Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Uji Antibakteri

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No.

3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493

FORMULASI SEDIAAN GEL ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL


TANAMAN SEREH (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) DAN UJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI (Staphylococcus aureus) SECARA in vitro

Bryce Maria Brigitha Sikawin1), Paulina V.Y. Yamlean1), Sri Sudewi1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Antibacterial is a compound used to control the growth of harmful bacteria. Control of the
growth of microorganisms aims to prevent the spread of disease and infection. Citronella
(Cymbopogon citratus (D.C) Stapf) contains sitronellal and geraniol compounds that are known to be
antibacterial. The objective of this research was to make an antibacterial gel formulation of citronella
extract with three variations of extract concentration, ie 0.5%, 1.0% and 1.5%, and to test their
antibacterial activity against Staphylococcus aureus bacteria. Citronella plant (Cymbopogon citratus
(D.C) Stapf) extract was obtained by maceration using 96% ethanol as the solvent. The results
showed that citronella extract can be formulated as antibacterial gel that meets organoleptic,
homogeneity, pH, dispersion, and adhesion requirements. In the test results of antibacterial activity,
there are clear zones that represent the inhibitory capability of bacterial growth by the gels. The
mean diameter of the clear zones of the citronella plant extract at concentrations of 0.5%, 1% and
1.5% were 18.18 mm, 20.56 mm and 22.80 mm, respectively. Based on the classification of
antibacterial power strength, the ability of inhibition of bacteria by 0.5% and 1% concentration gels
are categorized as strong, and 1.5% is the best gel inhibiting the activity of S. aureus bacteria with
22.80 mm inhibited zone diameter that is categorized very strong.
Keywords: Citron, Gel, Staphylococcus aureus, HPMC.
ABSTRAK

Antibakteri ialah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri yang
bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme bertujuan untuk mencegah
penyebaran penyakit dan infeksi. Tanaman sereh (Cymbopogon citratus (D.C) Stapf) mengandung
senyawa sitronellal dan geraniol yang diketahui dapat bersifat antibakteri. Penelitian ini bertujuan
untuk membuat formulasi sediaan gel antibakteri dari ekstrak tanaman sereh dengan tiga variasi
konsentrasi ekstrak yakni 0,5 %, 1,0% dan 1,5%, serta menguji aktivitas antibakterinya terhadap
bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak tanaman sereh (Cymbopogon citratus (D.C) Stapf) diperoleh
dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
tanaman sereh dapat diformulasikan sebagai sediaan gel antibakteri yang memenuhi persyaratan
organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, dan daya lekat. Pada hasil pengujian aktivitas antibakteri,
terdapat zona bening yang merepresentasikan kemampuan penghambatan pertumbuhan bakteri uji
oleh gel. Diameter rata-rata zona bening sediaan gel ekstrak tanaman sereh pada konsentrasi 0,5 %,
1,0% dan 1,5 % berturut-turut yaitu 18,18 mm, 20,56 mm dan 22,80 mm. Berdasarkan klasifikasi
kekuatan daya antibakteri, maka kemampuan penghambatan bakteri uji oleh gel konsentrasi 0,5% dan
1% dikategorikan kuat, serta 1,5% merupakan gel yang paling baik menghambat aktivitas bakteri S.
aureus dengan diameter zona hambat 22,80 mm yang dikategorikan sangat kuat.

Kata kunci: Sereh, Gel, Staphylococcus aureus, HPMC

302
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493

sebagai agen antibakteri ditentukan oleh


PENDAHULUAN komponen senyawanya, komponen utama
Antibakteri merupakan senyawa minyak sereh adalah sitronellal dan
yang dapat mengganggu pertumbuhan atau geraniol memiliki sifat antibakteri.
bahkan mematikan bakteri dengan cara Pemanfaatan sebagai obat pada umumnya
mengganggu metabolisme mikroba yang dalam bentuk minyak atsiri. Bagian
merugikan (Dwidjoseputro, 1980). tanaman yang mengandung lebih banyak
Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri minyak atsiri ialah bagian batang
diantaranya yaitu menghambat sintesis (Risfaherri et al., 1995).
dinding sel, menghambat keutuhan Minyak atsiri sereh dapat
permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat pertumbuhan bakteri S.
menghambat kerja enzim, dan aureus, S. epidermidis, S. agalactiae, dan
menghambat sintesis asam nukleat dan E. coli (Poeloengan, 2009). Efek minyak
protein (Sulistyo, 1971). atsiri sereh sebagai antibakteri disebabkan
Obat antibakteri yang banyak adanya komponen α-citral (ggel mimya)
beredar di pasaran mengandung antibiotik dan β citral (neral) yang mampu berefek
sintetik seperti eritromisin dan sebagai antibakteri terhadap bakteri baik
klindamisin, namun tidak sedikit yang gram positif maupun bakteri gram negatif
memberikan efek samping seperti iritasi, (Onawunmi et al., 1984). Minyak atsiri
penggunaan jangka panjang dapat Sereh yang dikenal dengan aktivitas
menyebabkan resistensi bahkan kerusakan antimikroba berspektrum luas (McCabe et
organ dan imuno hipersensitivitas al., 2008).
(Wasitaatmadja, 1997). Dalam beberapa Berdasarkan penelitian di atas
tahun terakhir, penggunaan antibiotik dapat dikatakan ekstrak tanaman sereh
sebagai terapi jerawat menaikkan memiliki aktivitas antibakteri, untuk
prevalensi terjadinya resistensi pada meningkatkan aktivitas penggunaan
bakteri (Swanson, 2003). ekstrak tanaman sereh pada kulit,
Satu contoh antibakteri yang dapat dilakukan formulasi ektrak etanol
diperoleh dari alam adalah tanaman Sereh tanaman sereh dalam sediaan gel dengan
(Cymbopogon citratus (DC.) Staf) . basis hydoxypropyl methylcellulose
Penyelidikan fitokimia mengungkapkan (HPMC). Bentuk sediaan ini lebih mudah
bahwa ekstrak sereh berisi beberapa nabati digunakan dan penyebarannya di kulit
konstituen, yaitu: minyak atsiri, saponin juga mudah, dilihat juga dari warna yang
tanin, alkaloid dan flavonoid (Leung dan bening, sehingga banyak pasien yang
Foster, 1996). Sereh mengandung zat lebih memilih menggunakan produk
bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, kosmetik dalam bentuk gel dibandingkan
saponin, tanin, phenolic acid, dan sediaan lainnya, secara ideal basis dan
terpenoid. Pada sereh yang dikeringkan, pembawa harus mudah diaplikasikan pada
zat bioaktif yang paling banyak kulit, tidak mengiritasi dan nyaman
terkandung ialah phenolic acid, flavonoid dipakai pada kulit (Wyatt et al., 2001).
dan tanin yang berperan sebagai
antioksidan yang berguna dalam METODE PENELITIAN
penyembuhan luka, Fungsi minyak sereh Waktu dan Tempat

303
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493

Penelitian dilakukan pada bulan Nutrient Agar dan bakteri Staphylococcus


Januari sampai Mei 2018, di Laboratorium aureus.
Teknologi Farmasi, Laboratorium
Mikrobiologi dan Laboratorium Penelitian Prosedur Kerja
Program Studi Farmasi, Universitas Sam Persiapan Sampel
Ratulangi Manado. Sampel yang digunakan adalah
tanaman sereh (Cympopogon Citratus
Jenis Penelitian (DC.) Stapf) ditimbang seberat 1,5 kg
Jenis penelitian ini merupakan kemudian disortasi untuk memisahkan
eksperimental laboratorium dengan sampel kotoran-kotoran dan dicuci dengan air
ekstrak etanol tanaman sereh yang dibuat mengalir, lalu sampel dirajang dan
dengan tiga variasi konsentrasi 0,1% , dikeringkan, kemudian dihaluskan
1,0% dan 1,5 % dan dilakukan pengujian menggunakan blender hingga menjadi
pada bakteri uji serbuk dan diayak.
Ekstraksi Sampel
Alat Pembuatan ekstrak etanol 96%
Alat yang digunakan dalam tanaman sereh dilakukan dengan metode
penelitian ini yaitu batang pengaduk, gelas maserasi. Maserasi dilakukan dengan
ukur (Pyrex), Erlenmeyer (Pyrex), tabung memasukkan 165 gram simplisia sereh
reaksi (Pyrex), pipet tetes, pot gel, corong, dalam wadah, ditambahkan 825 ml etanol
ayakan mesh 200, pisau, timbangan 96% ditutup dan didiamkan selama 5 hari
analitik (aeADAM®), mixer (Philips), sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari
sudip, beker gelas (Pyrex), hot plate ekstrak disaring dengan kertas saring dan
®
(NESCO Lab), cawan petri (Pyrex), menghasilkan filtrat 1. Kemudian residu
autoklaf (ALP), pH meter (Elmetron), yang didapatkan ditambahkan etanol 96%
Laminar Air Flow (N-Bioteck), incubator didiamkan selama 3 hari kemudian disaring
(MMM Group), pecadang, jarum Ose, dan menghasilkan filtrat 2. Kemudian
pingset, pipet mikro (ecopippette™), filtrat 1 dan 2 digabungkan dilakukan
mistar berskala (Combo®) aluminium evaporasi dan diuapkan dalam oven dengan
foil,kertas saring, kertas lebel dan spritus. suhu 400 C selama 2 hari.

Bahan Formulasi dan Pembuatan Gel


Bahan yang digunakan adalah Pada penelitian ini dibuat sediaan
Tanaman Sereh (Cymbopogon citratus gel dengan variasi konsentrasi ekstrak
(DC.) Stapf), Hydroxy Propyl Methyl sereh 0,5%, 5%, 1,5% dengan basis gel
Cellulose (HPMC), Etanol 96%, HPMC 1,5 gram.
propilenglikol,gliserin, TEA, aquadest
steril, gel Klindamisin, H2SO4 0,36 N,
BaCl2.2H2O 1,175%, NaCl 0,9%, media

304
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493

Tabel 1. Formulasi Gel Ekstrak Etanol Tanaman Sereh 0,5%, 1%, 1,5%

Komponen Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


0,5% 1% 1,5%
Ekstrak Sereh 0,5 g 1g 1,5 g
HPMC 1,5 g 1,5 g 1,5 g
Gliserin 20 20 20
Propilen Glikol 12 12 12
TEA 2 2 2
Aquades ad 100 100 100

Pembuatan Gel b. Pengujian Homegenitas


Hydoxypropyl methylcellulose Pengujian homogenitas dilakukan dengan
(HPMC) sebanyak 1,5 gram, cara sampel gel dioleskan pada sekeping
dikembangkan di cawan porselin dengan kaca tansparan. Homogenitas ditunjukkan
sedikit aquades panas, kemudian dengan tidak adanya butiran kasar.
c. Pengujian pH
dilakukan pengadukan secara terus-
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan
menerus menggunakan mixer sehingga menggunakan pH meter yang dicelupkan
terdispersi sempurna dan terbentuk gel. ke dalam sampel gel yang telah
Selanjutnya ditambahkan gliserin 20 mL, diencerkan. Setelah tercelup dengan
propilenglikol 12 mL, TEA 2 mL dan sisa sempurna, pH meter tersebut akan
aquades dengan cara terus dilakukan menunjukan angka pH gel. pH sediaan gel
pengadukan hingga terbentuk gel dan harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 –
6,5
ditambahkan ekstrak sereh dengan
d. Pengujian Daya Sebar
konsentrasi 0,5%. Untuk pembuatan gel Sebanyak 0,5 gram sampel gel diletakkan
dengan konsentrasi 1% dan 1,5% di atas kaca bulat, kaca lainnya diletakkan
dilakukan dengan cara yang sama. di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit.
Setelah itu, ketiga formulasi gel disimpan Diameter sebar gel diukur. Setelahnya,
pada suhu ruangan selama semalam pada ditambahkan 100 gram beban tambahan
suhu 10-150 C dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur
diameter yang konstan.
Evaluasi Sediaan Gel e. Uji Daya lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan cara 0,25
Evaluasi sediaan gel ekstrak etanol gram gel diletakkan di atas dua gelas objek
tanaman sereh dilakukan sebagai berikut : yang telah ditentukkan, kemudian ditekan
a. Pengujian Organoleptik dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah
Pengamatan dilihat secara langsung itu dipasang objek gelas pada alat uji lalu
bentuk, warna, dan bau dari gel yang ditambahkan beban 80 gram pada alat uji,
dibuat. Gel biasanya jernih dengan kemudian dicatat waktu pelepasan dari
konsistensi setengah padat gelas objek.

305
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493

sumuran lain untuk kontrol positif (gel


klindamisin) dan kontrol negatif (HPMC).
Pengujian Aktivitas Antibakteri Masing-masing gel diambil 50 µL
Uji aktivitas antibakteri terhadap menggunakan mikro pipet dan diteteskan
gel ekstrak etanol tanaman sereh pada setiap sumuran kemudian diinkubasi
menggunakan bakteri Staphylococcus pada suhu 370C selama 24 jam.
aureus dengan cara difusi agar. 3 sumuran
untuk setiap konsentrasi gel ekstrak etanol HASIL DAN PEMBAHASAN
tanaman sereh 0,5%, 1,0%, 1,5% dan dua
HASIL

Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik Gel Ekstrak Etanol Tanaman Sereh

Formulasi Bentuk Warna Bau


FI Setengah Padat, Kuning Bau khas ekstrak
Kental

FII Setengah Padat Kuning Bau khas ekstrak


kecoklatan

FIII Setengah Padat Coklat Bau khas ekstrak

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Gel Ekstrak Etanol Tanaman Sereh

Formulasi Homogenitas
FI Homogen

FII Homogen

FIII Homogen

Tabel 4. Hasil Uji pH Gel Ekstrak Etanol Tanaman Sereh

Formulasi pH
FI 6,5

FII 6,5

FIII 6,5

306
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493

Tabel 5. Hasil Uji Daya Sebar Gel Ekstrak Etanol Tanaman Sereh

Formulasi Rata-rata Diameter Sebar Gel


FI 5,6

FII 5,7

FIII 6,9

Tabel 6. Hasil Uji Daya Lekat Gel Ekstrak Etanol Tanaman Sereh

Formulasi Waktu
FI 1,15 detik

FII 1,39 detik

FIII 1,54 detik

Tabel 7. Hasil Pengujian Mikrobiologi

Formulasi Diameter daerah hambatan (mm)


Zona Zona Zona Rata-rata
1 2 3
K(-) 0 0 0 0

K(+) 31,50 23,70 27,10 27,40

FI 22,15 15,75 16,65 18,18

FII 24,00 19,15 18,55 20,56

FIII 25,95 20,80 21,65 22,80

PEMBAHASAN sereh yaitu senyawa sitronellal dan


Penelitian ini dilakukan dengan geraniol dan juga terdapat senyawa
memformulasi sediaan gel antibakteri saponin tanin, alkaloid dan flavonoid
dengan menggunakan bahan aktif dari (Leung dan Foster, 1996).
batang dan daun tanaman Sereh. Diambil Proses awal sereh dibuat menjadi
bagian batang dan daun tanaman sereh simplisia dengan cara pengeringan sampel
karena tanaman sereh diduga mengandung Proses pengeringan ini bertujuan untuk
senyawa antibakteri. kandungan senyawa menurunkan kadar air dalam sereh dan
dari minyak atsiri yang terdapat dalam untuk mendapatkan simplisia yang tidak

307
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493

mudah rusak, juga dengan mengurangi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Sereh,
kadar air dapat mencegah reaksi enzimatik Evaluasi ini meliputi uji organoleptik, uji
dimana kandungan kimia yang terkandung homogenitas, uji pH , uji daya sebar dan
dalam bahan diubah menjadi produk lain uji daya lekat, didapatkan hasil gel ekstrak
atau dirusak oleh enzi. Selain itu proses etanol tanaman Sereh yang memenuhi
pengeringan juga mencegah syarat untuk setiap uji tersebut.
bertumbuhnya kapang dan jamur sehingga Metode yang digunakan untuk uji
simplisia dapat disimpan dalam waktu aktivitas antibakteri adalah difusi agar
yang lama. menggunakan sumuran dengan media
Ekstrak adalah sediaan kental yang Nutrien Agar (NA). metode ini dilakukan
diperoleh dengan mengekstraksi senyawa untuk mengetahui besarnya diameter zona
aktif dari simplisia nabati maupun hewani bening pada bakteri Staphylococcus
dengan menggunakan pelarut yang sesuai, aureus, setelah inkubasi selama 24 jam,
kemudian semua atau hampir semua NA merupakan medium yang baik
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk sebagai tempat tumbuhnya beberapa
yang tersisa diperlukan sedemikian rupa bakteri Gram positif dan Gram negatif
sehingga memenuhi baku yang telah yang dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi
ditetapkan (Anonim, 2005) bagi pertumbuhan bakteri. Gel ekstrak
Ekstraksi terhadap serbuk simplisia etanol tanaman sereh akan berdifusi
sereh dilakukan dengan menggunakan keluar menghambat pertumbuhan bakteri
ekstraksi cara dingin, yaitu metode pada NA, yang ditandai adanya zona
maserasi. Maserasi merupakan proses bening yang terdapat di sekeliling
penyarian senyawa kimia secara sumuran kemudian zona bening diukur
sederhana dengan cara merendam diameternya. Didapatkan hasil zona
simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar bening pada konsentrasi 0,5 %, 1% dan
dengan menggunakan pelarut yang sesuai 1,5 % diameter rata-ratanya 18,18 mm,
sehingga bahan menjadi lunak dan larut. 20,56 mm, 22,80 mm. Dilihat dari
Proses ekstraksi ini dilakukan dengan diameter zona bening maka gel ekstrak
menggunakan pelarut etanol 96% . Etanol etanol tanaman sereh konsentrasi 1,5 %
96% merupakan senyawa polar yang yang paling besar zona beningnya, hal ini
mudah menguap sehingga baik digunakan menunjukan semakin tinggi konsentrasi
sebagai pelarut ekstrak, Etanol merupakan maka akan semakin tinggi zona
pelarut zat organik (Ayoola, 2008). beningnya.
sehingga diperoleh randemen ekstrak Analisis data dilakukan dengan
sebanyak 1,76% dan ekstrak etanol menggunakan uji statistic one way
tanaman sereh kental sebanyak 23,2 g. ANOVA dengan tujuan sebagai dasar
Pembuatan Gel menggunakan pengambilan keputusan dari suatu
basis gel HPMC dengan beberapa bahan hipotesis. Hasil uji one way ANOVA pada
tambahan dan ditambahkan ekstrak untuk penelitian ini yaitu menunjukan adanya
setiap gel, HPMC dapat menghasilkan gel perbedaan antar perlakuan sig (0,000) <
yang netral, jernih dan mempunyai (0,05) artinya P – value < α (0,05), maka
resistensi yang baik terhadap serangan ditolak diterima. Maka terdapat
mikroba. kemudian dilakukan Evaluasi perbedaan signifikan zona bening antara

308
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493

basis gel dan gel ekstrak etanol sereh 0,05


%, 1 % dan 1,5 %. Pengujian dilanjutkan KESIMPULAN
dengan uji Duncan untuk melihat 1. Ekstrak etanol tanaman Sereh
perlakuan mana yang memberikan efek dapat diformulasikan sebagai sediaan gel
berbeda atau tidak jauh berbeda. Dan antibakteri dan telah memenuhi syarat
didapatkan hasil tidak menunjukan pengujian organoleptik, homogenitas, pH,
perbedaan yang signifikan untuk aktivitas daya sebar dan daya lekat.
antibakteri pada konsentrasi 0,5 %, 1 %, 2. Sediaan Gel ekstrak etanol
1,5 % dan untuk konsentrasi 1,5 % dengan tanaman Sereh konsentrasi 0,5%, 1%, dan
kontrol (+) didapatkan hasil bahwa tidak 1,5% memberikan efek antibakteri
menunjukan perbedaan yang signifikan terhadap bakteri Staphylococcus aureus
juga, maka diperoleh hasil bahwa setiap dengan diameter rata-ratanya 18,18 mm,
konsentrasi memiliki aktivitas antibakteri 20,56 mm, 22,80 mm. Untuk konsentrasi
tetapi yang paling tinggi dan baik 0,5% dan 1% dikategorikan kuat dan
digunakan ialah gel ekstrak etanol Sereh untuk konsentrasi 1,5% dikategorikan
konsentrasi 1,5 %. sangat kuat.
Analisis data dilakukan dengan SARAN
menggunakan uji statistic one way Perlu dilakukan penelitian lebih
ANOVA dengan tujuan sebagai dasar lanjut tentang potensi antibakteri dari zat
pengambilan keputusan dari suatu aktif yang terdapat dalam ekstrak tanaman
hipotesis. Hasil uji one way ANOVA pada Sereh.
penelitian ini yaitu menunjukan adanya
perbedaan antar perlakuan sig (0,000) < DAFTAR PUSTAKA
(0,05) artinya P – value < α (0,05), maka Anonim, 1995, Farmakope Indonesia,
ditolak diterima. Maka terdapat Edisi IV, Departemen Kesehatan
perbedaan signifikan zona bening antara Republik Indonesia, Jakarta.
basis gel dan gel ekstrak etanol sereh 0,05 Ansel, H. C., Allen, L. V., and Popovich,
N. G. 2005. Ansel’s
%, 1 % dan 1,5 %. Pengujian dilanjutkan
Pharmaceutical Dosage Forms
dengan uji Duncan untuk melihat and Drug Delivery System, Eight
perlakuan mana yang memberikan efek Edition, 230, 239-241, Lippincott
berbeda atau tidak jauh berbeda. Dan Williams & Wilkins a Wotters
didapatkan hasil tidak menunjukan Kluver Company, Philadelphia
perbedaan yang signifikan untuk aktivitas Ardana M, Aeyni V, Ibrahim. 2015.
antibakteri pada konsentrasi 0,5 %, 1 %, Formulasi dan Optimasi Basis Gel
1,5 % dan untuk konsentrasi 1,5 % dengan HPMC (Hidroxy Propyl Methyl
kontrol (+) didapatkan hasil bahwa tidak Cellulose) dengan Berbagai
Variasi Konsentrasi. J. Trop
menunjukan perbedaan yang signifikan
Pharm Chem. 2 (3) :101-108.
juga, maka diperoleh hasil bahwa setiap
Ayoola, G.A., 2008. Phytochemical
konsentrasi memiliki aktivitas antibakteri
screening and antioxidant activities
tetapi yang paling tinggi dan baik of some selected medicinal plants
digunakan ialah gel ekstrak etanol Sereh used for malaria therapy in
konsentrasi 1,5 %.
Southwestern Nigeria.Tropical

309
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493

Journal of Pharmaceutical Sulistyo, 1971. Farmakologi dan Terapi.,


Research 7(3):1019-1024. Liberti. Yogyakarta.
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar
fisiologi tumbuhan. Gramedia,
Jakarta.
Swanson, J. K., 2003, Antibiotic
Ewansiha, J. U., Garba, S. A., Mawak, J. Resistence of Propionibacterium
D., dan Oyewole, O. A. 2012. acnes in Acne Vulgaris,
Antimicrobial Activity of Dermatology Nursing, 15 (4) :
Cymbopogon citratus (Lemon 359-362.
Grass) and It’s Phytochemical
Tranggono, Retno Iswari, Latifah,
Properties. Frontiers in Science.
Fatmah. 2007. Buku pegangan
2(6):214-220.
Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sigla, A.K. 2002. Spreading of
Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi
Semisolid Farmulation : An
Farmasi. UGM Press, Yogyakarta.
Update.Pharmaceutical Tecnology.
Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun
Leung AY, Foster S. 1996. Encyclopedia
of common natural ingredients used Ilmu Kosmetik Medik. UI Press,
in food, drugs and cosmetic. Ed ke- Jakarta.
2. New York:John Wiley & Sons. Wyatt, E, Sutter, S. H., Drake, L. A. 2001.
Martin, A., Swarbick, J., dan A. Dermatologi Pharmacology, in
Cammarata. 1993. Farmasi Fisik Goodman and Gilman’s The
2. Edisi III. UI Pres, Jakarta Pharmacological Basis of
McCabe, J. F., Walls, W. G. 2008. Therapeutics. McGraw-Hill, New
Applied Dental Materials, 9th ed.
York.
Blackwell Publishing, London.
Onawunmi, G.O., Yisak, W.A.B. and
Ogunlana, E.O. 1984. Antibacterial
constituents in the essential oil of
Cymbopogon citrates (DC.) Stapf.
Journal Ethnophycology.12: 279-
286.
Poeloengan, M. 2009. Pengaruh Minyak
Atsiri Serai (Andropogon citratus
DC.) Terhadap Bakteri Yang
Diisolasi Dari Sapi Mastitis
Subklinis. Balai Besar Penelitian
Veteriner, Bogor.
Risfaherri and Ma'mun. 1995.
Characteristics of lemon grass and
citronella oils from leaves and
stalks. Spice and Medical Corps.
3(2):24-30.
Sastrapradja, S.,. 1978. Tanaman Obat
Yang Digunakan. Lembaga
Biologi Nasional-LIPI. Bogor.

310

You might also like