Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

633 3805 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

ISSN : 2302 - 1590

E-ISSN: 2460 – 190X

ECONOMICA
Journal of Economic and Economic Education Vol.4 No.2 (192-209)

ANALISIS PENGARUH PAD, DAU DAN DAK TERHADAP KEMISKINAN


PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA BARAT
DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING

Jolianis
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP- PGRI Sumbar
Jl. Gunung Pangilun No.1, Padang Sumatera Barat
Email : jolianiskoto@ymail.com

Submitted: 2016.06.21 Reviewed:2016.06.30Accepted: 2016.06.30


http://dx.doi.org/10.22202/economica.2016.v4.i2.633

Abstract
The purpose of this study is to investigate and analyze: 1) The influence of the PAD to economic growth, 2) Effect of
DAU to economic growth. 3) Effect of DAK to economic growth, 4) Effect of PAD against poverty, 5) Effect of DAU
against poverty. 6) Effect of DAK against poverty, 7) The effect of economic growth on poverty, 8) Effect of PAD
against poverty through economic growth as an intervening variable. 9) Effect of DAU against poverty through
economic growth as an intervening variable, 10) Effect of DAK against poverty through economic growth as an
intervening variable. This study uses secondary data over the last 5 years ie in 2010 - 2014. The study was conducted at
the District /City in the province of West Sumatra totaling 19 regencies/cities in West Sumatra Province. The research
found that: 1) PAD significant effect on economic growth. 2) DAU significant effect on economic growth. 3) DAK has
no significant effect on economic growth. 4) PAD significant effect on poverty. 5) DAU significant effect on poverty. 6)
DAK has no significant effect on poverty. 7) The economic growth significant effect on poverty. 8) Own-source revenue
a significant effect on poverty through economic growth as an intervening variable. 9) DAU significant effect on
poverty through economic growth as an intervening variable. 10) DAK has no significant effect on poverty through
economic growth as an intervening variable

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis : 1) Pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi,
2) Pengaruh DAU terhadap pertumbuhan ekonomi. 3) Pengaruh DAK terhadap pertumbuhan ekonomi, 4) Pengaruh
PAD terhadap kemiskinan, 5) Pengaruh DAU terhadap kemiskinan. 6) Pengaruh DAK terhadap kemiskinan, 7)
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan, 8) Pengaruh PAD terhadap kemiskinan melalui pertumbuhan
ekonomi sebagai variabel intervening. 9) Pengaruh DAU terhadap kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi sebagai
variabel intervening, 10) Pengaruh DAK terhadap kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi sebagai variabel
intervening.Penelitian ini menggunakan data sekunder selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2010 – 2014. Penelitian ini
dilakukan pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat yang berjumlah 19 Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Barat.Penelitian ini menemukan bahwa : 1) PAD berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. 2) DAU berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 3) DAK tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. 4) PAD berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. 5) DAU berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan. 6) DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. 7) Pertumbuhan ekonomi
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. 8) Pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
melalui pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening. 9) DAU berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
melalui pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening. 10) DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening.

Keywords:PAD. DAU, DAK, Economic Growth and Poverty

©2016 Prodi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI, Padang


Jolianis

PENDAHULUAN satu kunci yang harus diperhatikan dalam


Penanggulangan kemiskinan menjadi desentralisasi adalah bahwa pemerintah
perhatian utama pembangunan nasional dan daerah harus lebih responsif terhadap
daerah, terutama sejak diberlakukannya kebutuhan penduduknya. Desentralisasi fiskal
undang-undang tentang pemerintahan daerah. dalam pelaksanaannya masih mengalami
Hal tersebut seharusnya dijadikan momentum berbagai kendala di daerah sehingga
dan peluang untuk mewujudkan desentralisasi diperlukan evaluasi agar dapat mengetahui
pembangunan yang sensitif terhadap sejauhmana kebijakan desentralisasi fiskal
persoalan lokal. Berarti memecahkan masalah mampu meningkatkan kesejahteraan
kemiskinan secara tidak langsung masyarakat dan mengurangi kemiskinan pada
memecahkan banyak persoalan sosial yang suatu daerah.
dihadapi oleh pemerintah daerah. Kemiskinan adalah sebuah kondisi
Dengan desentralisasi fiskal, pemerintah ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
daerah kini memiliki kewenangan yang besar kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
untuk merencanakan, merumuskan, dan tempat berlindung, dan kesehatan. Adapun
melaksanakan kebijakan serta program jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat
pembangunan yang bisa disesuaikan dengan periode 2010 – 2015 adalah sebagai berikut :
kebutuhan setempat. Oleh karena itu salah

Tabel 1
Jumlah Penduduk Muskin di Sumatera Barat
Periode 2010-2014
No Tahun Jumlah Penduduk Miskin Persentase
(dalam juta) Perubahan
1 2010 429,30 -
2 2011 430,02 0,17
3 2012 442,09 2,81
4 2013 404,74 (8,45)
5 2014 417,40 3.13
Sumber : Sumbar Dalam Angka, 2015

Berdasarkan data pada tabel 1 terlihat Dalam era otonomi daerah ditegaskan
bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemda
Sumtaera Barat mengalami peningkatan (Pemerintah Daerah) maka Pempus
setiap tahunnya dengan angka yang (Pemerintah Pusat) akan mentransferkan dana
berfluktuasi. Data ini memperlihatkan bahwa perimbangan kepada Pemda. Dana
masih banyaknya jumlah penduduk yang Perimbangan tersebut terdiri dari Dana
berada dibawah garis kemiskinan di Provinsi Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
Sumatatera Barat. (DAK), dan bagian daerah dari bagi hasil
Dalam menelaah kebijakan pemerintah pajak pusat. Di samping itu, Pemerintah
daerah dalam menanggulangi kemiskinan, Daerah juga memiliki sumber pendanaan
perlu terlebih dahulu diperhatikan faktor- sendiri berupa PAD, pinjaman daerah,
faktor penyebab kemiskinan atau dalam maupun lain-lain penerimaan daerah yang
analisis kemiskinan disebut determinan sah. Kebijakan penggunaan semua dana
kemiskinan. Kebijakan pemerintah daerah tersebut diserahkan kepada Pemda (Kuncoro,
yang berorientasi pada program pengentasan 2004).
kemiskinan sudah seharusnya didasarkan Namun, pada praktiknya transfer dari
pada faktor-faktor yang mempengaruhi pemerintah pusat merupakan sumber
kondisi kemiskinan tersebut. Faktor-faktor pendanaan utama Pemda untuk membiayai
penyebab kemiskinan dapat berupa operasi utamanya sehari-hari, yang oleh
karakteristik makro, sektor, komunitas, rumah Pemda “dilaporkan” diperhitungan APBD.
tangga, dan individu (World Bank, 2002). Tujuan dari transfer ini adalah untuk
193
Jolianis

mengurangi (kalau tidak mungkin Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
menghilangkan) kesenjangan fiskal antar Khusus juga berpengaruh positif terhadap
pemerintah dan menjamin tercapainya standar pertumbuhan ekonomi karena nilai Alokasi
pelayanan publik minimum di seluruh negeri. Umum dan Dana Alokasi khusus pada
Pembangunan ekonomi daerah adalah umumnya lebih besar dibandingkan
suatu proses dimana pemerintah daerah dan kontribusi Pendapatan Asli Daerah.
seluruh komponen masyarakat mengelola Hasil penelitian Setiyawati dan Hamzah
berbagai sumber daya yang ada dan (2007) juga menemukan bahwa PAD
membentuk suatu pola kemitraan untuk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru ekonomi sedangkan DAU berpengaruh
dan merangsang perkembangan kegiatan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, untuk
ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro, pengujian secara langsung pertumbuhan
2004). Terjadi pembangunan di suatu negara ekonomi terhadap kemiskinan menunjukkan
atau daerah ditandai dengan beberapa adanya pengaruh yang signifikan tetapi
aktivitas perekonomian seperti meningkatnya pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif
produktivitas dan meningkatnya pendapatan terhadap kemiskinan. Selanjutnya juga
perkapita sehingga terjadi perbaikan tingkat diketahui bahwa PAD, DAU dan DAK
kesejahteraan. berpengaruh secara simultan terhadap
Perbedaan PAD, DAU, DAK yang pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU dan DAK
berbeda-beda antara satu daerah dengan berpengaruh secara simultan terhadap
daerah yang lainnya akan berdampak pada kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi yang berbeda pula, berpengaruh secara parsial terhadap
sehingga mengakibatkan penurunan tingkat kemiskinan.
pengangguran dan tingkat kemiskinan yang Kemampuan pemerintah daerah dalam
tidak sama antara daerah satu dengan daerah mengelola keuangan sendiri dituangkan
lainnya. Idealnya Pendapatan Asli Daerah dalam bentuk Anggaran Pendapatan Belanja
(PAD) menjadi sumber utama pendapatan Daerah (APBD) baik secara langsung, seperti
daerah untuk membiayai anggaran daerah, halnya (Halim, 2007) mengatakan bahwa
karena kemampuan atau kontribusi sumber dana tersebut tercantum dalam APBD
Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD akan yang mencakup transfer dana perimbangan
menjadi tolak ukur pertumbuhan ekonomi dari pemerintah pusat, yang mana
daerah tersebut. mencerminkan kemampuan pemerintah dalam
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah kemandirian di masing-masing daerah dengan
(PAD) akan mendorong pertumbuhan melihat dari segi pendapatan yaitu PAD,
ekonomi daerah. Adanya kenaikan DAU, DAK dan Belanja Pembangunan. Oleh
Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan memicu karena itu penilaian terhadap pertumbuhan
dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah ekonomi terhadap keberhasilan mengatasi
menjadi lebih baik dari pada pertumbuhan kesenjangan kemiskinan di daerah dapat
ekonomi daerah sebelumnya. Daerah yang diminimumkan guna pemerataan
pertumbuhan ekonominya positif mempunyai pembangunan ekonomi.
kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD Berdasar pada latar belakang masalah
(Saragih, 2003). penelitian diatas maka penelitian ini bertujuan
Kenaikan Pendapatan Asli Daerah untuk mengetahui dan menganalisis : 1)
(PAD) juga dapat mengoptimalkan dan pengaruh PAD terhadap pertumbuhan
meningkatkan aktivitas pada sektor-sektor ekonomi, 2) pengaruh DAU terhadap
yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi. 3) pengaruh DAK
seperti sektor industri dan perdagangan, terhadap pertumbuhan ekonomi, 4) pengaruh
sektor jasa, dan sektor-sektor lainnya. Jika PAD terhadap kemiskinan, 5) pengaruh DAU
terjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap kemiskinan. 6) pengaruh DAK
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. terhadap kemiskinan, 7) pengaruh
Maka terdapat kemungkinan kuat bahwa pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan,
194
Jolianis

8) pengaruh PAD terhadap dengan menggunakan PDRB atas harga


kemiskinanmelalui pertumbuhan ekonomi konstan.
sebagai variabel intervening. 9) Pengaruh Variabel Bebas (Independent Variabel)
DAU terhadap kemiskinan melalui yaitu : 1) Pendapatan Asli Daerah (X1).
pertumbuhan ekonomi sebagai variabel Pendapatan Asli Daerah adalah total
intervening, 10) Pengaruh DAK terhadap pendapatan daerah Kabupaten/Kota di
kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat yang berasal Pajak
sebagai variabel intervening. Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan dari
Laba Perusahaan Daerah dan lain-lain
METODE PENELITIAN pendapatan. Data pendapatan asli daerah pada
Penelitian ini menggunakan data penelitian diukur dalam satuan rupiah. 2)
sekunder maka langkah pertama peneliti akan Dana Alokasi Umum (X2). Dana Alokasi
mengumpulkan data berbentuk data data Umum adalah dana dari Perimbangan dari
panel berupa selama 5 tahun terakhir yaitu Pemerintah pusat ke Pemerintah Daerah
tahun 2010 – 2014. Penelitian ini dilakukan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat
pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi untuk mengatasi ketimpangan horizontal
Sumatera Barat yang berjumlah 19 dengan tujuan utama untuk pemerataan
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat. kemampuan keuangan antar daerah. Data
Variabel terikat pada penelitian ini Dana Alokasi Umum pada penelitian diukur
adalah kemiskinan (Y) adalah dalam satuan rupiah. 3) Dana Alokasi Khusus
ketidakmampun seseorang untuk memenuhi (X3). Dana Alokasi Khusus adalah dana yang
kebutuhan makanan maupun non makanan dialokasikan kepada daerah Kabupaten/Kota
yang bersifat mendasar. Data kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat untuk membantu
pada penelitian diukur dalam satuan orang membiayai kebutuhan khusus. Data Dana
atau jumlah penduduk yang masuk dalam Alokasi Khusus pada penelitian diukur dalam
garis kemiskinan semenjak tahun 2010-2014. satuan rupiah.
Variabel Intervening pada penelitian ini
adalah pertumbuhan ekonomi (M) adalah PEMBAHASAN
perkembangan kegiatan dalam perekonomian 1. Analisis Deskriptif
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Pada bagian ini penulis akan
yang menyebabkan barang dan jasa yang menjelaskan secara deskriptif variabel
diproduksi dalam masyarakat bertambah dan penelitian. Statistik deskriptif dari data
kemakmuran masyarakat meningkat. Data masing-masing variabel dapat dilihat pada
pertumbuhan ekonomi pada penelitian diukur tabel dibawah ini.

Tabel 2
Uji Statistik Deskriptif (Juta Rupiah)
Statistics

PAD DAU DAK Pdd. Miskin P. Ekonomi


N Valid 95 95 95 95 95
Missing 0 0 0 0 0
Mean 29290.3789 327919.2526 413712.6814 22773.4211 2088131.3645
Median 22176.0000 297522.0000 412917.8000 20400.0000 1289261.2500
Mode 20005.00a 187600.00a 116754.00a 1300.00a 373248.00a
Std. Deviation 29194.6885 112785.67132 190851.50832 15479.229 2561799.09957
Variance 852329835 12720607654 36424298227 239606529 6562814626547
Range 194092.00 515516.00 853489.60 51967.00 13264261.41
Minimum 8873.00 187600.00 116754.00 1300.00 373248.00
Maximum 202965.00 703116.00 970243.60 53267.00 13637509.41
a. Multiple modes exist. The smallest v alue is shown

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui adalah sebesar 29,29 Milyar dengan nilai
bahwa rata-rata PAD Kabupaten/Kota di tertinggi sebesar 202,96 Milyar dan nilai
Provinsi Sumatera Barat periode 2010-2014 terendah sebesar 8,87 Milyar. Hal ini
195
Jolianis

mengindikasikan masih adanya gap PAD periode 2010-2014 adalah sebanyak 22.773
antara beberapa daerah di Provinsi Sumatera jiwa dengan nilai tertinggi sebesar 53.267
Barat sehingga ada daerah yang memiliki jiwa dan nilai terendah sebesar 1.300 jiwa.
PAD tinggi dan daerah yang memiliki PAD Data ini mengindikasikan bahwa jumlah
rendah. penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi
Rata-rata DAU yang diterima Sumatera Barat cukup tinggi setiap tahunnya.
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi
setiap tahun selama periode 2010-2014 adalah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat
sebesar 327,92 Milyar dengan nilai tertinggi periode 2010-2014 adalah sebanyak 2.088,13
sebesar 703,12 Milyar dan nilai terendah Milyar dengan nilai tertinggi sebesar
sebesar 187,6 Milyar. Hal ini 13.637,51 Milyar dan nilai terendah sebesar
mengindikasikan bahwa Kabupaten/Kota di 373.24 Milyar. Data ini mengindikasikan
Provinsi Sumatera Barat menerima DAU bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi setiap tahunnya. Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat
Rata-rata DAK yang diterima setiap tahun belum tinggi.
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat
setiap tahun selama periode 2010-2014 adalah 2. Uji Normalitas
sebesar 413,71 Milyar dengan nilai tertinggi Pengujian terhadap normalitas data ini
sebesar 970,24 Milyar dan nilai terendah dilakukan untuk mengetahui apakah data
sebesar 116,75 Milyar. Hal ini mengikuti pola distribusi normal atau tidak.
mengindikasikan bahwa Kabupaten/Kota di Model regresi yang baik adalah distribusi data
Provinsi Sumatera Barat menerima DAK normal atau mendekati normal. Berdasarkan
yang cukup tinggi setiap tahunnya. hasil analisis data terhadap pengujian
Jumlah penduduk miskin di normalitas disajikan pada Tabel 3 di bawah
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat ini:

Tabel 3
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual
N 95
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Dev iat ion 5990.743272
Most Extrem e Absolute .084
Dif f erences Positiv e .084
Negativ e -.055
Kolmogorov -Smirnov Z .818
Asy mp. Sig. (2-tailed) .515
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.

Sumber: Data Diolah, 2015

Berdasarkan tabel di atas terlihat semua Salah satu syarat untuk memakai
variable residual memiliki nilai signifikansi analisis dengan menggunakan regresi linear
sebesar 0,515 yaitu lebih besar dari alpha berganda terlebih dahulu dilakukan uji
(0,515 > 0,05). Dengan demikian dapat multicolinearitas yaitu uji hubungan sesama
dikatakan bahwa data hasil penelitian sudah variabel bebas.Analisis ini bertujuan untuk
berdistribui normal sehingga analisis regresi melihat korelasi sesama variabel bebas.
dapat dilaksanakan. Apabila terdapat korelasi yang tinggi sesama
variabel bebas maka salah satu diantaranya
3. Uji Multikolinearitas dieleminir atau dikeluarkan dari model regresi
berganda.

196
Jolianis

Hasil uji multikolineritas data hasil ini.


penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah

Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Coeffi ci entsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VI F
1 PAD .445 2.246
DAU .208 4.808
DAK .335 2.981
a. Dependent Variable: Pdd. Miskin

Sumber : Olahan data sekunder, 2015

Berdasarkan hasil analisis data untuk uji


multikolinearitas sebagaimana pada Tabel 5 4. Uji Heteroskedastisitas
di atas maka diketahui nilai tolerance masing- Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk
masing variabel bebas adalah PAD sebesar menguji apakah dalam sebuah model regresi
0.445, DAU sebesar 0,208 dan DAk sebesar terjadi ketidaksamaan varian dari residual
0,335 sedangkan nilai VIF PAD adalah 2.246, suatu persamaan ke pengamatan lain. Jika
DAU sebesar 4,808 dan DAK sebesar 2,981. varians dari residual dari satu pengamatan ke
Hal ini menunjukkan bahwa nilai VIF dari pengamatan lain tetap, maka disebut
semua variabel bebas adalah lebih besar dari Homokedastisitas. Sedangkan jika varians
10. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berbeda, maka disebut heterokedastisitas.
sesama variabel bebas tidak memiliki Sedangkan model regresi yang baik adalah
hubungan yang kuat satu sama lainnya. jika tidak terjadinya heterokedastisitas. Untuk
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat
hasil penelitian ini tidak mengalami kasus menggunakan uji Gletser. Hasil pengujian
multikolineritas, artinya bahwa sesama heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4
variabel bebas tidak berkorelasi kuat satu di bawah ini:
sama lainnya dapat dilakukan karena tidak
terjadi multikolinearitas.

Tabel 5
Hasil Uji Heterokedastisitas
No Variabel Sig Alpa
Pendapatan Asli 0,05
1 0,170
Daerah
2 Dana Alokasi Umum 0,151 0,05
Dana Alokasi 0,05
3 0,502
Khusus
Sumber: Data Diolah, 2015

Dari Tabel 5 terlihat bahwa tidak terjadi Uji autokorelasi bertujuan menguji
heteroskedastisitas karena nilai signifikan dari apakah dalam model regresi linier berganda
semua variabel bebas lebih besar dari alpha ada korelasi antara kesalahan pengganggu
(0,05). Dengan demikian analisis regresi pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian
dapat dilakukan karena tidak terjadi autokorelasi ini dengan menggunakan Durbin
heteroskedastisitas. Watson dengan kriteria pengambilan
keputusan jika nilai Durbin Watson antara -2
5. Uji Autokorelasi dan +2 maka tidak terjadi autokorelasi,
197
Jolianis

adapun hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada pada tabel 6 berikut ini

Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Durbin Watson
1 1.979
Sumber: Data Diolah, 2015

Dari hasil uji tabel 7 terlihat bahwa nilai B. Pengujian Hipotesis


Durbin Watson sebesar 1.948004. Nilai ini 1. Pengaruh PAD, DAU dan DAK
terletak antara -2 dengan +2 sehingga dapat terhadap PE
dikatakan bahwa model regresi tidak Untuk membuktikan pengaruh PAD,
mengandung autokorelasi. DAU dan DAK terhadap pertumbuhan
ekonomi digunakan analisis regresi linear
berganda. Hasil pengujiannya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 7
Hasil Analisis Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap PE
Koefisien t
No Variabel Notasi Sig Ket
Regresi hitung
1 Konstanta a -2994877
50,468 15,460 0,000 Ha
2 PAD X1
Diterima
12,141 9,821 0,000 Ha
3 DAU X2
Diterima
-0,910 -1,581 0,117 Ha
4 DAK X3
Ditolak
R Square = 0,944
F Hitung = 510,749
F Prob. = 0,000
Sumber: Data Diolah, 2015
Berdasarkan hasil analisis data, dapat 3. Nilai R2 (R square) adalah 0,944. Hal ini
dituliskan persamaan regresi linear berganda berarti besar pengaruh PAD, DAU dan
sebagai berikut: DAK terhadap pertumbuhan ekonomi
M = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e adalah 94,4%. Sedangkan sisanya sebesar
M= -2994877,02 + 50,468X1 + 12,141X2 + 0,910X3 + e 5,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis tidak termasuk dalam model penelitian
data maka dilakukan pengujian hipotesis akan ini.
dijelaskan sebagai berikut: 4. Nilai koefisien regresi variabel PAD(X1)
1. Nilai konstanta sebesar -2994877,02 adalah 50,468 yang bertanda positif
menunjukkan besarnya nilai variabel niali dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
pertumbuhan ekonomi (PDRB atas harga Nilai signifikansi lebih kecil dari alpha
konstan) tanpa dipengaruhi oleh PAD, (0,000 < 0,05). Dengan demikian, dapat
DAU dan DAK. Apabila variabel PAD, diartikan bahwa PAD berpengaruh
DAU dan DAK bernilai nol maka nilai signifikan terhadap pertumbuhan
variabel pertumbuhan ekonomi sudah ada ekonomi. Oleh karena itu hipotesis
sebesar 2994877,02. pertama yang menyatakan bahwa “PAD
2. Nilai F hitung adalah 510,749 dengan berpengaruh signifikan terhadap
tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di
lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, Provinsi Sumatera Barat” diterima.
dapat dikatakan bahwa model yang 5. Nilai koefisien regresi variabel DAU(X2)
dihasilkan pada penelitian ini adakal adalah 12,141 yang bertanda positif
predictor yang valid dalam memprediksi dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
nilai variabel terikat.
198
Jolianis

Nilai signifikansi lebih kecil dari alpha signifikan terhadap pertumbuhan


(0,000 < 0,05). Dengan demikian, dapat ekonomi. Oleh karena itu hipotesis ketiga
diartikan bahwa DAU berpengaruh yang menyatakan bahwa “DAK
signifikan terhadap pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap
ekonomi. Oleh karena itu hipotesis kedua pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di
yang menyatakan bahwa “DAU Provinsi Sumatera Barat” ditolak
berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di 2. Pengaruh PAD, DAU dan DAK
Provinsi Sumatera Barat” diterima terhadap Kemiskinan
6. Nilai koefisien regresi variabel DAK(X3) Untuk membuktikan pengaruh PAD,
adalah 0,910 yang bertanda negatif DAU dan DAK terhadap kemiskinan
dengan nilai signifikansi sebesar 0,117. digunakan analisis regresi linear berganda.
Nilai signifikansi lebih besar dari alpha Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel di
(0,117 > 0,05). Dengan demikian, dapat bawah ini:
diartikan bahwa DAK tidak berpengaruh

Tabel 8
Hasil Analisis Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Kemiskinan
N Koefisien t
Variabel Notasi Sig Ket
o Regresi hitung
1 Konstanta A -21319,663
2 PAD X1 -0,173 -5,375 0,000 Ha Diterima
-0,145 - 0,000
3 DAU X2 Ha Diterima
11,909
4 DAK X3 0,004 0,634 0,527 Ha Ditolak
R Square = 0,850
F Hitung = 172,182
F Prob. = 0,000

Sumber: Data Diolah, 2015

Berdasarkan hasil analisis data, dapat 3. Nilai R2 (R square) adalah 0,850. Hal ini
dituliskan persamaan regresi linear berganda berarti besar pengaruh PAD, DAU dan
sebagai berikut: DAK terhadap kemiskinan adalah 85 %.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Sedangkan sisanya sebesar 15%
Y= -21319,663 – 0,173 X1 - 0,145X2 - dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
0,004X3 + e termasuk dalam model penelitian ini.
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis 4. Nilai koefisien regresi variabel PAD(X1)
data maka dilakukan pengujian hipotesis akan adalah 0,173 yang bertanda negative
dijelaskan sebagai berikut: dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
1. Nilai konstanta sebesar -21319,663 Nilai signifikansi lebih kecil dari alpha
menunjukkan besarnya nilai variabel (0,000 < 0,05). Dengan demikian, dapat
kemiskinan tanpa dipengaruhi oleh PAD, diartikan bahwa PAD berpengaruh
DAU dan DAK. Apabila variabel PAD, signifikan terhadap kemiskinan. Oleh
DAU dan DAK bernilai nol maka nilai karena itu hipotesis keempat yang
variabel kemiskinan sudah ada sebesar menyatakan bahwa “PAD berpengaruh
2994877,02. signifikan terhadap kemiskinan
2. Nilai F hitung adalah 172,182 dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau Barat” diterima.
lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, 5. Nilai koefisien regresi variabel DAU(X2)
dapat dikatakan bahwa model yang adalah 0,145 yang bertanda negative
dihasilkan pada penelitian ini adakal dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
predictor yang valid dalam memprediksi Nilai signifikansi lebih kecil dari alpha
nilai variabel terikat. (0,000 < 0,05). Dengan demikian, dapat
199
Jolianis

diartikan bahwa DAU berpengaruh karena itu hipotesis keenam yang


signifikan terhadap kemiskinan. Oleh menyatakan bahwa “DAK berpengaruh
karena itu hipotesis kelima yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
menyatakan bahwa “DAU berpengaruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
signifikan terhadap kemiskinan Barat” ditolak
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Barat” diterima 3. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi
6. Nilai koefisien regresi variabel DAK(X3) terhadap Kemiskinan
adalah 0,004 yang bertanda negatif Untuk membuktikan pengaruh
dengan nilai signifikansi sebesar 0,527. pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
Nilai signifikansi lebih besar dari alpha digunakan analisis regresi linear sederhana.
(0,527 > 0,05). Dengan demikian, dapat Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel di
diartikan bahwa DAK tidak berpengaruh bawah ini:
signifikan terhadap kemiskinan. Oleh

Tabel 9
Hasil Analisis Pengaruh PE terhadap Kemiskinan
N Koefisien t
Variabel Notasi Sig Ket
o Regresi hitung
1 Konstanta a -14423,068
-0,004 -8,514 0,000 Ha
2 PE M
Diterima
R Square = 0,438
F Hitung = 72,484
F Prob. = 0,000
Sumber: Data Diolah, 2015

Berdasarkan hasil analisis data, dapat ekonomi terhadap kemiskinan adalah


dituliskan persamaan regresi linear berganda 43,8%. Sedangkan sisanya sebesar 52,6%
sebagai berikut: dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
Y = a + bM + e termasuk dalam model penelitian ini.
Y= -14423,068 + 0,004 M + e 4. Nilai koefisien regresi variabel PE(M)
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis adalah 0,004 yang bertanda negative
data maka dilakukan pengujian hipotesis akan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
dijelaskan sebagai berikut: Nilai signifikansi lebih kecil dari alpha
1. Nilai konstanta sebesar -14423,068 (0,000 < 0,05). Dengan demikian, dapat
menunjukkan besarnya nilai variabel diartikan bahwa PE berpengaruh
kemiskinan tanpa dipengaruhi oleh signifikan terhadap kemiskinan. Oleh
pertumbuhan ekonomi. Apabila variabel karena itu hipotesis ketujuh yang
pertumbuhan ekonomi bernilai nol maka menyatakan bahwa “pertumbuhan
nilai variabel kemiskinan sudah ada ekonomi berpengaruh signifikan terhadap
sebesar -14423,068. kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi
2. Nilai F hitung adalah 72,484 dengan Sumatera Barat” diterima.
tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau
lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, 4. Pengaruh PAD, DAU dan DAK
dapat dikatakan bahwa model yang Terhadap Kemiskinan Melalui
dihasilkan pada penelitian ini adakal Pertumbuhan Ekonomi Sebagai
predictor yang valid dalam memprediksi Variabel Intervening
nilai variabel terikat. Untuk melakukan pengujian pengaruh
3. Nilai R2 (R square) adalah 0,438. Hal ini PAD, DAU dan DAK terhadap kemiskinan
berarti besar pengaruh pertumbuhan melalui pertumbuhan ekonomisebagai
200
Jolianis

variabel intervening, digunakan analisa ditemukan bahwa PAD dan DAU


regresi variabel mediasi metode kausal step berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
yang dikembangkan oleh Baron dan Kenny ekonomi sedangkan variabel DAK tidak
(1986). Menurut Barron dan Kenny (1986) berpengaruh signifikan. Dengan demikian,
terdapat 3 langkah dalam melakukan variabel DAK tidak memenuhi persyaratan
pengujian pengaruh variabel mediasi. Ketiga pada langkah pertama dalam pengujian
langkah tersebut adalah sebagai berikut: pengaruh mediasi.
1. Variabel bebas harus berpengaruh Persyaratan pertama dalam menguji
signifikan terhadap variabel mediasi (ß2 peran variabel intervening adalah variabel
harus signifikan). bebas harus berpengaruh signifikan terhadap
2. Variabel bebas harus berpengaruh variabel terikat. Berdasarkan hasil data dalam
signifikan terhadap variabel terikat (ß1 menguji pengaruh variabel bebas terhadap
harus signifikan). variabel terikat (langkah kedua), ditemukan
3. Variabel mediasi harus berpengaruh bahwa PAD dan DAU berpengaruh signifikan
signifikan terhadap variabel terikat (ß3 terhadap kemiskinan sedangkan variabel
harus signifikan). DAK tidak berpengaruh signifikan. Dengan
Variabel M dinyatakan sebagai variabel demikian, variabel DAK juga tidak memenuhi
mediasi sempurna (full mediation) jika setelah persyaratan pada langkah kedua dalam
memasukan variabel M, pengaruh X terhadap pengujian pengaruh mediasi.
Y menurun menjadi nol atau yang tadinya Persyaratan ketiga dalam menguji peran
signifikan (sebelum memasukan variabel M) variabel intervening adalah variabel mediasi
menjadi tidak signifikan setelah memasukan harus berpengaruh signifikan terhadap
variabel M ke dalam persamaan regresi. variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis
Variabel M dinyatakan sebagai variabel mediasi data dengan regresi sederhana
parsial (partial mediation) jika setelah memperlihatkan bahwa variabel pertumbuhan
memasukan variabel M, pengaruh X terhadap Y ekonomi (M) berpengaruh signifikan terhadap
yang tadinya signifikan (sebelum memasukan kemiskinan. Dengan demikian persyaratan
variabel M) menjadi tetap signifikan setelah ketiga dalam pengujian pengaruh mediasi
memasukan variabel M ke dalam persamaan terpenuhi.
regresi, tetapi mengalami penurunan koefisien Berdasarkan hasil uji pada langkah
regresi. pertama, kedua, dan ketiga, hanya variabel
Persyaratan pertama dalam menguji PAD (X1) dan DAU (X3) yang memenuhi
peran variabel intervening adalah variabel persayaratan uji mediasi. Adapun hasil
bebas harus berpengaruh signifikan terhadap pengujian pengaruh variabel mediasi dengan
variabel mediasi. Berdasarkan hasil data regresi bertingkat dapat dilihat pada pada
dalam menguji pengaruh variabel bebas tabel berikut ini.
terhadap variabel mediasi (langkah pertama),

Tabel 10
Hasil Uji Regresi Variabel Mediasi
Variabel Tahap 1 Tahap 2
Variabel
Bebas dan Koefisien Sig. Koefisien Sig.
Terikat
Mediasi regresi regresi
Kemiskinan Konstanta (a) -21575,006 0,000 -11860.835 -0,001
(Y)
PAD (X1) -0,183 0,000 -0,359 0,000
DAU (X2) -0,152 0,000 -0,117 0,000
PE (M) - - -0,003 0,001
R2 0,850 0,867
Perubahan R2 0,017
Sumber : Data Diolah, 2015

201
Jolianis

Berdasarkan analisis data untuk koefisien regesi adalah -0,145 dengan


pengujian pengaruh variabel mediasi dapat tingkat signifikansi adalah 0,000
diketahui bahwa: (persyaratan kedua terpenuhi)
a. Uji Hipotesis Kedelapan 3) Pertumbuhan ekonomi (M) berpengaruh
Berdasarkan hasil analisis data untuk signifikan terhadap kemiskinan (Y)
pengujian hipotesis kedelapan diketahui dengan nilai koefisien regesi adalah 0,004
bahwa : dengan tingkat signifikansi adalah 0,000
1) PAD (X1) berpengaruh signifikan (persyaratan ketiga terpenuhi)
terhadap pertumbuhan ekonomi (M) Dengan demikian, hipotesis kedelapan
dimana nilai koefisien regesi adalah yang menyatakan “DAU berpengaruh
50,468 dengan tingkat signifikansi adalah signifikan terhadap kemiskinan melalui
0,000 (persyaratan pertama terpenuhi) pertumbuhan ekonomi sebagai variabel
2) PAD (X1) berpengaruh signifikan intervening”. diterima.
terhadap kemiskinan (Y) dengan nilai Setelah dimasukan variabel mediasi (M)
koefisien regesi adalah -0,173 dengan ke dalam model penelitian maka diketahui
tingkat signifikansi adalah 0,000 pertumbuhan ekonomi berperan sebagai
(persyaratan kedua terpenuhi) variabel mediasi parsial (partial mediation)
3) Pertumbuhan ekonomi (M) berpengaruh karena DAU tadinya signifikan (sebelum
signifikan terhadap kemiskinan (Y) memasukan variabel M) menjadi tetap
dengan nilai koefisien regesi adalah 0,004 signifikan setelah memasukan variabel M ke
dengan tingkat signifikansi adalah 0,000 dalam persamaan regresi, tetapi mengalami
(persyaratan ketiga terpenuhi) penurunan koefisien regresi dari -0,152 menjadi
Dengan demikian, hipotesis kedelapan -0,117. Hal ini dapat diartikan bahwa
yang menyatakan “PAD berpengaruh pertumbuhan ekonomi memediasi secara
signifikan terhadap kemiskinan melalui parsial (partial mediation) hubungan antara
pertumbuhan ekonomi sebagai variabel DAU dengan kemiskinan.
intervening”. diterima. c. Uji Hipotesis Kesepuluh
Setelah dimasukan variabel mediasi (M) Berdasarkan hasil analisis data diketahui
ke dalam model penelitian maka diketahui ditemukan bahwa variabel DAK tidak
pertumbuhan ekonomi berperan sebagai berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
variabel mediasi parsial (partial mediation) ekonomi. Dengan demikian variabel DAK
karena PAD tadinya signifikan (sebelum tidak memenuhi persyaratan uji variabel
memasukan variabel M) menjadi tetap mediasi. Dengan demikian hipotesis
signifikan setelah memasukan variabel M ke kesepuluh (H10) yang menyatakan “DAK
dalam persamaan regresi, tetapi mengalami berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
penurunan koefisien regresi dari -0,183 menjadi melalui pertumbuhan ekonomi sebagai
-0,359. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel intervening” secara otomatis
pertumbuhan ekonomi memediasi secara dinyatakan ditolak.
parsial (partial mediation) hubungan antara
PAD dengan kemiskinan. C. Pembahasan Hasil Penelitian
b. Uji Hipotesis Kesembilan 1. Pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan
Berdasarkan hasil analisis data untuk Ekonomi
pengujian hipotesis kesembilan diketahui Berdasarkan pengujian hipotesis
bahwa : pertama diketahui PAD berpengaruh
1) DAU (X2) berpengaruh signifikan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
terhadap pertumbuhan ekonomi (M) Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Apabila
dimana nilai koefisien regesi adalah PAD mengalami peningkatan setiap tahunnya
12,141 dengan tingkat signifikansi adalah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
0,000 (persyaratan pertama terpenuhi) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
2) DAU (X2) berpengaruh signifikan Temuan penelitian ini membuktikan bahwa
terhadap kemiskinan (Y) dengan nilai PAD berpengaruh signifikan terhadap
202
Jolianis

pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di (PAD) akan mendorong pertumbuhan


Provinsi Sumatera Barat disebabkan karena ekonomi daerah. Adanya kenaikan
adanya peningkatan PAD Kabupaten/Kota Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan memicu
setiap tahunnya akan meningkatkan dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah
pertumbuhan ekonomi. menjadi lebih baik dari pada pertumbuhan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi ekonomi daerah sebelumnya. Selanjutnya
sumber utama pendapatan daerah untuk Todaro (1998) secara spesifik menyebutkan
membiayai anggaran daerah, karena ada tiga faktor atau komponen utama
kemampuan atau kontribusi Pendapatan Asli pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi
Daerah terhadap APBD akan menjadi tolak modal, pertumbuhan penduduk, dan hal-hal
ukur pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. yang berhubungan dengan kenaikan jumlah
Seharusnya dengan adanya peningkatan angkatan kerja yang dianggap secara positif
pendapatan asli daerah akan meningkatkan merangsang pertumbuhan ekonomi.
pertumbuhan ekonomi tetapi secara empiris
temuan penelitian ini membuktikan bahwa 2. Pengaruh DAU terhadap Pertumbuhan
peningkatan pendapatan asli daerah belum Ekonomi
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Berdasarkan pengujian hipotesis kedua
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat diketahui DAU berpengaruh signifikan
yang dibuktikan oleh terjadinya peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi
ketidakseimbangan antara peningkatan asli Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Apabila
daerah dengan pertumbuhan ekonomi. DAU mengalami peningkatan akan
Dengan demikian dapat dikatakan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
bahwa salah satu bentuk penerimaan daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
adalah dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah Hal ini disebabkan karena dana transfer yang
(PAD). Pada era otonomi daerah dimana diterima oleh Kabupaten/Kota di Provinsi
sistem pemerintah masih berbentuk Sumatera Barat dengan optimal dipergunakan
sentralisasi ternyata membawa dampak dalam meningkatkan kemampuan fiskal
kurang baik pada pembangunan daerah. Hal daerah sehingga dana alokasi umum tersebut
ini terlihat dengan terhambatnya kebebasan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerah dalam mengembangkan segala potensi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
yang dimiliki oleh daerahnya dan dampak Alasan lainnya yang menyebabkan
lainnya yang merugikan adalah tingginya berpengaruhnya DAU terhadap pertumbuhan
tingkat ketergantungan pemerintah daerah ekonomi adalah DAU dijadikan sebagai
terhadap pemerintah pusat. Hal ini disebabkan sumber pendanaan utama Pemda untuk
besarnya andil dan intervensi yang diberikan membiayai operasi utamanya sehingga DAU
oleh pemerintah pusat terhadap jalannya tersebut dapat mengurangi kesenjangan fiskal
pemerintahan di tiap daerah dan kini setelah antar daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi
otonomi daerah, sistem pemerintahan tidak Sumatera Barat yang pada gilirannya
lagi berupa sentralisasi tapi telah berubah menunjang terhadap pertumbuhan ekonomi.
menjadi desentralisasi. Artinya daerah telah Dari temuan penelitian ini diketahui
memiliki kewenangan untuk mengembangkan bahwa Dana alokasi umum merupakan jenis
segala potensi yang dimiliki oleh daerah transfer dana antar tingkat pemerintahan yang
tersebut. Dalam pelaksanaannya daerah harus tidak terikat dengan program pengeluaran
lebih mandiri dalam mengelola berbagai tertentu. Dana alokasi umum ini dimaksudkan
bentuk penerimaan dan pengeluarannya. untuk menggantikan transfer berupa subsidi
Untuk dapat menjalankan pemerintahannya daerah otonom dan inpres. Adapun tujuan dari
pemerintah daerah diharapkan dapat transfer ini adalah untuk menutup
mengoptimalkan pendapatan asli daerah. kesenjangan fiskal (fiscal gap) dan
Temuan penelitian ini konsisten dengan pemerataan kemampuan fiskal antara daerah
pendapat Saragih (2003) yang menyatakan antar daerah. Sehingga dana alokasi umum
bahwa peningkatan Pendapatan Asli Daerah tiap daerah tidak akan sama besarnya. Daerah
203
Jolianis

yang mempunyai pendapatan asli daerah Hasil penelitian ini relevan dengan
rendah akan mendapatkan dana alokasi umum Peraturan Pemerintah Nomor 104 tahun 2000,
yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya yang menyebutkan secara jelas mengenai
daerah yang mempunyai pendapatan asli tujuan dari penggunaan DAK, yang akibatnya
daerah tinggi akan mendapatkan dana alokasi tidak ada arahan yang jelas dalam
umum yang rendah. penggunaannya baik itu untuk proyek–proyek
Dana alokasi umum merupakan jenis prioritas nasional maupun proyek daerah.
transfer dana antar tingkat pemerintahan yang Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan
tidak terikat dengan program pengeluaran dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam
tertentu. Dana alokasi umum ini dimaksudkan pengertian ini teori tersebut harus mencakup
untuk menggantikan transfer berupa subsidi teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori
daerah otonom dan inpres. Adapun tujuan dari mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab
transfer ini adalah untuk menutup hanya apabila kedua aspek tersebut
kesenjangan fiskal (fiscal gap) dan dijelaskan, maka perkembangan output
pemerataan kemampuan fiskal antara daerah perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek
antar daerah. Sehingga dana alokasi umum yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi
tiap daerah tidak akan sama besarnya. Daerah dalam perspektif jangka panjang, yaitu
yang mempunyai pendapatan asli daerah apabila selama jangka waktu yang cukup
rendah akan mendapatkan dana alokasi umum panjang tersebut output perkapita
yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya menunjukkan kecenderungan yang meningkat
daerah yang mempunyai pendapatan asli (Boediono, 1997).
daerah tinggi akan mendapatkan dana alokasi
umum yang rendah. 4. Pengaruh PAD terhadap Kemiskinan
Berdasarkan pengujian hipotesis
3. Pengaruh DAK terhadap Pertumbuhan keempat diketahui PAD berpengaruh
Ekonomi signifikan terhadap jumlah penduduk miskin
Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Apabila
diketahui DAK berpengaruh signifikan PAD mengalami peningkatan akan dapat
terhadap pertumbuhan ekonomi menurunkan jumlah penduduk miskin
Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Adanya Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
peningkatan DAK setiap tahunnya dapat Hal ini dapat diartikan bahwa apabila PAD
meningkatkan pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan akan mampu
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat. mengurangi jumlah penduduk miskin karena
Artinya semakin tinggi DAK Kabupaten/Kota PAD yang diterima sebahagian dapat
di Provinsi Sumatera Barat dapat digunakan untuk mendukung program-
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang program pengentasan kemiskinan sehingga
disebabkan karena penggunaan DAK sudah dengan peningkatan jumlah PAD akan bisa
optimal dalam mendukung program-program menurunkan jumlah penduduk miskin.
pemerintah yang bertujuan untuk Dari temuan penelitian ini diketahui
menggerakkan sektor-sektor perekonomian. bahwa melalui pemberlakuan desentralisasi
Selanjutnya diketahui bahwa DAK fiskal, pemerintah daerah kini memiliki
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat kewenangan yang besar untuk merencanakan,
optimal digunakan untuk penanganan merumuskan, dan melaksanakan kebijakan
masalah-masalah seperti halnya mengurangi serta program pembangunan yang bisa
ketimpangan distribusi pendapatan, disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
peningkatan penyediaan fasilitas dan kualitas Menurut McCulloch dan Suparnoko (2003),
kesehatan, peningkatan kualitas pendidikan, salah satu kunci yang harus diperhatikan
peningkatan kualitas lingkungan hidup dan dalam desentralisasi adalah bahwa pemerintah
belum optimal digunakan untuk penanganan daerah harus lebih responsif terhadap
masalah urban (daerah perkotaan) kebutuhan penduduknya. Pada banyak negara
berkembang termasuk Indonesia, tingkat
204
Jolianis

kemiskinannya masih relatif tinggi dan oleh bersangkutan. Indikator pembangunan


karenanya desentralisasi diharapkan akan infrastruktur yang penting adalah saluran
menciptakan kebijakan-kebijakan yang lebih irigasi, akses listrik, dan kondisi jalan utama
responsif terhadap kebutuhan penduduk transportasi. Indikator lain dari karakteristik
miskin. faktor komunitas adalah akses yang sama
Dalam menelaah kebijakan pemerintah terhadap usaha atau pekerjaan seperti
daerah dalam menanggulangi kemiskinan, keberadaan lembaga keuangan dan industri.
perlu terlebih dahulu diperhatikan faktor- Pada tingkat wilayah ada bermacam-
faktor penyebab kemiskinan atau dalam macam karakteristik yang mungkin berkaitan
analisis kemiskinan disebut determinan dengan kemiskinan. Hubungan dari
kemiskinan. Kebijakan pemerintah daerah karakteristik tersebut dengan kemiskinan
yang berorientasi pada program pengentasan adalah sesuai dengan kondisi wilayah
kemiskinan sudah seharusnya didasarkan tersebut. Meskipun demikian, secara umum
pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan akan tinggi di wilayah
kondisi kemiskinan tersebut. Faktor-faktor dengan ciri-ciri sebagai berikut: terpencil
penyebab kemiskinan dapat berupa secara geografis, sumberdaya yang rendah,
karakteristik makro, sektor, komunitas, rumah curah hujan yang rendah, dan kondisi iklim
tangga, dan individu (World Bank, 2002). yang tidak ramah.

5. Pengaruh DAU terhadap Kemiskinan 6. Pengaruh DAK terhadap Kemiskinan


Berdasarkan pengujian hipotesis kelima Berdasarkan pengujian hipotesis
diketahui DAU berpengaruh signifikan keenam diketahui DAU tidak berpengaruh
terhadap jumlah penduduk miskin signifikan terhadap jumlah penduduk miskin
Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Apabila Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Apabila
DAU mengalami peningkatan akan dapat DAK mengalami peningkatan belum tentu
menurunkan jumlah penduduk miskin pada dapat menurunkan jumlah penduduk miskin
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat. pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Temuan penelitian ini membuktikan Barat. Artinya adanya peningkatan DAK
bahwa peningkatan DAU diterima oleh setiap tahun tidak dapat menekan jumlah
pemerintah daerah mampu menurunkan penduduk miskin.
jumlah penduduk miskin pada Temuan penelitian ini membuktikan
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat bahwa DAK tidak berpengaruh signifikan
karena program-program pengentasan terhadap kemiskinan. Artinya semakin tinggi
kemiskinan yang dirancang oleh pemerintah DAK yang diterima oleh pemerintah daerah
daerah di Provinsi Sumatera Barat dibiayai tidak dapat mengurangi jumlah penduduk
dengan dana alokasi umum sehingga dengan miskin pada Kabupaten/Kota di Provinsi
adanya dana alokasi umum yang tinggi Sumatera Barat.
tentunya mendukung terhadap keberhasilan Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan
program pengenatasan kemiskinan. bahwa semakin tinggi DAK yang diusulkan
World Bank (2002) mengkategorikan oleh pemerintah daerah untuk program
karakteristik penduduk miskin menurut pengentasan kemiskinan belum dapat
komunitas, wilayah, rumah tangga, dan mengurangi jumlah penduduk miskin pada
individu. Pada faktor komunitas, infrastruktur Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
merupakan determinan utama kemiskinan. Sehingga untuk masa yang akan datang
Keadaan infrastruktur sangat erat kaitannya diharapkan pemerintah daerah selalu
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. mengusulkan lebih banyak program-program
Infrastruktur yang baik akan memudahkan pengentasan kemiskinan kepada pemerintah
masyarakat untuk melakukan aktivitas pusat melalui dana alokasi khusus.
ekonomi maupun sosial kemasyarakatan, Aswadi dan Halim (2001) menyatakan
selain itu memudahkan investor untuk bahwa tujuan dari penggunaan DAK dapat
melakukan investasi di daerah yang diarahkan pada upaya untuk meningkatkan
205
Jolianis

Human Development Index atau Indeks kemiskinan di daerah dapat diminimumkan


Pembangunan Manusia yang merupakan salah guna pemerataan pembangunan ekonomi.
satu isu nasional yang perlu dituntaskan.
8. Pengaruh PAD Terhadap Kemiskinan
7. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pertumbuhan Ekonomi
terhadap Kemiskinan Sebagai Variabel Intervening
Berdasarkan pengujian hipotesis ketujuh Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
diketahui pertumbuhan ekonomi berpengaruh kedelapan diketahui PAD berpengaruh
signifikan terhadap jumlah penduduk miskin signifikan terhadap kemiskinan melalui
Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Apabila pertumbuhan ekonomi sebagai variabel
pertumbuhan ekonomi mengalami intervening. Hal ini berarti dengan adanya
peningkatan akan dapat menurunkan jumlah peningkatan pendapatan asli daerah dapat
penduduk miskin pada Kabupaten/Kota di meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
Provinsi Sumatera Barat. juga dapat menurunkan jumlah penduduk
Temuan penelitian ini membuktikan miskin sehingga pertumbuhan ekonomi
bahwa pertumbuhan ekonomi berperan sebagai variabel intervening dari
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat hubungan pendapatan asli darah dengan
mampu menurunkan jumlah penduduk miskin kemiskinan.
karena pertumbuhan ekonomi bersangkut- Temuan penelitian ini tidak konsisten
paut dengan proses peningkatan produksi dengan pendapat Suparnoko (2003) yang
barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi menyatakan bahwa salah satu kunci yang
masyarakat, artinya semakin tinggi tingkat harus diperhatikan dalam desentralisasi
pertumbuhan produksi barang dan jasa dalam adalah bahwa pemerintah daerah harus lebih
kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten responsif terhadap kebutuhan penduduknya.
Kerinci tentunya akan menurunkan jumlah Pada banyak negara berkembang termasuk
penduduk miskin. Indonesia, tingkat kemiskinannya masih
Temuan penelitian ini konsisten dengan relatif tinggi dan oleh karenanya
pendapat Wahyuni dan Siregar (2007) yang desentralisasi diharapkan akan menciptakan
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kebijakan-kebijakan yang lebih responsif
merupakan syarat keharusan (necessary terhadap kebutuhan penduduk miskin.
condition) bagi pengurangan kemiskinan. Hasil penelitian ini tidak konsisten
Adapun syarat kecukupannya (sufficient dengan penelitian terdahulu yang menemukan
condition) adalah bahwa pertumbuhan pendapatan asli daerah berpengaruh
tersebut efektif dalam mengurangi kemiskinn. signifikan terhadap kemiskinan
Artinya, hendaklah menyebar si setiap melaluipertumbuhan ekonomi sebagai
golongan pendapatan, termasuk golongan variabel intervening (Nanga, 2006; Setiyawati
penduduk miskin (growth with eaquility). dan Hamzah, 2007; Hamzah, 2007;
Kemampuan pemerintah daerah dalam Suryahadi, 2006; Asaddin dan Mansoer,
mengelola keuangan sendiri dituangkan 2001; Wahyuni dan Siregar, 2007)
dalam bentuk Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) baik secara langsung, Halim 9. Pengaruh DAU Terhadap Kemiskinan
(2001) mengatakan bahwa sumber dana Melalui Pertumbuhan Ekonomi
tersebut tercantum dalam APBD yang Sebagai Variabel Intervening
mencakup transfer dana perimbangan dari Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
pemerintah pusat, yang mana mencerminkan kesembilan diketahui DAU berpengaruh
kemampuan pemerintah dalam kemandirian signifikan terhadap kemiskinan melalui
di masing – masing daerah dengan melihat pertumbuhan ekonomi sebagai variabel
dari segi pendapatan yaitu PAD, DAU, DAK intervening. Hal ini berarti dengan adanya
dan Belanja Pembangunan. Oleh karena itu peningkatan DAU dapat meningkatkan
penilaian terhadap pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi dan juga dapat
terhadap keberhasilan mengatasi kesenjangan menurunkan jumlah penduduk miskin
206
Jolianis

sehingga pertumbuhan ekonomi berperan analisis kemiskinan disebut determinan


sebagai variabel intervening dari hubungan kemiskinan. Kebijakan pemerintah daerah
DAU dengan kemiskinan. yang berorientasi pada program pengentasan
Dari temuan penelitian ini diketahui kemiskinan sudah seharusnya didasarkan
bahwa perbedaan DAU antara satu daerah pada faktor-faktor yang mempengaruhi
dengan daerah yang lainnya berdampak pada kondisi kemiskinan tersebut. Faktor-faktor
pertumbuhan ekonomi yang berbeda pula, penyebab kemiskinan dapat berupa
tetapi belum dapat menurunkan tingkat karakteristik makro, sektor, komunitas,
kemiskinan. Hal ini disebabkan karena DAU rumahtangga, dan individu (World Bank,
pada masing-masing Kabupaten/Kota di 2002).
Provinsi Sumatera Barat belum mampu Hasil penelitian ini tidak konsisten
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan penelitian terdahulu yang menemukan
sehingga jumlah penduduk miskinpun tidak DAK berpengaruh signifikan terhadap
mengalami penurunan. kemiskinan melaluipertumbuhan ekonomi
Hasil penelitian ini tidak konsisten sebagai variabel intervening (Nanga, 2006;
dengan penelitian terdahulu yang menemukan Setiyawati dan Hamzah, 2007; Hamzah,
pendapatan asli daerah berpengaruh 2007; Suryahadi, 2006; Asaddin dan
signifikan terhadap kemiskinan Mansoer, 2001; Wahyuni dan Siregar,
melaluipertumbuhan ekonomi sebagai 2007).mengalami peningkatan setiap
variabel intervening (Nanga, 2006; Setiyawati tahunnya akan meningkatkan pertumbuhan
dan Hamzah, 2007; Hamzah, 2007; ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi
Suryahadi, 2006; Asaddin dan Mansoer, Sumatera Barat.
2001; Wahyuni dan Siregar, 2007).
PENUTUP
10. Pengaruh DAK Terhadap Kemiskinan 1. Kesimpulan
Melalui Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan analisis data dan
Sebagai Variabel Intervening pembahasan yang dikemukakan pada bab
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan
kesepuluh diketahui DAK tidak berpengaruh seperti yang diuraikan berikut ini:
signifikan terhadap kemiskinan melalui 1. Terdapat pengaruh yang signifikan PAD
pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terhadap pertumbuhan ekonomi
intervening. Hal ini berarti dengan adanya Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
peningkatan DAK belum dapat menurunkan Barat.
jumlah penduduk miskin melalui 2. Terdapat pengaruh yang signifikan DAU
pertumbuhan ekonomi sehingga pertumbuhan terhadap pertumbuhan ekonomi
ekonomi tidak berperan sebagai variabel Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
intervening dari hubungan DAK dengan Barat.
kemiskinan. 3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan
Dari temuan penelitian ini diketahui DAK terhadap pertumbuhan ekonomi
bahwa besarnya DAK yang diterima oleh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Kabupaten/Kota tidak dapat meningkatkan Barat.
pertumbuhan ekonomi, sehingga jumlah 4. Terdapat pengaruh yang signifikan PAD
penduduk miskin tidak mengalami terhadap kemiskinan pada
penurunan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
pertumbuhan ekonomi tidak dipengaruhi oleh Barat.
besar kecilnya DAK pada Kabupaten/Kota di 5. Terdapat pengaruh yang signifikan DAU
Provinsi Sumatera Barat. terhadap kemiskinan pada
Dalam menelaah kebijakan pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
daerah dalam menanggulangi kemiskinan, Barat.
perlu terlebih dahulu diperhatikan faktor- 6. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan
faktor penyebab kemiskinan atau dalam DAK terhadap kemiskinan pada
207
Jolianis

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera peningkatan kemampuan aparatur


Barat. pemerintahan sehingga mampu
7. Terdapat pengaruh yang signifikan memainkan peran sebagai pemikir,
pertumbuhan ekonomi terhadap perencana, pelaksana, dan agent of
kemiskinan pada Kabupaten/Kota di change bagi kesuksesan pembangunan di
Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
8. Pendapatan asli daerah berpengaruh Barat dengan implikasi sebagai berikut :
signifikan terhadap kemiskinan a. Untuk meningkatkan tingkat
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera kemandirian, Pemerintah Daerah
Barat melaluipertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
sebagai variabel intervening. Barat diharapkan dapat
9. DAU berpengaruh signifikan terhadap mengoptimalkan Pendapatan Asli
kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah melalui sektor pajak dan
Sumatera Barat melaluipertumbuhan retribusi yang berpotensi dan belum
ekonomi sebagai variabel intervening. dimanfaatkan sepenuhnya oleh
10.DAK tidak berpengaruh signifikan pemerintah daerah serta lebih
terhadap kemiskinan Kabupaten/Kota di meningkatkan Penerimaan
Provinsi Sumatera Barat Pendapatan Asli Daerah yang
melaluipertumbuhan ekonomi sebagai bersumber dari bagian laba badan
variabel intervening. usaha daerah.
b. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
2. Saran di Provinsi Sumatera Barat sebaiknya
Adapun beberapa saran yang dapat menunjukkan biaya pemungutan
penulis dampaikan berdasarkan hasil Pendapatan Asli Daerah secara
penelitian ini adalah sebagai berikut: spesifik, yaitu dengan cara memberi
1. Akademis, penjelasan mengenai biaya-biaya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat yang dikeluarkan untuk memungut
menjadi referensi bagi pembaca yang Pendapatan Asli Daerah sehingga
ingin mempelajari hal-hal yang berkaitan tidak menyulitkan bagi orang yang
dengan pertumbuhan ekonomi dan ingin melakukan penelitian mengenai
kemiskinan dan untuk menambah efisiensi keuangan daerah sekaligus
wawasan penulis tentang variabel yang melakukan evaluasi terhadap ukuran
diteliti. Untuk peneliti berikutnya yang efisiensi
berminat untuk melakukan penelitian c. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
mengenai pertumbuhan ekonomi dan di Provinsi Sumatera Barat sebaiknya
kemiskinan agar menambah variabel lain meningkatkan target Pendapatan
yang mempengaruhi variabel tersebut Anggaran Daerah (PAD) dengan cara
2. Praktis melakukan pemetaan terhadap
Hasil penelitian ini diharapkan dapat potensi sumber-sumber penerimaan
menjadi bahan pertimbangan bagi yang potensial.
pemerintah Kabupaten/Kota se Provinsi 3. Akademis,
Sumatera Barat untuk melakukan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
berbagai upaya agar memiliki kinerja menjadi referensi bagi pembaca yang
keuangan yang lebih baik sehingga ingin mempelajari hal-hal yang berkaitan
terwujud pemerintahan daerah yang dengan pertumbuhan ekonomi dan
otonom dan mempunyai kemampuan kemiskinan dan untuk menambah
yang kuat dalam membiayai semua wawasan penulis tentang variabel yang
kebutuhannya, dan dalam meningkatkan diteliti
kinerja keuangan pemerintahan 4. Peneliti berikutnya,
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Untuk peneliti berikutnya yang berminat
Barat, maka perlu diupayakan untuk melakukan penelitian mengenai
208
Jolianis

pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan


agar menambah variabel lain yang Sukirno, Sadono, 2012. Pengantar Teori
mempengaruhi variabel tersebut Ekonomi Makro. Edisi ke 3. Jakarta:Raja
Grafindo Persada
DAFTAR PUSTAKA Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan:
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Andi
10.22202/economica.2016.v4.i2.633 Todaro M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi
di Dunia Ketiga, Jakarta :Erlangga
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar World Bank Institute. 2002. Dasar-dasar
Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Analisis Kemiskinan. Edisi Terjemahan.
Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta : Badan Pusat Statistik, Jakart
BPFE
Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor
Publik: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta.
Boediono. 1997. Teori Pertumbuhan
Ekonomi. Yogyakarta : BPFE.
Bratakusuma dan Sholikin. 2003.
Perencanaan Pembangunan Daerah.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Ghozali, Imam. 2011. ModelPersamaan:
Konsep dan Aplikasi Dengan
ProgramAMOS19. Jakarta: Erlangga
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika
Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan
Daerah. Jakarta. Salemba Empat
___________. 2004. Bunga Rampai
Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta
: Unit Penerbitan dan Percetakan (UPM)
AMP YKPN.
Jhingan. 2000. Ekonomi Pembangunan dan
Perencanaan. Jakarta. Rajawali Press.
Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan
Pembangunan Daerah : Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan Peluang.
Jakarta : Erlangga.
Saragih, Juli Panglima. 2003. desentralisasi
Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi. Jakarta :Ghalia Indonesia.
Setiyawati, Anis dan Hamzah, Ardi. 2007.
Analisa Pengaruh PAD, DAU, DAK dan
Belanja Pembangunan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan :
Pendekatan Analisis Jalur. The 1st
Accounting Conference, Jakarta
Sidik, Machfud., Hidayanto, Djoko., Ismail,
Tjip., Kadjatmiko., Pakpahan, Arlen
Tobana., Adriansyah, 2004, Bunga Rampai
Desentralisasi Fiskal, Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah,
Jakarta
209

You might also like