240-Article Text-2483-1-10-20201230
240-Article Text-2483-1-10-20201230
240-Article Text-2483-1-10-20201230
Merry Inriama
Universitas Indonesia
Milla Sepliana Setyowati
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Economic openness is an important determinant of economic growth. The economic condition of a country can give an
impact on revenues in the taxation sector. This can be seen from one of the tax revenues of a country through the revenue of
corporate income tax. The purpose of this study is to analyze the effect of economic growth as measured by Gross Domestic
Product (GDP), Foreign Direct Investment (FDI), and Tax Rates on Corporate Income Tax (CIT) revenue in the case of five
ASEAN countries during the 1999-2018 period. This research method is carried out using panel data regression with the
estimation of the Random Effect Model or Generalized Least Square (GLS) with the Eviews program. The results of this study
simultaneously state that the independent variables, namely GDP, FDI, and the tax rate have a significant influence on these
variables, namely the income of corporate income tax (CIT). Partially GDP and tax rates have a positive and significant effect,
which means that an increase or decrease in GDP and tax rates will affect the increase or decrease in Corporate Income Tax
(CIT) revenues, while FDI has no effect on Corporate Income Tax (CIT) revenues. Through this research, it is expected to
measure the variables that have an influence on Corporate Income Tax revenue, so that the Corporate Income Tax revenue
can be increased.
ABSTRAK
Keterbukaan perekonomian menjadi penentu yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Kondisi perekonomian suatu
negara dapat memberi dampak terhadap penerimaan di sektor perpajakan. Hal tersebut bisa diperhatikan dari salah satu
penerimaan pajak suatu negara yaitu melalui penerimaan PPh Badan. Adapun studi penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Gross Domestic Product (GDP), Foreign Direct
Investment (FDI), dan Tax Rate terhadap besarnya penerimaan PPh Badan (CIT) dalam kasus lima negara ASEAN selama
periode 1999-2018. Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi data panel dengan estimasi model
random effect atau Generalized Least Square (GLS) dengan Eviews. Hasil dari penelitian ini secara simultan menyatakan
bahwa variabel independen yaitu GDP, FDI, dan tax rate memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
yaitu penerimaan PPh Badan (CIT). Secara parsial GDP dan tax rate memiliki pengaruh positif dan signifikan yang artinya
kenaikan atau penurunan GDP dan tax rate akan mempengaruhi kenaikan atau penurunan penerimaan PPh Badan (CIT),
sedangkan FDI tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan PPh Badan (CIT). Melalui penelitian ini diharapkan dapat
mengukur variabel-variabel yang mempunyai pengaruh terhadap penerimaan PPh Badan, sehingga penerimaan PPh
Badan dapat ditingkatkan.
CARA MENGUTIP:
Inriana. M., & Setyowati, M.S. (2020). Pengaruh pertumbuhan ekonomi, foreign direct investment dan tax rate terhadap
penerimaan pph badan negara ASEAN. Indonesian Treasury Review: Jurnal Perbendaharaan, Keuangan Negara dan
Kebijakan Publik, 5(4), 325-342.
325
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342
326
327
328
Sedangkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk keseluruhan output barang dan jasa dalam suatu
menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi ekonomi yang diukur dalam hal nilai tambah yaitu
yang diukur dengan GDP, Foreign Direct dengan persamaan:
Investment, dan Tax Rate terhadap penerimaan GDP = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran
PPh Badan Negara Asean-5. Pemerintah + (Ekspor-Impor)
329
2. Tarif progresif yaitu tarif pajak bagi sebagai suatu kelompok yang berada dalam suatu
dasar pengenaan pajak yang semakin Kawasan yang sama yaitu dalam penelitian ini
besar dengan persentase yang semakin adalah kelompok negara ASEAN. Sedangkan
besar juga. Tarif pajak progresif dapat sampel dipilih untuk memfokuskan objek
dilihat sebagai cerminan dari asas penelitian. Dengan demikian, populasi pada studi
keadilan. ini yaitu Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina,
3. Tarif degresif yaitu pemungutan pajak Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja,
yang apabila dasar pengenaan pajaknya Myanmar dan Laos. Adapun negara yang dipilih
bertambah besar maka persentase tarif sebagai sampel penelitian ini yaitu Singapura,
tersebut menurun. Malaysia, Filipina, Thailand dan Indonesia.
4. Tarif tetap yaitu ukuran tarif pajak Menurut Creswell (2014) variabel bebas
ditentukan dengan jumlah nominal (independen) adalah variabel yang memberikan
(bukan persentase) yang tetap tanpa pengaruh pada hasil. Variabel independen pada
melihat kecil besarnya dasar pengenaan studi ini yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Foreign
pajak. Direct Investment, dan Tax Rate. Sedangkan
variabel terikat (dependen) yaitu hasil dari
2.5 Penerimaan Pajak Penghasilan pengaruh variabel-variabel bebas (Creswell,
Menurut Vergina & Juwita (2013) 2014). Variabel dependen pada studi ini yakni
penerimaan pajak merupakan suatu pemasukan penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
yang diperoleh pemerintah atau otoritas (CIT). Adapun data pada studi ini bersifat data
perpajakan. Tujuan utama dalam penerimaan sekunder yang diperoleh dari World Bank,
pajak adalah untuk membiayai pengeluaran Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG),
pemerintah juga pembangunan nasional baik Organisation for Economic Cooperation and
secara domestik ataupun internasional. Menurut Development (OECD) dan Annual Report dari tiap-
Judisseno (2005) Pajak Penghasilan adalah suatu tiap negara. Studi ini juga memakai variabel krisis
pungutan resmi dari penghasilan yang didapat sebagai variabel kontrol, dimana saat terjadi krisis
oleh suatu wajib pajak dalam tahun pajak tertentu diberi angka 1 dan saat tidak terjadi krisis diberi
yang ditujukan kepada masyarakat guna angka 0. Berikut operasionalisasi variabel dalam
keperluan negara serta kebutuhan masyarakat penelitian ini:
dalam kehidupan bernegara yaitu kewajiban yang
harus dilaksanakan. Tabel 1. Operasional Variabel
330
Effect dan model random effect yang pemilihan foreign direct investment, tax rate dan satu
modelnya ditentukan berdasarkan tiga uji yaitu variabel dependen yaitu penerimaan PPh Badan
Uji Chow, Uji Hausman, dan UJi Lagrange Multiplier atau Corporate Income Tax (CIT), serta variabel
(LM). Pada studi ini diperoleh model yang sesuai krisis sebagai variabel kontrol. Model yang bisa
dengan penelitian yaitu model random effect. dipakai untuk memperkirakan model regresi
Penelitian ini juga menerapkan uji asumsi klasik dengan data panel yaitu model common effect,
seperti uji normalitas, uji multikolinearitas, uji model fixed effect dan model random effect. Dalam
autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Berikut analisis data panel, untuk memilih metode
hasil uji berpasangan untuk menentukan model estimasi terbaik, maka digunakan uji Chow, uji
regresi penelitian: Hausman, dan uji Lagrange Multiplier. Dalam uji
Chow yaitu untuk menguji model estimasi terbaik
antara common effect atau fixed effect dan
diperoleh hasil bahwa model fixed effect adalah
yang terbaik. Dalam Uji Hausman yaitu untuk
menguji model estimasi terbaik antara fixed effect
atau random effect yang memanfaatkan distribusi
Chi-Square dengan derajat independen sebanyak
variabel independen. Dari Uji Hausman diperoleh
model random effect sebagai model terbaik. Pada
uji Lagrange Multiplier (LM) yaitu untuk menguji
model estimasi terbaik antara common effect atau
random effect dan diperoleh model random effect
sebagai model yang terbaik. Maka berdasarkan
pilihan terbaik dari masing-masing pengujian
tersebut diperoleh bahwa yang paling sesuai
untuk penelitian ini adalah dengan memakai
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis model random effect sebagai model estimasi
Gambar 5. Hasil Uji Berpasangan regresi data panel.
Pada model ini ada beberapa variabel Untuk uji asumsi klasik, akan dilakukan
yang ditransformasikan ke dalam bentuk empat uji yaitu uji normalitas, uji
logaritma natural (Ln) yaitu variabel penerimaan multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji
PPh Badan (LnCIT), pertumbuhan ekonomi autokorelasi. Tujuan dilakukannya uji asumsi
(LnGDP) dan Foreign Direct Investment (LnFDI). klasik adalah untuk memastikan bahwa
Tujuan mentransformasi variabel tersebut ke persamaan regresi yang diperoleh memiliki
dalam bentuk logaritma natural adalah untuk estimasi yang akurat, tidak bias dan konsisten.
memperkecil skala sehingga ragamnya relatif Model regresi akan digunakan sebagai alat
kecil. Adapun model regresinya yaitu: estimasi tidak bias jika memenuhi persyaratan
dalam bentuk penaksir tidak bias linier terbaik,
Ln(CIT)it = α + β1Ln(GDP)it + β2Ln(FDI)it + yang berarti bahwa tidak terdapat
β3(TAXRATE)it + β4(Krisis)it + εit heteroskedastisitas, tidak terdapat
Dimana: multikolinieritas, dan juga tidak terdapat
Ln (CIT) : Penerimaan Pajak (USD) autokorelasi yang mempengaruhi. Jika ada
Ln (GDP) : Pertumbuhan Ekonomi (GDP) masalah heteroskedastisitas maka varian
(%) dikatakan tidak tetap sehingga dapat
Ln (FDI) : Foreign Direct Investment (%) mengakibatkan terjadinya bias kesalahan standar.
TAXRATE : Tarif PPh Badan (%) Jika terdapat multikolinieritas, tidak mudah untuk
Krisis : Krisis tahun 1999, 2008 & 2009 memisahkan pengaruh individu dari variabel,
: Konstanta sehingga taraf signifikansi koefisien regresi
β1, β2, β3, β4 : Koefisien Regresi menjadi rendah. Dengan autokorelasi, estimator
ε : Error Term masih tak bias dan stagnan konsisten, hanya
i= 1, 2, 3, ...., 5 : Jumlah Cross Section menjadi tidak efisien.
t= 1, 2, 3, ...., 20 : Periode Waktu Dalam uji asumsi klasik menggunakan uji
normalitas, tidak ditemukannya masalah pada
data dan diperoleh data terdistribusi secara
4. HASIL PENELITIAN normal, begitu juga dengan uji multikolinieritas
Penelitian ini menggunakan aplikasi terpenuhi dimana dalam penelitian ini tidak
statistik Eviews dengan tiga variabel independen terjadi multikolinieritas yaitu semua nilai korelasi
yaitu Pertumbuhan Ekonomi dengan proksi GDP, antar variabel bebas yaitu ≤ 0,8. Untuk uji
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342
331
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
332
Corporate Income Tax (CIT) sebesar 0,06723 (CIT). Dampak positif ini konsisten dengan teori
satuan dengan asumsi variabel Gross Domestic ekonomi, ketika Gross Domestic Product (GDP)
Product (GDP) dan tax rate sama dengan konstan. meningkat, produksi dan kegiatan usaha
b3 = 0,390592, artinya setiap kenaikan satu perusahaan akan tumbuh, sehingga terjadi
satuan variabel tax rate akan menaikkan variabel peningkatan pendapatan usaha dan laba dan
penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax berpengaruh pada penerimaan PPh Badan yang
(CIT) sebesar 0,390592 satuan dengan asumsi meningkat juga.
variabel Gross Domestic Product (GDP) dan Variabel Foreign Direct Investment (FDI)
Foreign Direct Investment (FDI) sama dengan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,8429 lebih
konstan. besar dari nilai signifikansi α = 0,05 (0,8429 >
Berdasarkan nilai koefisien dari 0,05) dan nilai koefisien sebesar 0,006723 yang
persamaan regresi data panel tersebut maka artinya Foreign Direct Investment (FDI) tidak
variabel pertumbuhan ekonomi yang diukur memiliki pengaruh secara signifikan dan memiliki
dengan proksi Gross Domestic Product (GDP) hubungan positif terhadap penerimaan PPh Badan
memiliki nilai koefisien yang paling besar, yaitu atau Corporate Income Tax (CIT). Secara statistik
sebesar 0,924021, yang artinya variabel Foreign Direct Investment (FDI) tidak memiliki
pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan proksi pengaruh terhadap penerimaan PPh Badan, tarif
Gross Domestic Product (GDP) menjadi variabel pajak menjadi salah satu faktor pendukung
yang paling mempengaruhi penerimaan PPh investor untuk menanamkan modalnya di suatu
Badan atau Corporate Income Tax (CIT). negara, tarif pajak yang tinggi juga dapat
Dari model estimasi pada Tabel 2, mengurangi investor untuk menanamkan
diperoleh nilai probabilitas F-statistik sebesar modalnya, sehingga investor juga mencari negara-
0,000000 dan nilai koefisien F-statistik sebesar negara yang banyak fasilitas pajaknya sehingga
193,8958 yang berarti secara simultan variabel tidak memberatkan investor tersebut untuk
bebas pada penelitian ini mampu memberikan proses perluasan bidang usaha atau hal lainnya di
pengaruh yang signifikan serta memiliki negara tersebut. Oleh sebab itu Foreign Direct
hubungan yang positif terhadap variabel terikat Investment (FDI) tidak secara langsung
yaitu penerimaan PPh Badan atau Corporate berpengaruh terhadap penerimaan PPh Badan
Income Tax (CIT). Pada penelitian ini juga atau Corporate Income Tax (CIT), dengan adanya
didapatkan koefisien determinasi (R²) yakni insentif-insentif atau fasilitas pada PPh Badan
sebesar 0,886283 yang berarti bahwa variabel yang mengakibatkan investasi asing langsung
independen yaitu pertumbuhan ekonomi yang tidak meningkatkan penerimaan PPh Badan atau
diukur dengan GDP, FDI dan tax rate mampu Corporate Income Tax (CIT). Besaran nominal
menjelaskan variabel penerimaan PPh Badan atau Foreign Direct Investment (FDI) akan sangat
Corporate Income Tax (CIT) sebesar 88,63%, bergantung pada tarif yang ditetapkan dalam
sedangkan sisanya sebesar 11,37% dipengaruhi sistem perpajakan (Setyowati, et all, 2018).
oleh variabel independen lain diluar model regresi Menurut Setyowati, et all (2018) kenaikan PPh
pada penelitian ini. badan yang harus dibayar perusahaan
Berdasarkan Tabel 1 terlihat pengaruh mencerminkan peningkatan laba sebelum pajak.
yang diberikan dari setiap variabel independen Hal tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa
terhadap penerimaan PPh Badan atau Corporate investasi di negara-negara tersebut memiliki
Income Tax (CIT). Variabel GDP diperoleh nilai prospek yang positif dalam jangka panjang,
probabilitas sebesar 0,0000 lebih kecil dari nilai setidaknya dari sudut pandang lingkungan bisnis
signifikansi α = 0,05 (0,0000 < 0,05) dan nilai dan pasar. Namun demikian, jika kenaikan terjadi
koefisien sebesar 0,924021 yang artinya pada tarif (bukan pajak nominal yang harus
Pertumbuhan Ekonomi yang diukur dengan proksi dibayar perusahaan), maka kenaikan pajak
Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh secara penghasilan badan sebesar 1% akan mendorong
signififikan dan berhubungan positif secara penurunan Foreign Direct Investment (FDI).
statistik terhadap penerimaan PPh Badan atau Variabel Tax Rate diperoleh nilai
Corporate Income Tax (CIT). Hubungan yang probabilitas sebesar 0,0405 lebih kecil dari nilai
positif menunjukkan bahwa semakin tinggi signifikansi α = 0,05 (0,0405 < 0,05) dan nilai
pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara maka koefisien sebesar 0,390592 yang artinya Tarif
penerimaan PPh Badan juga akan meningkat. Pajak (Tax Rate) berpengaruh secara signififikan
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Cung dan berhubungan positif secara statistik terhadap
dan Son (2010) bahwa pertumbuhan ekonomi penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
yang diukur dengan Gross Domestic Product (GDP) (CIT). Hubungan yang positif menunjukkan bahwa
berdampak positif dan signifikan terhadap semakin tinggi tarif pajak dalam suatu negara
penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax maka penerimaan PPh Badan atau Corporate
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342
333
Income Tax (CIT) juga akan meningkat. Hasil ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap
didukung dengan penelitian Cung dan Son (2010) penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
bahwa tarif pajak memiliki dampak positif dan (CIT). Hubungan GDP yang positif menunjukkan
signifikan terhadap penerimaan PPh Badan atau bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi
Corporate Income Tax (CIT). Tax Rate yang dalam suatu negara maka penerimaan PPh Badan
berkorelasi positif terhadap penerimaan PPh juga akan mengalami peningkatan. Dampak positif
Badan atau Corporate Income Tax (CIT) karena ini konsisten dengan teori ekonomi, ketika GDP
tariflah yang menentukan besaran pajak yang meningkat, produksi dan kegiatan usaha
harus dibayar yang dihitung dari dasar pengenaan perusahaan akan tumbuh, sehingga terjadi
pajak (penghasilan kena pajak) sehingga jika tax peningkatan pendapatan usaha dan laba dan
rate naik maka penerimaan PPh Badan atau berpengaruh pada penerimaan PPh Badan atau
Corporate Income Tax (CIT) meningkat. Hal ini Corporate Income Tax (CIT) yang meningkat juga.
juga didorong oleh adanya single tarif untuk PPh Hubungan tax rate yang positif
Badan. Menurut Setyowati (2014) dengan adanya menunjukkan bahwa semakin tinggi tarif pajak
persaingan pajak, terjadi penuruan tax rate yang dalam suatu negara maka penerimaan PPh Badan
diekspektasikan dapat mengurangi penerimaan atau Corporate Income Tax (CIT) juga akan
PPh Badan, dengan asumsi tidak adanya perluasan mengalami peningkatan. Tariflah yang
basis pajak. Asumsi tersebut sejalan dengan teori menentukan besaran pajak yang harus dibayar
supply-side efek aritmatik, bahwa penurunan tarif yang dihitung dari dasar pengenaan pajak
pajak akan mengakibatkan penurunan (penghasilan kena pajak) sehingga tarif PPh badan
penerimaan pajak. berkorelasi positif terhadap penerimaan PPh
Tahun Krisis yang diteliti dari penelitian Badan atau Corporate Income Tax (CIT).
ini yaitu tahun 1999, 2008 dan 2009. Variabel Sedangkan variabel Foreign Direct Investment
Krisis diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,7655 (FDI) dan variabel kontrol yaitu krisis ekonomi
lebih besar dari nilai signifikansi α = 0,05 (0,7655 secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap
> 0,05) dan nilai koefisien sebesar 0,021593 yang penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
artinya variabel dummy yang diukur dengan krisis (CIT). FDI tidak secara langsung berpengaruh
moneter tidak memiliki pengaruh secara terhadap penerimaan PPh Badan, hal tersebut
signifikan dan memiliki hubungan positif terhadap karena adanya insentif-insentif atau fasilitas pada
penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax PPh Badan yang mengakibatkan Foreign Direct
(CIT). Krisis moneter atau krisis ekonomi selama Investment (FDI) tidak meningkatkan penerimaan
tahun-tahun tertentu tidak berpengaruh PPh Badan atau Corporate Income Tax (CIT).
signifikan secara statistik terhadap kenaikan atau Dari penelitian ini dapat disimpulkan
penurunan penerimaan PPh Badan atau Corporate bahwa yang paling berperan terhadap
Income Tax (CIT) pada negara yang menjadi penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
sampel studi ini. Hasil variabel krisis yang tidak (CIT) yaitu pertumbuhan ekonomi yang diukur
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap dengan Gross Domestic Product (GDP). Jika Gross
penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax Domestic Product (GDP) naik, maka penghasilan
(CIT) tidak sesuai dengan logika yang seharusnya dan basis pajak menjadi naik, sehingga
menjadi pengaruh apabila terjadi krisis, karena penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
tahun krisis yang diambil sebagai objek penelitian (CIT) naik dan menjadi meningkat. Sebaliknya,
hanya 3 tahun. jika Gross Domestic Product (GDP) turun, maka
penghasilan dan basis pajak turun, sehingga
5. KESIMPULAN DAN SARAN penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
(CIT) mengalami penurunan. Pertumbuhan
5.1 Kesimpulan ekonomi harus terus dijaga sehingga dapat
membuat penerimaan pajak khususnya
Melalui output pengolahan data statistik penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
yang diperoleh, bisa disimpulkan bahwa variabel (CIT) terus terjaga bahkan mengalami
pertumbuhan ekonomi dengan proksi Gross peningkatan karena semakin besar pertumbuhan
Domestic Product (GDP), Foreign Direct Investment ekonomi suatu negara dapat berpengaruh
(FDI), dan Tax Rate secara simultan berpengaruh meningkatkan penerimaan PPh Badan. Meskipun
signifikan terhadap penerimaan PPh Badan atau secara statistik Foreign Direct Investment (FDI)
Corporate Income Tax (CIT). Hasil uji statistik tidak berpengaruh terhadap penerimaan PPh
secara parsial ditemukan bahwa variabel Badan, namun setiap pemerintah di negara ASEAN
pertumbuhan ekonomi dengan proksi Gross juga harus tetap berupaya untuk menarik investor
Domestic Product (GDP) dan Tax Rate dalam menanamkan modalnya, salah satunya
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342
334
yaitu melalui kebijakan fasilitas pajak seperti tax Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu
allowance dan dengan melalui penurunan tax rate sulitnya mengumpulkan data penerimaan PPh
sehingga dapat meningkatkan Foreign Direct Badan atau Corporate Income Tax (CIT)sehingga
Investment (FDI) di negara ASEAN. Fenomena race penulis menggabungkan data dari OECD dan
to the bottom dinilai dalam jangka panjang juga Annual Report yang dicari di masing-masing
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, negara yang menjadi objek penelitian, oleh karena
sebagaimana terlihat dari yang dilakukan terbatasnya penelitian ini maka tidak semua
Singapura. Artinya penurunan tarif dalam jangka negara ASEAN yang diteliti, melainkan hanya lima
pendek memang dapat menurunkan penerimaan negara yang menjadi objek penelitian. Hasil
PPh Badan, namun dalam jangka panjang panjang variabel krisis dalam penelitian ini menunjukkan
dapat meningkatkan Foreign Direct Investment tidak adanya kesesuaian antara teori dengan hasil
(FDI) dan berdampak pada pertumbuhan uji statistik, dimana variabel krisis tidak
ekonomi. berpengaruh terhadap variabel penerimaan PPh
Badan atau Corporate Income Tax (CIT). Selain itu,
dalam model ini penulis mengasumsikan setiap
5.2 Saran negara yang menjadi sampel sama, pada pengaruh
Guna mendukung proses penelitian pertumbuhan ekonomi, FDI dan Tax Rate untuk
selanjutnya yang lebih baik dan berkualitas, Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya
berikut beberapa saran: dianggap sama, dalam kenyataannya dapat saja
berbeda sehingga dapat dijadikan pada penelitian
1. Penelitian selanjutnya bisa menambah selanjutnya. Dalam penelitian ini juga belum
variasi variabel yang dapat dikaitkan dengan membandingkan mengenai pergeseran Foreign
penerimaan PPh Badan atau Corporate Direct Investment (FDI) sebagai akibat dari
Income Tax (CIT) seperti variabel penurunan/kenaikan tax rate dari masing-masing
makroekonomi yaitu inflasi, kurs dan negara ASEAN.
pendapatan per kapita.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah DAFTAR PUSTAKA
jumlah sampel penelitian terkait penerimaan
PPh Badan atau Corporate Income Tax (CIT), Azwar & Mulyawan. (2017). Analisis Underground
mungkin tidak hanya dari negara ASEAN, Economy Indonesia dan Potensi
tetapi bisa ditambahkan negara lainnya. Penerimaan Pajak. Jurnal Info Artha
Selain itu, untuk penelitian selanjutnya juga Vol.1.
dapat membandingkan mengenai pergeseran
Foreign Direct Investment (FDI) sebagai Babbie, E.R. (2010). The practice of social research.
akibat dari penurunan/kenaikan tax rate dari Belmont, CA: Thomson Wadsworth.
tiap negara ASEAN.
3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan Blanchard, O. (2006). Macroeconomics 4th edition.
dummy=1 untuk Indonesia dan dummy=0 New Jersey: Pearson Prentice Hall.
untuk negara lainnya dalam mengasumsikan
pengaruh pertumbuhan ekonomi, Foreign Caroll, R. (2008). The 2001 and 2003 Tax Relief:
Direct Investment (FDI) dan tax rate terhadap The Benefits of Lower Tax Rates. Tax
penerimaan PPh Badan atau Corporate Foundation, Fiscal Fact.
Income Tax (CIT).
Creswell, J.W. (2014). Research Design,
Qualitative, Quantitative and Mixed
Method Approaches. SAGE Publication.
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
Dalam bidang akademis, melalui Cung, N. H. & Son, T. T. (2010). Determinants of
penelitian ini harapan penulis bisa memberikan Corporate Income Tax Revenue in
kontribusi pengetahuan mengenai faktor yang Vietnam. Advances in Management &
dapat mempengaruhi penerimaan PPh Badan atau Applied Economics, vol. 10, no. 1.
Corporate Income Tax (CIT). Diharapkan Scientific Press International Limited.
penelitian ini bisa menjadi bagian dalam referensi
secara praktis bagi pemerintah Indonesia, untuk Judisseno, R. K. (2005). Pajak dan Strategi Bisnis.
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
dengan penerimaan PPh Badan atau Corporate
Income Tax (CIT). Makki, S. S., & Somwaru, A. (2004). Impact of
Foreign Direct Investment and Trade on
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342
335
Papp, T. & Takats, E. (2008). Tax Rate Cuts and Tax Williams, T. & Turton, V. (2014). Trading
Compliance - The Laffer Curve Revisited. Economics: A Guide to Economic
Research Gate. Statistics for Practitioners and Students.
Wiley Finance Series: United Kingdom.
Ristiyadi, I (2003). Analisis Hubungan Ukuran
Perusahaan dengan Tarif Efektif Pajak
Penghasilan. Tesis. Universitas
Indonesia. Jakarta.
336
Effects Specification
337
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
338
Periods included: 20
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 100
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
339
Effects Specification
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Dapat disimpulkan bahwa model estimasi terbaik untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan
model REM.
340
Periods included: 20
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 100
Swamy and Arora estimator of component variances
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
Untuk uji asumsi klasik ada 4 uji yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
12
Series: Standardized Residuals
Sample 1999 2018
10
Observations 100
8 Mean 7.52e-16
Median -0.032700
Maximum 0.739808
6
Minimum -1.033070
Std. Dev. 0.351039
4 Skewness 0.075622
Kurtosis 3.196759
2
Jarque-Bera 0.256620
Probability 0.879581
0
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
341
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
342
Weighted Statistics