Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Report Univ - Network KLHS

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 26

ESP-Environmental Support Programme Danida

(Establishment of Jejaring perguruan tinggi to Support SEA Implementation)

PEMBENTUKAN JEJARING PERGURUAN TINGGI UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN KLHS

Penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis untuk Perencanaan Pembangunan Daerah

Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri bekerjasama dengan Danida, Pemerintah Denmark

Output Prepared by

: 2.3 : PT. Geosys Intipiranti Jl. Cikoko Timur No. 35 Jakarta Selatan : 104.Indo.1.MFS.4-1/123/070

Contract No.

Executive Summary
With the enactment of Law No. 32/2009 regarding the Protection and Management of the Environment that the Government and Local Government (provincial, district or municipality) mandat to conduct SEA in preparing and revising: (a) spatial plans (RTRW), development plans either long term plan (RPJP ) or mid-term plan (RPJM), and important or big scale sector line development plan which may creates cummulative multiplier effects and cost environmental risk as well as sustainable development risk. After all, SEA implication should produce better policies, plans, and program to ensure sustainable development mainstreaming will be achieved. As a consequence, it is crucial to have vast immediate effort for improving knowledge and skills in undertaking SEA application in Indonesia which consist of more than 500 provincials, districts, and municipalities and in addition of many focal sector line developments at national and local level. Therefore it needs to improve those government institutions and its human resource capacity. The University as a center of knowledge resource will be a strategic partner of the government in developing those knowledge and skills, as part of capacity development program, either institutional or human resources development. Therefore, DG Bangda, MoHa together with Ministry of Environment (KLH) under ESP-2 have iniciated and prioritized to build up partnership with a number of Universities at the end of 2009. This partnership which is so called University Network was formally declared in the beginning of July 2010 in Sanur Paradise Hotel, Denpasar Bali. The declaration was attended by representatives from 126 main state/private universities in Indonesia and signed by all participants and acknowledged by representatives of the Ministry of Home Affairs (MoHA) and the Ministry of Environment (MoE) as shown in the annex to this report. The declaration was made in the atmosphere of high enthusiasm and conviction which would able to provide a real contribution in developing SEA Indonesia through this network (JPTK). The declaration meeting also discussed the latest issues of development and the implementation of the mandate of Act no. 32 years in 2009 related to obligations to the formulation of the enactment SEA (development planning and RPJM/RPJP) and spatial planning (RTRW) at the national level to regions. The meeting was also agreed on work plan for 2010 and the following year 2011-2012, organization network structure and its committee, management functions, and member recruitments program at nation wide. In short, the university network will play role in supporting the development and implementation of capacity building and awareness raising on SEA in Indonesia mainly through education, research, and stakeholders/public knowledge sharing.

Daftar Isi
Executive Summary Daftar Isi Daftar Istilah I. PENDAHULUAN .. .. .. .. i ii iii 1

II. RASIONALISASI PEMBENTUKAN JEJARING PERGURUAN TINGGI

..

III. LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN JEJARING PERGURUAN TINGGI IV. RANCANGAN KEGIATAN DAN PROGRAM JEJARING PERGURUAN TINGGI

..

..........

V.

PENUTUP

..

15

ii

Daftar Istilah
BKPRD BLHD Danida Ditjen Bangda EA ESP2 IPB ITB JPTK KDN KLH KLHS KRP LSM Pilkada PR PSL Pusreg RPJP RPJM RPJPD RPJMD SDM UGM UU : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Badan Lingkungan Hidup Daerah Danish International Development Agency Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Environmental Assessment Environmental Support Program Phase Two Institut Pertanian Bogor Institut Teknologi Bandung Jejaring Perguruan Tinggi untuk KLHS Kementerian Dalam Negeri Kantor Lingkungan Hidup Kajian lingkungan Hidup Strategis Kebijakan, Rencana dan Program Lembaga Swadaya Masyarakat Pemilihan Kepala Daerah Penataan Ruang Pusat Studi Lingkungan Pusat Regional Rencana Pembangunan jangka Panjang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sumber Daya Manusia Universitas Gajah Mada Undang-undang

iii

I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Sebagai konsekuensi dari ditetapkannya KLHS dalam UU no 32 tahun 2009 menjadi wajib dalam merumuskan sampai dengan melakukan evaluasi kebijakan perencanaan pembangunan dan perencanaan penataan ruang di seluruh Indonesia maka tentunya kebutuhan untuk mampu melaksanakan amanah UU tersebut akan tinggi. Apalagi dengan adanya kebijakan pemerintah untuk merumuskan dan merevisi seluruh perencanaan pembangunan dan rencana penataan ruang pada tahun 2010 di seluruh pemerinah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Tuntutan inipun diperkuat dengan diselenggarakannya pemilihan kepada daerah (Pilkada) dibanyak daerah pada tahun 2010 ini dimana dalam kurun waktu 3 bulan kepala daerah terpilih harus sudah dapat merumuskan RPJMnya. Mengantisipasi kebutuhan yang mendesak dan banyak ini diperlukan percepatan serta perluasan layanan pendidikan-pelatihan serta penelitian untuk mengembangkan peningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam menyelenggarakan KLHS. Untuk itu diperlukan hubungan kemitraan antara pemerintah dengan lembaga pendidikan tinggi berikut staf pengajarnya. Sebagai langkah awal pada akhir tahun 2009 didukung oleh Dirjen Bangda-Kementarian Dalam Negeri dan KLH telah disepakati diantara beberapa universitas negeri dan swasta di pulau Jawa untuk membentuk dan mengembangkan jejaring universitas. Jejaring universitas ini kemudian disebut Jejaring perguruan tinggi yang utamanya untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan tentang KLHS di seluruh Indonesia dan membantu percepatan peningkatan kemampuan dan kapasitas pemerintah daerah menerapkan KLHS. 1.2. Tujuan dan Manfaat

1.2.1. Tujuan Tujuan pembentukan jejaring perguruan tinggi dalam rangka mendukung penerapan KLHS antara lain: Menyusun konsep kapasitas kelembagaan dan SDM untuk mendukung implementasi KLHS di lingkungan universitas Merumuskan pola kerjasama dan peran universitas dalam mendukung implementasi KLHS dalam perencanaan pembangunan di daerah yang bersangkutan Menyusun program pendidikan dan pelatihan KLHS Menyusun rencana kerja jejaring perguruan tinggi

1.2.2.Manfaat Manfaat ideal Manfaat ideal peran jejaring perguruan tinggi dalam penerapan KLHS di Indonesia adalah: a. Terbangunnya paradigm atau diskursus baru kajian lingkungan hidup (Environmental Assessment/EA) yang lebih tepat guna dengan konteks pembangunan Indonesia b. Terbangunannya sumber pengetahuan dari kajian lingkungan hidup sebagai bagian penting asset pembangunan Manfaat praktis Sedangkan maaft praktis keberadaan dan peran jejaring perguruan tinggi adalah sebagai berikut: a. Terbangunannya konsep dan teknis penerapan dasar KLHS b. Meningkatnya sumber daya universitas untuk percepatan peningkatan kapasitas institusi dan sumberdaya manusia pemerintah daerah untuk menerapkan KLHS dalam perencanaan pembangunan daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota c. Tersusunnya koridor tata laksana KLHS berbasis karakteristik daerah (locality) dan sesuai dengan sistem mekanisme birokrasi yang berlaku
1

d. Pengkayaan kurikulum pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, khususnya terkait dengan KLHS e. Semakin kuatnya pola kemitraan (networking) dikalangan universitas untuk pembangunan kapasitas ilmu pengetahuan tentang pembangunan lingkungan hidup dan berkelanjutan melalui pengembangan KLHS II. RASIONALISASI PEMBENTUKAN JEJARING PERGURUAN TINGGI 2.1 Kerangka Pikir

Memahami sifat dan peran KLHS yang menitikberatkan pada isu strategis pembangunan di masingmasing daerah serta interrelasi fungsionalnya dengan daerah-daerah lain yang terkait, baik dengan daerah tetangga maupun daerah lainnya tentunya termasuk lintas kepentingan sektoral maka dibutuhkan satu pandangan yang independen focus pada kepentingan keseluruhan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Mengingat KLHS adalah konsep yang relative baru maka diperlukan satu gerakan nasional untuk membangun kapasitas penyelenggaraan perumusan KRP (Kajian Rencana Program) dengan memanfaatkan instrument KLHS. Untuk itu diperlukan satu komitmen antar pemangku kepentingan dalam pembangunan untuk dapat mengakatifkan gerakan ini. Pada tahap inisial (awal) ini diperlukan terlebih dahulu membentuk dan mengaktifkan front-liner sebagai tim inti yang misi utamanya untuk membangun kondisi kesiapan penerapan KLHS dalam mekanisme KRP di seluruh daerah. Front-liner ini juga berperan sebagai insiator yang kemudian berpartisipasi aktif membangun basis kapasitas kompetensi penerapan KLHS dalam proses perumusan KRP tadi. Selain pihak pemerintah sebagai inisiator dan pelaksanaan perumusan KRP, pihak perguruan tinggi dan LSM dapat berperan aktif mengadvokasi dan memberikan percepatan pembelajaran KLHS. Masing-masing lembaga ini (perguruan tinggi dan LSM) pada dasarnya memiliki kelebihan dan kelemahan. LSM memiliki kelebihan dalam hal teknis advokasi untuk secara riel menggerakkan public (public action) namun ketrampilan ini tidak lepas dari kepentingan isu yang menjadi inti gerakan LSM yang bersangkutan. Sementara itu universitas juga mempunyai kapasitas untuk memberikan advokasi yang lebih bersifat edukasi-komunikasi selain keunggulan kemampuan kajian ilmiah yang multidisiplin. Dalam hal ini, secara ringkas dapat dikatakan LSM lebih focus pada isu khusus sementara perguruan tinggi lebih mampu menangani suatu cross-cutting issues yang bersifat lintas pengetahuan. Masing-masing juga mempunyai keunggulan jejaring yang cukup luas untuk tingkat daerah bahkan sampai dengan tingkat internasional. Namun keduanya juga dalam sejumlah catatan memiliki tingkat kemampuan manajerial merubah dari ide menjadi realita yang masih relative terbatas. Untuk hal yang terakhir ini pihak swasta lebih mempunyai pengalaman dan kapasitas yang relative lebih baik serta tangguh dibanding LSM maupun universitas. Dalam konteks membangun gerakan ini maka posisi masing-masing dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Pemerintah (pusat dan daerah): sebagai insiator dan penyelenggara b. Perguruan tinggi: sebagai mitra nara sumber bagi cross-cutting issues (melingkupi perencanaan pembangunan dan penataan ruang) dan pendukung gerakan pemantapan penerapan KLHS c. LSM: sebagai mitra nara sumber bagi specific issue dan pendukung pemantapan pentingnya KLHS d. Perusahaan swasta: sebagai mitra penyelenggaraan KLHS Sesuai dengan kondisi geografi dan kepemerintahan Indonesia maka pilihan front-liner yang utama untuk mendukung gerakan ini adalah perguruan tinggi. Di setiap ibukota provinsi terdapat perguruan tinggi negeri dan juga swasta. Hanya disebagian pulau Jawa dan Sumatera saja terdapat perguruan tinggi di tingkat kabupaten. Oleh karena itu perlu dibangun jejaring perguruan tinggi antar provinsi untuk maksud dan tujuan membangun percepatan gerakan ini. Secara fungsional dan dalam konteks gerakan tersebut maka Jejaring perguruan tinggi ini adalah satu kumpulan simpul sumber pengetahuan (Resource Knowledge Center). Mengingat roadmap pengembangan KLHS di tahap inisial ini dititik beratkan pada kapasitas KLHS untuk merumuskan KRP maka pilihan pada peran kunci universitas menjadi diutamakan. Lebih dari itu jejaring perguruan tinggi ini pada dasarnya lebih mudah dibangun mengingat sudah adanya kegiatan-kegiatan semacam ini dikalangan universitas yang tersebar diseluruh provinsi di Indonesia sehingga akan dimungkinkan kerja yang lebih efisien dan efektif.
2

Secara skematis konstruksi peran dan garis besar mekanisme kerja jejaring universitas tergambar di bawah ini:

Konstelasi Pengembangan KLHS Nasional secara Institusional dalam konteks pelaksanaan RPJP/RPJM (D) dan RTRW (D) (usulan)

Depdagri
Pelaksana
Clearing House KLHS

Conceptor

KLH

Bappeda ---------------BKPRD BPLHD BKPRD L R H P R P R P


Mendukung proses pengambilan keputusan
BKPRD: Bdn Koord. Penataan Ruang Daerah LH: Ling. Hidup RPR: Rencana Penataan Ruang PPR: Pengawasan Penataan Ruang

Mendukung pengelolaan isu dan pengelolaan LH (env. Issues and mgt. handling)

Pusat Regional

University network Resource Knowledge Center

Mendukung preningkatan kapasitas pengetahuan dan ketrampilan

Gambar 1.

Konstelasi Pengembangan KLHS Nasional secara pelaksanaan RPJP/RPJM (D) dan RTRW (D)

Institutional

dalam konteks

Penjelasan singkat ilustrasi : Rumusan RPJP/RPJM (D) dan RTRW adalah tupoksi Bappeda (dan BKPRD untuk PR) di bawah binaan Depdagri sampai menjadi Perda, termasuk dalam hal mekanisme kelembagaannya. BPLHD dapat mengajukan inisiatif dan menjadi mitra terikat dalam proses penyusunan perencanaan sampai dengan pengendalian Konsep dan operasionalisasi pelaksanaan KLHS dibangun oleh KLH, termasuk Pusat Regional (Pusreg) Universitas Network menjadi mitra sumber pengetahuan untuk peningkatan kapabilitas dan juga melakukan tracking prestasi daerah (footprint, dll) Usulan bentuk dan sifat organisasi.

2.2.

Berdasarkan kerangka pikir pembentukan Jejaring Perguruan Tinggi seperti diuraikan diatas, maka karakteristik organisasi jejaring perguruan tinggi yang akan dibentuk diusulkan sebagai berikut: a. Strukur organisasi sederhana dan fleksibel terdiri dari empat bagian yaitu Pengarah dan penasehat: Kementerian DN dan kementerian LH Koordinator dan sekretaris Anggota Partisipan atau mitra b. Kewenangan organisasi
3

Sebagai organisasi yang berbentuk Forum maka kewenangan yang dimiliki lebih ditekankan pada koordinasi melalui proses kesepakatan yang kemudian ditetapkan dalam bentuk consensus yang terdokumentir Koordinasi ini di atur dalam satu tata cara yang bersifat praktis dan efisien c. Kegiatan inti adalah Forum Komunikasi untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta; terutama melalui fasilitas elektronik (web site dan mailing list group) dan kerjasama dengan Working Group KLHS Indonesia Melalui Forum tadi didorong pembentukan kelompok peminat (Peer Group) Kajian LH dan Pembangunan Berkelanjutan di masing-masing universitas Publikasi, pelatihan dan penelitian d. Operasional Pada tahap awal secara finansioal dan keperluan sekretariat didukung oleh Danida, kementerian DN, dan Kementerian LH Dapat mandiri melalui kegiatan kerjasama publikas, penelitian, dan pelatihan atau dari sumber-sumber lain yang sah melalui pola kemitraan dengan berbagai lembaga, bain nasonal maupun internasional

III. LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN JEJARING PERGURUAN TINGGI a. Pembentukan Formasi Jejaring Perguruan Tinggi (Jejaring perguruan tinggi) untuk Mendukung KLHS

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan pertama mengenai relevansi dan perlunya pembentukan jejaring perguruan tinggi sebagai bagian dari upaya mendukung pengembangan dan peningkatan kapasitas penerapan KLHS di Indonesia, telah dilaksanakan pertemuan kedua membahas keberadaan jejaring perguruan tinggi dan proses pengembangan peran perguruan tinggi untuk penguatan manfaat KLHS di Indonesia. Pertemuan kedua ini dilaksanakan di Hotel Sanur Paradise Denpasar Bali pada tanggal 3 Juli 2010. Pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan dari 16 perguruan tinggi negeri di Indonesia membahas isu terkini perkembangan pelaksanaan amanah UU no. 32 tahun 2009 terkait dengan kewajiban ditetapkannya KLHS bagi perumusan perencanaan pembangunan (RPJP dan RPJM) dan perencanaan tata ruang (RTRW) di tingkat nasional sampai dengan daerah dan peran perguruan tinggi dalam mendukung proses penerapan KLHS ini. Selanjutnya dibahas pula organisasi untuk mengembangkan peran perguruan tinggi melalui jejaring perguruan tinggi. Dari pertemuan kedua ini dideklarasikan jejaring perguruan tinggi ini dengan nama Jejaring Perguruan Tinggi untuk KLHS (JPTK) yang ditandatangani oleh seluruh peserta perwakilan perguruan tinggi negeri tersebut di atas dan diketahui oleh perwakilan Kementerian Dalam Negeri (KDN) serta Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Deklarasi ini dibuat dalam suasana batin yang penuh antusias, semangat tinggi, serta keyakinan mampu memberikan kontribusi yang terbaik dan nyata untuk negeri ini.

b. a. b.

Nama, Keanggotaan, Sifat & Bentuk Organisasi Nama JEJARING PERGURUAN TINGGI untuk KLHS atau disingkat JPTK. Kepengurusan Kepengurusan terdiri dari Koordinator, Sekretaris, dan Representatif perguruan tinggi. Untuk sementara ini JPTK berkedudukan di kantor ESP2 lantai 2 Ged. Pertemuan Ditjen Bina Bangda Jl. Kalibata, Jakarta Selatan. JPTK telah memiliki simpul komunikasi grup milis dengan alamat jejaringptklhs@yahoogroups.com. Selanjutnya akan dikembangkan web site dan/atau melalui pengembangan fasilitas clearing house KLHS Indonesia yang dikelola dalam program ESP-DANIDA. Sebagai Koordinator dikukuhkan Soeryo Adiwibowo (IPB) dan Sekretaris adalah Triarko Nurlambang (UI), dengan masa berlaku kepengurusan yang akan ditetapkan kemudian dalam pertemuan berikutnya.
4

c. Keanggotaan Keanggotaan pada dasarnya bersifat terbuka. Individu dosen, kelompok pakar, ataupun institusi formal yang ada di perguruan tinggi (misal, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Pusat Kajian Otonomi Daerah, Pusat Pengkajian Pengembangan Pedesaan dan Wilayah); dapat menjadi anggota JPTK. Pendaftaran anggota JPTK tidak dibatasi pada periode tertentu. d. Sifat organisasi JPTK merupakan forum komunikasi untuk berbagi dan berkontribusi pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman terkait konsep serta aplikasi KLHS dalam konteks pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Organisasi ini bersifat independen, fleksibel, terbuka, dan diupayakan mandiri secara keorganisasian. e. Bentuk organisasi Bentuk organisasi jejaring dirancang sebagai organisasi yang sederhana, terbuka, praktis dan efisien. Struktur organisasi yang dirancang terdiri dari Koordinator (simpul Hub), Representative perguruan tinggi (simpul spoke), dan anggota (elemen). Bentuk organisasi ini dapat digambarkan dalam skema di bawah ini:

Bentuk Organisasi
Koordinator Ketua
Sekretaris

Representasi Universitas 1
Anggota individiu Anggota kelompok Anggota institusi

Representasi Universitas 2
Anggota individiu Anggota kelompok Anggota institusi

Representasi Universitas 3
Anggota individiu Anggota kelompok Anggota institusi

Representasi Universitas n
Anggota individiu Anggota kelompok Anggota institusi

Pertimbangan: Sederhana
Fleksibel Efisien Komunikatif

Gambar 2. Bentuk Organisasi JPTK

Berdasarkan bentuk organisasi dan kerangka kerja yang terefleksi pada skema di atas maka kemudian dapat digambarkan pola kerja jejaring perguruan tinggi berbasis kemudahan komunikasi yang dijelaskan pada bagian berikutnya. f. Modal dasar Modal dasar utama bagi organisasi jejaring adalah anggota dan pengetahuan yang dimilikinya. Pada tahap pendirian dan penguatan organisasi, kelengkapan organisasi dan aktifitas sekretariat organisasi didukung oleh KDN, KLH, dan DANIDA. Deklarasi Organisasi berdiri sejak tanggal 3 Juli 2010 di Denpasar Bali berdasarkan Deklarasi yang ditandatangani oleh 16 perwakilan perguruan tinggi negeri di Indonesia. Deklarasi yang dimaksud terlampir bersama laporan ini.
5

g.

c. Prinsip Kegiatan dan Pola Kerja Jejaring Perguruan Tinggi Prinsip Kegiatan Dalam menjalankan jejaring ini telah dirumuskan beberapa nilai prinsipil sebagai berikut Mengamalkan Tri-Darma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat Fleksibel, sederhana, terbuka, independen, menghargai segala pendapat dan pengetahuan baru baik yang merupakan tacit maupun scientific knowledge, dan dapat dipertanggungjawabkan Mampu berkembang secara mandiri untuk menjamin keberlanjutan. Pada tahap awal (inisial) jejaring ini didukung oleh KDN, KLH, dan Danida (lembaga donor dari Kerajaan Denmark) Tumbuh-kembang didasari oleh pengembangan kemitraan, baik di lingkungan nasional maupun internasional

Pola Kerja Jejaring Kerangka pola jejaring yang akan dibangun dapat dilihat pada skema berikut:

Kerangka Pola Jejaring


Koordinator/ sekretariat HUB Perguruan Tinggi Representatif Perguruan Tinggi Institusi formal
Kelompok Pakar

Individu
Catatan: Komunikasi dilakukan secara virtual (internet/web) dan pertemuan keanggotaan dapat dihimpun oleh simpul representatif perguruan tinggi

Spokes

Gambar 3. Kerangka Pola Jejaring JPTK Skema pola jejaring di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya relasi kerja jejaring ini merupakan Hub and spokes dimana simpul Koordinator/Sekretariat bersifat pusat layanan komunikasi atau traffic exchange. Sementara Representatif yang akan ada di setiap perguruan tinggi fungsinya lebih sebagai penghimpun anggota ataupun informasi terkait kegiatan KLHS di perguruan tinggi yang bersangkutan. Mengingat bahwa KLHS adalah kajian yang bersifat multi disiplin maka jejaring ini merupakan jejaring terbuka. Dengan alasan praktis dan efisiensi, komunikasi ditekankan pada komunikasi elektronik secara virtual melalui fasilitas internet, baik dalam bentuk milis maupun web site. Secara garis besar kerjasama berbasis jejaring yang dibangun di dalam JPTK dapat diilustrasikan sebagaimana terlihat di bawah ini.

Kerangka Pola Kemitraan

Gambar 4. Kerangka Pola Kemitraan JPTK

VI.

RENCANA KEGIATAN DAN PROGRAM JEJARING PERGURUAN TINGGI

Secara garis besar rencana kegiatan dan program kerja jejaring perguruan tinggi ini antara lain mencakup: Menghimpun dan desiminasi pengetahuan dan data/informasi Melakukan penelitian terkait dengan pengembangan konsep dan penerapan KLHS Mengembangan KLHS sebagai bagian dari mata ajar atau subyek kurikulum di lingkungan perguruan tinggi Kontribusi bagi pengembangan kebijakan pembangunan melalui pelaksanaan KLHS di tingkat nasional maupun daerah, termasuk ikut memberi masukan pelaksanaan KLHS dari sisi kendali mutu, Peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya penyelenggara KLHS,
7

Menumbuhkembangkan kerjasama berbasis kemitraan dengan berbagai organisasi di tingkat daerah, nasional, dan internasional. a. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan Jejaring Perguruan Tinggi

Pendekatan pelaksanaan kegiatan jejaring perguruan tinggi dalam mendukung penerapan KLHS dalam perencanaan pembangunan daerah dibagi dalam bentuk Lingkar atau Cluster, dimana Lingkar 1 mengacu kepada ekosistem wilayah Indonesia seperti dapat dilihat pada tabel (matriks) 1. Seperti disebutkan diatas, dan dari Matriks 1 dapat dilihat interaksi jejaring perguruan tinggi dan wilayah cakupan untuk masing-masing kluster. Mengingat luas dan beragamnya karakteristik permasalahan pembangunan berikut ekosistemnya maka perlu disusun suatu pola interaksi antar universitas yang disesuaikan dengan kebutuhan pemahaman lokalitas tersebut dan efektifitas kontribusinya. Adapun pembagian wilayah ini dimaksudkan untuk dapat lebih focus pada permasalahan riel di masing-masing wilayah yang bersangkutan. Pembagian wilayah ini diselaraskan dengan pembagian wilayah kerja unit kerja Pusat Regional (Pusreg) KLH sebagai mitra kerja di daerah. Untuk pola interaksi yang dimaksud dibagi atas Lingkar-1, Lingkar-2, dan Pendukung dengan lingkup tugas masing-masing sebagai berikut:

Tabel 1. Matriks Interaksi Anggota Jejaring Perguruan Tinggi dan Cakupan Wilayah Kerja
PUSAT REGIONAL
Sumatera

LINGKAR-1 Univ. Net


Univ. Indonesia DR. Rudy P. Tambunan DR. Setyo Triarko IPB DR. Suryo Adiwibowo DR. Ernan Rus a di DR. Kukuh Mur la ksono UNPAD DR. Chay Asdak PSL ITB DR Tafsir (Studi Pembangunan) .. (Progam Studi Teknik Lingkungan) DR. Buken Mar n i / Pr of . Tom my Fi rm an (Prog. Studi Planologi) UGM Prof. DR. Sudarmadji DR Tribudi Widodo (PSL/UII)

LINGKAR-2 Univ. Net


Univ. Andalas Univ. Lampung Univ. Sumatera Utara Univ. Diponegoro Univ. Brawijaya

PENDUKUNG Univ. Net dan Lembaga lainnya


Ex. IKIP LSM Konsultan Ex. IKIP LSM Konsultan Ex. IKIP LSM Konsultan Ex. IKIP LSM Konsultan

Jawa

Kalimantan

Univ. Lambung M. Univ. Tj. Pura Univ. Udayana Univ. Cendana

Bali-Nusra

Suma-Papua

Univ. Hasanudin Uni. Pa m u ra

Ex. IKIP LSM Konsultan

Lingkar-1: Mencakup pulau (ekosistem)


8

Membangun pengetahuan KLHS Indonesia (diantaranya kurikulum pelatihan) Membangun system pengendalian strategi pembangunan berbasis Pemb. Berkelanjutan Mendukung pelaksanaan KLHS dalam proses KRP pembangunan daerah Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM penyelenggara KLHS dalam proses perencanaan pembangunan (RPJP/RPJM dan RTRW), diantaranya melalui pelatihan, komunikasi-edukasi, dll Membina dan memelihara (konsolidasi rutin) dengan kelompok Lingkar-2 dan pendukung serta mitra terkait (terutama Pusreg) Lingkar-2: Mencakup DAS/ river basin (lintas provinsi atau kabupaten) Mengelola cross cutting issues LH (cumulative impact) dalam konteks lintas wilayah administrasi Mendukung pelaksanaan KLHS dalam proses KRP pembangunan daerah Mengkaji perkembangan pelaksanaan perencanaan dalam konteks KLHS Melaksanakan pelatihan dan komunikasi-edukasi Konsolidasi rutin dengan kelompok Pendukung Pendukung: Mencakup sub-DAS/ catchment area dan/atau wilayah administrasi (provinsi atau kabupaten/kota) Mengelola cross cutting issues LH yang spesifik-lokal (cumulative impact) pada satu wilayah administrasi (sub-DAS ybs) Mendukung pelaksanaan KLHS dalam proses KRP pembangunan daerah Mengkaji perkembangan pelaksanaan perencanaan dalam konteks KLHS b. Garis Besar Rencana Strategis Jejaring Perguruan Tinggi Dalam Konteks Roadmap Penerapan KLHS di Indonesia

Rencana strategis Jejaring Perguruan Tinggi disusun sebagai bagian tidak terpisahkan dari roadmap penerapan KLHS di Indonesia yang pada dasarnya dibagi kedalam beberapa phase pengembangan KLHS dan rencana besar/induk implementasi KLHS nasional, seperti diuraikan berikut ini:

Proses perkembangan penerapan KLHS sebagai isu kebijakan publik melalui 4 tahapan/fase sebagai berikut: Fase 1: Ekspektasi stakeholder mengalami perubahan (kesadaran atau keinginan akan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan semakin mendesak sehingga perlu terobosan muncul terobosan KLHS) 2007/2008 Fase 2: Aksi politik (proses legalisasi menggalang kemitraan politis interdep.)
2009/2010 ditandai/sejalan dengan momentum penyiapan serentak RPJMN/D, RTRWN/D & Pemilu

Fase 3: Gerakan formal pemerintah (pelaksanaan mandatory)


2014 dimana KLHS telah ditetapkan menjadi mandatory

pelaksanaan RPJM 2010-

Fase 4: Implementasi legal (pemerintah dan publik telah menerapkan sebagai kesadaran hukum dan kebutuhan nyata kapasitas pemerintah dan publik untuk menyelenggakan KLHS sudah mengarah mapan dan telah terbentuk menjadi public action) perumusan dan pelaksanaan RPJM 2015-2019 sudah menyatu
dengan pemikiran dan perilaku KLHS Isu kebijakan publik (pembangunan berkelanjutan) berbasis KLHS ini dikelola hingga mencapai puncaknya saat Fase ketiga dimana seluruh unsur lembaga pemerintah, baik di Pusat maupun di Daerah dan lintas sektoral telah menerapkan KLHS sebagai bagian dari proses peningkatan kualitas KRP (perkembangan isu ini ditunjukan dengan perilaku garis solid). Pada saat awal isu ini masih rendah maka beban manajemen penanganan isu ini lebih berat (seperti saat ini; perlu ekstra upaya). Sejalan dengan perilaku isu tadi maka beban manajemn akan rendah manakala seluruh unsur pemerintah dan masyarakat telah serta merta menjalankan sebagai satu kesadaran kebutuhan (beban manajemen ini ditandai dengan garis putus-putus)

Grand Strategy Pengembangan Kebijakan Publik KLHS Indonesia


Tahapan/fase efektifitas proses implementasi Kebijakan Publik/ Peraturan-Perundangan High

Phase 1:
Changing Stakeholder Expectations

Phase 2:
Political Action (legislative process)

Phase 3:
Formal Government Action
Penguatan Legalisasi KLHS (UU) Penguatan Institusionalisasi penyelenggara KLHS Komunikasi Publik Public Action Public Polcy tracking (Riset)

Phase 4:
Legal Implementation
Aktifasi Law enforcement Penguatan Institutsi Sosial Penguatan Manajemen Lokal Penyelenggara KLHS Public Action (success story) Public Polcy tracking (Riset)

Level of Stakeholder concerns

Legalisasi KLHS Pra-Capacity building (sosialisasi) melalui workshop dan pilot project Membangung Pedoman Teknis, termasuk NSPK

Legalisasi KLHS Capacity building Strategi Komunikasi Public Polcy tracking (Riset)

Program Internal KLH

Life Cycle of issues Management discretion


Low

Kerjas ama ekstern al

2008 Lintas Departemen, university network, Pemda Bilateral (Danida, GTZ, Sida, CIDA, dll) Multilateral (WB, ADB)

2009-2010
Legalisasi KLHS Capacity building

2010-2014
Penguatan legalisasi Penguatan institusi formal Komunikasi Publik Penguatan legalisasi Penguatan institusi formal Komunikasi Publik Public action Public policy tracking

2015-2019
Law enforcement Penguatan institusi sosial

Time

Legalisasi KLHS Capacity building Strategi komunikasi Capacity building Public Policy tracking

Penguatan manajemen lokal Public (institution) action Public (institution) action Public policy tracking

10

Untuk dapat mengelola isu KLHS menjadi kebijakan publik dan secara efektif menjadi aksi publik maka strategi pokok yang diterapkan berdasarkan perkembangan masing-masing fase di atas dan peran dukungan kemitraan untuk mengupayakan strategi dapat terealisir tadi adalah sebagai berikut:

Mitra

Fase 1
Persiapan proses legalisasi Pra-capacity building (proses sosialisasi dan internalisasi selektif) melalui workshop/seminar Membangun pedoman teknis KLHS dan menyiapkan NSPK/SPM (uji coba melalui pilot project)

Fase 2
Proses legalisasi Pelaksanaan capacity building(CB) pada target selektifberpengaruh Merumuskan dan menjalankan strategi komunikasi publik Melaksanakan pemantauan dan pengendalian proses pelaksanaan kebijakan publik KLHS (tracking) Meluas (sesuai Inpres) Proses legalisasi CB Komunikasi Publik Danida: proses legalisasi & sebag. CB Lainnya: CB & Kom. Publik CB Komunikasi publik tracking kebijakan

Fase 3
penguatan legalisasi (max. menjadi UU) penguatan kapasitas institusi (khususnya) pemerintah sebagai pemrakarsa KLHS lanjutan komunikasi publik mendorong aksi publik Melaksanakan tracking kebijakan publik (lesson learnt)

Fase 4
penguatan law enforcement penguatan institusi pemerintah dan sosial penguatan manajemen lokal penyelenggara KLHS (Good Environmental Governance/ GEG) penguatan aksi publik (success story) melaksanakan tracking

Lintas Departemen, university network, pemda

KLH-MoHA-Bappenas: persiapan legalisasi pra-capacity building

Seluruh dept. terkait


penguatan legalisasi penguatan kapasitas institusi pemerintah komunikasi publik Danida: penguatan legal Lainnya: CB & Kom. Publik Komunikasi Publik aksi publik tracking kebijakan

Seluruh dept. terkait law enforcement penguatan institusi pemerintah & sosial
CIDA/Danida: penguatan institusi GTZ: GEG aksi publik tracking kebijakan

Bilateral (Danida, GTZ, CIDA, SIDA, dll) Multilateral (W B, ADB, UNDP, UNEP, dll)

Danida: Seluruh program strategis ------------

c.

Program Kerja Jejaring Perguruan Tinggi 2010-2012

Program kerja jejaring Perguruan Tinggi secara garis besar dirancang menjadi 3 (tiga) tahap kegiatan PJTK, yaitu: Fase 1: Fase Pembentukan Fase 2: Fase Penguatan Kapasitas Fase 3: Fase Pengembangan Kapasitas Berdasarkan fase-fase tersebut selanjutnya dikembangkan program kerja tahun 2010 2012 sebagaimana disajikan pada Tabel 2,3 dan Tabel 4. Tabel 2. Rencana Kerja Jejaring Perguruan Tinggi Tahun 2010 Kegiatan 2010 1. Komunikasi internal di masing-masing perguruan tinggi 2. Pertemuan ke 2 (Hari 1: trainingworkshop. Hari 2: Pembahasan RPP KLHS), mengundang ASPI & BKPSL 3. Mengikuti Konsultasi Publik untuk RPP KLHS 4. Penyebar-luasan & konsolidasi internal anggota Jejaring PT untuk KLHS 5. Tim Pembahas RPP KLHS dari Jejaring PT KLHS 6. Membangun & mengoperasikan sekretariat JPKT 7. Deklarasi Jejaring kepada para pihak 8. Membangun komunikasi dengan ASPI & BKPSL 9. Penerbitan buku KLHS 10. Pembangunan milisgrup Jejaring jejaringptklhs@yahoogroups.com Waktu & Lokasi Juli - September 30 Sept-1 Yogyakarta Oktober KLH Focal Point PT Rudy, Bobby Arko Bowo & Arko Bowo & Arko Bowo selesai
11

Keterangan Masing-masing Point PT Focal

Ditentukan bersama KLH Juli - September Juli - September Selama tahun 2010 Juli Juli Nov September Juli

Tabel 3. Rencana Kerja Jejaring Perguruan Tinggi Tahun 2011 Kegiatan 2011 1. 2. Pendampingan teknis KLHS oleh anggota Jejaring di region-region tertentu Riset Pengembangan Metode dan Pendekatan KLHS Waktu & Lokasi Juli - September 30 Sept-1 Yogyakarta Oktober Perluasan keanggotaan PJTK ke UNHAS, UNPATI, UNCEN, UNS, UNSOED, UNDANA, UNSRAT, UNUD, UNHALO, UNTAD, UNILA, UNIPA, UNMUL, UNTAN, UNRI, UNSYIAH, UNPAR, UBB. Focal Point PT Rudy, Bobby Arko Bowo & Arko Bowo & Arko Bowo selesai Keterangan Masing-masing Point PT Focal

3.

Konferensi KLHS Indonesia 2011 Hari 1. Scientific Review Pendekatan & Metode KLHS. Hari 2. Pengelolaan Organisasi/Jejaring.

Ditentukan KDN, dan KLH

bersama

4. 5.

Mengoperasikan sekretariat JPKT Penyebar-luasan & konsolidasi internal anggota Jejaring PT untuk KLHS 6. Fasilitasi publikasi artikel di jurnal ilmiah internasional/nasional (minimum 2 artikel) 7. Membangun komunikasi dengan mitra KLHS a.l INKINDO, Litbang Daerah, Disaster Management, Kesbanglinmas 8. Peningkatan kapasitas (pelatihan KLHS untuk anggota Jejaring, 2 angkatan) 9. Pendampingan teknis KLHS oleh anggota Jejaring di region-region tertentu 10. Riset Pengembangan Metode dan Pendekatan KLHS

Juli - September Juli - September Selama tahun 2010 Juli Juli Nov September Juli

12

Tabel 4. Rencana Kerja Jejaring Perguruan Tinggi Tahun 2012 Kegiatan 2012 Waktu & Lokasi Keterangan Aras provinsi/ kab/ kota/desa; metode yg tepat utk aras tertentu, mis FGD/PRA/RRA

1.

Riset tentang gagasan pelibatan masyarakat dalam KLHS

2.

Riset Pengembangan Metode dan Pendekatan KLHS 3. Pertemuan ke 1, Hari 1. Scientific Review Pendekatan & Metode KLHS. Hari 2. Pengelolaan Organisasi/Jejaring. 4. Mengoperasikan sekretariat JPKT 5. Penyebar-luasan & konsolidasi internal anggota Jejaring PT untuk KLHS 6. Kerjasama dengan jejaring internasional KLHS 7. Fasilitasi publikasi artikel di jurnal ilmiah internasional/nasional (minimum 2 artikel) 8. Membangun komunikasi & kerjasama dengan DPR, DPR Provinsi/Kabupaten/Kota, DPD 9. Peningkatan kapasitas (pelatihan KLHS untuk anggota Jejaring, 2 angkatan) 10. Konferensi Internasional KLHS (mis, IAIA Conference)

13

V. Penutup Pembentukan Jejaring Perguruan Tinggi atau University Network adalah sebagai salah satu kegiatan output 2.3 Penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk perencanaan pembangunan daerah (output 2.3 SEA Applied in Local Development Plans) tahun 2010. Melalui pembentukan Jejaring Perguruan Tinggi ini diharapkan dapat membantu upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dalam penerapan KLHS sebagai salah satu usaha untuk penyempurnaan proses perencanaan pembangunan daerah dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, pendirian Jejaring Perguruan Tinggi ini ditujukan untuk membangun pusat pengkajian dan penelitian tentang KLHS, pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan berbasis lingkungan dalam merumuskan perencanaan pembangunan dan pembangunan berkelanjutan di masing-masing wilayah dimana perguruan tinggi itu berlokasi. Selain itu pembentukan Jejaring Perguruan Tinggi diharapkan dapat mendorong perguruan tinggi untuk menerapkan tridharma perguruan tinggi yang lebih terfokus di dalam mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Secara strategis jejaring perguruan tinggi ini juga menjadi salah satu aktor utama dalam gerakan penjaminan pembangunan berkelanjutan Indonesia melalui peningkatan mutu Kebijakan, Rencana, dan Program pembangunan. Mengingat pembentukan Jejaring Perguruan Tinggi baru tahap awal atau baru dideklarasikan namun besarnya antusiasme perwakilan perguruan tinggi maka sesuai dengan rencana pada tahun 2010 ini akan dilaksanakan rekrutmen anggota secara nasional dan pelatihan pengantar KLHS yang ditindaklanjuti dengan membahas serta member asupan bagi substansi RPP KLHS pada awal Oktober 2010 bekerjasama dengan pemerintah baik pusat maupun daerah khususnya di lingkungan Ditjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri dan KLH serta Bappenas. Mengingat dinamika perkembangan KLHS di Indonesia yang cukup tinggi ini, maka rencanaa strategi dan program kerja yang telah dibuat tidak tertutup untuk penyempurnaan selama masa pelaksanaan kegitan output 2.3 tahun 2010.

14

LAMPIRAN 1. DEKLARASI JEJARING PERGURUAN TINGGI UNTUK KLHS

Kami, perwakilan 12 (dua belas) perguruan tinggi di Indonesia pada tanggal 3 Juli 2010 di Denpasar, Bali, menyadari pentingnya peran perguruan tinggi dalam mendorong integrasi pertimbangan lingkungan hidup dan keberlanjutan pembangunan dalam proses formulasi kebijakan, rencana, dan program pembangunan berkomitmen untuk memajukan pengembangan ilmu, pendekatan dan metode, serta konsep-konsep dan diskursus ilmiah yang terkait dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di Indonesia. Untuk itu kami sepakat membentuk dan mengembangkan JEJARING PERGURAN TINGGI UNTUK KLHS INDONESIA (JPTKI) yang bersifat inklusif, mengutamakan pengembangan keilmuan, mendorong timbulnya wacana ilmiah baru, serta mendorong peningkatan kapasitas sedemikian rupa sehingga para anggota jejaring -- bersama-sama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan pembangunan lainnya -- mampu melahirkan kebijakan, rencana, dan program pembangunan yang berbasis pada kelestarian lingkungan hidup, mengindahkan keseimbangan, memperjuangkan keadilan, serta mendorong kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih baik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi dan melindungi berbagai inisiatif, usaha dan setiap gerak langkah kami memajukan organisasi jejaring ini.

Dideklarasikan di Denpasar, 3 Juli 2010

15

Keterangan: Seluruh peserta menandatangani deklarasi ini dan juga perwakilan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Bappenas

16

LAMPIRAN 2. DAFTAR PESERTA WORKSHOP JEJARING PERGURUAN TINGGI UNTUK KLHS 2010: List Peserta Workshop Jejaring perguruan tinggi, Sanur Paradise Hotel, 3 Juli

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

NAMA INSTITUSI Amelia Zuliyanti Siregar, S.Si, MSc Sekretaris PPLH USU Medan Dr. Tesri Maideliza, MSc Koordinator Diklat PSLH UNAND Padang Dr. Zaidan Kepala Pusat Penelitian Lingkungan UNSRI Palembang Dr. Tri Edhy Budi Soesilo, M.Si Pusat Kajian Ilmu Lingkungan FPS-Universitas Indonesia Dr. Rudy Tambunan Pasca Sarjana Studi Perkotaan UI Drs. Triarko Nurlambang, MS PPGT UI Dr. Soeryo Adiwibowo Departemen Ekologi Manusia IPB Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S PPLH Institut Pertanian Bogor Dr. Chay Asdak, M.Sc Lembaga Penelitian, Universitas Padjajaran Dr. Ir. Indra Budiman Syamwil, MSc SAPPK KK PP - Institut Teknologi Bandung Drs. Edi Santosa, SU Universitas Diponegoro Dr. Ir. Bakti Setiawan, MA PSLH Universitas Gajah Mada Dr. Ir. Widodo Brontowiyono, M.Sc Universitas Islam Indonesia Dian Saptarini, S.Si, MSc PSLH Lemlit ITS Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Universitas Udayana Ir. Mauludin Agus Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, UNLAM

Keterangan: Hadir 16 peserta dari 12 perguruan tinggi di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan

17

LAMPIRAN 3. LAPORAN KEGIATAN WORKSHOP JEJARING PERGURUAN TINGGI Laporan Pelaksanaan Kegiatan Workshop Jejaring Perguruan Tinggi Sanur Paradise Plaza Hotel, Denpasar, Bali, 3 Juli 2010 DANIDA ESP-2 SEA, Output 3.2 Applied in Local Development Plans Laporan Kegiatan Workshop 1. Susunan Acara 2. Hasil-hasil Utama Pertemuan Workshop Jejaring perguruan tinggi 3. Notulen Pertemuan 1. SUSUNAN ACARA Waktu 2 Juli 2010 14.00 dst 3 Juli 2010 09.00 09.30 09.30 10.00 10:00-10.30 10.30-13.00 13:00-14.00 14.00-16:30 16.30-17.00 4 Juli 2010 08.00-12.00 Kegiatan Hotel Sanur Paradise - Check In/Registrasi Acara Jejaring perguruan tinggi Sambutan: Kementerian Dalam Negeri Kementerian Lingkungan Hidup Penjelasan maksud dan tujuan serta konsep awal Jejaring perguruan tinggi untuk KLHS Indonesia Coffee break Diskusi bentuk, isi, kerangka dan tata laksana organisasi Pemateri/Keterangan

Direktur FPRLH Asdep Perencanaan Lingkungan Pembicara: Soeryo Adiwibowo; Moderator: Triarko Nurlambang

Partisipan: Peserta Fasilitator: Soeryo Adiwibowo dan Triarko Nurlambang Partisipan: Peserta Fasilitator: Soeryo Adiwibowo dan Triarko Nurlambang

Makan siang Diskusi rencana kerja dan kegiatan organisasi tahun 2010, 2011, dan 2012

Coffee Break dan Penutupan Checkout

2. HASIL-HASIL UTAMA WORKSHOP Hasil-hasil utama Workshop adalah sebagai berikut: 1. Mengenai Organisasi Nama: Jejaring Universitas untuk KLHS Anggota: individu, kelompok pakar dan institusi di universitas Fungsi: komunikasi, konsultatif, publikasi dan diseminasi, riset & pengembangan keilmuan, quality assurance, pelatihan & pendidikan, Core competencies: bidang keilmuan terkait KLHS, seperti ilmu lingkungan, tata ruang, sosial ekonomi, antropologi, public policy, perencanaan pembangunan wilayah, geografi, dan teknologi. Spirit: inklusif (jangan menjadi organisasi yang ekslusif) Etika organisasi: menjadikan KLHS milik publik tanpa meninggalkan nilai-nilai ilmiah. 2. Program Kerja Dalam workshop ini juga telah dirancang satu usulan kegiatan sampai dengan tahun 2012, seperti yang telah dilaporkan di atas.
18

3. NOTULEN DISKUSI Sondang (KDN) Sebagai bagian dari program pengembangan KLHS Indonesia dan kesadaran untuk peningkatan kapasitas penyelenggaraannya, peran perguruan tinggi diperlukan, khususnya pengembangan keilmuan dan ketrampilan Pertemuan ini sebagai tindak lanjut pertemuan awal Univ. Network pada akhir bulan November 2009 di Bogor. Heru (KLH) Setelah adanya UU no. 32 tahun 2009, kebutuhan untuk melaksanakan KLHS meningkat sejalan yang diamanahkan di UU tsb, khususnya terkait dengan proses perumusan RPJP, RPJM, dan RTRW Pemahaman, dan pengembangan konsep serta proses penerapan KLHS masih terbatas. Masih banyak konsep-konsep dan juga metode yang perlu dikembangkan. Sebagai contoh KLH saat ini baru dapat menyediakan pedoman teknis dalam mengkaji daya dukung dan daya tamping padahal masalah stratejik pembangunan berbasis lingkungan hidup mempunyai cakupan yang luas, kompleks, dan oleh karenanya perlu dilihat dari sudut pandang yang multi disiplin Saat ini baru disusun RPP penyelenggaraan KLHS terkait dengan UU no. 32 tahun 2009, dan untuk ini sangat diperlukan input dari berbagai sudut pandang keilmuan Diharapkan Univ. Network yang sudah dirintis sejak tahun 2009 yang lalu ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi hal-hal tersebut di atas Suryo Adiwibowo (IPB) Presentasi latar belakang, permasalahan dan perkembangan KLHS saat ini (current affairs), pemahaman perkembangan Kajian Lingkungan Hidup perguruan tinggi di Indonesia, tujuan dan manfaat jejaring perguruan tinggi untuk KLHS Indonesia, pemikiran awal tahapan pengembangan univ. network, target pertemuan jejaring perguruan tinggi ini Rudi T (UI) Clearing house. Forum pemutakhiran pendekatan & metode KLHS, supaya jangan begitu saja diaplikasikan di Indonesia segala konsep yang dikembangkan oleh Negara-negara lain pada masing-masing daerah atau kelompok Clearing house ini idealnya sebagai knowledge center yang bisa memfasilitasi distribusi pengetahuan, sampai dengan uji konsep-konsep dan metodologi KLHS yang diterapkan dalam melaksanakan kebijakan dan/atau peraturan Keterlibatan masyarakat penting Walaupun tidak ada Komisi spt AMDAL tapi harus ada quality assurance Ada impresi KLHS milik KLH atau bangda saja. Sebaiknya intansi pemerintah yang besar keterlibatannya dalam proses perumusan perencanaan pembangunan dan penataan ruang, seperti Dept. PU Komunitas ini membantu pemerintah utk operasionalisasi konsep UU No 32/2009. Bahanbahan spt ini perlu didistribusikan kepada para PT Pihak PU (Tata Ruang) perlu mulai dilibatkan. Apapun yang kita hasilkan dari komunitas ini perlu di share kepada PU. Jika direkonstruksi kan hal di atas maka konstelasi pengembangan KLHS Indonesia dapat terbagi atas lingkaran 1 sebagai instansi pemerintah inti terdiri Bappenas, KDN, KLH, dan DPU; lingkaran 2 sebagai katalisator yaitu univ. Network; dan lingkaran 3 yang terdiri dari instansi pemerintah lainnya, seperti Kemeterian Kehutanan, Perhubungan, dll. Yang juga dituntut melaksanakan KLHS

Edi (UNDIP) KLHS lebih merupakan politik lingkungan. Masukan tertulis (slide presentation) ttg Misi KLHS, Strategi untuk UNIV Networks perlu dirumuskan, sistem pengorganisasian, bentuk dan sifat pengorganisasian.
19

Apakah bentuknya Forum Komunikasi KLHS, ikatan ahli, Badan Koordinasi, atau lembaga KLHS? bagaimana keterkaitan dengan PPLH di perguruan tinggi? Struktur perlu yang tidak rigid.

Chay (UNPAD) Yang dibutuhkan untuk jejaring KLHS itu apa sesungguhnya? Kalau untuk memajukan diskursus maka bentuk organisasi beda dengan Forum. Apakah anggotanya institusional atau independent resource person. Ini perlu diperjelas. Keberlanjutan organisasi. Bagaimana bila setelah dukungan dari DANIDA berakhir? Bgaimana diagram dlm presentasi dibuat generik saja tidak dibatasi pada 3 kementerian. Keterlibatan publik. Mekanisme apa yang dapat membangun keterlibatan publik?

Widodo (UGM) Apakah jejaring perguruan tinggi itu mendampingi juga di daerah? Apakah keanggotaannya independent resource person dan/atau lembaga? Pendanaan: sampai seberapa lama DANIDA mendampingi? Teman-teman di daerah terbiasa dengan terpandu secara spesifik Keterlibatan PU Perlu melibatkan tokoh-tokoh kunci di DPR Butuh sesuatu yang konkrit hingga aparat Pemda dapat memahami.

Zaidan, UNSRI Yang perlu dibahas adalah dua hal yaitu substansi dan network KLHS bukan barang baru di dunia. KLHS sesungguhnya yg diperlukan semangat utk membangun dengan knowledge dan logik karena sudah terlalu banyak kebijakan yang dibangun tidak didasari oleh berdasarkan logika pengetahuan yang benar Sangat mendukung bila dalam KLHS knowledge dan logic dibangun.

Tesri Maideliza, UNAND Jejaring KLHS perlu diperjelas, namanya, bentuknya. Internalisasi KLHS ked alam proses kebijakan yang terpenting

Kukuh, IPB Yang perlu dibahas terbagi atas dua hal yaitu substansi dan organisasi Peraturan perundangan maju di depan sementara keilmuan dampak lingkungan di belakang Bagaimana agar para pakar yang menjadi konsultan di berbagai kementerian dapat menghasilkan unifying perception on SEA. Jangan menghasilkan pendekatan yang berbeda-beda yang membuat konstituen bingung. Perlu dipikirkan keberlanjutan organisasi

Indra, ITB Kelembagaan dirancang sebagai yang fleksibel melalui komunikasi yang baik Ada semacam kebekuan diantara bidang keilmuan perencanaan, lingkungan hidup, dan lainnya PT perlu menjadi desiminator untuk mencairkan kebekuan tadi dan perlu dicari momentum untuk membangun/memotivasi gerakan
20

Ada kecenderung perubahan di ITB dari basis positifis kea rah yang lebih terbuka dan blending terhadap humaniora, termasuk pengetahuan kebijakan Jejaring ini harus tetap bertumpu pada peran dasar perguruan tinggi Yang ditunjuk menjadi anggota jejaring KLHS sebaiknya juga bisa melunakkan hubungan atau relasi internal di perguruan tinggi. Menghasilkan tulisan-tulisan baik di jurnal maupun koran Konferensi ilmiah merupakan acara dambaan dari setiap komunitas akademik.

Prof. Suarna UNUD Bentuk organisasi dan isi KLHS, keduanya penting dipecahkan. Fokus kepada bentuk jejaring sehingga diperoleh pemahaman tentang KLHS Komunikasi merupakan hal yang penting/kunci

Amelia, USU Tak semua yang hadir adalah pemegang kebijakan. Tak salahnya kita tindak lanjuti dengan internal pihak universitas. Perlu ada legitimasi keberadaan jejaring ini di lingkungan kampus Kita jadikan embrio utk ditumbuh-kembangkan. Jangan sampai buat institusi baru selain PPLH atau PSL. Lingkar 1, 2, dan 3 seperti dalam TOR kurang tepat kenapa PT di Jawa yang jadi prioritas. Dana, bagaimana agar tidak terlalu mengikat? Bagaimana pelatihan2 untuk Pemkab, Pemprov? Jangan sampai ditinggalkan. Perlu didiskusikan

Dian, ITS Di ITS: sebenarnya undangannya kepada kepakaran atau kepada institusi? Kejelasan ini diperlukan Organisasi perlu fleksibel dan bisa menerima anggota individu, kelompok, selain organisasi Keberlanjutan: resource knowledge center rasanya lebih independen

Budi, UI Setuju dengan semua yang telah disampaikan. Kembalikan ke tridarma. Shg benar jaring KLHS harus didistribusikan kepada konstituen yang lebih luas. Prose merubah tidaklah selalu mudah Dapatkah dokumen Impact Assessment di Eropa di desiminasi ke para peserta sekarang?

Bobi, UGM Butir 1 6, BKPSL bermanfaat untuk pengembangan PSL. Sisi negatifnya: PSL menjadi konsultan AMDAL. Sehingga peran PSL tereduksi menjadi hanya konsultan AMDAL. Jangan sampai KLHS hanya jadi proyek kerjaan baru atau mainan baru dari Bapedalda atau PSLH. PT seharusnya lebih kritis terhadap instrumen2 pengelolaan LH, pendekatan dan metode2. KLHS beda dengan AMDAL dalam pengertian melibatkan orang2 public policy, fisipol, juga dengan institusi Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional UGM dimana isinya bukan orang-orang lingkungan tetapi juga fisipol dan physical planning. Bagaimana apakah inklusif atau eksklusif? Individu atau institusi? Peran a.l sosialisasi KLHS, grand strategy 5 10 tahun mendatang, think-thank, capacity building, menjadi konsultan.

21

Mauludin, UNLAM Intervensi KLHS di daerah. Pusat pengambilan keputusan masih pada Bupati. Waktu Bupati terpilih, pulau tidak boleh ditambang batubara, tetapi setelah mau pemilihan kedua maka batubara boleh ditambang. Ini permasalahan mengkontekskan KLHS dalam ranah pengambilan keputusan Bagaimana mengimplementasikan KLHS hingga tataran riil di lapangan. Sehingga KLHS bisa diarusutamakan di daerah. Selain daya dukung apa yang dapat ditelaah sebagai variabel penting dari KLHS? Standard method KLHS sesungguhnya bagaimana?

Hasil diskusi lainnya: KLHS bukan hanya menjadi domain ilmu lingkungan hidup tetapi sesuai dengan berbagai definisi KLHS yang menekankan pada orientasi pada pembangunan berkelanjutan Perlu dipikirkan menjadi independen dan mandiri, apalagi sesudah tidak lagi ada dukungan dari Danida seperti saat ini Jejaring ditumbuhkembangkan secara bertahap Harus ada deklarasi berdirinya jejaring ini sebagai tonggak resmi Jejaring ini dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah dan masyarakat Anggota bisa menjadi konsultan sebagai bagian dukungan terhadap pelaksanaan KLHS di daerahnya masing-masing atau bisa juga untuk daerah lainnya Organisasi ini pada dasarnya milik public Sebagai media komunikasi anggota ditahap awal ini dibuat milis dengan nama jejaringptklhs@yahoogroups.com Mengukuhkan Soeryo Adiwibowo (IPB) sebagai koordinator dibantu Triarko Nurlambang (UI) dan masing-masing peserta sebagai representasi jejaring di lingkungan kampusnya dan daerahnya masing-masing (tingkat propinsi) Selain dari hasil workshop di atas, masing-masing para peserta juga menyampaikan minimal 2 lembar pemikirannya terhadap keberadaan jejaring, dan manfaat serta upaya menjalankan berikut harapan hasil kontribusi dari jejaring ini. Pemikiran-pemikiran tersebut dijadikan sebagai bagian dari bahan penulisan Laporan Pembentukan Jejaring Perguruan Tinggi untuk KLHS.

22

You might also like