota. 243 Ayudya, Ikaputra/ Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 18, No. 3, 2022, 235 – 245 DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135 Pengertian dan definisi tentang morfologi kota juga dapat digunakan untuk mengetahui aspek-aspek atau komponen penyusun kota, begitu juga sebaliknya. Morfologi perkotaan berarti studi tentang bentuk perkotaan, agents/pemangku kepentingan, serta proses yang bertanggung jawab atas transformasinya, dan bahwa bentuk perkotaan mengacu pada elemen fisik utama yang menyusun dan membentuk kota, yaitu jaringan perkotaan, jalan (dan lapangan), plot perkotaan, bangunan, untuk menyebutkan yang paling penting (Oliveira, 2016). 4. KESIMPULAN Urban morphology dalam definisi sederhana adalah ilmu yang mempelajari secara logis bentukan fisik kota. Dalam artian lebih luas, dianggap sebagai ilmu terapan mengenai sejarah dan perkembangan pola dan struktur ruang suatu kota hingga muncul area-area ekspansi kota. Dari hasil studi literatur yang dilakukan, morfologi kota secara sederhana bisa didefinisikan sebagai kajian terhadap perubahan bentuk dan struktur kota yang terus berproses, dengan manusia sebagai penentu perubahan yang berfokus pada waktu, bentuk, dan resolusi. Kajian morfologi kota melibatkan pengamatan dan analisis tatanan fisik perkotaan; menyangkut pemahaman dan penjelasan tentang perubahan perkotaan dalam arti yang lebih luas yaitu organisasi spasial, prinsip, komponen, hubungan, struktur yang membedakan, bentuk, konfigurasi. Dari segi skala, morfologi perkotaan mencakup spektrum yang luas dari skala bangunan hingga wilayah metropolitan. Dalam arti tersempitnya, mengacu pada studi tentang struktur perkotaan dari bangunan, plot dan pola jalan, yaitu bentuk-bentuk yang mungkin dan proses pembentukannya Morfologi kota berperan dalam melakukan kajian-kajian perkotaan, khususnya mengetahui apa yang ada di balik isu-isu perkembangan kota. Dengan kajian morfologi kota, bisa diketahui perubahan bentuk kota yang terjadi secara historis-geografis. Dengan pendekatan-pendekatan morfologi kota berupa analisis spasial, konfigurasi, proses tipologis dan historis geografis, bentukan fisik kota dapat dikaji perubahannya baik secara visual, fungsional, struktural, maupun sosial, sehingga dapat diketahui tipe, pola, kondisi fisik, keruangan, dan elemen-elemen pembentuk kota yang berperan dalam perkembangan kota. Hal mendasar dalam aspek urban morphology adalah penetapan karakteristik perkotaan dari berbagai jenis bentuk, untuk membedakan dan melakukan pemetaan wilayah yang berbeda. Teori-teori terkait morfologi kota menunjukkan bahwa diperlukan kajian morfologi kota dengan berbagai jenis bentuk atau aspek. Pemahaman yang didapatkan dari bentuk fisik dan struktur suatu kota dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi karakteristik kota untuk membantu proses perencanaan kota dan menemukan solusi permasalahan kota. Pengertian dan definisi tentang morfologi kota juga dapat digunakan untuk mengetahui aspek-aspek atau komponen penyusun kota, begitu juga sebaliknya. Setiap kota memiliki elemen tertentu yang menunjukkan keunikan dan membedakannya dari kota lain sebagai merupakan penyusun bentuk kota. Seluruh karakter fisik dan sosial kota bergantung pada komposisi elemen pembentuk kota ini. Morfologi sebuah kota sebagai formasi obyek bentuk kota akan selalu berubah merefleksikan karakteristik kehidupan masyarakatnya yang akhirnya juga akan merubah kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya. 5. PERNYATAAN RESMI Kepada Allah SWT kami panjatkan segenap puji dan syukur, untuk berkat dan rahmatnya sehingga kajian ini terselesaikan dengan baik. Terima kasih kepada Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada atas dukungannya untuk kajian ini sehingga dapat memberi manfaat bagi banyak pihak. 244 Ayudya, Ikaputra/ Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 18, No. 3, 2022, 272 – 282 DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135 6. REFERENSI Afwanwo, E. (2015). A Political Economy of Policing in Nigeria Volume 2. Aboki Publishers, 2, 31–43. Birkhamshaw, A. J., & Whitehand, J. W. R. (2012). Conzenian urban morphology and the character areas of planners and residents. Urban Design International, 17(1), 4–17. https://doi.org/10.1057/udi.2011.22 Branch, M. C. (1996). Perencanaan Kota Komprehensif. In Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Carmona, M., Tiesdell, S., Heath, T., & Oc, T. (2003). Public Places, Urban Spaces: The Dimensions of Urban Design. In London: Architectural Press is an imprint of Elsevier (Vol. 44, Issue 8). https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201 Catanese, A. J. S. J. C. (1979). Introduction to Urban Planning. In New York: Mc Graw-Hill (p. 334). Cowan, R. (2005). The Dictionary of Urbanism. In Tisbury: Streetwise Press. Djokić, V. (2009). Morphology and Typology as a Unique Discourse of Research. SAJ : Serbian Architectural Journal, 2009, 1, 2, 107–130. Doxiadis, C. A. (1968). Ekistics: An Introduction to The Science of Human Settlements. In Oxford University Press. Gauthier, P., & Gilliland, J. (2006). Mapping urban morphology: A classification scheme for interpreting contributions to the study of urban form. In Urban Morphology (Vol. 10, Issue 1). Heryanto, B. (2011). Roh dan Citra Kota: Peran Perancangan Kota sebagai Kebijakan Publik. Brilian Internasional. Jackson, J. B. (1984). Discovering the Vernacular Landscape. In New Haven: Yale University Press. Lynch, K. (1988). The Image of the City. In Urban Affairs Quarterly (Vol. 24, Issue 1). The M.I.T. Press. https://doi.org/10.1177/004208168802400104 Marshall, S., & Caliskan, O. (2011). A Joint Framework for Urban Morphology and Design. Built Environment, 37. https://doi.org/10.2148/benv.37.4.409 Marshall, S., & Çalişkan, O. (2011). A joint framework for urban morphology and design. Built Environment, 37(4), 409– 426. https://doi.org/10.2148/benv.37.4.409 Moudon, A. V. (1997). Urban Morphology as an emerging interdisciplinary field. International Seminar on Urban Form, 1(1), 3–10. https://doi.org/10.1111/j.1469-8137.1956.tb05265.x Oliveira, V. (2016). Urban Morphology: An Introduction to the Study of the Physical Form of Cities. https://doi.org/10.1007/978-3-319-32083-0 Rapoport, A. (1983). The Meaning of the Built Environment: A Nonverbal Communication Approach. In U.S.A: Sage Publications-Beverly Hill. Rossi, A. (1982). The architecture of the City. In New York: MIT Press (Vol. 11, Issue 3). https://doi.org/10.1108/eb005618 Steadman, J. P. (1983). Architectural Morphology: An Introduction to the Geometry of Building Plans. In London: Pion limited. Wahl, D. C. (2017). Design and Planning for People in Place: Sir Patrick Geddes (1854–1932) and the Emergence of Ecological Planning, Ecological Design, and Bioregionalism | by Daniel Christian Wahl | Medium. Whitehand, J. W. R. (2007). Conzenian urban morphology and urban landscapes. 6 Th International Space Syntax Symposium, ii-1-ii–9. http://www.spacesyntaxistanbul.itu.edu.tr/papers/invitedpapers/Jeremy_whitehand.pdf Zahnd, M. (1999). Perancangan kota secara terpadu: teori perancangan kota dan penerapannya. In Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 245