Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Rendemen Giling Dan Mutu Beras Pada Beberapa Unit Penggiling Padi Kecil Keliling Di Kabupaten Banyuwangi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Mutu Pangan, Vol.

1(1): 26-32, 2014


ISSN 2355-5017

Rendemen Giling dan Mutu Beras pada Beberapa Unit


Penggiling Padi Kecil Keliling di Kabupaten Banyuwangi

Yield of Milling and Quality of Rice at a Selected Mobile
Small Scale Rice Milling Unit in Banyuwangi Regency1
Rosiana Ulfa1, Purwiyatno Hariyadi2,3 dan Tjahja Muhandri2,3

Program Magister Profesi Teknologi Pangan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
1

2
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
3
Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST Center),
LPPM, Institut Pertanian Bogor

Abstract. Rice is the staple food for Indonesians. Consequently, rice milling services are in great demand
by the rice farmers. The need of rice milling service has increased the number of mobile small scale rice
milling units (PPK-keliling), especially at the rice production area. The objective of this research was to
determine and compare the yield of milling and quality of the resulted rice due to milling process at mobile
small scale rice milling (PPK-keliling) and large milling units (PPB) operating in Banyuwangi Regency.
About 12 kg of rice grain each were milled at 12 different PPK units. The resulted white rice (milled and
polished rice) were weighted and analyzed for its composition with respect to head rice, broken rice, small
broken rice, rice chaffs (rice hulls) and rice brans. The yield and quality of the resulted milled rice were
then compared with that of rice resulted from large rice milling units (PPB). There was no significant differ-
ence in the yield of milling between PPK-keliling (62.40±3.23%) and PPB (64.54±1.21%). However, rice
quality resulted from PPK-keliling (containing 28.87±8.76% and 26.34±9.28% of broken rice and small
broken rice, respectively) was significantly lower than that from PPB (13.50±3.04% and 11.83±6.45% of
broken rice and small broken rice, respectively. Overall, even though there was no significant different in
term of yield between PPB and PPK-keliling, rice resulted from PPK-keliling has lower quality as com-
pared with those of PPB.

Keywords: mobile small scale rice milling unit, yield of milling, quality of rice

Abstrak. Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Jasa penggilingan padi merupakan
unit usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat petani padi. Kebutuhan ini menyebabkan tumbuhnya unit
penggiling padi kecil keliling (PPK-keliling), terutama di sentra produksi padi. Penelitian ini bertujuan un-
tuk mengukur dan membandingkan rendemen giling dan mutu beras yang dihasilkan oleh penggiling padi
kecil keliling (PPK-keliling) dan penggiling padi besar (PPB), yang beroperasi di Kabupaten Banyuwangi.
Sebanyak masing-masing 12 kg gabah digiling pada 12 unit PPK-keliling di lokasi penelitian dan semua
hasil penggilingan dilakukan penimbangan. Selanjutnya dilakukan pemisahan beras kepala, beras patah,
beras menir, sekam dan bekatul dan masing-masing dilakukan penimbangan. Hasil rendemen giling dan
mutu beras giling yang dihasilkan pada PPK-keliling ini kemudian dibandingkan dengan yang terjadi pada
unit penggiling padi besar (PPB). Rendemen giling pada PPK-keliling (62.40 ± 3.23%) tidak berbeda nyata
dengan rendemen giling pada PPB (64.54± 1.21%). Perbedaan yang nyata terlihat pada mutu beras yang
dihasilkan, dimana PPK-keliling menghasilkan beras dengan kandungan beras patah dan beras menir yang
lebih tinggi (berturut-turut adalah 28.87±8.76% dan 26.34±9.28%) dibandingkan dengan kandungan beras
patah dan beras menir dari PPB (berturut-turut adalah 13.50±3.04% dan 11.83±6.45%). Walaupun antara
rendemen giling PPB dan PPK-keliling tidak berbeda nyata, namun beras yang dihasilkan dari PPK-keli-
ling mempunyai mutu yang lebih rendah daripada mutu beras yang dihasilkan dari PPB.

Kata kunci : penggilingan padi keliling, rendemen giling, mutu beras

Aplikasi Praktis: Penelitian ini memberikan informasi yang jelas bahwa unit penggiling padi kecil ke-
liling (PPK-keliling) sulit dihilangkan dari masyarakat, walaupun beras yang dihasilkan tidak memenuhi
persyaratan SNI. Keberadaan PPK-keliling perlu diatur dan dibina oleh pemerintah, khususnya mengenai
pengembangan standar kelengkapan peralatan bagi PPK-keliling. Hal ini penting dilakukan untuk bisa
meningkatkan rendeman dan mutu beras yang dihasilkan.

Korespondensi: phariyadi@ipb.ac.id
Jurnal Mutu Pangan, Vol. 1(1): 26-32, 2014

PENDAHULUAN HP), dengan kapasitas produksi 300-700 kg/jam.


Pada perkembangannya, PPK dibedakan menjadi
Teknik penanganan pascapanen padi yang tepat PPK menetap dan PPK-keliling. Jumlah PPK-keliling
merupakan salah satu upaya untuk menekan terjadinya terus bertambah, dimana di seluruh Indonesia jumlahnya
kehilangan, sehingga bisa berkontribusi pada peningkatan sebanyak 19.223 unit (BPS 2012). Data BPS pemerintah
proses produksi padi. Dalam hal ini, teknik penanganan Kabupaten Banyuwangi dari survei PIPA (Perusahaan
pasca panen yang baik diharapkan bisa menurunkan ting- Industri Penggilingan Padi) tahun 2012 menyebutkan
kat kehilangan dan sekaligus meningkatkan mutu padi bahwa, jumlah PPK-keliling di Kabupaten Banyuwangi
dan beras yang dihasilkan. Hal tersebut bisa dilakukan sebanyak 1.051 unit. Jumlah ini sangat tinggi, yaitu men-
dengan perbaikan tahapan pemanenan, perontokan dan capai 5.47% dari keseluruhan PPK-keliling di Indonesia.
pengeringan (Setyono 2010). Karena skalanya yang kecil dan sifatnya yang
Dirjen PPHP (2008) melaporkan bahwa selama tidak menetap (keliling), maka meningkatnya jumlah
periode 1986-1987 hingga 1995 susut pascapanen padi PPK-keliling menimbulkan kekhawatiran akan bisa
terutama terjadi pada proses pemanenan (9.52-9.95%) meningkatkan besaran susut selama proses penggilingan,
dan proses perontokan (4.87-5.48%). Pada tahun 2008 terutama jika dibandingkan dengan besaran susut pada
susut pascapanen untuk proses pemanenan dan peron- Penggiling padi besar (PPB). Di samping itu, pengamatan
tokan mengalami penurunan tajam, yaitu berturut-turut awal yang dilakukan menunjukkan adanya beberapa
menjadi 1.57% dan 0.98%. Namun demikian, nilai susut praktek pemilik PPK-keliling yang dianggap berpotensi
yang tinggi masih terjadi pada tahapan pengeringan dan menurunkan rendemen giling. Contoh praktek tersebut
penggilingan. Pada tahapan penggilingan nilai susut yang adalah kebiasaan menutup saluran pengeluaran beras
terjadi berkisar antara 2.19-3.07% (Tabel 1). giling sesaat sebelum mesin dimatikan, sehingga diduga
akan mengakibatkan banyak beras tertinggal didalam
Tabel 1. Data susut pascapanen padi di Indonesia mesin (baik di saluran maupun di ruang penggiling).
Susut (%) Faktor lain yang diduga mempengaruhi rendemen giling
Tahapan
1986/1987 1995 2008 pada PPK-keliling adalah praktek penggilingan yang
Pemanenan 9.95 9.52 1.57 bersifat batch/diskontinyu, yang mana perpindahan dari
Perontokan 5.48 4.87 0.98 satu tahap proses ke tahap proses yang lainnya dilakukan
Pengangkutan 0.59 0.19 0.38 dengan secara manual menggunakan tenaga manusia.
Penjemuran 1.94 2.13 3.59
Contoh proses manual ini adalah proses pemasukan
Penggilingan 3.54 2.19 3.07
gabah atau beras ke dalam bak penampung (hoper) mesin
Penyimpanan 0.32 1.61 1.68
Jumlah 21.03 20.51 11.27 penggiling, yang bisa mengakibatkan sejumlah gabah
Sumber: Deptan (2008) maupun beras yang digiling tercecer dan terbuang. Hal
ini berbeda dengan praktek penggilingan pada PPB,
Menurut Listyawati (2007), penyebab tingginya nilai dimana proses pemasukan gabah ke mesin penggiling
susut pada proses penggilingan ini disebabkan oleh ba- berlangsung secara kontinyu (menggunakan feeder) yang
nyak faktor. Pada tahapan pengeringan gabah pada lantai akan mengurangi susut bobot.
jemur untuk mendapatkan kadar air gabah kering giling Perbedaan skala dan praktek-praktek tersebut diduga
yang optimal, misalnya, sangat dipengaruhi oleh faktor menjadi salah satu penyebab rendahnya rendemen
cuaca, ketebalan lapisan gabah, dan kondisi umum pen- giling (tingginya susut) selama proses penggilingan
jemuran. pada PPK-keliling. Mesin penggiling pada PPK-keliling
Patiwiri (2006) menyatakan bahwa besarnya kehi- umumnya merupakan mesin giling sederhana dan kadar
langan selama proses penggilingan juga dipengaruhi air gabah yang digiling kurang terkontrol. Hal ini diduga
oleh faktor penggiling padi. Berdasarkan kapasitas- menyebabkan mutu beras hasil penggilingan pada PPK-
nya, penggiling padi dibedakan menjadi tiga kelompok keliling mempunyai mutu yang lebih rendah daripada
(Widowati (2001), yaitu penggiling padi besar, penggi- mutu beras hasil penggilingan pada PPB.
ling padi sedang dan penggiling padi kecil. Penggiling Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besaran
padi besar (PPB) adalah penggiling padi dengan tenaga rendemen beras giling pada penggiling padi kecil ke-
penggerak besar (> 60 HP) dan kapasitas produksi lebih liling (PPK-keliling) dan membandingkannya dengan
dari 1000 kg/jam, baik menggunakan sistem kontinyu rendemen beras giling pada penggiling padi besar (PPB).
maupun diskontinyu. PPB sistem kontinyu terdiri dari satu Penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan mutu
unit penggiling padi lengkap, termasuk mesin pecah kulit, beras hasil giling pada PPK-keliling dan PPB, di Kabu-
ayakan dan penyosoh, yang beroperasi secara kontinyu paten Banyuwangi.
memproses gabah menjadi beras giling. Penggiling padi
sedang (PPS) adalah penggiling padi dengan tenaga METODOLOGI
penggerak sedang (40-60 HP) dan kapasitas produksi
mencapai 700-1000 kg/jam. Penggiling padi kecil (PPK) Bahan dan Alat
adalah penggiling padi bertenaga penggerak kecil (20-40 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Jurnal Mutu Pangan, Vol. 1(1): 26-32, 2014

gabah kering giling (GKG) petani. Peralatan yang digu- hadap (i) jenis dan tipe alat penggiling yang digunakan
nakan dalam penelitian ini timbangan duduk (manual), PPK; (ii) kapasitas mesin penggiling; (iii) umur dari me-
timbangan digital (Kinlee), alat pengukur kadar air ga- sin penggiling; dan (iv) metode pengeringan gabah yang
bah Rika Moisture Meter TS-7 (Tokyo Rika), terpal, digunakan.
mangkuk, karung, plastik klip, and stopwatch.
Analisis Data
Proses Penggilingan Padi Teknik pengujian mutu beras yang dilakukan pada
Proses penggilingan padi dilakukan pada 12 buah penelitian ini sebanyak 2 kali (Soerjandoko 2010). Se-
PPK-keliling dan 3 PPB. Penggilingan pada PPK-keliling lanjutnya, data susut pada PPK dan PPB dibandingkan
dilakukan dengan menggunakan 12 kg gabah kering gi- dengan melakukan Uji T menggunakan SPSS Statistical
ling (GKG). Setelah proses penggilingan, bekatul, sekam data Analysis v18.0.
dan beras giling yang diperoleh masing-masing dimasuk-
kan ke dalam karung terpisah. Proses penggilingan padi HASIL DAN PEMBAHASAN
pada PPB, dilakukan pada 3 buah PPB, yaitu PPB UD
Purwogondo, PT Anugerah Abadi dan UD Hasil Bumi. Proses Penggilingan Padi pada PPB
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada tiga
Rendemen Giling PPB; yaitu penggiling padi UD Purwogondo (Kecamatan
Rendemen giling adalah persentase berat giling ter- Genteng, Kab Banyuwangi) serta penggiling padi PT
hadap berat gabah yang digiling. Penghitungan persentase Anugerah Abadi dan UD Hasil Bumi (Kecamatan Srono,
rendemen giling dapat dilakukan dengan menggunakan Kab Banyuwangi). Ketiga penggiling padi tersebut mem-
rumus berikut ini. punyai karakteristik sebagai PPB menurut klasifikasi
Widowati (2001), dimana tenaga penggerak lebih dari 60
HP (Horse Power) dan kapasitas produksi lebih dari 1000
kg/jam. Sebagai contoh, kondisi penggiling padi besar
Mutu Beras Giling (PPB) dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan tahapan
Dari beras giling yang diperoleh, ditimbang seba- proses produksi beras giling pada pada PBB bisa dilihat
nyak 100 gram untuk kemudian secara manual dilakukan pada Gambar 2.
pemisahan terhadap beras utuh, beras kepala, beras patah,
beras menir, beras berkapur dan gabah utuh (Soerjandoko
2010). Beras utuh, beras kepala, beras patah dan beras
menir dibedakan berdasarkan ukuran (Fernandy 2012).
Persen beras kepala. Beras kepala adalah butir beras
sehat atau cacat yang memiliki ukuran lebih besar atau
sama dengan 75% dari beras utuh. Perhitungan persen-
tase beras kepala dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus berikut.

Persen beras patah. Beras patah adalah butir beras


sehat maupun cacat yang memiliki ukuran lebih besar
atau sama dengan 25% tetapi lebih kecil 75% bagian dari
beras utuh.
Gambar 1. Kondisi salah satu penggilingan padi besar di
Kabupaten Banyuwangi

Persen beras menir. Beras menir adalah butir beras Proses diawali dengan pembelian gabah kering panen
sehat atau cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari dari petani. Kemudian dilakukan proses pengeringan
25% bagian beras utuh. untuk mencapai gabah kering giling (dengan kadar air
13-15%). Pada musim kemarau, proses pengeringan
dilakukan dengan menggunakan lantai jemur, dengan
Data penunjang lainnya. Untuk menunjang pem- lama pengeringannya sekitar 3-4 hari. Pada musim hujan
bahasan beberapa data penunjang berupa data persepsi (umumnya terjadi pada saat panen raya), gabah dike-
pengguna PPK diperoleh dengan metoda wawancara. Se- ringkan dengan menggunakan oven pengering bertenaga
banyak 23 pengguna PPK berhasil diwawancara mengenai listrik, pada suhu pengeringan 68ºC selama 72 jam.
alasan memilih menggunakan jasa penggilingan PPK. Selanjutnya, gabah kering yang telah dibersihkan
Selain itu, pengamatan dan pencatatan juga dilakukan ter- dilakukan proses pecah kulit, yaitu proses penggilingan
Jurnal Mutu Pangan, Vol. 1(1): 26-32, 2014

karena proses penyosohan yang terlalu lama menye-


babkan menipisnya bulir beras dan meningkatnya suhu
penggilingan, sehingga bisa menyebabkan beras sema-
kin mudah pecah atau patah. Karena itulah maka setelah
proses penyosohan, beras dialirkan melalui ayakan getar
(berukuran lubang 2 mesh) untuk memisahkan menirnya.
Beras hasil proses penyosohan kemudian dilewatkan
mesin pengkabut, yaitu proses membasahi butir-butir be-
ras sosoh dengan kabut, dengan tujuan untuk melepaskan
material berupa debu maupun bekatul yang melekat atau
berada pada dipermukaan beras. Beras sosoh yang sudah
terkabutkan kemudian dilalukan pada mesin grading,
untuk memisahkan beras berdasarkan ukurannya men-
jadi beras kepala, dan beras patah. Setelah itu beras yang
dihasilkan melalui tahapan pengemasan, dimana beras
dikemas sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Data
jumlah gabah yang digiling, serta jumlah beras kepala,
beras patah, menir dan sekam yang dihasilkan dicatat dan
digunakan untuk menentukan besaran susut bobot dan
susut mutu selama proses penggilingan pada PPB yang
diamati.

Proses Penggilingan Padi pada PPK-Keliling


Pengilingan padi kecil didefinisikan oleh Widowati
(2001) sebagai penggiling padi dengan tenaga pengge-
rak 20-40 HP dan kapasitas produksi 300-700 kg/jam.
Penggiling padi kecil keliling (PPK-keliling) yang diamati
pada penelitian ini adalah penggiling padi kecil yang
melakukan usahanya dengan mendatangi menawarkan
jasanya kepada petani yang membutuhkan. PPK-keli-
ling hanya menggunakan satu kendaraan yang dirancang
khusus dengan menempatkan mesin penggiling padi
sebagai body dari mobil. Dengan dua mesin utama yaitu
pengupas kulit padi di bagian belakang, mesin pembersih
atau pemisah beras dan bekatul pada bagian tengah,
sedangkan bagian depan digunakan untuk pengendara.
Kapasitas giling PPK-keliling pada umumnya < 300-
Gambar 2. Skema Proses Penggilingan Gabah pada 700 kg/jam. Pada prakteknya; PPK-keliling ini rata-rata
penggiling padi besar. melakukan penggilingan sebanyak sekitar 300 kg gabah
kering per hari (Rinto 2012).
menggunakan mesin husker, huller atau sheller, un- Berbeda dengan PPB, proses pengeringan gabah
tuk kemudian dipisahkan antara sekam gabah dan bulir yang digiling pada PPK-keliling dilakukan oleh petani
beras pecah kulit. Proses penggilingan pecah kulit ini ber- masing-masing. Umumya petani melakukan proses
langsung dengan baik jika gabah yang digiling memiliki pengeringan di bawah sinar matahari sebelum meminta
kadar air antara 13-15%. Pada kadar air yang lebih tinggi, jasa PPK-keliling. Prosedur dan lama proses pengeringan
proses pecah kulit gabah lebih sulit terjadi karena lapisan oleh petani sangat beragam, sehingga kadar air gabah
sekam bersifat liat. Sebaliknya apabila kadar air terlalu juga sangat beragam. Sebagai contoh, kondisi PPK-Keli
rendah, beras pecah kulit mudah patah dan menghasilkan ling dapat dilihat pada Gambar 3, sedangkan skema
jumlah beras pecah kulit patah dan menir dalam jumlah proses penggilingan padi pada PPK-keliling disajikan
besar (Patiwiri 2006). pada Gambar 4. Proses penggilingan gabah pada mesin
Beras pecah kulit yang dihasilkan kemudian dilaku- penggiling PPK-keliling dilakukan sebanyak 3-4 kali,
kan proses penyosohan. Proses penyosohan (polishing) sampai konsumen mendapatkan beras dengan tingkat
ini adalah salah satu proses penting dalam proses penggi- putih yang diinginkan.
lingan padi untuk menghasilkan bulir beras dengan warna
lebih putih. Selain menghasilkan bulir yang lebih putih, Persepsi Masyarakat terhadap PPK-keliling.
proses penyosohan beras juga bisa menyebabkan mening- Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara
katnya jumlah beras patah dan menir. Hal ini disebabkan dengan 23 pengguna jasa di lokasi penelitian, diketahui
Jurnal Mutu Pangan, Vol. 1(1): 26-32, 2014

Tabel 2. Data rendemen giling di unit penggiling padi besar di Kabupaten Banyuwangi
Kondisi Padi yang
Merk Mesin Jumlah Rendemen (%)
Digiling
Nama PPB
Kadar air Gabah Digil- Beras
Penggiling Penyosoh Varietas Bekatul
(%) ing (ton) Giling
UD Purwogondo, Ke-
Satake Ichi Mekonga 14 5.5 15.2 63.6
camatan Genteng
PT Anugerah Abadi,
Satake Yon Xiang Inpari 14 10 15 65.0
Kecamatan Srono
UD Hasil Bumi, Keca-
Fuso Ichi Ciherang 14 1 17 66.0
matan Srono

Tabel 3. Data susut bobot pada 12 unit penggiling padi kecil keliling di Kabupaten Banyuwangi
Kondisi Padi yang Digiling Jumlah Proporsi Hasil Giling Utama (%)
Pemiliik PPK-ke- Merk Mesin
Gabah
liling Penggiling Varietas Kadar air Bekatul (%) Beras Giling (%)
Digiling (kg)
Ciherang 16% 12 29.17 62.50
Sogi Yamato Towuti 16% 12 39.17 60.00
IR-64 16% 12 41.67 57.50
Ciherang 16% 12 33.33 62.50
Selo Dai Ichi N70 Towuti 16% 12 40.83 60.00
IR-64 16% 12 38.33 60.83
Bukhori Dai Ichi N70 Ciherang 16% 12 33.33 61.67
Warno Dai Ichi N70 IR64 14% 12 33.33 64.17
Yanto Dai Ichi Towuti 15% 12 33.33 65.00
Jamad Dai Ichi Inpari 15% 12 33.33 58.33
Agus Dai Ichi IR-64 14% 12 32.50 66.67
Kosim Dai Ichi Towuti 15% 12 32.50 66.67
As’ad Dai Ichi Towuti 15% 12 38.33 60.83
Pangat Dai Ichi Ciherang 15% 12 31.67 66.67
Masrukin Dai Ichi Inpari 15% 12 33.33 66.67
Abdul M Dai Ichi Inpari 16% 12 41.67 58.33
Rata-rata 34.74 62.40

Tabel 4. Persentase beras kepala, beras patah, beras menir dan beras berkapur pada beras giling hasil peng-
gilingan di penggiling padi besar dan penggiling padi kecil keliling di Kabupaten Banyuwangi (tahun 2013)
Beras yang dihasilkan dari
Parameter Mutu
PPB (n=3 ) PPK-Keliling (n=12 unit)
Beras Giling
Rata-rata Kisaran   Rata-rata Kisaran
Beras kepala (%) 69.67±6.10 69.00– 77.00 41.22 ±14.37 20.50 - 58.50
Beras patah (%) 13.50 ±3.04 11.50 – 17.00 28.87 ±8.76 19.50 - 44.50
Beras menir (%) 11.83±6.45 6.50 – 19.00 26.34 ±9.28 14.50 – 45.00
Beras berkapur (%) 4.94 ±0.95 3.50 – 6.00   2.25 ±1.13 1.00 - 5.50
PPB:penggilingan padi besar; PPK: Penggilingan padi kecil

bahwa alasan utama untuk memilih PPK-keliling adalah lingan pada PPK-keliling juga relatif murah daripada tarif
karena menghemat tenaga. Bagi masyarakat petani yang penggilingan pada penggiling tipe menetap lainnya. Di-
berada jauh dari tempat PPB atau penggiling menetap samping itu, mekanisme pembayaran pada PPK-keliling
lainnya, keberadaan PPK-keliling dianggap lebih eko- dianggap praktis dan lebih memudahkan bagi masyarakat,
nomis karena dapat menghemat biaya transportasi untuk dimana beberapa PPK-keliling bisa dibayar dengan beras
menggiling (Gambar 5). Dalam hal ini, PPK-keliling dan bekatul hasil dari penggilingan.
dinilai lebih terjangkau bagi masyarakat yang membutuh-
kan jasa penggilingan. Konsumen tidak perlu membawa Rendemen Giling
gabah hasil panennya ke pabrik penggilingan yang berarti Rendemen giling memberikan indikasi tentang susut
mengurangi biaya transpotasi. Lebih jauh, tarif penggi- bobot. Semakin rendah rendemen giling berarti semakin
Jurnal Mutu Pangan, Vol. 1(1): 26-32, 2014

Secara umum, rendemen beras giling pada PPB ada-


lah 64.54±1.2% dan pada PPK-keliling adalah 62.40±
3.23%. Nilai rendemen beras giling pada PPK-keliling
ini cenderung lebih kecil dibandingkan dengan rendemen
beras giling pada PPB. Namun demikian; dengan melaku-
kan uji t (t-test, SPSS), rata-rata rendemen beras giling ini
pada PPB dan PPK-keliling ini tidak memberikan perbe-
daan yang nyata.

Mutu Beras Giling


Pada dasarnya beras giling yang dihasilkan dari
proses penggilingan (dan penyosohan) adalah berupa
Gambar 3. Salah satu penggilingan padi kecil keliling campuran beras beras utuh, beras kepala, beras patah,
di Kabupaten Banyuwangi dan beras menir. Perbedaan dari beras utuh, beras kepala,
beras patah, dan beras menir ditunjukkan pada ukuran
butiran beras yang berbeda dalam hal panjang atau
tebalnya (Patiwiri 2006). Beras kepala adalah butir beras
beras sehat maupun cacat yang memiliki ukuran lebih
besar atau sama dengan 75% bagian dari beras utuh.
Beras patah adalah butir beras sehat maupun cacat yang
memiliki ukuran sama dengan atau lebih besar dari 25%
bagian sampai dengan lebih kecil 75% bagian dari beras
utuh. Beras menir adalah butir beras sehat maupun cacat
yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 25% bagian dari
beras utuh (Soerjandoko 2010). Mutu beras giling antara
lain dibedakan berdasarkan pada persentase atau proporsi
beras beras utuh, beras kepala, beras patah, dan beras
menir tersebut. Mutu beras yang dihasilkan oleh PPB dan
PPK-keliling pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4.
Penelitian ini menunjukkan bahwa beras giling
dari PPB mempunyai persentase beras kepala sebesar
Gambar 4. Skema proses penggilingan gabah pada 69.67±6.10%. Hasil ini sesuai dengan laporan dari Su-
penggiling padi kecil keliling ismono dan Damardjati (2000) dalam Widowati (2001),
yang menyebutkan bahwa penggiling besar sistem kon-
tinyu umumnya menghasilkan beras dengan persentase
beras kepala yang tinggi (63-67%). Selanjutnya, se-
bagaimana terlihat pada Tabel 4, beras yang dihasilkan
dari PPK-keliling mempunyai persentase beras kepala
yang jauh lebih kecil (41.22±14.37%) daripada beras
yang dihasilkan dari PPB. Uji t (t-test, SPSS) menyatakan
bahwa persentase beras kepala pada PPK-keliling dan
PPB ini berbeda secara sangat nyata.
Tabel 4 juga menunjukkan bahwa persentase beras
patah pada beras yang dihasilkan PPK-keliling, yaitu
28.87±8.76%. Persentase beras patah dari PPK-keliling
Gambar 5. Alasan responden memilih menggunakan di Kab Banyuwangi ini mirip dengan persentase beras
penggiling padi kecil keliling patah dari PPK-keliling di Kabupaten Jombang, Kediri,
Mojokerto, Nganjuk dan Pasuruan, yaitu sebesar 26.9%
besar susut bobot yang terjadi. Rendahnya rendemen gi- (Budiharti dan Harsono, 2001). Terlihat bahwa persentase
ling (atau tingginya susut bobot) ini disebabkan antara beras patah pada beras yang dihasilkan PPK-keliling
lain karena adanya beras maupun gabah yang tercecer (28.87±8.76%) ini jauh lebih besar daripada beras yang
selama penggilingan berlangsung, beras yang tertinggal dihasilkan PPB (13.50±3.04%). Uji t menunjukkan
dalam mesin, serta intensitas penyosohan yang terlalu bahwa persentase beras patah pada PPK-keliling dan PPB
tinggi sehingga menghasilkan terlalu banyak sekam dan ini berbeda secara sangat nyata.
bekatul. Data susut selama proses penggilingan pada PPB Hal yang sama juga terlihat untuk beras menir. Beras
dan pada PPK-keliling, berturut-turut, bisa dilihat pada hasil PPB mempunyai persentase beras menir lebih kecil
Tabel 2 dan 3. (11.83±6.45) dibandingkan dengan beras hasil PPK-ke-
Jurnal Mutu Pangan, Vol. 1(1): 26-32, 2014

liling (26.34±9.28). Uji-t juga menunjukkan bahwa Keberadaan PPK-keliling tumbuh di masyarakat
persentase beras menir pada beras hasil PPB berbeda sa- karena PPK-keliling dianggap lebih praktis karena
ngat nyata dibandingkan dengan beras hasil PPK-keliling. sifatnya yang keliling dan mendatangi masyarakat, se-
Secara umum, hal ini berarti bahwa beras yang dihasilkan hingga dianggap lebih menghemat tenaga dan biaya.
dari PPK-keliling mempunyai mutu yang lebih rendah Namun demikian, keberadaan PPK-keliling ini hendak-
daripada mutu beras yang dihasilkan dari PPB. Dalam hal nya bisa diatur dan dibina, sehingga bisa meningkatkan
ini beras yang dihasilkan PPK-keliling tidak memenuhi mutu beras yang dihasilkan. Disarankan bahwa kedepan
persyaratan SNI. untuk dikembangkannya standar kelengkapan peralatan
Besarnya persentase beras patah dan beras menir pada bagi penggiling padi kecil keliling (PPK-keliling) dalam
beras yang dihasilkan PPK-keliling ini diduga disebabkan melakukan usahanya.
oleh proses pengeringan yang kurang sempurna. Dari Tabel
3 bisa diketahui bahwa kadar air gabah yang digiling pada DAFTAR PUSTAKA
PPK-keliling berkisar antara 14-16%. Tingginya kadar
air gabah yang digiling pada PPK-keliling disebabkan [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Direktori Perusahaan
karena proses pengeringan yang dilakukan umumnya Penggilingan Padi di Banyuwangi.
adalah pengeringan dengan menggunakan lantai jemur [Deptan] Departemen Pertanian. 2008. Susut Pascapanen
dengan bantuan sinar matahari. Pengeringan demikian Padi Indonesia. Direktorat Jenderal Pengolahan dan
memerlukan waktu yang lebih lama dan sangat tergantung Pengembangan Hasil Pertanian.
dengan kondisi sinar matahari (Listyawati 2007). Kadar [Deptan] Departemen Pertanian. 2012. Indonesia Butuh
air gabah yang lebih tinggi juga menyebabkan proses Tambahan Tujuh Juta Ton Beras. Badan Ketahanan
penggilingan berjalan lebih lama karena kulit sekam dari Pangan Nasional.
gabah masih liat, akibatnya suhu beras akan meningkat Budiharti U, Harsono. 2001. RMU Keliling, Agribisnis baru
dan akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras pengolahan beras. Warta Penelitian dan Pengembangan
menir yang dihasilkan (Patiwiri 2006). Hal ini berbeda Pertanian 23(5):7-9.
dengan kadar air gabah pada PPB, dimana pada umumnya Fernandy G. 2012. Peningkatan Kualitas Fisik Gabah
PBB menggunakan mesin pengering sehingga kadar melalui Proses Pengeringan dengan Zeolit 3A pada Flu-
air gabah akan dapat dikendalikan dengan lebih baik, idized Bed Dryer [tesis]. Semarang (ID): Universitas
untuk mencapai kadar air sekitar 14%. Pada kadar air Diponegoro.
sekitar 14%, gabah akan lebih mudah mengalami proses Listyawati. 2007. Kajian Susut Pasca Panen dan Pengaruh
pelepasan kulit sekam dan tidak memerlukan waktu Kadar Air Gabah Terhadap Mutu Beras Giling Varie-
terlalu lama untuk proses penyosohan, sehingga jumlah tas Ciherang (Studi Kasus di Kecamatan Telagasari,
beras patah dan menir menjadi minimum. Kabupaten Karawang) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
KESIMPULAN Patiwiri AW. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Jakarta
(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada perbedaan rendemen giling yang nya- Rinto. 2012. Mobil Selepan Padi. [diunduh 2013 Feb 18].
ta pada PPB dan PPK-keliling. Rendemen giling pada Tersedia pada :http://teknologipascapanen.blogspot.
PPB adalah sebesar 64.54%, sedangkan rendemen giling com /2012/01/mobil-selepan-padi.html.
pada PPK-keliling adalah 62.40%. Namun demikian, ter-
Setyono A. 2010. Perbaikan Teknologi Pascapanen Dalam
dapat perbedaan yang signifikan pada mutu beras yang
Upaya Menekan Kehilangan Hasil Padi. Jurnal Pengem-
dihasilkan pada PPB dan PPK-keliling, dimana beras bangan Inovasi Pertanian 3(3):212-220.
yang dihasilkan dari PPK-keliling mempunyai mutu yang
lebih rendah daripada mutu beras yang dihasilkan dari Soerjandoko RNE. 2010. Teknik Pengujian Mutu Beras
Skala Laboratorium. Balai Besar Penelitian Tanaman
PPB. Beras yang dihasilkan pada PPK-keliling mempu-
Padi. Buletin Teknik Pertanian Vol 15. No.2: 44-47.
nyai beras patah dan beras menir berturut-turut sebesar
28.87±8.76% dan 26.34±9.28%. Beras yang dihasilkan Widowati S. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggiling-
pada PPB mempunyai beras patah dan beras menir sebe- an Padi dalam Menunjang Sistem Agroindustri di
sar, berturut-turut, 13.5±3.04% dan 11.83±6.44%. Dalam Pedesaan. Buletin Agrobio 4(1):33-38.
JMP03-14-008 - Naskah diterima untuk ditelaah pada 20 Maret 2014. Re-
hal ini beras yang dihasilkan PPK-keliling tidak me- visi makalah disetujui untuk dipublikasi pada 5 April 2014. Versi Online:
menuhi persyaratan SNI. http://jurnalmutupangan.com/index1.php?view&id=4

You might also like