Psikologi Kognitif

Abstrak Meningkatnya usia harapan hidup penduduk di Indonesia, menyebabkan jumlah penduduk usia lanjut terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan yang sering timbul pada lansia salah satunya berupa demensia atau yang sering kita sebut dengan pikun. Demensia atau pikun adalah suatu sindroma neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti berhitung, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan sehingga mempengaruhi aktivitas sosial dan aktivitas sehari-hari. Demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik, melainkan suatu gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi otak. Angka kejadian demensia di dunia pada tahun 2019 diperkirakan terdapat 47,47 juta, diperkirakan akan meningkat menjadi 75,63 juta pada tahun 2030 dan 135,46 juta pada tahun 2050. Jumlah lansia yang mengalami demensia di dunia sebesar 30 juta jiwa dan di Indonesia sebesar 15 % dari jumlah lansianya mengalami demensia. Demensia merupakan penyebab kematian ke-4 pada lansia setelah penyakit jantung, kanker dan stroke. Kasus demensia yang terdiagnosis sering tidak mendapat penatalaksanaan yang memadai sehingga pasien tidak mencapai kualitas hidup optimal. Maka dari itu, sebaiknya kita mengenali lebih awal apa itu demensia, faktor resiko demensia, gejala-gejala demensia, dan cara pencegahannya sehingga kita dapat menunda bahkan mencegah kepikunan. Abstract The increasing life expectancy of the population in Indonesia, causes the number of elderly population continues to increase from year to year. One of the problems that often arises in the elderly one of which is dementia or what we often call senile. Dementia or senile dementia is a neurodegenerative syndrome that arises due to chronic and progressive disorders accompanied by multiple sublime functions such as arithmetic, learning capacity, language, and decision making that affect social activities and daily activities. Dementia is not a specific disease, but rather a symptom that can be caused by various disorders that affect the brain. The incidence of dementia in the world in 2019 is estimated to be 47.47 million, is expected to increase to 75.63 million in 2030 and 135.46 million in 2050. Dementia is the 4th leading cause of death in the elderly after heart disease, cancer and stroke. The number of elderly people with dementia in the world is 30 million people and in Indonesia 15% of the total population has dementia. Cases of diagnosed dementia often do not get adequate management so that patients do not achieve optimal quality of life. Therefore, we should recognize early what is dementia, risk factors of dementia, symptoms of dementia, and how to prevent it so that we can delay or even prevent senility.

Motorik halus adalah kemampuan untuk mengkoordinasi pengunaan gerakan mata dan tangan. Kegiatannya melibatkan gerakan secara halus yang melibatkan otot-otot kecil seperti mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk, menggambar, dan menulis. Hasil observasi di TK ABA Nur’aini Unit 1 Ngampilan menunjukan bahwa kemampuan motorik halus anak di kelompok A masih belum cukup berkembang sesuai harapan, perlu adanya peningkatan capaian kemampuan motorik halus anak dengan menyediakan permainan yang menarik untuk anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional dakon terhadap capaian perkembangan motorik halus anak usia dini kelompok A di TK ABA Nur’aini Unit 1 Ngampilan Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan desain One-Group Pretest- Posttest Design. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan dokumentasi. Sampel penelitian ini yaitu anak kelompok A2 dan A3 di TK ABA Nur’aini Unit 1 Ngampilan yang berjumlah 31 anak. Teknik analisis data menggunakan uji normalitas dan uji t-test dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukan ada peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui permainan tradisional dakon. Peningkatan tersebut dapat dilihat berdasarkan peningkatan nilai rata-rata hasil penelitian. Rata-rata posttest (31,23) lebih baik dibandingkan rata-rata data pretest (23,23). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan ada pengaruh dan peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok A melalui permainan tradisional dakon di TK ABA Nur’aini Unit 1 Ngampilan Yogyakarta.

Kata kunci: Motorik Halus, Permainan Tradisional Dakon

Momen yang tak terlupakan antara Emosi, motivasi, dan proses kognitif Sekali dalam hidup, saya dilumpuhkan oleh rasa takut. Waktu itu saya harus mengikuti ujian kalkulus, ketika baru menginjak tahun pertama di Perguruan Tinggi. Entah bagaimana, pokoknya saya tidak belajar. Saya masih ingat ketika saya memasuki ruang ujian di pagi hari dengan perasaan kacau balau menggalayut di hati. Padahal saya kerap mengikuti kuliah diruang itu. Tetapi, pagi itu pemandangan di luar jendela seakan-akan kosong dan ujian itu pun serasa tidak ada. Yang tampak jelas hanya.....
https://www.gunabraham.com/emosi-motivasi-dan-proses-kognitif/

Evaluasi pembelajaran atau iyang biasa kita sebut dengan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mengenai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Atau bisa disebut juga suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Dalam evaluasi pembelajaran ini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa di tingkat sekolah dasar. Dalam system pendidikan Nasional menggunakan kualifikasi hasil belajar dari Taksonomi Bloom yang secara garis besar membagi tiga ranah yaitu ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Dalam melaksanakan evaluasi hasilbelajar dituntut untuk mengevauasi secara menyeluruh terhadap peserta didik , baik dari segi pemahaman terhadap pengetahuan materi yang telah diberikan (Aspek Kognitif), maupun dari segi penghayatan (Aspek Afektif), dan pengalaman keterampilannya (Aspek Psikomotor). Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental anak (lebih mengutamakan intelektual). Ranah kognitif berhubungan dengan kemapuan berfikir termask didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensitesis, dan kemampuan mengevaluasi. Contoh hasil belajar kognitif adalah peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang pemanfaatan. Bentuk tes kognitif diantaranya tes atau pertanya lisan dikelas, plihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, jawaban atau isisan singkat, portofolio. Ranah afektif itu seperti penilaian terhadap sikap dan nilai. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti hal nya ranah kognitif karena dalam ranah ini keampuan yang diukur adalah menerima, merespon, menghargai, mengoorganisasi, karakteristik suatu nilai. Ranah afektif itu seperti konsep diri, nilai, dan moral. Ranah psikomotor

Kanak-kanak pintar cerdas memiliki perkembangan yang berbeza berbanding dengan kanak-kanak normal dari segi kognitif dan fizikal. Perbezaan tersebut dalam kalangan kanak-kanak pintar cerdas dapat diperhatikan dan dikenalpasti. Terdapat pelbagai ciri-ciri kognitif dan fizikal yang terdapat dalam kalangan kanak-kanak pintar cerdas tetapi berbeza diantara individu. Ciri-ciri yang dimiliki tersebut turut memberi kesan yang positif dan negatif kepada individu tersebut. Walaubagaimanapun, kebijaksanaan melaksanakan atau merancang program yang bersesuaian dengan ciri-ciri yang dimiliki penting supaya ciri yang memberi kesan yang negatif dapat dikurangkan atau dihapuskan. Selain itu, program untuk tingkatkan ciri-ciri yang positif juga boleh dijalankan sekiranya ciri-ciri tersebut perlu ditingkatkan atau diteruskan supaya kesan positif dapat dikecapi oleh kanak-kanak pintar cerdas. Pendekatan kognitif menekankan pada proses mental dalaman. Maklumat yang diterima diproses melalui pemilihan, perbandingan, dan penyatuan dengan maklumat lain yang sedia ada dalam ingatan. Penyatuan maklumat ini kemudianakan diubah dan disusun semula. Hasil pemikiran bergantung pada proses mental dalaman tersebut. Ahli-ahli psikologi kognitif menekankan bahawa kita bukanlah penerima rangsangan-rangsangan yang pasif. Sebaliknya, otak kita akan memproses secara aktif maklumat yang diterima dan menukarkan maklumat kepada bentuk atau kategori baru. Seseorang individu itu seharusnya memaksimumkan penggunaan minda mereka supaya mereka dapat menjadi pemikir yang aktif. Sebagai manusia yang telah dikurniakan otak untuk berfikir, kita seharusnya dapat bertindak balas degan sewajarnya apabila menerima sesuatu maklumat dan bersedia pula untuk berubah sikap jika kita dapati bahawa idea kita sebelum ini adalah salah atau negatif.

Isu utama di bidang studi kognitif telah memusat kepada cara manusia memperoleh pengetahuan. Kerja psikologis antara lain: Menggunakan rasionalisme (yang menjadi basis bagi perkembangan teori) maupun empirisme (yang menjadi basis bagi pengumpulan data); artinya, menyoroti struktur-struktur dan proses-proses kognitif sekaligus. Menekankan studi tentang pemrosesan di wilayah umum dan khusus. Mengupayakan tingkatan kontrol eksperimental yang tinggi (memberi ruang bagi penyimpulan-penyimpulan kausal lebih baik) dan tingkatan validitas ekologis yang tinggi (memberi ruang bagi penggenelralisasian temuan-temuan dengan kondisi-kondisi di luar laboratorium). Melakukan riset mendasar untuk mencari pengertian fundamental tentang kognisi dan riset terapan yang mencari pemakaian efektif kognisi dalam setting dunia nyata.

Kemampuan yang dimiliki manusia dalam mengingat dan menyimpan sesuatu kejadian atau pengalaman hidup karena adanya memori dalam otak kita. Dimana dalam memori tersebut tidak akan pernah penuh selama hidup kita. Sebagaimana di ibaratkan dalam sebuah komputer yang memiliki RAM (Random Acces Memory) yaitu sebuah penyimpanan sementara. Begitu pula dengan otak manusia yang memiliki memori jangka pendek dan jangka panjang. Bagaimanakah kita mengenali dan memahami memori kita?

Bahasa merupakan cara komunikasi yang paling sering dilakukan. Menurut Sternberg (2009) dalam bukunya Cognitive Psychology mendefinisikan Bahasa sebagai maksud-maksud yang terorganisir dari kata-kata yang dikombinasikan untuk tujuan berkomunikasi. Selanjutnya pemikiran Quinlan & Dyson (2008) memaparkan bahwa Bahasa adalah sistem simbolik yang terdiri dari konstituen (simbol dasar) dan konstituen ini diatur oleh aturan kombinasi. Disini bisa diasumsikan bahwa Bahasa mempunyai struktur atau aturan kombinasi dan simbol dasar yang disepakati sehingga berimplikasi menghasilkan arti tertentu yang dipahami oleh banyak orang.

Karya ilmiah ini ditulis untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pola asuh orang tua terhdap perkembangan kognitif anak usia 2 - 7 tahun di Gereja Toraja Jemaat Tello Batua. Adapun kesimpulan penelitian ini adalah Pertama, pola asuh orang tua sangat penting karena sangat memengaruhi perkembangan anak, maka dari itu orang tua harus memberikan pola asuh yang baik dan tepat. orang tua harus bersama-sama bertanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik anak karena anak sangat membutuhkan kedua orang tuanya.  Kedua, orang tua harus menjalankan tugas dan tanggung dalam hal mengasuh atau mendidik anak yang merupakan perintah dari Allah sehingga orang tua harus meyakini, memahami bahwa Firman Tuhan adalah pedoman yang terbaik dalam mendidik atau mengasuh anak. Ketiga, anak yang berbeda tempat tinggal dengan orang tua akan mengalami masalah dalam segala aspek perkembangannya, khususnya pada perkembangan kognitif berbeda dengan anak yang diasuh oleh orang tua yang lengkap.

Tidak semua pengalaman kita merupakan pengalaman sadar. Pernakah anda tanpa sengaja mengemudikan kendaraan anda ketempat kerja , atau kesekolah, pada akhir pekan sedangkan Anda sebenarnya berniat pergi ke tempat yang sama sekali berbeda? Pernakah Anda berjumpa seseorang yang seketika anda suka ? Pernakah Anda, tanpa disengaja, berperilaku secara bias terhadap seseorang ? Saat mengerjakan suatu ujian, pernakah Anda merasa Anda mengetahui jawabannya, namuntidak mampu merumuskan dalam kata-kata? Sebagian besar dari kita akan menjawab " ya " terhadap pertanyaan-pertanyaan diatas. Hal tersebut terjadi karena kita tidak memiliki kesadaran penuh atas semua proses pikiran yang berlangsung diotak. Lebih lanjut lagi, sejumlah proses tidak sadar, dengan usaha, dapat diarahkan dengan kendali kita. Sebgai contoh, kita dapat secara sadar mengarahkan atensi kita pada sesuatu, meskipun sebagian besar preoses atensi kita kepada sesuatu, meskipun sebagian besar proses atensi kita tetap saja berproses secara otomatis. Kami tidak menyatakan bahwa kita tidak menyadari proses mengemudi yang kita lakukan; kami mengatakan berlangsung secara otomatik.

Inteligensi merupakan kemampuan memperoleh pengetahuan, berpikir secara efektif, dan beradaptasi dengan lingkungan (Passer dan Smith, 2007). Menurut APA Dictionary of Psychology (2015) Inteligensi dijelaskan sebagai kemampuan untuk memperoleh informasi, mempelajari pengalaman, beradaptasi terhadap lingkungan, memahami dan menggunakan pemikiran dan logika dengan benar. Berdasarkan kamus Merriam-Webster, inteligensi dijelaskan sebagai kemampuan untuk memelajari dan memahami berbagai hal atau kemampuan untuk menghadapi situasi baru yang sulit. Untuk mengetahui faktor-faktor inteligensi, kita akan membahas sedikit sejarah, pembatasan topik, dan korelasi-korelasi inteligensi terhadap berbagai variabel psikologis yang ada di dalam maupun di luar individu. Teori mengenai Inteligensi pertama kali dikemukakan Francis Galton pada awal abad ke 20. Belum seperti abad ke 21 yang mengaitkan erat antara inteligensi dengan tes dan kuantifikasi, pada saat itu inteligensi dilihat sebagai kemampuan dan keahlian yang abstrak. Galton melihat inteligensi ditentukan oleh hereditas genetis, volume otak, dan ukuran tengkorak manusia. Galton beranggapan bahwa kemampuan mental terkait erat dengan efisiens sistem syaraf dan tidak memiliki relevansi sosial seperti kemampuan akademis dan kesuksesan dalam bidang-bidang lain dalam kehidupan. Anggapan Galton mengenai kemampuan mental ini menstimulasi berbagai penelitian inteligensi, termasuk Penelitian Alfred Binet. Binet merupakan seorang ilmuwan yang berkontribusi dalam Psikologi Pendidikan. Ia merupakan ilmuwan pertama yang membuat klasifikasi inteligensi berdasarkan usia dan kuantifikasi inteligensi yang saat ini kita sebut sebagai IQ. Binet melihat usia sebagai faktor dasar dari inteligensi. Setelah Binet menciptakan alat tes yang digunakan sebagai alat standarisasi dalam institusi pendidikan, seorang psikolog Amerika, bernama Lewis Terman, membawa alat tes tersebut ke Amerika dan mengadaptasinya supaya dapat digunakan di Amerika. Berkat jasanya, alat tes

Adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses mental seperti "perhatian, penggunaan bahasa, daya ingat, persepsi, pemecahan masalah ,kreativitas pola pikir". Psikologi kognitif didefinisikan sebagai studi tentang kognisi; proses-proses mental yang mendasari perilaku manusia. Ini meliputi berbagai subdisiplin termasuk memori, belajar, persepsi, dan penyelesaian masalah. 2. Tokoh Psikologi Kognitif • Jean Piaget (1896-1980) Dalam teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal. Teori ini tidak hanya diterima secara luas dalam bidang psikologi tetapi juga sangat besar pengaruhnya di bidang pendidikan. Piaget menemukan empat tahap pertumbuhan mental saat mempelajari anak-anak, terutama anaknya sendiri: tahap motor-sensoris, dari lahir hingga usia 2 tahun, saat struktur mental terfokus pada objek konkrit (nyata); tahap praoperasional, usia 2-7 tahun, saat anak-anak belajar simbol-simbol dalam bahasa, khayalan, permainan, dan mimpi; tahap operasional konkret, usia 7-11 tahun, saat anak-anak menguasai klasifikasi, relasi, angka, dan cara pikir (mengambil kesimpulan) tentang mereka; terakhir adalah tahap operasional formal, sejak usia 11 tahun, saat mereka mulai menguasai pemikiran independen dan pemikiran orang lain. 16/12/2018 2

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan rendahnya literasi dan kemampuan representasi matematis bagi siswa. Atas permasalahan tersebut peneliti memiliki tujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis peningkatan literasi dan kemampuan representasi matematis bagi siswa menggunakan metode pembelajaran dengan pendekatan Metaphorical Thinking. Metode penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif-analitik dan teknik pengumpulan data berupa studi literatur dan analisis isi sehingga data yang didapatkan akan dilakukan penelitian mendalam untuk dapat memperoleh hasil dari penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya literasi dan kemampuan representasi matematis bagi siswa memiliki pengaruh terhadap metode pembelajaran yang dilakukan. Hal ini juga akan berhubungan dengan kepercayaan diri dan penalaran bagi siswa sehingga metode pembelajaran dalam pendekatan Metaphorical Thinking menjadi salah satu pendekatan terbaik jika dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Kebangkitan tradisi kognitif dalam sejarah psikologi dapat menjadi penanda berakhirnya periode positivistik. Kegagalan positivisme logis sebagai filsafat ilmu menjelaskan beberapa keterbatasan yang lebih mendasar dari pendekatan klasik untuk kognisi. Terlepas dari perbedaan penting dalam empirisme positivisme dan kognitivisme, tanpa disadari para penganut aliran kognitivisme mewarisi sikap dan kecenderungan tertentu dari kaum positivis (Smythe, 1991).
Persamaan antara positivisme "Lingkaran Wina" dan tradisi modern kognitivisme klasik terutama terdapat dalam kesamaan prinsip dasar yang dimiliki keduanya. Baik positivisme dan kognitivisme memiliki akar dalam disiplin logika formal. Hal mendasar bagi konsepsi positivis logis tentang sains adalah gagasan tentang teori-teori ilmiah sebagai sistem aksiomatik yang ditafsirkan. Namun, sekarang ini gagasan tentang sistem formal yang ditafsirkan telah menjadi dasar bagi teori pikiran para kognitivis (Smythe, 1991).
Menurut Chow (1992) beberapa psikolog telah menemukan jejak positivisme dalam psikologi kontemporer pada berbagai level wacana yang mana hal tersebut dapat melemahkan dasar epistemologis psikologi. Namun, pada saat yang sama psikolog di berbagai bidang studi menggunakan berbagai metode penelitian. Misalnya, pengetahuan tentang proses kognitif berasal dari studi eksperimental, sehingga terdapat nada positivistik dalam psikologi kognitif (Chow, 1992).
Makalah ini disusun untuk mengetahui mengapa sisa-sisa positivistik masih dapat ditemukan dalam studi eksperimental proses kognitif sehingga hal tersebut dapat ditangani serta dapat mencegah terkikisnya dasar epistemologi psikologi.

The purpose of this study was to describe the Islamic Mental-cognitive index on risk youth. Islamic Mental-cognitive termed a structure depths of human childbirth perception, introspection, memory, creativity, imagination, conception, belief, reasoning, volition, and emotions as a unified way of thinking based on Islam, is an attempt to predict and as approaches to identify the problem and solve psychological risk youth. Six recovery centers have been chosen for this study, involving busy as 490 coaches and 128 students of a secondary school of nationality as a collection of the convoy. Background to the economic status of parents of respondents also identified and data collection is done using inquired about the accreditation forms which contains a measurement of Islamic Mental-cognitive. Data were analyzed using a mathematical formula to form the Islamic Mental-cognitive index that consists of multiple domains. Decision of the study showed an index of Islamic Mental-cognitive is at the stage of a low (score 51.56). The discovery of this study backs up one module coaching intervention and prevention against socio-psychological symptoms teens through the principles of the concept of Islamic Mental-cognitive, Islamic psychosocial and sunnah behavior. Key words : Islamic Mental-cognitive, Islamic psycho-spiritual and risk youth. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi tanpa diiringi oleh kecerdasan agama dalam konteks Islam disebut dengan kecerdasan tauhid (Tauhidic quotiens), akan membawa kerendahan budi dan adab terutama dalam kalangan remaja. Seperti kemajuan teknologi media massa, apabila tidak mendapat kawalan dapat membawa ke arah keruntuhan akhlak. Maka dalam tuntutan agama, orang yang bertanggungjawab menanamkan nilai agama tersebut adalah orang tua, masyarakat, pemimpin, dan ulama. Apabila di antara unsur-unsur masyarakat yang dimaksudkan mengabaikan dan tidak peduli pada perilaku dan akhlak remaja, maka dengan sendirinya akan terlahirlah remaja remaja yang bermasalah. (Hamzah Ya'qub 1983). Dalam konteks Malaysia dan Negara Islam sedang membangun, hal yang sangat membimbangkan adalah masalah pergaulan bebas yang mengheret kepada permasalahan besar iaitu jenayah pembunuhan dan

A. Pengertian Teori Pembelajaran Kognitif
Menurut Wundt kognitif adalah suatu proses aktif dan kreatif yang bertujian membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan di dalam memori (Divesta, 1987).
Teori belajar kognitif menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak . Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikiryang sangat kompleks (Budiningsih, 2005 : 34).