Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Sumarsono, Syaiful Anwar, Susilo Budiyanto, D. W. Widjajanto

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 6

NITROGEN UPTAKE EFICIENCY AND NITRATE REDUCTASE ACTIVITY ON

ELEPHANT AND KOLONJONO GRASSES WITH DIFFFERENT COMPOSITION


OF UREA AND ORGANIC FERTILIZER IN SALINE SOIL
Sumarsono, Syaiful Anwar, Susilo Budiyanto, D. W. Widjajanto
Faculty of Animal Agriculture , Diponegoro University, Semarang
ABSTRAK
Experiment was aimed to investigate the effect of different composition of urea and
oranic fertilizer on the nitrogen uptake efficiency (NUE) and nitrate reductase activity
(NRA) of Elephant and Kolonjono grasses in saline soil. It was conducted in the aline
soil of Jerakah, Semarang City from June to June to September 2005. Analysis was
carried out in the Forage Crp Science Laboratory, Faculty of Animal Agriculture,
Diponegoro University, Semarang. Elephant and Kolonjono grasses, urea and organic
fertilizer, and saline soil were used throughout the experiment. Completely
randomized design in series experiment (4 x 2), with 3 replication was used to arrange
the experiment. The first factor consists of fertilizer (control/no added fertilizer, T0;
added urea 30 kg N ha-1, T1; added urea 60 kg N ha-1, T2; added organic fertilizer
equally to 1,21 C-Organic, T3). The second factors were kinds of grasses (Elephant
grass, R1; Kolonjono grass, R2). It was resulted that there were significantly
differences on the two parameters (NUE and NRA) of Elephant and Kolonjono grasses
in the saline soil. The organic fertilizer increased both the NUE and NRA on Elephant
and Kolonjono grasses compared to that of urea fertilizer.
Key words : elepant and kolonjono grasses, organic fertilizer, saline soil, urea.
PENDAHULUAN
Di masa-masa mendatang lahan-lahan ekstensifikasi pertanian termasuk
budidaya tanaman pakan dihadapkan kepada masalah pemanfaatan lahan marjinal
seperti tanah masam dan tanah salin. Ekstensifikasi tanah salin mempunyai potensi
yang besar karena Indonesia merupakan Negara pulau yang mempunyai garis pantai
yang panjang. Dari aspek budidaya terdapat dua pendekatan yaitu seleksi jenis tanaman
toleran terhadap cekaman lingkungan dan manipulasi lingkungan produksi untuk
meniadakan cekaman lingkungan.
Cekaman salinitas sering terjadi sebagai akibat akumulasi garam sebagai akibat
deposit garam asal bahan induk, intrusi air laut, atau evaporasi yang tinggi dengan
curah hujan yang rendah. Bentuk garam yang dominant pada cekaman salinitas seperti
ini pada umumnya adalah Natrium Klorida (NaCl). Pada lahan-lahan pantai sering
memunculkan tanah-tanah salin sebagai akumulasi garam akibat kekeringan pada
musim kemarau. Bahan organik di dalam tanah dapat berperan sumber unsur hara,
memelihara kelembaban tanah, sebagai buffer dengan mengkhelat unsur-unsur
penyebab salinitas sehingga dapat meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara
(Buckman dan Brady, 1982).
Kandungan bahan organik di kebanyakan tanah saat ini terdapat indikasi
semakin merosot. Sekitar 80 % lahan kandungan C organik tanahnya kurang dari 1 %
(Aphani, 2001), apalagi pada lahan-lahan kering. Kandungan C organik kurang dari 1
% menyebabkan tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup, disamping
itu unsur hara yang diberikan melalui pupuk tidak mampu dipegang oleh komponen
tanah sehingga mudah tercuci, kapasitas tukar kation menurun, agregasi tanah

melemah, unsur hara mikro mudah tercuci dan daya mengikat air menurun. Pada tanah
dengan kandungan C organik rendah menyebabkan kebutuhan pemupukan nitrogen
makin meningkat dengan efisiensi yang merosot akibat tingginya tingkat pencucian.
Masalah penurunan kandungan bahan organik tanah diketahui menyebabkan
kemerosotan kesuburan tanah sehingga mengakibatkan lebih lanjut terhadap kebutuhan
pupuk buatan yang semakin meningkat (Aphani, 2001). Manajemen terhadap
kandungan bahan organik ini adalah salah tujuan dalam praktek pertanian organik
(Mashima, et al., 1999). Penerapan pupuk organik seperti biokom dan bio guano
super meningkatkan penampilan tanaman padi. Penggunaan biokom pada padi di
Wonogiri meningkat dari 6.0 menjadi 8.5 ton ha-1, di Karang Anyar produksi padi
meningkat dari 5.0 menjadi 8.3 ton ha-1 (Widjajanto dan Miyauchi, 2002).
Bahan organik seperti limbah tanaman, pupuk hijau dan kotoran ternak dalam
sistem tanah-tanaman dapat memperbaiki struktur tanah dan membantu perkembangan
mokroorganisme tanah (Yaacob et al., 1980; Kerley et al., 1996; Matsushita et al.,
2000; Widjajanto et al., 2001; 2002; 2003). Kondisi ini sebagai awal mula proses
transformasi N secara biologis dalam tanah dan, menghasilkan konversi bentuk N
organik menjadi bentuk an organik yang tersedia bagi tanaman.
Kelebihan suatu unsur pada media tumbuh tanaman dapat mengganggu
pertumbuhan melalui : kompetisi dengan unsur esensial lain dalam penyerapan,
menonaktifkan enzim, mengantikan unsur-unsur esensial dari tempat berfungsinya atau
mengubah struktur air (Marschner, 1986). Oleh karena itu agar tanaman toleran
terhadap kelebihan NaCl pada media tumbuhnya, harus mengurangi absorbsi ion Na
dan atau ion Cl oleh akar atau mempunyai berbagai cara menetralkan (buffer) pengaruh
NaCl dilingkungan perakaran atau setelah diserap tanaman.
Morfologi dan fisiologi toksisitas cekaman NaCl pada tanaman tampak pada
reduksi pertumbuhan akar (Kusmiyati et al., 2000), penurunan serapan unsur hara
(Sopandie, 1990 dan Kusmiyati et al 2000), dan perubaan struktur tanaman seperti
reduksi ukuran daun dan jumlah stomata, penebalan kutikula daun dan terbentuknya
lapisan lilin pada permukaan daun serta lignifikasi akar yang lebih awal (Harjadi dan
Yahya, 1988).
Pupuk organik ternak sebagai pupuk kandang, mempunyai pengaruh
meningkatkan produksi tanaman lamtoro (Sumarsono, 1997; Dewi, Widjayanto dan
Sumarsono, 1998; Haswanto, Sumarsono dan Purbayanti, 1998), juga pada
pertanaman campuran setaria dan Sentro (Sumarsono, 1983, 2001). Rumput gajah dan
kolonjono mempunyai toleransi yang cukup baik terhadap tanah salin (Anwar, Karno,
Kusmiyati dan Sumarsono, 2003). Perbaikan lingkungan tumbuh tanaman rumput
pakan yang telah dicoba dengan peningkatan kandungan bahan organik tanah pada
salin, menunjukkan kandungan C organik 4,5 % pada percobaan pot menunjukkan
hasil terbaik (Sumarsono, Anwar dan Budianto 2005).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanah salin di kelurahan Jrakah Kecamatan Tugu
Kota Semarang, dengan menggunakan tanaman rumput gajah dan rumput kolonjono,
pupuk organik berasal dari pupuk kandang kambing, pupuk buatan urea, SP36 dan
KCl. Analisis nitrogen dan aktivitas nitrat reduktasi dilakukan di Laboratorium Ilmu
Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Percobaan seri 2 x 4 dua jenis rumput pakan yaitu rumput gajah poliploid (R1),
rumput kolonjono poliploid (R2), masing-masing menerima 4 perlakuan pemupukan
dalam rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 ulangan. Perlakuan 4 level pupuk,
adalah sebagai berikut : Kontrol, tanpa pupuk (T0); Diberi pupuk nitrogen 30 kg
N/ha (T1); Diberi pupuk nitrogen 60 kg N/ha (T2); Diberi pupuk organik sampai 4,0

% C organik tanah (T3)


Pengamatan dilakukan terhadap kondisi awal kandungan hara nutrisi N, P, K dan
C analisis tanah awal dan bahan komposit pupuk organik kotoran ternak kambing.
Disiapkan 24 petak percobaan seluas 3 x 4 m2 sebanyak yang diperlukan sesuai
dengan perlakuan dan ulangannya yang selanjutnya dikondisikan siap tanam. Pupuk
dasar P dan K diberikan dengan dosis 150 kg P2O5/ha dan 150 kg K2O/ha. Pupuk
nitrogen dosis rendah yaitu 30 kg N/ha diberikan sebagai starter pertumbuhan awal
sampai potong paksa. Pupuk organik ternak yang telah siap pakai kemudian dicampur
rata dengan tanah pada petak percobaan yang sesuai. Digunakan stek sebagai bahan
tanam rumput pakan
yang digunakan dengan jarak tanam 60 x 90 cm. Tanaman
dibiarkan tumbuh sampai potong paksa umur 30 hari setelah tanam tergantung kondisi
tanaman. Pengamatan dilakukan setelah pertumbuhan kembali sampai defoliasi umur
40 hari.
Data yang dikumpulkan adalah biomasa hijauan, serapan nitrogen (N), dan
aktivitas nitrat reduktase. Data yang diperoleh diolah secara statistik menurut prosedur
analisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Uji Wilayah Ganda Duncan
digunakan untuk pembandingan nilai tengah antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis meliputi kandungan N, P, K, C-oganik dan bahan organik tanah di
lokasi penelitian dan pupuk organik asal ternak kambing dapat dilihat pada Tabel 1
berikut ini.
Tabel 1. Hasil Analisis Tanah dan Pupuk Organik
No
1.
2.
3.
4.
5.

Komponen
N
P
K
C-Organik
Bahan Organik

Tanah
0,20 %
7,84 ppm
0,29 me/100 g
3,29 %
5,67 %

Pupuk Organik
1,75 %
2,30 %
2,36 %
25,82 %
44,52 %

Tabel 1 memperlihatkan bahwa menurut kriteria sifat kimia tanah LPT Bogor
(1983), kandungan N dalam katagori rendah, P juga dalam katagori sangat rendah,
sedangkan K dalam katagori rendah. Kandungan C-organik dalam katagori sedang
dan nisbah C/N dalam katagori sedang. Berdasarkan kondisi analisis kimia tanah
tersebut di atas maka kesuburan tanah masih perlu ditingkatkan untuk memperbaiki
pertumbuhan tanaman. Pupuk organik asal kambing yang digunakan mempunyai
kandungan N, P dan K yang tinggi serta mempunyai nisbah C/N yang baik.
Kandungan C-organik 25,82 %. Khusus perlakuan T3 diberikan pupuk organik sampai
setara kandungan 4,5 % C-organik tanah, sehingga diperlukan penambahan 1,21 % Corganik, yaitu setara dengan dengan penggunaan 63,43 ton/ha pupuk organik kotoran
ternak kambing yang digunakan.
Data hasil penelitian pengamatan biomasa hijauan, serapan nitrogen dan
aktivitas nitrat reduktase rumput gajah dan rumput kolonjono dapat dilihat pada Tabel
2 berikut ini.
Tabel 2. Hasil pengamatan biomasa hijauan, serapan nitrogen dan aktivitas
nitrat reduktse rumput gajah dan rumput kolonjono

Perlakuan

Biomasa
Hijauan
(kg/m2)

Serapan
Nitrogen
(g/ m2)

Efisiensi
Serapan
(%)

Aktivitas Nitrat
Reduktase

Rumput Gajah
T0
T1
T2
T3

1,91b
1,92b
1,96ab
2,71a

27,51b
29,98b
30,58b
58,29a

1,00
1,09
1,11
2,19

0,510b
0,540b
0,556ab
0,611a

Rumput Kolonjono
T0
T1
T2
T3

1,81b
1,90b
2,03ab
2.12a

22,97c
34,51b
36,45b
44,18a

1,00
1,50
1,59
1,92

0,481b
0,536b
0,455ab
0,623a

( mol NO2 / g/jam)

Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing jenis rumput dalam
kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % UJBD
Tabel 2 menunjukkan biomasa hijauan, serapan nitrogen dan aktivitas nitrat
reduktse rumput gajah dan rumput kolonjono memperlihatkan keragaman, baik di
antara jenis rumput maupun di antara macam pemupukan. Biomasa hijauan dan
aktivitas nitrat reduktase nyata (P<0,05) dipengaruhi pemupukan tetapi pengaruh
interaksi tidak nyata dengan jenis rumput. Rumput gajah mempunyai biomasa hijauan,
serapan nitrogen dan aktivitas nitrat reduktse lebih tinggi dibanding rumput kolonjono
pada semua macam pemupukan yang sama. Baik rumput gajah maupun rumput
kolonjono menunjukkan bahwa, perlakuan pupuk organik (T3) menghasilkan biomasa
hijauan dan aktivitas nitrat reduktase yang nyata (P<0,05) lebih tinggi dibanding tanpa
pemupukan (T0) dan pemupukan 30 kg N/ha (T1), tetapi tidak berbeda nyata
dibanding pemupukan 60 kg N/ha.(T2)
Serapan nitrogen nyata (P<0,05) dipengaruhi pemupukan dan pengaruh interaksi
dengan jenis rumput. Baik rumput gajah maupun rumput kolonjono menunjukkan
bahwa, perlakuan pupuk organik (T3) menghasilkan serapan nitrogen yang nyata
(P<0,05) lebih tinggi dibanding tanpa pemupukan (T0) dan pemupukan 30 kg N/ha
(T1), dan pemupukan 60 kg N/ha.(T2). Efisiensi serapan nitrogen pupuk organik
mencapai 2,19 pada rumput gajah dan 1,95 pada rumput kolonjono dibanding tanpa
pemupukan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Pupuk organik lebih unggul di banding pupuk urea pada tanah salin berdasarkan
biomasa hijauan, serapan nitrogen dan aktivitas nitrat reduktse rumput gajah dan
rumput kolonjono Efisiensi serapan nitrogen pupuk organik mencapai 2,19 pada
rumput gajah dan 1,95 pada rumput kolonjono dibanding tanpa pemupukan.
Penggunanan pupuk organik tingkat bahan 4,0 % C-organik tanah pada tanah salin
dapat diharapkan memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah sehingga dapat
mendukung keberhasilan pertumbuhan tanaman rumput.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. Karno, F. Kusmiyati dan Sumarsono. 2003. Pengembangan Tanaman
Rumput Pakan Unggul yang Toleran terhadap Tekanan Aluninium dan
Salinitas. Laporan Hibah Bersaing. Dikti. Jakarta.
Aphani, 2001. Kembali ke Pupuk Organik. Kanwil Deptan Sumsel. Sinartani. No.
2880.
Buckman, H. O. Dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan Soegiman).
Penerbit Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Dewi Hoediati, Sumarsono dan D. W. Widjajanto. 1998. Pengaruh pupuk kandang
dan inokulasi rhizobium terhadap pertumbuhan kembali lamtoro gung
(Leucaena leucochepala) setelah pemotongan pertama. J. Pastura 2(1) : 1-5.
Haryadi, S. S. Dan S. Yahya. 1988. Fisiologi Stres Lingkungan. PAU-IPB, Bogor.
Haswanto, A. J. Sumarsono dan E. D. Purbayanti. 1998. Pengaruh aras pupuk
kandang pada beberapa jenis tanah terhadap penampilan lamtoro gung
(Leucaena leucochepala) pada defoliasi kedua. J. Pastura 2(1) : 10-15.
Kerley, S.J., and Darvis, S.C. 1996. Preliminary studies of the impact of excreted N on
cycling and uptake of N in pasture systems using natural abundance stable
isotopic discrimination. Plant and Soil 178: 287-294
Maeschner, 1986. Mineral Nutrition of Higher Plant. Cad. Press Inc., London.
Kusmiyati, F., E. D. Purbayanti, dan W. Slamet. 2000. Pengaruh pemupukan kalsium
dan nitrogen terhadap produksi dan kualitas hijauan rumput makanan ternak
pada tanah salin. Laporan Penelitian Dosen Muda. Dikti, Jakarta.
.
Mashima, S. I., Matsumoto, N. and Kenjiro, O. 1999. Nitrogen flow associated with
agricultural practices and environmental risk in Japan. Soil Sci. Plant Nutr., 45:
881-889
Matsushita, K., Miyauchi, N., and Yamamuro, S. 2000. Kinetics of 15N-labelled
nitrogen from co-compost made from cattle manure and chemical Fertilizer in a
paddy field. Soil Sci. Plant Nutr., 46 (2): 355-363
Sopandie. D. 1990. Studies on Plant responses to Salt Stress. Disertasi PhD,
Okayama Univ., Japan.

Sumarsono. 1983. Pengaruh Pupuk TSP, Pupuk Kandang dan Interval Pemotongan
terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan Pertanaman Campuran Setaria
splendida Staft dan Centrosema pubescens Benth. Thesis S2 Fakultas Pasca
Sarjana IPB., Bogor.
Sumarsono. 1997. Simbiotik bakteri rhizobium tanaman legum lamtoro pada dua jenis
tanah dengan peningkat kesuburan pupuk kandang. Prosiding Seminar INMT
AINI., Bogor.
Sumarsono. 2001. Hasil hijauan setaria (Setaria splendida Staft) dalam pertanaman
campuran dengan sentro (Centrosema pubescens) yang menerima pupuk fosfat
dan kotoran ternak. J. Pengemb. Pet. Trop. Special Ed.: 129-136.
Sumarsono, S. Anwar dan S. Budiyanto. 2005. Peranan Pupuk Organik Untuk
Keberhasilan Pertumbuhan Tanaman Pakan Rumput Poliploid Pada Tanah
Masam dan Salin. Laporan Penelitian. Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan UNDIP, Semarang.
Widjajanto, D.W., Honmura, T., Matsushita, K., and Miyauchi, N. 2001. Studies on
the release of N from water hyacinth incorporated into soil-crop systems using
15
N-labeling techniques. Pak. J. Biol. Sci., 4 (9): 1075-1077
Widjajanto, D.W., and Miyauchi, N. 2002. Organic farming and its prospect in
Indonesia. Bull. Fac. Agric. Kagoshima Univ., 52: 5762
Widjajanto, D.W., Honmura, T., and Miyauchi, N. 2002. Nitrogen release from green
manure of water hyacinth in rice cropping systems. Pak. J. Biol. Sci., 5 (7):
740-743
Widjajanto, D.W., Honmura, T., and Miyauchi, N. 2003. Possible Utilization of Water
Hyacinth (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms), an Aquatic Weed, as Green
Manure in Vegetables Cropping Systems.Jap.J.Trop Agric.,47(1):27-33
Yaacob, O. and Blair, G.J. 1980. Mineralisation of 15N-labelled legume residues in
soils with different nitrogen contents and its uptake by rhodes grass. Plant and
Soil 57: 237-248.

You might also like