Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Literature Review

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Manajemen Kantor

2015

LITERATURE REVIEW : PENTINGNYA PENERAPAN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI
INDUSTRI PERTAMBANGAN

Oleh :
Cempaka Endah Mawarni
Angkatan 2012

Jurusan Administrasi Niaga, Program Studi Administrasi Bisnis,


Politeknik Negeri Bandung Jawa Barat, INDONESIA

Dosen Pembimbing :
Drs. Harmon Chaniago, M.Si

ABSTRACT
The mining industry is one sector that has the characteristics of the high risk. Risk
of accidents in the mining industry is very large even though nowadays advanced
equipment that is equipped with a security system has been widely used. On the
other hand, health and safety is very important so the company should be able to
pay attention to the safety of workers as long as they carry out their work.
Because shealth and afety is a crucial thing, the implementation of Occupational
Health and Safety (K3) is very important in the mining industry are susceptible to
accidents. The importance of the implementation of Occupational Health and
Safety is motivated by some of the things that encourages the government to pass
a law that the legal basis of the Occupational Safety and Health mining. In the
implementation of the Occupational Safety and Health there are various obstacles
encountered so that the necessary measures to control it.The mining industry is
one sector that has the characteristics of high risks. The risk of accidents in the
mining industry is very large even though today's sophisticated equipment that is
equipped with a security system has been widely used. Safety is very important so
the company should be able to pay attention to the safety of workers as long as
they carry out their work.
Keywords : Mining Industry, Occupational Health and Safety

Manajemen Kantor

LATAR BELAKANG
Industri
pertambangan
di
Indonesia memiliki peran yang
sangat penting dalam pembangunan
nasional.
Seperti
dikemukakan
Gautier Dirckx, yang termuat dalam
Kompas.com (14 Juni 2011),
pertambangan menjadi sektor yang
semakin strategis bagi Indonesia.
Namun demikian, di balik
perannya
tersebut,
industri
pertambangan termasuk salah satu
sektor dengan resiko kecelakaan
yang tinggi. Oleh karena itu, untuk
menghindari terjadinya kecelakaan
pada saat melakukan aktivitas di
lingkungan kerja atau melaksanakan
pekerjaan,
kejadian
berbahaya
maupun penyakit yang ditimbulkan
akibat kerja, maka penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) pada kegiatan pertambangan
sangat diperlukan.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang diterapkan pada kegiatan
pertambangan tersebut merupakan
salah satu faktor yang dapat
menjamin
kelancaran
kegiatan
operasional.

INDUSTRI PERTAMBANGAN
Industri
pertambangan
merupakan sektor yang memiliki
peranan yang sangat penting bagi
Indonesia
dan
mengalami
perkembangan yang pesat. Samadi
(2007: 32) berpendapat mengenai
pengertian industri sebagai berikut:
Industri
adalah
kegiatan
pengubahan suatu komoditi
menjadi lebih bermanfaat.

2015

Setiap industri meliputi tiga


kegiatan
utama,
yaitu
pengumpulan bahan mentah,
peningkatan kegunaan melalui
pengubahan
bentuk,
dan
pendistribusian hasil industri
ke tempat lain.
Pengertian lain dari industri
menurut Widyatmanti dan Natalia
(2009: 118) Industri adalah kegiatan
mengolah bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi
yang mendatangkan keuntungan.
Sedangkan
istilah
pertambangan
sendiri,
menurut
Utoyo (2007: 85) adalah sebagai
berikut:
Pertambangan
merupakan
kegiatan
pengolahan
dan
pemanfaatan bahan galian,
meliputi observasi, eksplorasi,
dan
eksploitasi
atau
penambangan berbagai macam
mineral atau barang tambang
yang terkandung di dalam
litosfer maupun di permukaan
bumi.
Adapun
pengertian
lain
pertambangan seperti yang tercantum
dalam Undang-Undang Minerba
(2009: 7), adalah:
Pertambangan
adalah
sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan
dalam
rangka
penelitian, pegelolaan, dan
pengusahaan mineral atau bara
yang meliputi penyelidikan
umum,
eksplorasi,
studi
kelayakan,
konstruksi,
penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan, dan
penjualan,
serta
kegiatan
pascatambang.

Manajemen Kantor

Dari pengertian yang telah


dikemukakan tersebut maka dapat
diambil kesimpulan, yang dimaksud
industri
pertambangan
adalah
kegiatan
pengolahan
atau
pengubahan dan pemanfaatan bahan
galian yang meliputi observasi,
eksplorasi, dan eksploitasi atau
penambangan
berbagai
macam
mineral atau barang tambang
sehingga menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat
dan
mendatangkan
keuntungan
(Samadi:
2007;
Widyatmanti dan Natalia: 2009;
Utoyo: 2007; dan Undang-Undang
Minerba: 2009).
Industri pertambangan pada
sasarnya berpedoman pada konsep
pertambangan yang berwawasan
lingkungan,
artinya
dalam
melaksanakan
kegiatan
pertambangan
tersebut
harus
memerhatikan
kelestarian
lingkungan sekitar. Seperti dari
Wikipedia (2014) bahwa:
Paradigma baru kegiatan
industri pertambangan ialah
mengacu
pada
konsep
pertambangan
yang
berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan, yang meliputi
penyelidikan
umum
(prospecting), eksplorasi :
eksplorasi
pendahuluan,
eksplorasi
rinci,
studi
kelayakan : teknik, ekonomik,
lingkungan (termasuk studi
amdal), persiapan produksi
(development, construction),
penambangan (pembongkaran,
pemuatan,pengangkutan,
penimbunan), reklamasi dan
pengelolaan
lingkungan,
pengolahan (mineral dressing),
pemurnian
/
metalurgi

2015

ekstraksi,
pemasaran.
corporate social responsibility
(CSR),
dan
pengakhiran
tambang (mine closure).
Menurut UU No.11 Tahun
1967, bahan tambang digolongkan
menjadi 3 jenis, yakni:

Golongan A (bahan strategis),


merupakan barang yang penting
bagi pertahanan, keamanan serta
strategis
untuk
menjamin
perekonomian
negara
dan
sebagian besar hanya diizinkan
untuk dapat dimiliki oleh pihak
pemerintah. Contohnya minyak,
uranium dan plutonium.
Golongan B (bahan vital),
merupakan barang yang dapat
menjamin hidup orang banyak.
Contohnya emas, perak, besi dan
tembaga.
Golongan C (bahan tidak
strategis dan tidak vital),
merupakan bahan yang tidak
dianggap
langsung
memengaruhi hayat hidup orang
banyak. Contohnya garam, pasir,
marmer, batu kapur dan asbes.

Bentuk
Dan
Organisasi
Perusahaan Pertambangan
Menurut Undang-undang No.
11 Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pertambangan pasal
5, usaha pertambangan dapat
dilaksanakan oleh:
a.
b.
c.

Instansi
Pemerintah
ditunjuk oleh Menteri;
Perusahaan Negara;
Perusahaan Daerah;

yang

Manajemen Kantor

d.

e.
f.

g.

h.

Perusahaan
dengan
modal
bersama antara Negara dan
Daerah;
Koperasi;
Badan atau perseorangan swasta
yang memenuhi syarat-syarat
yang dimaksud dalam pasal 12
ayat (1);
Perusahaan
dengan
modal
bersama antara Negara dan/atau
Daerah
dengan
Koperasi
dan/atau
Badan/Perseorangan
Swasta yang memenuhi syaratsyarat yang dimaksud dalam
pasal 12 ayat (1);
Pertambangan Rakyat;

Pertambangan Di Indonesia
Indonesia merupakan negara
yang kaya akan sumber daya
tambang seperti emas, tembaga,
nikel, dan sebagainya. Menurut
Dwiarto (2014), mengemukakan
bahwa:
Indonesia
kaya
dengan
sumber daya alam, khususnya
bahan tambang. Saat ini,
Indonesia, menurut Survei
Geologi
Amerika
Serikat
(USGS) menduduki peringkat
ke-6 sebagai negara yang kaya
akan sumber daya tambang.
Selain itu, dari potensi bahan
galiannya untuk batubara,
Indonesia menduduki peringkat
ke-3 untuk ekspor batubara,
peringkat ke-2 untuk produksi
timah, peringkat ke-2 untuk
produksi tembaga, peringkat
ke-6 untuk produksi emas.
Kekayaan negara Indonesia
akan sumber daya tambang tersebut
membuat Indonesia memiliki potensi
untuk menjadi negara yang dapat

2015

menjanjikan untuk para investor


yang ingin menanamkan sahamnya
di
Indonesia
pada
sektor
pertambangan. Seperti dikemukakan
Dwiarto (2014) dalam artikelnya,
bahwa:
Kondisi excellent tectonic dan
geologi itulah yang membawa
Indonesia menjadi satu di
antara produsen terbesar emas,
tembaga, nikel, dan timah.
Sebagai catatan, Indonesia
memberikan
sumbangsih
cadangan emas terbesar di
kawasan South East Asia, yaitu
sebesar 39% (sekitar 168 Moz
/5.215 tonnes). Dengan profil
yang demikian, Indonesia
menjadi negara yang sangat
menjanjikan bagi kalangan
pelaku industri pertambangan
untuk bisa berinvestasi di
Indonesia.
Dengan banyaknya sumber
daya
tambang
yang
dimiliki
Indonesia, maka jelas pemerintah
beserta masyarakat Indonesia sendiri
harus mampu mengelola sumber
daya tersebut dengan sebaik-baiknya.
Pengelolaan sumber daya tambang
yang dilakukan secara maksimal
dapat membuat negara Indonesia
lebih berkembang dengan adanya
pendapatan yang dihasilkan dari
bahan tambang tersebut.

KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA

DAN

Pengertian Keselamatan dan


Kesehatan Kerja terbagi menjadi 2
menurut Sanjaya dalam artikelnya
(2013), yaitu:

Manajemen Kantor

a.

b.

Secara Filosofis
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
merupakan
suatu
pemikiran atau upaya untuk
menjamin
keutuhan
dan
kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani, tenaga kerja
pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya terhadap hasil
karya dan budayanya menuju
masyarakat adil dan makmur.
Secara Keilmuan
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha
mencegah
kemungkinan
terjadinya
kecelakaan
dan
penyakit akibat kerja.

Sedangkan menurut America


Society of safety and Engineering
(ASSE)
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja (K3) diartikan
sebagai bidang kegiatan yang
ditujukan untuk mencegah semua
jenis kecelakaan yang ada kaitannya
dengan lingkungan dan situasi
kerja.
Dari pengertian tersebut maka
yang dimaksud dengan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
suatu upaya untuk menjamin
keutuhan jasmani dan rohani tenaga
kerja agar terhindar dari semua jenis
kecelakaan maupun penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan dan
situasi kerja (Sanjaya: 2013;
America Society of safety and
Engineering).
Hinze dalam Endroyo (2006)
mengemukakan Kecelakaan adalah
kejadian merugikan yang tidak
direncanakan, tidak terduga, tidak
diharapkan, serta tidak ada unsur
kesengajaan. Sedangkan menurut

2015

Austen dan Neale dalam Mandagi,


Rantung, dan Malinkas (2013),
menyatakan:
Kecelakaan adalah kejadian
yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tidak terduga oleh
karena latar belakang peristiwa
itu tidak terdapat adanya
unsure kesengajaan, lebih-lebih
dalam bentuk perencanaan.
Oleh
karean
peristiwa
kecelakaan disertai kerugian
material ataupun penderitaan
dari yang paling ringan sampai
pada yang paling berat.
Terjadinya kecelakaan yang
dimaksud tersebut disebabkan oleh
beberapa hal. Menurut Sirait (2006:
260),
Penyebab
terjadinya
kecelakaan dapat dikelompokkan
menjadi dua sebab utama, yaitu
sebab teknis dan sebab-sebab
manusia (human). Berikut ini
merupakan penjelasan dari kedua
penyebab terjadinya kecelakaan di
lingkungan kerja:
a.

Sebab-sebab Teknis
Penyebab kecelakaan yang
berkaitan dengan masalah teknis
pada dasarnya berhubungan
dengan kondisi pabrik yang
buruk, peralatan yang digunakan
kurang aman, penerangan yang
kurang,
mesin-mesin
yang
kurang terpelihara sehingga
rentan mengalami kerusakan dan
menimbulkan bahaya pada saat
digunakan, penggunaan warna
yang kurang kontras, ventilasi
yang buruk sehingga sirkulasi
udara buruk dan menyebabkan
gangguan pernapasan bagi para
pekerja,
serta
buruknya
lingkungan kerja.

Manajemen Kantor

b.

Sebab-sebab Manusia (Human)


Adapun penyebab kecelakaan di
lingkungan
kerja
yang
ditimbulkan oleh deficiencies
para karyawan yaitu seperti
adanya kecerobohan atau sifat
kurang hati-hati, tidak mampu
melaksanakan
tugas
yang
diberikan dengan baik, adanya
rasa lelah dan mengantuk, dan
sebagainya.
Para
ahli
berpendapat bahwa empat dari
lima kecelakaan yang terjadi
penyebabnya adalah manusia
(human). Oleh karena itu,
program keselamatan harus lebih
banyak memusatkan perhatian
pada aspek manusia daripada
aspek teknis.

Menurut Glendon, dkk (2006);


Rechnitzer, (2001) dalam Zanko dan
Dawson (2012) menyatakan:
Dalam perkembangan dunia
kerja dewasa ini, bukanlah
sistem yang dianggap salah
tetapi kesalahan individual
yang
membutuhkan
pertangungjawaban
atas
kesehatan dan keamanan.
Oleh karena itu, individu atau
para pekerja yang ada dalam
perusahaan tersebut harus
memerhatikan keselamatan diri
mereka sendiri khususnya,
dengan berpedoman pada
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang diterapkan dan/atau
berlaku di perusahaan tersebut.
Setiap
program
yang
diterapkan dalam sebuah perusahaan
tentu mempunyai tujuan tersendiri.
Begitu
juga
halnya
dengan
penerapan program Keselamatan dan

2015

Kesehatan Kerja. Menurut Sanjaya


(2013), Tujuan dari Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
adalah
melindungi kesehatan, keamanan dan
keselamatan dari tenaga kerja,
meningkatkan efisiensi kerja, dan
mencegah terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Selain
memiliki
tujuan,
program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada dasarnya memiliki
sasaran tertentu. Menurut Sanjaya
(2013), Yang menjadi sasaran
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah menjamin keselamatan
pekerja, menjamin keamanan alat
yang digunakan, dan menjamin
proses produksi yang aman dan
lancar.
Untuk menerapkan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam melaksanakan kegiatan atau
pekerjaan di lingkungan kerja pada
suatu industri atau perusahaan,
individu-individu yang berada di
dalamnya harus mengetahui dan
memahami norma-norma dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Adapun norma-norma yang harus
dipahami dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang dikemukakan
Sanjaya (2013), diantaranya:
a. Aturan yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan
kerja.
b. Diterapkan untuk melindungi
tenaga kerja.
c. Resiko kecelakaan dan penyakit
kerja.
Dalam
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja, terdapat beberapa
jenis bahaya yang terbagi ke dalam
beberapa
golongan.
Jenis-jenis
bahaya dalam Keselamatan dan

Manajemen Kantor

Kesehatan Kerja menurut Sanjaya


(2013) digolongkan menjadi tiga,
yang terdiri dari:
a. Jenis kimia
Jenis bahaya yang tergolong
pada jenis kimia dapat berupa
terhirupnya atau terjadinya kontak
antara manusia dengan bahan kimia
berbahaya. Contoh:
Abu sisa pembakaran bahan
kimia
Uap bahan kimia
Gas bahan kimia
b. Jenis fisika
Bahaya yang termasuk ke dalam
golongan ini yaitu suatu temperatur
udara yang terlalu panas maupun
terlalu dingin, keadaan yang sangat
bising, dan keadaan udara yang tidak
normal. Contohnya:
Terjadi
kerusakan
pada
pendengaran
Suhu tubuh yang tidak normal
c. Jenis proyek/pekerjaan
Jenis bahaya proyek atau
pekerjaan yang dimaksud dapat
berupa pencahayaan atau penerangan
yang
kurang,
bahaya
dari
pengangkutan barang, serta bahaya
yang ditimbulkan oleh peralatan.
Contoh:
Terjadi
kerusakan
pada
penglihatan
Pemindahan barang yang tidak
hati-hati
sehingga
melukai
pekerja atau mengakibatkan
cedera pada pekerja
Peralatan yang kurang lengkap
dan pengamanan yang kurang
sehingga melukai pekerja
Untuk meminimalisir atau
menghindari terjadinya bahaya yang
ditimbulkan di lingkungan kerja
tersebut, para individu yang ada
harus dapat melakukan pengendalian

2015

dan/atau
pencegahan
terhadap
bahaya yang mungkin terjadi.
Adapun cara pengendalian ancaman
bahaya kesehatan kerja menurut
Sanjaya (2013), adalah:
a. Pengendalian teknik. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan pada
pengendalian ini, adalah:
Mengganti prosedur kerja
Menutup atau mengisolasi bahan
bahaya
Menggunakan
otomatisasi
pekerja
Ventilasi sebaga pengganti udara
yang cukup
b. Pengendaan
administrasi.
Tindakan-tindakan
yang
dapat
diambil atau dilakukan pada
pengendalian ini, diantaranya:
Mengatur waktu yang pas/
sesuai antara jam kerja dengan
istirahat
Menyusun peraturan k3
Memasang
tanda-tanda
peringatan
Membuat data bahan-bahan
yang berbahaya dan yang aman
Mengadakan dan melakukan
pelatihan system penanganan
darurat
Selain
melakukan
pengendalian terhadap bahaya yang
mungkin
ditimbulkan
selama
melaksanakan pekerjaan, terdapat
pula standard keselamatan kerja dan
alat pelindung diri yang dapat
digunakan selama melaksanakan
kegiatan atau pekerjaan yang rentan
menimbulkan bahaya seperti yang
disebutkan Sanjaya (2013) berikut
ini:
a. Standard keselamatan kerja
Beberapa pengamanan yang
dapat dilakukan sebagai tindakan
kerja, diantaranya:

Manajemen Kantor

Perlindungan
badan
yang
meliputi seluruh badan.
Perlindungan mesin.
Pengamanan listrik yang harus
mengadakan
pengecekan
berkala.
Pengamanan ruangan , meliputi
sistem alarm, alat pemadam
kebakaran, penerangan yang
cukup, ventilasi yang cukup,
jalur evakuasi yang khusus.
b. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri adalah
perlengkapan wajib yang digunakan
saat bekerja sesuai bahaya dan resiko
kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiridan orang di
sekelilingnya.
Adapun
bentuk
peralatan dari alat pelindung diri
adalah sebagai berikut:
Safety helmet, berfungsi sebagai
pelindung kepala dari bendabenda yang dapat melukai
kepala.
Safety belt, berfungsi sebagai
alat
pengaman
ketika
menggunakan alat trasportasi.
Penutup
telinga,
berfungsi
sebagai penutu telinga ketika
bekerja di tempat yang bising.
Kaca
mata
pengamanan,
berfungsi sebagai pengamanan
mata ketika bekerja dari
percikan.
Pelindung wajah, berfungsi
sebagai pelindung wajah ketika
bekerja.
Masker,
berfungsi
sebagai
penyaring udara yang dihisap di
tempat yang kualitas udaranya
kurang bagus.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja merupakan hal yang harus ada
dan/atau diterapkan dalam proses
pelaksanaan produksi, baik di sektor

2015

jasa maupun industri, karena dalam


proses produksi tersebut sangat
rentan terjadi kecelakaan atau hal-hal
yang tidak diinginkan. Ramli dalam
Mandagi,
dkk
(2013)
mengemukakan bahwa:
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) tidak dapat
dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun
industri.
Perkembangan
pembangunan
setelah
Indonesia
merdeka
menimbulkan
konsekuensi
meningkatkan intensitas kerja
yang mengakibatkan pula
meningkatnya
resiko
kecelakaan di lingkungan
kerja.
Selain mengenai keselamatan
selama melaksanakan pekerjaan, hal
yang harus diperhatikan juga adalah
mengenai kesehatan dari individuindividu yang ada di perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, pihak
perusahaan harus memerhatikan
kesehatan para pegawainya selama
berada di lingkungan kerja dengan
berpedoman pada undang-undang
yang berlaku yakni Undang-undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992.
Mandagi, Rantung, dan Malinkas
(2013) mengemukakan bahwa:
Undang-undang
Kesehatan
No. 23 Tahun 1992 Bagian 6
Tentang Kesehatan Kerja, pada
Pasal 23 berisi: 1) Kesehatan
kerja diselenggarakan untuk
mewujudkan
produktivitas
kerja
yang
optimal.
2)
Kesehatan
kerja
meliputi
perlindungan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat
kerja, dan syarat kesehatan

Manajemen Kantor

kerja. 3) Setiap tempat kerja


wajib
menyelenggarakan
kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan
merupakan hal yang sangat penting
bagi individu. Dengan terjaminnya
keselamatan dan kesehatan individu
selama mereka melaksanakan tugas
atau pekerjaan di lingkungan kerja,
maka segala pekerjaan yang mereka
laksanakan dapat berjalan dengan
lancar dan lebih optimal sehingga
dapat meningkatkan produktivitas
perusahaan.

Latar
Belakang
Keselamatan
Dan
Kerja

Program
Kesehatan

Adanya
usaha
untuk
melindungi keselamatan para pekerja
dalam
melaksanakan
atau
menjalankan
pekerjaannya
merupakan sesuatu hal yang sangat
penting dan perlu dilakukan.
Kesadaran mengenai pentingnya
keselamatan kerja dalam industri
atau perusahaan tersebut membuat
pemerintah mengeluarkan Undangundang Kecelakaan Nomor 33 Tahun
1947 yang disusul dengan Peraturan
Pemerintah
tentang
pernyataan
berlakunya Peraturan Kecelakaan
Tahun 1947 (PP Nomor 2 Tahun
1948).
Adapun alasan yang mendasari
dikeluarkannya
undang-undang
mengenai kecelakaan kerja menurut
Sirait (2006: 258) adalah:

Kemelut dalam perindustrian di


Indonesia mulai terasa setelah
PD II meletus, yang membawa
akibat terputusnya hubungan

2015

dengan Eropa, sehingga mesinmesin yang diperlukan di


Indonesia
tidak
dapat
didatangkan
lagi.
Karena
keadaan yang memaksa, mesinmesin atau bagian-bagian dari
mesin yang tidak memenuhi
syarat-syarat
penjagaan
keamanan tidak boleh digunakan
lagi.
Selama pemerintahan Jepang
tidak sedikit mesin yang
diangkut keluar Indonesia atau
dipindahkan ke pabrik lain untuk
dipasang lagi dengan tidak
mengindahkan
peraturanperaturan
penjagaan
keselamatan karyawan.
Setelah Indonesia merdeka, seua
fenomena di atas tidak dapat
diatasi sekaligus. Akibatnya,
jumlah
kecelakaan
yang
menimpa
karyawan
dalam
perusahaan semakin bertambah.

Adanya Undang-undang yang


mengatur tentang kecelakaan kerja
tersebut
menekankan
bahwa
penerapan
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja sangat diperlukan di
sebuah
perusahaan
terutama
perusahaan
dengan
kegiatan
operasional yang memiliki resiko
tinggi, seperti industri pertambangan.
Zanko
dan
Dawson
(2012)
mengemukakan:
Research by Zacharatos,
Barling and Iverson (2005)
into the relationship between
high-performance
work
systems and occupational
safety also illustrates the
importance of organizational
factors in ensuring worker
safety. They demonstrate how

Manajemen Kantor

this relationship is mediated by


trust in management and
perceived safety climate and
should no longer be assumed
to be the primary prerogative
of individual workers.
Maksud
dari
pernyataan
tersebut bahwa Zacharatos, Barling
dan
Iverson
(2005)
dalam
penelitiannya tentang hubungan
antara sistem kerja di kalangan atas
dan
keselamatan
kerja
juga
menggambarkan pentingnya faktor
organisasi
yang
menjamin
keselamatan
pekerja.
Mereka
menunjukkan bagaimana hubungan
ini dimediasi oleh kepercayaan
dalam pengaturannya dan keadaan
merasa aman juga seharusnya tidak
lagi menganggap hak prerogative
masing-masing pekerja itu penting.
Karena
setiap
individu
memiliki hak untuk mendapatkan
rasa aman, maka para pekerja juga
berhak mendapatkan jaminan atas
keselamatan bagi diri mereka. Oleh
karena itu, pihak perusahaan harus
menerapkan
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
dalam
melaksanakan setiap kegiatan atau
pekerjaan terutama pekerjaan yang
memiliki resiko tinggi. Namun
demikian, penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ini tentu
membutuhkan kerjasama dari semua
pihak, baik dari pihak managerial
perusahaan atau organisasi itu sendiri
maupun para pekerjanya.

PENERAPAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA DI
INDUSTRI PERTAMBANGAN

2015

Tidak dapat dipungkiri bahwa


kegiatan operasional pada industri
pertambangan memiliki resiko yang
sangat besar. Oleh karena itu harus
ada penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja bagi para pekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya.
Menurut Jutawan Super dalam salah
satu tulisannya
mengemukakan
ruang lingkup K3 pertambangan,
meliputi:
a.

Keselamatan kerja, berupa:


Manajemen resiko
Program keselamatan kerja
Pelatihan dan pendidikan
keselamatan kerja
Administrasi keselamatan
kerja
Manajemen keadaan darurat
Inspeksi
dan
Audit
keselamatan kerja
Pencegahan
dan
penyelidikan kecelakaan

b.

Kesehatan kerja, berupa:


Program kesehatan kerja
Pemeriksaan
kesehatan
pekerja
Pencegahan penyakit akibat
kerja
Diagnosis dan pemeriksaan
penyakit akibat kerja
Hiegiene dan sanitasi
Pengelolaan
makanan,
minuman dan gizi kerja
Ergonomis

c.

Lingkungan Kerja, berupa:


Pengendalian debu
Pengendalian kebisingan
Pengendalian getaran,
Pencahayaan,
Kualitas
udara
kerja
(kuantitas dan kualitas)

Manajemen Kantor

Pengendalian radiasi
Housekeeping

Dasar Hukum Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Pertambangan
Menurut Rifandy (2010), dasar
hukum Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pertambangan adalah sebagai
berikut:
a.

UU Nomor 11 Tahun 1967


(Pasal 29)

Tata
Usaha,
Pengawasan
pekerjaan usaha pertambangan dan
pengawasan hasil pertambangan
dipusatkan kepada Menteri dan
diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.
Pengawasan yang dimaksud
dalam ayat (1) pasal ini terutama
meliputi
keselamatan
kerja,
pengawasan produksi dan kegiatan
lainnya dalam pertambangan yang
menyangkut kepentingan umum.
b.

UU Nomor 1 Tahun 1970


(Menimbang, Ps.3 ayat 1a-z)

Bahwa setiap tenaga kerja


berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional.
Bahwa setiap orang lainnya
yang berada di tempat kerja perlu
terjamin pula keselamatannya.
Bahwa setiap sumber produksi
perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan efisien.

2015

Bahwa pembinaan norma-norma


itu perlu diwujudkan dalam Undangundang yang memuat ketentuanketentuan
umum
tentang
keselamatan kerja yang sesuai
dengan perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik dan teknologi.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

UU Nomor 13 Tahun 2003


(Pasal 86 & 87)
PP Nomor 32 Tahun 1969 (Pasal
64 & 65)
PP Nomor 19 Tahun 1973 (Pasal
1, 2, & 3)
MPR Nomor 341 LN 1930
Kepmen
Nomor
2555.K/201/M.PE/1993
Kepmen
Nomor
555.K/26/M.PE/1995

Penghambat
Pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam pelaksanaan K-3 pada
industri pertambangan seringkali
dihadapkan dengan segala macam
kendala
yang
menghambat
kelancaran
dalam
pelaksanaan
program pelaksanaan K-3. Menurut
Rifandy (2010), kendala tersebut
antara lain:
a.

b.

c.

Untuk menerapkan kebijakan


dan strategi K3 diperlukan dana
yang tidak sedikit. Fakta yang
sering
terjadi
adalah
keterbatasan terhadap dana.
Rendahnya budaya dan disiplin
K3 menyebabkan rendahnya
kendali manajemen
Pengetahuan K-3 rendah:
Menyebabkan
timbulnya
kesulitan-kesulitan dalam
mengintegrasikan
aspekaspek K3.

Manajemen Kantor

d.

Disebabkan
program
pelatihan yang tidak sesuai
atau kurang memadai.
Pelatihan
yang
telah
diberikan
tidak
memasukkan aspek-aspek
K3.
Aspek K3 tidak dipandang
sebagai salah satu faktor utama,
akibatnya keputusan yang dibuat
masih beresiko tinggi.

Tindakan
Hambatan

untuk

Mengatasi

Untuk mengatasi berbagai


hambatan yang dihadapi dalam
pelaksanaan program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, terdapat
beberapa tindakan yang dapat
dilakukan.
Berbagai
tindakan
tersebut, menurut Rifandy (2010),
antara lain:
a.

b.

c.

d.

e.

f.

Perbaikan program K3 yang


berkelanjutan
berdasarkan
prioritas.
Memasukkan K3 secara formal
dalam proyek perusahaan sejak
fase desain dan modifikasi
Mempercepat
SMK-3
ISO
14000 di industri minerbapabum
Pelatihan tidak hanya fokus pada
lingkup pekerjaan, tapi juga
aspek-aspek lainnya.
Memasukkan aspek K3 sebagai
syarat kompetensi dasar bagi
SDM bidang operasi
Rotasi pekerjaan antara SDM
departemen:
SDM Operasi
SDM Perawatan
SDM K3

2015

KESIMPULAN
Dalam dunia kerja, tidak dapat
dipungkiri bahwa kecelakaan di
tempat
kerja
dapat
terjadi.
Kecelakaan tesebut dapat disebabkan
oleh kesalahan teknis maupun
kesalahan dari manusia atau individu
itu sendiri. Oleh karena itu,
diperlukan suatu program yang dapat
menjamin keselamatan individu
dalam melaksanakan kegiatan atau
pekerjaan di tempat kerja, yakni
program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sangat penting
terutama bagi perusahaan yang
memiliki
kegiatan
operasional
dengan resiko tinggi. Salah satu
perusahaan yang memiliki resiko
tinggi tersebut adalah perusahaan
pada
sektor
pertambangan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ini untuk memberikan rasa aman dan
nyaman bagi para pekerja dalam
melaksanakan
pekerjaannya
sehingga
kegiatan
operasional
perusahaan pun berjalan dengan
lancar dan pekerja dapat bekerja
secara optimal.
Dalam pelaksanaan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
tersebut tentu terdapat berbagai
kendala atau hambatan yang
dihadapi. Maka dari itu, diperlukan
pula berbagai tindakan untuk
mengatasi
hambatan-hambatan
tersebut
sehingga
penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dapat berjalan dengan baik.

Manajemen Kantor

DAFTAR PUSTAKA
Endroyo, Bambang. 2006. Peranan
Manajemen
K3
dalam
Pencegahan Kecelakaan Kerja
Konstruksi.
Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Mandagi, dkk. 2013. Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada
Pelaksanaan Proek Konstruksi
(Studi Kasus: Proyek PT.
Trakindo Utama). Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Samadi. 2007. Geografi 3. Bogor:
Yudhistira.
Sirait, Justine T. 2006. Memahami
Aspek-Aspek
Pengelolaan
Sumber Daya Manusia dalam
Organisasi.
Jakarta:
PT
Grasindo.
Utoyo, Bambang. 2007. Geografi:
Membuka Cakrawala Dunia.
Bandung: PT Setia Purna Inves.
Widyatmanti, dkk. 2009. Geografi
untuk SMP dan MTS. Jakarta :
PT Grasindo.
Zanko, Michael dan Dawson,
Patrick. 2012. Occupational
Health and Safety Management
in Organizations: A review.
Sydney:
University
of
Wollongong.
____.
2009.
Undang-undang
Minerba:
Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 4
Tahun
2009
Tentang
Pertambangan Mineral dan
Batu Bara. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia.

2015

Undang-undang No. 11 Tahun 1967


tentang
Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan
Dwiarto, David. 2014. Potensi dan
Tantangan Pertambangan di
Indonesia.
http://www.imaapi.com/index.php?option=com_
content&view=article&id=1937:
potensi-dan-tantanganpertambangan-diindonesia&catid=47:medianews&Itemid=98&lang=id. [28
Desember 2014]
Harian Kompas. 2011. Industri
Pertambangan Kian Prospektif.
http://bisniskeuangan.kompas.co
m/read/2011/06/14/18330228/In
dustri.Pertambangan.Kian.Prosp
ektif. [28 Desember 2014]
Jutawan Super.____. K3 di Industri
Pertambangan.
http://www.academia.edu/43564
87/K3_di_Industri_Pertambanga
n. [3 Januari 2015]
Kampung Miners. 2012. K3
Pertambangan.
http://kampungminers.blogspot.c
om/2012/11/k3pertambangan.html. [3 Januari
2015]
Rifandy, Akhmad. 2010.
Pengelolaan K-3 pada Industri
Pertambangan.
http://www.forumbebas.com/thr
ead-133285.html. [28 Desember
2014]
Sanjaya, Riki. 2013. Pengertian K3
(Keamanan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja).

Manajemen Kantor

http://navaleengineering.blogspot.com/2013/
02/pengertian-k3-keamanankesehatan-dan.html. [28
Desember 2014]

2015

Wikipedia. 2014. Pertambangan.


http://id.wikipedia.org/wiki/Pert
ambangan. [28 Desember 2014]

You might also like