LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRO DASAR
VOLTMETER DC
Disusun oleh :
Meyla Yan Sari
IK-1B
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2013
JOB 3
LAPORAN PRAKTIKUM VOLTMETER DC
Tujuan
Setelah mengerjakan praktikum ini mampu mengenal dan mengoperasikan voltmeter DC dengan benar
Mengkalibrasi dan memilih batas ukur yang tepat
Dasar teori
MULTIMETER
Definisi Multimeter/multitester
Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum, sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya.ada juga yang menyebut sebagai VOM (Volt/Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (amper-meter). Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM (digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun listrik DC.
B. Jenis jenis multimeter
a. Multimeter analog
Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog.
b. Multimeter digital
Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja.
Kelebihan dan Kekurangan
Multimeter Manual
Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih simpel. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan multimeter digital.
Multimeter Digital
Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan service center yang memakai multimeter digital. Kekurangannya adalah susah untuk memonitor tegangan yang tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun,sebaiknya menggunakan multimeter analog.
Fungsi Multimeter
Multimeter adalah alat ukur yang terdiri dari gabungan beberapa alat ukur yang dijadikan satu. Multimetr standar biasanya terdiri dari Ampermeter, Voltmeter, dan Ohmmeter sehingga multimeter sering juga disebut dengan AVO meter.
Fungsi multimeter :
Mengukur tegangan DC/voltlmeter
Mengukur tegangan AC/voltmeter
Mengukur tegangan DC/ampermeter
Mengukur nilai hambatan sebuah resistor atau ohmmeter
Fungsi tambahan :
Mengecek hubung-ssingkat / koneksi
Mengecek transistor
Mengecek kapasitor elektrolit
Mengecek dioda
Mengecek induktor
Mengukur suhu
Multimeter diperuntukkan pengukuran besaran-besaran listrik. Selain itu alat ini juga atau biasa disebut AVO (ampere, volt, dan ohm) meter yang artinya suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kuat arus listrik (I) dengan satuan ampere, mengukur tegangan listrik (V) dengan satuan volt, dan untuk mengukur besarnya tahanan listrik (Ω) dengan satuan ohm. Kegunaan multimeter ini selain untuk mengukur besaran-besaran listrik juga sangat berguna untuk mencari dan menemukan gangguan yang terjadi pada semua jenis pesawat atau alat-alat elektronika.
Langkah penggunaan
Pembacaan hasil ukur multimeter :
Pada multimeter digital nilai yang diukur bisa langsung dibaca pada display
Pada multimeter analog nilai yang diukur diperoleh dari penunjukan jarum pada papan skala lalu dicocokkan dengan batas ukur
Membaca skala ohmmeter :
Skala ohmmeter biasanya terletak pada papan skala paling atas, ciri-cirinya adalah angka nol pada sebelah kanan dan disebelahnya ada simbol ohm.
Untuk menentukan nilai resistor yang diukur caranya adalah dengan mengalikan angka yang ditunjujjan oleh jarum penunjuk dikalikan batas ukur
Contoh : misal jarum menunjuk ke angka 5 dan posisi batas ukur pada X100, maka nilai resistor tersebut adalah 5 X100 = 5.000 ohm atau 5Kohm. Pada beberapa multimeter ada yang papan skalanya dibedakan antara skala X1 dan skala X1K.
Membaca Skala Voltmeter-Amperemeter (V-A) :
Skala V-A biasanya terletak dibawah skala ohmmeter, ciri-cirinya adalah angka 0 berada disebelah kiri dan disebelahnya ada tanda V-A.
Berbeda dengan ohmmeter, skala V-A biasanya ada lebih dari satu, berdasarkan batas ukur yang ada.
Contoh: multimeter yang mempunyai batas ukur 0.25, 2.5, 10, 50, 250, dan 1000 maka ada 3 ukuran skala yaitu 10, 50 dan 250.
Cara pembacaannya adalah langsung menentukan nilai sesuai dengan angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk dengan memperhatikan ukuran skala mana yang dipakai.
Misal kita menggunakan batas ukur 2.5 maka ukuran skala yang dipakai adalah yang skala 250V lalu angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk dibagi dengan 100. angka 100 diperoleh dari 250V dibagi 2.5
Contoh : Saat mengukur tegangan batu battery 1.5 V maka batas ukur kita atur pada posisi 2.5V, jadi yang dipakai deretan skala 250. Misalnya jarum menunjuk di posisi 150 berarti tagangan battery adalah 150/100 = 1.5 Volt
Untuk mengukur tagangan AC langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
Pertama-tama harus diingat bahwa apakah yang diukur itu tegangan AC atau DC
Kita ukur tegangan AC.
Harus diingat pula batas ukurnya. Misalnya jaringan listrik PLN 220 Volt.
Saklar Batas Ukur menunjuk AC Volt, ke angka yang lebih tinggi dari batas ukur, misal ke angka 250 Volt.
Tempelkan colok yang satu ke + dn yang lain ke - karena yang akan diukur arus arusnya bolak-balik.
Pada waktu mengukut ini misalnya jarum penunjuk menunjuk angka 220, ini berarti tegangan PLN disitu 220 Volt. Tentu saja skala yang dipakai adalah`yang batas kiri 0 dan batas kanan 250
Cara mengukur tegangan DC, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
Untuk mengukur tegangan DC secara prinsip tak jauh berbeda dengan AC . Hanya perlu diperhatikan kabel colok alat ukur harus disambung/ditempelkan pada kutub dari sumber tegangan.
Perlu diperhatikan Batas Ukur, Pencolok merah (+) dan pencolok hitam (-), kutub positip ( + ) dan kutub negati ( - ).
Arahkan saklar menunjuk ke DC Volt. Pengukuran yang dikerjakan dalam keadaan arus mengalir (pengukuran dinamis), Saklar pada angka 10.
Waktu mengadakan pengukuran, colok merah (+) ditempatkan pada (+) dan colok hitam (-) ditempatkan pada (-).
Yang dibaca adalah skala 0-10. Misalnya menunjuk angka 1,5 , ini artinya tegangan arus = 1,5 Volt. Apabila saklar kita arahkan pada angka 50, maka saklar yang dibaca skala 0 - 50.
Untuk mengukur kuat arus dalam suatu rangkaian harus dalam keadaan terbuka. Langkah langkahnya sbb :
Alat ini hanya dapat digunakan untuk menukur kuat arus DC saja. Kuat arus DC biasanya kecil. Oleh karena itu, alat ini hanya mencantumkan angka pengukuran sampai 500 mA.
Mengukur kuat arus DC dilakukan dengan cara sambungan seri dengan alat pemakai, misalnya lampu pijar. Saklar penunjuk diarahkan pada DC mA dengan memperhatikan batas ukur. Dipilih misalnyaangka 25.
Disini kita mengukur dalam keadaan hubungan terbuka. Karena itu putuskan hubungan.
Tempelkan colok merah pada kutub positip (+) dan colokhitam (-) pada kutub negatip (-).
Baca skala, jarum menunjuk pada angka berapa. itulah hasil pengukurannya.
CARA KERJA
Menggunakan Multitester sebagai Volt Meter
Pasang Kabel hitam ke COM (Ground), dan pasang Kabel Merah ke Lubang paling kanan (V/Ohm). Tentukan object pengukuran, misalnya akan mengukur battere Nokia yang berkapasitas 3,7V.
Lihat skala pada Multitester pd bagian V (Volt) ada dua yaitu :
DC Volt (Tegangan searah)
Tegangan searah terdapat pada tegangan Batere, Teg. Output IC Power, dan lain sebagainya. Terdapat Polaritas (+) dan (-)
AC Volt (Tegangan Bolak Balik)
Tegangan bolak-balik contohnya seperti PLN dan sejenisnya.
Umumnya yg digunakan dalam pengukuran arus lemah seperti pengukuran ponsel, baterai laptop dan lain sebagainya dipilih DC Volt. Setelah dipilih skala DC Volt, ada nilai2 yang tertera pada bagian DC Volt tsb.
Contoh:
200mV artinya akan mengukur tegangan yang maximal 0,2 Volt
2V artinya akan mengukur tegangan yang maximal 2 Volt
20V artinya akan mengukur tegangan yang maximal 20 Volt
200V artinya akan mengukur tegangan yang maximal 200V
750V artinya akan mengukur tegangan yang maximal 750V
Gunakan skala yang tepat untuk pengukuran, contohnya Baterai 3,6 Volt
menggunakan skala pada 20 Volt, maka hasilnya akan akurat misal terbaca : 3,76 Volt
menggunakan skala 2 Volt akan muncul angka 1 (pertanda overload/ melebihi skala)
menggunakan skala 200 Volt akan terbaca hasilnya, namun tidak akurat misal akan terbaca : 3,6 Volt atau 3,7 Volt saja (1digit belakang koma)
menggunakan 750 Volt bisa saja namun hasilnya akan terbaca 3 atau 4 volt (Dibulatkan lsg tanpa koma)
Setelah object pengukuran sudah ada, dan skala sudah dipilih yang tepat, maka lakukan pengukuran dengan menempelkan kabel merah ke positif battere dan kabel hitam ke negatif batere, maka akan muncul hasil pengukurannya. Jika kabel terbalik hasilnya akan tetap muncul, namun ada tanda negatif didepan hasilnya. Beda dengan Multitester Analog. Jika kabel terbalik posisi jarum akan mentok kekiri.
NB : jika Multitester ada tombol DH, artinya Data Hold. Jika ditekan maka hasilnya akan freeze, dan bisa dicatat hasilnya.
Menggunakan Multitester sebagai pengukur kapasitas Condensator
Kondensator (Capasitor) adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad. Ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867). Kondensator kini juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini.
Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya.
Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia "condensatore", seperti bahasa Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman Kondensator atau Spanyol Condensador.
Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.
Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju yang sering disebut kapasitor (capacitor).
Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).
Satuan dalam kondensator disebut Farad.
1 Farad = 9 x 1011 cm²
artinya : luas permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan 106 mikroFarad (µF), jadi 1 µF = 9 x 105 cm².
Satuan-satuan sentimeter persegi (cm²) jarang sekali digunakan karena kurang praktis, satuan yang banyak digunakan adalah:
* 1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)
* 1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
* 1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
* 1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
* 1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)
Langkah pengukuran :
1. Pilih Skala bagian F dan pilih skala yg sesuai
2. maka nilai yg tampil adalah nilai kapasitas kondensator tsb dgn satuan Farad atau Mikro Farad (10 pangkat -6) atau Nano Farad (10 pangkat -9) atau Piko Farad (10 pangkat -12) Farad.
3. Menggunakan Multitester Digital sebagai Pengukur Jalur (Kontinuitas)
Pilih Skala Buzzer, yang ada icon Sound atau ada LED nya. Jika kabel tester Merah dan hitam ditempelkan langsung maka Multitester akan berbunyi pertanda jalur OK. Tanpa hambatan (<50 Ohm).
Pilih object pengukuran. Misal akan mengukur jalur Power ON dari IC UEM kaki P7 ke Switch On off. Tempel salah satu kabel (bebas yg mana aja) ke kaki Switch ON Off, satu lagi ke kaki IC UEM P7 atau capasitor terdekatnya. Jika bunyi maka pertanda jalur bagus dan terhubung. Jika tidak bunyi, coba apakah sudag benar letak pengukurannya. Jika sudah dipastikan jalur putus dan harus di jumper.
Menggunakan Multitester sebagai pengukur arus rangkaian
Pindahkan kabel merah ke 20A. Dan kabel hitam tetap di COM (ground).
Dipilih lobang 20A karena akan mengukur arus yg > 0,2 A.
Misalnya akan mengukur arus pengisian battere. Salah satu cara antara lain salah satu kabel charger dipotong.
Kabel ditempelkan ke kabel merah & kabel hitam Multitester. Lakukan pengukuran saat ponsel dicharger. Misalnya nilai yg tertera 0,725 berarti arus pengisian sebesar 0,725 A alias 725 mA. Atau mencabut Sekring (Fuse) lalu tempelkan masing kabel ke masing-masing kutub sekring pada PCB. Lalu ukur hasilnya.
Mengukur Batere Lithium Original atau Palsu.
Kabel Merah tetap di 20A, kabel hitam di GND.
Skala tetap di 20A
Tempel kabel Merah di + batere
Tempel kbl hitam di – batere
Lihat hasil yg muncul :
Jika secara refleks, menunjuk ke angka tertentu dan kembali ke Nol, pertanda Batere Lithium asli.
Jika hasilnya menunjuk ke angka tertentu, dan stabil. Pertanda Batere Lithium palsu, dan segera cabut kabel dari Batere. Karena Batere akan menjadi panas ini dekarenakan didalamya tidak ada rangkaian pengontrolnya.
Untuk Batere lithium asli, walaupun kabel ditempel terus ke batere, tidak masalah. Baterai yang tidak menggukanan litium asli dapat meledak jika terus di charge karena tidak memiliki rangkaian pengontrol. Sehingga saat batere penuh, sensor BTEMP tidak bekerja. Maka batere yang telah penuh tersebut akan terus terisi sehingga menjadi panas panas dan akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan pada ponsel, atau bahkan bisa saja batere menjadi kembung dan dapat meledak.
KALIBRASI
Langkah untuk mengkalibrasi :
Mula-mula saklar multimeter diputar ke atas. Tanda panah ke atas tepatnya R x Ohm
Kalibrasi sampai jarum multimeter menunjukkan angka nol tepat saat dua colok (+) dan colok (-) dihubungkan. Putar zero adjusment untuk menyesuaikan.
CATU DAYA
Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus listrik searah. Catu daya menjadi bagian yang penting dalam elektonika yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik misalnya pada baterai atau accu. Catu daya (Power Supply) juga dapat digunakan sebagai perangkat yang memasok listrik energi untuk satu atau lebih beban listrik.
Secara umum prinsip rangkaian catu daya terdiri atas komponen utama yaitu ; transformator, dioda dan kondensator. Dalam pembuatan rangkaian catu daya, selain menggunakan komponen utama juga diperlukan komponen pendukung agar rangkaian tersebut dapat berfungsi dengan baik. Komponen Pendukung tersebut antara lain : sakelar, sekering (fuse), lampu indicator, voltmeter dan amperemeter, jack dan plug, Printed Circuit Board (PCB), kabel dan steker, serta Chasis. Baik komponen utama maupun komponen pendukung sama sama berperan penting dalam rangkaian catu daya.
Catu daya merupakan suatu Rangkaian yang paling penting bagi sistem elektronika. Ada dua sumber catu daya yaitu sumber AC dan sumber DC. Sumber AC yaitu sumber tegangan bolak – balik, sedangkan sumber tegangan DC merupakan sumber tegangan searah.
Tegangan AC
Tegangan DC
Sumber Tegangan Bila diamati sumber AC tegangan berayun sewaktu-waktu pada kutub positif dan sewaktu-waktu pada kutub negatif, sedangkan sumber AC selalu pada satu kutub saja, positif saja atau negatif saja. Dari sumber AC dapat disearahkan menjadi sumber DC dengan menggunakan rangkaian penyearah yang di bentuk dari dioda. Ada tiga macam rangkaian penyearah dasar yaitu penyearah setengah gelombang, gelombang penuh dan sistem jembatan.
Penyearah setengah gelombang
Penyearah setengah gelombang
Penyearah sistem jembatan
Rangkaian Penyearah Biasanya output dari rangkaian diberi suatu filter kapasitor untuk menghilangkan riak sehingga diperoleh tegangan DC yang stabil. Tegangan DC juga dapat diperoleh dari batere. Dengan penggunaan batere ditawarkan sumber tegangan DC yang stabil dan portable namun dapat habis tergantung kapasitas batere tersebut. Tegangan yang tersedia dari suatu sumber tegangan yang ada biasanya tidak sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu diperlukan suatu regulator tegangan yang berfungsi untuk menjaga agar tegangan bernilai konstan pada nilai tertentu. Regulator tegangan ini biasanya berupa IC dengan kode 78xx atau 79xx. Untuk seri 78xx digunakan untuk regulator tegangan DC positif, sedangkan 79xx digunakan untuk regulator DC negatif. Nilai xx menandakan tegangan yang akan diregulasikan. Misalnya kebutuhan sistem adalah positif 5 volt, maka regulator yang digunakan adalah 7805. IC regulator ini biasanya terdiri dari tiga pin yaitu input, ground dan output. Dalam menggunakan IC ini tegangan input harus lebih besar beberapa persen (tergantung pada data sheet) dari tegangan yang akan diregulasikan.
Komponen Utama dan Pendukung Catu Daya
Trafo (Penurun Tegangan)
Trafo atau transformator merupakan komponen utama dalam membuat rangkaian catu daya yang berfungsi untuk mengubah tegangan listrik. Trafo dapat menaikkan dan menurunkan tegangan. Berdasarkan tegangan yang dikeluarkan dari belitan scundair dibagi menjadi 2 yaitu :
Step up (penaik tegangan) apabila tegangan belitan scundair yang kita butuhkan lebih tinggi dari tegangan primair ( jala listrik).
Step down (penurun tegangan) apabila tegangan belitan scundair yang kita butuhkan lebih rendah dari tegangan primair (jala listrik).
Berdasarkan pemasangan gulungannya dikenal 2 (dua) macam trafo yaitu:
Trafo tanpa center tap (CT)
Trafo dengan center tap (CT)
Dioda Rectifier (Penyearah)
Peranan rectifier dalam rangkaian catu daya adalah untuk mengubah tegangan listrik AC yang berasal dari trafo step- down atau trafo adaptor menjadi tegangan listrik arus searah DC.
Penyearah Setengah Gelombang
Dalam komponen elektronika penyearah setengah gelombang disebut juga Half Wave Rectifier.
Penyearah Gelombang Penuh
Dalam komponen elektronika penyearah gelombang penuh disebut juga Full Wave Rectifier.
Filter (Penyaring)
Penyaring atau filter merupakan bagian yang terdiri dari kapasitor yang berfungsi sebagai penyaring atau meratakan tegangan listrik yang berasal dari rectifier. Selain menggunakan filter juga menggunakan resistor sebagai tahanan.
Stabilizer dan Regulator
Stabilizer dan regulator adalah bagian yang terdiri dari komponen dioda zener, transistor, komponen IC atau kombinasi dari ketiga komponen tersebut. Komponen ini berfungsi sebagai penstabil dan pengatur tegangan (regulator) yang berasal dari rangkaian penyaring.
Selain komponen utama dalam pembuatan rangkaian catu daya juga menggunakan berbagai komponen pendukung lainnya seperti sakelar, sekering, lampu indicator, voltmeter, multimeter, PCB ( Printed Circuit Board) dan berbagai komponen pendukung lainnya.
Prinsip kerja catu daya
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang ter-regulasi.
Alat dan Bahan
1 buah voltmeter DC
1 buah catu daya DC 0-30 volt
3 buah resistor (100 Ω, 270 Ω, 820 Ω)
Rangkaian Listrik
Langkah Kerja
Buatlah rangkaian seperti pada gambar
Ukur tegangan pada R = 100 Ω, 270 Ω, dan 820 Ω untuk beberapa nilai R dan BU, serta isilah tabel sambil mengamati posisi jarum meter
Hitung besar nilai tegangan pada R = 100 Ω, 270 Ω, 820Ω
Data
VS
TEGANGAN PADA R = 820
BU 12
BU 30
BU 120
T
P
PJ
T
P
PJ
T
P
PJ
5
5
4,8
C
5
5
L
5
4,5
L
10
10
9,8
R
10
9
L
10
10
L
15
15
-
R
15
14
C
15
14
L
20
20
-
R
20
19,5
C
20
20
L
25
25
-
R
25
24,5
R
25
24
L
VS
TEGANGAN PADA R = 100
BU 12
BU 30
BU 120
T
P
PJ
T
P
PJ
T
P
PJ
5
5
4,8
C
5
5
L
5
4
L
10
10
9,8
R
10
10
L
10
10
L
15
15
-
R
15
14,5
C
15
14
L
20
20
-
R
20
19,5
C
20
20
L
25
25
-
R
25
24
R
25
24
L
VS
TEGANGAN PADA R = 270
BU 12
BU 30
BU 120
T
P
PJ
T
P
PJ
T
P
PJ
5
5
4,9
C
5
5
L
5
5
L
10
10
9,6
R
10
9,5
L
10
10
L
15
15
-
R
15
14,5
C
15
14
L
20
20
-
R
20
19,5
C
20
20
L
25
25
-
R
25
24,5
R
25
24
L
Pembahasan
Resistor Pada tabel, terlihat bahwa tegangan sumber yang kita tentukan melalui catu daya sama dengan penghitungan yang kita lakukan melalui teori yaitu V = I x R.
VS
TEGANGAN PADA R = 820
BU 12
BU 30
BU 120
T
P
PJ
T
P
PJ
T
P
PJ
5
5
4,8
C
5
5
L
5
4,5
L
10
10
9,8
R
10
9
L
10
10
L
15
15
-
R
15
14
C
15
14
L
20
20
-
R
20
19,5
C
20
20
L
25
25
-
R
25
24,5
R
25
24
L
Pembahasan tabel 1 dengan resistansi 820 Ω :
Resistansi 820 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 5 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 4,8 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 5 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 5 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 5 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 4,5 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 10 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 9,8 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 10 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 9 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 10 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 10 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 15 volt tidak dapat terbaca karena terjadi overload yaitu penunjuk jarum mentok berada di sebelah kanan
Resistansi 820 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 15 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 14 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 15 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 14 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 20 volt tidak dapat terbaca karena terjadi overload yaitu penunjuk jarum mentok berada di sebelah kanan
Resistansi 820 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 20 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 19 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 20 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 20 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 25 volt tidak dapat terbaca karena terjadi overload yaitu penunjuk jarum mentok berada di sebelah kanan
Resistansi 820 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 25 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 24,5 volt
Resistansi 820 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 25 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 24 volt
VS
TEGANGAN PADA R = 100
BU 12
BU 30
BU 120
T
P
PJ
T
P
PJ
T
P
PJ
5
5
4,8
C
5
5
L
5
4
L
10
10
9,8
R
10
10
L
10
10
L
15
15
-
R
15
14,5
C
15
14
L
20
20
-
R
20
19,5
C
20
20
L
25
25
-
R
25
24
R
25
24
L
Pembahasan tabel 2 dengan resistansi 100 Ω :
Resistansi 100 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 5 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 4,8 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 5 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 5 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 5 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 4 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 10 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 9,8 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 10 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 10 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 10 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 10 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 15 volt tidak dapat terbaca karena terjadi overload yaitu penunjuk jarum mentok berada di sebelah kanan
Resistansi 100 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 15 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 14,5 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 15 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 14 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 20 volt tidak dapat terbaca karena terjadi overload yaitu penunjuk jarum mentok berada di sebelah kanan
Resistansi 100 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 20 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 19,5 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 20 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 20 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 25 volt tidak dapat terbaca karena terjadi overload yaitu penunjuk jarum mentok berada di sebelah kanan
Resistansi 100 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 25 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 24 volt
Resistansi 100 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 25 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 24 volt
VS
TEGANGAN PADA R = 270
BU 12
BU 30
BU 120
T
P
PJ
T
P
PJ
T
P
PJ
5
5
4,9
C
5
5
L
5
5
L
10
10
9,6
R
10
9,5
L
10
10
L
15
15
-
R
15
14,5
C
15
14
L
20
20
-
R
20
19,5
C
20
20
L
25
25
-
R
25
24,5
R
25
24
L
Pembahasan tabel 3 dengan resistansi 270 Ω :
Resistansi 270 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 5 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 4,9 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 5 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 5 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 5 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 5 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 10 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 9,6 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 10 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 10 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 10 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 10 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 15 volt tidak dapat terbaca karena terjadi overload yaitu penunjuk jarum mentok berada di sebelah kanan
Resistansi 270 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 15 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 14,5 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 15 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 14 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 20 volt tidak dapat terbaca karena terjadi overload yaitu penunjuk jarum mentok berada di sebelah kanan
Resistansi 270 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 20 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 19,5 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 20 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 20 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 12 dan tetapan catu daya 25 volt tidak dapat terbaca karena terjadi overload yaitu penunjuk jarum mentok berada di sebelah kanan
Resistansi 270 ohm dengan BU 30 dan tetapan catu daya 25 volt dapat terbaca dengan hasil praktik mendekati tetapan, yaitu 24,5 volt
Resistansi 270 ohm dengan BU 120 dan tetapan catu daya 25 volt dapat terbaca dengan hasil praktik sama dengan tetapan, yaitu 24 volt
Pertanyaan
Bandingkan hasil praktek dengan teori!
Jelaskan pemilihan BU yang tepat ( yang memberikan hasil praktek dengan teori)!
Dimana posisi jarum untuk data yang valid(dekat dengan teori)?
Cari rumus untuk nilai terukur dari variable : pembacaan BU, dan SP!
Kesimpulan
Melalui praktikum yang kita lakukan, kita dapat mengetahui bagaimana cara memilih atau menentukan batas ukur yang tepat untuk mengukur tegangan yaitu dengan batas ukur yang sama dengan atau lebih besar dari tetapan catu daya yang kita tentukan agar tidak terjadi overload. Overload terjadi pada saat penunjuk jarum berada pada mentok di ssebelah kanan.
Perhitungan melalui teori tegangan yaitu V = I x R memiliki nilai yang sama dengan tegangan yang kita tentukan melalui catu daya.
Pengukuran yang kurang sesuai antara hasil teori dengan voltmeter analog karena ada beberapa faktor, salah satunya karena kesalahan pada pembaca.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Multimeter
http://nabilarik.blogspot.com/2010/02/alat-ukur-multimeter.html
http://www.borneoflasher-training.com/showthread.php?t=129
http://abisabrina.wordpress.com/2010/07/29/mengenal-multimeter/
http://forum.djawir.com/elektronika-handphone-128/penggunaan-multitester-digital-23644/
http://www.sisilain.net/2010/10/pengertian-dan-fungsi-multimeter.html
http://abisantoso.multiply.com/journal
http://marulloh.multiply.com/journal/1/PRINSIP_KERJA_MULTIMETER
http://alfredbudiono.blogspot.com/2010/11/i.html
http://duniaelektronika.blogspot.com/2007/09/catu-daya.html
Lampiran
Hasil perbandingan antara praktik dengan hasil teori :
Tegangan pada R = 100 Ω
Vs
Teori
Praktek
BU=12V
BU=30V
BU=120
5
5
4,8
5
4
10
10
9,8
10
10
15
15
-
14,5
14
20
20
-
19,5
20
25
25
-
24
24
Tegangan pada R = 270 Ω
Vs
Teori
Praktek
BU=12V
BU=30V
BU=120
5
5
4,9
5
5
10
10
9,6
9,5
10
15
15
-
14,5
14
20
20
-
19,5
20
25
25
-
24,5
24
Tegangan pada R = 820 Ω
Vs
Teori
Praktek
BU=12V
BU=30V
BU=120
5
5
4,8
5
4,5
10
10
9,8
9
10
15
15
-
14
14
20
20
-
19,5
20
25
25
-
24,5
24
Pemilihan BU (batas ukur) yang tepat yaitu batas ukur yang sama dengan atau lebih besar dari tetapan catu daya yang kita tentukan agar tidak terjadi overload. Overload terjadi pada saat penunjuk jarum berada pada mentok di ssebelah kanan.
Posisi jarum untuk data yang valid adalah di kiri (L) dan di tengah (C)
Dimana Vt = tegangan terukur
Vp = tegangan pembacaan
SP = Skala Penuh
BU = Batas Ukur
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa Vt berbanding lurus dengan Vp dan BU. Artinya semakin besar nilai Vp dan BU makin besar pula nilai Vt. Sedangkan Vt berbanding terbalik dengan SP. Artinya semakin besar nilai SP makin kecil nilai Vt yang terukur.
Gambar avometer
Gambar catu daya
Gambar resistor
Gambar kabel penghubung