Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

The Role of Health Cadres in The Actions of Tuberculosis Cases With Theory Planned Behaviour Approach in Bendosari Public Health

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No.

2 – Juli 2018

Peran Kader Kesehatan dalam Tindakan Penemuan Kasus Tuberkulosis


dengan Pendekatan Theory Planned of Behaviour
di Wilayah Kerja Puskesmas Bendosari
The Role of Health Cadres in the Actions of Tuberculosis Cases with Theory
Planned Behaviour Approach in Bendosari Public Health
1 2
Novi Indah Aderita , Chusnul Chotimah
Poltekkes Bhakti Mulia
adheritanovinda@gmail.com

Abstract: Tuberculosis (TB) in the world continues to increase, in 2012 as many as 8.6 million people,
in 2013 as many as 9 million people and in 2015 as many as 9.6 million people. It is estimated that in
Indonesia every year there are 450,000 new cases, and a third are not yet covered by health services.
TB case finding is the first step in TB prevention activities. Efforts to find TB cases need to involve
many health sectors such as health cadres. The role of health cadres is related to behavioral
interventions with the Theory of Planned Behavior (TPB) approach. This study aims for the role of
health cadres in the action of finding tuberculosis cases with the planned of behavior theory approach
in the work area of the bendosari health center. The design of this study using observational analytic.
The study was conducted in May-June 2017 in the Bendosari Community Health Center work area.
The research subjects were 60 health cadres who were chosen by fixed disease sampling technique.
Endogenous variables consist of: intention and discovery of TB cases. Exogenous variables consist of:
attitudes, norms and behavioral control. Instruments used in data retrieval are questionnaires and
analyzed by path analysis. The results of this study were: intention (b = 4.96; 95% CI = 2.78 to 7.14; p
= 0.001) related to TB case finding. Attitudes (b = 1.87; 95% CI = 0.08 to 3.66; p = 0.040), subjective
norms (b = 1.47; 95% CI = 0.35 to 3.29; p = 0.113), perception of behavioral control (b = 2.31; 95% CI
= 0.92 to 2.69; p = 0.001), related to intention. The results show that the increased intention to directly
improve the discovery of tuberculosis. Increased attitudes, norms and behavioral control directly
increase the intention in the discovery of TB. Collaboration between health cadres and health workers
is needed for TB case finding in the community.
Keyword: Health Caders, Actions of Tuberculosis Cases, Theory of Planned Behaviour

Abstrak: Penyakit tuberkulosis (TB) di dunia terus mengalami peningkatan, tahun 2012 sebanyak 8,6
juta jiwa, tahun 2013 sebanyak 9 juta jiwa dan tahun 2015 sebanyak 9,6 juta jiwa. Diperkirakan di
Indonesia setiap tahun terdapat 450.000 kasus baru, dan sepertiganya belum terjangkau pelayanan
kesehatan. Penemuan kasus TB merupakan langkah pertama kegiatan penanggulangan TB. Upaya
penemuan kasus TB perlu melibatkan banyak sektor kesehatan seperti kader kesehatan. Peran kader
kesehatan berkaitan dengan intervensi perilaku dengan pendekatan Theory of Planned Behavior
(TPB). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kader kesehatan dalam tindakan penemuan
kasus tuberkulosis dengan pendekatan theory planned of behavior di wilayah kerja Puskesmas
Bendosari. Desain penelitian ini dengan menggunakan analitik observasional. Penelitian dilaksanakan
pada Mei–Juni 2017 in wilayah kerja Puskesmas Bendosari. Subjek penelitian berjumlah 60 kader
kesehatan yang dipilih dengan teknik fixed disease sampling. Variabel endogen terdiri dari: niat dan
penemuan kasus TB. Variabel eksogen terdiri dari: sikap, norma dan kendali perilaku.instrumen yang
digunakan dalam pengambilan data adalah dengan kuesioner dan dianalisis dengan path analisis.
Hasil penelitian ini adalah: niat (b= 4.96; 95% CI= 2.78 to 7.14; p= 0.001) berhubungan dengan
penemuan kasus TB. Sikap (b= 1.87; 95% CI= 0.08 to 3.66; p= 0.040), norma subjektif (b= 1.47; 95%
CI= 0.35 to 3.29; p= 0.113), persepsi kendali perilaku (b= 2.31; 95% CI= 0.92 to 2.69; p= 0.001),
berhubungan dengan niat. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan niat meningkatkan secara
langsung penemuan tuberkulosis. Peningkatan sikap, norma dan kendali perilaku meningkatkan
secara langsung niat dalam penemuan TB. Kerjasama antara kader kesehatan dengan tenaga
kesehatan diperlukan untuk penemuan kasus TB di masyarakat.
Kata Kunci: Kader kesehatan, Penemuan Kasus TB, Theory Planned Behaviour

I. PENDAHULUAN paru, namun dapat juga menyerang organ lain


Penyakit tuberkulosis (TB) adalah suatu seperti meningens, ginjal, tulang, usus, pleura,
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh alat kemih dan saluran kencing serta nodus
basil Mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis limfe yang disebut dengan TB ekstra paru
khususnya menyerang paru dan disebut TB (WHO, 2014).
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 160
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) terus kerja. Kader kesehatan adalah anggota
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. masyarakat yang dipercaya untuk menjadi
Pada tahun 2012, kasus TB paru di dunia pengelola upaya kesehatan masyarakat
terdapat 8,6 juta (Kemenkes RI, 2015). (Notoatmodjo, 2010). Upaya untuk menemukan
Berdasarkan data World Health Organization kasus TB di masyarakat dalam rangka
(WHO) tahun 2013 terdapat 9 juta penduduk meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk
dunia telah terinfeksi kuman TB (WHO, 2014). salah satunya peran kader yang perlu diperkuat.
Sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi Model deteksi dini TB oleh kader ini konsisten
9,6 juta dengan kasus TB paru terbanyak dengan salah satu elemen dalam Stop TB
berada di wilayah Afrika (37%), wilayah Asia partnership untuk menghentikan TB yaitu
Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania Timur pemberdayaan pasien dan komunitas sehingga
(17%) (WHO, 2015). dapat mengurangi ketergantungan masyarakat
Prevalensi TB paru tertinggi berdasarkan kepada petugas kesehatan untuk memecahkan
diagnosis dan provinsi yaitu Jawa Barat sebesar masalah kesehatan mereka (Sumartini, 2014).
0,7%, DKI Jakarta dan Papua masing-masing Menjaring suspek TB, memberikan
sebesar 0,6%. Sedangkan Provinsi Riau, pelayanan Komunikasi Edukasi dan Informasi
Lampung, dan Bali merupakan provinsi dengan (KIE) TB juga TB melibatkan peran kader
prevalensi TB paru terendah yaitu masing- kesehatan. Peran adalah seperangkat perilaku
masing sebesar 0,1% (Kemenkes RI, 2015). individu yang diharapkan oleh orang lain sesuai
Penyakit TB paru merupakan penyebab kedudukannya dalam sistem (Kozier et al.,
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung 2010). Maka upaya untuk menguatkan peran
dan saluran pernafasan pada semua kelompok berkaitan dengan intervensi perilaku. Upaya
usia serta nomor satu untuk golongan penyakit untuk melakukan perubahan perilaku pada
infeksi (Jain dan Dixit, 2008). Angka kematian individu, dari yang awalnya kurang atau tidak
akibat penyakit TB di Indonesia dari tahun ke aware terhadap pentingnya melakukan
tahun semakin meningkat. Diperkirakan setiap penemuan kasus TB menjadi aware dengan
tahun 450.000 kasus baru ada sekitar sepertiga pendekatan Theory of Planned Behaviour
penderita di Puskesmas, sepertiga di rumah (TPB). Berdasarkan TPB, perilaku penemuan
sakit dan sisanya belum terjangkau oleh kasus TB dapat diprediksi dan intensi/niat
pelayanan kesehatan (Liestyowati, 2008). melakukan penemuan kasus TB, dan niat
Penemuan kasus tuberkulosis (TB) dipengaruhi oleh sikap tentang perilaku (attitude
merupakan langkah pertama kegiatan toward behaviour), norma subjektif dan kendali
penanggulangan TB. Penemuan dan perilaku yang dipersepsikan (perceived
penyembuhan pasien TB menular, secara behavioral control/PBC). Oleh karena itu,
bermakna dapat menurunkan angka kesakitan peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk
dan kematian akibat TB. Upaya penemuan mengetahui peran kader dalam tindakan
kasus TB perlu melibatkan banyak sektor penemuan kasus tuberkulosis dengan
kesehatan seperti puskesmas, maupun sektor pendekatan theory of planned behavior.
lain seperti kader kesehatan (Depkes RI, 2009).
Rendahnya angka penemuan kasus TB II. METODE PENELITIAN
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, Penelitian ini merupakan penelitian analitik
diantaranya adalah sistem surveilan yang belum observasional menggunakan desain
kuat, kemampuan mendiagnosis penyakit TB korelasional. Penelitian dilaksanakan bulan Mei
yang kurang disertai kurangnya akses ke – Juni 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas
pelayanan kesehatan (WHO, 2014). Kurangnya Bendosari. Jumlah subjek penelitian yang
pengetahuan masyarakat tentang gejala-gejala digunakan sejumlah 60 subjek dengan teknik
awal TB paru dan sistem penjaringan penderita pengambilan subjek fixed disease sampling.
di Puskesmas dalam melakukan anamnesis Teknik pengumpulan data menggunakan
yang belum optimal juga mempengaruhi kuesioner. Analisis data menggunakan path
rendahnya cakupan suspek yang diperiksa analysis
(Dinkes Jateng, 2013).
Upaya untuk meningkatkan angka III. HASIL PENELITIAN
penemuan kasus TB dapat dilakukan oleh 1. Karakteristik Subjek Penelitian
masyarakat dan semua tenaga kesehatan. Karakteristik subjek penelitian dapat
Upaya yang bersumber dari masyarakat dilihat pada tabel 1.
umumnya memperkuat tenaga kesehatan
sehingga masyarakat juga dapat dilibatkan
dalam meningkatkan penemuan kasus TB.
Salah satunya adalah melalui kader kesehatan
yang harus dianggap sebagai mitra atau partner
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 161
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan karakteristik subjek


Karakteristik Frekuensi Prosentase penelitian menunjukkan bahwa seluruh
(%) subjek penelitian berjenis kelamin
Jenis Kelamin perempuan yaitu 100%. Subjek penelitian
Perempuan 66 100 dilihat dari pekerjaan sebagian besar
Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak
Ibu Rumah 46 70.0 70%. Pendapatan keluarga selama satu
Tangga 20 30.0 bulan lebih banyak yang berpenghasilan ≥
Wiraswasta UMR yaitu sebanyak 73%. Sebagian besar
Pendapatan subjek penelitian mempunyai latar
Keluarga 18 27.0 belakang pendidikan SMA yaitu sebanyak
< UMR 48 73.0 56%. Usia subjek penelitian lebih banyak
≥ UMR berusia lebih dari 35 tahun yaitu 73%.
Pendidikan 2. Analisis Jalur
Lulus SD 5 8.00 Hasil pengolahan data menggunakan
Lulus SMP 6 9.00 analisis jalur dengan bantuan STATA 13
Lulus SMA 37 56.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Lulus D1 – D3 12 18.0 a. Spesifikasi Model
Lulus D4 – S1 6 9.00 Model awal dalam analisis jalur dapat
Usia dilihat pada gambar 1.
< 35 Tahun 18 27.0
≥ 35 Tahun 48 73.0

Sikap

binomial binomial

Norma Niat Penemuan


logit logit

Persepsi

Gambar 1. Spesifikasi model analisis jalur

b. Identifikasi Model didapatkan nilai df over identified yang


Variabel terukur sebanyak 5 variabel, berarti analisis jalur bisa dilakukan.
variable endogen sebanyak 2, variabel c. Kesesuaian Model dan Estimasi Parameter
eksogen sebanyak 3, jumlah parameter Model analisis jalur yang dibuat oleh
sebanyak 5. Degree of freedom (df) = peneliti berdasarkan teori dicek
(jumlah variabel terukur x (jumlah variabel kesesuaiannya dengan model hubungan
terukur+1) / 2 (variabel endogen + variabel variabel yang terbaik yang dibuat
eksogen + jumlah parameter) = (5x(5+1)/2 – berdasarkan pada sampel yang
(2 + 3 + 5) = (30/2) – 10 = 15 – 10 = 5. dikumpulkan oleh peneliti.
Identifikasi model pada analisis jalur kali ini

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 162


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

Sikap

1.9

binomial binomial
1.5 5
Norma Niat Penemuan
-2.9 -3.5
logit logit

2.3

Persepsi

Gambar 2. Kesesuaian Model dan Estimasi Parameter

Gambar 2 menunjukkan hasil analisis jalur positif antara sikap dengan niat penemuan
dengan bantuan STATA 13 didapatkan hasil TB yaitu sebesar 1.87, terdapat hubungan
hubungan antara penemuan kasus TB dan positif antara norma subjektif dengan niat
faktor perilaku yang mempengaruhinya. penemuan TB yaitu sebesar 1.47, terdapat
Hasil nilai koefisien pada setiap variabel di hubungan positif antara persepsi kendali
setiap jalur yaitu terdapat hubungan positif perilaku dengan niat penemuan TB yaitu
antara niat dengan keikutsertaan penemuan sebesar 2.31.
TB yaitu sebesar 4.96, terdapat hubungan

Tabel 2. Hasil analisis jalur faktor perilaku yang mempengaruhi penemuan kasus TB

Hubungan variabel dependen dan Koef jalur CI 95% P


independen Batas Batas
Bawah Atas
Direct Effect
Keikutsertaan Penemuan TB  4.96 2.78 7.14 <0.001
Niat (>26)
Indirect Effect
Niat 
Sikap (>38) 1.87 0.08 3.66 0.040
Norma Subjektif (>24) 1.47 0.35 3.29 0.113
Persepsi Kendali Perilaku (>5) 2.31 0.92 2.69 0.001
N Observasi = 66 Keterangan :
Log likelihood =-48.31  = Dihubungkan
AIC = 108.624
BIC = 121.762

Pada Tabel 2 menunjukkan Terdapat hubungan antara norma


bahwa hasil perhitungan menggunakan subjektif dan peningkatan niat kader
software program komputer STATA 13, dalam tindakan penemuan kasus
terdapat hubungan antara sikap dan tuberkulosis, dan hubungan tersebut
peningkatan niat kader dalam tindakan secara statistik mendekati signifikan.
penemuan kasus tuberkulosis, dan Kader yang setuju dengan norma
hubungan tersebut secara statistik subjektif memiliki logit 1.47 lebih tinggi
signifikan. Kader dengan sikap yang dari pada kader yang tidak setuju
positif memiliki logit 1.87 lebih tinggi dari dengan norma subjektif (b= 1.47; CI
pada kader dengan sikap yang negatif 95% = 0.35 sd 3.29; p=0.113).
(b= 1.87; CI 95% = 0.08 sd 3.66;
p=0.040).

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 163


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

Terdapat hubungan antara persepsi dengan penemuan tersangka kasus


kendali perilaku dan peningkatan niat kader tuberkulosis paru di Wilayah Kerja
dalam tindakan penemuan kasus Puskesmas Tlogosari Kulon Kota
tuberkulosis, dan hubungan tersebut secara Semarang dengan nilai PR 2, CI 95%
statistik signifikan. Kader yang persepsi sebesar 1.34-2.98 artinya kader
kendali perilakunya mendukung memiliki kesehatan yang memiliki sikap baik, 2 kali
logit 2.31 lebih tinggi dari pada kader yang akan lebih aktif dalam menemukan
persepsi kendali perilakunya tidak tersangka kasus tuberkulosis paru
mendukung (b= 2.31; CI 95% = 0.92 sd dibandingkan dengan kader kesehatan
2.69; p=0.001). yang memiliki sikap kurang.
Terdapat hubungan antara niat dan Kader kesehatan adalah salah satu
peningkatan keikutsertaan kader dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam
kasus penemuan TB hubungan tersebut Primary Health Care yang dikembangkan
secara statistik signifikan. Kader yang melalui posyandu, merupakan warga
memiliki niat kuat memiliki logit 2.07 lebih masyarakat yang terpilih dan diberi bekal
tinggi dari pada kader yang memiliki niat ketrampilan kesehatan melalui
lemah (b= 4.96; CI 95% = 2.78 sd 7.14; puskesmas setempat. Peran kader
p<0.001). sebagai penggerak atau pengelola upaya
d. Respesifikasi Model kesehatan primer di masyarakat akan
Model dalam penelitian ini sudah dapat berkembang dan berjalan optimal
sesuai dengan data sampel sebagaimana jika kader memilih competent credibility,
ditunjukkan oleh model saturasi dan juga yaitu kemampuan atau ketrampilan di
koefisien regresi yang bernilai lebih dari nol bidang kesehatan sesuai pelatihan yang
serta secara statistik sudah signifikan, maka diikuti di Puskesmas dan safety credibility,
tidak perlu dibuat ulang model analisis jalur. yaitu kepercayaan dari masyarakat.
Kredibilitas penting agar kader dapat
IV. PEMBAHASAN mengembangkan peranannya untuk
1. Hubungan antara Sikap dengan mengelola suatu upaya kesehatan primer.
Peningkatan Niat Kader dalam Tindakan Kepuasan timbul jika kader merasakan
Penemuan Tuberkulosis bahwa kredibilitasnya meningkat dengan
Hasil analisis menunjukkan bahwa aktifitasnya sebagai kader (Notoatmodjo,
terdapat hubungan langsung antara sikap 2010).
dengan peningkatan kader dalam 2. Hubungan antara Norma Subjektif dan
tindakan penemuan tuberkulosis. Peningkatan Niat Kader dalam Tindakan
Hubungan positif dan signifikan. Penemuan Tuberkulosis
Hasil penelitian sebelumnya telah Hasil analisis menunjukkan bahwa
mengungkap adanya hubungan antara terdapat hubungan langsung antara
pengetahuan, sikap dan motivasi kader norma subjektif dengan peningkatan niat
yaitu penelitian Wijaya et al (2013) yang kader dalam tindakan penemuan
menyatakan bahwa terdapat hubungan tuberkulosis. Hubungan positif dan
yang secara statistik signifikan antara mendekati signifikan.
pengetahuan, sikap dan motivasi dengan Norma subjektif atau subjektif norm
aktifitas kader kesehatan dalam adalah sejauh mana seseorang memiliki
pengendalian kasus TB di Kabupaten motivasi untuk mengikuti pandangan
Buleleng. Kader dengan sikap baik orang terhadap perilaku yang akan
memungkinkan kader untuk aktif dilakukannya (normative beliefs). Bila
melakukan aktifitasnya dalam individu merasa hal tersebut adalah hak
penanggulangan kasus TB 8 kali lebih pribadinya untuk menentukan apa yang
besar dibandingkan kader yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh
mempunyai sikap kurang. orang disekitarnya, maka dia akan
Penelitian ini sejalan dengan mengabaikan pandangan orang tentang
penelitian Nisa dan Yunita (2017) yang perilaku yang akan dilakukannya (Ajzen,
menyatakan terdapat hubungan yang 2008).
signifikan antara sikap kader kesehatan

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 164


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

Penelitian ini sejalan dengan penemuan tuberkulosis. Hubungan positif


penelitian Putri (2017) yang menunjukkan dan signifikan.
bahwa ada hubungan yang signifikan Persepsi kendali perilaku
antara norma subjektif dengan niat kader didefinisikan sebagai kemudahan atau
kesehatan dalam kegiatan case finding kesulitan persepsi untuk melakukan
penanggulangan penyakit kusta (p=0.001, perilaku. Kontrol perilaku persepsi ini
RP=7.574, CI=2.402-23.708). Hal ini merefleksikan pengalaman masa lalu dan
sejalan dengan penelitian Fatimah (2013) mengantisipasi halangan-halangan yang
yang menyatakan bahwa norma subjektif ada sehingga semakin menarik sikap dan
yang memiliki dorongan kuat dari orang norma subjektif terhadap perilaku, semakin
terdekat memberi pengaruh yang besar besar persepsi kendali perilaku maka
dalam menentukan suatu perilaku. Hal ini semakin kuat pula niat seseorang untuk
juga didukung hasil penelitian Prianti melakukan perilaku yang sedang
(2016) yang menyatakan bahwa norma dipertimbangkan (Ajzen, 2008).
subjektif berpengaruh secara positif pada Hasil penelitian ini sesuai dengan
niat mahasiswa akuntansi untuk penelitian Putri (2017) yang menunjukkan
melakukan whistlebowling (p=0.002). bahwa terdapat hubungan yang signifikan
Secara umum semakin seseorang antara persepsi kendali perilaku dengan
mempersepsikan bahwa rujukan sosial niat kader kesehatan dalam penemuan
merekomendasikan untuk melakukan kasus TB (p=0.003, RP=0.188, CI=0.060-
suatu perilaku maka orang tersebut akan 0.593). Hal ini sejalan dengan hasil
cenderung merasakan tekanan sosial penelitian Mellisa (2010) yang menyatakan
untuk berniat melakukan perilaku tersebut bahwa ketiga faktor domain yang
dan berlaku juga sebaliknya. Hasil mendukung intensi, persepsi kontrol
penelitian ini juga sejalan dengan hasil perilaku yang memegang peranan penting
penelitian Saptari (2013) yang menyatakan mempengaruhi seseorang dalam
bahwa seseorang yang berada di menentukan minatnya untuk
lingkungan dorongan kuat untuk memanfaatkan layanan kesehatan.
mengambil keputusan maka niat orang Hasil penelitian ini juga sejalan
tersebut akan berperilaku positif. dengan penelitian dari Zia (2015) yang
Norma subjektif berupa dorongan menyatakan bahwa semakin tinggi kendali
dari orang terdekat, keluarga, teman dan perilaku maka akan semakin rendah niat
petugas kesehatan lebih banyak dorongan untuk berperilaku merokok, sebaliknya
lemah dibandingkan dorongan kuat. Hal ini semakin rendah kontrol diri maka semakin
berdasarkan hasil wawancara dengan tinggi niat untuk berperilaku merokok
kader kesehatan, keseluruhan kader yang (p=0.005).
berjumlah 66 orang menyatakan bahwa 4. Hubungan antara Niat dan Peningkatan
keluarga dan teman dekat belum pernah Keikutsertaan Kader dalam Penemuan
mendapat penyuluhan tentang penyakit Tuberkulosis
TB, sehingga tidak memungkinkan untuk Hasil analisis menunjukkan bahwa
ikut membantu penemuan kasus TB. terdapat hubungan langsung antara niat
Dorongan dari petugas kesehatan juga dengan peningkatan keikutsertaan kader
lemah karena berdasarkan pertanyaan dalam tindakan penemuan tuberkulosis.
pada kesioner petugas kesehatan masih Hubungan positif dan signifikan.
belum memberikan perintah secara Niat bisa diartikan sebagai
langsung kepada kader kesehatan untuk kecenderungan seseorang untuk memilih,
ikut membantu dalam kegiatan penemuan melakukan atau tidak melakukan suatu
penyakit TB, sehingga kader kesehatan perilaku. Niat berperilaku dapat
tidak merasa terdorong untuk ikut dalam memprediksi tentang bagaimana
kegiatan tersebut. seseorang bertingkah laku dalam situasi
3. Hubungan antara Persepsi Kendali tertentu akan muncul apabila adanya sikap
Perilaku dan Peningkatan Niat Kader positif, dukungan norma subjektif dan
dalam Tindakan Penemuan Tuberkulosis kemampuan diri untuk melakukan hal
Hasil analisis menunjukkan bahwa tersebut (Ajzen, 2008).
terdapat hubungan langsung antara Hasil penelitian ini sesuai dengan
persepsi kendali perilaku dengan penelitian Putri (2017), yang menyatakan
peningkatan niat kader dalam tindakan pada keseluruhan kader kesehatan yang
menjadi responden dalam penelitian ini
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 165
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

lebih banyak yang tidak berniat untuk ikut Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010). Buku Ajar
membantu dalam kegiatan case finding Fundamental Keperawatan: Konsep,
penyakit kusta yaitu sebanyak 29 kader Proses & Praktik, Volume 1, Edisi: 7.
kesehatan (48.3%) dibandingkan dengan Jakarta : EGC.
kader kesehatan yang berniat yaitu
sebanyak 31 orang (51.7%). Niat dari Liestyowati. (2008). Hubungan Antara Persepsi
kader kesehatan untuk membantu dalam dan Pengetahuan Orang Tua dengan
kegiatan penemuan kasus tuberkulosis Kepatuhan Pengobatan Tuberkulosis
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pada Anak di Kabupaten Sragen.
norma subjektif dan persepsi kendali Surakarta, Universitas Negeri Sebelas
perilaku Maret. Tesis

V. SIMPULAN Mellisa, K. (2010). Hubungan antara Perilaku


Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat Olah Raga, Stress dan Pola Makan
disimpulkan bahwa terdapat hubungan dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut
antara sikap, norma subjektif, persepsi Usia di Posyandu Lansia Kelurahan
kendali perilaku dengan niat penemuan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota
kasus TB. Terdapat hubungan antara niat Surabaya. Jurnal Promkes, Vol. 1, No. 2,
dengan peningkatan keikutsertaan kader p : 111 – 117
dalam penemuan kasus TB. Saran yang
diberikan adalah meningkatkan Nisa. SM, Dyah Yunita. Hubungan antara
pengetahuan dan ketrampilan kader dalam Karakteristik Kader Kesehatan dengan
upaya penemuan kasus TB dengan Praktik Penemuan Tersangka Kasus
kegiatan pelatihan berkala. Tuberkulosis Paru. Jurnal of Health
Education Vol.2 No. 1, 93 – 100
VI. DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. (2008). Theory of Planned Behaviour. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan
Organizational Behaviour and Human Teori dan Aplikasinya (Edisi Revisi).
Decision Processes. Massachusetts, Jakarta : Rineka Cipta.
USA.
http://people.umass.edu/psyc661/pdf/tpb. Putri, Dhea NA. (2017). Hubungan antara Norma
ob.hdp.pdf Subjektif dan Persepsi Kontrol Diri dengan
Niat Kader Kesehatan dalam Kegiatan
Depkes RI. (2009). Buku Saku Kader Case Finding Penanggulangan Penyakit
Penanggulangan TB. Jakarta : Kusta di Wilayah Kerka Puskesmas
Departemen Kesehatan Republik Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017.
Indonesia, p : 44-6 Skripsi

Dinkes Jateng. (2013). Buku Profil Kesehatan Prianti, NIK. (2016). Faktor-Faktor yang
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Mempengaruhi Niat dan Perilaku
Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Whistleblowing Mahasiswa Akuntansi. E-
Jawa Tengah, p : 16 jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 05, No. 12

Fatimah, S (2013). Hubungan antara Saptari. (2013). Hubungan Sikap dan


Pengetahuan Sikap Pasien Infeksi Pengetahuan dengan Niat Mendukung
Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Praktikum Pemberian ASI Eksklusif pada
Pencegahan Penularan IMS di Wilayah Mahasiswa Magister Pria Universitas
Kerja Puskesmas Kom Yos Sudarso Indonesia Tahun 2013. Fakultas
Pontianak. Naskah Publikasi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Kedokteran Universitas Tanjungpura Indonesia. Tesis.

Jain A, Dixit P. (2008). Multidrug resistant to Sumartini, N P (2014). Penguatan Peran Kader
extensively drug resistant tuberculosis : Kesehatan dalam Penemuan Kasus
What is Next ?. Indian Academy of Tuberkulosis (TB) BTA Positif melalui
Sciences, 33 (4), 605-616 Edukasi dengan Pendekatan Theory of
Planned Behaviour (TPB). Jurnal
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Kesehatan Prima, Vol. 8, No. 1
Tahun 2014. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, p : 133-7

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 166


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018

Wijaya, M, Murti B & Suriyasa P. (2013). http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/


Hubungan pengetahuan, Sikap dan 137094/1/9789241564809_eng.pdf
Motivasi Kader Kesehatan dengan
Aktifitas dalam Pengendalian Kasus TB World Health Organization. (2015). Global
di Kabupaten Buleleng. Jurnal Magister tuberculosis report 2015. Retrieved from
Kedokteran Keluarga Vol. 1 No. 1, 38- http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/191102
48 /1/9789241565059_eng.pdf

World Health Organization. (2014). Global Zia Ulhaq, Retno Komolohadi. 2015.
tuberculosis report 2014. Retrieved Hubungan antara Kontrol Diri dengan
from Perilaku Merokok pada Siswa Siswi
SMAN 1 Parakan.

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 167

You might also like