Technical Efficiency
Technical Efficiency
Technical Efficiency
203-218
ABSTRAK
Agribisnis beras di Indonesia harus berdaya saing sehingga ketahanan pangan
dapat terwujud. Oleh karena itu, perlu untuk meningkatkan kinerja di setiap
subsistem. Salah satu subsistem yang perlu ditingkatkan adalah subsistem hilir, yaitu
pengolahan gabah (pengeringan dan penggilingan padi). Melalui metode snowball
sampling, sampel penelitian ini adalah 60 unit usaha penggilingan padi di tiga
kecamatan di Kabupaten Cianjur. Stochastic Frontier Analysis (SFA) digunakan untuk
mengestimasi tingkat efisensi usaha penggilingan padi dan faktor-faktor yang
memengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha penggilingan padi di
Kabupaten cianjur belum efisien dan faktor-faktor yang memengaruhinya adalah
pendidikan formal pengusaha, umur mesin, dan tingkat rendemen beras. Efisiensi
teknis memiliki korelasi positif dengan keuntungan. Keuntungan dapat digunakan
untuk reinvestasi (khususnya pada mesin penggilingan), sehingga dapat meningkatkan
efisiensi usaha penggilingan padi. Selain itu, industri produk samping beras perlu
mendapat perhatian lebih agar meningkatkan benefit usaha penggilingan padi.
206 | Tursina Andita Putri, Nunung Kusnadi, Dwi rachmina; Efisiensi Teknis
...
Mengetahui hubungan efisiensi teknis dengan keuntungan pada usaha
penggilingan padi.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.
Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan
data Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2013), Petani di Kabupaten Cianjur
dapat menghasilkan sekitar 869 ribu ton padi, yaitu berada di urutan kelima
setelah Kabupaten Indramayu, Karawang, Subang, dan Garut. Walaupun
produksi padi di Kabupaten Cianjur menempati posisi kelima namun
kabupaten ini memiliki jumlah penggilingan padi kedua terbanyak setelah
sukabumi, yaitu 3.449 unit penggilingan padi (BPS 2012). Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pengusaha
penggilingan yang menjadi responden. Data yang dikumpulkan mencakup
kondisi sosio-ekonomi responden, kondisi usaha penggilingan padi yang
dijalankan, data terkait input dan output produksi, dan lain-lain. Data
sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik
Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Barat, dan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan penelitian
ini.
Metode Penentuan Sampel
Kecamatan yang menjadi sampel penelitian adalah Kecamatan Cibeber,
Cilaku, dan Warungkondang. Daftar nama usaha penggilingan padi di tiga
kecamatan ini telah diketahui berdasarkan data BPS Tahun 2012. Sampel
penelitian ini adalah usaha penggiligan padi dengan tipe non maklon. Winarno
(2007) menyebut commercial mills untuk usaha penggilingan padi non makon
dan service mills pada usaha penggilingan padi maklon. BPS Kabupaten Cianjur
tidak menyediakan data usaha penggilingan padi berdasarkan tipe. Oleh sebab
itu, pemilihan sampel dilakukan secara non probability sampling, yaitu dengan
menggunakan teknik snowball. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60
unit usaha penggilingan padi di tiga kecamatan.
dimanaY adalahnilai produksi per hari (rupiah); X1 adalah jumlah tenaga kerja
per hari (orang); X2 adalah jumlah bahan bakar per hari (liter); X3 adalah
kapasitas giling mesin (kg per jam); X4 adalah konfigurasi mesin yang
digunakan; β0adalah intersepataukonstanta; βiadalah
koefisienregresifaktorproduksi/parameterpenduga, dimana (i=1, 2,.., 4); dan vi-
ui adalah error term (vi adalah noise effect, ui adalah efek inefisiensi teknis
model).
Nilai koefisien yang diharapkan adalah: β1, β2, β3, β4, > 0, artinya hasil
pendugaan fungsi produksi stochastic frontier memberikan nilai parameter
dugaan yang positif. Koefisien parameter dugaan yang bernilai positif berarti
dengan meningkatkan input akan meningkatkan nilai produksi usaha. Efisiensi
teknis pada setiap pelaku usaha penggilingan padi ke-i dari sisi ouput
diperoleh melalui output observasi terhadap output stochastic frontiernya. Nilai
efisiensi teknis berada diantara 0 ≤ TE ≤ 1.
Untuk menentukan nilai parameter distribusi (ui) efek inefisiensi teknis
usaha penggilingan padi pada penelitian ini digunakan model inefisiensi
sebagai berikut:
208 | Tursina Andita Putri, Nunung Kusnadi, Dwi rachmina; Efisiensi Teknis
...
dimana ui adalah efek inefisiensi teknik; δ0 adalah intersep atau konstanta; Z1
adalah pendidikan formal pemilik usaha (tahun); Z2 adalah pengalaman
pengusaha usaha penggilingan padi (tahun); Z3 adalah jumlah kredit yang
diperoleh saat ini (Rp);Z4 adalah tipe usaha penggilingan padi (d1 = 1 jika usaha
penggilingan padi tipe non maklon atau komersial, dan d1 = 0 jika usaha
penggilingan tipe gabungan); Z5 adalah adalah umur mesin penggilingan padi
(tahun); Z6 adalah tingkat rendemen giling beras (%); Z7 adalah kontinuitas
produksi (d1=1 jika produksi dilakukan ≥ 5 hari, dan d1=0 jika produksi
dilakukan < dari 5 hari dalam satu minggu); Z7 adalah kadar air gabah kering
panen yang digunakan (%); wi adalah variabel acak
Nilai koefisien parameter penduga inefisiensi (δ) yang diharapkan δ1, δ2,
δ3, δ4, δ6,δ7 < 0 (berpengaruh positif terhadap efisiensi usaha) dan δ5 > 0
(berpengaruh negatif terhadap efisiensi usaha). Jika parameter penduga
inefisiensi bernilai sebaliknya, dimana δ1, δ2, δ3, δ4, δ6,δ7 bernilaipositif maka
berpengaruh negatif terhadap efisiensi, dan δ5 bernilai negatif maka
berpengaruh positif terhadap efisiensi usaha yang dijalankan.
Pendugaan parameter fungsi produksi stochastic frontier dan ineficiency
function dilakukan secara simultan dengan program frontier 4.1. Pengujian
parameter stochastic frontier dan efek inefisiensi teknis dilakukan dengan dua
tahap. Tahap pertama merupakan pendugaan parameter βj dengan
menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) dengan software SAS 9.0.
Tahap kedua merupakan pendugaan seluruh parameter βj, β0, variasi ui dan vi
dengan mengunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) pada
tingkat kepercayaan 1 %, 5 %, 10 %, dan 15 %.
Koefisien korelasi mempunyai range nilai antara -1 sampai +1. Sebuah korelasi
dengan nilai -1 menunjukkan korelasi negatif sempurna, sedangkan korelasi
dengan nilai +1 menunujukkan adanya korelasi positif sempurna, dan apabila
korelasi 0 menunujukkan bahwa tidak ada hubungan antar variabel-variabel.
Selain mengetahui besaran hubungan antar variabel, perlu untuk
diketahui signifikansi hubungan antar variabel tersebut melalui uji Korelasi
Pearson. Uji ini digunakan untuk menentukan apakah ada hubungan linier
yang signifikan antara dua variabel. Uji ini termasuk klasifikasi uji statistik
parametrik. Hipotesisnya adalah:
H0: r = 0
H1: r ≠ 0
Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji t.
214 | Tursina Andita Putri, Nunung Kusnadi, Dwi rachmina; Efisiensi Teknis
...
Hubungan Efisiensi Teknis dengan Keuntungan Usaha Penggilingan Padi
Tingkat Efisiensi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu usaha
penggilingan yang belum efisien (0,10< TE <0,70) dan telah efisien (0,70≤ TE
≤0,99). Nilai keuntungan pada kedua kategori ini terlihat berbeda, dimana
keuntungan pada usaha yang efisien lebih tinggi dibandingkan pada usaha
yang belum efisien. Hal tersebut sesuai dengan hasil uji beda yang dilakukan,
diperoleh nilai t-hitung sebesar 1,93 lebih besar dari nilai t-tabel (1,67) untuk
total profit/kg (penerimaan dihitung dari total produk), yang artinya bahwa
usaha yang efisien memiliki keuntungan yang lebih tinggi (α sama dengan
0,05). Demikian juga pada profit/kg ketika penerimaan dihitung dari beras saja
(α sama dengan 0,10).
Melalui uji Korelasi Pearson diketahui bahwa efisiensi teknis dan
keuntungan memiliki korelasi positif dan siginifikan pada tingkat kepercayaan
0,10 % dengan koefisien korelasi sebesar 0,197. Artinya, ketika efisiensi teknis
ditingkatkan maka keuntungan usaha penggilingan padi akan meningkat. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang diungkapkan Nguyen
(2012); Rachmina dan Maryono (2008) bahwa efisiensi teknis berkorelasi positif
dengan tingkat keuntungan usaha yang dijalankan.
Semakin tinggi tingkat efisiensi suatu usaha maka keuntungannya pun
semakin meningkat. Besaran keuntungan yang diperoleh usaha penggilingan
padi akan lebih kecil apabila hanya memperhitungkan penerimaan dari beras
saja. Usaha penggilingan yang tidak efisien (0,10 < TE <0,70) akan kehilangan
keuntungan mencapai 52% apabila hanya memperhitungkan penerimaan dari
beras saja. Sedangkan, usaha penggilingan yang sudah efisien (0,70 ≤ TE ≤ 0,99)
akan kehilangan keuntungan sebesar 59%.
Tabel 4. Keterkaitan Tingkat Efisiensi Teknis Dengan Rata-Rata Kapasitas
Produksi (Per Hari), Keuntungan, dan Rasio R/C Pada Usaha
Penggilingan Padi di Kabupaten Cianjur Tahun 2014
Sebaran efisiensi Profit / R/Ca Profit / kg R/Cb
teknis kg(Rp)a (Rp)b
0.10 < TE < 0.70 1.232 1,16 508 1,08
0.70 ≤ TE ≤ 0.99 1.727 1,21 826 1,10
Minimum -171 0,98 -753 0,92
Maksimum 4.880 1,44 2.413 1,32
a penerimaan berasal dari total produk; b penerimaan berasal dari main product
Dilihat dari sisi rasio penerimaan dan biaya (rasio R/C) maka diketahui
bahwa semakin tinggi tingkat efisiensi usaha penggilingan padi maka rasio
penerimaan dan biaya juga tinggi (Tabel 4). Rata-rata rasio R/C usaha
penggilingan padi di Kabupaten Cianjur adalah 1,17, dimana keseluruhan
usaha penggilingan padi di Kabupaten Cianjur menguntungkan. Akan tetapi,
apabila pelaku usaha tidak memperhatikan side products yang dihasilkan maka
diketahui bahwa ada sekitar 18,33% pelaku usaha mengalami kerugian. Rata-
rata rasio penerimaan dan biayanya pun menjadi sangat rendah, yaitu hanya
1,08 atau mendekati satu, dengan kata lain usaha penggilingan padi di
Kabupaten Cianjur berada di titik impas nya.
Pada usaha penggilingan yang efisien, keuntungan terbesar berasal dari
penjualan side products yang dihasilkan (Tabel 5). Jika output produksi usaha
penggilingan padi dibagi menjadi dua bagian, yaitu beras sebagai mine product
dan sekam, dedak, menir, dan broken rice sebagai side product, maka diketahui
bahwa keuntungan terbesar berasal dari side product yang dihasilkan.
Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa pengembangan usaha
penggilingan padi saat ini bergantung pada side product yang dihasilkan. Hal
demikian mengindikasikan bahwa industri penggilingan padi di Kabupaten
Cianjur pada umumnya masih belum sehat, karena beras sebagai output utama
belum mampu menjadi penggerak utama dalam pengembangan bisnis usaha
penggilingan padi. Kesimpulan tersebut juga menggambarkan kondisi umum
di Indonesia.
Adanya intervensi harga terhadap gabah dan beras seperti yang
dijelaskan di bagian permasalahan dapat menghambat tingkat efisiensi teknis
dan keuntungan yang diperoleh pelaku usaha. Akan tetapi, adanya nilai jual
pada side product mampu memberikan jaminan kepada pelaku usaha untuk
memperoleh penerimaan lebih dari hasil usahanya. Hasil penjualan side product
dapat meningkatkan keuntungan usaha penggilingan padi sekitar rata-rata
55%. Selain itu, dapat diduga bahwa usaha menjadi lebih efisien karena adanya
side product yang dihasilkan.
Tabel 5. Komponen Keuntungan Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten
Cianjur Tahun 2014
Keuntungan
Sebaran efisiensi
Beras (Rp/kg) % Side product (Rp/kg) %
0.10 – 0.29 1.188 66,23 605 33,77
0.30 – 0.49 486 38,86 764 61,12
0.50 – 0.69 462 39,65 703 60,35
0.70 – 0.89 792 47,53 875 52,74
0.90 – 0.99 894 48,37 954 51,63
216 | Tursina Andita Putri, Nunung Kusnadi, Dwi rachmina; Efisiensi Teknis
...
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Usaha penggilingan padi di Kabupaten Cianjur belum efisien.
Peningkatan efisiensi usaha dapat dilakukan dengan memerhatikan variabel-
variabel yang berpengaruh signifikan terhadap efisiensi usaha penggilingan
padi, seperti pendidikan formal pengusaha, umur mesin, dan tingkat
rendemen beras. Di samping itu, peningkatan skala usaha juga dapat
meningkatkan efisiensi usaha penggilingan padi.
Efisiensi teknis memiliki korelasi positif dengan keuntungan pada usaha
penggilingan padi. Keuntungan yang diperoleh pelaku usaha dapat digunakan
untuk reinvestasi, khususnya pada mesin penggilingan, seperti perbaikan
konfigurasi mesin, peremajaan mesin, dan peningkatkan kapasitas mesin
giling. Reinvestasi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan
rendahnya efisiensi usaha penggilingan padi. Selain itu, industri hilirisasi beras
melalui pemanfaatan side product perlu mendapat perhatian lebih sebagai
upaya peningkatan insentif yang diterima oleh pengusaha penggilingan padi.
Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini terbagi dua komponen,
yaitu saran sebagai implementasi hasil penelitian dan saran untuk penelitian
lanjutan. Adapun saran yang dimaksud diantaranya adalah :
1. Diharapkan adanya perhatian dari pelaku usaha dan pemerintah
terhadap perbaikan konfigurasi mesin giling dari yang sederhana
menjadi yang lebih modern agar kualitas produk yang dihasilkan
menjadi lebih baik yang kemudian berpengaruh terhadap nilai produksi
usaha.
2. Diharapkan adanya kebijakan khusus pemerintah untuk peremajaan
mesin penggilingan padi yang digunakan saat ini, baik melalui bantuan
langsung kepada pelaku usaha maupun melalui kerjasama dengan pihak
perbankan untuk mempermudah akses pendanaan guna peremajaan
mesin giling.
3. Perlu adanya regulasi pemerintah untuk mengatur pendirian usaha
penggilingan padi. Selain itu, perlu adanya integrasi antar subsistem on-
farm dengan subsistem pengolahan terkait ketersediaan jumlah gabah
yang akan diolah.
4. Usaha penggilingan padi sangat erat kaitannya dengan periode panen
pada budidaya tanaman padi, oleh sebab itu hendaknya penelitian
lanjutan dapat memperhatikanfaktor musim tanam dan musim panen.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Pendataan Industri Penggilingan Padi 2012. Jakarta:
BPS.
Coelli, T.J., Rao, D.S.P., O′Donnell, C.J., Battese, G.E. 2005. An Introduction to
Efficiency and Productivity Analysis Second Edition. New York:Springer.
Debertin D.L. 1986. Agricultural Production Economics. New York: MacMillan
Publishing Company.
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. 2013. Area panen, produktivitas, dan produksi
tanaman padi di Provinsi Jawa Barat. Bandung
Farrell, M.J. 1957. The Measurement of Production Efficiency. Journal of the
Royal Statistical Society. 120(3) : 253-290.
Kusnadi, N., Netti, T., Sri, H.S., Adreng, P. 2011. Analisis Efisiensi Usahatani
Padi di beberapa Sentea Produksi Padi di Indonesia. Jurnal Agro
Ekonomi. 29(1)
Nguyen, T.H.A. 2012. Profitablity and Technical Efficiency of Black Tiger Shrimp
(Penaeus monodon) Culture and White Leg Shrimp (Penaeus vannemei)
Culture in Song Cau District, Phu Yen Province, Vietnam. University of
Tromso, Norway.
Putri, T. A. 2013. Kinerja Usaha Penggilingan Padi, Studi Kasus Pada Tiga
Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Jurnal
Agribisnis Indonesia. 1(2)
Rachmina, D., Maryono. 2008. Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan
Usahatani Padi Program Benih Bersertifikat: Pendekatan Stochastic
Production Frontier. Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian. 2(2): 11-20.
Rachman, B., Simatupang, P., Sudaryanto, T. 2004. Efisiensi dan Daya Saing
Sistem Usahatani Padi. Prosiding Efisiensi dan Daya Saing Sistem
Usahatni beberapa Komoditas Pertanian di Lahan Sawah. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badang Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Sawit, M.H. 2011. Reformasi Kebijakan Harga Produsen dan Dampaknya
Terhadap Daya Saing Beras. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian.
4(1): 1-13
Thahir, R. 2010. Revitalisasi Penggilingan Padi Melalui Inovasi Penyosohan
Mendukung Swasembada Beras dan Persaingan Global. Pengembangan
Inovasi Pertanian.3(3):171-183. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen pertanian
Wongkeawchan, J., Wiboonpongse, A., Sriboonchitta, S., Huang, W.T. 2000.
Comparison of Technical Efficiency of Rice Mill Systems. In Thailand
and Taiwan. Taiwan: Chiang Mai University.
218 | Tursina Andita Putri, Nunung Kusnadi, Dwi rachmina; Efisiensi Teknis
...