1162-Article Text-5695-1-10-20220930
1162-Article Text-5695-1-10-20220930
1162-Article Text-5695-1-10-20220930
*Penulis Korespondensi
Diajukan : 13 September 2022
Disetujui : 17 September 2022
Dipublikasi : 1 Oktober 2022
ABSTRACT
The objective of this research is to evaluate how well financial management works and what that
means for society. With up to 8 informants, including members of the government and the
community, this sort of research use qualitative approaches. The information gathered through
interviews and the documentation of the data analysis methods applied were descriptive and
provided a thorough explanation of the research theme. The findings of this study show that the
Su'rulangi Village government's financial management and implementation are in accordance
with applicable regulations and criteria. This can be seen through planning, implementation,
reporting, administration, and accountability, while the implementation can be seen from the
communication factor and resource factor. Disposition factors and bureaucratic factors for the
effectiveness of the financial management of the Village Fund are disposition factors and
bureaucratic factors. The Su'rulangi Village government implements the effects on the local
economy through the Village Fund budget by offering benefits such as seed assistance, plant
sprayers, water pumping machines, and assistance for farmers dealing with COVID-19 in the
form of Direct Cash Assistance (BLT) and assistance. Other strategies rural areas can employ to
strengthen their economies
PENDAHULUAN
Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
asas otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016. Selanjutnya
pemerintah daerah berfungsi sebagai kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah yang memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonomi (Mamangkey, Lengkong, and Londa 2020).
Pemerintah berperan penting dalam mengelola daerahnya dari segi ekonomi maupun sarana
prasarana menjadi lebih baik,namun jika daerah tersebut ingin mencapai daerah yang baik maka
tentunya masyarakat yang ada didalam daerah tersebut harus memiliki kesejahteraan terkhusus
perihal perkembangan ekonominya,walaupun disisi lain untuk mensejahterakan perekonomian
dalam kehidupan masyarakat masing-masing tergantung dengan caranya sendiri untuk mencari
pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup,jadi tidak hanya pemerintah yang berperan penting
dalam pertumbuhan ekonomi namun masyarakat juga dianjurkan untuk berpartisipasi (Sufianto,
2020).
Pengesahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah
memberikan keleluasaan kepada daerah dan memperkuat posisinya dalam melaksanakan
kewenangan yang seluas-luasnya untuk mengelola masalah daerah secara mandiri. Tujuan
utamanya adalah untuk mendistribusikan kesejahteraan masyarakat di setiap wilayah dengan
memberikan pelayanan yang optimal, pemberdayaan yang terfokus, dan partisipasi aktif
masyarakat dalam pembangunan daerah. Otonomi daerah merupakan sarana untuk mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat. Strategi pemerintah daerah dalam mengelola potensinya, serta
masyarakat pada umumnya, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat
(Yamani, 2022).
Oleh karena itu, dalam konteks dana desa yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(Apbdes) adalah rencana keuangan tahunan yang diperdebatkan dan disetujui oleh pemerintah
desa dan badan permusyawaratan dan diatur dengan “Peraturan Desa”. Dalam satu tahun,
APBDes terdiri dari sumber pendapatan dan alokasi belanja desa. Pengelolaan keuangan
pemerintah sangat penting, dan harus diatur secara ketat sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Menurut pasal 2 ayat (1) PERMENDAGRI Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa, “Keuangan Desa dikelola berdasarkan prinsip transparan, bertanggung jawab,
partisipatif, dan dilaksanakan secara tertib dan disiplin anggaran.” Dalam sebuah pemerintahan,
pengukuran kinerja merupakan faktor terpenting dalam menentukan tanggung jawab pemerintah
(Pratiwi & Nursiam, 2019).
Dalam penyusunan rencana pengelolaan keuangan daerah, ada dua asumsi yang digunakan
yaitu: (1) Perkembangan ekonomi makro daerah seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat
pengangguran, dan tingkat inflasi; (2) Pokok-pokok kebijakan fiskal pemerintah, seperti Dana
Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan perkiraan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Rentang waktu 5 tahun hingga 2020, pertumbuhan ekonomi kabupaten takalar cenderung
menunjukkan trend perlambatan dimana pada tahun 2020 terjadi perlambatan ekonomi yang
cukup dalam dibandingkan pada tahun sebelumnya (2013-2016). Level terendah menyentuh
angka 0,61 pada tahun 2020.
Saat ini, Pemerintah kabupaten Takalar telah menandatangani kesepakatan dengan Kanwil
Ditjen Perbendaharaan Sulsel. Menstimulasi perekonomian daerah dilakukan dengan
penandatanganan MoU. Dimana dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah
dan pusat, pemerintah kabupaten Takalar berharap dengan adanya kesepakatan tersebut dapat
STUDI LITERATUR
Penelitian Terdahulu
Istilah "efektivitas" mengacu pada pengukuran kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
atau sasaran tertentu. Tergantung pada maksud atau tujuan yang ingin dicapai atau yang telah
ditetapkan, ukuran kemampuan yang dipermasalahkan dapat bervariasi. Hasil akhir dari suatu
kegiatan operasi yang telah memenuhi tujuannya dalam hal kualitas pekerjaan, jumlah pekerjaan,
dan batas waktu yang diinginkan. Efektivitas (Owens, 1998) adalah keadaan atau kemampuan
suatu pekerjaan yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan hasil yang diinginkan.
Sedangkan menurut (Gibson & Fields, 1984), efektivitas adalah interaksi antara produktivitas,
kualitas, efisiensi, kemampuan beradaptasi, kepuasan, sifat keunggulan, dan pengembangan
dalam konteks perilaku organisasi. Efektivitas, menurut (Mardiasmo et al., 2008) merupakan
ukuran kemampuan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Suatu organisasi dianggap
berhasil beroperasi jika mencapai tujuannya. Menurut (Steers et al., 1985) dalam bukunya
“Organizational Effectiveness”, mengemukakan sebagai berikut tentang ukuran efektivitas yang
mengemukakan bahwa tugas yang sulit upaya penetapan tujuan total harus dianggap sebagai
suatu proses. Oleh karena itu diperlukan pentahapan untuk menjamin tercapainya tujuan akhir,
baik tahap dalam penyelesaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam hal periodisasinya.
Kemampuan suatu organisasi untuk melakukan sosialisasi, konsensus pengembangan, dan
komunikasi dengan organisasi lain diukur dengan integrasi.
Pengelolaan keuangan Desa adalah “segala penyelenggaraan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban Dana Desa” menurut
Permendagri nomor 20 tahun 2018, pasal 1 ayat (1-4). Perencanaan pengelolaan keuangan Desa
merupakan perencanaan penerimaan dan pengeluaran pemerintah Desa pada tahun anggaran
berkenaan yang dianggarkan dalam APB Desa.Pendapatan asli Desa, meliputi hasil usaha Desa,
kekayaan Desa (seperti kas Desa, pasar Desa, pembangunan Desa), hasil swadaya dan partisipasi,
dan hasil gotong royong merupakan contoh sumber pendapatan Desa.
(Permatasari & Hasan, 2018), meneliti tentang Perangkat Desa yang memerlukan pembinaan
tentang sosialisasi dan administrasi pengelolaan keuangan desa untuk memberikan pemahaman
dan pengetahuan tentang peraturan dan perundang-undangannya. Faktor penghambat berupa
kualitas sumber daya manusia dalam hal pengetahuan dan pemahaman UndangUndang Desa dan
kurangnya pelatihan dan pendampingan perangkat desa. Lebih lanjut (Zulaida & Nurmala Sari,
2021) mengemukakan bahwa Tidak ada ketentuan dalam Tahap Perencanaan Untuk menentukan
berapa proporsi yang digunakan untuk berbagai proyek pemberdayaan masyarakat yang ada.
Tahap pengorganisasian Ini dinilai telah berjalan dengan Sukses karena masing-masing Lembaga
yang didirikan di Desa Bahu telah Diberikan pembagian tanggung jawab, dan masing-masing
lembaga telah berjalan sesuai dengan fungsi utamanya.
juga menjelaskan bahwa efektivitas sistem informasi akuntansi mampu meningkatkan
transparansi. Ada beberapa kendala dalam penerapan sistem informasi akuntansi, seperti piranti
keras, piranti lunak maupun personalnya Namun kendala yang dihadapi tersebut tidak terlalu
berarti bagi BUM Desa Mandala Giri Amertha dalam hal meningkatkan transparansi pengelolaan
keuangan.
Terkait bagaimana pengelolaan dana desa, (Boedijono et al., 2019) mengemukakan bahwa
desa-desa di Kabupaten Bondowoso Secara umum telah mengelola keuangan desa dengan baik
namun dalam beberapa kasus masihbelum berjalan dengan tertib dalam administrasinya sehingga
mengakibatkan keterlambatan pencairan uang desa untuk periode berikutnya.
Sedangkan bagaimana seharusnya mengelola keuangan ditengah kondisi pandemic covid 19,
(Basri & Gusnardi, 2021) mengemukakan bahwa Dampak pandemi covid 19 membuat
pemerintah provinsi riau melakukan relocusing dan realokasi anggaran sebanyak empat kali,
sesuai temuan analisis terdapat masalah dalam pencatatan belanja tidak terduga pada tahap
administrasi dan pertanggungjawab an pengeluaran untuk krisis dan urgensi. Hal ini sejalan
dengan penelitian , yang mengemukakan bahwa kebijakan pengelolaan APBD pemprov banten di
masa pandemi covid-19 adalah melakukan refocusing dan realokasi anggaran pendapatan daerah
belanja daerah dan pembiayaan daerah sesuai dengan arahan dan kebijakan pemerintah pusat.
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
Analisis Efektivitas
Pengelolaan Keuangan
dan Implikasi kepada
masyarakat Desa
Efektivitas Pengelolaan
Proses Pengelolaan Dana
Dana
Implikasi Terhadap
Perekonomian
Masyarakat Desa
METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu
peneliti Akan berusaha menginterprestasikan secara tepat dan jelas mengenai sifat keadaan atau
kondisi serta perkembangannya dalam hubungan objek penelitian dengan gejala yang ada pada
masyarakat. Sedangkan penelitian kualitatif menurut (Chariri, 2009) menggunakan teknik
deskriptif, yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau diucapkan oleh partisipan. Karena
pendekatan ini menitikberatkan pada latar belakang dan individu secara keseluruhan (holistik),
maka dalam keadaan ini tidak diperkenankan membagi individu atau organisasi ke dalam variabel
atau hipotesis; sebaliknya, mereka harus dilihat secara keseluruhan. Peneliti berasumsi bahwa
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif adalah cara yang paling tepat
untuk menggambarkan masalah secara mendalam sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian,
berdasarkan pemahaman di atas. Informasi langsung mengenai keadaan subjek dan objek
penelitian yang Akan diteliti diperlukan untuk penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif.
Fokus Penelitian ini adalah mengenai Efektivitas pengelolaan keuangan yang diperuntukkan
untuk kesejahteraan dalam perekonomian masyarakat di Desa Su’rulangi Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar. Jumlah Informan dalam penelitian ini adalah 8
orang yang terdiri dari perangkat pengurus Desa dan Masyarakat yang terlibat langsung dalam
tema penelitian ini. Diantaranya adalah kepala desa, bendahara desa, sekretaris desa, dan
masyarakat.
HASIL
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan telah dilaksanakan
dengan baik oleh pihak terkait yang dalam hal ini perangkat kepala desa dan jajarannya. Sehingga
implikasinya terlihat dari program yang ditawarkan kepada masyarakat. Proses perencanaan Desa
menurut peraturan Menteri Dalam Negeri No 20, (2018) pasal 31 ayat (1-4) tentang pengelolaan
keungan desa, menjelaskan bahwa perencanaan pengelolaan keuangan Desa meupakan
perencanaan, penerimaan dan pengeluaran pemerintah Desa. Perencanaan yang dibuat pemerintah
Desa Su’rulangi untuk kepentingan masyarakat khususnya dalam perekonomian sudah sesuai
dengan kriteria yang berlaku hal ini dapat dilihat dalam wawancara dari kepala Desa Su’rulangi
Bpk.Rabali mengatakan untuk mengetahui hal apa saja yang direncanakan dalam mengatur dana
Desa khususnya didalam perekonomian masyarakat yaitu:
“Didalam Pengalokasian Dana Desa khususnya dalam bidang perekonomian karena
pendapatan sumber dari masyarakat desa su’rulangi terdiri dari beberapa jenis pekerjaan
namun kalau dari hasil rata-rata pekerjaan dimasyarakat desa su’rulangi yaitu petani dan
peternak namun kalau berbicara secara keseluruhan pengeluaran Dana desa yaitu mencakup
dari pangan dan hewani, skala prioritas desa, pencegahan dan penanganan covid “
Hal yang dikemukakan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
No Kategori Persentase
1 Pangan Dan Hewani 20%
2 Bantuan Langsung Tunai (BLT) 40%
3 Skala Prioritas Desa 30%
4 Pencegahan Dan Penanganan Covid 10%
Jumlah 100%
Tabel 1. Program Pengelolaan Keuangan Desa
Sumber: Diolah sendiri.
PEMBAHASAN
Pembahasan mengemukakan interpretasi hasil, pengembangan argumen dengan mengaitkan
hasil, teori, dan pendapat, termasuk perbandingan dengan hasil penelitian sebelumnya. Penting
juga untuk meningkatkan kemungkinan hasil penelitiannya memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan. Bagian ini tidak menulis ulang data hasil penelitian.
Menurut peraturan Menteri Dalam negeri No 20, (2018) tentang pengelolaan keuangan Desa
menjelaskan bahwa pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa merupakan penerimaan dan
pengeluaran desa yang dilaksanakan melalui rekening kas Desa pada bank yang ditunjuk
Bupati/Wali Kota hal ini sebagaimana telah disampaikan Kepala Desa Su’rulangi Bpk.Rabali
yakni Untuk pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa penerimaan dan pengeluaran Desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa pada bank yang ditunjuk pada Bapak Bupati atau
walikota dalam hal ini meliputi rencana kegiatan dan anggaran Desa, rencana kerja kegiatan Desa
dan rencana anggaran biaya.
Penatausahaan dalam proses keuangan Desa yang dilakukan oleh bendahara Desa dilakukan
menggunakan aplikasi siskeudes dimana aplikasi sistem keuangan Desa (siskeudes) merupakan
aplikasi yang dikembangkan badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP) dalam
rangka meningkatkan kualitas tata kelola keuangan Desa. Sebagaimana yang telah disampaikan
ibu Irmawati S.H selaku bandahara bahwa Untuk metode pengelolaan keuangannya saya
menggunakan metode dengan aplikasi siskeudes karena hal ini lebih memudahkan dalam
mencatat pelaporan keuangan.
Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa akan disampaikan oleh kepada Desa kepada
Bupati/Walikota yang berupa laporan pada semester pertama disampaikan paling lambat pada
akhir bulan juli tahun berjalan dan laporan semester akhir tahun yang disampaikan paling lambat
pada akhir bulan januari tahun berikutnya sebagaimana dalam peraturan Menteri Dalam Negeri,
No 20 (2018) Pasal 68 Ayat (1-3) hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kepala Desa su’rulangi
Bpk.Rabali menyampaikan laporan pelaksanaan APB Desa semester pertama kepada
Bupati/Walikota melalui camat dimana laporan ini terdiri dari laporan bagaimana pelaksanaan
APB Desa Dan bagaimana pelaporan realisasi kegiatannya dimana bendahara pelaksanaan
kegiatan anggaran wajib menyampaikan pada laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan dan
anggaran kepada desa.
Laporan realisasi dan pertanggungjawaban dalam pelaksanaan APBDesa diimformasikan
kepada masyarakat secara tertulis yang mudah diakses oleh masyarakat seperti papan
pengumuman (transparansi) agar dapat mengetahui apa saja yang dibuat, dilaksanakan dalam
penggunaan dana Desa tersebut. Hal ini disampaikan kepada Bpk.Muh Rustam selaku sekretaris
Desa menyampaikan bahwa Untuk realisasi laporan penggunaan dana Desa yang dilakukan
pemerintah desa hal ini dapat dilihat dipapan transparansi yang sudah dibuat disitu dapat dilihat
terkait apa saja yang dikelola dalam penggunaan dana Desa seperti program atau bantuan yang
buat untuk dapat dituangkan dimasyarakat itu sendiri secara keseluruhannya dapat dilihat dipapan
transparansi yang sudah kita buat hal ini agar masyarakat itu tahu bagaimana kinerja
Berdasarkan tabel 2, Staff kepala keuangan ibu Irmawati S.H mengemukakan bahwa dalam
pengimplementasian yang dilakukan guna manfaat dana desa dapat dilihat dari data tersebut
rincian pengeluaran dikeluarkan untuk membantu sumber dari pendapatan masyarakat didesa
su’rulangi karena semenjak adanya covid ini seperti kita ketahui kondisi sekarang perekonomian
cukup menurun maka dari itu semoga program ini dapat membantu masyarakat dengan adanya
bantuan ini masyarakat dapat memanfaatkannya sebaik mungkin.
Hal ini sejalan denga napa yang disampaikan oleh kepala Desa Su’rulangi dalam bagaimana
menerapkan pola efektivitas dalam pengelolaan keuangan yaitu penerapkan pola efektivitas jadi
dasarnya itu dimulai pada permintaan pada setiap perdusun melalui musyawarah dusun jadi hasil
dari masukan masyarakat dari musyawarah dusun itu kemudian masuk ke musdes (musyawarah
desa) maka dari situ ketua BPD bersama dengan Kepala desa,sekretaris desa dan semua perangkat
desa yang ada pada desa tersebut telah melakukan verifikasi yang mana saja termasuk dalam
prioritas desa artinya yang paling penting penggunaan dana anggaran itu untuk perekonomian
masyarakat desa disu’rulangi. Dengan adanya pola efektivitas yang diterapkan dalam pemerintah
desa melalui musyawarah dapat melancarkan anggaran-anggaran dari Dana desa tersebut yang
akan diimplementasikan atau yang akan direncanakan.
Terkait dengan implikasinya, salah satu masyarakat desa (Ibu Sia) mengemukakan bahwa
Bantuan yang dikeluarkan pemerintah seperti BLT dan PKH kami sangat bersyukur dan senang
karena saya mendapatkan uang itu BLT Rp600.000/bulan per keluarga (KK) dari uang BLT
tersebut saya dapat menggunakan untuk tambah-tambah uang modal usaha saya.
Hal ini sejalan juga dengan hal yang dikemukakan oleh Ibu Mirna yang mendapatkan bantuan
dari pemerintah namun bukan uang BLT tapi uang PKH yang bantuannya berupa sembako sekitar
10 kg,telur 1 rak, dan ada juga sayur dan buah 4 biji dalam 1 kantong.
Masyarakat sangat bersyukur dengan adanya bantuan tersebut sebab dengan adanya program
yang dibuat pemerintah dari mulai pelatihan petani dan ternak memberikan dampak yang efektif
dengan membantu berwirausaha dengan baik peningkatan keterampilan dan memotivasi
masyarakat petani dan peternak,bantuan bibit dan alat hingga mesin serta bantuan penanganan
yang berupa BLT dan PKH dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sehingga dapat
mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk usaha masyarakat yang ada di Desa Su’rulangi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerintah Desa Su’rulangi
dalam proses pengelolaan keuangan Dana Desa dan implementasinya sudah sesuai dengan
kriteria yang berlaku, hal ini dapat dilihat dari kriteria pengelolaan keuangan yang berlaku yakni:
Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan, Pertanggungjawaban. Untuk kriteria
pengimplementasian dalam pengelolaan keuangan dapat dilihat dari 4 faktor yaitu: Komunikasi,
Sumber daya, Disposisi, dan Birokrasi. Selain itu, Pemerintah Desa Su’rulangi dalam menerapkan
pola efektivitas dalam Pengelolaan Keuangan Desa Su’rulangi sudah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku hal ini dapat dilihat melalui Pencapaian tujuan, pencapaian waktu, proses pencairan,
dan penggunaan Dana sesuai dengan pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan sampai
dengan berakhirnya kegiatan. Sehingga implikasinya memberikan manfaat bagi masyarakat
dalam menambah modal untuk usaha kecil atau sebagai penambahan pendapatan sehari-hari.
REFERENSI
Abdi, M. N. (2020). Krisis Ekonomi Global dari Dampak Penyebaran Virus Corona (Covid-19).
AkMen Jurnal Ilmiah, 17(1), 90–98.
Basri, Y. M., & Gusnardi, G. (2021). Pengelolaan keuangan pemerintah di masa pandemi Covid
19 (kasus Pada Pemerintah Provinsi Riau). Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia, 4(1),
33–48.
Boedijono, B., Wicaksono, G., Puspita, Y., Bidhari, S. C., Kusumaningrum, N. D., & Asmandani,
V. (2019). Efektifitas Pengelolaan Dana Desa Untuk Pembangunan Dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa di Kabupaten Bondowoso.
BPS. (2022). Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Takalar. Badan Pusat Statistik.
https://takalarkab.bps.go.id/publication/2020/04/27/6332cc920af98c0b1a496706/kabupaten-
takalar-dalam-angka-2020-.html
Chariri, A. (2009). Landasan filsafat dan metode penelitian kualitatif.
Gibson, D., & Fields, D. L. (1984). Early infant stimulation programs for children with Down
syndrome: A review of effectiveness. Advances in Developmental & Behavioral Pediatrics.
MAMANGKEY, F., LENGKONG, F. D., & LONDA, V. (2020). Kemampuan Aparat Desa Pada
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Di Desa Ranolambot Kecamatan
Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa Tahun 2019. JURNAL ADMINISTRASI PUBLIK,
6(95).
Mardiasmo, D., Barnes, P. H., & Sakurai, Y. (2008). Implementation of good governance by
regional governments in Indonesia: the challenges. Twelfth Annual Conference of the
International Research Society for Public Management.
Owens, D. K. (1998). Interpretation of cost-effectiveness analyses. Journal of General Internal
Medicine, 13(10), 716.
Permatasari, E., & Hasan, K. (2018). Pengelolaan alokasi dana desa dalam meningkatkan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Conference on Innovation and
Application of Science and Technology (CIASTECH), 1(1), 186–194.
Pratiwi, S. P., & Nursiam, M. H. (2019). Analisis Penerapan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 20 Tahun 2018 dalam Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan
Petanggungjawaban APB Desa (Studi kasus Desa Pucangan Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Steers, R. M., Ungson, G. R., & Mowday, R. T. (1985). Managing effective organizations. Kent
Pub. Co.
Sufianto, D. (2020). Pasang surut otonomi daerah di Indonesia. Jurnal Academia Praja, 3(02),
271–288.
Yamani, M. (2022). Politik Hukum Otonomi Desa Berbasis Desentralisasi Fungsional
Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia. Doktor Ilmu Hukum.
Zulaida, N., & Nurmala Sari, E. (2021). Efektivitas Pengelolaan Dana Kelurahan Dalam
Mewujudkan Good Governance Di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota
Medan. UMSU.