Review Jurnal 9 10 11 Seminar Ak Syariah
Review Jurnal 9 10 11 Seminar Ak Syariah
Review Jurnal 9 10 11 Seminar Ak Syariah
REVIEW JURNAL
Pendahuluan
Kajian literatur
Kinerja perusahaan merupakan cerminan kinerja manajemen, oleh karena
keberhasilan perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan manajemen
dalam mengelola segala sumber daya yang ada (Simanjuntak, 2005:13).
Dalam kontek perusahaan, manajemen adalah individu atau sekelompok
individu yang diberikan kepercayaan oleh stakeholders, khususnya oleh
shareholder (pemegang saham). Untuk melihat apakah manajemen berhasil
mengelola perusahaan maka dilakukan evaluasi atau pengukuran kinerja
(prestasi) dengan menggunakan indikator-indikator penilaian. Berkaitan
dengan pengukuran kinerja perbankan di Indonesia, Bank Indonesia (BI)
sebagai regulator perbankan di Indonesia selain memberikan dukungannya
dalam pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia juga telah memberikan
peraturan dalam bentuk pengawasan (penilaian) terhadap perbankan syariah.
Penelitian yang telah dilakukan oleh McCuddy dan Pirie (2007) menemukan
bahwa kualitas spiritual berhubungan dengan moral perilaku individu ternyata
dapat mempengaruhi perilaku individu dalam pengambilan keputusan
termasuk keputusan keuangan
Metodologi
Desain riset (research design) berkait dengan tujuan, riset yang dilakukan
mempunyai data yang aktual, model riset dikonstruksikan dengan baik, situs
riset (riset non-positivisme) relevan dengan unit analisis, ketersediaan metode
pengambilan sampel, dan alat analisis.
Penelitian menggunakan metode interpretatif-kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis untuk mengeksplorasi masalah dan realitas. Tipe data
melibatkan data primer yang dikumpulkan dari kata dan sikap, dan data
sekunder yang berasal dari dokumentasi berbasis arsip dan laporan
keuangan. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi aktivitas,
dan ulasan dokumenter.
Hasil analisis
Hasil penelitian menunjukkan sintesis pemahaman tentang kinerja
manajemen perbankan syariah sebagai temuan empiris dengan empat
pemahaman, terutama terkait dengan pembentukan laba, ukhuwah
(kekeluargaan), kepercayaan dan kepatuhan terhadap etika syariah.
Mempertimbangkan pemahaman ini, sementara dianalisis melalui perspektif
amanah, maka manajemen perbankan syariah menanggung pada tiga jenis
amanah. Pertama, ia berdiri untuk organisasi bisnis yang berorientasi laba
untuk kepentingan pemegang saham dan kreditur. Ini memiliki tanggung
jawab untuk manajemen pusat dan penyedia modal. Kedua, tetap sebagai
organisasi sosial. Ini tidak sepenuhnya mencerminkan organisasi sosial
dengan hanya layanan publik sebagai bisnis inti, karena ia juga memberikan
kontribusi organisasi terhadap tanggung jawab sosial manajemen dalam
pengembangan dan pemberdayaan karyawan, komunitas lain, dan
masyarakat luas. Akhirnya, itu mewakili sebagai organisasi spiritual yang
dilihat melalui kesadaran manajerial untuk menumbuhkan dan
mengembangkan spiritualitas karyawan, pelanggan, masyarakat luas dan
permintaan syariah. Dapat dijelaskan bahwa ketiga jenis amanah kinerja
manajerial ini hanya berkaitan dengan spiritualitas berbasis syariah.
Kesimpulan
Dari pembahasan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
manajemen perbankan syariah dipahami tidak hanya sepenuhnya berperan
sebagai organisasi bisnis saja yang hanya menciptakan laba sebagai kinerja
ekonomi, namun juga ditemukan pemahaman kinerja sosial melalui
terwujudnya ukhuwah (kekeluargaan) semua stakeholders, kinerja mental
dengan menumbuhkan kepercayaan kepada semua stakeholders, dan kinerja
spiritual dengan menunjukkan ketaatan manajemen pada etika syariah.
Walaupun ditinjau lebih lanjut, masih dominannya kinerja ekonomi
(menciptakan laba) menjadi target utama setiap aktivitas yang dilakukan oleh
manajemen. Dengan demikian dipahami pula bahwa cerminan pemahaman
kinerja manajemen perbankan syariah berperan dan bertanggung jawab
sebagai organisasi bisnis, organisasi sosial, dan organisasi spiritual. Prinsip
kebersamaan dan prinsip berbagi dan memberi, walaupun tidak sepenuhnya
sebagai organisasi sosial murni. Dan sebagai organisasi spiritual, sangat
berperan dalam membangun spiritual stakeholders, walaupun jika dilihat dari
operasionalnya spiritual tersebut hanya dimotivasi karena tuntutan syariah
Keterbatasan utama penelitian ini adalah 1). keterbatasan waktu pengamatan
dan keterlibatan peneliti pada situs penelitian yang sangat singkat, sehingga
masih keterbatasan pemahaman kinerja manajemen yang diperoleh. 2).
keterbatasan alat analisis yang digunakan adalah perspektif amanah, dan 3).
keterbatasan situs penelitian hanya pada perbankan syariah pada level
cabang, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat disamakan pada konteks
obyek yang berbeda
1992-1998 DAN 1999- 2006". Ratna Sahara. Nunung Nurul Hidayah. Universitas Al Azhar Indonesia.
Pendahuluan
Ketersediaan penyampaian isu riset
Selama beberapa tahun kami telah melihat perkembangan luar biasa
perbankan syariah di Indonesia. Pelopor dalam pembentukan perbankan
syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). BMI juga memiliki rating
yang baik selama bertahun-tahun, dan dapat mengembangkan banyak
produk inovatif.
Kajian literatur
Riset terdahulu memadai untuk digunakan. Masa acuan riset sebaiknya di
atas tahun 2000, terdapat penjelasan mengenai bagaimana rumusan
masalah belum terjawab oleh riset terdahulu, dan ketersediaan hipotesis
(khusus pada riset postivisme)
Perbankan syariah adalah salah satu representasi aplikasi dari ekonomi Islam yang melarang
penggunaan sistem bunga dalam perekonomian khususnya perbankan, karena sistem tersebut
dianggap riba yang dilarang oleh agama. Bahkan pelarangan riba ini tidak hanya dari agama
Islam saja tetapi juga dari agama-agama lainnya. Hal ini disebabkan karena penerapan sistem
ribawi akan membawa kerusakan moral di masyarakat. Perkembangan perbankan syariah
terhadap perbankan nasional di Indonesia sampai dengan Desember 2006 menunjukkan
pertumbuhan yang positif. Jumlah aset di perbankan syariah secara nominal menunjukkan
kenaikan. Sampai saat ini (Desember, 2006) aset yang dimiliki sebesar Rp. 26,68 triliun atau
1,58% dari total aset perbankan nasional. Memang apabila dibandingkan dengan total aset
perbankan nasional, aset perbankan syariah masih sangat kecil. Tetapi dengan pertumbuhan
aset yang positif ini mengindikasikan perbankan syariah dapat mengelola manajemen
likuiditasnya sehingga jumlah asetnya terus bertambah. Begitu pula dana pihak ketiga (DPK)
yang terkumpul sebanyak Rp. 20,67 triliun, atau 1,61% dari total dana pihak ketiga
perbankan nasional. Dengan pertumbuhan dana pihak ketiga yang positif ini mengindikasikan
bahwa perbankan syariah dapat memaksimalkan produk yang ditawarkan, berarti masyarakat
mulai melihat keuntungan dari produk yang ditawarkan. Selain dari produk yang ditawarkan
kenaikan DPK sampai saat ini dikarenakan juga oleh fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah
Nasional (DNS) mengenai haramnya bunga bank. Dan jumlah pembiayaan perbankan syariah
mencapai 20,44 triliun atau 2,58% dari total pembiayaan/kredit yang disalurkan perbankan
nasional. Dengan pertumbuhan pembiayaan yang positif mengindikasikan perbankan syariah
dapat melakukan fungsi sebagai lembaga intermediasi dengan baik.
Metodologi
Menggunakan metode CAMEL untuk menganalisis kinerja BMI selama sebelas
tahun. Untuk membenarkan apakah ada perbedaan kinerja kompetitif BMI
sebelum dan sesudah adanya kompetitornya, kami juga menguji perbedaan
kinerja kompetitif BMI dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Kami memilih BSM
sebagai pesaing yang kredibel karena perkembangannya yang signifikan
setelah keberadaan BMI.
riset yang dilakukan mempunyai data yang aktual, model riset dikonstruksikan
dengan baik, situs riset (riset non-positivisme) relevan dengan unit analisis,
ketersediaan metode pengambilan sampel, dan alat analisis.
Hasil analisis
secara deskriptif kinerja BMI sesudah ada pesaing relatif lebih baik terutama pada rasio yaitu
FDR, NPF, ROA dan ROE dibandingkan kinerja sebelum ada pesaing. Sedangkan untuk rasio CAR
lebih baik pada periode sebelum ada pesaing. Secara statistik hanya pada rasio NPF yang terlihat
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara periode sebelum dan sesudah ada pesaing,
untuk rasio CAR, ROA, ROE, dan FDR membuktikan terdapatnya perbedaan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah ada pesaing pada α = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa BMI mengalami
peningkatan kinerja keuangan pada setiap tahunnya, semakin banyaknya pesaing tidak terlalu
mempengaruhi kinerja keuangan BMI, terutama dilihat dari sisi Capital, Assets, Earning, dan
Liability.
Kesimpulan
Secara keseluruhan kinerja keuangan BMI sebelum dan sesudah ada pesaing dilihat
menggunakan metode CAMEL,
Secara umum kinerja BMI adalah salah satu bank syariah yang selalu memiliki kinerja sehat/baik,
hal ini harus dipertahankan dan ditingkatkan baik kinerja maupun pengembangan produk yang
berbasis Islam dan halal. Selain itu BMI harusnya lebih berani dalam menyalurkan pembiayaan,
sehingga dana yang berhasil dihimpun menjadi lebih produktif. Tetapi penyaluran tersebut juga
harus memperhatikan aspek kehati-hatian, agar tidak terjadi pembiayaan macet. Sehingga dari
penyaluran dana yang tinggi juga akan mendapatkan keuntungan yang tinggi. Dengan begitu BMI
selalu akan berpotensi lebih besar dalam merangkul masyarakat Indonesia, yang penduduknya
mayoritas Muslim.
Keterbatasan penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah tidak digunakannya aspek
manajemen dan jumlah rasio yang digunakan hanya 5 rasio yang dibandingkan. Hal ini
menunjukkan masih ada beberapa rasio dan aspek manajemen yang jika tidak dieliminasi
mungkin dapat merubah kesimpulan hasil analisa. Oleh karena itu untuk mencapai
kesempurnaan pada studi perbandingan rasio berdasarkan CAMEL ini perlu diadakan penelitian
selanjutnya yang menggunakan aspek manajemen dan memasukkan seluruh rasio yang
dibutuhkan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia. Selain itu juga untuk penelitian selanjutnya
dapat menggunakan beberapa bank syariah lainnya sebagai bank pembanding.
"MENGGAGAS LAPORAN ARUS KAS SYARI’AH BERBASIS MA’ISYAH: DIANGKAT DARI HABITUS BISNIS
MUSLIM INDONESIA". AJI DEDI MULAWARMAN, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Ekonomi Pasca Sarjana
Universitas Brawijaya
Pendahuluan
Ketersediaan penyampaian isu rise
Pendekatan teknologi akuntansi syari’ah idealis dalam penelitian ini merupakan salah
satu upaya perekayasaan laporan keuangan yang komprehensif dan utuh.
Perekayasaan dengan cara menggali substansi normatif sekaligus praktik/teknik dari
akuntansi syari’ah berbasis Shari’ate Enterprise Theory
Kajian literatur
Riset terdahulu memadai untuk digunakan. Masa acuan riset sebaiknya di atas
tahun 2000, terdapat penjelasan mengenai bagaimana rumusan masalah belum
terjawab oleh riset terdahulu, dan ketersediaan hipotesis (khusus pada riset
postivisme)
Proses pencarian bentuk teknologis telah dimulai dari perumusan ulang konsep Value
Added (VA) (Subiyantoro dan Triyuwono 2004, 198-200) sebagai nilai tambah yang
berubah maknanya dari konsep VA konvensional dan berpusat pada aspek keadilan dan
hakikat manusia.
Metodologi
Hasil analisis
Hasil utama menunjukkan bahwa ma'isyah menjadi substansi dari Arus Kas Syari'er. Ini berarti
bahwa ma'isyah sebenarnya untuk mencari kegiatan yang bernilai tambah (ekonomi, sosial dan
lingkungan) (material) untuk mengambil barakah (spiritual). Konsekuensi dari hasil utama
adalah: (1) bahwa unsur-unsur dalam Laporan Arus Kas Syariah didasarkan pada nilai tambah
acitivites (operasi, pembiayaan dan kegiatan investasi), dan (2) perluasan nilai tambah
berdasarkan pada barakah ( kegiatan barakah).
Kesimpulan
Bentuk Laporan Arus Kas Syari’ah bagi perusahaan masih perlu dielaborasi lebih jauh. Disadari
pula bahwa laporan keuangan syari’ah di atas masih banyak memiliki keterbatasan-keterbatasan.
Secara konseptual laporan keuangan masih mengalami kendala kedalaman substansi, seperti
komparasi normatif dan keterbatasan sumber data empiris. Kendala teknis juga dapat muncul
dengan istilah-istilah baru seperti pemisahan masing-masing pos dalam bentuk ketundukan dan
kreativitas, transaksi barakah serta bentuk kuantitatif dan kualitatif yang tidak lazim dalam
koridor akuntansi keuangan. Menurut Mulawarman (2006b) melakukan perubahan melalui
penyucian harus dimulai dari pendidikan akuntansi dengan proses pencerahan dan pembebasan
tujuan pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam memunculkan nilai-nilai baru
dan konsep pembelajaran akuntansi yang Indonesianis. Tugas dan akuntabilitas akademisi
akuntansi tak mungkin berjalan dan berhenti di satu titik tertentu, tetapi harus dengan proses
perubahan sesuai dinamika masyarakat. Ditegaskan Ainsworth (2001): Perhaps, as educators, we
spend too much time trying to “prove” what we teach rather than striving to “improve” what
and how we teach.