Tesis
Tesis
Tesis
Oleh
ISWADI
By
ALI SIDIK
This study uses descriptive qualitative method with institutional and management
approaches. The variables were studied are patterns of relationship and
communication, as well as accommodation and governance functions. The data
were obtained from interviews informants and secondary data on laws,
regulations, and reading materials that have relevance to the problems examined.
The results showed that Bawaslu role in the handling of violations in the general
elections of DPR, DPD and DPRD members year 2014 in Lampung province is
still less than optimal, it is caused by several factors: first, the lack of capacity of
human resources (HR); weak human resource capacity of election supervisors at
the district / city and election supervisory ranks below to understand and carry out
their duties and functions. This condition occurs because of the nature of
institutional panwaskab / town which is adhoc, adhoc election recruitment pattern
is still not good, and the low budgetary allocation surveillance in the area. Second,
regulatory factors, there are a number of provisions that restrict Bawaslu in
maximizing its role, such as: short handling time violation, Bawaslu is not
authorized to forcedly call in the clarification process, and the obligation to
prepare minimum of two (2) evidence in forwarding the recommendations.
Oleh
ALI SIDIK
Sedangkan dilihat dari hubungan kelembagaan, fungsi akomodasi dan tata kelola
yang diselenggarakan Bawaslu Provinsi Lampung sudah berlangsung baik, dan
menjadi faktor pendorong bagi Bawaslu Provinsi Lampung dalam penerapan
manajemen kelembagaan untuk mengoptimalkan peran Bawaslu Provinsi
Lampung dalam penanganan pelanggaran dan penegakkan hukum pemilu pada
Pemilu DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014.
Oleh
ALI SIDIK
Tesis
1 Pugung Raharjo dan lulus pada tahun 1988. Pada tahun yang sama penulis
dan lulus pada tahun 1991. Selanjutnya tahun 1991 penulis terdaftar sebagai
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung setelah dinyatakan lulus tes
sarjana (Strata 1) diselesaikan penulis pada tahun 1999. Pada tahun 2013 penulis
Daerah.
Sejak masih menjadi mahasiswa program sarjana (Strata 1) penulis telah memiliki
Lembaga Seni Budaya Muslim (Lesbumi) Provinsi Lampung. Selain itu, penulis
juga memiliki minat yang tinggi dalam bidang kepemiluan sehingga pada rentang
waktu tahun 1999 sampai dengan 2001 penulis juga pernah bergabung dengan
Daerah Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Kota Metro, dan pada tahun
2003 terpilih menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Metro masa
Saat ini penulis masih menjabat sebagai Pimpinan Badan Pengawas Pemilihan
Umum (Bawaslu) Provinsi Lampung masa jabatan tahun 2012 sampai dengan
tahun 2017.
MOTO
(Ali Sidik)
(Rudy Habibie)
PERSEMBAHAN
DAN
UNTUK ALMAMMATER TERCINTA UNIVERSITAS
LAMPUNG”
“Terima kasih telah memberikan banyak pengetahuan dan
pengalaman”
SANWACANA
Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas hutang budi penulis kepada sejumlah
individu, untuk itu dari relung hati yang terdalam penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Dr. Dra. Ari Darmastuti, M.A. selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak
Dr. Drs. Soewondo, M.A. selaku dosen pembimbing kedua sekaligus Sekretaris
Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan FISIP Unila, yang pada setiap
kesempatan bertemu selalu memberikan dorongan, arahan dan bimbingan dalam
arti yang sesungguhnya dalam penulisan tesis ini.
2. Bapak Drs. Hertanto, M,Si., Ph.D., selaku dosen pembahas sekaligus Ketua
Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan FISIP Unila, yang telah banyak
memberikan masukan serta saran yang konstruktif dalam penulisan tesis ini.
3. Bapak Dr. Drs. Syarief Makhya, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang tiada
henti mendorong penulis menyelesaikan tesis dan studi di sela-sela kesibukan
tugas di Bawaslu Provinsi Lampung,
4. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si dosen sesepuh yang selalu perhatian pada
kelangsungan studi mahasiswanya.
Ucapan terimakasih yang tidak terkira juga penulis sampaikan kepada para
narasumber yaitu:
Selanjutnya, penyelesaian penulisan tesis ini juga tidak terlepas dari jasa yang tidak
terhingga dari teman-teman penulis, seperti Alvindra, Asyil Aripatriansyah,
Candrawansah, Dedi Fernando, Gesit Yudha, Martharia Putri Tanjung, Maulida Ulfa,
Nazarudin Togakratu, serta sejumlah individu yang tidak bias penulis sebutkan satu
per satu tanpa mengurangi hormat untuk seluruhnya saya mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga. Khusus bagi sahabatku Alvindra, terimakasih yang tak terhingga
dan setulus-tulusnya atas dedikasi dan dukungannya hingga melapangkan jalan dalam
penyelesaian pengerjaan tesis ini.
Dari almamater tercinta Universitas Lampung, Bandar Lampung, kepada Rektor Prof.
Dr. Ir. Hassriadi Mat Akin, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Drs. Agus
Hadiawan, M.Si., Ketua dan Sektretaris Program Studi Ilmu Pemerintahan Drs.
Denden Kurnia Drajat, M. Sidan Drs. R. Sigit Krisbiantoro, M.I.P., Ketua dan
Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Drs. Hertanto, M.Si., Ph,D.,
dan Dr. Drs. Soewondo, M.A., segenap dosen dan staf di lingkungan FISIP Unila,
serta para senior dan seniorita, saya mengucapkan berjuta terimakasih.
Terakhir, kepada istriku Sri “Jatie” Astuti dan kedua Anakku “kakak” Aliya Nur
Imani Siddiq dan “adek” Ana Fakhiranissa Nur Islami Siddiq yang sering ditinggal
pergi atas nama pekerjaan, namun tetap luar biasa pengertian dan kelapangan hatinya
demi memahami suami dan ayahnya, penulis hanya bias berdo’a semoga
pengorbanan kalian berbalas ganjaran setimpal dari Allah azzawajalla, amien.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN
6.1 Simpulan................................................................................................................186
6.2 Saran.......................................................................................................................189
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR SINGKATAN
MK : Mahkamah Konstitusi
UU : Undang-Undang
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
Pemilu tahun 1971 yang merupakan pemilu pertama di era Orde Baru
Partai Politik dan Golkar menjadi anggota panitia pemilu dari pusat sampai
secara ex officio dijabat oleh Menteri Dalam Negeri dan para Kepala
simbolik saja. Begitu juga pada Lembaga Pengawas Pemilu dari tingkat
pusat sampai dengan tingkat daerah dijabat secara ex officio oleh Jaksa
pemilu-pemilu pada masa Orde Baru dinilai oleh sejumlah pengamat politik
tidak memenuhi kriteria sebagai pemilu yang demokratis. Hal ini karena
Indonesia pada masa Orde Baru menjadi alat kepentingan mesin politik
Soeharto.
Baru sebagai mesin politik untuk selalu memenangkan pemilu antara lain
Jika ditinjau lebih jauh, posisi dan fungsi Panitia Pengawas Pelaksanaan
Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 tersebut menjadi dasar dibentuknya lembaga
mengimplemetasikan amanat pasal 22E ayat (5) UUD 1945 tersebut dengan
laporan dari pemantau pemilu dan media massa tentang penanganan kasus-
kasus kecurangan pemilu tahun 1999 tersebut jauh lebih banyak. Namun
merujuk pada laporan Panwaslu Pusat untuk Pemilu tahun 1999 dapat
baik. Sebanyak 270 (dua ratus tujuh puluh) kasus pelanggaran pidana
yang diproses sampai pengadilan. Untuk kasus money politic tidak ada satu
pun yang diproses sampai pengadilan meski indikasinya sangat kuat dan
ketiga UUD 1945 yang disahkan dalam Sidang Umum-MPR pada bulan
Pada pemilu legislatif tahun 2004 terdapat 8013 (delapan ribu tiga belas)
kasus pelanggaran administrasi tetapi hanya 2822 (dua ribu delapan ratus
2413 (dua ribu empat ratus tiga belas) kasus yang dilimpahkan hanya 1065
(seribu enam puluh lima) kasus yang berhasil disidangkan. Kasus sengketa
sebanyak 644 (enam ratus empat puluh empat) yang diterima pengawas
pemilu ada 380 (tiga ratus delapan puluh) yang diselesaikan secara
Sedangkan pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004 dari 1158
259 (dua ratus lima puluh sembilan) yang diselesaikan. Kasus pelanggaran
pidana sebanyak 274 (dua ratus tujuh puluh empat) laporan yang berhasil
puluh tiga) kasus yang diterima, sebanyak 33 (tiga puluh tiga) diselesaikan
yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu
oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur, bupati dan walikota secara
Indonesia.
DPRD tahun 2014 di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Rekapitulasi Dugaan Pelanggaran Pada Pemilu Angggota DPR, DPD, dan
DPRD Tahun 2014 Di Provinsi Lampung
Tindak Lanjut
No Jenis Dugaan Jumlah Tidak Direkomendasikan
Pelanggaran Kasus Memenuhi Dihentikan
Putusan
Unsur Pemeriksaannya
1 Kode Etik 27(100%) 18(66,67%) 2(7,40%) 7(25,93%)
2 Administrasi 57(100%) 39(68,42%) 2(3,51%) 16(28,07%)
3 Pidana Pemilu 137(100%) 114(83,21%) 5(3,65%) 18(13,14%)
Total 221(100%) 171(77,38%) 9(4,07%) 41(18,55%)
Sumber: Diolah dari data Bawaslu Provinsi Lampung Pada Pemilu Tahun 2014.
1. Dugaan pelanggaran yang terjadi pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan
sebanyak 221 kasus. Dari jumlah tersebut, tindak pidana pemilu adalah
pidana pemilu.
pelanggaran pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014
tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada latar belakang maka yang
Tahun 2014?
pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014 di Provinsi
Lampung.
pemilu.
13
Tesis Yolly Maristo (2014: 2-24) pada Program Studi Magister Ilmu
2014 dengan Judul Bawaslu dan Politik Uang (Studi Tentang Proses
Yolly Maristo dengan tesis ini ialah pada analisis dan fokusnya, tesis ini
dan tindak pidana pemilu pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD
pemilu pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014 di Provinsi
Gubernur Lampung tahun 2014. Tahap analisis data dalam penelitian ini
Penelitian skripsi sejenis lainnya dilakukan oleh Rengga Utomo (2013) yang
Daerah Kalimantan Timur tahun 2013 sudah baik dalam hal pengawasan
rekapitulasi suara oleh PPK. Hal ini dapat dilihat dari pengawasan yang
media massa cetak, audio (radio) maupun audio visual (televisi) serta media
yang berbentuk face to face (tatap muka) atau lobby yang berisi
legislatif atau kepala pemerintahan. Sementara tujuan dari pemilu ada tiga :
tetap terjamin.
negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik.
yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap
program partai.
negara dengan sistem tidak demokratis dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
18
Tabel 2.2
Pelaksanaan Pemilu Menurut Tipe Sistem Politik
bahwa:
antara lain:
bersangkutan.
syarat.
peserta Pemilu.
kekuasaan.
kohesi dan solidaritas sosial. Slogan asas Pemilu pada masa Orde Baru
dan Jurdil ini tidak bisa langsung kita berikan pada saat Pemilu
berlangsung, karena memang harus banyak hal yang dikaji untuk bisa
politik yang bermakna dari rakyat demi tujuan legitimasi vertikal dari
yang efektif. Masih dalam sumber yang sama, Elklit dan Svensson
alasan politik.
perubahan.
menyampaikan:
demokratis meliputi:
25
meliputi syarat:
3. Pemilumerupakansaranamemobilisasikandanatau
profesionalisme.
1. Pendekatan pemerintah;
3. Pendekatan mandiri;
4. Pendekatan multi-partai.
KPU nasional.
kode etik.
600).
pada proses”.
bertujuan untuk:
30
menyeluruh;
27).
tingkatan adalah:
31
a. Jadwal tahapan;
b. Logistik Pemilu;
c. Sosialisasi;
dengan:
a. Daftar pemilih;
b. Partai politik;
c. Penetapan peserta;
d. Pencalonan;
e. Kampanye;
f. Logistik Pemilu;
i. Rekapitulasi suara;
pelanggaran;
dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non
hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainya. Apabila
dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang (Arief,
2005: 109).
dipengaruhi oleh lima faktor. Pertama, faktor hukum atau faktor perundang-
cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan
yang menetap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap
pergaulan hidup.
bersifat kriminogen, akan tetapi bila kondisinya sangat potensial, maka yang
tindakan kuratif ini merupakan segi lain dari tindak represif, namun lebih
moral. Penegasan ini bukanlah tidak beralasan, selama kurun waktu lebih
hukum, dan hidup dalam hubungan yang tidak sempurna antara sesamanya.
Apa yang sesungguhnya dialami tidak lain adalah pencabikan moral bangsa
34
a. Tahap Formulasi
b. Tahap Aplikasi
c. Tahap eksekusi
apa yang dapat diberikan sanksi. Pada tahap ini kebijakan legislatif
yang agak jauh dan yang dekat (Raharjo, 2009: 24). Dengan mengambil
Tabel 2.3
Unsur-Unsur yang Mempunyai Tingkat Keterlibatan
dalam Penegakkan Hukum
sudah dimulai sejak peraturan hukum yang harus dijalankan tersebut dibuat.
dalam masyarakat, maka sejak saat itu sebetulnya badan tersebut telah
peraturan tersebut. Hal ini, misalnya dapat terjadi karena peraturan tersebut
36
dari tanggapan yang diberikan terhadap tantangan pada waktu itu. Penegak
juga terjadi penegak hukum menyerah pada perlawanan rakyat, yang berarti
atas telah dapat menjelaskan apa yang dimaksud dari peranan badan
dan ide kemanfaatan sosial) yang bersifat abstrak menjadi kenyataan. Tiga
tertib.
penegak hukum.
3. Keadilan hukum itu tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat
khususnya pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014 di
2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD bentuk
pelanggaran pemilu ada 3 (tiga) jenis yaitu pertama, Pelanggaran Kode Etik
hukum, untuk tindak pidana pemilu juga tidak ada satu rumusan
atau standar bagi semua orang. Namun demikian salah satu rumusan
semua tindak pidana yang terjadi pada saat Pemilu (t erm asuk
Lebih khusus lagi tindak pidana Pemilu yakni tindak pidana yang
pada saat tahapan pemilu sudah selesai, misalnya pada saat tahapan
kategori:
penuntutan.
dengan Pasal 153 KUHP. Hal ini terlihat dari terjadinya kriminalisasi
organisasi agar tercipta kebijakan yang baik bagi seluruh elemen dan tidak
analisis fungsi tata kelola dan akomodasi untuk melihat Peran Bawaslu
DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014 di Provinsi Lampung. Tata kelola
yang bebas. Bebas diakses oleh siapa saja yang membutuhkan, dan
siapa saja yang membutuhkan atau kepada publik. Hal ini sejalan
lini organisasi sehingga dengan tata kelola yang baik akan dapat
hukum, ganti rugi, dan organisasi” (J.G. Jobra, 1989); (iii) tekanan
lebih pada hak warga negara untuk bisa mengoreksi dan ambil
dipertanggungjawabkan.
pertanggungjawaban tersebut.
48
yaitu:
yaitu:
sebelumnya.
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
3. Kepuasan terhadap program
4. Tingkat input dan output
5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989:121)
(Soekanto, 1989: 48). Dari beberapa pendapat dan teori efektivitas yang
masyarakat.
dari Pasal 1 ayat (3) UUD Tahun 1945, yang merumuskan bahwa
spesifik.
Berikut ini beberapa ahli yang berpendapat mengenai apa itu arti
kekuasaan tertinggi, dalam hal ini dapat diartikan lebih luas lagi
kehidupan seseorang.
bernegara.
kehidupan bangsa.
Indonesia.
2.4.4 Akomodasi
1. Koersi (Coercion)
2. Kompromi (Compromize)
(dakwaan).
3. Arbitrasi (Arbitration)
ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang
4. Mediasi (Mediation)
5. Konsiliasi (Conciliation)
6. Toleransi (Tolerance)
7. Stalemate
8. Pengadilan (Adjuction)
Sejak ribuan tahun yang lalu para filosof Yunani telah menyadari
Amerika Serikat.
dijelaskan:
dipengaruhi oleh sistem simbolis, budaya dan aspek sosial yang lebih
dalam Sri Rejeki, 2015). Tentu saja normal jika mitos, kepercayaan
dan faktor budaya lainnya bisa saja konsisten ataupun tidak konsisten
Hal yang terpenting adalah tidak ada pemikiran apriori bahwa kedua
ekonomi.
69
a. Normative Institusionalism
berproduksi.
70
kepuasan pribadinya.
71
penjelasan.
jaringan yang baik menjadi sumber daya dan juga kendala pada
daya, dan modal sosial dalam cara yang sangat dibedakan. Tidak
beraneka ragam.
menonjol yaitu: (a) jaringan kebijakan; (b) organisasi; (c) pasar; (d)
affectual dari suatu hubungan. Namun, hal ini tidak berarti bahwa
organisasi adalah salah satu yang khas dari jenis jaringan. Bawahan
majikan.
melalui teman (ikatan yang kuat), tetapi melalui teman dari teman
pada situasi di mana dua aktor terikat bersama dalam jenis yang
Aktor mirip bukan karena antar mereka memiliki ikatan yang kuat
yang sama dengan orang lain. Oleh karena itu setara ditafsirkan
kesetaraan struktural.
79
adalah bahwa hal itu sangat selektif, karena definisi jaringan hanya
yang terhubung ke orang lain. Jadi batas mana yang harus ditarik?
statistik.
menjadi ukuran demokratisnya sebuah negara. Oleh karena itu, tidak ada
Pemilu yaitu pemimpin yang menyejahterakan rakyat dan juga taat hukum,
sehingga sangat banyak sekali masukan dan koreksi agar lebih baik lagi
Konstitusi (MK).
Meninjau hal di atas patut dipertanyakan apakah hal tersebut terjadi karena
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
PENEGAKKAN HUKUM PEMILU
pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
tindakan dan lainya secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
Seperti yang telah diungkapkan di atas dalam penelitian ini, pengolahan dan
dan menafsirkan hasil penelitian sebagai suatu ciri, karakter, atau gambaran
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pada penelitian ini yang
institutionalism).
Bandar Lampung.
memilih mana data yang relevan dan data yang tidak relevan agar tidak
berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Tanpa adanya fokus
penelitian, maka peneliti akan terjebak pada melimpahnya volume data yang
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
DPD, dan DPD Tahun 2014 di Provinsi Lampung. Hal penting yang akan
pada pelaksanaan Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014.
pelanggaran pemilu.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada data primer dan
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari studi lapangan atau
bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari: (1) Ketua dan Anggota
Provinsi Lampung, (5) akdemisi, (6) Jurnalis, serta (7) Jajaran Panitia
ad hoc pengawas pemilu yang terdiri dari Ketua atau anggota Panwas
DPD, dan DPRD tahun 2014. Informan ini dipilih secara sengaja
2. Data sekunder yaitu data yang diperlukan untuk melengkapi data dan
informasi yang diperoleh dari data primer. Data ini diperoleh dari
buku, majalah, koran, internet dan sumber lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan.
1. Wawancara
pertanyaan lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Teknik ini dilakukan
dengan model triangulasi, artinya terhadap informasi dan data yang telah
90
diperoleh informasi yang valid. David Marsh dan Gerry Stoker (2012:
2. Dokumentasi
penelitian.
Data primer dan sekunder yang akan dikumpulkan tidak langsung dianalisis,
data mengalami kekurangan dan kesalahan. Setelah melalui proses ini, data
lengkap dan sempurna, jelas dan mudah dibaca serta konsisten. Proses ini
disebut editing, yaitu langkah yang dilakukan untuk meneliti kembali data-
data yang telah diperoleh di lapangan, baik itu yang diperoleh melalui
91
dan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
merupakan validitasnya.
proses siklus dan interaktif. Dengan demikian, siklus interaktif ini juga
melahirkan kesimpulan-kesimpulan.
wawancara;
93
berkaitan.
4594
pidana pemilu.
terbentuk.
dan DPRD tahun 2014. Dilihat dari jenisnya dugaan pelanggaran yang
VISI
peraturan.
masyarakat sipil.
meliputi:
tetap.
Gubernur.
Gubernur.
5. Pelaksanaan kampanye.
kerjanya.
101
dan ANRI.
untuk ditindaklanjuti.
tingkat Provinsi.
5. Identitas Informan
orang yaitu :
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Polri (Tim Sentra Gakumdu Polda
Lampung pada Pileg 2014)
Tanggal Wawancara : 12 Januari 2016 Pukul 13.20 WIB
4 TPD DKPP
5. Akademisi
6. Akademisi
Pendidikan : S1 Sosiologi
8. Jurnalis
9. Kejaksaan Tinggi
10 Panwaslu Kabupaten
.
Nama : Cecep Ramdhani, S.IP., M.I.P.
11 Panwaslu Kabupaten
.
Nama : M. Sofingi, S.Pd.
Pendidikan : S1
12 Panwaslu Kecamatan
.
Nama : Zainal Abidin
Pendidikan :-
Pendidikan :-
14 Panwaslu Kabupaten
.
Nama : Siti Khotidjah, S.H.
Pendidikan : S1
15 Panwaslu Kecamatan
.
Nama : Edwin Nur, S.E.
Pendidikan : S1
16 Panwaslu Kecamatan
.
Nama : Tulus Basuki, S.Pd.
Pendidikan : S1
17 PPL
.
Nama : M. Sulton, S.Pd.I
Pendidikan : S1
18 PPL
.
Nama : Erlenawati Solfi Hayanti
Pendidikan :-
Gambar 4.2
Bagan Struktur Badan Pengawas Pemilu Provinsi Lampung
PIMPINAN
FATTIKHATUL KHOIRIYAH : KETUA
NAZARUDDIN, S.IP. : ANGGOTA
ALI SIDIK, S.Sos. : ANGGOTA
KELOMPO
K
STAF STAF STAF JABATAN
Andi Trisandi, A.Md. Siti Wurian, M.Kom.I Amelia Puspita Sari, FUNGSION
S.H.
Puput Putri Sari, S.E. Yanur Rizal, S.Pd.I AL
Amri Fahada Syehrun,
Yusef Permana, S.E. Rifky Apriyansyah, S.IP.
M. Iqbal, A.Md. S.H.
Desti Aryani, S.Pd.
Fajria Rahayu, S.Pd. Hamid Badrul Amir
Fiqril Suryadilaga
Sri Winarni, S.E.
Galih Radityo Utomo,
S.Ds
Riduan Anang Bahtiar
Okqi Fernanda, A.Md.
Alfa Robi Fajri. T.
A.Md.
David anang
Fitra Ramdani
Hendi
PANWASLU
KAB/KOTA
PANWASLU
KECAMATAN
186
6.1 Simpulan
pelanggaran yaitu:
berkelanjutan;
187
proses klarifikasi;
pemilihan umum;
kelembagaan.
.
Pola Hubungan dan komunikasi, serta pelaksanaan fungsi
6.2 Saran
berikut:
190
meliputi:
daya manusia.
lembaga permanen;
Andrianus Pito, Toni dkk.. 2013. Mengenal Teori-teori Politik. Nuansa Cendekia.
Bandung.
Asshiddiqie, Jimly. 2014. Peradilan Etik dan Etika Konstitusi. Sinar Grafika.
Jakarta.
Fachrudin, Achmad. 2013. Jalan Terjal Menuju Pemilu 2014: Mengawasi Pemilu
Memperkuat Demokrasi. Gramedia Utama Publishindo. Jakarta.
Marsh, David dan Gerry Stoker. 2012. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik.
Nusa Media. Bandung.
Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Sosial. Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Rhodes, R.A.W. dkk. 2006. The Oxford Handbooks of Political Science. Oxford
University Press. New York.
Saydam, Gouzali. 1999. Dari Bilik Suara ke Masa Depan Indonesia. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
http://www.mahkamah.konstitusi.go.id/index.php?page=web.RekapPHPU.
diunduh pada Selasa. 2September 2014. pukul 11.00 WIB.
SriRejekiBlog-okeblogspot.com/2012/01/akuntansi-
management,23Maret 2015.diaksespukul 23.00 WIB