Cambridge Assessment

Abstrak: Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa angkatan 2015 Prodi Pendidikan Kimia FITK UIN Raden Fatah Palembang, banyak dari mahasiswa yang diminta oleh guru pamong untuk langsung mengajar di kelas di sekolah tempat pelaksanaan magang II. Beberapa dari mereka ada yang gugup dan tidak siap untuk langsung praktek mengajar di kelas. Hal ini dikarenakan belum adanya micro-teaching. Tanpa adanya micro teaching sebelum praktek langsung di kelas dikhawatirkan mahasiswa akan mengalami kendala baik dalam penyusunan bahan ajar ataupun kurang menguasai keterampilan dasar mengajar. Micro teaching adalah salah satu cara latihan praktek mengajar di depan kelas bagi calon guru dalam skala mikro sebelum mereka melakukan praktek mengajar di kelas sebenarnya sebagai upaya untuk pengembangan dan peningkatan profesi guru. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menganalisis pelaksanaan micro teaching calon guru kimia di FITK UIN Raden Fatah Palembang. Prosedur micro teaching dalam penelitian ini memodifikasi prosedur tipe kedua yakni prosedur micro teaching di New University of Ulster. Penelitian ini melibatkan 26 orang calon guru kimia Program Studi Pendidikan Kimia FITK UIN Raden Fatah Palembang. Berdasarkan hasil analisis praktik micro-teaching, observasi dan refleksi pertama sampai ke-enam, menunjukkan bahwa praktik micro teaching calon guru kimia di FITK UIN Raden Fatah Palembang memiliki efek yang signifikan untuk meningkatan keterampilan mengajar dan menyusun perangkat pembelajaran calon guru. Praktik micro teaching akan berjalan lancar apabila dilaksanakan dalam kelomok kecil dan ada pembagian tugas secara rinci baik sebagai supervisor, observer tertulis, observer lisan, dan siswa. Kata Kunci: Micro-Teaching, keterampilan dasar mengajar, perangkat pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), refleksi, calon guru PENDAHULUAN Pada kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Program Studi Pendidikan Kimia UIN Raden Fatah terdapat tiga program praktik lapangan bagi mahasiswa yakni magang I (praktek observasi), magang II (praktek pengalaman lapangan dasar), dan magang III (praktek pengalaman lapangan lanjut). Magang I adalah mata kuliah yang mengembangkan keterampilan mahasiswa dalam mengobservasi dan merefleksikan hasil observasi terhadap kultur lembaga, pemanfaatan sarana prasarana penunjang proses pembelajaran, serta memperkuat wawasan tentang manajemen lembaga dan praktik kepemimpinan pendidikan yang efektif. Pada magang II, mahasiswa melakukan observasi tentang pemahaman peserta didik, menelaah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada mata pelajaran kimia, dan merancang RPP dalam materi kimia. Sedangkan magang III, mahasiswa mengembangkan kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik dan professional dalam praktek mengajar yang dibimbing oleh guru pembimbing magang mata pelajaran kimia dan dosen pembimbing magang, serta melaksanakan tugas-tugas pendampingan peserta didik dan kegiatan ekstrakulikuler (Tim Penyusun dan Pengembangan Silabus Program Studi Pendidikan Kimia FITK UIN Raden Fatah Palembang, 2017: hal 46-92). Prodi pendidikan kimia UIN Raden Fatah Palembang adalah prodi baru

This study analyzes the literature syllabi of Cambridge Assessment International Education (CAIE), a highly influential international education organization that determines curricula and conducts examinations for nearly one million students annually. Although CAIE describes its syllabi as internationalized and free from cultural bias and discrimination, little research has been conducted to confirm or reject these claims. Using a framework of postcolonial feminism and postdevelopment theory, this study analyzes author representation in CAIE literature syllabi to reveal potential colonial and patriarchal dimensions. We analyze the six CAIE literature syllabi in terms of author nationality, world region, and gender. The results indicate a clear bias in favor of European male authors and a consistent underrepresentation of women authors from the Global South. Authors of the MENA region are entirely excluded from the syllabi. Women authors from Latin America are also almost entirely absent. The study concludes that CAIE literature syllabi are not sufficiently international or multicultural, but instead reflects the continued legacy of colonial relations between British education and the Global South. Since the colonial era, CAIE has continued to enact banking education at a global scale by conceiving of the Global South as lacking in literature worthy of study. In order to begin to decolonize their literature syllabi, we suggest that CAIE should draw from diverse literature throughout World Englishes, especially literature written by women authors in the Global South.