Sumarsono, Syaiful Anwar, Susilo Budiyanto, D. W. Widjajanto
Sumarsono, Syaiful Anwar, Susilo Budiyanto, D. W. Widjajanto
Sumarsono, Syaiful Anwar, Susilo Budiyanto, D. W. Widjajanto
melemah, unsur hara mikro mudah tercuci dan daya mengikat air menurun. Pada tanah
dengan kandungan C organik rendah menyebabkan kebutuhan pemupukan nitrogen
makin meningkat dengan efisiensi yang merosot akibat tingginya tingkat pencucian.
Masalah penurunan kandungan bahan organik tanah diketahui menyebabkan
kemerosotan kesuburan tanah sehingga mengakibatkan lebih lanjut terhadap kebutuhan
pupuk buatan yang semakin meningkat (Aphani, 2001). Manajemen terhadap
kandungan bahan organik ini adalah salah tujuan dalam praktek pertanian organik
(Mashima, et al., 1999). Penerapan pupuk organik seperti biokom dan bio guano
super meningkatkan penampilan tanaman padi. Penggunaan biokom pada padi di
Wonogiri meningkat dari 6.0 menjadi 8.5 ton ha-1, di Karang Anyar produksi padi
meningkat dari 5.0 menjadi 8.3 ton ha-1 (Widjajanto dan Miyauchi, 2002).
Bahan organik seperti limbah tanaman, pupuk hijau dan kotoran ternak dalam
sistem tanah-tanaman dapat memperbaiki struktur tanah dan membantu perkembangan
mokroorganisme tanah (Yaacob et al., 1980; Kerley et al., 1996; Matsushita et al.,
2000; Widjajanto et al., 2001; 2002; 2003). Kondisi ini sebagai awal mula proses
transformasi N secara biologis dalam tanah dan, menghasilkan konversi bentuk N
organik menjadi bentuk an organik yang tersedia bagi tanaman.
Kelebihan suatu unsur pada media tumbuh tanaman dapat mengganggu
pertumbuhan melalui : kompetisi dengan unsur esensial lain dalam penyerapan,
menonaktifkan enzim, mengantikan unsur-unsur esensial dari tempat berfungsinya atau
mengubah struktur air (Marschner, 1986). Oleh karena itu agar tanaman toleran
terhadap kelebihan NaCl pada media tumbuhnya, harus mengurangi absorbsi ion Na
dan atau ion Cl oleh akar atau mempunyai berbagai cara menetralkan (buffer) pengaruh
NaCl dilingkungan perakaran atau setelah diserap tanaman.
Morfologi dan fisiologi toksisitas cekaman NaCl pada tanaman tampak pada
reduksi pertumbuhan akar (Kusmiyati et al., 2000), penurunan serapan unsur hara
(Sopandie, 1990 dan Kusmiyati et al 2000), dan perubaan struktur tanaman seperti
reduksi ukuran daun dan jumlah stomata, penebalan kutikula daun dan terbentuknya
lapisan lilin pada permukaan daun serta lignifikasi akar yang lebih awal (Harjadi dan
Yahya, 1988).
Pupuk organik ternak sebagai pupuk kandang, mempunyai pengaruh
meningkatkan produksi tanaman lamtoro (Sumarsono, 1997; Dewi, Widjayanto dan
Sumarsono, 1998; Haswanto, Sumarsono dan Purbayanti, 1998), juga pada
pertanaman campuran setaria dan Sentro (Sumarsono, 1983, 2001). Rumput gajah dan
kolonjono mempunyai toleransi yang cukup baik terhadap tanah salin (Anwar, Karno,
Kusmiyati dan Sumarsono, 2003). Perbaikan lingkungan tumbuh tanaman rumput
pakan yang telah dicoba dengan peningkatan kandungan bahan organik tanah pada
salin, menunjukkan kandungan C organik 4,5 % pada percobaan pot menunjukkan
hasil terbaik (Sumarsono, Anwar dan Budianto 2005).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanah salin di kelurahan Jrakah Kecamatan Tugu
Kota Semarang, dengan menggunakan tanaman rumput gajah dan rumput kolonjono,
pupuk organik berasal dari pupuk kandang kambing, pupuk buatan urea, SP36 dan
KCl. Analisis nitrogen dan aktivitas nitrat reduktasi dilakukan di Laboratorium Ilmu
Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Percobaan seri 2 x 4 dua jenis rumput pakan yaitu rumput gajah poliploid (R1),
rumput kolonjono poliploid (R2), masing-masing menerima 4 perlakuan pemupukan
dalam rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 ulangan. Perlakuan 4 level pupuk,
adalah sebagai berikut : Kontrol, tanpa pupuk (T0); Diberi pupuk nitrogen 30 kg
N/ha (T1); Diberi pupuk nitrogen 60 kg N/ha (T2); Diberi pupuk organik sampai 4,0
Komponen
N
P
K
C-Organik
Bahan Organik
Tanah
0,20 %
7,84 ppm
0,29 me/100 g
3,29 %
5,67 %
Pupuk Organik
1,75 %
2,30 %
2,36 %
25,82 %
44,52 %
Tabel 1 memperlihatkan bahwa menurut kriteria sifat kimia tanah LPT Bogor
(1983), kandungan N dalam katagori rendah, P juga dalam katagori sangat rendah,
sedangkan K dalam katagori rendah. Kandungan C-organik dalam katagori sedang
dan nisbah C/N dalam katagori sedang. Berdasarkan kondisi analisis kimia tanah
tersebut di atas maka kesuburan tanah masih perlu ditingkatkan untuk memperbaiki
pertumbuhan tanaman. Pupuk organik asal kambing yang digunakan mempunyai
kandungan N, P dan K yang tinggi serta mempunyai nisbah C/N yang baik.
Kandungan C-organik 25,82 %. Khusus perlakuan T3 diberikan pupuk organik sampai
setara kandungan 4,5 % C-organik tanah, sehingga diperlukan penambahan 1,21 % Corganik, yaitu setara dengan dengan penggunaan 63,43 ton/ha pupuk organik kotoran
ternak kambing yang digunakan.
Data hasil penelitian pengamatan biomasa hijauan, serapan nitrogen dan
aktivitas nitrat reduktase rumput gajah dan rumput kolonjono dapat dilihat pada Tabel
2 berikut ini.
Tabel 2. Hasil pengamatan biomasa hijauan, serapan nitrogen dan aktivitas
nitrat reduktse rumput gajah dan rumput kolonjono
Perlakuan
Biomasa
Hijauan
(kg/m2)
Serapan
Nitrogen
(g/ m2)
Efisiensi
Serapan
(%)
Aktivitas Nitrat
Reduktase
Rumput Gajah
T0
T1
T2
T3
1,91b
1,92b
1,96ab
2,71a
27,51b
29,98b
30,58b
58,29a
1,00
1,09
1,11
2,19
0,510b
0,540b
0,556ab
0,611a
Rumput Kolonjono
T0
T1
T2
T3
1,81b
1,90b
2,03ab
2.12a
22,97c
34,51b
36,45b
44,18a
1,00
1,50
1,59
1,92
0,481b
0,536b
0,455ab
0,623a
Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing jenis rumput dalam
kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % UJBD
Tabel 2 menunjukkan biomasa hijauan, serapan nitrogen dan aktivitas nitrat
reduktse rumput gajah dan rumput kolonjono memperlihatkan keragaman, baik di
antara jenis rumput maupun di antara macam pemupukan. Biomasa hijauan dan
aktivitas nitrat reduktase nyata (P<0,05) dipengaruhi pemupukan tetapi pengaruh
interaksi tidak nyata dengan jenis rumput. Rumput gajah mempunyai biomasa hijauan,
serapan nitrogen dan aktivitas nitrat reduktse lebih tinggi dibanding rumput kolonjono
pada semua macam pemupukan yang sama. Baik rumput gajah maupun rumput
kolonjono menunjukkan bahwa, perlakuan pupuk organik (T3) menghasilkan biomasa
hijauan dan aktivitas nitrat reduktase yang nyata (P<0,05) lebih tinggi dibanding tanpa
pemupukan (T0) dan pemupukan 30 kg N/ha (T1), tetapi tidak berbeda nyata
dibanding pemupukan 60 kg N/ha.(T2)
Serapan nitrogen nyata (P<0,05) dipengaruhi pemupukan dan pengaruh interaksi
dengan jenis rumput. Baik rumput gajah maupun rumput kolonjono menunjukkan
bahwa, perlakuan pupuk organik (T3) menghasilkan serapan nitrogen yang nyata
(P<0,05) lebih tinggi dibanding tanpa pemupukan (T0) dan pemupukan 30 kg N/ha
(T1), dan pemupukan 60 kg N/ha.(T2). Efisiensi serapan nitrogen pupuk organik
mencapai 2,19 pada rumput gajah dan 1,95 pada rumput kolonjono dibanding tanpa
pemupukan.
Sumarsono. 1983. Pengaruh Pupuk TSP, Pupuk Kandang dan Interval Pemotongan
terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan Pertanaman Campuran Setaria
splendida Staft dan Centrosema pubescens Benth. Thesis S2 Fakultas Pasca
Sarjana IPB., Bogor.
Sumarsono. 1997. Simbiotik bakteri rhizobium tanaman legum lamtoro pada dua jenis
tanah dengan peningkat kesuburan pupuk kandang. Prosiding Seminar INMT
AINI., Bogor.
Sumarsono. 2001. Hasil hijauan setaria (Setaria splendida Staft) dalam pertanaman
campuran dengan sentro (Centrosema pubescens) yang menerima pupuk fosfat
dan kotoran ternak. J. Pengemb. Pet. Trop. Special Ed.: 129-136.
Sumarsono, S. Anwar dan S. Budiyanto. 2005. Peranan Pupuk Organik Untuk
Keberhasilan Pertumbuhan Tanaman Pakan Rumput Poliploid Pada Tanah
Masam dan Salin. Laporan Penelitian. Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan UNDIP, Semarang.
Widjajanto, D.W., Honmura, T., Matsushita, K., and Miyauchi, N. 2001. Studies on
the release of N from water hyacinth incorporated into soil-crop systems using
15
N-labeling techniques. Pak. J. Biol. Sci., 4 (9): 1075-1077
Widjajanto, D.W., and Miyauchi, N. 2002. Organic farming and its prospect in
Indonesia. Bull. Fac. Agric. Kagoshima Univ., 52: 5762
Widjajanto, D.W., Honmura, T., and Miyauchi, N. 2002. Nitrogen release from green
manure of water hyacinth in rice cropping systems. Pak. J. Biol. Sci., 5 (7):
740-743
Widjajanto, D.W., Honmura, T., and Miyauchi, N. 2003. Possible Utilization of Water
Hyacinth (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms), an Aquatic Weed, as Green
Manure in Vegetables Cropping Systems.Jap.J.Trop Agric.,47(1):27-33
Yaacob, O. and Blair, G.J. 1980. Mineralisation of 15N-labelled legume residues in
soils with different nitrogen contents and its uptake by rhodes grass. Plant and
Soil 57: 237-248.