NASPUBDOK
NASPUBDOK
NASPUBDOK
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh:
WENI SUSANTI
060201076
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh:
WENI SUSANTI
060201076
Pada Tanggal :
07 Agustus 2010
Oleh
Dosen Pembimbing
Suryani, S.Kep.,Ns
ABSTRACT
The Background: The problem of drug abuse (NAPZA) is a very complex problem.
In the healing phase, which is then often happens is that the occurrence of stress.
Stress can affect of various body function disorders and psychiatric disorders. Social
support is one source of stress reduction
The Objective: This study aimed to determine the relationship of social support with
stress on inmates drug abuse (NAPZA) in Narcotics correctional institutions in Class
IIA Sleman Yogyakarta.
The Methods: This research used analytical descriptive correlational research with
cross sectional approach using simple random sampling method that is counted 35
responder. Measured using a questionnaire with a Likert scale. The results stress the
validity of the questionnaire showed 25 valid items from the 30 questionnaire items
and social support showed 28 valid items from 32 items, and reliability test using
Cronbach Alpha test instrument with stress is 0.911 and the instruments of social
support is 0.928. Test hypothesis using Kendall Tau formula.
The Findings: The analysis of social support with stress is -0.702 (> 0) with a value
of significance (p-value) of 0.000 (<0.05) significant manual calculation of 3.22 (>
1.96).
The Conclusion: There is a relationship between social support with stress on
Prisoners in Narcotics correctional institutions Class IIA in Sleman Yogyakarta that
is the higher social support obtained the lower the stress that will be experienced
The Recommendation: More attention to prisoners to the stress experienced by
inmates in particular intellectual stress. And more attention to social support,
particularly support awards.
1
Title of Thesis
2
Student of School of Nursing STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
3
Lecturer of School of Nursing STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN Narkotika Nasional (BNN) berdasarkan
Masalah penyalahgunaan UU no 22 th 1997 pasal 54 serta
Narkotika, Psikotropika dan Zat Kepres no 17 th 2002.
Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah Stres dan depresi dianggap
yang populer dikenal masyarakat sebagai penyakit zaman kita, tidak
sebagai NARKOBA (Narkotika dan hanya berbahaya secara kejiwaan, tapi
Bahan/Obat berbahanya) merupakan juga mewujud dalam berbagai
masalah yang sangat kompleks, yang kerusakan tubuh. Gangguan umum
memerlukan upaya penanggulangan yang terkait dengan stres dan depresi
secara komprehensif dengan adalah beberapa bentuk penyakit
melibatkan kerja sama multidispliner kejiwaan, ketergantungan pada obat
multisektor, dan peran serta masyarakat terlarang, gangguan tidur, gangguan
secara aktif yang dilaksanakan secara pada kulit, perut dan tekanan darah,
berkesinambungan, konsekuen dan pilek, migrain (sakit kepala berdenyut
konsisten. yang terjadi pada salah satu sisi kepala
Akibat langsung penyalahgunaan dan umumnya disertai mual dan
NAPZA yang berujung pada gangguan penglihatan), sejumlah
menguatnya ketergantungan. Secara penyakit tulang, ketidakseimbangan
fisik yaitu penggunaan NAPZA akan ginjal, kesulitan bernapas, alergi, seran
mengubah metabolisme tubuh gan jantung, dan pembengkakan otak.
seseorang. Secara psikis yaitu berkaitan Stres dan depresi bukanlah satu-
dengan berubahnya beberapa fungsi satunya penyebab semua ini, namun
mental, seperti rasa bersalah, malu dan secara ilmiah telah dibuktikan bahwa
perasaan nyaman yang timbul dari penyebab gangguan-gangguan
mengkonsumsi NAPZA. Dan secara kesehatan semacam itu biasanya
sosial yaitu dampak sosial yang bersifat kejiwaan.
memperkuat pemakaian NAPZA. Stres yang menimpa begitu
Berbagai upaya telah banyak banyak orang adalah suatu keadaan
dilakukan oleh pemerintah dalam batin yang diliputi kekhawatiran akibat
rangka memerangi narkoba. Untuk perasaan seperti takut, tidak aman,
mengkoordinasikan penanganan ledakan perasaan yang berlebihan,
masalah tersebut pemerintah sejak cemas dan berbagai tekanan lainnya,
tahun 2002 telah membuat suatu Badan yang merusak keseimbangan tubuh.
yang mengurusnya yaitu Badan Ketika seseorang menderita stres,
tubuhnya bereaksi dan membangkitkan kembali NAPZA. Dalam penjelasan
tanda bahaya, sehingga memicu yang bersifat umum, stres muncul
terjadinya beragam reaksi biokimia di diakibatkan adanya stresor. Berbagai
dalam tubuh. Stres kejiwaan memiliki sumber menyebutkan bahwa dukungan
dampak penting pada sistem kekebalan sosial merupakan salah satu sumber
dan berujung pada kerusakannya. Saat penanggulangan terhadap stres yang
dilanda stres, otak meningkatkan penting, selain konstitusi, intelegensia,
produksi hormon kortisol dalam tubuh, sumber keuangan, agama, hobi dan
yang melemahkan sistem kekebalan. cita-cita (Sadock, 2003). Banyak studi
Atau dengan kata lain, terdapat epidemiologi sosial yang menyebutkan
hubungan langsung antara otak, sistem bahwa adanya dukungan sosial dapat
kekebalan tubuh dan hormon. mengurangi efek stres, sehinggga
Pengkajian terhadap stres mengurangi insidensi penyakit (Mc
kejiwaan atau stres raga telah Dowell&Newell, 1996).
mengungkap bahwa selama stres berat Berdasarkan studi pendahuluan
berlangsung terjadi penurunan pada yang dilakukan di Lembaga
daya kekebalan yang berkaitan dengan Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA
keseimbangan hormonal. Stres merusak Sleman Yogyakarta pada tanggal 30
keseimbangan alamiah dalam diri Juni 2010 diperoleh data jumlah
manusia. Mengalami keadaan yang Narapidana yang berada di Lembaga
tidak normal ini secara terus-menerus Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA
akan merusak kesehatan tubuh, dan Sleman Yogyakarta adalah sebanyak
berdampak pada beragam gangguan 138 orang, yaitu 135 orang laki-laki,
fungsi tubuh. dan 3 orang perempuan. Berdasarkan
Dalam tahap penyembuhan, hal wawancara tidak terstruktur oleh
yang kemudian sering terjadi adalah beberapa Narapidana di Lembaga
timbulnya stres. Stres atau tekanan Pemasyarakatan diketahui bahwa
pikiran ini muncul diantaranya karena beberapa Narapidana merasa
adanya rasa penyesalan, perasaan pikirannya kacau, mudah lupa, mudah
bersalah, merasa tidak dihargai lagi, emosi, merasa tegang bila menghadapi
tidak ada kesempatan kembali ke masalah,bahkan ada yang merasa
masyarakat, tidak adanya dukungan kehilangan semangat hidup. Ini berarti
sosial, dan bahkan mungkin juga didapatkan data bahwa beberapa
muncul akibat keinginan menggunakan Narapidana yang berada di Lembaga
Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA pendekatan waktu yang digunakan
mengalami gejala stres sesuai data pada penelitian ini adalah cross
yang didapatkan dan di sesuaikan sectional, yaitu suatu metode
dengan teori Hawari (2001). Di pengambilan data baik variable bebas
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika maupun terikat dikumpulkan secara
Kelas IIA Sleman Yogyakarta telah bersamaan (Notoatmodjo, 2002)
banyak dilakukan kegiatan pembinaan Variabel penelitian terdiri dari
bagi Narapidana yaitu kegiatan kerja variabel bebas yaitu dukungan sosial,
dan pembinaan kepribadian meliputi variabel terikat yaitu stress dan variabel
bimbingan kemasyarakatan dan pengganggu yaitu tingkat perkembangan,
siraman rokhani dari pondok pesantren pengalaman masa lalu, tipe
Al-Munawir, At-Taurat dan kepribadian, lingkungan, status
Departemen Keagamaan. Untuk pernikahan
menangani masalah psikologis, Definisi Operasional
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Stres : respon narapidana yang berupa
Kelas IIA Sleman Yogyakarta respon fisik, emosional, intelektual dan
bekerjasama dengan Rumah Sakit respon interpersonal yang dirasakan
Grhasia yaitu dengan Mendatangkan narapidana yang pengukurannya
ahli psikologis untuk memberikan dengan skala ordinal.
konseling terhadap permasalahan- Adapun kategorinya adalah:
permasalahan yang dihadapi a. Tinggi : Jumlah skor 76%-
Narapidana. 100%
Berdasarkan data tersebut maka b. Sedang : Jumlah Skor 56%-75%
penulis tertarik untuk melakukan c. Rendah : Jumlah skor kurang
penelitian mengenai hubungan dari 56%
dukungan sosial dengan stres pada Populasi penelitian ini adalah
narapidana penyalahgunaan NAPZA di seluruh Narapidana penyalahguna
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika NAPZA di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Sleman Yogyakarta. Sleman Yogyakarta. Sampel pada
penelitian ini sebanyak 35 narapidana
METODOLOGI PENELITIAN yang diambil dengan metode simple
Penelitian ini menggunakan random sampling.
penelitian deskriptif analitik korelasional Alat pengumpulan data stres
dengan metode kuantitatif. Metode menggunakan kuesioner yang
digolongkan menjadi 4 aspek yaitu dilaksanakan pada bulan Juli 2010 pada
aspek fisik, emosional, intelektual, dan Narapidana penyalahguna NAPZA di
interpersonal. Pengukuran skala stres Lembaga Pemasyarakatan Narkotika
menggunakan skala ordinal yaitu Kelas IIA Sleman Yogyakarta. Hasil
dengan 4 alternatif jawaban, yaitu: uji validitas kuesioner stres
Tidak Pernah (TP), Jarang (JR), Sering menunjukkan 25 item valid dari 30
(SR), dan Selalu (SL). Kuesioner item. Sedangkan kuesioner dukungan
dukungan sosial diukur dengan sosial menunjukkan 28 item valid dari
menggunakan kuesioner ISSB 32 item.
(Inventory of Socially Supportive Keterangan item pertanyaan yang
Behaviours) yang menggunakan skala tidak valid adalah nomor 3, 5, 7, 8 dan
ordinal yang terdiri dari 4 sub variabel, 29. Keterangan item pertanyaan yang
yaitu dukungan informasional, tidak valid adalah item nomor 16, 20,
dukungan emosional, dukungan 23 dan 29.
instrumental dan dukungan Reliabilitas instrumen
penghargaan/penilaian. Penentuan skor menggunakan Rumus Alpha
dihitung dengan skala Likert dengan (Arikunto, 2002). Suatu kuesioner
rentang nilai 1-4. Nilai 1: berarti tidak dikatakan reliabel bila nilai Cronbach
pernah (TP), 2: berarti kadang-kadang Alpha > 0,6. Hasil reliabilitas uji
instrumen stres adalah 0,911 sedangkan
(KK), dan 3: berarti sering (SR), 4:
hasil reliabilitas instrumen dukungan
berarti selalu (SL).
sosial adalah 0,928. Kedua instrumen
Pengumpulan data primer
tersebut menunjukkan hasil > 0,6
dilakukan dengan cara kuesioner
sehingga bisa dikatakan bahwa
diberikan kepada responden. Selama
instrumen stres dan dukungan sosial
pengisian, responden didampingi oleh adalah reliabel.
peneliti dan membimbing apabila ada Metode pengolahan data
responden yang bertanya. Pengisian menggunakan editing (penyuntingan),
kuesioner dilakukan oleh responden coding dan tabulating. Analisa data
sendiri atau bisa juga dibantu oleh menggunakan rumus korelasi Kendal
peneliti tetapi hanya dalam hal teknis Tau (t ). Bila t : 0 berarti tidak ada
saja. Setelah selesai kuesioner hubungan antara kedua variabel
diserahkan kepada peneliti. tersebut, dan jika t > 0 berarti ada
LP, jenis NAPZA yang digunakan dan Tabel 4.4. karakteristik status
pernikahan pada Napi
lama pemakaian. penyalahgunaan NAPZA di
Tabel 4.1. Karakteristik jenis kelamin LP Narkotika
pada Napi penyalahgunaan Status Frekuensi Persentase
NAPZA di LP Narkotika Pernikahan (100%)
Jenis kelamin Frekuensi Persentase Belum menikah 35 100
(%) Sudah menikah 0 0
Laki-laki 35 100 Jumlah 35 100
Perempuan 0 0
Jumlah 35 100 Berdasarkan tabel diatas, semua