Sampah yang identik dengan bau busuk tentu membawa dampak yang negatif bagi lingkungan hidup. Misalnya bencana banjir, wabah penyakit dan mengakibatkan polusi udara. Gas yang dihasilkan oleh sampah tersebut juga berpotensi mengakibatkan... more
Sampah yang identik dengan bau busuk tentu membawa dampak yang negatif bagi lingkungan hidup. Misalnya bencana banjir, wabah penyakit dan mengakibatkan polusi udara. Gas yang dihasilkan oleh sampah tersebut juga berpotensi mengakibatkan lapisan ozon semakin menipis. Dari berbagai dampak negatif oleh sampah tersebut, ternyata terdapat sisi positifnya. Sampah merupakan sebuah potensi biomassa yang dapat dikonversi menjadi energi listrik. Fakta menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan sampah kota untuk pembangkit listrik di Indonesia sangatlah besar, total secara nasional sekitar 1.879,59MW (sumber:esdm.go.id). Sebagai contoh, potensi sampah dengan penduduk yang padat yaitu berasal dari Jakarta dan sekitarnya dibuang dan dikelola di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang. Tidak kurang dari 25 ribu meter kubik sampah kota atau setara dengan 6.000 Ton per hari sampah kota atau dalam satuan tahun diproduksi 2.190.000 ton (Hadisuwito, 2013). Pemerintah seharusnya mengupayakan pengolahan sampah secara berkelanjutan sehingga memiliki nilai tambah ekonomis. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam hal pengelolaan sampah harus memiliki landasan yang kuat. Hal tersebut dapat dilakukan meliputi (1) minimasi jumlah sampah, (2) peningkatan daur ulang sampah, (3) meningkatkan sarana transportasi dan (4) Mengubah sampah menjadi energi listrik yang berkelanjutan. Pemanfaatan sampah sebagai renewable energy merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah indonesia mengingat jumlah sampah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakat kian hari kian meningkat. Perlunya pembangunan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah sangat dibutuhkan dalam penghasilan listrik sebagai terobosan baru untuk mengurangi dampak dari sampah yang telah mejalar di lingkungan. Karya tulis ini berupa gagasan untuk merumuskan peta strategis bagaimana upaya meng-optimalkan sampah menjadi energi terbarukan alternatif mutakhir di Indonesia. Melalui gagasan ini diharapakan dapat memberikan dampak positif dan menangkal dampak negatif. Pemerintah dan masyarakat diharapkan mampu untuk saling berpartisipasi untuk mewujudkan indonesia yang bersih bebas dari sampah. Sehingga kesehatan dan kesejahteraan dapat dicapai.
Through consideration of a single play, this study examines how an Irish playwright of a later generation engages with the legacy of Beckett. Tom Murphy’s 1985 play BAILEGANGAIRE is shown to adopt certain characteristically Beckettian... more
Through consideration of a single play, this study examines how an Irish playwright of a later generation engages with the legacy of Beckett. Tom Murphy’s 1985 play BAILEGANGAIRE is shown to adopt certain characteristically Beckettian images and structures, and to situate them within a dramatic action which involves agon at several levels. The younger writer’s engagement with the older emerges through an analysis of Murphy’s agonistic readings of these Beckettian figures.
This paper examines a writing of the late William Montgomery Watt’s (1909-2006) monumental work entitled Muslim-Christian Encounters: Perceptions and Misperceptions that is related to the legacy of study of religions. The authors... more
This paper examines a writing of the late William Montgomery Watt’s (1909-2006) monumental work entitled Muslim-Christian Encounters: Perceptions and Misperceptions that is related to the legacy of study of religions. The authors emphasize on Watt’s important claim that due to Muslims’ tradition of Islamic self-sufficiency or showing no interest in studying doctrines of other religions, has led to the dearth of literatures in the field. This study employed a qualitative methodology in which the textual analysis approach was applied on Watt’s writing. The findings indicate that there are seven examples provided by Watt to strengthen his notion of Islamic self-sufficiency, each of whom has methodological flaw and opens room for criticism and improvement.
Resumo A mudança climática não pode ser desmentida. Desde que a humanidade adquiriu o conhecimento da eletricidade que tem transformado todo o seu modo de viver em seu redor. Para a produção de eletricidade recorre-se, em parte, à... more
Resumo A mudança climática não pode ser desmentida. Desde que a humanidade adquiriu o conhecimento da eletricidade que tem transformado todo o seu modo de viver em seu redor. Para a produção de eletricidade recorre-se, em parte, à combustão de materiais que libertam CO 2 e que, pela quantidade emitida, potencialmente degrada o ambiente. Noutra perspetiva, em certas zonas geográficas, o acesso à energia elétrica é escasso. É neste contexto que surge a profissão de Software Testing. Neste artigo procura-se quantificar o contributo dos testes de software no desenvolvimento de aplicações que tenham em conta um consumo energético mais reduzido. Para atingir esse objetivo é proposta e aplicada uma metodologia para a medição de consumo e é definida uma fórmula matemática para apuramento da viabilidade económica dos testes. As consequências de um software que consuma menos energia serão de três ordens: a ambiental – na redução da emissão de CO 2 ; a humana – pela possibilidade de mais pesso...