Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Keywords: Thoot Brushing, DMF-T Status, Caries

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENYIKAT GIGI DENGAN

STATUS DMF-T PADA ANAK USIA 10-12 TAHUN DI


SDN KEDUNGMALING KECAMATAN SOOKO
KABUPATEN MOJOKERTO
* Eka Nur Soemah, Elis Suharni
*STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto
Abstract
The first problem of dental and oral disase in Indonesia is carier which its increase in each
decade. Caries prevention is done by brushing. For technique of WHO health status, determining
dental gives a score or value to affect dental caries what dental is repaired (D=Decay), teeth are taken
due to caries (M=Missing) and teeth are repaired (F=Filled), and T (Teeth/Total). The purpose of this
research investigated the relationship between frequency of tooth brushing with DMF-T to children
who were aged 10-12 years old in SDN Kedung Maling Sooko Mojokerto. The researchs method was
analytical observational cross-sectional approach and the population was 145 children. The reseachs
sampling used stratified propotional random sampling. Independent variable was frequenty of tooth
brushing and dependent variable was status DMF-T. Data was collected by means of interviewing and
it was done by observation to 145 children. Data was processed by spearman rho test whit SPSS 16.0.
The result showed value (0.667) > (0.05), so that Ho was accepted, the meaning was no correlation
between frequency of thoot brushing with DMF-T status. Many factors what causdental caries, one of
them is not exactly when the children brush their teeth such as the method, duration, thoot paste, and
great time as well containing diet is carbohydrate and glucose. The children who consum food more
that it is contain carbohydrate and glucose, rarely they clean their teeth after eating, they will get
dental caries problem. So incidence of dental caries is increase.
Keywords: Thoot brushing, DMF-T status, Caries

PENDAHULUAN
Penyakit gigi dan mulut yang masih

berusia > 10 tahun menyikat giginya setiap hari

merupakan masalah utama di Indonesia adalah

sebanyak 94,2%, sedangkan yang menyikat

karies. Penyakit karies cenderung meningkat

giginya setelah makan pagi dan sebelum tidur

pada setiap dasa warsa, terlihat pada tahun 1970

malam sebanyak 76,6%.

indeks DMF-T sebesar 0,70, tahun 1980 2,30,

Prevalensi penduduk penduduk Jawa

dan tahun 1990 2,70 (Media Litbang kesehatan

Timur yang bermasalah gigi dan mulut sebesar

volume XV nomor 4 tahun 2005). Survey Riset

30% dengan angka DMF-T sebesar 5,5 pada usia

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013

> 12 tahun. Kebiasaan yang dilakukan dalam

mengungkapkan bahwa prevalensi penduduk

menyikat gigi setiap hari diketahui bahwa

bermasalah gigi dan mulut sebesar 25,9% dengan

sebanyak 94,2%, sedangkan yang menyikat

angka DMF-T 4,5 pada anak usia > 12 tahun.

giginya setelah makan pagi dan sebelum tidur

Hasil wawancara diketahui bahwa penduduk

malam sebanyak 80% (RISKESDAS,2013).

Kunjungan rawat jalan pasien di poli

Prevalensi karies yang masih tinggi di

gigi UPT Puskesmas Sooko Kecamatan Sooko

Indonesia sangat mengkhawatirkan karena dapat

Kabupaten Mojokerto diketahui dari 3.458 pasien

menimbulkan dampak negatif bagi penderitanya.

yang berkunjung 32% atau 1.106 di antaranya

Penelitian Low, Tan dan Scwartz (2000) pada

adalah anak usia 10-12 tahun (data register

anak yang rata-rata berusia > 10 tahun yang

kunjungan rawat jalan tahun 2013). Sedangkan

mengunjungi klinik kesehatan gigi anak di

kunjungan pada bulan januari-juni 2014 pasien

Montreal

anak berjumlah 248 pasien. Studi pendahuluan

sebelum karies pada anak tersebut diobati 48%

yang dilakukan terhadap pasien anak usia 10-12

anak memiliki keluhan sakit pada gigi, 61% anak

tahun di poli gigi Puskesmas Sooko pada tanggal

makan sedikit atau tidak menyelesaikan makanan

2-12 juli 2014 didapatkan data sebagai berikut,

yang disajikan, 35% tidak bisa tidur nyenyak dan

dari 28 pasien anak yang diperiksa diketahui

5% menerima laporan negatip dari sekolah

indeks Decay (gigi yang terserang karies dan

seperti kurangnya kerjasama, tidak bermain

masih bisa dilakukan penambalan) sebesar 53,

dengan teman lainnya. Hollins 2008 juga

atau rata-rata indeks Decay= 1,89, sedangkan

mengungkapkan bahwa rasa sakit atau nyeri yang

indeks Missing (gigi yang sudah hilang, karena

ditimbulkan

dicabut atau gigi karies yang sudah tidak

penderitanya sering mengalami gangguan tidur.

mungkin

dilakukan

penambalan

dan

Kanada

oleh

mengungkapkan

karies

dapat

bahwa

membuat

harus

Masalah kesehatan gigi pada sebagian

dicabut) sebesar 56, atau dengan indeks Missing

besar anak usia sekolah akan mempengaruhi

rata-rata=2. Untuk indeks Filling (gigi yang

derajat kesehatan, proses tumbuh kembang dan

sudah ditambal)= 19 atau rata-rata indeks

masa anak-anak beresiko mengalami kekurangan

Filling=0,67. Sehingga rata-rata indeks DMF-T=

gizi yang diakibatkan rasa sakit pada gigi dan

4,11.

mulut yang akhirnya akan menurunkan selera


Hasil wawancara terhadap 28 pasien

makan mereka. Dampak lainnya prestasi belajar

anak usia 10-12 tahun yang berkunjung di poli

dengan

gigi UPT Puskesmas Sooko Kecamatan Sooko

menurun dan malas beraktifitas (Astuti, 2007).

Kabupaten Mojokerto tentang frekuensi sikat gigi


yang

seharusnya

dilakukan

dalam

kemampuan

belajar

mereka

akan

Indikator dan target pencapaian gigi

sehari

sehat tahun 2010 ditentukan oleh WHO antara

diketahui bahwa terdapat 7 anak atau 25% anak

lain, anak usia 5 tahun, 90% bebas karies. Anak

menyatakan telah menyikat giginya 1 kali sehari,

usia 12 tahun mempunyai tingkat keparahan

dan 15 anak atau 53,6% anak menyatakan telah

kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 gigi.

menyikat giginya sebanyak 2 kali sehari, dan 6

Penduduk usia 18 tahun tidak satupun gigi yang

anak atau 21% anak menyatakan telah menyikat

dicabut (komponen M=0). 90% penduduk usia

giginya 3 kali sehari.

34-44 tahun memiliki minimal 20 gigi yang

berfungsi dan kurang dari 2% penduduk yang


kehilangan seluruh gigi (edentoloose), 75%
penduduk

usia

65

tahun

ke

atas

masih

HASIL PENELITIAN

mempunyai gigi yang berfungsi dan kurang dari

Data Umum

5% yang kehilangan seluruh gigi (Depkes RI,

1. Karakteristik responden berdasarkan usia.

2007).

Tabel
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui adanya hubungan antara frekuensi


menyikat gigi dengan Status DMF-T pada anak
usia

10-12

tahun

di

SDN

Kedungmaling

Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian dalam penelitian ini

Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Usia di
SDN
Kedungmaling Kecamatan Sooko
Kabupaten Mojokerto Tanggal 1
Oktober 2014
No.
Usia
F
%
1.
10 tahun
51
(35)
2.
11 tahun
49
(34)
3.
12 tahun
45
(31)
Total
145
(100)
Sumber : Data Primer Tahun 2014
Tabel 1, diketahui bahwa sebagian besar dari

adalah analitik observasional dengan pendekatan

responden

Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini

responden (35%).

berusia

10

tahun

sebanyak

51

adalah seluruh anak usia 10-12 tahun di SDN


Kedungmaling Kecamatan Sooko Kabupaten
Mojokerto

sebanyak

228

anak.

Sampel,

perhitungan berdasarkan besar sampel adalah


145. Sampling, Tekhnik pengambilan sampel
pada

penelitian

ini

menggunakan

tekhnik

Proportionate Stratified Random Sampling dan


dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2014.
Dalam penelitian ini variable independen
adalah frekuensi menyikat gigidan variabel

2. Karakteristik responden berdasarkan waktu


menyikat gigi.
Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Waktu Menyikat Gigi di
SDN Kedungmaling Kecamatan
Sooko Kabupaten Mojokerto Tanggal
1 Oktober 2014
No.
Waktu
F
%
1.
Sebelum Makan
97
(67%)
2.
Sesudah Makan
48
(33%)
Total
145
(100)
Sumber : Data Primer Tahun 2014

dependen adalah indeks DMF-T. Instrumen yang


digunakan adalah instrumen observasi untuk

Tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar dari

mengetahui status DMF-T, dan wawancara untuk

responden menyikat giginya sebelum makan

mengetahui frekuensi menyikat gigi.

sebanyak 97 responden (67%).

Analisa

data menggunakan cross tab, kemudian data


dianalisa menggunakan Spearman Rho Test.

Kedungmaling Kecamatan Sooko Kabupaten


Mojokerto sebesar 2,88 atau termasuk dalam
kategori status DMF-T moderat.

Data Khusus
1. Frekuensi menyikat gigi pada anak usia 10-12

Tabel 5

tahun
Tabel

3 Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Frekuensi Menyikat
Gigi Pada Anak Usia 10-12 Tahun di
SDN Kedungmaling Kecamatan
Sooko Kabupaten Mojokerto Tanggal
1 Oktober 2014
Frek.
No.
F
%
Menyikat gigi
1.
1 Kali
30
(21%)
2.
2 Kali
82
(57%)
3.
3 Kali
33
(23%)
Total
145
(100)
Sumber : Data Primer Tahun 2014
Tabel

diketahui

bahwa

sebagian

besar

responden menyikat giginya sebanyak 2 kali


dalam sehari sebesar 57% atau sebanyak 82
responden.

Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Status DMF-T Pada
Anak Usia 10-12 Tahun
Status
No.
F
%
DMF-T
1.
Sangat
14
(9,7%)
rendah
2.
Rendah
47
(32%)
3.
Moderat
69
(48%)
4.
Tinggi
13
(9%)
5.
Sangat
2
(1,4)
tinggi
Total
145
(100%)
Sumber : Data Primer Tahun 2014
Tabel

sebagian

besar

DMF-T moderat yaitu sebanyak 69 responden


(48%).

dengan status DMF-T pada anak usia 10-12

1.
2.

10 Tahun
11 Tahun

51
49

3.

12 Tahun

45

120

(2,67)

145

(417)

(2,88)

Frek.
Menyikat
gigi

Total

Rata-rata
nilai
DMF-T
(2,96)
(2,98)

Sumber : Data Primer Tahun 2014

tahun
Tabel 6

Fr. Sikat gigi

Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Nilai DMF-T Pada Anak
Usia 10-12 Tahun di
SDN
Kedungmaling Kecamatan Sooko
Kabupaten Mojokerto Tanggal 1
Oktober 2014

Nilai
DMF
-T
151
146

No

bahwa

3. Hubungan antara frekuensi menyikat gigi

tahun
4

diketahui

responden usia 10-12 tahun memiliki status

2. Nilai dan Status DMF-T pada anak usia 10-12

Tabel

Tabulasi Silang Hubungan Antara


Frekuensi Menyikat Gigi Dengan
Status DMF-T Pada Anak Usia 10-12
Tahun

Sangat
Rend
ah

Rend
ah

Moderat

1x

16 53,3

2x

7,
3

3
5

42
,7

3x

24
,2

1
2

1
4

9,
7

4
7

Sgt
Ting
gi

Tingg
i

40

6,7

30

40 48,8

1
2
1

1,
2

82

10
0
10
0

36
,4

13 39,4

33

10
0

32

69 48

1
3

1,4

14
5

10
0

Tabel 6 diketahui bahwa dari 30 responden

Tabel 4 diketahui bahwa nilai rata-rata DMF-T

yang menyikat giginya sekali dalam sehari, lebih

responden

dari setengahnya yaitu sebanyak 16 responden

usia

10-12

tahun

di

SDN

(53,3%), memiliki status DMF-T moderat, 12


responden

memiliki

status

DMF-T

Pembersihan gigi merupakan pencegahan

tinggi

utama mencegah gangguan gigi dan mulut. Hal

(40.0%), dan 2 responden (6,7%) memiliki status

ini meliputi pembersihan secara mandiri dan

DMF-T sangat tinggi. Sedangkan dari 82

profesional.

responden yang menyatakan menyikat giginya

lakukan di rumah dengan sikat gigi teratur, dua

dua kali dalam sehari diketahui bahwa sebagian

kali sehari dengan metode yang benar. Tindakan

besar yaitu sebanyak 40 responden memiliki

membersihkan gigi dengan benang gigi (flossing)

status DMF-T moderat (48,8%), 35 responden

dapat dilakukan 1-2 kali sehari. Pembersihan gigi

memiliki status DMF-T rendah (42,7%), 6

yang tidak dapat kita lakukan sendiri di rumah

responden memiliki status DMF-T sangat rendah

dapat dilakukan oleh dokter gigi

(7,3%), dan hanya 1 anak yang memiliki status

setiap 6 bulan sekali, sekaligus pendeteksian awal

DMF-T tinggi (1,2%). Dari 33 responden yang

gangguan-gangguan gigi dan mulut yang tidak

menyatakan menyikat giginya tiga kali dalam

disadari (Pratiwi, 2007).

sehari diketahui bahwa 13 responden memiliki

Perawatan

Ketepatan

menyikat

mandiri

gigi

dapat

kita

secara rutin

yang

kurang

status DMF-T moderat (39,4%), 12 responden

sempurna, mengakibatkan kebersihan gigi pun

memiliki status DMF-T rendah (36,4%), dan 8

dapat dikatakan kurang terjaga pula karena sisa-

responden memiliki status DMF-T sangat rendah

sisa makanan pasti masih terdapat pada sela-sela

(24,2%). Rata-rata status DMF-T anak usia 10-12

gigi dan menempel pada gigi. Kebersihan gigi

tahun di SDN Kedungmaling Kecamatan Sooko

yang kurang terjaga, maka bakteri akan secara

Kabupaten Mojokerto sebesar 2,88 atau termasuk

cepat memetabolisme sisa-sisa makanan yang

dalam kategori status DMF-T moderat.

menempel pada gigi dan sela-sela gigi, sehingga


dapat mengakibatkan gigi karies.
Menurut Pratiwi, 2007 jika gigi jarang

PEMBAHASAN
1. Frekuensi menyikat gigi pada anak usia 10-12

dibersihkan maupun sudah dibersihkan tetapi

tahun di SDN Kedungmaling Kecamatan

caranya kurang tepat akan meninggalkan sisa-sisa

Sooko Kabupaten Mojokerto.

makanan pada gigi, terutama di sela-sela gigi

Distribusi frekuensi responden berdasarkan

yang dapat menyebabkan terjadinya gigi karies

frekuensi menyikat gigi pada anak usia 10-12

pada anak. Gigi anak-anak akan tetap sehat tanpa

tahun di SDN Kedungmaling Kecamatan Sooko

terjadi gangguan fungsi gigi jika kebersihan gigi

Kabupaten

bahwa

selalu terjaga. Membersihkan gigi yang baik

sebagian besar responden menyatakan menyikat

adalah sesudah makan pagi dan sebelum tidur

gigi dua kali sehari yaitu sebanyak 82 responden

(Pratiwi, 2007).

(57%).

Mojokerto

menunjukkan

Frekuensi menyikat gigi bukan merupakan


satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap

kesehatan gigi, akan tetapi ketepatan gerakan atau

yang menyikat giginya sekali dalam sehari, lebih

tekhnik menyikat gigi, durasi dan waktu juga

dari setengahnya yaitu sebanyak 16 responden

merupakan

(53,3%), memiliki status DMF-T moderat, 12

faktor

penting

yang

harus

diperhatikan ketepatannya.

responden

memiliki

status

DMF-T

tinggi

2. Status DMF-T pada Anak Usia 10-12 Tahun

(40.0%), dan 2 responden (6,7%) memiliki status

di SDN Kedungmaling Kecamatan Sooko

DMF-T sangat tinggi. 82 responden yang

Kabupaten Mojokerto.

menyatakan menyikat giginya dua kali dalam

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian

sehari diketahui bahwa sebagian besar yaitu

besar responden usia 10-12 tahun memiliki status

sebanyak 40 responden memiliki status DMF-T

DMF-T moderat sebanyak 69 anak (48%), rendah

moderat (48,8%), 35 responden memiliki status

47 anak (32%), sangat rendah 14 anak (9,7%),

DMF-T rendah (42,7%), 6 responden memiliki

tinggi 13 anak (9%0, dan sangat tinggi 2 anak

status DMF-T sangat rendah (7,3%), dan hanya 1

(1,4%) yang jika dirata-rata maka status DMF-T

anak yang memiliki status DMF-T tinggi (1,2%).

anak10-12 tahun adalah 2,88 dan termasuk dalam

33 responden yang menyatakan menyikat giginya

kategori moderat. Indikator dan target pencapaian

tiga kali dalam sehari diketahui bahwa 13

gigi sehat tahun 2010 yang ditentukan oleh WHO


untuk anak usia 12 tahun dengan indeks DMF-T

responden memiliki status DMF-T moderat


62
(39,4%), 12 responden memiliki status DMF-T

sebesar 1 tidak tercapai. Hal ini dikarenakan

rendah (36,4%), dan 8 responden memiliki status

bahwa pencegahan karies dengan menyikat gigi

DMF-T sangat rendah (24,2%).

tidak hanya frekuensinya saja yang harus tepat,

Status DMF-T tersebut bisa saja dipengaruhi

akan tetapi pemakaian pasta gigi, tekhnik atau

oleh beberapa indikator disamping frekuensi

gerakan menyikat gigi, dan durasinya juga harus

menyikat gigi, pemakaian pasta gigi, ketepatan

tepat. Pemberian tablet fluor dan pengulasan

gerakan atau tekhnik menyikat gigi, durasi

cairan fluor pada gigi juga dianjurkan untuk

maupun waktu yang tepat untuk menyikat gigi.

mencegah terjadinya karies.

Data hasil penelitian diketahui bahwa 67% anak

3. Hubungan Antara Frekuensi Menyikat Gigi

usia 10-12 tahun menyikat giginya sebelum

dengan Status DMF-T Pada Anak Usia 10-12

makan. Apabila beberapa indikator menyikat gigi

Tahun di SDN Kedungmaling Kecamatan

dilakukan dengan tepat, maka dimungkinkan

Sooko Kabupaten Mojokerto.

kejadian

Hasil

tabulasi

dapat

menurun

prevalensinya. Pelaksanaan menyikat gigi dengan

frekuensi menyikat gigi dengan status DMF-T

cara dan waktu yang tepat serta efektif dapat

pada

SDN

membantu menjaga kebersihan dan kesehatan

Kedungmaling Kecamatan Sooko Kabupaten

mulut. Selain ketepatan menyikat gigi, pola

Mojokerto, diketahui bahwa dari 30 responden

makan makanan yang mengandung glukosa dan

usia

10-12

antara

karies

hubungan

anak

silang

gigi

tahun

di

karbohidrat yang bersifat lengketpun berperan

dengan cara memberikan pendidikan kesehatan

dalam pembentukan karies. Peran orang tua,

gigi

guru, serta petugas UKS di wilayah setempat

kalangan
masyarakat.
64
Pendidikan kesehatan gigi yang disampaikan

sangat

memberikan

kepada masyarakat mengenai kesehatan gigi,

pengetahuan dan motivasi tentang kesehatan gigi

diharapkan mampu merubah perilaku kesehatan

dan mulut, agar anak-anak bisa mandiri dalam

gigi individu atau masyarakat (Karefa, 1969

menjaga

dikutip dari Budiharto, 2009).

dibutuhkan

kesehatan

dalam

giginya

dengan

upaya

kepada

seluruh

menyikat gigi dengan cara dan waktu yang tepat


serta mengontrol konsumsi makan-makanan yang

SIMPULAN

dapat mengakibatkan akumulasi plak pada gigi

1. Frekuensi menyikat gigi pada anak usia 10-12

anak.

tahun di SDN Kedungmaling Kecamatan

Gigi yang jarang dibersihkan maupun sudah

Sooko

Kabupaten

didapatkan

dibersihkan tetapi caranya kurang tepat akan

sebagian

meninggalkan sisa-sisa makanan pada gigi,

menyikat gigi dua kali sehari yaitu sebanyak

terutama

82 responden (57%).

di

sela-sela

gigi

yang

dapat

menyebabkan terjadinya gigi karies pada anak


(Pratiwi,

2007).

Sisa-sisa

makanan

yang

besar

Mojokerto
responden

menyatakan

2. Status DMF-T pada anak usia 10-12 tahun di


SDN

Kedungmaling

Kecamatan

Sooko

menempel pada gigi dan yang tertinggal di sela-

Kabupaten Mojokerto rata-rata 2,88 dan

sela gigi tersebut akan difermentasi oleh bakteri

termasuk dalam kategori Moderat.

menjadi asam dalam waktu kurang lebih 20 menit

3. Tidak

ada

Hubungan

antara

Frekuensi

setelah makan. Asam yang di produksi oleh

Menyikat Gigi dengan Status DMF-T Pada

bakteri akan merusak struktur gigi sedikit demi

Anak

sedikit (Pratiwi, 2007). Kerusakan gigi bisa

Kedungmaling Kecamatan Sooko Kabupaten

meluas dan dapat merusak struktur gigi yang lain

Mojokerto.

Usia

10-12

Tahun

di

SDN

bila hal ini dibiarkan secara terus-menerus. Gigi


anak-anak

akan

tetap

sehat

tanpa

terjadi

gangguan fungsi gigi jika kebersihan gigi selalu

SARAN
1. Bagi Responden

terjaga. Menurut Pratiwi, 2007 membersihkan

a. Healt Education tentang perawatan gigi.

gigi yang baik adalah sesudah makan pagi dan

b. Menghindari makanan yang mengandung

sebelum tidur. Terjadinya gangguan fungsi gigi

karbohidrat dan gula seperti coklat atau

dan mulut menimbulkan gangguan pada sistem

permen.

pencernaan anak yang secara tidak langsung


menghambat proses tumbuh dan kembang pada
anak (Tarigan, 1989). Hal tersebut dapat dicegah

2. Bagi Institusi Sekolah Dasar, Diharapkan


pihak

sekolah

khususnya

guru

UKS

sebaiknya memelaksanakan TRIAS UKS


antara lain :

Mangoenprasodjo, Setiono. 2004. Gigi Sehat


Mulut Terjaga. Edisi Pertama. Yogyakarta :
Thinkfresh

a. Melaksanakan Pendidikan Kesehatan di


sekolah khususnya tentang kesehatan gigi
dan mulut.
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
di sekolah dengan melakukan rujukan
bagi anak yang menderita karies ke sarana

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian :


Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
Birnbaum, Warren. 2009. Diagnosis Kelainan
dalam
Mulut
:
Petunjuk
Bagi
Klinisi/Penulis. Editor Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta : EGC

pelayanan kesehatan (Puskesmas).


c. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
dengan

mengontrol

dan

memotivasi

pengelola kantin sekolah untuk tidak


menyediakan jajanan atau makanan yang
mengandung karbohidrat dan gula seperti
permen atau coklat, menyediakan sarana
air bersih di sekolah juga diharapkan
dapat menjadi sarana bagi anak untuk
melakukan kumur-kumur setelah makan
karena sangat kecil kemungkinan anak
melakukan sikat gigi di sela-sela waktu
belajar di sekolah, serta meningkatkan
kerjasama dengan petugas kesehatan yang
berada di Puskesmas baik petugas UKS,
maupun petugas kesehatan lainnya.
3. Bagi

Penelitian

Selanjutnya,

Depkes RI, 1992. Kesehatan 1992:Undangundang Republik Indonesia Tentang


Kesehatan.
Herijulianti, Eliza. 2001. Pendidikan Kesehatan
Gigi. Edisi Pertama. Jakarta : EGC
Hermawan, Rudi. 2010. Menyehatkan Daerah
Mulut. Edisi Pertama. Yogyakarta : Buku
Biru
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode
Penelitian
Kesehatan
;
Paradigma
Kuantitatif. Edisi Pertama. Surabaya :
Health Books Publishing
Langlais, Robert P. 1996. Latihan Membaca Foto
Rongga Mulut. Edisi Pertama. Jakarta :
Hipokrates, 1996
Mansjoer, Arif [at all]. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran/editor. Edisi Ketiga. Jakarta :
Media Aesculapius

Karena

keterbatasan waktu dan tenaga, diharapkan


bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai status DMF-

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Penelitian Keperawatan. Edisi Kedua.
Jakarta : Salemba Medika

T tidak hanya dalam hubungannya dengan


frekuensi menyikat gigi sehingga diperoleh
hasil penelitian yang lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Oktavia, Rafita 2013. Pengertian Gosok Gig :


www.scribd.com/doc/187982161/Pengertian
-Gosok-Gigi
Pratiwi, Donna & Sp. Prosto. 2007. Gigi Sehat.
Edisi Pertama. Jakarta : PT. Kompas Media
Nusantara

Rahmad H. Dede. 2009. Ilmu Perilaku Manusia


Pengantar
Psikologi
Untuk
Tenaga
Kesehatan. Edisi Pertama. Jakarta : CV.
Trans Info Media
Riduwan. 2010. Dasar-Dasar Statistika. Edisi
Kedelapan. Bandung : Alfabeta
Sedarmayanti, Syarifudin. 2002. Metodologi
Penelitian. Edisi Pertama. Bandung :
Mandar Maju
Setiadi. 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia.
Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu
Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Pertama.
Jakarta : Rineka Cipta
Sudigdo, Sastroasmoro. 1995. Dasar-Dasar
Metodologi
Penelitian
Klinis.
Edisi
Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara
Tarigan, Rasinta. 1989. Kesehatan Gigi dan
Mulut. Edisi Pertama. Jakarta : EGC
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk
Profesi Perawat. Edisi Pertama. Jakarta :
EGC

You might also like