Hubungan Hukum
Hubungan Hukum
Hubungan Hukum
ABSTRACT
ABSTRAK
Masyarakat yang konsent dengan kesehatan masyarakat atau pelayanan
kesehatan yaitu Tenaga Medis (dokter) agar mengetahui hak dan kewajibannya
dalam rangka memberikan bantuan kesehatan kepada masyarakat.
Bagaimanakah hubungan hukum antara pasien dengan Tenaga Medis
(dokter) dalam pelayanan kesehatan? Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui dan
mempelajari hubungan hukum antara pasien dengan Tenaga Medis (dokter) dalam
*)
Dosen Fakultas Hukum Universitas Galuh
184
Volume 6
No. 2- September 2018
I. PENDAHULUAN
Masyarakat semakin menyadari hak-haknya sebagai konsumen
kesehatan. Seringkali mereka mempertanyakan tentang penyakit, pemeriksaan,
pengobatan, serta tindakan yang akan diambil berkenaan dengan penyakitnya.
Hak-hak konsumen kesehatan masih cenderung sering dikalahkan oleh
kekuasaan pemberi pelayanan kesehatan, kekalahan tersebut bisa berupa
kerugian moral dan material yang cukup besar Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
mempunyai 2 sasaran pokok, yaitu :
1. Memberdayakan konsumen dalam hubungannya dengan pelaku usaha
(publik atau privat) barang dan atau jasa;
2. Mengembangkan sikap pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab lalu
pertanyaannya, apakah pasien dapat disebut sebagai konsumen, dan
pemberi pelayanan kesehatan (dokter) sebagai pelaku usaha.
Pengertian konsumen dan pelaku usaha berdasarkan UUPK yaitu,
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan, sedangkan
produk berupa barang, misalnya, obat-obatan, suplemen makanan, alat
185
Volume 6
No. 2- September 2018
kesehatan, dan produk berupa jasa, misalnya: jasa pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh dokter, dokter gigi, jasa asuransi kesehatan Untuk mengetahui,
apakah profesi pemberi pelayanan kesehatan (dokter) merupakan pelaku
usaha atau bukan maka kita harus melihat Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya Kesehatan, sebagaimana diatur dalam
PERMENKES RI Nomor: 290 /MENKES/PER/III/2008 tentang persetujuan
tindakan medis sebelum melakukan suatu tindakan yang didahului oleh
penjelasan-penjelasan yang menyangkut tindakan, resiko, yang akan dilakukan
pada pasien. Pasien maupun keluarganya akan mencari pertolongan kepada
petugas kesehatan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen Tentang Perlindungan Konsumen juga dapat
diberlakukan pada bidang kesehatan Dengan berlakunya UUPK diharapkan
posisi konsumen sejajar dengan pelaku usaha, anggapan bahwa konsumen
merupakan raja tidak berlaku lagi mengingat antara konsumen dan pelaku
usaha tidak hanya mempunyai hak namun juga memiiki kewajiban. Pasien
sebenarnya merupkan faktor liveware. Pasien harus dipandang sebagai subyek
yang memiliki pengaruh besar atas hasil akhir layanan bukan sekedar obyek.
Hak-hak pasien harus dipenuhi mengingat kepuasan pasien menjadi
salah satu barometer mutu layanan sedangkan ketidakpuasan pasien dapat
menjadi pangkal tuntutan hukum. Penandatanganan formulir atau lembar
persetujuan tindakan medis mempunyai konsekuensi telah tercapai apa yang
dinamakan “sepakat para pihak yang mengikatkan diri, terjadi perjanjian untuk
melaksanakan tindakan medis”. Pesetujuan ini mempunyai kekuatan mengikat
dalam arti mempunyai kekuatan hukum, berarti dokter boleh menjalankan
kewajibannya meberikan informasi dan memberikan hak kepada dokter untuk
melakukan tindakan medis. Terdapat pasal-pasal dalam KUHP yang relevan
dengan masalah tanggung jawab secara hukum pidana dan atau hukum
Perdata .
186
Volume 6
No. 2- September 2018
II. PEMBAHASAN
2.1. Hubungan hukum antara Pasien dengan Tenaga Medis (dokter)
dalam memberikan pelayan kesehatan
Hubungan hukum antara dokter dengan pasien telah terjadi sejak
dahulu (zaman Yunani kuno), dokter sebagai seorang yang memberikan
pengobatan terhadap orang yang membutuhkannya. Hubungan ini
merupakan hubungan yang sangat pribadi karena didasarkan atas
kepercayaan dari pasien terhadap dokter yang disebut dengan transaksi
terapeutik.
Transaksi terapeutik adalah perjanjian antara dokter dan pasien
berupa hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban kedua
belah Pihak. Objek dari perjanjian ini adalah berupa upaya atau terapi
untuk menyembukan pasien.
Hubungan hukum antara dokter dengan pasien ini berawal dari
pola hubungan vertikal paternalistik seperti antara bapak dengan anak
yang bertolak dari prinsip “father knows best” yang melahirkan hubungan
yang bersifat paternalistik. Hubungan hukum timbul bila pasien
menghubungi dokter karena ia merasa ada sesuatu yang dirasakannya
membahayakan kesehatannya. Keadaan psikobiologisnya memberikan
peringatan bahwa ia merasa sakit, dan dalam hal ini dokterlah yang
dianggapnya mampu menolongnya dan memberikan bantuan
pertolongan. Jadi, kedudukan dokter dianggap lebih tinggi oleh pasien
dan peranannya lebih penting daripada pasien.
Hak-hak dokter sebagai pengemban profesi dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Hak memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya dan sejujur-
jujurnya dari pasien yang akan digunakannya bagi kepentingan
diagnosis maupun terapeutik.
2. Hak atas imbalan jasa atau honorarium terhadap pelayanan yang
diberikannya kepada pasien.
187
Volume 6
No. 2- September 2018
188
Volume 6
No. 2- September 2018
189
Volume 6
No. 2- September 2018
190
Volume 6
No. 2- September 2018
191
Volume 6
No. 2- September 2018
192
Volume 6
No. 2- September 2018
yaitu suatu persetujuan pasien untuk menerima upaya medis yang akan
dilakukan terhadapnya. Hal ini dilakukan setelah ia mendapat informasi
dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk
menolong dirinya, termasuk memperoleh informasi mengenai segala
risiko yang mungkin terjadi. Adapun di Indonesia informed consent
dalam pelayanan kesehatan, telah memperoleh pembenaran secara
yuridis melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008. Hubungan tersebut lahir dan memenuhi
syarat sahnya transaksi terapeutik didasarkan Pasal 1320 KUH Perdata
Yaitu, syarat subyektif dan syarat obyektif.
3.2. Saran
Bahwa disarankan agar segala sesuatu yang dilakukan oleh
dokter terhadap pasiennya dalam upaya penyembuhan penyakit pasien
adalah merupakan perbuatan hukum yang kepadanya dapat dimintai
petanggung jawaban hukum, dituntut profesionalisme, memberikan
pelayanan medik adalah sebuah perbuatan hukum. Hanyalah tindakan
profesional kedokteran harus sesuai dengan kode etik profesional dan
sumpah jabatan dokter.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Fuady Munir, 2005, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Bandung, PT. Citra
Aditya.
__________, 2004, Hukum Medik, Cetakan Pertama, Jakarta, Balai Penerbit FK.
UI.
Kusumah Astuti, Endang, 2003, Hubungan Antara Dokter dan Pasien Dalam
Upaya Pelayanan Medis, Semarang.
193
Volume 6
No. 2- September 2018
Suparman, Eman, 2005, Tanggung Jawab Hukum dan Etika Profesi Tenaga
Kesehatan, Malang.
B. Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
194