Jurnal 1
Jurnal 1
Jurnal 1
3 November 2017
1
Linda Widyarani
1
Dosen Departement Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana
Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta
email: lindawidyarani@gmail.com
ABSTRACT
Cardiac arrest is a major public health problem affecting thousands of individuals each
year in both out-of-hospital and in-hospital setting. High quality of cardiopulmonary
resuscitation (CPR) provide return of spontaneous after cardiac arrest, but majority of
nursing students feel unconfident to practice CPR. The aim of the study was to assess the
effect of CPR training program on knowledge and practices of nursing students in
Yogyakarta. The study design was quasi-experimental and one group pretest – posttest
design. A questionnaire was applied to the students before CPR training, then the student
were informed about adult CPR by the researchers and all of the students practice CPR on
a Resusci-Anne manikin. One-months after this training the same questionnaire and skills
checklist of CPR were applied. Sixty five students of nursing participated in this study. This
research shows CPR training significantly positive impact cognitive and skills performance
in nursing students. While the average CPR knowledge score of these students was
±44,43, before CPR training, this average increased to ±89,64 after CPR training and
decreased to ±77,54 after one month CPR training. Skill score of the students one month
after the CPR skill training was ±70,61. Nursing students tend to forget theoretical and
applied CPR training after one month. Hence there is a need for continuous CPR training
and education and repeating the skills at regular intervals ever after they have graduated to
ensure sustainability in the CPR skills.
Keywords: cardiopulmonary resuscitation, bystander CPR, training
ABSTRACT
Henti jantung merupakan penyebab kematian utama pada kasus kegawatdaruratan
kardiovaskuler, baik pada setting prehospital (OHCA) maupun intrahospital. Resusitasi
Jantung Paru (RJP) yang berkualitas dapat mengoptimalkan return of spontaneous
circulation pada OHCA, tetapi banyak mahasiswa keperawatan tidak percaya diri dalam
melakukan prosedur ini sehingga mereka membutuhkan pelatihan RJP , agar dapat
berespon cepat, tanggap dan akurat dalam memberikan pertolongan pada korban OHCA.
Penelitian ini menguji pengaruh pelatihan RJP dewasa terhadap retensi pengetahuan dan
ketrampilan RJP pada mahasiswa keperawatan di Yogyakarta. Jenis penelitian quasi
experimental dengan design one group pretest – posttest . Posttest diberikan dua kali, yaitu
sesaat sesudah pelatihan dan sebulan sesudah pelatihan. Jumlah sampel yaitu 65 orang.
Analisa data menggunakan pair t-test. Hasilnya, pelatihan RJP berpengaruh positif
terhadap pengetahuan dan ketrampilan bystander RJP dengan p-value 0,000 (<0,001).
Rerata skor awal pengetahuan ±44,43, rerata skor sesaat sesudah pelatihan ±89,64 dan
rerata skor sebulan sesudah pelatihan adalah ±77,54. Rata-rata skor ketrampilan sebelum
143
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
pelatihan adalah ±35,55, rerata skor sesaat setelah pelatihan ±91,80 dan rerata skor
sebulan setelah pelatihan ±70,61. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden,
penurunan retensi pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa sebulan sesudah pelatihan
RJP disebabkan karena mahasiswa kurang terpapar kasus pasien dengan henti jantung
yang membutuhkan tindakan RJP.
Kata Kunci: resusitasi jantung paru, pelatihan, bystander RJP
144
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
145
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
146
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
Pada penelitian ini, rata-rata skor Hasil penelitian ini didukung oleh
kemampuan skill bystander RJP McNallyet al (2011) bahwa pelatihan RJP
sebelum pelatihan yaitu ±35,55 berpengaruh secara signifikan terhadap
sedangkan segera setelah pelatihan kemampuan kognitif dan skill bystander RJP
(p – value<0,001). Pada penelitian ini,
meningkat menjadi ±91,80 dan sebulan
keterampilan responden dalam melakukan
setelah pelatihan, mengalami penurunan Resusitasi Jantung Paru dinilai dari indikator
menjadi ±70,61. McNallyet al.,(2011) sebagai berikut: 1) tahapan respon
mendukung hasil penelitian ini bahwa kegawatdaruratan, yaitu pastikan keamanan,
kemampuan skill RJP sebelum diberikan cek respon korban, panggilan telepon
pelatihan hanya ±29, sedangkan setelah bantuan; 2) posisi tangan, yaitu jumlah
diberikan pelatihan, kemampuan skill wrong hand position (kali); 3) RJP
RJP mencapai ±80,2 dan sebulan berkualitas, yaitu rata-rata kedalaman
sesudah pelatihan RJP menurun menjadi kompresi (mm), rata-rata kecepatan
±68,4. Hasil penelitian ini menunjukkan kompresi (kali/menit), jumlah incomplete
adanya penurunan retensi pengetahuan release (kali) serta jumlah ventilasi efektif
dan ketrampilan mahasiswa sebulan (kali); dan 4) durasi kompresi=ventilasi
sesudah pelatihan RJP. (detik).
Responden menunjukkan
Berdasarkan hasil wawancara ketidakmampuan untuk memberikan tiupan
dengan responden ditemukan data yang benar dan tepat sehingga tiupan yang
bahwa responden kurang terpapar diberikan menjadi kurang bahkan tidak
dengan kasus henti jantung sehingga efektif. Selain itu ketidakpercayaan diri
lupa dengan prosedur tindakan RJP. responden untuk memberikan tiupan pada
Hasil penelitian ini senada dengan mulut manikin yang telah disediakan juga
Puspita (2015) yang menjelaskan bahwa turut berkontribusi terhadap kemampuan
seseorang cenderung lupa karena memberikan ventilasi yang efektif.
tergantung pada sesuatu yang diamati, Pencapaian ketrampilan tindakan RJP agar
situasi, proses pengamatan yang menghasilkan kualitas yang baik harus
berlangsung dan waktu. Pengetahuan dilakukan dengan teknik yang benar mulai
dari penempatan posisi tangan yang tepat,
sebagai hasil dari proses belajar sangat
tekanan yang dibutuhkan untuk
dipengaruhi oleh waktu sejak menghasilkan kedalaman yang maksimal,
memperoleh pemaparan, dan akan kecepatan yang dihasilkan adekuat serta
cenderung menurun secara logaritmik pemberian bantuan nafas yang efektif,
dari waktu ke waktu. Penelitian ini tentunya pencapaian ketrampilan tersebut
menunjukkan pelatihan RJP berpengaruh tidak dapat diperoleh hanya dengan
positif terhadap kemampuan kognitif dan skill pelatihan yang sifatnya singkat, harus
bystander RJP dengan p-value 0,000 dilakukan pengulangan dan latihan dengan
(<0,001) yang tertuang pada tabel berikut. interval waktu tertentu untuk menjaga
ketrampilan RJP yang dimiliki tetap baik.
Tabel 4. Hasil Analisa Data Pair t-test
Pengaruh Pelatihan RJP terhadap SIMPULAN DAN SARAN
Kemampuan Kognitif dan Skill bystander
Pelatihan RJP berpengaruh
RJP
positif terhadap pengetahuan dan
Variabel Pelatihan RJP ketrampilan bystander RJP dengan p-
(p-value) value 0,000 (<0,001). Rata-rata skor
Kemampuan Kognitif RJP 0,000 awal pengetahuan bystander RJP pada
Kemampuan Skill RJP 0,000 penelitian ini adalah ±44,43, sedangkan
Sumber Data: Data Primer (2017) rata-rata skor sesaat sesudah pelatihan
147
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
148
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
149