Admin, MPC13
Admin, MPC13
Admin, MPC13
Uji Aktivitas Minyak Atsiri Daun Pala (Myristica fragrans Houtt.) Sebagai Antibakteri
Activity Test of Nutmeg Leaf Essential Oil (Myristica fragrans Houtt.) as Antibacterial
Abstract
Antibacterials are compounds that are useful in controlling bacterial growth that can harm humans
and avoid pathogens that can be a source of disease for the body. Nutmeg essential oil (Myristica
fragrans Houtt.) Is known to contain various compounds including flavonoids, alkaloids, phenols and
terpenoids which can be used as antibacterial agents. The purpose of this study was to determine the
activity of nutmeg essential oil as an antibacterial. The antibacterial test method uses the well
diffusion method using a 6 mm buffer. Nutmeg essential oil is made in 4 concentration series, namely
F1 (40%), F2 (60%), F3 (80%), F4 (100%), 10% DMSO control. The data analysis method is a
descriptive method in the form of data that is presented in the form of tables and figures. The results
of the antibacterial activity test showed that the essential oil of nutmeg leaves had antibacterial
activity against Escherchia coli, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, Pseudomonas aeruginosa,
Bacillus subtilis, and Staphylococcus epidermidis in the best concentrations, namely 100%
respectively of 6.79mm ± 0.67; 5.56mm ± 0.18; 6.75mm ± 0.82; 14.61mm ± 1.10; 17.03 mm ± 3.90;
5.39mm ± 0.75; control there is no antibacterial activity. The response of each bacteria was
medium-strong and the best concentration was taken from the highest concentration because the
higher the essential oil concentration of nutmeg leaves, the greater the bacterial inhibitory activity.
Abstrak
Antibakteri merupakan senyawa yang bermanfaat dalam pengendalian pertumbuhan bakteri yang
dapat membahayakan manusia serta menghindari patogen yang bisa menjadi sumber penyakit bagi
tubuh. Minyak atsiri daun pala (Myristica fragrans Houtt.) diketahui mengandung berbagai senyawa
antara lain yaitu flavonoid, alkaloid, fenol, dan terpenoid yang dapat dimanfaatkan sebagai
antibakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas minyak atsiri daun pala pala sebagai
antibakteri. Metode pengujian antibakteri menggunakan metode difusi sumuran menggunakan
pencadang sebesar 6 mm. Minyak atsiri daun pala dibuat dalam 4 seri konsentrasi yaitu F1 (40%), F2
(60%), F3 (80%), F4 (100%), kontrol DMSO 10%. Metode analisis data adalah metode deskriptif
yaitu berupa data yang disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil pengujian aktivitas
antibakteri menunjukkan bahwa minyak atsiri daun pala memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Escherchia coli, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus
subtilis, dan Staphylococcus epidermidis dalam konsentrasi terbaik yaitu 100% berturut-turut sebesar
6.79mm±0.67; 5.56mm±0.18; 6.75mm±0.82; 14.61mm ±1.10; 17.03 mm±3.90; 5.39mm±0.75;
kontrol nya tidak terdapat aktivitas antibakteri. Respon dari masing-masing bakteri dari sedang-kuat
dan dengan konsentrasi terbaik diambil dari konsentrasi tertinggi karena semakin tinggi konsentrasi
minyak atsiri daun pala, semakin besar aktivitas penghambatan bakteri.
DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v13i1.448
mengetahui efektivitas minyak atsiri daun pala ml diatas medium lalu dihomogenkan.
sebagai antibakteri. Sehingga daun pala dapat Kemudian ditambahkan 5 ml medium sebagai
dijadikan alternatif pengganti zat kimia lapisan kedua dan dihomogenkan, setelah
sebagai bahan antibakteri dari bahan alam memadat dibuat lubang sumuran
yang lebih aman. menggunakan pencadang dengan diameter 6
mm. Diteteskan sampel uji ke dalam lubang
2. Metode Penelitian sumuran. Diinkubasi pada suhu 37℃ selama
24 jam. Lalu dilakukan pengamatan dengan
mengukur zona hambat yang terbentuk
2.1 Alat dan Bahan
menggunakan mikrometer sekrup.
Alat yang digunakan adalah Gelas kimia,
Batang pengaduk, Bunsen, Cawan Petri, 2.5 Analisis Data
Corong kaca, Erlenmeyer, Hot plate, Laminar Analisis data diperoleh dengan
Air Flow (LAF), Mikrometer sekrup, menggunakan metode data deskriptif dengan
Pencadang, Pinset, Botol coklat, Labu ukur, tabel dan gambar, dimana diameter zona
Pipet ukur, Propipet, Pipet tetes, Spoid dan hambat yang terbentuk pada media kultur
Timbangan analitik. Bahan yang digunakan bakteri uji yang didifusikan dengan antibakteri
adalah Aquadest, Biakan Bakteri Escherchia minyak atsiri daun pala dilihat dan diukur
coli, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, panjang diameternya.
Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, dan
Staphylococcus epidermidis, Minyak atsiri daun 3. Hasil dan Pembahasan
pala, Etanol 96%, Nutrient Agar (NA), Spiritus,
NaCl 0,9% dan Dimetil sulfoksida (DMSO). Penelitian ini dilakukan dengan
pembelian minyak atsiri daun pala di toko
2.2 Identifikasi Minyak Atsiri Daun Pala @Aprillharap yang kemudian diidentifikasi
minyak atsiri daun pala yang sudah dibeli
Identifikasi minyak atsiri daun pala dapat
melalui warna dan bau menggunakan panca
dianalisis dengan memperhatikan warna dan
indera, hal ini bertujuan mengetahui
bau dari minyak atsiri daun pala secara visual.
kemurnian dari minyak atsirinya.
2.3 Persiapan Suspensi Biakan Bakteri Uji
Pengidentifikasian kemurnian minyak atsiri
daun pala dari warna dan bau secara visual
Biakan murni bakteri uji yang telah sudah ter-Standar Nasional Indonesia (SNI)
diremajakan dalam medium Nutrient Agar sesuai dengan hasil identifikasi minyak atsiri
(NA) diambil dengan 1 ose yang telah daun pala yang terlampir pada tabel 1.
dipijarkan terlebih dahulu, lalu dimasukkan
kedalam larutan NaCl steril 0,9% sebanyak 10
ml, kemudian dihomogenkan. Selanjutanya Tabel 1. Hasil identifikasi minyak atsiri daun pala
hasil dari pengenceran tersebut diambil Standar mutu
Identifikasi Hasil
sebanyak 2,5 ml , kemudian dimasukkan SNI 06-2388-2006
Tidak berwarna-bening Bening
kedalam tabung reaksi lain yang telah berisi Warna
kekuningan kekuningan
NaCl steril 0,9% sebanyak 7,5 ml. Sehingga Bau Khas minyak pala Khas minyak pala
didapatkan suspensi bakteri dengan
perbandingan 1:40.
dengan tujuan penelitian, kemudian lubang juga sampai ke bawah. Pembuatan sumuran
diisi dengan sampel yang akan diuji. Setelah memiliki beberapa kesulitan seperti
dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri terdapatnya sisa-sisa agar pada suatu media
diamati untuk melihat ada tidaknya daerah yang digunakan untuk membuat sumuran,
hambatan di sekeliling lubang.Metode selain itu juga besar kemungkinan media agar
sumuran memiliki kelebihan yaitu lebih retak atau pecah disekitar lokasi sumuran
mudah mengukur luas zona hambat yang sehingga dapat mengganggu proses peresapan
terbentuk karena bakteri beraktivitas tidak [5].
hanya di permukaan atas nutrien agar tetapi
Gambar 1. Uji aktivitas antibakteri minyak atsiri daun pala terhadap bakteri (a) Escherchia coli, (b) Staphylococcus aureus,
(c) Vibrio cholerae, (d) Pseudomonas aeruginosa, (e) Bacillus subtilis, (f) Staphylococcus epidermidis.
Tabel 2. Hasil diameter zona hambat uji aktivitas antibakteri minyak atsiri daun pala
Konsentrasi minyak Rata-rata diameter
Bakteri uji Respon zona hambat
atsiri daun pala (%) zona hambat (mm±SD)
Escherchia coli Kontrol - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
40% 4.76 ± 0.97 Lemah
60% 4.88 ± 0.45 Lemah
80% 2.94 ± 4.16 Lemah
100% 6.79 ± 0.67 Sedang
Staphylococcus aureus Kontrol - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
40% - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
60% - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
80% 6.09 ± 0.17 Sedang
100% 5.56 ± 0.18 Sedang
Vibrio cholerae Kontrol - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
40% 4.97 ± 0.44 Lemah
60% 6.32 ± 0.60 Sedang
80% 5.69 ± 0.32 Sedang
100% 6.75 ± 0.82 Sedang
Pseudomonas aeruginosa Kontrol - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
40% - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
60% - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
80% 9.43 ± 1.67 Sedang
100% 14.61 ± 1.10 Kuat
Bacillus subtilis Kontrol - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
40% 9.41 ± 7.02 Sedang
60% 7.98 ± 6.47 Sedang
80% 7.35 ± 1.68 Sedang
100% 17.03 ± 3.90 Kuat
Staphylococcus epidermidis Kontrol - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
40% - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
60% 7.21 ± 0.59 Sedang
80% - Tidak terdapat aktivitas antibakteri
100% 5.39 ± 0.75 Sedang
zona hambat, namun pada konsentrasi 40% Hasil uji fitokimia minyak atsiri daun pala
terdapat zona hambat lalu menurun pada mengandung senyawa terpenoid, flavonoid,
konsentrasi 60% dan 80% memiliki respon alkaloid dan saponin. Tanaman pala juga
sedang dan meningkat pada konsentrasi mengandung senyawa triterpenoid dan tannin
100% sebesar 17.03 mm ± 3.90 mm memiliki dalam daunnya, selain itu komponen flavonoid
respon kuat, dan Staphylococcus epidermidis yang terdapat pada daun pala
diameter zona hambatnya tidak berbanding jugamenunjukkan senyawa fenolik [9].
lurus karena diameter kontrol dan konsentrasi Turunan fenol pada minyak atsiri daun pala
40% tidak terdapat zona hambat, kemudian berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses
konsentrasi 60% terdapat zona hambat adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen.
memiliki respon sedang lalu pada konsentrasi Pada kadar rendah terbentuk kompleks
80% tidak terdapat zona hambat dan pada protein fenol dengan ikatan yang lemah dan
konsentrasi 100% terdapat zona hambat segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi
sebesar 5.39 mm ± 0.75 mm memiliki respon fenol ke dalam sel dan menyebabkan
sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat presipitasi (pengikatan silang
Zeniusa et al, [6]. bahwa zona hambat <5 mm molekul-molekul antigen yang terlarut dalam
dimasukkan ke dalam respon hambat lemah, cairan tubuh.) serta denaturasi (perubahan
zona hambat 5-10 mm dimasukkan ke dalam struktur protein dikarenakan adanya
respon hambat sedang, zona hambat 11-20 kerusakan atau putusnya sebagian ikatan
mm dimasukkan ke dalam respon hambat ikatan dalam protein) protein. Pada kadar
kuat, dan zona hambat >20 mm dimasukkan tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein
ke dalam respon hambat sangat kuat. dan sel membran lisis [4]. Sementara itu,
Berdasarkan gambar dan tabel hasil uji senyawa terpenoid banyak terkandung
aktivitas antibakteri minyak atsiri daun pala, didalam minyak atsiri, hal ini merupakan
dapat diketahui bahwa hasil pengujian dari sesuatu yang baik karena zona bening yang
berbagai variasi konsentrasi dan berbagai terbentuk berkaitan erat dengan senyawa
macam bakteri sangat beraneka ragam. Hal ini organik terpenoid yang terkandung dalam
disebabkan karena kemampuan setiap bakteri minyak atsiri daun pala. Senyawa terpenoid
dalam melawan aktivitas antibakteri dapat bereaksi dengan porin pada membran
berbeda-beda tergantung pada ketebalan dan luar dinding sel bakteri sehingga
komposisi pembentuk dinding selnya [7]. mengakibatkan rusaknya porin. Ketika porin
Variasi konsentrasi yang digunakan rusak dapat menyebabkan berkurangnya
berpengaruh pada zona hambat yang permealibitas dinding sel sehingga sel bakteri
berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi akan kekurangan nutrisi dan akan membuat
mempengaruhi luas zona hambat, konsentrasi pertumbuhannya terhambat [10].
minyak atsiri daun pala semakin rendah maka Secara keseluruhan pada penelitian ini
luas zona hambat juga semakin rendah, pengulangan dalam berbagai konsentrasi
dikarenakan kandungan aktif yang terlarut menunjukkan aktivitas antibakteri dengan
juga semakin sedikit. Mekanisme terbentuknya zona hambat. Hal ini
penghambatan suatu zat antibakteri membuktikan hipotesis dalam penelitian ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu bahwa minyak atsiri daun pala dapat
diantaranya adalah konsentrasi. Semakin menghambat pertumbuhan Escherchia coli,
tinggi konsentrasi bahan yang diuji semakin Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae,
banyak zat aktif yang terkandung di dalamnya, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, dan
sehingga daya penghambatan semakin kuat. Staphylococcus epidermidis.
Daya antibakteri tertinggi terjadi pada
konsentrasi 100%, hal ini disebabkan karena 4. Kesimpulan
minyak atsiri pada perlakuan ini murni,
sehingga konsentrasi senyawa bioaktifnya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji minyak atsiri daun pala dapat menghambat
dibandingkan konsentrasi yang lain dan pertumbuhan bakteri Escherchia coli,
kontrol [8]. Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae,
Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, dan