Pemerolehan Bahasa Dalam Perspektif Psikolinguistik Dan Alquran
Pemerolehan Bahasa Dalam Perspektif Psikolinguistik Dan Alquran
Pemerolehan Bahasa Dalam Perspektif Psikolinguistik Dan Alquran
p-ISSN: 2088-6991
e-ISSN: 2548-8376 Desember 2018 (145-162)
Desember 2018
ABSTRACT
Language acquisition is a process experienced by humans in the development of natural
languages. The purpose of this paper is 1) to describe the theory of language acquisition in
the perspective of psycholinguistics and the Qur'an, 2) to describe the process of acquiring
language in a psycholinguistic and Qur'anic perspective. Three theories carefully discuss
the acquisition of this language, namely behavioristic, nativis and functional theory. The
behavioristic theory said that the acquisition of language through verbal behavior, that is
by responding to stimuli and finally giving rise to language. The nativis theory said that the
acquisition of language with genetic capacity influences the ability to understand the
language around us, and produces a construct of a language system that is embedded in
itself. Functional theory says that language acquisition depends on cognitive development.
So, someone based on output language, then process it by giving meaning and finally
giving birth to language as input. In the Qur'an, the process of acquiring language through
speech and stimulus from outside is then welcomed by the potential that is owned and
assisted by existing tools. Humans digest messages that arrive and process them with the
thought processes and memories they have and then continue to understand them and
ultimately create a 'new' language.
Kata Kunci: language acquisition; language input; response; language output
ABSTRAK
Pemerolehan bahasa merupakan proses yang dialami manusia dalam perkembangan bahasa
yang bersifat alami. Tujuan penulisan ini adalah 1) mendeskripsikan teori pemerolehan
bahasa dalam perspektif psikolinguistik dan Alquran, 2) mendeskripsikan proses
pemerolehan bahasa dalam perspektif psikolinguistik dan Alquran. Tiga teori membahas
secara cermat terhadap pemerolehan bahasa ini, yakni teori behavioristik, nativis dan
fungsional. Teori behavioristik mengatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui perilaku
verbal, yaitu dengan merespon stimulus dan akhirnya menimbulkan bahasa. Teori nativis
mengatakan bahwa pemerolehan bahasa dengan kapasitas genetik yang mempengaruhi
kemampuan dalam memahami bahasa di sekitar kita, dan menghasilkan sebuah konstruksi
sistem bahasa yang tertanam dalam diri. Teori fungsional mengatakan bahwa pemerolehan
bahasa bergantung pada perkembangan kognitif. Jadi, seseorang berdasar output bahasa,
lalu memprosesnya dengan memberi makna dan akhirnya melahirkan bahasa sebagai input.
Dalam Alquran, proses pemerolehan bahasa melalui ujaran dan stimulus dari luar
kemudian disambut oleh potensi yang dimiliki dan dibantu dengan piranti yang ada.
Manusia mencerna pesan yang sampai dan mengolahnya dengan proses berpikir dan
memori yang dimiliki lalu diteruskan dengan memahaminya dan pada akhirnya tercipta
bahasa „baru‟.
145
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
147
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
148
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
149
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
teori pemerolehan bahasa bagi manusia makhluk hidup, maka tidak ada tempat
150
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
bagaimana seorang bayi mulai berbahasa. Menurut Chomsky, proses belajar bahasa
Pada tahapan ketika anak memperoleh adalah proses pembentukan kaidah (rule
sistem bunyi bahasa ibunya, semula dia formation process), bukan proses
mengucapkan sistem bunyi yang ada di pembentukan kebiasaan (habit formation
semua bahasa yang ada di dunia ini. Akan process). Ia berpendapat bahwa manusia
tetapi karena lingkungan telah memiliki apa yang disebut “innate
memberikan contoh terus-menerus capacity”, suatu kemampuan pada dirinya
terhadap sistem bunyi yang ada pada untuk memahami dan menciptakan
bahasa ibunya, dan dimotivasi terus untuk ungkapan-ungkapan baru. (Mujandto
menirukan sistem bahasa ibunya, maka Sumadi: 1996, 19) inilah kritik Chomsky
yang akhirnya dikuasai adalah sistem terhadap teori psikologi behavior yaitu
bahasa ibunya. (Mamluatul Hasanah: 68- untuk landasan pembelajaran bahasa
69) karena kemampuan bahasa tidak hanya
ditentukan oleh faktor dari luar (eksternal),
b. Teori Nativis
melainkan juga faktor dari dalam
Istilah nativis diambil dari
(internal).
pernyataan dasar mereka bahwa
pemerolehan bahasa sudah ditentukan dari McNeill dalam Douglas Brown
sananya, bahwa kita lahir dengan kapasitas (2008:31) memaparkan LAD meliputi
genetik yang mempengaruhi kemampuan empat perlengkapan linguistik bawaan: 1)
kita memahami bahasa di sekitar kita, yang kemampuan membedakan bunyi wicara
hasilnya adalah sebuah konstruksi sistem dari bunyi-bunyi lain di lingkungan
bahasa yang tertanam dalam diri kita. sekitar. 2) kemampuan menata data
linguistik ke dalam berbagai kelas yang
Chomsky (1965) mengemukakan
bisa disempurnakan kemudian. 3)
adanya ciri-ciri bawaan bahasa untuk
pengetahuan bahwa hanya jenis sistem
menjelaskan pemerolehan bahasa asli pada
linguistik tertentu yang mungkin
anak-anak dalam tempo begitu singkat
sedangkan yang lainnya tidak. 4)
sekalipun ada sifat amat abstrak dalam
kemampuan untuk terus mengevaluasi
kaidah-kaidah bahasa tersebut. Sebenarnya
sistem linguistik yang berkembang untuk
setiap manusia memiliki kemampuan
membangun kemungkinan sistem paling
belajar bahasa yang dibawa sejak lahir
sederhana berdasarkan masukan linguistik
yang disebut dengan jihaz iktisab al-lugah
yang tersedia.
atau Language Acquistion Device (LAD).
151
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
struktur batin pada kalimat. Kedua struktur Dengan bantuan LAD, seorang
tersebut saling berhubungan melalui anak dapat menemukan struktur batin
transformasi. Tiap kalimat memiliki kalimat-kalimat yang dijumpainya dan
struktur abstrak di bawah permukaannya kemudian ia dapat membentuk kalimat
dan LAD memungkinkan anak menyusun yang sebelumnya belum pernah
hipotesis tetang struktur bawah bahasa dijumpainya. Gramatika yang dibentuk
yang diperolehnya. Anak tidak sadar dengan bantuan LAD itu mengandung
terhadap proses ini. Hipotesis-hipotesis sifat-sifat khas suatu bahasa tertentu, tetapi
yang disusun anak tanpa sadar, kemudian di atas itu juga mengandung sifatsifat
dicoba dalam pemakaiannya. universal.
Hipotesishipotesis ini terus-menerus
c. Teori Fungsional
dicoba kebenarannya pada data yang
Dalam catatan Douglas Brown
dikumpulkan anak selama ia mendengar
(2008:35) terdapat pergeseran dalam
dan berbicara. Oleh karena itu
polapola penelitian tentang bahasa.
hepotesishepotesis tersebut diubah dan
Pergeseran ini tidak jauh dari matarantai
disesuaikan secara struktur.
generatif/kognitif menuju esensi bahasa.
Dari proses yang disebut di atas, Dua penekanan muncul: 1) para peneliti
lama-kelamaan berkembanglah sistem mulai melihat bahwa bahasa hanyalah
kaidah bahasa anak secara sistematis ke salah satu manifestasi kemampuan kognitif
arah sistem kaidah yang dimiliki orang dan afektif manusia dalam kaitannya
152
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
dengan dunia, orang lain, dan dengan diri ditentukan oleh kompleksitas semantik
sendiri. 2) lebih jauh, kaidahkaidah ketimbang kompleksitas struktural.
generatif yang ditawarkan oleh kaum Maknanya, ketika anak memperoleh
nativis adalah abstrak, formal, eksplisit, bahasa dari luar, ia akan memproses
dan logis, tetapi mereka hanya bersentuhan bahasa tersebut dengan memahami makna
dengan bantuk-bentuk bahasa dan tidak yang sesuai dengan kontek munculnya
dengan makna, sesuatu yang terletak pada bahasa tersebut sesuai dengan kemampuan
tataran fungsional yang lebih mendalam kognitifnya tanpa mengindahkan struktur
yang terbangun dari interaksi sosial. yang ada.
Contoh bentuk–bentuk bahasa adalah
Berikut proses pemerolehan
morfem kata, kalimat, dan kaidah yang
bahasa menurut teori fungisonal seperti
mengatur semua itu. Fungsi adalah tujuan
dalam bagan 3:
interaktif dan bermakna di dalam suatu
konteks sosial (pragmatis) yang penuh Input Pemero Output
bahasa sesan bahasa
dengan bentuk-bentuk. Bahasa:
Pemak
Gleitman dan Wanner (1982)
naan
mengatakan dalam tinjauannya atas
kemajuan terbaru penelitian bahasa
Bagan 3: Proses Pemerolehan Bahasa
anakanak, “cara anak-anak belajar bahasa
Menurut Teori Fungsional
dilengkapi dengan kemampuan
interpretatif konseptual untuk Dari bagan 3 di atas dapat dilihat
mengkategorikan dunia. Para pembelajar bahwa input bahasa masuk kepada diri
digiring untuk memetakan tiap-tiap ide manusia untuk diproses dan diberikan
semantik atas unit linguistik kata”. Dari pemaknaan tanpa mengindahkan struktur.
pendapat Gleitman dan Wanner di atas Lalu kemudian, hasil pemaknaan itu
dapat dikatakan bahwa belajar bahasa dikeluarkan dengan bahasa sendiri.
tergantung dengan perkembangan kognitif 3. Pemerolehan Bahasa dalam
dan kompleksitas bahasa yang dipelajari. Perspektif Alquran
Hal ini juga dikatakan Slobin (dalam Pembahasan tentang pemerolehan
Douglas Brown: 2008, 37) bahwa dalam bahasa dalam perspektif Alquran terdiri
semua bahasa, pembelajaran semantik atas lima pembahasan, yaitu fitrah
bergantung kepada perkembangan kognitif berbahasa dalam Alquran, piranti bahasa
dan rangkaian perkembangan lebih
153
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
154
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
potensi yang sudah dipersiapkan Allah “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
Swt. untuk menerima wahyu-Nya melalui ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
kalam untuk dilaksanakan dan sesuatupun, dan Dia memberi kamu
disampaikan kepada umat manusia. pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur.” 2. Surah al-
Dari penjelasan di atas tentang
Mukminun/23: 78
fitrah/potensi yang ada, manusia diberi
kemampuan untuk berbahasa dan siap
menerima, merespon serta mengolahnya
sehingga ia dapat memahami pesan yang
sampai kepadanya dan dapat mengirimkan
pesan baru kepada lawan bicara.
155
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
156
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
tuntutnan dan pedoman dari Allah Swt. Dari penjelasan tiga ayat di atas
dan Rasul-Nya. Namun jika manusia tetap tentang piranti bahasa yang dimiliki
membangkang dengan tidak bersyukur dan manusia dapat dikatakan bahwa manusia
tidak mempergunakan piranti tersebut dengan piranti yang ada telah siap
akan mendapatkan murka dari Allah Swt. menerima dan mengolah pesan yang
yaitu pada surat alA‟raaf/7 ayat 179 : disampaikan kepadanya.
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka punya posisi penting dalam beragama.
(ayatayat Allah). Mereka itu sebagai mengingat sebagai alat untuk mengambil
157
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
“(Al Quran) ini adalah penjelasan yang Kemampuan lain yang diberikan
sempurna bagi manusia, dan supaya Allah Swt. kepada manusia adalah
Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar mereproduksi dan mengolah kembali
158
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
(Rohmani Nur Indah dan Abdurrahman, kehidupan bisa tertangkap oleh akal.
2008: 51). Jadi dari pernyataan di atas Berpikir bersifat fitrah yang melekat pada
bahwa berpikir merupakan bagian penting manusia dan dengan sifat itu manusia
dalam berbahasa. Sebab ketika seorang berusaha memenuhi kebutuhannya.
akan berbicara, maka ia akan memproses Sedang pikiran adalah aktivitas pikiran.
bahan bicara dengan cara berpikir dalam
Berpikir merupakan salah satu
hati dan kemudian ia ucapkan pesan yang
fungsi kejiwaan manusia yang tidak
ingin disampaikan kepada lawan bicara.
dimiliki oleh makhluk selain manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Oleh karena itu, melalui berpikir manusia
Indonesia disebutkan bahwa kata pikir dapat menciptakan kemajuan peradaban
adalah akal budi; ingatan; kata dalam hati. atau kebudayaan yang selalu berkembang,
Sedang berpikir adalah menggunakan akal dan dengan berpikir itu pula manusia
budi untuk mempertimbangkan dan mampu beragama dan bertingkah laku
memutuskan sesuatu; susila. Berpikir erat hubungannya dengan
menimbangnimbang dalam ingatan. daya-daya jiwa yang lain, seperti
(KBBI: 1997:682) tanggapan, ingatan, pengertian, dan
khatir (suara hati, benak, jiwa) dalam kalanya dapat mengganggu jalannya
imajinasi, ilusi dan ingatan. Pikiran adalah menggunakan pikiran untuk merenung dan
159
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
160
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
161
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
162
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
163
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan
Vol. 7 No. 2. Juli – Desember 2018 (145-162)
164