Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… PENGARUH KUALITAS AUDIT, KOMPENSASI BONUS, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA Vicky Ferdiansyah Fakultas EkonomiUniversias Moestopo Email:Vicky_ferdiansyah@gmail.com ABSTRACT This study aimed to examine the effect of audit quality, bonus compensation, ownership structure, and the size of the Earnings Management. Quality, audits using dummy variables, if the sample companies were audited by KAP big four rated 1 if not given the value of 0. The bonus compensation and ownership structure (managerial ownership, foreign ownership and family ownership) also uses a dummy variable. Institutional ownership using percentage of ownership separation, while the size using total assets. Earnings management as measured by discretionary revenue.The research was conducted by the method of literature and documentation. The method of analysis used in this study is multiple regression. This study used data manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2011-2013 were 143 sample companies. Results from this study showed that the variables that have a significant influence on earnings management is the quality ofaudits, institutional ownership, and firm size.Audit qualityandinstitutional ownership hasa negative effecton earnings management, whereasthe size of thecompany'spositive effect onearnings management. The variable bonus compensation, managerial ownership, foreign ownership and family ownership does not give effect to earnings management. Keywords: effect audit, bonus compensation, ownership structure, quality, earnings management ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas audit, kompensasi bonus, struktur kepemilikan, dan ukuran Manajemen Laba. Kualitas, audit menggunakan variabel dummy, jika perusahaan sampel diaudit oleh KAP besar empat dinilai 1 jika tidak diberikan nilai 0. kompensasi bonus dan struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial, kepemilikan asing dan kepemilikan keluarga) juga menggunakan variabel dummy. kepemilikan institusional menggunakan persentase pemisahan kepemilikan, sementara ukuran menggunakan total aset. Manajemen laba yang diukur dengan penelitian revenue. The diskresioner dilakukan dengan metode kepustakaan dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur data ini tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013 yang 143 perusahaan sampel. Hasil Dari Ini Studi Variabel Menunjukkan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh signifikan, kepemilikan institusional, dan size juga berpengaruh signifikan. Kata kunci: Audit efek, kompensasi bonus, struktur kepemilikan, kualitas, manajemen laba Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 230 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… PENDAHULUAN Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan salah satu dari informasi yang ada di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Informasi laba sebagaimana dinyatakan di dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) nomor 2 (dua) merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangatlah penting bagi pihak-pihak yang menggunakann karena memiliki nilai yang prediktif (FASB, 1989). Laporan keuangan adalah suatu cerminan dari kondisi perusahaan karena memuat informasi mengenai posisi keuangan, laporan kinerja manajemen, laporan arus kas dan perubahan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga menunjukkan seberapa besar kinerja suatu manajemen dan menjadi sumber dalam mengevaluasi kinerja manajemen. Di dalam laporan keuangan yang biasanya merupakan parameter utama adalah besarnya laba perusahaan. Dengan adanya penilaian kinerja manajemen tersebut dapat mendorong timbulnya perilaku menyimpang dari pihak manajemen perusahaan, salah satu bentuknya adalah manajemen laba (earnings management). Manajemen laba merupakan tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan atau nilai perusahaan (Ryan, 2011). Manajemen laba sendiri menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh para praktisi dan akademisi. Alasannya, manajemen laba seolah-olah telah menjadi budaya perusahaan (corporate culture) yang dipraktikkan semua perusahaan di dunia (Aulia, 2013). Akibat yang ditimbulkan aktivitas rekayasa manajerial ini tidak hanya menghancurkan tatanan ekonomi, namun juga tatanan etika dan moral. Manajemen laba merupakan isu sentral pada saat ini dan menjadi sebuah fenomena yang umumnya terjadi di sejumlah perusahaan. Berdasarkan laporan Badan Pengawas Pasar modal (Bapepam) terdapat 25 kasus pelanggaran pasar modal yang berhasil diselesaikan selama tahun 2002 sampai dengan Maret 2003. Dari 25 kasus pelanggaran tersebut terdapat 13 kasus yang berkaitan dengan benturan kepentingan dan keterbukaan informasi (Wiwik Utami, 2005). Selain itu pada tahun 1998 sampai dengan 2003 tercatat banyak terjadi skandal keuangan di perusahaan-perusahaan publik dengan melibatkan persoalan laporan keuangan (financial reporting) yang diterbitkan. Beberapa kasus diantaranya terjadi pada PT Indofarma Tbk, PT Kimia Farma Tbk, dan PT Lippo Tbk. Sedangkan menurut hasil studi komparatif international yang dilakukan oleh Leuz mengenai manajemen laba dan proteksi investor (periode pengamatan tahun 1990 sampai dengan 1999) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada tingkat menengah dengan urutan ke 15 dari sampel 31 negara. Jika dibandingkan dengan Negara ASEAN lain yang sama-sama ikut terpilih sebagai sampel seperti Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura maka Indonesia adalah Negara yang paling tinggi tingkat praktek manajemen labanya (Wiwik Utami, 2005). Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 231 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… Fenomena lainnya yaitu pada penelitian Verawati (2012), hasil penelitian Verawati (2012) menunjukkan bahwa diversifikasi perusahaan meningkatkan manajemen laba dan struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Objek penelitian Verawati (2012) adalah Perusahaan manufaktur Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010. Didukung oleh penelitian Nitria (2013) menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah penerapan awal PSAK 50 dan 55 dan kepemilikan institusional. KAJIAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) Sebagai dasar untuk memahami corporate governance maka digunakanlah perspektif hubungan keagenan. Jansen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer dengan investor. Fenomena terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan. Sebagai agen, seorang manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Dapat disimpulkan dari sudut pandang teori keagenan diatas, hubungan antara masyarakat dengan pemerintah adalah seperti hubungan antara prinsipal dan agen. Masyarakat adalah prinsipal dan pemerintah adalah agen. Prinsipal memberikan wewenang pengaturan kepada agen, dan memberikan sumber daya kepada agen (dalam bentuk pajak dan lain-lain) (Putri, 2013). Signaling Theory Teori signal mengemukakan alasan perusahaan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal terkait dengan adanya informasi antara pihak manajemen perusahaan dengan pihak luar dimana pihak manajemen perusahaan memiliki lebih banyak informasi serta mengetahui prospek perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut bisa berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan ataupun informasi lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan. Teori signal menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan signal-signal kepada pengguna laporan keuangan. Signal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Signal dapat berupa promosi atau informasi lainnya yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lainnya (Yasa, 2010). Kualitas Audit Untuk mengukur kualitas audit digunakan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Jika perusahaan diaudit oleh KAP Besar pada saat penelitian ini yaitu KAP Big Four maka kualitas auditnya tinggi dan jika diaudit oleh KAP Non Big Four (KAP Kecil) maka kualitas auditnya rendah. Banyak penelitian menemukan kualitas audit berkorelasi positif dengan kredibilitas auditor dan berkorelasi negatif dengan kesalahan laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas merupakan salah satu elemen penting dari Corporate Governance. Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 232 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… Kompensasi Bonus Bonus plan hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positif accounting theory. Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari Dewan Direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih (Halimah, 2007). Jika perusahaan memiliki kompensasi (bonus scheme), maka manajer akan cenderung melakukan tindakan yang mengatur laba bersih untuk dapat memaksimalkan bonus yang mereka terima. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah penting yaitu bogey dan cap. Struktur Kepemilikan. Kepemilikan Manajerial Menurut Aida (2004) kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen. Menurut Itturiaga dan Sanz (2000) struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu pendekatan keagenan (agency approach) dan pendekatan ketidakseimbangan (asymmetricinformation approach). Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai sebuah instrument atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim (claim holder) terhadap perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insider dan outsider melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun Winanda (2009). Menurut Wening (2007), kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Kepemilikan Asing Kepemilikan saham asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti diketahui, negara-negara di Eropa sangat memperhatikan isu sosial misalnya hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan lingkungan seperti efek rumah kaca, pembalakan liar, serta pencemaran air. Hal ini menjadikan perusahaan multinasional mulai mengubah perilaku mereka dalam beroperasi demi menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan (Nitria, 2013). Kepemilikan Keluarga Dalam perusahaan dengan kepemilikan keluarga, muncul agency problem antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas (Villalonga dan Amit, 2005). Hal ini terjadi karena keluarga sebagai pemegang saham mayoritas memiliki kontrol yang sangat besar terhadap perusahaan dan cenderung menggunakan kontrol yang Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 233 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… mereka miliki untuk meningkatkan keuntungan pribadi pada beban yang ditanggung oleh pemegang saham minoritas sehingga investor akan menginginkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko tersebut (Dyck dan Zingales, 2004). Ukuran Perusahaan Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat. Peasnell, Pope, dan Young (1998) menunjukkan adanya hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan manajemen laba di Inggris. Dengan ini disimpulkan bahwa manajer yang memimpin perusahaan yang lebih besar memiliki kesempatan yang lebih kecil dalam memanipulasi laba dibandingkan dengan manajer di perusahaan kecil. Manajemen Laba Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Manajemen laba merupakan satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat menggangu pemakaian laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000). Menurut Scott (2009) manajemen laba adalah tindakan manajer untuk melaporkan laba yang dapat memaksimalkan kepentingan pribadi atau perusahaan dengan menggunakan kebijakan metode akuntansi. Pola-Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba menurut Scoot (2012) dapat dilakukan dengan cara: (1) Taking a bath. Taking a bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah (bahkan rugi) atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya. Takung a bath terjadi selama periode adanya tekanan organisasi atau pada saat terjadinya reorganisasi, seperti pergantian CEO baru. (2) Income minimization. Income minimization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah dari pada laba sesungguhnya. Income minimization dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, pengeluaran R&D, dan lainnya. (3) Income maximization. Maksimisasi laba (income maximization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya. Income maximization dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan pendapat, menunda biaya dan memindahkan biaya untuk periode lain.(4) Income smooting. Income smooting atau perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten (rata atau smooth) dari ke periode. Dalam hal ini pihak manajemen dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidah berisiko tinggi. Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 234 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… Conditional revenue model Conditional revenue model diperkenalkan oleh Stubeen (2010) atas dasar ketidakpuasan terhadap model akrual yang umum digunakan saat ini. Pertama, keterbatasan model akrual adalah bahwa estimasi cross-sectional secara tidak langsung mengasumsikan bahwa perusahaan dalam industri yang sama dapat menghasilkan proses akrual yang sama. Kedua, model akrual juga tidak menyediakan informasi untuk komponen mengelola laba perusahaan dimana model akrual tidak membeda-bedakan peningkatan diskresionari pada laba melalui mendapatkan atau komponen beban. Conditional revenue model ini, memusatkan pada pendapatan yang memiliki hubungan secara langsung dengan piutang. Dechow and Schrand (2004) dalam Stubben (2010), menemukan bahwa lebih dari 70 persen kasus SEC Accounting and Auditing Enforcement Release melibatkan salah saji pendapatan. Model conditional revenue dari Stubben (2010) ini menggunakan piutang akrual daripada akrual agregat sebagai fungsi dari perubahan pendapatan. Sebagai komponen akrual utama, piutang memiliki hubungan empiris yang sangat kuat dan hubungan konseptual langsung pada pendapatan. Dalam penelitiannya terdahulu, Stubben (2006) dalam Nitria (2013) menemukan bukti bahwa hubungan antara perubahan piutang dan perubahan pendapatan yang lebih besar daripada hubungan antara current accrual dan perubahan piutang. Hal ini juga berhubungan dengan kebijakan manajemen perusahaan yang dapat menentukan atau mengambil keputusan dalam pemberian kredit. Ketika pendapatan mengalami kenaikan maka dapat disertai juga dengan kenaikan piutang. Conditional revenue model didasarkan pada discretionary revenue yang merupakan perbedaan antara perubahan prediksi pada piutang berdasarkan pada model dan perubahan aktual pada piutang. Piutang yang tidak normal, tinggi atau rendah, mengindikasikan adanya manajemen pendapatan Stubben (2010). METODE Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Manajemen Laba, dan variabel independennya adalah Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, Kepemilikan Keluarga, dan Ukuran Perusahaan Definisi dan Operasionalisasi Variabel Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba, yang diartikan sebagai suatu intervensi pihak manajemen terhadap informasi laporan keuangan. Manajemen laba diukur dengan menggunakan Discretionary Revenue dengan model Stubben (2010) dalam Nitria (2013). Variabel manajemen laba sebagai variabel dependen untuk pengukurannya digunakan regresi linear. Berikut merupakan formula dari Discretionary Revenue: DARit = α + β1 ΔRit Keterangan: AR = piutang akrual; R = annual revenue ; = annual change Perubahan piutang berdasarkan model revenue dari stubben (2010) diperoleh dari: Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 235 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… Perubahan pendapatan berdasarkan model revenue dari stubben (2010) diperoleh dari : Variabel Independen. Kualitas audit Ukuran KAP disini menggunakan variable dummy, jika perusahaan sampel diaudit oleh KAP big four diberi nilai 1, sedangkan perusahaan sampel diaudit oleh KAP non-big four diberi nilai 0. Bonus plan hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan suatu metodea kuntansi tidak terlepas dari positif accounting theory. Jika perusahaan memiliki kompensasi bonus, maka manajer akan cenderung melakukan tindakan yang mengatur laba bersih untuk dapat memaksimalkan bonus yang mereka terima. Untuk variabel ini akan diukur dengan cara, perusahaan yang memberikan kompensasi bonus kepada manajemen akan diberi nilai 1, sedangkan yang tidak memberikan kompensasi bonus kepada manajemen diberi nilai 0. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial (MAN) merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan (manajer, direksi dan dewan komisaris) adalah variabel dummy. Dimana bila kepemilikan manajerial suatu perusahaan memiliki persentase diatas 50 % akan diberi nilai 1 sedangkan jika perusahaan memiliki kepemilikan manajerial dibawah 50% diberi nilai 0. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan. Dengan adanya peningkatan pengawasan terhadap kinerja manajemen diharapkan manajemen akan semakin bekerja dengan lebih baik sehingga meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri di masa mendatang (Riyanti,2014). Kepemilikan Institusional dihitung dengan rumus: Kepemilikan Asing Kepemilikan asing disini kepemilikan saham perusahaan oleh investor asing, baik investor perorangan maupun badan usaha yang dipublikasikan dalam laporan kepemilikan saham. Variabel kepemilikan asing (ASING) adalah variabel dummy. Diukur dengan melihat persentase pemilikan saham asing di perusahaan. Dimana bila kepemilikan asing suatu perusahaan memiliki persentase diatas 50 % akan diberi nilai 1 sedangkan jika perusahaan memiliki kepemilikan asing dibawah 50% diberi nilai 0. Kepemilikan Keluarga Penelitian ini menggunakan presentase kepemilikan saham oleh pemegang saham yang termasuk di dalam definisi kepemilikan keluarga yang dinyatakan oleh Rebecca (2012) dalam Rizta dan Sylvia (2012) yaitu keseluruhan individu dan perusahaan yang Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 236 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… kepemilikan 50% keatas wajib diberi nilai 1, sedangkan jika perusahaan memiliki kepemilikan keluarga dibawah 50% diberi nilai 0. Ukuran perusahaan Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dari jumlah total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Karena total asset mencerminkan besarnya ukuran perusahaan (Riske, 2013). Ukuran untuk menentukan ukuran perusahaan adalah dengan menggunakan log natural dari total asset. Penggunaan natural log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebih. Jika total asset langsung dipakai begitu saja maka nilai variabel akan sangat besar, miliar bahkan triliun. Dengan menggunakan natural log, nilai tersebut disederhanakan, tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya. Secara matematis ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut Ukuran Perusahaan = Ln of Total Asset HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Statistik Deskriptif Analisis statistic deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi suatu data. Berdasarkan Tabel 1, diketahui jumlah sampel (N) adalah 143 data perusahaan, variable yang di teliti adalah DARIT (manajemen laba), AUD (kualitas audit), BON (kompensasi bonus), MAN (kepemilikan manajerial), INST (kepemilikan institusional), ASING (kepemilikan asing), KEL (kepemilikan keluarga), dan UK (ukuran perusahaan), Hasil analisis statistic deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 1. Descriptive Statistics N AUD BON MAN INST ASING KEL UK DARIT Valid N (listwise) 143 143 143 143 143 143 143 143 143 Minimum Maximum .00 1.00 .00 1.00 .00 1.00 .00 .90 .00 1.00 .00 1.00 20.14 32.84 -.16 .29 Mean Std. Deviation .4615 .50027 .8112 .39273 .2448 .43145 .0338 .14884 .4895 .50165 .0839 .27824 27.9765 1.70414 .0195 .10668 Variabel penelitian pertama adalah kualitas audit (KA) memiliki mean atau nilai rata-rata 0.4615 dan nilai standar deviasi 0.50027. Nilai minimum KA sebesar 0 untuk perusahaan yang tidak memakai jasa audit big 4. nilai maksimum 1 untuk perusahaan yang memakai jasa audit big 4. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini masih sedikit perusahaan yang memakai jasa audit dari big 4 karena jauh dari nilai maksimum. Faktanya memang sebagian besar perusahaan manufaktur di Indonesia masih menggunakan jasa audit non bigfour. Variabel penelitian kedua adalah kompensasi bonus (BON) memiliki mean atau nilai rata-rata 0.8112 dan nilai standar deviasi 0.39273. Nilai minimum BON sebesar 0 untuk Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 237 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… perusahaan yang tidak mengeluarkan kompensasi bonus. nilai maksimum 1 untuk perusahaan yang mengeluarkan kompensasi bonus. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini sudah banyak perusahaan yang mengeluarkan kompensasi bonus karena mendekati dari nilai maksimum. Banyaknya kompensasi bonus ini akan menujukkan bahwa di Indonesia sebagian besar perusahaan manufaktur pada periode saat penelitian ini sudah memberikan kompensasi bonus pada setiap tahunnya. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, variabel penelitian ketiga yaitu kepemilikan manajerial (MAN) antara 0 sampai dengan 1 dengan rata-rata sebesar 0.2448 dan standar deviasi sebesar 0.43145. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel perusahan ini memiliki kepemilikan manajerial yang rendah karena mendekati nilai minimum. Dan dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial di Indonesia masih sedikit, terutama pada perusahaan yang telah di teliti, yaitu perusahaan manufaktur. Kepemilikan institusional (INST) adalah berkisar antara 0 sampai dengan 0.9 dengan rata-rata sebesar 0.0330 dan standar deviasi sebesar 0.14884. Tampak bahwa terdapat perusahaan dengan kepemilikan institusional sebesar 90% yaitu PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dengan rata-rata kepemilikan institusional sebesar 3,3%. Akan tetapi masih sedikit kepemilikan institusional di Indonesia, dapat kita lihat dari nilai rata-rata tersebut. Kepemilikan asing (ASING) memiliki mean atau nilai rata-rata sebesar 0.4895 dan nilai standar deviasi sebesar 0.50165. Nilai minimum kepemilikan asing sebesar 0 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan asing kurang dari 50%. Nilai maksimum 1 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan asing lebih dari 50%. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel perusahaan ini memiliki kepemilikan asing yang rendah karena mendekati nilai minimum. Dan dapat disimpulkan bahwa kepemilikan asing pada perusahaan manufaktur di Indonesia masih sangat sedikit. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, variabel penelitian keenam yaitukepemilikan keluarga (KEL) memiliki mean atau nilai rata-rata sebesar 0.0839 dan nilai standar deviasi sebesar 0.27824. Nilai minimum kepemilikan asing sebesar 0 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan asing kurang dari 50%. Nilai maksimum 1 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan asing lebih dari 50%. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel perusahaan ini memiliki kepemilikan keluarga yang rendah karena mendekati nilai minimum. Hasil ini menunjukkan bahwa masih sedikitnya kepemilikan keluarga pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Ukuran perusahaan (UK) adalah berkisar antara 20.14 sampai dengan 32.84 dengan rata-rata sebesar 27.9765 dan standar deviasi sebesar 1.70414. Tampak bahwa total aset perusahaan dengan ukuran perusahaan sebesar 20.14 yaitu PT Polychem Indonesia Tbk dan ada yang sampai dengan 27.9765 dimiliki oleh PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk. Manajemen laba (DARIT) memiliki mean atau nilai rata-rata sebesar 0.0195 dan nilai standar deviasi sebesar 0.10668. Nilai minimum manajemen laba sebesar –0.16 yaitu pada PT Jembo Cable Company Tbk. Nilai maksimum manajemen laba sebesar 0.29 yaitu pada PT Sierad Product Tbk. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini memiliki manajemen laba yang rendah karena mendekati nilai minimum. Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 238 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… Tabel 2. Uji Korelasi (pearson correlation) Model Variabel 1 Kualitas Audit (AUD) 2 Kompensasi Bonus (BON) 3 4 Kepemilikan Manajerial (MAN) Kepemilikan Institusional (INST) 5 Kepemilikan Asing (ASING) 6 Kepemilikan Keluarga (KEL) 7 Ukuran Perusahaan (UK) Variabel Manajeman Laba (DR) Manajeman Laba (DR) Manajeman Laba (DR) Manajeman Laba (DR) Manajeman Laba (DR) Manajeman Laba (DR) Manajeman Laba (DR) Sig. (2-tailed) 0,018 0,828 0,336 0,014 0,167 0,077 0,033 Kesimpulan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Hasil uji korelasi dari Tabel di atas menunjukkan variabel kualitas audit terhadap manajemen laba memiliki nilai signifikan < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi variabel kualitas audit memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Pada variabel kompensasi bonus terhadap manajemen laba memiliki nilai signifikan > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi variabel kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Pada variabel kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba memiliki nilai signifikan > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikanterhadap manajemen laba. Pada variabel kepemilikan institusional terhadap manajemen laba memiliki nilai signifikan < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dan pada variabel kepemilikan asing terhadap manajemen laba memiliki nilai signifikan > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi variabel kepemilikan asingtidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Pada variabel kepemilikan keluarga terhadap manajemen laba memiliki nilai signifikan > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi variabel kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.Pada variabel ukuran perusahaan terhadap manajemen laba memiliki nilai signifikan <0.05. Hal inimenunjukkan bahwa korelasi variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Analisis Regresi. Untuk Uji Model DR Regresi pertama diketahui untuk mencari besarnya residual dari model Discretionary Revenue (Stubben, 2010). Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil uji sinifikansi untuk model manajemen laba, variabel independen (X) dapat mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Untuk model Uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 2.135probabilitas 0.044. Probabilitas lebih kecil dari batas nilai signifikan (a = 0.05). Maka hasil regresi Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 239 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… manajemen laba bisa digunakan untuk regresi penelitian pengaruh kompensasi bonus, ukuran perusahaan, kualitas audit dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba. Tabel 3. ANOVAa Model Regression 1Residual Total Sum of Squares .161 1.455 1.616 Df Mean Square 7 135 142 .023 .011 F 2.135 Sig. .044b a. Dependent Variable: DARIT b. Predictors: (Constant), UK, MAN, INST, ASING, BON, KEL, AUD Uji Normalitas Sebagai salah satu syarat untuk melakukan uji regresi adalah data yang digunakan harus memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal. Untuk melihat hasil uji ini digunakan metode grafik dan metode Kolmogorov Smirnov (Imam Ghozali, 2010). Pertama. Metode Grafik. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plotting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal dengan dasar pengambilan keputusan jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Gambar 1. Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa variabel mengikuti garis diagonal, meskipun agak melenceng namun tetap mendekati ke garis diagonal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Untuk memperkuat pengujian tersebut maka dilakukan pengujian normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov. Kedua. Metode Kolmogorov-Smirnov. Pengambilan keputusan dilihat dari nilai signifikan (Asymp. Sig). apabila nilai signifikan lebih besar (>) dari a = 0.05, maka data terdistribusi normal (H0 diterima). Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 240 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… Tabel 4. Hasil Uji Normalitas dengan Metode Kormogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Mean Std. Deviation Absolute Most Extreme Positive Differences Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Normal Parametersa,b Unstandardized Residual 143 0E-7 .10122599 .064 .064 -.037 .761 .608 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil pengujian berdasarkan one-sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan nilai Asymp. Sig sebesar 0,608> 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai variance inflation factor (VIF) lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 5. Coefficientsa Model (Constant) AUD BON MAN 1 INST ASING KEL UK Unstandardized Coefficients B Std. Error -.292 .162 -.050 .021 -.005 .023 .021 .021 -.151 .061 -.025 .018 -.062 .035 .013 .006 Standardized Coefficients Beta -.236 -.019 .083 -.211 -.119 -.161 .204 T Sig. Collinearity Statistics Tolerance -1.800 -2.402 -.217 .966 -2.480 -1.389 -1.783 2.153 .074 .018 .828 .336 .014 .167 .077 .033 .688 .912 .901 .922 .908 .814 .745 VIF 1.453 1.096 1.110 1.085 1.101 1.228 1.343 a. Dependent Variable: DARIT Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa tolerance yang dimiliki oleh masingmasing variabel di atas 0,1 yang berarti tidak terdapat korelasi antar variabel bebas. Dan dapat dilihat pula, dari hasil perhitungan VIF, tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF > 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam model regresi. Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 241 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dilakukan menggunakan uji Durbin-Watson (DWTest). Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R .316a 1 Std. Error of the Estimate Durbin-Watson R Adjusted R Square Square .100 .053 .10382 2.087 a. Predictors: (Constant), UK, MAN, INST, ASING, BON, KEL, AUD b. Dependent Variable: DARIT Dari Tabel 6 dapat diketahui nilai Durbin-Watson sebesar 2.087. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan a = 0,05 dengan jumlah sampel sebanyak 143 perusahaan dan jumlah variabel independen (k) sebanyak 7, maka didapat nilai du = 1.6255 dan nilai dl = 1.8303. Oleh karena nilai DW 2.087 lebih besar dari batas atas (du) 1.6255 dan kurang dari batas bawah (4 – du) 2.3745, maka dapat disimpulkan bahwa tidak dapat menolak H0, yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif dan disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. Uji Hipotesis. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mencari kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 7. Hasil Uji R2 Model Summaryb Model R 1 R Square Adjusted R Square .316a .100 .053 Std. Error of the Estimate .10382 a. Predictors: (Constant), UK, MAN, INST, ASING, BON, KEL, AUD b. Dependent Variable: DARIT Dari Tabel 7 dapat diketahui besarnya adjusted R square adalah sebesar 0,053. Hasil ini berarti sebesar 5,3% variasi manajemen laba dapat dijelaskan oleh ketujuh variabel yang diteliti, yaitu ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, kompensasi bonus, kepemilikan keluarga, dan kualitas audit. Sedangkan sisanya yaitu 94.2% diterangkan oleh faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel manajemen laba. Uji Serentak dengan F-test Uji F digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 242 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… Tabel 8. Hasil Uji Statistik F ANOVAa Model Regression 1 Residual Total Sum of Squares .161 1.455 1.616 Df 7 135 142 Mean Square .023 .011 F 2.135 Sig. .044b a. Dependent Variable: DARIT b. Predictors: (Constant), UK, MAN, INST, ASING, BON, KEL, AUD Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui hasil uji ANOVA atau uji F dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar 2.135 dengan probabilitas sebesar 0.044. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi manajemen laba, atau dapat dikatakan bahwa keberadaankualitas audit, kompensasi bonus, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, kepemilikan keluarga,dan ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba. Uji Parsial dengan T-test Jika F-test bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersamasama dalam sebuah model terhadap variabel dependennya, maka uji T (T-test) ini bertujuan untuk melihat apakah setiap variabel independen signifikan dalam mempengaruhi variabel dependennya. Tabel 9. Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Model 1. (Constant) AUD BON MAN INST ASING KEL UK Unstandardized Coefficients B -.292 -.050 -.005 .021 -.151 -.025 -.062 .013 Std. Error Standardized Coefficients Beta .162 .021 .023 .021 .061 .018 .035 .006 -.236 -.019 .083 -.211 -.119 -.161 .204 T -1.800 -2.402 -.217 .966 -2.480 -1.389 -1.783 2.153 Sig. .074 .018 .828 .336 .014 .167 .077 .033 a. Dependent Variable: DARIT Tabel 9 menunjukkan bahwa kualitas audit mempunyai t hitung -2.402 dengan tingkat probability sebesar 0.018< 0.05 menunjukkan bahwa komposisi kualitas audit memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba sehingga hipotesis 1 diterima. Kompensasi bonus mempunyai t hitung –0.217 dengan tingkat probability sebesar 0.828> 0,05 menunjukkan bahwa komposisi kompensasi bonus memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap manajemen laba sehingga hipotesis 2 ditolak.b Kepemilikan manajerial mempunyai t hitung 0.966 dengan tingkat probability sebesar 0.336> 0,05 menunjukkan bahwa komposisi kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap manajemen laba sehingga hipotesis 3 ditolak. Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 243 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… Kepemilikan institusional memiliki t hitung -2.480 dengan tingkat probability 0.014< 0,05 menunjukkan bahwa komposisi kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba sehingga hipotesis 4 diterima. Kepemilikan asing memiliki t hitung -1.389 dengan tingkat probability 0,167> 0,05 menunjukkan bahwa komposisi kepemilikan asing memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap manajemen laba sehingga hipotesis 5 ditolak. Kepemilikan keluarga memiliki t hitung -1.783 dengan tingkat probability 0,077> 0,05 menunjukkan bahwa komposisi kepemilikan keluarga memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap manajemen laba sehingga hipotesis 6 ditolak. Untuk ukuran perusahaan memiliki t hitung 2.153 dengan tingkat probability 0.033> 0,05 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba sehingga hipotesis 6 diterima.Dapat disimpulkan bahwa variabel DR (manajemen laba) dipengaruhi olehkualitas audit, kepemilikan institusional,serta ukuran perusahaandengan persamaan regresi : Manajemen Laba (DR) = -0.292 – 0.050 AUD– 0.005 BON + 0.021 MAN – 0.151 INST – 0.025 ASING – 0.062 KEL + 0.13 UK Penjelasan dari persamaanregresi diatas adalah: (1) Konstanta sebesar -0.292 menyatakan bahwa apabila variabel independen = 0, maka DR (manajemen laba) = -0,292; (2) AUD memiliki koefisien bertanda negative sebesar -0,050, artinya setiap kenaikan AUD sebesar 1 kali diprediksi akan menurunkan manajemen laba sebesar 0,050 dengan asumsi semua variable bebas tidak berubah; (3) BON memiliki koefisien bertanda negative sebesar 0.005, artinya setiap kenaikan BON sebesar 1 kali diprediksi akan menurunkan manajemen laba sebesar 0,005 dengan asumsi semua variable bebas tidak berubah;(4) MAN memiliki koefisien bertanda positive sebesar 0,021, artinya setiap kenaikan MAN sebesar 1 kali diprediksi akan menaikkan manajemen laba sebesar 0,021 dengan asumsi semua variable bebas tidak berubah; (5) INST memiliki koefisien bertanda negative sebesar -0,151, artinya setiap kenaikan INST sebesar 1 kali diprediksi akan menurunkan manajemen laba sebesar 0,151 dengan asumsi semua variable bebas tidak berubah; (6) ASING memiliki koefisien bertanda negative sebesar -0,025, artinya setiap kenaikan ASING sebesar 1 kali diprediksi akan menurunkan manajemen laba sebesar 0,025 dengan asumsi semua variable bebas tidak berubah; (7) UK memiliki koefisien bertanda positive sebesar 0,013, artinya setiap kenaikan UK sebesar 1 kali diprediksi akan menaikkan manajemen laba sebesar 0,013 dengan asumsi semua variable bebas tidak berubah Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa kualitas audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama (H1) yang merupakan pengujian antara kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba diterima. Artinya kualitas auditmenurunkan kecenderungan manajemen melakukan manajemen laba. Apabila perusahaan menggunakan jasa audit bigfour maka akan terjadi kontrol yang kuat atas laporan yang dihasilkan dan akan menurunkan manajemen perusahan melakukan manajemen laba. Yang berarti bahwa kualitas auditmenurunkan kecenderungan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Jika perusahaan tidak menggunakan jasa audit Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 244 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… bigfour maka akan semakin tinggi pula peluang manajer untuk memanipulasi laporan yang seringkali hasilnya tidak sesuai dengan keadaan perusahaan sehingga merugikan stakeholder. Pengaruh Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian pengaruh variabel kompensasi yang dinyatakan dengan nilai logaritma dari kompensasi yang diperoleh dewan direksi, menunjukan bahwa nilai probabilitas kompensasi lebih besar dari nilai alfa (82,8% >5%). Hasil analisis menyatakan bahwa variabel kompensasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Santhi (2012)yang menunjukan bahwa variabel kompensasi tidak selalu menjadikan motivator bagi dewan direksi untuk melakukan manajemen laba. Besarnya kompensasi bukan merupakan motivasi utama bagi dewan direksi untuk melakukan manajemen laba. Hal ini dikarenakan sebelum melakukan manajemen laba dewan direksi harus melakukan analisa terhadap resiko yang mungkin akan dihadapinya jika melakukan manajemen laba. Tidak berpengaruhnya kompensasi terhadap tindak manajemen laba dikarenakan peluang dewan direksi untuk melakukan manajemen laba juga dimotivasi oleh pengendalian internal perusahaan. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba Hasil hipotesis 3 (H3) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap manajemen laba karena nilai koefisien kepemilikan manajerial 0.083 dan mempunyai t hitung 0.966 dengan taraf signifikansi sebesar 0.336 di atas signifikansi 0,05. Hasil penelitian tidak mendukung penelitian yang dilakukan Eddy Suranta dan Pratana Puspa Midiastuty (2005) menghasilkan kepemikan manajerial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap manajemen laba. Namun penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Gideon (2005) dan Okta (2010) yang menyatakan bahwa penerapan mekanisme kepemilikan manajerial kurang memberikan kontribusi dalam mengendalikan manajemen laba. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian terhadap hipotesis 4 (H4) menunjukkan bahwa komposisi kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien kepemilikan institusional -0.211 serta nilai t hitung sebesar -2.480 dengan nilai signifikansi 0.14, yang berarti bahwa kepemilikan isntitusi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Arah koefisien negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka manajemen laba akan cenderung kecil. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Jensen dan Meckling (1976), yang menemukan adanya pengaruh negatif signifikan. Serta penelitian yang dilakukan oleh Cornett et al. (2006) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba sehingga dapat menjadi kendala bagi perilaku oportunistik manajemen. kepemilikan institusional akan membuat manajer merasa terikat untuk memenuhi target laba dari para investor, sehingga mereka akan tetap cenderung terlibat dalam tindakan manajemen laba. Emiten yang dianalisis termasuk memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada suatu institusi yang biasanya memiliki saham yang cukup besar yang mencerminkan kekuasaan, sehingga mempunyai kemampuan untuk melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan dan mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Akibatnya manajer Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 245 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… terpaksa melakukan tindakan berupa manajemen laba untuk memenuhi keinginan pihakpihak tertentu, diantaranya pemilik. Selain itu pandangan atau konsep dari Porter (dalam Theresia 2012) juga menyatakan bahwa institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada current earnings. Akibatnya manajer terpaksa terpaksa untuk melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka pendek, misalnya dengan melakukan manipulasi laba. Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap manajemen laba perusahaan. Hasil pengujian terhadap hipotesis 5 (H5) menunjukkan bahwa kepemilikan asing menunjukkan bahwa komposisi kepemilikan asing memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisian kepemilikan asing sebesar -0.119 serta memiliki t hitung -1.389 dengan nilai signifikansi 0.167 di atas signifikasi 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Viska (2012) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan asing negatif signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan asing memiliki kelebihan karena memiliki akses yang lebih terhadap teknologi yang superior, terutama teknologi informasi untuk pengumpulan dan penilaian informasi kuantitatif sehingga dapat mengurangi praktik manajemen laba. Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap manajemen laba perusahaan. Hasil pengujian terhadap hipotesis 6 (H6) menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga menunjukkan bahwa komposisi kepemilikan keluarga memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisian kepemilikan keluarga sebesar -0.161 serta memiliki t hitung -1.783 dengan nilai signifikansi 0.077 di atas signifikasi 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga tidak berhasil membatasi praktek manajemen laba. Semakin tinggi kepemilikan keluarga maka semakin besar peluang untuk melakukan earning management. Karena kepemilikan keluarga memiliki kekuasaan yang lebih di dalam manajemen dan tidak menutup kemungkinan memanipulasi laporan keuangan, tujuannya ialah agar para investor lain bisa melihat kinerja perusahaan keluarga tersebut terlihat baik, agar bisa menambahkan modal pada perusahaan keluarga. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap manajemen laba perusahaan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif pada praktik manajemen laba. Hal ini karena ukuran perusahaan memiliki thitung sebesar 0,204dengan tingkat signifikansi 0,033. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitianAndiany (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi manajemen laba perusahaan, dimana jika manajemen laba tersebut oportunis maka semakin besar perusahaan semakin kecil manajemen laba (berhubungan negatif).Akan tetapi jika manajemen laba efisien maka semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi manajemen labanya (berhubungan positif). Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 246 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… PENUTUP Simpulan Kualitas audit berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Yang berarti kualitas audit menurunkan kecenderungan manajemen melakukan manajemen laba. Apabila perusahaan menggunakan jasa audit dari KAP bigfour maka akan terjadi kontrol yang kuat atas laporan yang dihasilkan dan akan menurunkan manajemen perusahan melakukan manajemen laba. Yang berarti bahwa kualitas audit menurunkan kecenderungan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Jika perusahaan tidak menggunakan jasa audit bigfour maka akan semakin tinggi pula peluang manajer untuk memanipulasi laporan yang seringkali hasilnya tidak sesuai dengan keadaan perusahaan sehingga merugikan stakeholder. Kompensasi bonus berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba. Yang berarti kompensasi bonus tidak selalu menjadikan motivator bagi dewan direksi untuk melakukan manajemen laba. Besarnya kompensasi bukan merupakan motivasi utama bagi dewan direksi untuk melakukan manajemen laba. Hal ini dikarenakan sebelum melakukan manajemen laba dewan direksi harus melakukan analisa terhadap resiko yang mungkin akan dihadapinya jika melakukan manajemen laba. Tidak berpengaruhnya kompensasi terhadap tindak manajemen laba dikarenakan peluang dewan direksi untuk melakukan manajemen laba juga dimotivasi oleh pengendalian internal perusahaan. Kepemilikan manajerial tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini berarti mekanisme kepemilikan manajerial gagal membatasi praktik manajemen laba yang dilakukan manajemen. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Yang berarti bahwa kepemilikan institusi berhasil membatasi praktik manajemen laba, semakin besar kepemilikan institusional perusahaan maka akan semakin kecil pula peluang untuk melakukan manajemen laba. Dan dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengawasi tindakan manajemen dibandingkan dengan investor individual. Selain itu, kepemilikan institusional juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Kepemilikan asing tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Walaupun kepemilikan asing memiliki kelebihan karena memiliki akses yang lebih terhadap teknologi yang superior, terutama teknologi informasi untuk pengumpulan dan penilaian informasi kuantitatif. Namun hal ini tidak menjamin kepemilikan asing untuk melakukan kontrol yang lebih, dan gagal membatasi praktik manajemen laba yang dilakukan manajemen. Saran Kepemilikan keluarga tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini berarti mekanisme kepemilikan keluarga memiliki kekuasaan yang lebih di dalam manajemen dan tidak menutup kemungkinan memanipulasi laporan keuangan, tujuannya ialah agar para investor lain (non keluarga) bisa melihat kinerja perusahaan keluarga tersebut terlihat baik, agar bisa menambahkan modal pada perusahaan keluarga. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, yang berarti semakin besar perusahaan maka semakin besar pula manajemen melakukan manajemen laba. Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 247 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Faisal, M. (2004) Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Penerbit Universitas Muhammadiah Malang, Malang. Anjasmoro, Mega. (2010) Adopsi International Financial Repot Standard: “Kebutuhan atau Paksaan?” Studi Kasus Pada PT Garuda Airlines Indonesia. Skripsi.UniversitasDiponegoro Anggraita,Viska. (2012) Dampak penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006) terhadap manajemen laba diperbankan: Peranan Mekanisme Corporate Governance, Struktur Kepemilikan, dan Kualitas Audit. Universitas Indonesia. Arya Sadjiarto. (2009) ”Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standarisasi”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.Vol 1, No. 2.Hal 144-161, 2009. Aryani, Etha Rizki. (2011) Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemlikan Terhadap Agency Cost, Skripsi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Chen, Ken Y., Randal J. Elder dan Yung-Ming Hsieh. (2007) Corporate Governance andEarnings Management: The Implications of Corporate Governance BestPracticePrinciples for Taiwanese Listed Companies. http:/www.ssrn.com. Chtourou, S.M., J. Bedard, and L. Courteau. (2001) Corporate Governance and EarningsManajement. http:/www.ssrn.com. Elfira, Anisa. (2014) Pengaruh Kompensasi Bonus dan Leverage terhadap Manajemen Laba. Universitas Negeri Padang Faizal. (2004) “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan MekanismeCorporate Governance”. Simposium Nasional Akuntansi VII. DenpasarBali, 2-3 Desember Ghozali, Imam. (2009) Aplikasi Analisis Multivarative Dengan Program SPSS. Edisi Keempat. Penerbit UniversitasD iponegoro. Gunarsih, T dan Hartadi, B. (2002) “Pengaruh Pengunguman PengangkatanKomisaris Independen Terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi, Vol 2, No. 2, hal. 104-120 H. M, Jogiyanto. (2000) Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi II. BPFEUGM.Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, (2009) Standar Akuntansi Keuangan Edisi Revisi 1 Juli 2009. Salemba 4. Jakarta. Immanuela, Intan. (2000) “Adopsi Penuh dan Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional”. Jurnal Ilmiah Widya Warta.Vol. 33, No. 1, Hal.69-75. Isnanta, (2008) Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja. UII: Yogyakarta. Jensen, M. and Meckling, W., (1976) “Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Cost, and Ownership Structureî”, Journal of Finance Economics 3, pp. 305-360. Jiraporn, P., G.A. Miller, S.S. Yoon dan Y.S. Kim, (2006) “Is earnings management opportunistic or beneficial? An agency theory perspective”, International Review of Financial Analysis, doi:10.1016/j.irfa.2006.10.005. Mayangsari, Sekar. (2001) “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hypotesis”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol 1, No. 3:1-26. Palestin, H. S. (2007) Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 248 Ferdiansyah: Pengaruh Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, Struktur Kepemilikaan… Palestin, Halima Shatila. (2009) Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba. Rachmawati dkk. (2006) Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. (online). Tersedia: http://muhariefeffendi. Files. Wordpress.com/2007/12/k-akpm09-sna9padang.pdf. (6 Maret 2012). Rumahorbo, Nitria. (2013) Pengaruh Penerapan Lebih Awal PSAK 50 dan 55 serta Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba. Universitas Mercu Buana. Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. (2006) “Mekanisme Corporate Governance, Koalitas Laba dan Nilai Preusan”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang. Sri Sulistyanto, (2008) ManajemenLabaTeoridan Model Empiris. Jakarta :Grasindo. Sutojo, Siswanto dan E. John Aldridge. (2008) Good Corporate Governance:Tata Kelola Perusahaan yang Sehat. PT. Damar Mulia Pustaka: Jakarta. Tarjo. (2008) “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Hal 1-45 Utami, Wiwik. (2005) “Dampak Pengungkapan Sukarela dan Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas dengan Asimetri Informasi Sebagai Variabel Intervening”. Jurnal Telaah Akuntansi dan Bisnis Vol 1 No.2, 2010 ISSN:20858752. Verawati. (2012) Pengaruh Diversifikasi Operasi, Diversifikasi Geografis, Leverage dan Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba. Universitas Dipenogoro. Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September 2014: 230-249 249