Women in Comoros Tribe, Papua
Women in Comoros Tribe, Papua
Women in Comoros Tribe, Papua
Daily Activity, Diet And Health Seeking Behavior of Pregnant and Postpartum
Women in Comoros Tribe, Papua
Qomariah Alwi
Abstract
Background: According to a quick Survey of Papua in 2000, MMR of Papua province was about
750 to 1.300, especially Mimika district was about 1.100per 100.000 live birth. This number is 4
times higher than national number.
Objective: The aim of this research is to get information due to pregnant and lactating mother
behaviors in health care.
Methode: Design is qualitative fenomenologic approach. This research was carried out in 2005
in Mimika District ofPTFreeport Indonesia (PT FI) project area to indigenous people: Kamoro
tribe who lived in Mwapi and Poumako villages. Collecting data by indepth interview and
observation in daily activities, food patern dan seeking health care.
Result: That pregnant and lactating mother's daily activities in seeking food to jungle, river and
sea tend to dangering mothers health. Beside that their food taboos with high protein caused
anaemia and low energic chronic. Those mothers also still seeked treatment of traditional birth
attendants and avoided health care of midwife who live near their houses.
Conclusion: Explanation about diet and security on the pregnant and lactating mother to
prevent the occurrence complication or even dead.
Abstrak
Latar belakang: Menurut Survei Cepat AKI Papua tahun 2000, AKI propinsi Papua berkisar
antara 750 sampai 1.300, khususnya AKI Kabupaten Mimika sebesar 1.100 per 100.000 KH.
Angka ini sekitar 3-4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional.
Tujuan: Mengetahui perilaku ibu-ibu Suku Kamoro selama kehamilan dan masa nifas dalam
memelihara kesehatannya.
Metode: Disain penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomonologi
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Mimika pada wilayah kontrak kerja PT Freeport Indonesia
(PT FI) pada penduduk asli: Suku Kamoro yang tinggal di desa Mwapi dan Poumako.
Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan pengamatan berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari, pola makan dan perilaku pencarian pengobatan.
Hasil: Aktivitas sehari-hari ibu hamil dan masa nifas mencari bahan makanan di hutan, sungai
dan laut berpotensi membahayakan kesehatan ibu. Pola makanan pantang yang mengandung
protein tinggi menyebabkan ibu menderita anemia and kurang energi dan kalori. Pencarian
pengobatan dari dukun bayi dan menghindari pertolongan bidan yang tinggal tidak jauh dari
rumahnya. Hal ini dapat memungkinkan terjadi komplikasi persalinan atau kematian ibu.
Kesimpulan: Perlunya penjelasan pola makan dan keamanan pada ibu hamil dan nifas untuk
mencegah terjadinya komplikasi persalinan yang berakibat kematian ibu.
Kata kunci: aktivitas, pola makan. pengobatan, kehamilan, nifas, Suku Kamoro.
73
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1, No 2, April 2011 : 73 - 83
74
Aktivitas sehari-hari, pola makan dan perilaku...( Qomariah)
ini pemerintah bersama dengan PT FI brosur, surat kabar harian lokal Timika Pos,
membangun beberapa unit rumah tembok Radar Timika dan Jayapura Post. Analisis
untuk tempat tinggal penduduk Suku Kamoro data dilakukan dengan mengikuti James
yang dipindahkan sekitar 6-10 tahun yang Spradley yaitu dengan analisis domain
lalu dari rumah aslinya bertiang panjang (menggabungkan) dan analisis taksonomik
(kapiri kame) di desa-desa tepi laut, delta, (menghubungkan).10 Keabsahan data di-
atau pulau kecil. Karena keterbatasan waktu periksa dengan triangulasi yaitu trianggulasi
dan tenaga maka penelitian ini dibatasi hanya sumber informasi, dan trianggulasi metode
pada Suku Kamoro. Cara pengumpulan data pengambilan data. Selain itu keabsahan
yaitu dengan wawancara mendalam one to diperiksa dengan ketekunan pengamatan
one (indepth interview), pengamatan (dilakukan berulang-ulang), dan review
berperan-serta (participant observation) dan informan kunci (dukun, bidan).''
studi dokumentasi. Pengamatan berperan
serta dilaksanakan secara berulang-ulang HASIL
secara serentak dengan wawancara men-
1. Aktivitas dan Pola Makan Sehari-hari
dalam pada subyek/informan inti ibu usia
kehamilan tujuh bulan sampai dengan satu Gambar berikut ini adalah taksonomi
bulan setelah persalinan. Informan inti aktivitas dan pola makan sehari-hari ibu-ibu
sebanyak 4 orang yaitu 2 ibu dari desa hamil dan masa nifas Suku Kamoro.
Mwapi dan 2 dari desa Poumako. Pemilihan
informan didasarkan atas kaidah yang Aktivitas sehari-hari ibu-ibu hamil 7 bulan
berlaku dalam metode penelitian kualitatif sampai bersalin dengan ibu-ibu mulai 1
yaitu kesesuaian (appropriateness) dan minggu masa nifas tidak begitu berbeda yaitu
kecukupan (adequacy). mencari bahan makanan dari pukul 6 pagi
hingga pukul 4 sore. Ibu-ibu ini secara
Pada wawancara mendalam ditanyakan berkelompok 2-4 orang ataupun sendirian
tentang hal-hal yang berkaitan dengan naik perahu kayu (kole-kole) berdayung
aktivitas sehari-hari, pola makan dan perilaku menyusuri sungai atau delta untuk mencari
pencarian pengobatan. Sedangkan pada ikan, karaka, siput, ulat tambelo, daun-
kegiatan observasi diamati kegiatan ibu daunan dan buah-buahan. Kegiatan ini
sewaktu berada di rumah dan lingkungannya, disebut 'meramu" dengan membawa alat
pengolahan dan pendistribusian makanan berupa kapak, jaring, pancing dan noken (tas
untuk keluarga, serta bila sakit kemana ibu kulit kayu tradisional). Perahu ditambatkan
berobat dan bagaimana konsumsi obatnya. di suatu tempat sesuai kesepakatan, dan
Wawancara mendalam juga dilakukan mereka menyebar di sekitarnya, sorenya
dengan sekitar 30 orang informan pendukung berkumpul kembali ke perahu untuk pulang
yang terkait langsung atau tidak langsung bersama.
dengan pemeliharaan kesehatan ibu antara
lain; keluarga informan, tetangga, dukun Pada waktu menangkap berbagai jenis
bayi, kader, bidan, dokter dan kepala suku. binatang air mereka merendamkan tubuh
Untuk kepala suku ditanyakan hal-hal yang sampai pinggang di air rawa dan delta. Bila
terkait dengan budaya misalnya tentang membutuhkan kayu bakar maka melakukan
tanggung jawab pengadaan makanan untuk penebangan pohon, memanjat pohon untuk
keluarga, makanan pantang, sanksi terhadap mengambil daun atau buahnya dan menggali
pelanggaran budaya, dan tentang pengobatan tanah untuk mengambil umbi-umbian.
tradisional. Kegiatan rutin meramu ini menurut mereka
tidaklah memberatkan, malah mereka senang
Selain itu wawancara dilakukan dengan setiap hari pergi meramu dan makan
pejabat terkait langsung maupun tidak sepuasnya dari pada berdiam diri di rumah
langsung yaitu pejabat Bappeda Pemda mengerjakan tugas 'ringan' seperti mengurus
Mimika, Suku Dinas Kesehatan Kabupaten rumah dan anak-anak dengan bahan makanan
Mimika, dan Departemen Kesehatan yang terbatas untuk seluruh keluarga.
Masyarakat dan Pengawasan Malaria PT FI.
Dalam studi dokumentasi dikumpulkan Ibu-ibu masa nifas sering pergi meramu
laporan pemerintah daerah (Bappeda dan dengan membawa anak yang masih
Dinas Kesehatan), laporan PT FI, majalah, menyusu, dimasukkan dalam noken dan
75
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1, No 2, April 2011 : 73 - 83
dibaringkan dalam perahu. Setelah sampai di dibawa ibunya. Di lokasi meramu, untuk
lokasi meramu, bayi ditinggal dalam perahu makan siang ibu memanggang bahan
yang ditambat di bawah pohon pinggir makanan yang diperoleh dengan kayu bakar
sungai atau dibaringkan di bawah pohon atau dimakan mentah seperti ulat tambelo
sementara ibunya meramu di sekitarnya. Bila kemudian selebihnya dibawa pulang. Lama
bayi sudah lepas menyusu maka bayi perjalanan sekitar 1-1,5 jam sehingga tiba di
ditinggalkan diurus oleh kakak-kakaknya desa sekitar pukul 5 sore, mereka tersebut
yang juga sudah biasa mengolah makan berkumpul di lapangan menggelar sebagian
siangnya sendiri dari bahan makanan yang bahan makanan yang diperoleh untuk dijual.
Mengolah Makanan
Mengurus Anak-anak dan
T
Kurang Energi
Rumah tangga Kelelahan
Kalori, Anemia
Fisik
1' ii f
Konsumsi Terbatas
Makanan Ibu mendapat
Diutamakan Makanan yg masih Jenis/ Jumlah
Untuk Suami Tradisi Makanan
tersisa
Pantang
/anak-anak
Pembelinya adalah para pendatang yang penjualan dibelikan bahan makanan seperti
tinggal di sekitar desa atau penduduk asli garam, minyak goreng, bawang, gula, kopi
yang berhalangan pergi meramu. Uang hasil dan lainnya. Sampai di rumah ibu-ibu
76
Aktivitas sehari-hari, pola makan dan^perilaku...( Qomariah)
mengolah bahan makanan dengan Masalah lain dalam pola makan ibu hamil
membakar/memanggang atau merebus, bila adalah makanan pantang yang harus diikuti
ada minyak goreng maka menumis atau antara lain: ikan belut yang dipercayai dapat
menggoreng. Ibu menyajikan makanan menyebabkan bayi menjadi cacat; burung
dengan memisahkan sebagian makanan yang kasuari yang dipercayai dapat membuat mata
lebih istimewa untuk suami, selebihnya bayi kerjap-kerjap; penyu yang dipercayai
untuk anak-anak dan dirinya sendiri. Urusan dapat membuat jari tangan dan kaki bayi
rumah tangga seperti membersihkan rumah, seperti jari kura-kura; dan kelapa putih
mencuci pakaian, dan mengurus anak diyakini dapat membuat bayi menjadi besar.
dilakukan dari sisa waktu yang ada atau Pada masa nifas, jenis pantangan setelah
sudah dilakukan oleh anak-anak pada siang persalinan antara lain ulat tambelo, sagu
hari. bola, ikan mulut tikus, ikan kakap, ikan pari,
cumi-cumi, kus-kus, ikan pasir, kura-kura,
"Ibu-ibu hamil masih tetap pergi
biawak, cendrawasih, dan daging anjing.
meramu meski sudah hamil tua, mereka
bam berhenti meramu apabila merasakan Dukun bayi GV di desa Mwapi menguraikan
mulai sakit perut tanda mau melahirkan hal berkaitan dengan itu:
atau merasakan ada keluhan penyakit
yang dapat mengganggu perjalanan. Oleh "Ibu yang sedang hamil tidak boleh
karena itu tidakjarang terjadi persalinan makan kepala burung terutama burung
di lokasi meramu karena tidak sempat pelikan, apabila dilanggar anaknya akan
atctu tidak kuat lagi untuk pulang ke lahir cacat misalnya tidak bisa mengisap
rumah. Proses persalinan yang terjadi di susu ibunya. Tidak boleh makan kuskus
lokasi meramu dapat ditolong oleh ibu- pohon nanti mata bayinya akan seperti
ibu dalam kelompok terutama yang sudah mata kuskus, juga makan penyu dan ikan
berpengalaman melakukan persalinan pari burung yang akan membuat
atau menolong persalinan, atau dapat petumbuhan bayilambat".
dilakukan sendiri tanpa pertolongan
siapapun ". 2. Pencarian Pelayanan Kesehatan dan
Pengobatan
Ibu AY yang didampingi oleh dukun bayi
(mama biang) BA di Mwapi menceritakan Ibu-ibu dalam penelitian ini adalah penduduk
tentang kegiatannya selama hamil sampai pindahan sekitar 6-10 tahun berada di
bersalin. pemukiman baru rumah tembok bangunan
"Kami jarang menghitung kapan waktu pemerintah dan PT FI. Perubahan lingkungan
bersalin, meskipun perut sudah besar pemukiman ini membuat perubahan dalam
kami tetap seperti biasa pergi meramu pola kehidupannya termasuk perilaku
hingga sore hari. Tidak masalah terjadi pencarian pengobatan. Gambar 2 di atas
persalinan di pinggir sungai, rawa, delta memperlihatkan alur perilaku ibu-ibu
atau pantai. Tidak ada tradisi yang tersebut yang dipengaruhi oleh faktor
melarang ibu hamil pergi meramu. eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
Tergantung kemauan kami sendiri yaitu pengaruh keluarga, tetangga termasuk
merasakan kemampuan fisik dan kondisi pendekatan dari petugas kesehatan serta jarak
persediaan bahan makanan di rumah ". rumah ke pelayanan kesehatan. Dalam
penelitian ini untuk faktor pengaruh keluarga
Jenis, jumlah dan frekuensi makanan ibu tetangga tidak terlalu besar karena sebagian
sehari-hari tidak menentu dan tidak teratur. besar penduduk di desa ini adalah Suku
Dalam keadaan hamil dan masa nifas, Kamoro yang baru pindah (homogen). Faktor
kemampuan dan kekuatan fisik ibu terbatas jarak juga tidak masalah karena ada 2 unit
untuk mengambil dan mengangkut bahan pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas
makanan serta kayu bakar ke rumah. Namun Mapurujaya yang tidak jauh dari desa Mwapi
ibu yang anggotanya keluarga banyak harus dan Klinik Poumako di desa Poumako yang
membawa bahan makanan yang banyak pula, berjarak sekitar 7 km.
karena kalau kurang maka ibu yang terakhir
makan akan tidak kebagian. Yang menjadi permasalahan besar di sini
adalah faktor pendekatan petugas kesehatan
kepada penduduk. Pelaksanaan pelayanan
77
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1, No 2, April 2011 : 73 - 83
Puskesrnas
Mapurujaya
- Klinik
Poumako
Periksa Kesehatan/
PengobatanUlangan
78
Aktivitas sehari-hari, pola makan dan perilaku...( Qomariah)
Dalam beberapa kali kunjungan peneliti, Untuk Klinik Poumako yang diselenggarakan
Puskesmas terkesan kotor dengan halaman oleh PT FI, kunjungan pasien cukup ramai
penuh ilalang, terlihat petugas Pus- kesmas setiap hari sekitar 100 orang. Petugas
duduk ngobrol di bangku depan dari pukul 9 kesehatan tidak tinggal di klinik, mereka
pagi, dan pada pukul 11 mulai hilang satu tinggal di Timika setiap hari pukul 7.00 pagi
persatu. Alasan petugas Pus kesmas, sepinya sudah berada di klinik dan pulangnya pukul
pengunjung disebabkan penduduk jarang 4.00 sore (lama perjalanan Timika
berada di desa, penduduk lebih suka Poumako sekitar 1 jam). Menurut penduduk
bernomaden ke daerah delta/pantai selama mereka lebih suka ke klinik karena tidak
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. membayar dan obat-obatan klinik lebih bagus
kemasannya, bahkan dari desa Mwapipun
Bidan di Puskesmas tersebut ada 5 orang, ada yang berjalan kaki mendatangi klinik
mereka menyatakan sulit melakukan Poumako. Mereka juga menyatakan petugas
pendekatan kepada penduduk. Mereka klinik ramah dan sering mendatangi rumah-
mengeluh masyarakat di sekitar Puskesmas rumah penduduk untuk mencari penduduk
memanggil bidan hanya karena ibu mau yang sakit yang tidak (mau/sanggup) datang
melahirkan sudah dalam keadaan darurat. ke klinik; untuk diobati di rumah atau di
Bila dapat ditolong juga, penduduk tidak mau bawa ke klinik/rumah sakit.
membayar jasa bidan yang sudah dipanggil Namun di klinik tetap saja tidak banyak ibu-
ke rumah bahkan berterima kasihpun tidak. ibu hamil yang datang memeriksakan diri
Karena itu bidan sering mencari dalih karena mereka lebih suka pergi meramu
mengelak datang, penduduk lalu bersikap sehingga bidan kadang-kadang tidak datang
kasar mencaci maki dan mengancam ke klinik. Bidan klinik PT FI tidak tinggal di
sehingga membuat bidan makin menjauh. Polindes yang terletak di sebelah Klinik
Terjadilah hubungan antara penduduk Poumako karena merasa takut. Bidan sudah
dengan petugas Puskesmas Mapurujaya yang pernah mencoba tinggal di Polindes tersebut
tidak harmonis karena saling menyalahkan. tetapi hanya satu bulan karena merasa tidak
Petugas kesehatan Puskesmas Mapurujaya aman meskipun ada ditugaskan laki-laki yang
juga menyatakan bahwa penduduk Suku menemaninya sebagai penjaga klinik.
Kamoro terlalu dimanjakan oleh PT FI, Ibu MA di desa Poumako menceritakan
rumah bagus disediakan. Pelayanan tentang pemeriksaan kehamilannya.
kesehatan Klinik Poumako PT FI dengan
"Pemeriksaan kehamilan cukup dengan
mendatangi pasien ke rumah, pasien
mama biang pada malam hari. Lagi pula
dijemput diantar ke rumah sakit dan
menurut teman-teman dan tetangga, di
sebagainya. Petugas Puskesmas Mapurujaya
klinik sering tidak ada bidan, yang
menyatakan tidak mau memberikan
memeriksa adalah perawat laki-laki, jadi
pelayanan seperti itu dan terserah saja kalau
kami segan ".
penduduk desa Mwapi mau ke Klinik
Poumako yang letaknya jauh atau mau Faktor internal adalah dari aspek
berobat sendiri. penduduknya sendiri, dorongan ibu-ibu hamil
dan masa nifas untuk mencari pelayanan ke
Dalam wawancara dengan penduduk desa petugas kesehatan terganrung pada berat
Mwapi, mereka menyatakan tidak mau ringan kondisi kesehatannya. Budaya
berobat ke Puskesmas yang harus membayar penduduk bernomaden sekeluarga atau
karcis dua ribu rupiah, dibandingkan dengan kelompok yang terdiri dari beberapa
klinik Poumako yang tidak membayar. Untuk keluarga ke lokasi yang cukup jauh juga
memeriksakan kehamilan mereka menyata- menyebabkan ibu-ibu hamil tidak dapat
kan sudah mempunyai mama biang yang menjangkau pelayanan kesehatan di
sudah mereka percaya. Alasan lain mereka Puskesmas atau klinik. Selain itu masih
berkeberatan mendatangi Puskesmas karena kuatnya keyakinan ibu-ibu pada dukun bayi
pagi/siang hari adalah waktu pergi meramu, juga menyebabkan ibu-ibu tidak mau
mereka juga menyatakan bidan-bidan memeriksakan kesehatan dan pengobatan ke
Puskesmas angkuh pada penduduk. bidan yang ada.
79
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1, No 2, April 2011 : 73 - 83
80
Aktivitas sehari-hari, pola makan dan perilakii...( Qomariah)
rumah tangga seperti memasak, mencuci, selama hamil dan masa nifas. Hal ini
membersihkan rumah dan mengambil disebabkan kepercayaan orang Kamoro yang
tanaman yang ada di sekitar rumah untuk lebih besar pada kekuatan sakti yang
bahan makanan. Ibu merasa malu kalau disebutnya Mbii (roh, setan) yang dapat
terlalu lama beristirahat setelah persalinan ditemui di berbagai tempat seperti pohon
karena selama 1-2 hari persalinan bahan besar dan tanah berbukit. Bagi yang tidak
makanan untuknya dan anak-anaknya diper- mengikuti aturan berarti akan kena sanksi
oleh dari 'kebaikan hati' suami atau dari dari mbii sakit, celaka bahkan meninggal.'3
pemberian keluarga dan ibu-ibu tetangga.
Hampir semua jenis makanan yang dipan-
Kegiatan meramu mulai dilakukan ibu pada
tangkan tersebut mengandung protein tinggi
hari ke 6-7 setelah persalinan yaitu setelah
yang sangat dibutuhkan ibu pada masa hamil
lepas tali pusat bayi yang ditandai dengan
dan masa nifas. Sungguh disayangkan bahan
upacara adat.
makanan tinggi protein yang mereka
Kondisi fisik dan mental ibu 1-2 minggu kumpulkan dari pagi hingga sore tidak dapat
belum pulih setelah melakukan persalinan mereka makan, padahal ibu hamil sangat
dan masih rentan terhadap berbagai penyakit membutuhkannya untuk kekuatan meng-
dan risiko, serta dapat memutuskan produksi hadapi persalinannya dan pertumbuhan janin
air susu ibu. Pada masa ini seharusnya ibu yang dikandungnya. Bagi ibu masa nifas
beristirahat setelah mengalami kelelahan jenis makanan tersebut sangat dibutuhkan
fisik akibat persalinan dan mendekatkan diri untuk pemulihan tubuhnya dan kelancaran
dengan bayi yang sangat membutuhkan produksi AST.
dirinya dan asinya. Namun ibu-ibu Suku
Kamoro ini sudah bekerja yang ini dapat 3. Perilaku Pencarian Pengobatan yang
berakibat prolapsus uteri, berbagai penyakit mempengaruhi Kesehatan Ibu
infeksi dan komplikasi. Pemeriksaan kesehatan selama kehamilan
dilakukan untuk dapat mengurangi penyulit-
2. Pola makan yang mempengaruhi penyulit masa kehamilan, mempertahankan
kesehatan ibu kesehatan fisik dan mental ibu, sehingga
Menu seimbang ini ditujukan untuk sebelum persalinan dapat diantisipasi hal-hal
mempertahankan kesehatan dan kekuatan yang akan dapat membahayakan jiwa ibu dan
tubuh ibu, memperkuat daya tahan ibu bayi sehingga persalinan dapat berlangsung
menyembuhkan luka persalinan, pertumbuh- dengan aman dan ibu dapat memenuhi segala
an janin termasuk kecerdasannya, pemulihan kebutuhan janin. Pemeriksaan kesehatan dan
tubuh setelah persalinan dan penyediaan air pengobatan setelah persalinan perlu dilaku-
susu ibu. Beberapa penelitian menunjukkan kan selain ditujukan untuk membantu
perempuan hamil dan masa nifas di negara pemulihan kesehatan ibu juga agar ibu
berkembang masih banyak kekurangan gizi, mampu mempersiapkan air susu yang sehat
malnutrisi dan anemia yang akan menimbul- bagi bayinya.18
kan risiko dalam persalinan, dan pada Ibu-ibu informan di desa Poumako memerik-
pembentukan fisik, kecerdasan dan daya sakan kehamilannya ke klinik hanya 1-2 kali
tahan tubuh anak.17 selama kehamilan dan pada waktu
mengunjungi klinik bukan khusus untuk
Ketidakteraturan pola makan ibu-ibu Kamoro
memeriksakan kehamilannyapun tetapi untuk
selain disebabkan tidak cukupnya jumlah dan
berobat penyakit lain. Ibu-ibu desa Mwapi
jenis bahan makanan yang dimakan karena
bahkan tidak pernah memeriksakan kehamil-
kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuh-
an ataupun berobat selama hamil ke Puskes-
an makanan bergizi dan menu seimbang.
mas yang berjarak sekitar 500 meter dari
Berdasarkan hasil Survey Papua tahun 2001
rumahnya dengan berbagai alasan.
hampir semua (99.3%) ibu-ibu di Papua
menderita anemia berat (26%), sedang Bidan Puskesmas sebanyak 5 orang tidak
(54%), dan ringan (19%), dan sebanyak banyak melakukan upaya penyelamatan
58,9% berisiko terhadap Kekurangan Energi kesehatan ibu dengan berbagai alasan.
Kronis (KEK).2 Ibu-ibu Kamoro masih Masyarakat dengan tingkat pendidikan
sangat paruh dengan tradisi makanan pantang rendah adalah pihak yang seharusnya
81
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1, No 2, April 2011 : 73 - 83
ditolong dan bidan serta dokter adalah untuk menolong pada saat menjelang
petugas yang harusnya tberusaha mencari persalinannya. Pola pelayanan klinik PT Fl
jalan untuk mendekatkan diri. Seorang patut ditiru oleh Puskesmas pemerintah.
Deputi Keluarga Berencana19 menyatakan Petugas pelayanan kesehatan pemerintah dan
bahwa pemanfaatan bidan belum maksimal swasta perlu mempersatukan persepsi tentang
karena Indonesia mempunyai jumlah bidan cara pendekatan kepada penduduk. Perlu
yang paling banyak di dunia. Hasil Riskesdas peningkatan kualitas bidan terutama sikap
2010 menunjukkan masih sekitar 20% ibu- moral kemanusiaan dan keterampilan
ibu hamil tidak memeriksakan kehamilan berkomunikasi serta keikhlasan untuk
pada petugas kesehatan.1 Ibu-ibu hamil desa menolong. Bidan yang ramah simpatik
Mwapi termasuk dalam 20% yang tidak mau rendah hati dengan harga yang terjangkau,
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas. pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
baik maka jalan akan terbuka lebar.
KESIMPULAN DAN SARAN
UCAPAN TERIMA KAS1H
1. Aktivitas sehari-hari ibu-ibu hamil Suku
Kamoro dalam meramu menyebabkan Ucapan terima kasih pertama ditujukan
persalinan sering terjadi di lokasi meramu kepada ibu-ibu Suku Kamoro dan informan
dengan pertolongan atau tanpa lainnya yang bersedia memberikan informasi
pertolongan dapat menyebabkan berbagai yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kedua
penyakit infeksi, perdarahan, persalinan terima kasih ditujukan kepada pihak Dinas
yang tidak aman berakibat fatal bagi ibu Kesehatan Kabupaten Mimika dan pihak PT
dan bayi. Ibu seminggu masa nifas sudah Freeport Indonesia yang telah membantu
turun meramu dapat menyebabkan kelancaran penelitian ini. Tak lupa terima
kelelahan fisik, prolapsus uteri, penyakit kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan
infeksi, perdarahan, dan terhentinya kepada konsultan penelitian saya yaitu Prof.
produksi asi. Dr. Soegeng Santoso, M.Pd dan Prof. Dr.
2. Pola makan ibu-ibu hamil dan masa nifas Zainal Rafli, M.Pd yang telah membimbing
yang tidak teratur baik jumlah jenis dan baik materi maupun teknis penelitian ini.
frekuensinya dapat berakibat ibu
menderita KEK dan anemia. Banyaknya DAFTAR PUSTAKA
jenis makanan pantang tinggi protein 1. Kementerian Kesehatan RI, Riset Kesehatan
sangat merugikan kesehatannya. Dasar. 2010. Jakarta.
3. Perilaku ibu-ibu Suku Kamoro di kedua 2. Dinas Kesehatan Propinsi Papua & FK UL, Hasil
desa masih bertahan dengan pengobatan Survey Cepat Kematian Ibu di 7 Kota dan
Kabupaten Propinsi Papua Tahun 2000-2001.
tradisional yang cenderung merugikan
2002. Jayapura.
kesehatan ibu kna tidak terdeteksinya 3. Profesi Bidan di Indonesia Dibutuhkan, tapi
kelainan atau bahaya selama kehamilan, Diacuhkan.2009.http://fnrucucekari.
tidak terobatinya penyakit yang diderita multiply.com/journal/itenV20
sehingga berakibat komplikasi yang dapat 4. McCarthy, James and Deborah Maine, A
Framework for Analyzing the Determinants of
membawa kematian ibu/ bayi. Maternal Mortality. 1992. Geneva: WHO.
4. Masalah yang terlihat pada Puskesmas 5. Swasono, Meutia Farida, Beberapa Aspek Sosial
Budaya Kehamilan, Kelahiran serta Perawatan
Mapurujaya bukan jumlah bidan yang Ibu. 1998. Jakarta: UI Press.
kurang tetapi kualitas dan pemerataan 6. Iskandar M. B., et al., Mengungkap Mistcri
penempatan bidan. Bidan yang Kematian Ibu di Jawa Barat. 1996. Jakarta: Pusat
ditempatkan di desa dengan keterampilan Penelitian Kesehatan Lembaga Pendidikan UI.
7. Erari, Karel Phil, Tanali Kita, Hidup Kita. 1999.
komunikasi dan pendekatan moral yang Jakarta: Pcnerbit Pustaka Sinar Harapan.
terbatas akan menimbulkan hubungan 8. PT Freeport Indonesia, Peranan PT Freeport
yang tidak harmonis dengan penduduk. Indonesia dalam Pembangunan Masyarakat Irian
Jaya di Kabupaten Mimika. 2000. Jakarta: PT
Pendekatan pelayanan kesehatan terhadap Freeport Indonesia.
penduduk dengan berbagai upaya perlu 9. Bachriadi Dianto, Merana di tengah Kelimpahan.
dilakukan dengan mendata semua ibu-ibu 1998. Jakarta: Elsam.
hamil yang ada di desa dan melakukan 10. Spradley, James P., The Ethnographic Interview
(Metode Etnografi), Terjemahan Misbah Zulfa
kunjungan rumah serta bersikap waspada
82
Aktivitas sehari-hari, pola makan dan perilaku...( Qomariah)
Elizabeth. 1997. Yogyakarta: Tiara Wacana 15. Doyal, Lesley, In Sickness and in Health. 1997.
Yogya. Kuala Lumpur: WHO ARROW.
11. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian 16. Aliansi Pita Putih, Gerakan Partisipatif
Kualitatif. 1995. Bandung: Remaja Rosdakarya. Penyelamatan Ibu Hamil, Menyusui dan Bayi.
12. Mohamad, Kartono, Kontradiksi dalam 2003. Jakarta.
Kesehatan Reproduksi. 1998. Jakarta: Pustaka 17. Handrawan Nadesul, Makanan Sehat untuk Ibu
Sinar Harapan. Hamil. 2000. Jakarta: Puspa Swara.
13. Rahangiar, Stephanus, Etnografi Suku Bangsa 18. Fakultas Kedokteran Universitas Padja djaran,
Kamoro. 1994. Timika: PT FI. Obstetri Fisiologi. 1983. Bandung: Penerbit
14. Kepastian Hukum Bagi Perempuan Belum Eleman.
Tampak. Radar Timika, 6 November 2001. 19. Pemanfaatan Bidan oleh Masyarakat Belum
Maksimal. Jayapura Pos. 7 November 2002.
83