Laporan Skripsi
Laporan Skripsi
Laporan Skripsi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak Pemerintah Republik Indonesia memberlakukan otonomi daerah
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah (kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004),
maka setiap daerah diberikan kewenangan untuk mengatur urusan
pemerintahannya sendiri, termasuk didalamnya mengenai keuangan daerah.
Sejalan dengan itu Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan reformasi
SIMPEG
SIMDA GAJI
SIMDA ASET
SIMDA
KEUANGAN
SPSE
NO
NAMA SISTEM
Pengguna SIMDA terdiri dari beberapa level mulai dari operator berupa 44 PPK
(Pejabat Penatausahaan Keuangan), 45 bendahara pengeluaran, dan sembilan
bendahara pendapatan, serta lima pejabat Pengelola Keuangan Daerah dan satu
Auditor dari Inspektorat, supervisor dari seorang pejabat pengelola keuangan
daerah, administrator dari dua orang pejabat pengelola keuangan daerah. Total
SDM yang terlibat sebagai pengguna SIMDA adalah sebanyak 107 pengguna.
Berdasarkan sampel dari 30 orang bendahara, ditemukan bahwa mayoritas
pendidikan pegawai adalah S1. Terdapat pula bendahara dengan latar magister
dan ini berada pada SKPD inspektorat. Sementara itu, pada SKPD BLHKP dan
BKDD memiliki bendahara lulusan diploma, dan pada KAP, DESDM, dan KPP
memiliki bendahara lulusan SMK. Hanya ada satu berlatar pendidikan TI yaitu
bendahara Dukcapil yang merupakan sarjana komputer. Begitu pula, hanya ada
tiga bendahara dengan latar akuntansi yaitu bendahara DPPKAD, Sekda, dan PU.
Mayoritas merupakan sarjana di bidang manajemen.
Dengan profil SDM seperti ini, narasumber berargumen bahwa pada dasarnya
pendidikan bukanlah masalah. Karena SIMDA dirancang dengan interface yang
baik, asalkan individu mau belajar maka ia dapat memahami dan menggunakan
SIMDA. Hal ini terlebih lagi adanya dilema antara dasar pendidikan TI dengan
dasar pendidikan akuntansi. Seorang pengguna dengan latar TI mungkin dapat
sangat memahami SIMDA namun kurang paham dalam segi akuntansi. Sementara
itu, seorang pengguna dengan latar akuntansi dapat bermasalah dengan TI.
Karenanya, latar pendidikan tidak terlalu diutamakan tetapi aspek yang lebih
diutamakan adalah aspek diklat.
2. Tingkat Pengalaman Pegawai dalam Pelaksanaan SIMDA
Pengalaman pegawai dalam pelaksanaan SIMDA tergantung dari usia kerja
mereka pada tugas SIMDA. Karena Kabupaten Minahasa Tenggara adalah
kabupaten yang baru terbentuk enam tahun lalu, maka paling lama pengalaman
pegawai dalam pelaksanaan SIMDA adalah enam tahun. Waktu ini menurut
narasumber sudah dapat digolongkan sedang untuk memberikan pengalaman bagi
pegawai. Pengalaman yang terlalu baik justru tidak diharapkan karena dapat
memunculkan bahaya berupa peretasan atas SIMDA. Pengalaman tinggi hanya
diharapkan dari pengguna yang bertugas sebagai administator saja, yang terdiri
dari dua orang yaitu kepala bidang akuntansi dan kepala bidang anggaran dari
dinas PPKAD. Sementara itu, pada tingkat operator, pengalaman yang diperlukan
hanya dalam bentuk kesesuaian dengan SOP. Hal ini karena ruang gerak operator
terbatas dan hanya dapat mengakses SPT, SPM, dan lainnya pada tingkat SKPD
masing-masing. Hanya pengguna di dinas PPKAD yang dapat mengakses untuk
tingkat SKPAD.
3. Program Pengembangan SDM lewat Diklat (Bimtek) SIMDA
Karena tidak bertopang pada latar pendidikan formal, maka kompetensi dari SDM
SIMDA harus bertopang pada kinerja diklat. Hal pertama yang diajarkan adalah
bagaimana menggunakan SIMDA. Pelatihan dasar ini mencakuplah cara
menginput data anggaran dan penatausahaan, cara membuat laporan, cara
melakukan peninjauan, dan cara melakukan analisis. Pelatihan dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan berkoordinasi dengan BPKP sebagai pemegang hak
cipta dari SIMDA. Pelatihan dilakukan pada seluruh pengguna SIMDA, termasuk
delapan indikator dari empat dimensi kualitas laporan keuangan. Dimensi yang
digunakan mencakup enam dari 10 dimensi kualitas laporan keuangan menurut
Bastian (2009:94-96) yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, penyajian jujur,
kelengkapan, dan dapat dibandingkan. Lima dimensi ini dikelompokkan dalam
empat dimensi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 71 tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan yang mendaftarkan empat dimensi yaitu relevan,
andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Keempat dimensi ini dapat
ditarik dari teori kualitas laporan keuangan yang dinyatakan oleh Cramer dan
Thomas (1969 dalam Abubakar, 2011:4). Empat dimensi ini kemudian diadopsi
oleh IASC (International Accounting Standards Committee) (Gu dan Li,
2011:202) dan ditransfer pada PP No 71 tahun 2010. Relevansi dan reliabilitas
tergolong sebagai kualitas fundamental, sementara dapat dibandingkan dan dapat
dipahami tergolong kualitas penguat (Agyei-Mensah, 2013:270). Penyajian jujur
digolongkan sebagai dimensi keandalan sementara kelengkapan tergolong pada
dimensi relevan.
a. Kelengkapan
Indikator kelengkapan dalam penelitian ini diukur dengan pernyataan bahwa
Melalui SIMDA Data laporan keuangan dinas dapat diperoleh secara lengkap.
Seluruh responden sepakat untuk setuju dengan pernyataan ini. Karenanya, dapat
disimpulkan bahwa efek SIMDA pada kelengkapan laporan keuangan tergolong
baik.
b. Manfaat Umpan Balik
Indikator manfaat umpan balik dalam penelitian ini diukur dengan pernyataan
bahwa Melalui SIMDA Data yang ada dapat digunakan untuk memantau posisi
keuangan dinas dan menilai kinerja dinas. Kembali semua responden setuju
dengan pernyataan ini. Karenanya, dapat disimpulkan bahwa efek SIMDA pada
kemampuan pemantauan posisi keuangan dan penilaian kinerja dinas tergolong
baik.
c. Manfaat Prediktif Pengambilan Keputusan
Indikator manfaat prediktif pengambilan keputusan dalam penelitian ini diukur
oleh dua item yaitu informasi yang dihasilkan dapat mendukung proses
pengambilan keputusan dan informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk
analisis laporan keuangan lebih lanjut. Untuk pernyataan tentang kemampuan
SIMDA mendukung proses pengambilan keputusan, empat orang menyatakan
setuju, dan satu orang menyatakan sangat setuju. Sementara itu, untuk pernyataan
tentang kemampuan SIMDA mendukung analisis laporan keuangan lebih lanjut,
dua orang setuju, satu sangat setuju, dan dua tidak setuju. Jika dirata-ratakan dari
kedua item, maka dapat diperoleh bahwa secara umum, responden setuju bahwa
SIMDA memberikan manfaat prediktif dalam pengambilan keputusan
berdasarkan laporan keuangan yang dihasilkan SIMDA
d. Ketepatan Waktu
Indikator ketepatan waktu dalam penelitian ini diukur oleh dua item yaitu
Informasi dapat diperoleh saat dibutuhkan dan penyusunan laporan keuangan
dapat dilakukan tepat waktu sesuai dengan deadline yang telah ditentukan. Untuk
kemampuan SIMDA memberikan informasi saat diperlukan, tiga dari lima
responden menyatakan sangat setuju sementara sisanya setuju. Sementara itu,
10
11
keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelapor lain pada
umumnya (Adhi dan Suhardjo, 2013).
Dapat dipahami
Indikator dapat dipahami dalam penelitian ini didekati oleh dua item yaitu
Laporan keuangan yang dihasilkan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan dan Aplikasi SIMDA memberikan tambahan Laporan keuangan
yang dapat dimodifikasi sesuai dengan permintaan SKPD (agar mudah
dimengerti). Untuk pernyataan tentang kesesuaian laporan keuangan dengan
SAP, seluruh responden menyatakan setuju. Sementara itu, untuk pernyataan
tentang kemampuan SIMDA memberikan laporan keuangan yang dapat
dimodifikasi, seluruh responden justru menyatakan tidak setuju.. Hasil ini
menunjukkan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan SIMDA relatif dapat
dipahami oleh pengguna dan relatif dapat dipanyatakan dalam bentuk serta istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna (Adhi dan Suhardjo,
2013).
Kualitas Laporan Keuangan secara keseluruhan
Secara keseluruhan, dimensi kualitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh
SIMDA dapat dilihat dari masing-masing dimensi kualitas laporan keuangan. Hal
ini menunjukkan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan SIMDA cukup
berguna karena memuat isi informasi berdasarkan standar kualitatif yang ada.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian diketahui bahwa proses penggunaan SIMDA telah sesuai
dengan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun Tingkat partisipasi
penggunaan SIMDA berdasarkan SKPD masih rendah. Ini ditunjukkan oleh
hanya tiga SKPD yang aktif dalam memberikan saran perbaikan berdasarkan
kuesioner yang dijalankan. Tingkat partisipasi berdasarkan jenis pengguna
masih rendah. PPK masih belum berpartisipasi karena telah berusia lanjut dan
kurang antusias dalam menggunakan teknologi informasi. Dari hasil
wawancara juga disimpulkan bahwa dengan Implementasi SIMDA pada
Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara sebagai berikut.
1. Aplikasi SIMDA Keuangan mampu manghasilkan informasi dengan
ketepatan atau tingkat kebenaran yang lebih baik bila dibandingkan dengan
pengolahan data manual.
2. Membantu Pimpinan (Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, Kepala SKPD
selaku Pengguna Anggaran) dalam mengambil keputusan sesuai data dan
informasi yang ada.
3. Sistem Pengendalian Intern berjalan dengan baik dimulai dari
Penganggaran, Penatausahaan sampai pada pelaporan.
Faktor-faktor yang ditemukan selain SIMDA terhadap kualitas laporan
keuangan adalah faktor SDM, inspektorat, kepemimpinan kepala derah,
12
13
14
15