Gossypium Barbadense Staphylococcus Epidermidis Propionibacterium Acnes
Gossypium Barbadense Staphylococcus Epidermidis Propionibacterium Acnes
Gossypium Barbadense Staphylococcus Epidermidis Propionibacterium Acnes
DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2020.v09.i01.p08
pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607
Jurnal Farmasi Udayana, Vol 9, No 1, Tahun 2020, 52-61
ABSTRACT
Gossypium barbadense L. is one of the plants that have the potential to be developed into an antibacterial agent.
This study aims to determine the antibacterial activity of chemical compounds in ethanol extract of Gossypium
barbadense L. leaves against Staphylococcus epidermidis and Propionibacterium acnes bacteria which are characterized by the
formation of inhibitory zones. Extraction of Gossypium barbadense L. leaves was carried out by maceration using
ethanol 96%. Antibacterial activity testing was carried out by agar diffusion method with a cylinder plate technique
and the extract was made a concentration series. TLC bioautography and chromogenic reagents are used in the
identification of the secondary metabolites that have antibacterial activity. The results showed that the ethanol
extract of Gossypium barbadense L. leaves gave the greatest inhibition at 50% extract concentration with a diameter
of 12.28 ± 0.63 mm against Staphylococcus epidermidis and 70% extract concentration against Propionibacterium
acnes bacteria with a diameter of 11.40± 032 mm. Flavonoids are the secondary metabolites compounds to be
responsible for antibacterial activity.
Keywords: Antibacterial, Gossypium barbadense L. Leaves, Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis
ABSTRAK
Kapas (Gossypium barbadense L.) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi dapat dikembangkan menjadi
agen antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan antibakteri senyawa kimia di dalam ekstrak
etanol daun kapas terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes yang ditandai dengan
terbentuknya zona hambat. Ekstraksi daun kapas dilakukan secara maserasi menggunakan etanol 96%. Pengujian
aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar dengan teknik sumuran dan ekstrak uji dibuat seri
konsentrasi. Kromatografi lapis tipis (KLT) bioautografi dan pereaksi kromogenik digunakan dalam identifikasi
golongan senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
kapas dengan konsentrasi 50% memberikan daya hambat terbesar terhadap Staphylococcus epidermidis dengan
diameter 12,28±0,63 mm sedangkan ekstrak etanol 70% memberikan aktivitas terbesar terhadap Propionibacterium
acnes dengan diameter 11,40±0,32 mm. Golongan senyawa yang diduga bertanggung jawab terhadap aktivitas
antibakteri yaitu golongan flavonoid.
Kata kunci: Antibakteri, Daun Kapas (Gossypium barbadense L.), Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis
DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2020.v09.i01.p08
pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607
Jurnal Farmasi Udayana, Vol 9, No 1, Tahun 2020, 53-62
Daun kapas memiliki kandungan kimia (Pyrex), jarum ose, pinset, chamber, lampu spritus,
bioaktif seperti flavonoid, fenolik, alkaloid, inkubator (Eyela®), shaker water bath (Grant),
glikosida, dan saponin [6]. Selain itu, daun kapas jangka sorong (Tricle Brand), Laminary Air Flow
juga memiliki senyawa triterpenoid dan (Stream Line), lampu UV 254nm dan 366nm,
seskuiterpenoid. Terdapat sembilan belas micropipet 10µL – 100µL (Socorex) dan pencadang
komponen kimia dari 92,6% total fraksi minyak baja (sumuran).
esensial daun kapas. Kandungan kimia dari ekstrak Bahan
daun kapas tersebut antara lain tricyclene (29,6%), Daun kapas diperoleh dari Desa Dolo,
bornyl acetate (18,6%), α-pinene (12,8%), α-terpinene Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi,
(11,1%), isoledene (6,0%), β-pinene (5,4%), ρ-cymene Sulawesi Tengah dan telah diidentifikasi di
(2,1%) dan terpinolene (2,0%). Komponen kimia Laboratorium Biodiversitas Jurusan Biologi
tersebut telah menunjukkan beberapa potensi FMIPA Universitas Tadulako, isolat bakteri
biologis seperti antimikroba, insektisida dan Staphylococcus epidermidis, isolat bakteri
sitotoksik [2]. Selain itu, daun kapas juga Propionibacterium acnes yang diperoleh dari UPT
mengandung senyawa glikosida sianogenik [7]. Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi
Hasil uji antibakteri ekstrak metanol daun Tengah, medium nutrien agar, medium agar darah,
kapas (Gossypium barbadense L.) memiliki zona akuades, larutan standar 0,5 Mc. Farland I, etanol
hambat terhadap pertumbuhan bakteri 96% (Merck), kloramfenikol 0,1%, larutan
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 30 mg/mL fisiologis NaCl 0,9% (Otsuka), Dimetil Sulfoksida
sebesar 16 mm [3]. Bakteri tersebut merupakan (DMSO), lempeng KLT GF254(Merck), asam sulfat
salah satu bakteri penyebab jerawat [8]. (H2SO4) 10%, pereaksi besi (III) klorida (FeCl3)
Berdasarkan potensi antibakteri terhadap bakteri 1%, pereaksi anisaldehid-asam sulfat, pereaksi
genus Staphylococcus, maka dapat diasumsikan Lieberman-Burchard, pereaksi aluminium klorida
ekstrak daun kapas diduga memiliki potensi (AlCl3) 1%, dan pereaksi Dragendorf.
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis. Telah diketahui bakteri yang umum Ekstraksi Sampel
menginfeksi jerawat adalah Staphylococcus epidermidis, Ditimbang sebanyak 140,09 gram serbuk
Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acnes simplisia, dimaserasi dengan 1,5 liter etanol 96%
[9,10]. Bakteri-bakteri penyebab jerawat dapat selama 3 hari dan dilakukan pengadukan setiap
menghidrolisis lemak yang memecah asam lemak harinya. Selanjutnya disaring, filtrat dipekatkan
bebas dari lipid kulit sehingga menyebabkan dengan rotary evaporator pada suhu 50°C lalu
peradangan [11]. Akibat peradangan tersebut diuapkan sisa pelarutnya dengan oven pada suhu
menyebabkan bakteri berproliferasi dan 500C sampai menjadi ekstrak kental.
memperparah lesi jerawat [12]. Berdasarkan hal Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
tersebut, perlu dilakukan uji aktivitas daun kapas Sebanyak 2 ose bakteri uji hasil peremajaan,
sebagai antibakteri khususnya penyebab jerawat disuspensikan dalam 2 mL NaCl fisiologis dalam
yaitu Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium tabung reaksi steril dan dihomogenkan dengan
acnes. vortex selama 15 detik, kemudian kekeruhannya
dilihat dengan membandingkan kekeruhan standar
2. METODE 0,5 Mc. Farland I (konsentrasi bakteri 1,5 x 108
Alat CFU/mL).
Seperangkat alat ekstraksi, oven (Shellab®),
vacum rotary evaporator (EYELA), timbangan digital Pembuatan Media
(ADAM), autoklaf (Hirayama), tabung reaksi a. Medium Nutrien Agar
(Pyrex®Iwaki), labu ukur 50 mL (Pyrex®Iwaki), Sebanyak 4 gram media Nutrien Agar (NA)
labu ukur10 mL (Pyrex®Iwaki), vortex (OMNI dilarutkan dalam 200 mL akuades steril.
International), Erlenmeyer (Pyrex) 50,250,500 mL, Media dipanaskan sampai mendidih.
gelas ukur 100mL (IWAKI), gelas kimia 100 mL Dilakukan pengadukan dengan menggunakan
53
Nugrahani dkk.
DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2020.v09.i01.p08
pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607
Jurnal Farmasi Udayana, Vol 9, No 1, Tahun 2020, 53-62
magnetic stirer untuk memastikan media terlarut etanol daun kapas dalam setiap µL) sebesar 0,1
sempurna. Setelah media terlarut sempurna, sampai 0,7 mg/µL. Pengujian dilakukan 3 kali
kemudian diautoklaf pada suhu 121° C selama pengulangan.
15 menit, lalu ditunggu sampai suhu hangat Sebagai pembanding digunakan empat macam
(40⁰C- 45⁰C) [13]. kontrol yaitu:
b. Medium Agar Darah a. Kontrol positif = Kloramfenikol 0,1%
Sebanyak 38 gram Mueller Hinton Agar b. Kontrol negatif= DMSO
(MHA) dilarutkan ke dalam 1000 mL akuades c. Kontrol media NA dan media Agar Darah
steril dan dipanaskan selanjutnya disterilkan di d. Kontrol bakteri Staphylococcus epidermidis dan
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit Propionibacterium acnes
dinginkan media sampai suhu hingga 45-
50°C. Ditambahkan 5% darah domba segar. KLT Bioautografi
Kemudian darah domba segar dituangkan ke Suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis dan
dalam labu berisi MHA [14]. Propionibacterium acnes sebanyak 0,1 mL
diinokulasikan pada 20 mL media agar darah dan
Larutan Uji media NA steril di dalam cawan petri yang
Larutan uji dibuat dengan menimbang 225 dilakukan secara aseptik. Media agar dibiarkan
mg ekstrak kemudian dilarutkan dalam 225 µL memadat, kemudian lempeng KLT yang telah
DMSO. Selanjutnya diencerkan menjadi dielusi dengan eluen, diuapanginkan dan
konsentrasi 70% sampai 10% dengan pelarut selanjutnya diletakkan di atas permukaan media
DMSO. agar yang sudah padat. Lempeng kemudian
Pengujian Aktivitas Antibakteri dibiarkan berdifusi selama 30 menit, selanjutnya
Pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak lempeng tersebut dipindahkan. Cawan petri
etanol daun kapas terhadap Staphylococcus epidermidis kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
dan Propionibacterium acnes dilakukan dengan jam dalam kondisi aerob untuk Staphylococcus
menggunakan metode difusi agar teknik sumuran. epidermidis sedangkan untuk Propionibacterium acnes
Medium NA untuk bakteri Staphylococcus epidermidis pada suhu 37°C selama 72 jam dalam kondisi
dan medium agar darah untuk Propionibacterium acnes anaerob. Zona hambat yang terlihat pada media
yang masih berbentuk cairan dituang ke dalam agar dibandingkan dengan hasil pengamatan
cawan petri steril ± 10 mL dan dibiarkan lempeng KLT pada sinar tampak dan dibawah
memadat sebagai lapisan dasar. Setelah agar lampu UV (254 dan 366 nm) serta pereaksi
memadat, ditanam pencadang baja pada penampak noda [15,16].
permukaan lapisan dasar yang diatur jaraknya agar
daerah pengamatan tidak bertumpu. Kemudian 3. HASIL
suspensi bakteri sebanyak 0,1 mL diinokulasikan ke
dalam media yang masih cair, dihomogenkan dan Hasil maserasi serbuk simplisia daun kapas
dituang ke dalam cawan petri sebanyak 20 mL menggunakan pelarut etanol 96% menghasilkan
sebagai lapisan kedua, ditunggu hingga memadat. rendemen sebesar 3,51 %. Hasil ini lebih rendah
Selanjutnya pencadang diangkat menggunakan jika dibandingkan yang telah dilakukan oleh
pinset sehingga terbentuk sumur–sumur yang akan Hasniar dkk (2015) yang menghasilkan rendemen
digunakan dalam uji bakteri. Variasi konsentrasi 11,57% [17]. Hal ini dapat terjadi karena adanya
larutan uji yang digunakan yaitu 10%, 20%, 30%, perbedaan tempat tumbuh dari sampel yang
40% dan 50% untuk Staphylococcus epidermidis serta digunakan, sehingga mengakibatkan perbedaan
20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% untuk dari banyaknya kandungan senyawa yang
Propionibacterium acnes. Larutan uji dimasukkan ke dihasilkan. Tempat tumbuh dapat mempengaruhi
dalam sumuran yang sudah dibuat sebelumnya kondisi curah hujan, ketinggian wilayah dan sinar
sebanyak 50 µL menggunakan mikropipet, matahari sehingga akan mempengaruhi fotosintesis
sehingga diperoleh loading dose (jumlah ekstrak tanaman [18,19].
54
Nugrahani dkk.
DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2020.v09.i01.p08
pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607
Jurnal Farmasi Udayana, Vol 9, No 1, Tahun 2020, 53-62
Tabel 1. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kapas terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis
Zona hambat
Loading (mm)
Konsentrasi Rata-rata zona hambat
Sampel Uji dose
(%) Replikasi (mm)±SD
(mg/μL)
1 2 3
Ekstrak Etanol 10 0,1 8,28 8,91 9,10 8,76±0,42
20 0,2 8,90 9,12 9,78 9,26±0,45
30 0,3 9,62 9,71 11,10 10,14±0,82
40 0,4 10,40 10,40 11,90 10,90±0,86
50 0,5 11,91 11,73 12,90 12,28±0,63
Kontrol Negatif 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00±0,00
Kontrol Positif 0,1 0,001 21,9
Kontrol Media Steril
Kontrol Bakteri Positif
Tabel 2. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kapas terhadap bakteri
Propionibacterium acnes
Zona hambat
Loading (mm)
Rata-rata zona
Konsentrasi
Sampel Uji dose hambat
(%) Replikasi
(mg/μL) (mm) ± SD
1 2 3
Ekstrak Etanol 20 0,2 7,54 7,17 8,10 7,60±0,46
30 0,3 8,16 8,48 9.01 8,32±0,22
40 0,4 9,37 9,76 9,90 9,67±0,27
50 0,5 9,97 10,10 10,36 10,14±0,19
60 0,6 10,20 10,79 10,91 10,63±0,38
70 0,7 11,53 11,04 11,65 11,40±0,32
Kontrol Negatif 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00±0,00
Kontrol Positif 0,1 0,001 23,8
DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2020.v09.i01.p08
pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607
Jurnal Farmasi Udayana, Vol 9, No 1, Tahun 2020, 53-62
56
Nugrahani dkk.
DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2020.v09.i01.p08
pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607
Jurnal Farmasi Udayana, Vol 9, No 1, Tahun 2020, 53-62
DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2020.v09.i01.p08
pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607
Jurnal Farmasi Udayana, Vol 9, No 1, Tahun 2020, 53-62
Kontrol negatif berupa DMSO tidak memberikan KLT bioautografi. Berdasarkan hasil identifikasi,
aktivitas antibakteri. Kontrol bakteri dinyatakan senyawa yang diduga memberikan aktivitas
fertile karena media ditumbuhi oleh bakteri uji penghambatan adalah senyawa golongan
secara merata dan media sebagai kontrol flavonoid. Hal ini dikarenakan pada hasil visualisasi
dinyatakan steril ditandai dengan tidak adanya noda pada plat KLT setelah disemprotkan dengan
pertumbuhan bakteri di dalamnya. pereaksi aluminium klorida menghasilkan noda
yang berwarna kuning [26] dan dengan pereaksi feri
KLT Bioautografi klorida berwarna biru kehitaman [27]. Senyawa
Pengujian KLT bioautografi untuk flavonoid adalah bagian dari kelompok senyawa
menemukan suatu senyawa antibakteri yang belum fenolik, sehingga memberikan hasil yang positif
teridentifikasi dengan cara melokalisir aktivitas dengan pereaksi feri klorida. Mekanisme kerja
antibakteri tersebut pada suatu kromatogram. flavonoid sebagai antibakteri diduga melalui
Tahapan yang dilakukan ialah ekstrak etanol daun penghambatan fungsi membran sitoplasma dalam
kapas dilarutkan dengan kloroform : metanol (1:1) hal ini seperti yang ditunjukkan oleh galangin yang
lalu ditotolkan pada lempeng KLT, kemudian dapat menyebabkan peningkatan yang nyata pada
dielusi menggunakan etil asetat : butanol (7:2) kehilangan kalium dari sel S. aureus, yang
sampai batas atas lempeng KLT. Pemilihan mengindikasikan kerusakan langsung pada
perbandingan eluen tersebut memberikan membran sitoplasma dari dinding sel S. aureus [28].
pemisahan terbaik. Hal tersebut dapat dilihat Selain itu juga dapat melalui penghambatan sintesis
dengan adanya noda yang terpisah dengan baik. asam nukleat bakteri. Hal ini seperti yang telah
Kemudian dibiarkan beberapa saat untuk ditunjukkan oleh aktivitas genistein [29].
menghilangkan pelarutnya dan dikontakkan di Selanjutnya, flavonoid dapat menghambat
permukaan medium padat berisikan masing- pertumbuhan bakteri melalui penghambatan
masing inokulum Staphylococcus epidermidis dan metabolisme energi, misalnya apigenin dan
Propionibacterium acnes. Lempeng diangkat dan naringenin mengubah membran luar dan
media diinkubasi selama 1x24 jam. Pengamatan sitoplasma sel E.cloacae, akibatnya mengganggu
dilakukan dengan melihat permukaan media yang pertukaran nutrisi dan metabolit dan akhirnya
membentuk zona yang jernih. menghambat pasokan energi untuk bakteri [30].
Hasil KLT bioautografi pada ekstrak etanol Dalam ulasan lain, hambatan sintesis membran sel
daun kapas menunjukkan aktivitas antibakteri yang dan efek agregat secara keseluruhan sel-sel bakteri
terlokalisir pada kromatogram ditandai dengan juga telah dianggap sebagai mekanisme yang
adanya zona hambat pada permukaan media yang mungkin dari aktivitas antibakteri flavonoid
terlihat seperti gambar 2. [31,32].
DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2020.v09.i01.p08
pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607
Jurnal Farmasi Udayana, Vol 9, No 1, Tahun 2020, 53-62
DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2020.v09.i01.p08
pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607
Jurnal Farmasi Udayana, Vol 9, No 1, Tahun 2020, 53-62
60
Nugrahani dkk.
DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2020.v09.i01.p08
pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607
Jurnal Farmasi Udayana, Vol 9, No 1, Tahun 2020, 53-62
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
61