Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Abstract: Toddler, PMBA, Malnutrition. Background, Klaten District Shows The

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

EFEKTIVITAS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DENGAN KONSEP

EMPAT BINTANG TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN BALITA GIZI


BURUK DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMAS
NGAWEN KABUPATEN KLATEN

Anik Kurniawati, Endang Suwanti


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

Abstract: Toddler, PMBA, Malnutrition. Background, Klaten district shows the


incidence of malnutrition as many as 479 infants and less than 2,890 children under five
nutrition, one in Ngawen health ceter in Candirejo village has 3 malnourished children
under five and 21 toddler less nutrition, the participation rate of toddler to posyandu
also still below target that is 80, 35 %% while the weight gain rate of children under 5
years old is still under the target of 72,75%, and Mayungan Village there are 7 children
under five with malnutrition status and 37 under fives with less nutritional status. While
the rate of weight gain that comes to be weighed to posyandu is still under the target of
58.54%. Some mothers said that children underweight and malnutrition caused by
toddlers difficult to eat. Some of the problems that many occur at the beginning of infant
feeding is the lack of food variations given by parents, especially fruit, vegetables and
animal side dishes. The purpose, to determine the effectiveness of additional food
description with the concept of four stars to increase weight toddler malnutrition in
Posyandu area Ngawen Puskesmas Klaten District. The research hypothesis,
supplementary food queue with the concept of four stars effectively increase the weight
of malnutrition toddler at Posyandu of Puskesmas Ngawen Region, Klaten Regency.
Research Method, This research type is experiment, with approach of quasi ekapeiment
with design of Nonequivalent Control Group Design. Target population in this research
is all toddler malnutrition in posyandu of puskesmas ngawen area counted 24 toddler.
Sampling technique in this study is purposive sampling, toddlers taken into the sample
is a toddler who is not getting another treatment for 18 toddler. Data analysis using
independent t test test hypothesis test using Anava Friedman test. The results showed
normal distributed data. Independent test of t-Test shows sig value (0.000) <0,05. This
means that there are significant differences in body weight of pre-test and body weight
of post test with correlation of 0.995. Hypothesis test results show data that sig value
(0.008) <0.05 supplementary feeding with the concept of 4 stars effectively increase the
weight of children under five with malnutrition in posyandu of puskesmas Ngawen sub-
district Ngawen Sub-district of Klaten Regency.

Keywords: Toddler, PMBA, Malnutrition

Abstrak: Balita, PMBA, Gizi Buruk. Latar Belakang, kabupaten Klaten menunjukkan
kejadian gizi buruk sebanyak 479 balita dan gizi kurang 2.890 balita, salah satunya di
puskesmas Ngawen yaitu di desa Candirejo memiliki 3 balita gizi buruk dan 21 balita
gizi kurang, tingkat partisipasi balita ke posyandu juga masih dibawah target yaitu
80,35%% sedangkan tingkat kenaikan berat badan balita yang datang ke posyandu

193
194 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

(N/D) juga masih dibawah target yaitu 72,75%, serta Desa Mayungan masih terdapat 7
balita dengan status gizi buruk dan 37 balita dengan status gizi kurang. Sedangkan
tingkat kenaikan berat badan balita yang datang ditimbang ke posyandu masih dibawah
target yaitu 58,54%. Sebagian ibu mengatakan bahwa balita mengalami gizi kurang dan
gizi buruk diakibatkan balita susah makan. Beberapa permasalahan yang banyak terjadi
pada saat permulaan pemberian makanan tambahan bayi yaitu kurangnya variasi makan
yang diberikan orang tua, utamanya buah, sayur dan lauk hewani. Tujuan untuk
mengetahui efektifitas pemerian makanan tambahan dengan konsep empat bintang
terhadap kenaikan berat badan balita gizi buruk di Posyandu wilayah Puskesmas
Ngawen Kabupaten Klaten. Jenis penelitian ini adalah eksperiment, dengan pendekatan
quasi ekapeiment dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi target
dalam penelitian ini adalah seluruh balita gizi buruk di posyandu wilayah puskesmas
ngawen sebanyak 24 balita. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, balita yang diambil menjadi sampel adalah balita yang sedang
tidak mendapatkan treatment lain sebesar 18 balita. Analisis data menngunakan uji
independent t-test an uji hipotesis menggunakan uji Anava Friedman. Hasil penelitian
menunjukkan data berdistribusi normal. Uji independen t-Test menunjukkan nilai sig
(0,000) < 0,05. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan berat badan balita pre test
dan berat badan balita post test dengan nilai correlation sebesar 0,995. Hasil uji
hipotesis menunjukkan data bahwa nilai sig (0.008) < 0,05 pemberian makanan
tambahan dengan konssep 4 bintang efektif menaikkan berat badan balita dengan gizi
buruk di posyandu wilayah puskesmas Ngawen kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.

Kata Kunci: Balita, PMBA, Gizi Buruk

PENDAHULUAN tangga, pola pengasuhan anak, pelayanan


Masalah gizi terjadi di setiap kesehatan, dan kesehatan lingkungan.
siklus kehidupan, dimulai sejak dalam Ketahanan pangan dalam rumah tangga
kandungan (janin), bayi, anak, dewasa, dan pola pengasuhan anak dipengaruhi
dan usia lanjut. Periode balita merupakan oleh kondisi sosioekonomi dan
masa kritis karena pada saat itu pengetahuan ibu tentang gizi (Istiono dkk,
merupakan masa emas untuk pertumbuhan 2009). Pola pengasuhan anak termasuk
dan perkembangan balita, oleh karena itu dalam pemberian makanan tambahan pada
gizi pada masa balita perlu diperhatikan. balita.
Gangguan gizi yang terjadi pada periode Pada tahun 2014 WHO
ini bersifat permanen, tidak dapat memperirakan terdapat 161 juta balita
dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada mengalami masalah gizi, sedangkan hasil
masa selanjutnya terpenuhi. Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan
Permasalahan gizi dipengaruhi prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
oleh penyebab langsung dan tidak mengalami peningkatan (Riskesdas,
langsung. Penyebab langsung yaitu 2013). Ditjen Gizi Kementerian kesehatan
masukan zat gizi dan penyakit infeksi, telah banyak mengeluarkan program dan
sedangkan penyebab tidak langsung antara kebijakan dalam mengupayakan perbaikan
lain ketahanan pangan dalam rumah gizi masyrakat, salah satunya dengan
Anik Kurniawati, Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan 195

pemberian makanan pada bayi dan balita makanan tambahan pada balita dengan
(PMBA) dengan konsep 4 bintang yang konsep 4 bintang terhadap kenaikan berat
diterapkan pada bayi dan anak usia sampai badan balita gizi buruk di posyandu
24 bulan, namun program tersebut masih wilayah puskesmas Ngawen Kecamatan
banyak yang belum mengetahuinya. Studi Ngawen Kabupaten Klaten
pendahuluan yang dilakukan di Kabupaten
Klaten menunjukkan kejadian gizi buruk METODE PENELITIAN
sebanyak 479 balita dan gizi kurang 2.890 Jenis penelitian ini adalah
balita, salah satunya di puskesmas eksperiment, dengan pendekatan quasi
Ngawen yang memiliki balita gizi buruk ekapeiment dengan desain pretest-posstest
sebanyak 24 balita, tingkat partisipasi experimental non control group design.
balita ke posyandu juga masih dibawah Pada penelitian ini, terdapat satu
target yaitu 80,19% sedangkan tingkat kelompok perlakuan dengan satu
kenaikan berat badan balita yang datang kelompok kontrol. Penelitian di dilakukan
ke posyandu (N/D) juga masih dibawah diposyandu wilayah Puskesmas Ngawen
target yaitu 72,77%. Beberapa Kabupaten Klaten.
permasalahan yang banyak terjadi pada Populasi alam penelitian ini adalah
saat permulaan pemberian makanan seluruh balita di kecamatan Ngawen
tambahan bayi yaitu kurangnya variasi sedangkan populasi terjangkau adalah
makan yang diberikan orang tua, balita yang megalami gizi buruk sebanyak
utamanya buah, sayur dan lauk hewani, 24 balita. Teknik pengambilan sampel
standar keluarga sadar gizi apabila dengan purposve sampling. Balita yang
keluarga dapat mengonsumsi lauk hewani diambil adalah balita yang tidak sedang
minimal 3 kali sehari. Kecamatan Ngawen mendapatkan treatment apapun baik dari
memiliki warga masyarakat dengan puskesmas ataupun program yang lain.
tingkat perekonomian pada kelompok pra Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
sejahtera dan sejahtera satu sekitar 30 % pemberian makanan tambahan dengan
dari keseluruhan penduduk, sehingga hai konsep empat bintang, yaitu memberikan
ini membuat masyarakat kurang mampu makanan tambahan pada balita dengan
menyediakan makanan yang bervariasi status gizi kurang dan buruk dengan
dan mengonsumsi makanan dengan komponen lengkap meliputi protein
konsep 4 bintang yang terdiri dari hewani, makanan pokok, kacang-
makanan pokok, kacang-kacangan, lauk kacangan dan sayur serta buah, yang
hewani dan sayur atau buah-buahan. diberikan sehari 3 kali serta dalam 1
Balita gizi kurang dan buruk seharusnya minggu diberikan 3 kali dalam periode
mendapatkan makanan tambahan 4 waktu selama 2 bulan, sedangkan variabel
bintang sesuai dengan usianya, dalam terikat adalah kenaikan berat badan balita
kondisi tertentu pemberian makanan yang yaitu keadaan hasil penimbangan berat
sesuai dengan 4 bintang sulit diberikan, badan balita pada bulan pertama dan bulan
antara lain dalam kondisi ekonomi kedua setelah dilakukan perlakuan. Balita
keluarga yang kurang atau pengetahuan dengan gizi buruk dilakukan penimbangan
ibu yang kurang. terlebih dahulu kemudian diberikan
Penelitian ini bertujuan untuk makanan tambahan dengan konsep 4
mengetahui efektifitas pemberian bintang 3 kali sehari dalam satu minggu
196 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

diberian 3 hari dan periode waktu Berdasarkan tabel diatas


pemberian selama 2 bulan, kemudian karakteristik ibu balita berdasarkan
dilakukan penimbangan yang kedua untuk pendapatan menunjukkan responden gakin
menilai peningkatan berat badan balita. sebanyak 16 responden (88,9%) dan non
Instrument penelitian ini berupa lembar gakin sebanyak 2 responden (11,1%).
observasi. Lembar observasi terdiri atas Sehingga dapat disimpulkan bahwa
identitas dan karakteristik responden, serta responden terbanyak merupakan keluarga
hasil observasi yang dilakukan sendiri miskin.
oleh responden sesuai dengan yang
dirasakannya sebelum dan setelah b. Pendidikan
perlakuan. Status gizi diukur Tabel 2
menggunakan standar baku NCHS, dalam Karakteristik Ibu Balita Berdasarkan
hal ini pengukuran status gizi Pendidikan
menggunakan penilian indeks Pendidikan Frekuensi Persen
antropometri diukur dengan BB/U dan SD 1 5.6
TB/U.kenaikan berat badan balita gizi SMA 12 66.7
buruk diukur dengan menggunakan SMP 5 27.8
timbangan yang sebelumnya telah Total 18 100.0
dilakukn uji terra di badan metrologi. Berdasarkan tabel diatas
Analisis data univariat dilakukan untuk menunjukkan karakteristik ibu balita
mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir SD
dan data sebelum dilakuka uji hipotesis, sebanyak 1 responden (5,6%), SMA
sedangkan analisis bivariat dilakukan uji sebanyak 12 responden (66,7%) dan SMP
normalitas uji saphiro Wilk dengan hasil Sebanyak 5 responden (27,8%). Sehingga
nilai signifikansi >0,05 sehingga sehingga dapat disimpulkan responden terbanyak
dapat disimpulkan kedua variable tersebut dengan pendidikan terakhir SMA.
berdistribusi normal. Selanjutanya untuk
membandingkan dua kelompok, dilakukan c. Jenis Kelamin Balita
uji beda menggunakan independen t-Test. Tabel 3
Sedangkan untuk menguji hipotesis Karakteristik Balita Berdasarkan Jenis
penelitian, menggunakan uji Anava, Kelamin
dengan uji alternative Friedman Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Laki-Laki 8 44.4
HASIL PENELITIAN
Perempuan 10 55.6
1. Karakteristik Responden
Total 18 100.0
a. Pendapatan
Tabel 1 Berdasarkan table diatas
Karakteristik Ibu Balita Berdasarkan karakteristik balita berdasarkan jenis
Pendapatan kelamin menunjukkan balita dengan jenis
Pendapatan Frekuensi Persen kelamin laki-laki sebanyak 8 responden
Gakin 16 88.9 (44,4%) dan perempuan sebanyak 10
responden (55,6%). Sehingga dapat
Non Gakin 2 11.1 disimpulkan responden terbanyak dengan
Total 18 100.0 Janis kelamin perempuan.
Anik Kurniawati, Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan 197

d. Usia Balita b. Berat Badan Balita Pos Test


Tabel 4 Tabel 6
Karakteristik Balita Berdasarkan Usia Berat Badan Balita Pos Test
Usia (Bulan) Frekuensi Persen Berat Badan Frekuensi Persen
11-20 5 28 5-6 5 28
21-30 6 33 7-8 5 28
31-40 2 11.1 9-10 6 33
41-50 4 22 11-12 2 11
51-60 1 5.6 Total 18 100.0
Total 18 100.0 Berdasarkan table diatas berat
Berdasarkan table diatas badan balita pre test menunjukkan balita
karakteristik balita berdasarkan usia dengan berat 5-6 kg sebanyak 5 responden
menunjukkan balita dengan usia 11-20 (28%), 7-8 kg sebanyak 5 responden
bulan sebanyak 5 responden (28%), 21-30 (28%), 9-10 kg sebanyak 6 responden
bulan sebanyak 6 responden (33%), 31-40 (33%) dan 11-12 sebanyak 2 responden
bulan sebanyak 2 responden (11,1%), 41- (11%) sehingga dapat disimpulkan bahwa
50 bulan sebanyak 4 responden (22%) dan responden terbanyak dengan berat 9-10
51-60 bulan sebanyak 1 responden (5,6%) kg.
sehingga dapat disimpulkan responden
terbanyak dengan usia 21-30 bulan. 3. Analsisi Bivariat
Sebelum menentukan analisis data
2. Analisis Univariat yang digunakan maka terlebih dahulu
a. Berat Badan Balita Pre Test dilakukan uji normalitas. Uji normalitas
Tabel 5 yang digunakan dalam penelitian ini
Berat Badan Balita Pre Test adalah Shapiro Wilk karena jumlah
Berat badan Frekuensi Persen responden < 50. Berdasarkan hasil uji
5-6 5 28 normalitas diperoleh hasil sebagai berikut:
7-8 5 28
9-10 6 33 Tabel 7
11-12 2 11 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk
Variabel Sig Standar Sig Ket
Total 18 100.0
Pre Test 0.830 0,05 Normal
Berdasarkan table diatas berat Post Test 0.743 0,05 Normal
badan balita pre test menunjukkan balita Berdasarkan hasil uji normalitas
dengan berat 5-6 kg sebanyak 5 responden diatas menunjukkan kedua variable
(28%), 7-8 kg sebanyak 5 responden memiliki nilai sig. > 0,05 sehingga dapat
(28%), 9-10 kg sebanyak 6 responden disimpulkan kedua variable tersebut
(33%) dan 11-12 sebanyak 2 responden berdistribusi normal. Selanjutanya untuk
(11%) sehingga dapat disimpulkan bahwa membandingkan dua kelompok, dilakukan
responden terbanyak dengan berat 9-10 uji beda menggunakan independen t-Test
kg. dan diperoleh hasil sebagai berikut:
198 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

Tabel 8 jenis kelamin menunjukkan balita


Hasil Uji independen t-Test terbanyak dengan Janis kelamin
Variabel Ket perempuan. karakteristik balita
Correlation Sig. berdasarkan usia menunjukkan responden
BB Pre 0.995 0.000 H0: Ditolak terbanyak dengan usia 21-30 bulan
Test * BB
Pos Test
Berdasarkan hasil uji independen 1. Berat Badan Balita Pre Test
t-Test menunjukkan nilai sig (0,000) < Berdasarkan hasil penelitian berat
0,05 H0: ditolak. Artinya terdapat badan balita pre test menunjukkan balita
perbedaan yang signifikan berat badan dengan berat 5-6 kg sebanyak 5 responden
balita pre test dan berat badan balita post (28%), 7-8 kg sebanyak 5 responden
test dengan nilai correlation sebesar 0,995. (28%), 9-10 kg sebanyak 6 responden
Selanjutnya untuk mengetahui (33%) dan 11-12 sebanyak 2 responden
pemberian makanan tambahan dengan (11%) sehingga dapat disimpulkan bahwa
konssep 4 bintang efektif menaikkan berat responden terbanyak dengan berat 9-10
badan balita dengan gizi buruk di kg.
posyandu wilayah puskesmas Ngawen
kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten 2. Berat Badan Balita Pos Test
maka dilakukan uji hipotesis dengan Berdasarkan hasil penelitian berat
menggunakan Anava Friedman dan badan balita pre test menunjukkan balita
diperoleh hasil sebagai berikut: dengan berat 5-6 kg sebanyak 5 responden
(28%), 7-8 kg sebanyak 5 responden
Tabel 9
(28%), 9-10 kg sebanyak 6 responden
Hasil Uji i Anava Friedman
Variabel Sig. Ket (33%) dan 11-12 sebanyak 2 responden
BB Pre Test * BB Pos 0.008 H0: Ditolak (11%) sehingga dapat disimpulkan bahwa
Test responden terbanyak dengan berat 9-10
Berdasarkan hasil uji hipotesis kg.
diatas menunjukkan data bahwa nilai sig
(0.008) < 0,05 H0: ditolak artinya 3. Pengaruh pemberian makanan
pemberian makanan tambahan dengan tambahan pada balita dengan
konssep 4 bintang efektif menaikkan berat konsep 4 bintang terhadap kenaikan
badan balita dengan gizi buruk di berat badan pada balita gizi buruk
posyandu wilayah puskesmas Ngawen di bulan pertama perlakuan di
kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. posyandu puskesmas Ngawen
Kecamatan Ngawen Kabupaten
PEMBAHASAN Klaten
Karakteristik Responden Berdasarkan hasil uji independen
Berdasarkan hasil penelitin t-Test menunjukkan nilai sig (0,000) <
karakteristik ibu balita berdasarkan 0,05 H0: ditolak. Artinya terdapat
pendapatan menunjukkan responden perbedaan yang signifikan berat badan
terbanyak merupakan gakin. Karakteristik balita pre test dan berat badan balita post
ibu balita berdasarkan pendidikan terakhir test dengan nilai correlation sebesar 0,995.
terbanyak dengan pendidikan terakhir Berdasarkan hasil uji hipotesis
SMA. karakteristik balita berdasarkan diatas menunjukkan data bahwa nilai sig
Anik Kurniawati, Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan 199

(0.008) < 0,05 H0: ditolak artinya apabila hidangan sehari-hari terdiri atas
pemberian makanan tambahan dengan sekaligus kelompok bahan makanan
konssep 4 bintang efektif menaikkan berat tersebut, jadi apabila balita mengonsumsi
badan balita dengan gizi buruk di beraneka ragam makanan tersebut maka
posyandu wilayah puskesmas Ngawen status gizinya akan baik.
kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten
Setiap orang memerlukan 5 KESIMPULAN DAN SARAN
kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, Simpulan penelitian ini bahwa
lemak, vitamin, dan mineral) dalam Pemberian makanan tambahan dengan
jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak konssep 4 bintang efektif menaikkan berat
juga kekurangan, di samping itu, manusia badan balita dengan gizi buruk di
memerlukan air dan serat untuk berbagai posyandu wilayah puskesmas Ngawen
proses metabolisme tubuh. kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten
Secara alami, komposisi zat gizi dengan hasil uji hipotesis nilai sig (0.008)
setiap jenis makanan memiliki keunggulan < 0,05. Terdapat perbedaan yang
dan kelemahan tertentu. Beberapa signifikan berat badan balita pre test dan
makanan mengandung tinggi karbohidrat berat badan balita post test dengan nilai
tetapi kurang vitamin dan mineral. correlation sebesar 0,99. Berdasar hasil
Beberapa makanan lain kaya vitamin C penelitian dan simpulan bagi tenaga
tetapi miskin vitamin A. Apabila konsumsi kesehatan khususnya bidan dan petugas
makanan sehari-hari kurang beraneka gizi. Tenaga kesehatan hususnya bidan
ragam, maka akan timbul dan petugas gizi hendaknya selalu
ketidakseimbangan antara masukan dan meningkatan pengetahuan ibu balita
kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk tentang konsep makan empat bintang bagi
hidup sehat serta produktif. Dengan balita. Petugas gizi hendakya memberikan
mengonsumsi makanan sehari-hari yang buku panduan atau leaflet panduan makan
beranekaragam, kekurangan zat gizi jenis dengan konsep empat bintang.Bagi ibu
makanan yang satu akan dilengkapi oleh balita hendaknya dapat memberikan
keunggulan susunan zat gizi jenis makanan tambahan dengan konsep empat
makanan lain, sehingga diperoleh bintang sesuai model yang sudah
masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, diberikan dan memberikan makanan
untuk mencapai masukan zat gizi yang sesuai dengan panduan leaflet yng telah
seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya diberikan
oleh satu jenis bahan makanan, melainkan
harus terdiri atas aneka ragam bahan DAFTAR RUJUKAN
makanan. Depkes RI. 2010. Badan penelitian dan
Makanan yang dikonsumsi setiap Pengembagan Kesehaan Riset
orang harus memenuhi sumber zat tenaga Dasar. Jakarta
yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta Indrawani YM. 2007. Penyakit kurang
tepung-tepungan, sumber zat pengatur gizi. Jakarta: Depertemen Gizi dan
yaitu sayuran dan buah, sumber zat Kesehatan Masyarakat Fakultas
pembangun, yaitu kacang-kacangan, Kesehatan Masyarakat Universitas
makanan hewani dan hasil olahan. Indonesia
Keseimbangan kecukupan gizi diperoleh
200 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

Istiono W, Suryadi H dkk. 2009. Analisis


faktor-faktor yang mempengaruhi
status gizi balita. Berita
Kedokteran Masyarakat
Khomsan. 2003. Pangan dan gizi untuk
kesehatan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Suharjo. 2003. Berbagai cara pendidikan
gizi. Jakarta: Bumi Aksara
Supariasa, Bakri B dkk. 2012. Penilaian
status gizi. Jakarta: EGC
Syarifudin, Hamidah. 2007.Kebidanan
komunitas. Jakarta: EGC

You might also like