Tingkat Fekunditas Nematoda (Meloidogyne SPP.) Pada Beberapa Tanaman Yang Tergolong Familia Solanaceae
Tingkat Fekunditas Nematoda (Meloidogyne SPP.) Pada Beberapa Tanaman Yang Tergolong Familia Solanaceae
Tingkat Fekunditas Nematoda (Meloidogyne SPP.) Pada Beberapa Tanaman Yang Tergolong Familia Solanaceae
4, Oktober 2019
ABSTRACT
The Solanaceae family is a plants that has a function to meet human food.
Although the production of the Solanaceae Family in Indonesia is quite high, it has
not been able to fulfill the Indonesian Population needs. This is caused by several
factors and one of them is the attack of pests and diseases that can cause crop failure.
Pest that causes a decrease in the Solanaceae family is root bran nematodes,
(Meloidogyne spp.) The purpose of the study is to determine the level of penetration
and fecundity of nematodes in several plants belonging to the Solanaceae family, and
to obtain species host plants that are less favored than the plants tested Thar can be
used as an alternative control of nematoda. This study using a Completely
Randomized Design (CRD), with 4 types of treatment each using 6 replications with
2 research objects to obtain 48 units/plant pots. The results is penetration rate and
fecundity rate were highest in tomato plants, then in eggplant plants, chili plants, and
the lowest in cayenne. The result can be used as an alternative to reduce the
population of nematoda (Meloidogyne spp.) in the field.
1. Pendahuluan
Familia Solanaceae adalah salah satu familia terpenting dari tanaman yang
memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Familia ini tidak hanya
terdiri dari sayur-sayuran penting seperti kentang, tomat, terong, paprika, dan cabai,
juga digunakan sebagai tanaman hias contohnya petunia (Setshogo, 2015). Meskipun
produksi tanaman dari Familia Solanaceae di Indonesia cukup tinggi, namun belum
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 468
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
2. Metode Penelitian
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Nopember 2018 sampai Maret 2019.
Pengambilan sumber larva nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) di Kebun Tomat
di Desa Pancasari, Bedugul dan Baturiti. Ekstraksi dan pengamatan biologi nematoda
seperti: jumlah puru, jumlah masa telur dan jumlah telur/masa telur, pengamatan
dilaksanakan di Laboraturium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas
Udayana. Persiapan penanaman bibit dan pemeliharaan tanaman yang diuji
dilaksanakan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jalan Pulau Moyo
Denpasar.
469 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 470
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
471 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
Gambar 2. Bentuk puru pada akar tanaman yang diserang oleh nematoda
(Meloidogyne spp.) (A) Puru berukuran kecil (B) Puru berukuran besar
(Dokumentasi Pribadi)
Tingkat Penetrasi dan Tingkat Fekunditas yang tinggi dapat diketehui melalui
jumlah puru yang dihasilkan oleh nematoda (Meloidogyne spp.), semakin tinggi
tingkat penetrasi maka semakin banyak jumlah puru yang dihasilkan sehingga
jumlah tingkat fekunditas juga akan tinggi. Seperti pada Gambar (2), bentuk puru
yang dihasilkan oleh nematoda (Meloidogyne spp.), melalui puru ini kita dapat
mengetahui jumlah telur, jumlah masa telur serta nematoda stadia lainnya yang
berada di dalam perakaran. Selain melalui puru, tingkat fekunditas dan tingkat
penetrasi nematoda (Meloidogyne spp.) dapat diketahui melalui data penunjang
seperti berat basah akar secara keseluruhan. Semakin berat akar tanaman tersebut
maka tingkat penetrasi yang dihasilkan oleh nematoda juga akan tinggi. Hal ini
disebabkan berat yang dihasilkan oleh akar karena banyaknya puru yang ada
diperakaran.
Pemeriksaan secara mikroskopis dengan pembesaran 100x pada sampel akar
dan sampel tanah dari tanaman yang diujikan ditemukan banyak nematoda dan telur
nematoda (Meloidogyne spp.) dalam setiap stadia. Pada Gambar (3). Terdapat
perkembangan telur nematoda dan larva mengalami ganti kulit pertama di dalam
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 472
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
telur stadia 1 ditemukan pada sampel tanah yang di ambil disekitar akar dan setelah
itu ditemukan nematoda stadia 2 yang akan melakukan penetrasi ke perakaran
tanaman hal ini didukung oleh Winarto 2008 yang mengatakan bahwa, Telur
nematoda (Meloidogyne spp.) berbentuk elip dengan ukuran 67-128 μm x 30–35 μm.
Pergantian kulit untuk pertama kalinya (larva stadia I) terjadi di dalam telur, biasanya
jika setelah menetas dari telur (larva stadia II) masuk ke dalam akar dengan
menembus akar dengan stiletnya (Agrios, 2004).
Gambar 3. Morfologi nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) (A) Telur nematoda
(B) Nematoda stadia satu dalam telur (C) Nematoda stadia 2 dalam tanah
(Dokumentasi Pribadi)
473 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
menjelang stadia 3 (C) Nematoda betina stadia dewasa (D) Nematoda jantan stadia
dewasa (Dokumentasi Pribadi)
Tabel 1. Hasil analisis uji Duncan jumlah puru/ 1 g akar, jumlah masa telur/1 g
akar, jumlah telur/masa telur pada Tm, Tr, Cb, Cr dalam siklus I nematoda
(Meloidogyne spp.)
Parameter Pengamatan
Perlakuan Jumlah telur/masa
Tanaman Jumlah Puru/ Jumlah masa telur/ 1
telur
1 g akar g akar
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 474
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
Tabel 2. Hasil analisis uji Duncan jumlah puru/ 1 g akar, jumlah masa telur/1 g
akar, jumlah telur/masa telur pada Tm, Tr, Cb, Cr dalam siklus II nematoda
(Meloidogyne spp.)
Parameter Pengamatan
Perlakuan Jumlah
Tanaman Puru/ Jumlah masa telur/1g
Jumlah telur/masa telur
1g akar
akar
Tm 150,17a 58,17a 660,00a
Tr 93,67b 29,00b 374,00b
Cb 45,83c 17,67c 286,50c
3.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus satu dan siklus dua yang telah
diperoleh tingkat penetrasi dan tingkat fekunditas nematoda (Meloidogyne spp.) pada
beberapa tanaman yang tergolong familia Solanaceae, tertinggi adalah pada tanaman
tomat sesuai dengan Tabel 1 dan Tabel 2, ini dikarenakan tanaman tomat merupakan
tanaman yang sangat disukai oleh nematoda (Meloidogyne spp.) dan merupakan
tanaman inang utama dari nematoda (Meloidogyne spp.). Hal ini didukung oleh
(Thomas et al., 2004) yang menyatakan nematoda (Meloidogyne spp.) merupakan
parasit tanaman penting di seluruh daerah tropika. Beberapa tanaman inang spesies
ini adalah tanaman kapas, kentang, tebu, wortel, tomat, tanaman hias, dan lain-lain.
Selain itu tanaman tomat memiliki sistem perakaran yang cukup lunak sehingga
nematoda mudah untuk melakukan penetrasi.
Tingginya tingkat penetrasi dan tingkat fekunditas pada tanaman tomat dapat
diketahui melalui data hasil penelitian yang diperoleh antara lain jumlah puru akar,
jumlah masa telur, dan jumlah telur/masa telur yang menunjukkan bahwa tanaman
tomat lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman terung, cabai besar, dan cabai rawit,
dalam (tabel 1 dan tabel 2). Tingkat fekunditas nematoda juga ditentukan oleh jenis
makanan dan tingginya daya adaptasi nematoda (Meloidogyne spp.), semakin banyak
jenis tanaman inang utama yang tersedia maka tingkat fekunditas yang dihasilkan
oleh nematoda semakin tinggi. Hal ini didukung oleh (Dropkin 1991)
mengemukakan tingginya daya adaptasi (Meloidogyne spp.) dikarenakan nematoda
ini memiliki keragaman morfologi yang tinggi, dan memiliki inang yang banyak
sehingga memiliki tingkat fekunditas tinggi.
475 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 476
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019
jumlah telur/ masa telur pada siklus I dan siklus II tertinggi pada tanaman tomat,
tanaman terung, tanaman cabai besar dan terendah pada tanaman cabai rawit.
Sehingga hipotesis penelitian ini (H1) diterima dan hasil rataan pada setiap jenis
tanaman yang tergolong familia Solanaceae didapati hasil yang berbeda nyata
(P<0,05).
4.2 Saran
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang mendasar tentang
kualitas tanaman yang disukai oleh nematoda (Meloidogyne spp.) dan sangat
disarankan kepada petani untuk menanam cabai rawit dilapangan karena tanaman
cabai rawit dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menekan populasi nematoda
dilapangan. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan
nutrisi yang terkandung dalam masing-masing tanaman perlakuan dan struktur
anatomi perakaran tanaman yang di ujikan.
Daftar Pustaka
Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. 5th ed. 2005. San Diego (US): Elsevier
Academic Press.
Dropkin, V.H. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Supratoyo, penerjemah
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Introduction of
Plant Nematology.
Hussey, R.S., and Barker, K.R. 1973. A comparison of methods of collecting inocula
of Meloidogyne spp., including a ne technique. Plant Dis. Rep. 57: 1025-
1028.
Luc M, Sikora RA, Bridge J. 1995. Nematoda Parasit Tumbuhan di Pertanian
Subtropik dan Tropik. Supratoyo, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Terjemahan dari: Plant Parasitic Nematodes in Subtropical
and Tropical Agriculture.
Setshogo, M.P. (2015). A Review of Some Medicinal and or Hallucinogenic
Solanaceous Plants of Botswana: The Genus Datura L. International Journal
of Medicinal Plants and Natural Products (IJMPNP), 1(2), 15-23.
Sritamin, Made & I Dewa Putu Singarsa. 2016. Pemanfaatan Ekstrak Daun Sirih
Sebagai Pestisida Nabati Untuk Pengendalian Nematoda Puru Akar
(Meloidogyne spp). dan Produksi Tanaman Tomat. Bali
Thomas SH, Schroeder J, Murray LW. 2004. Cyperus tubers protect Meloidogyne
incognita from 1,3-dichloropropene. J. Nematology.
Winarto. 2008. Nematologi Tumbuhan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.
Wisnuwardana, A. W. 1978. Siklus hidup dan perkembangan Meloidogyne
imcognita pada tomat (Solanum lycopersicon) Bull. Penel. Vol. VI. No 3. 11-
15 p.
477 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT