Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

240-Article Text-2483-1-10-20201230

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

INDONESIAN TREASURY REVIEW

JURNAL PERBENDAHARAAN, KEUANGAN NEGARA DAN KEBIJAKAN PUBLIK

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT


DAN TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN

Merry Inriama
Universitas Indonesia
Milla Sepliana Setyowati
Universitas Indonesia

Alamat Korepondensi: merryinriama@gmail.com

ABSTRACT

Economic openness is an important determinant of economic growth. The economic condition of a country can give an
impact on revenues in the taxation sector. This can be seen from one of the tax revenues of a country through the revenue of
corporate income tax. The purpose of this study is to analyze the effect of economic growth as measured by Gross Domestic
Product (GDP), Foreign Direct Investment (FDI), and Tax Rates on Corporate Income Tax (CIT) revenue in the case of five
ASEAN countries during the 1999-2018 period. This research method is carried out using panel data regression with the
estimation of the Random Effect Model or Generalized Least Square (GLS) with the Eviews program. The results of this study
simultaneously state that the independent variables, namely GDP, FDI, and the tax rate have a significant influence on these
variables, namely the income of corporate income tax (CIT). Partially GDP and tax rates have a positive and significant effect,
which means that an increase or decrease in GDP and tax rates will affect the increase or decrease in Corporate Income Tax
(CIT) revenues, while FDI has no effect on Corporate Income Tax (CIT) revenues. Through this research, it is expected to
measure the variables that have an influence on Corporate Income Tax revenue, so that the Corporate Income Tax revenue
can be increased.

Keywords: GDP, FDI, Tax Rates, Corporate Income Tax Revenue.

ABSTRAK

Keterbukaan perekonomian menjadi penentu yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Kondisi perekonomian suatu
negara dapat memberi dampak terhadap penerimaan di sektor perpajakan. Hal tersebut bisa diperhatikan dari salah satu
penerimaan pajak suatu negara yaitu melalui penerimaan PPh Badan. Adapun studi penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Gross Domestic Product (GDP), Foreign Direct
Investment (FDI), dan Tax Rate terhadap besarnya penerimaan PPh Badan (CIT) dalam kasus lima negara ASEAN selama
periode 1999-2018. Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi data panel dengan estimasi model
random effect atau Generalized Least Square (GLS) dengan Eviews. Hasil dari penelitian ini secara simultan menyatakan
bahwa variabel independen yaitu GDP, FDI, dan tax rate memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
yaitu penerimaan PPh Badan (CIT). Secara parsial GDP dan tax rate memiliki pengaruh positif dan signifikan yang artinya
kenaikan atau penurunan GDP dan tax rate akan mempengaruhi kenaikan atau penurunan penerimaan PPh Badan (CIT),
sedangkan FDI tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan PPh Badan (CIT). Melalui penelitian ini diharapkan dapat
mengukur variabel-variabel yang mempunyai pengaruh terhadap penerimaan PPh Badan, sehingga penerimaan PPh
Badan dapat ditingkatkan.

Kata Kunci: GDP, FDI, Tax Rate, Penerimaan PPh Badan.

CARA MENGUTIP:
Inriana. M., & Setyowati, M.S. (2020). Pengaruh pertumbuhan ekonomi, foreign direct investment dan tax rate terhadap
penerimaan pph badan negara ASEAN. Indonesian Treasury Review: Jurnal Perbendaharaan, Keuangan Negara dan
Kebijakan Publik, 5(4), 325-342.

325
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

326

1. PENDAHULUAN kesempatan kerja, pendapatan nasional, dan


kemakmuran warganya (Setyowati, 2015).
1.1 Latar Belakang Dengan meningkatnya kegiatan ekonomi,
memberikan potensi yang sangat menguntungkan
Kompetisi antar negara di dunia saat ini bagi para investor (McGee, 2004). Foreign Direct
mencapai puncak persaingan global yang sengit
Investment (FDI) dianggap oleh para ekonom dan
dari berbagai bidang. Hal tersebut menjadi pembuat kebijakan sebagai sarana utama
tantangan antar individu, antar negara dan antar
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi saat ini.
sumber daya manusia. Persaingan global dalam
Kebijakan proteksionisme yang digaungkan akan
upaya untuk menarik investasi dari luar negeri
berdampak pada bergesernya aliran global foreign
yang sebesar-besarnya bisa meningkatkan faktor direct investment (FDI) ke pasar yang lebih
produksi di dalam negeri yang memiliki
menguntungkan. Negara-negara ASEAN-5
keterbatasan kapasitas. Keterbukaan ekonomi (Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan
menjadi salah satu penentu terpenting Malaysia) berpotensi mendapatkan investasi di
pertumbuhan ekonomi yang semakin populer di
tengah intensnya perang dagang khususnya FDI
antara negara-negara berkembang. Keterbukaan
sektor manufaktur. Berikut grafik inflow Foreign
dalam Foreign Direct Investment (FDI) dan Direct Investment (FDI) dari beberapa negara
perdagangan, sering dipandang sebagai katalis ASEAN:
penting untuk pertumbuhan ekonomi di negara-
negara berkembang (Makki & Somwaru, 2004).
Analisis terkait pertumbuhan ekonomi
penting dilakukan sebagai dasar dalam
memformulasikan arah kebijakan ekonomi makro
serta target pembangunan nasional. Hal ini sejalan
dengan upaya untuk menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkualitas melalui
bauran kebijakan pemerintah baik dari sisi fiskal
maupun moneter (Nurwanda & Rifai, 2018).
Pertumbuhan ekonomi adalah ekspansi dalam
perekonomian suatu negara yang dapat diukur
dengan menggunakan beberapa pendekatan yaitu Sumber: World Bank, Foreign direct investment
Gross National Product (GNP) dan Gross Domestic (FDI), net inflows (% of GDP)
Product (GDP), yang paling sering digunakan Gambar 2. Grafik Foreign Direct Investment
adalah Gross Domestic Product (GDP). Penelitian (FDI) Negara ASEAN 1999-2018
ini mengukur variable pertumbuhan ekonomi
dengan Gross Domestic Product (GDP). Berikut Kompetisi pajak akan mengakibatkan
grafik pertumbuhan ekonomi beberapa negara semua negara berlomba menurunkan tarif pajak
ASEAN yang diukur dari Gross Domestic Product dan pada akhirnya akan berpotensi menurunkan
(GDP): penerimaan pajak dan tidak efisiennya alokasi
modal secara global. Dari pengalaman negara-
negara OECD, telah terjadi penurunan yang
signifikan pada tarif PPh Badan selama 30 tahun
terakhir sebagai bentuk respon atas penurunan
tarif pajak antar negara. Hal ini telah
mengakibatkan berkurangnya belanja pemerintah
untuk pembangunan infrastruktur.
Negara-negara di dunia saat ini memiliki
perbedaan tarif pajak, hal itu membuat negara
memiliki konsensus untuk mengadakan tax
arbitrage yang utamanya digunakan oleh
perusahaan multinasional untuk tax planning.
Dengan demikian banyak negara yang tergerus
Sumber: World Bank, GDP Growth Annual basis penerimaan pajaknya atau karena
Percentage pertukaran keuntungan (profit shifting) ke negara
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Lima lain yang menetapkan tax rate yang lebih rendah
Negara ASEAN 1999-2018 sehingga berpotensi mengalami kehilangan
penerimaan pajak yang substansial. Praktik ini
Investasi memungkinkan suatu negara dapat mengganggu kontinuitas fiskal suatu negara
untuk mengintensifkan kegiatan ekonomi,
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

327

untuk proses membiayai pembangunan ekonomi meningkatkan belanja barang-barang konsumsi.


negaranya dalam jangka panjang. Di sisi lain, peningkatan aktivitas konsumsi ini
Persaingan antar negara untuk memotong direspon perusahaan dengan meningkatkan
tarif PPh badan sudah dilaksanakan di beberapa aktivitas bisnis mereka dengan memperkerjakan
negara yang ada di dunia. Rata-rata tarif PPh lebih banyak pekerja. Tarif yang rendah juga
badan usaha atau korporasi di dunia pada tahun dapat memikat perusahaan untuk mengembalikan
2018 sebesar 21,4% yaitu tidak terlampau tinggi investasi yang dilakukan di luar negeri. Hal-hal ini
jika dilihat dari rata-rata tarif beberapa tahun dapat memaksimalkan kenaikan pertumbuhan
sebelumnya yang berkisar 28,6%. Hasil penelitian ekonomi yang nantinya juga mempengaruhi
Organisation for Economic Cooperation and peningkatan basis data pajak. Azwar dan
Development (OECD, 2019) dalam dua dasawarsa Mulyawan (2017) dalam penelitiannya
terakhir di berbagai negara di dunia memberi menemukan bahwa potensi pajak yang hilang
kesimpulan bahwa tarif PPh badan mengalami akibat dari penurunan tarif pajak per tahun dapat
tren penurunan, juga dinyatakan bahwa tidak mencapai sekitar Rp. 487 triliun yang sebanding
banyak negara yang menerapkan tarif PPh badan dengan 1,9% GDP. Penurunan tarif pajak dalam
di atas 30%. jangka pendek akan menurunkan penerimaan
pajak, namun dalam jangka panjang diharapkan
dapat meningkatkan Foreign Direct Investment
(FDI) dan Gross Domestic Product (GDP).
Berdasarkan Gambar 2 dibawah ini
terdapat perbandingan penerimaan PPh Badan
antar negara ASEAN-5. Gambar dibawah ini
menunjukkan adanya perbedaan penerimaan PPh
Badan antar negara. Di periode tahun tertentu
yaitu tahun 1999, 2001, 2008, dan 2009 beberapa
negara mengalami penurunan penerimaan PPh
Badan yang signifikan dibandingkan tahun
lainnya. Penyebabnya yaitu karena adanya krisis
Sumber: CNN Indonesia (2019) global di periode tersebut. Namun, selain
Gambar 3. Data Tarif PPh Badan di Negara- diperiode tahun tersebut penerimaan PPh Badan
Negara ASEAN mengalami peningkatan.

Tren penurunan tarif pajak korporasi 10


tahun terakhir dari emerging countries ASEAN
secara tidak langsung mendorong terjadinya tax
competition antar negara. Vietnam dan Thailand,
bahkan telah dua kali menurunkan tarif pajak
korporasi untuk mendorong investasi. Kompetisi
tarif pajak korporasi antar negera dapat
mengaburkan pengimplementasian kesetaraan
atau fairness dalam praktek bisnisnya (level
playing field) di regional ASEAN. Perang tarif pajak
antar negara meningkatkan potensi munculnya
penurunan tarif yang signifikan, yang disebut
istilah race to bottom, yang akan mengakibatkan Sumber: OECD & Annual Report (Data diolah)
penurunan penerimaan negara. Meskipun Gambar 4. Corporate Income Tax ASEAN-5
kompetisi tidak dapat dihindari, namun dengan
adanya koordinasi tarif pajak di kawasan ASEAN Pokok permasalahan dalam penelitian ini
diharapkan dapat mencegah terjadinya hal ini. untuk menganalisis adanya kemungkinan faktor
Papp dan Takats (2008) menyatakan pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan GDP,
bahwa penurunan tarif memengaruhi penerimaan Foreign Direct Investment (FDI) dan tax rate yang
pajak melalui dua hal yaitu peningkatan basis data dapat memengaruhi penerimaan PPh Badan
dan kepatuhan perpajakan. Keduanya sangat sehingga pertanyaan dari penelitian ini yaitu
bergantung kepada respons perilaku wajib pajak “Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi
terhadap kebijakan penurunan tarif. Teorinya, yang diukur dengan GDP, Foreign Direct
peningkatan pendapatan dari penurunan tarif Investment (FDI) dan Tax Rate terhadap
pajak direspon oleh masyarakat dengan penerimaan PPh Badan Negara Asean-5?”
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

328

Sedangkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk keseluruhan output barang dan jasa dalam suatu
menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi ekonomi yang diukur dalam hal nilai tambah yaitu
yang diukur dengan GDP, Foreign Direct dengan persamaan:
Investment, dan Tax Rate terhadap penerimaan GDP = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran
PPh Badan Negara Asean-5. Pemerintah + (Ekspor-Impor)

2. LANDASAN TEORI 2.3 Foreign Direct Investment (FDI)


2.1 Pertumbuhan Ekonomi Foreign Direct Investment (FDI)
merupakan investasi yang berkaitan dengan
Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi hubungan jangka panjang dan dapat
dapat digambarkan dengan terjadinya kemajuan
merefleksikan ketertarikan dan pengendalian
atau perkembangan ekonomi yang menunjukkan dalam jangka waktu yang lama dalam satu
aktivitas perekonomian pada negara atau daerah
ekonomi (investor asing langsung atau
di periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang perusahaan induk) oleh entitas penduduk dalam
terjadi dalam suatu wilayah dapat terjadi secara
perusahaan yang berada dalam perekonomian
lambat dan juga dapat mengalami kemajuan yang selain perekonomian investor asing langsung
cukup pesat. Menurut Kuznets pertumbuhan
(perusahaan Foreign Direct Investment (FDI) atau
ekonomi (economic growth) merupakan
perusahaan afiliasi atau perusahaan afiliasi asing).
peningkatan suatu kapasitas dalam jangka waktu
Foreign Direct Investment (FDI) menyiratkan
yang lama dari suatu negara tertentu untuk bahwa investor dapat memberikan dampak yang
penduduknya dalam menyediakan berbagai
signifikan terhadap manajemen perusahaan di
barang ekonomi yang dibutuhkan. Pertumbuhan
ekonomi lain. Investasi tersebut berkaitan dengan
ekonomi yang tinggi dan tahapannya yang secara
transaksi yang awal diantara kedua entitas dan
terus menerus terjadi merupakan keadaan
transaksi-transaksi berikutnya di antara afiliasi
penting bagi kelangsungan pembangunan
asing; baik instansi dalam bentuk hukum maupun
ekonomi (Tambunan, 2001). Pertumbuhan
tidak. Foreign Direct Investment (FDI) dapat
ekonomi menentukan sejauh mana tambahan
dilakukan oleh suatu entitas bisnis ataupun
pendapatan masyarakat dapat dihasilkan melalui individu (UNCTAD, 2000). Foreign Direct
aktivitas perekonomian pada suatu periode Investment (FDI) secara kompleks dapat
tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa
dipandang untuk mempercepat atau
perekonomian mengalami pertumbuhan jika
memperlambat transformasi ekonomi dari
pendapatan riil masyarakat pada tahun ekonomi transisi. Investasi asing langsung
sebelumnya lebih kecil dari pada pendapatan riil diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
masyarakat pada tahun tertentu.). Untuk
pemahaman terhadap ekonomi melalui pelatihan
mengukur berapa pertumbuhan ekonomi secara tenaga kerja, akuisisi keterampilan dan difusi
angka artimatika, maka indikator yang dapat
karena hal tersebut dapat memudahkan transfer
digunakan dalam menilai pertumbuhan ekonomi
secara teknologi. Hal tersebut berkontribusi atau
adalah Gross Domestic Product (GDP).
bermanfaat pada pengenalan praktik manajemen
dan organisasi yang baru sehingga menjadi lebih
2.2 Gross Domestic Product (GDP) efisien dari proses produksi, yang pada waktunya
Menurut Blanchard (2006), Pertumbuhan akan meningkatkan produktivitas negara dan
ekonomi yang diukur dengan Gross Domestic merangsang pertumbuhan ekonomi (Srinivasan,
Product (GDP) adalah ukuran dalam akun et al, 2011).
pendapatan nasional yang dapat diukur melalui
2.4 Tax Rate
produksi agregat. Blanchard (2006) menjelaskan
bahwa GDP dalam suatu perekonomian disebut Pajak dapat dipungut melalui suatu tarif
sebagai value atas barang dan jasa akhir yang tertentu. Tarif pajak yaitu sebagai standar atau
dihasilkan, jumlah pertambahan nilai dalam patokan pemungutan pajak yang berdasarkan
sebuah perekonomian dan jumlah penerimaan perhitungan proporsi (persentase) atau bersifat
dalam perekonomian selama periode waktu tetap.
tertentu. Langkah penilaian angka GDP dinilai Ristiyadi (2003) menyampaikan bahwa
melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan tarif pajak terdiri dari empat macam varian:
pendapatan, pendekatan produksi dan 1. Tarif proporsional yaitu suatu tarif
pendekatan pengeluaran. Melalui ketiga pajak dengan proporsi (dinyatakan
pendekatan tersebut, secara konsep akan dalam persentase) yang konstan atau
mengeluarkan nilai yang sama. Menurut Williams tetap.
& Turton (2014) GDP merupakan ukuran dari
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

329

2. Tarif progresif yaitu tarif pajak bagi sebagai suatu kelompok yang berada dalam suatu
dasar pengenaan pajak yang semakin Kawasan yang sama yaitu dalam penelitian ini
besar dengan persentase yang semakin adalah kelompok negara ASEAN. Sedangkan
besar juga. Tarif pajak progresif dapat sampel dipilih untuk memfokuskan objek
dilihat sebagai cerminan dari asas penelitian. Dengan demikian, populasi pada studi
keadilan. ini yaitu Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina,
3. Tarif degresif yaitu pemungutan pajak Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja,
yang apabila dasar pengenaan pajaknya Myanmar dan Laos. Adapun negara yang dipilih
bertambah besar maka persentase tarif sebagai sampel penelitian ini yaitu Singapura,
tersebut menurun. Malaysia, Filipina, Thailand dan Indonesia.
4. Tarif tetap yaitu ukuran tarif pajak Menurut Creswell (2014) variabel bebas
ditentukan dengan jumlah nominal (independen) adalah variabel yang memberikan
(bukan persentase) yang tetap tanpa pengaruh pada hasil. Variabel independen pada
melihat kecil besarnya dasar pengenaan studi ini yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Foreign
pajak. Direct Investment, dan Tax Rate. Sedangkan
variabel terikat (dependen) yaitu hasil dari
2.5 Penerimaan Pajak Penghasilan pengaruh variabel-variabel bebas (Creswell,
Menurut Vergina & Juwita (2013) 2014). Variabel dependen pada studi ini yakni
penerimaan pajak merupakan suatu pemasukan penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
yang diperoleh pemerintah atau otoritas (CIT). Adapun data pada studi ini bersifat data
perpajakan. Tujuan utama dalam penerimaan sekunder yang diperoleh dari World Bank,
pajak adalah untuk membiayai pengeluaran Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG),
pemerintah juga pembangunan nasional baik Organisation for Economic Cooperation and
secara domestik ataupun internasional. Menurut Development (OECD) dan Annual Report dari tiap-
Judisseno (2005) Pajak Penghasilan adalah suatu tiap negara. Studi ini juga memakai variabel krisis
pungutan resmi dari penghasilan yang didapat sebagai variabel kontrol, dimana saat terjadi krisis
oleh suatu wajib pajak dalam tahun pajak tertentu diberi angka 1 dan saat tidak terjadi krisis diberi
yang ditujukan kepada masyarakat guna angka 0. Berikut operasionalisasi variabel dalam
keperluan negara serta kebutuhan masyarakat penelitian ini:
dalam kehidupan bernegara yaitu kewajiban yang
harus dilaksanakan. Tabel 1. Operasional Variabel

Sistem pajak penghasilan dapat dirancang baik No Variabel Keterangan Sumber


atas dasar “global” maupun atas dasar “scheduler”, Corporate
walaupun didalam praktik kebanyakan “global Penerimaan Income Tax Annual
income tax systems” mempunyai ciri-ciri atau PPh Badan (GDP x Corp Tax Report &
bagian (features) yang “schedular”, dan beberapa 1 (USD) Revenue) OECD
“scheduler income tax systems” mempunyai bagian Pertumbuhan Gross Domestic
yang “global”. Dalam sistem global income tax 2 Ekonomi (%) Product (GDP) World Bank
dijumlahkan seluruh sumber penghasilan, Foreign Foreign direct
sedangkan dalam sistem scheduler income tax Direct investment, net
ditetapkan pajak atas setiap sumber penghasilan Investment inflows (% of
yang terpisah. (Tarigan, 2001) 3 (%) GDP) World Bank
Corporate Tax
3. METODE PENELITIAN 4 Tax Rate Rate KPMG
Krisis diberi
Studi ini memakai pendekatan kuantitatif Krisis yang angka=1,
yang bertujuan untuk menetapkan kaitan antara terjadi pada diluar krisis
variabel independen dan variabel dependen Dummy tahun 1999 dan diberi
dalam suatu populasi dan sampel yang digunakan 5 Krisis 2008-2009 angka=0
dalam penelitian (Babbie, 2010). Penelitian ini Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
memanfaatkan kombinasi data yaitu cross section
dan time series yang dinamakan sebagai data Data–data yang sudah tersedia akan
panel. Dalam studi ini periode waktu yang dianalisis melalui model regresi data panel dengan
dianalisis dari 1999 hingga 2018 digabungkan bantuan software Eviews. Hasil estimasi model
dari lima negara ASEAN melalui data sekunder. regresi data panel akan dilihat melalui tiga model
Populasi dalam penelitian ini dapat diartikan estimasi yaitu model Common effect, model Fixed
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

330

Effect dan model random effect yang pemilihan foreign direct investment, tax rate dan satu
modelnya ditentukan berdasarkan tiga uji yaitu variabel dependen yaitu penerimaan PPh Badan
Uji Chow, Uji Hausman, dan UJi Lagrange Multiplier atau Corporate Income Tax (CIT), serta variabel
(LM). Pada studi ini diperoleh model yang sesuai krisis sebagai variabel kontrol. Model yang bisa
dengan penelitian yaitu model random effect. dipakai untuk memperkirakan model regresi
Penelitian ini juga menerapkan uji asumsi klasik dengan data panel yaitu model common effect,
seperti uji normalitas, uji multikolinearitas, uji model fixed effect dan model random effect. Dalam
autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Berikut analisis data panel, untuk memilih metode
hasil uji berpasangan untuk menentukan model estimasi terbaik, maka digunakan uji Chow, uji
regresi penelitian: Hausman, dan uji Lagrange Multiplier. Dalam uji
Chow yaitu untuk menguji model estimasi terbaik
antara common effect atau fixed effect dan
diperoleh hasil bahwa model fixed effect adalah
yang terbaik. Dalam Uji Hausman yaitu untuk
menguji model estimasi terbaik antara fixed effect
atau random effect yang memanfaatkan distribusi
Chi-Square dengan derajat independen sebanyak
variabel independen. Dari Uji Hausman diperoleh
model random effect sebagai model terbaik. Pada
uji Lagrange Multiplier (LM) yaitu untuk menguji
model estimasi terbaik antara common effect atau
random effect dan diperoleh model random effect
sebagai model yang terbaik. Maka berdasarkan
pilihan terbaik dari masing-masing pengujian
tersebut diperoleh bahwa yang paling sesuai
untuk penelitian ini adalah dengan memakai
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis model random effect sebagai model estimasi
Gambar 5. Hasil Uji Berpasangan regresi data panel.
Pada model ini ada beberapa variabel Untuk uji asumsi klasik, akan dilakukan
yang ditransformasikan ke dalam bentuk empat uji yaitu uji normalitas, uji
logaritma natural (Ln) yaitu variabel penerimaan multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji
PPh Badan (LnCIT), pertumbuhan ekonomi autokorelasi. Tujuan dilakukannya uji asumsi
(LnGDP) dan Foreign Direct Investment (LnFDI). klasik adalah untuk memastikan bahwa
Tujuan mentransformasi variabel tersebut ke persamaan regresi yang diperoleh memiliki
dalam bentuk logaritma natural adalah untuk estimasi yang akurat, tidak bias dan konsisten.
memperkecil skala sehingga ragamnya relatif Model regresi akan digunakan sebagai alat
kecil. Adapun model regresinya yaitu: estimasi tidak bias jika memenuhi persyaratan
dalam bentuk penaksir tidak bias linier terbaik,
Ln(CIT)it = α + β1Ln(GDP)it + β2Ln(FDI)it + yang berarti bahwa tidak terdapat
β3(TAXRATE)it + β4(Krisis)it + εit heteroskedastisitas, tidak terdapat
Dimana: multikolinieritas, dan juga tidak terdapat
Ln (CIT) : Penerimaan Pajak (USD) autokorelasi yang mempengaruhi. Jika ada
Ln (GDP) : Pertumbuhan Ekonomi (GDP) masalah heteroskedastisitas maka varian
(%) dikatakan tidak tetap sehingga dapat
Ln (FDI) : Foreign Direct Investment (%) mengakibatkan terjadinya bias kesalahan standar.
TAXRATE : Tarif PPh Badan (%) Jika terdapat multikolinieritas, tidak mudah untuk
Krisis : Krisis tahun 1999, 2008 & 2009 memisahkan pengaruh individu dari variabel,
: Konstanta sehingga taraf signifikansi koefisien regresi
β1, β2, β3, β4 : Koefisien Regresi menjadi rendah. Dengan autokorelasi, estimator
ε : Error Term masih tak bias dan stagnan konsisten, hanya
i= 1, 2, 3, ...., 5 : Jumlah Cross Section menjadi tidak efisien.
t= 1, 2, 3, ...., 20 : Periode Waktu Dalam uji asumsi klasik menggunakan uji
normalitas, tidak ditemukannya masalah pada
data dan diperoleh data terdistribusi secara
4. HASIL PENELITIAN normal, begitu juga dengan uji multikolinieritas
Penelitian ini menggunakan aplikasi terpenuhi dimana dalam penelitian ini tidak
statistik Eviews dengan tiga variabel independen terjadi multikolinieritas yaitu semua nilai korelasi
yaitu Pertumbuhan Ekonomi dengan proksi GDP, antar variabel bebas yaitu ≤ 0,8. Untuk uji
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

331

heterokedastisitas juga terpenuhi yaitu terjadi heterokedastisitas. Sedangkan dalam uji


berdasarkan metode Glejser nilai probabilitas autokorelasi tidak terpenuhi dimana terjadi
semua variabel bebas lebih besar dari nilai taraf autokorelasi secara positif.
toleransi 5%, maka dalam penelitian ini juga tidak
Berikut hasil uji regresi data panel

Tabel 2. Hasil Estimasi Regresi Pada Model Random Effect


Dependent Variable: CIT
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Sample: 1999 2018
Periods included: 20
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 100
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0,299833 0,659576 0,454584 0,6504


GDP 0,924021 0,040162 23,00710 0,0000
FDI 0,006723 0,033828 0,198747 0,8429
TAXRATE 0,390592 0,188076 2,076782 0,0405
KRISIS 0,021593 0,072196 0,299088 0,7655

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0,582379 0,8695


Idiosyncratic random 0,225658 0,1305

Weighted Statistics

R-squared 0,890878 Mean dependent var 0,253067


Adjusted R-squared 0,886283 S.D. dependent var 0,658913
S.E. of regression 0,222198 Sum squared resid 4,690338
F-statistic 193,8958 Durbin-Watson stat 0,438604
Prob(F-statistic) 0,000000

Unweighted Statistics

R-squared 0,767158 Mean dependent var 2,931763


Sum squared resid 12,19958 Durbin-Watson stat 0,168629

Sumber: Hasil olahan data eviews


Berdasarkan hasil estimasi regresi diatas, Income Tax (CIT) akan naik sebesar 0,29983
maka persamaan model regresinya adalah: satuan.
b1= 0,924021, artinya setiap kenaikan satu satuan
CIT = 0,299833 + 0,924021 GDP + 0,006723 FDI + variabel Gross Domestic Product (GDP) akan
0,390592 TAXRATE + 0,021593 Krisis menaikkan variabel Penerimaan PPh Badan atau
Corporate Income Tax (CIT) sebesar 0,924021
Adapun penjelasan dari persamaan satuan dengan asumsi variabel Foreign Direct
regresi data panel diatas adalah sebagai berikut: Investment (FDI) dan tax rate sama dengan
a = 0,299833, artinya jika diasumsikan semua konstan.
variabel bebas bernilai sama dengan nol, maka b2 = 0,06723, artinya setiap kenaikan satu satuan
variabel penerimaan PPh Badan atau Corporate variabel Foreign Direct Investment (FDI) akan
menaikkan variabel penerimaan PPh Badan atau
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

332

Corporate Income Tax (CIT) sebesar 0,06723 (CIT). Dampak positif ini konsisten dengan teori
satuan dengan asumsi variabel Gross Domestic ekonomi, ketika Gross Domestic Product (GDP)
Product (GDP) dan tax rate sama dengan konstan. meningkat, produksi dan kegiatan usaha
b3 = 0,390592, artinya setiap kenaikan satu perusahaan akan tumbuh, sehingga terjadi
satuan variabel tax rate akan menaikkan variabel peningkatan pendapatan usaha dan laba dan
penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax berpengaruh pada penerimaan PPh Badan yang
(CIT) sebesar 0,390592 satuan dengan asumsi meningkat juga.
variabel Gross Domestic Product (GDP) dan Variabel Foreign Direct Investment (FDI)
Foreign Direct Investment (FDI) sama dengan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,8429 lebih
konstan. besar dari nilai signifikansi α = 0,05 (0,8429 >
Berdasarkan nilai koefisien dari 0,05) dan nilai koefisien sebesar 0,006723 yang
persamaan regresi data panel tersebut maka artinya Foreign Direct Investment (FDI) tidak
variabel pertumbuhan ekonomi yang diukur memiliki pengaruh secara signifikan dan memiliki
dengan proksi Gross Domestic Product (GDP) hubungan positif terhadap penerimaan PPh Badan
memiliki nilai koefisien yang paling besar, yaitu atau Corporate Income Tax (CIT). Secara statistik
sebesar 0,924021, yang artinya variabel Foreign Direct Investment (FDI) tidak memiliki
pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan proksi pengaruh terhadap penerimaan PPh Badan, tarif
Gross Domestic Product (GDP) menjadi variabel pajak menjadi salah satu faktor pendukung
yang paling mempengaruhi penerimaan PPh investor untuk menanamkan modalnya di suatu
Badan atau Corporate Income Tax (CIT). negara, tarif pajak yang tinggi juga dapat
Dari model estimasi pada Tabel 2, mengurangi investor untuk menanamkan
diperoleh nilai probabilitas F-statistik sebesar modalnya, sehingga investor juga mencari negara-
0,000000 dan nilai koefisien F-statistik sebesar negara yang banyak fasilitas pajaknya sehingga
193,8958 yang berarti secara simultan variabel tidak memberatkan investor tersebut untuk
bebas pada penelitian ini mampu memberikan proses perluasan bidang usaha atau hal lainnya di
pengaruh yang signifikan serta memiliki negara tersebut. Oleh sebab itu Foreign Direct
hubungan yang positif terhadap variabel terikat Investment (FDI) tidak secara langsung
yaitu penerimaan PPh Badan atau Corporate berpengaruh terhadap penerimaan PPh Badan
Income Tax (CIT). Pada penelitian ini juga atau Corporate Income Tax (CIT), dengan adanya
didapatkan koefisien determinasi (R²) yakni insentif-insentif atau fasilitas pada PPh Badan
sebesar 0,886283 yang berarti bahwa variabel yang mengakibatkan investasi asing langsung
independen yaitu pertumbuhan ekonomi yang tidak meningkatkan penerimaan PPh Badan atau
diukur dengan GDP, FDI dan tax rate mampu Corporate Income Tax (CIT). Besaran nominal
menjelaskan variabel penerimaan PPh Badan atau Foreign Direct Investment (FDI) akan sangat
Corporate Income Tax (CIT) sebesar 88,63%, bergantung pada tarif yang ditetapkan dalam
sedangkan sisanya sebesar 11,37% dipengaruhi sistem perpajakan (Setyowati, et all, 2018).
oleh variabel independen lain diluar model regresi Menurut Setyowati, et all (2018) kenaikan PPh
pada penelitian ini. badan yang harus dibayar perusahaan
Berdasarkan Tabel 1 terlihat pengaruh mencerminkan peningkatan laba sebelum pajak.
yang diberikan dari setiap variabel independen Hal tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa
terhadap penerimaan PPh Badan atau Corporate investasi di negara-negara tersebut memiliki
Income Tax (CIT). Variabel GDP diperoleh nilai prospek yang positif dalam jangka panjang,
probabilitas sebesar 0,0000 lebih kecil dari nilai setidaknya dari sudut pandang lingkungan bisnis
signifikansi α = 0,05 (0,0000 < 0,05) dan nilai dan pasar. Namun demikian, jika kenaikan terjadi
koefisien sebesar 0,924021 yang artinya pada tarif (bukan pajak nominal yang harus
Pertumbuhan Ekonomi yang diukur dengan proksi dibayar perusahaan), maka kenaikan pajak
Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh secara penghasilan badan sebesar 1% akan mendorong
signififikan dan berhubungan positif secara penurunan Foreign Direct Investment (FDI).
statistik terhadap penerimaan PPh Badan atau Variabel Tax Rate diperoleh nilai
Corporate Income Tax (CIT). Hubungan yang probabilitas sebesar 0,0405 lebih kecil dari nilai
positif menunjukkan bahwa semakin tinggi signifikansi α = 0,05 (0,0405 < 0,05) dan nilai
pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara maka koefisien sebesar 0,390592 yang artinya Tarif
penerimaan PPh Badan juga akan meningkat. Pajak (Tax Rate) berpengaruh secara signififikan
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Cung dan berhubungan positif secara statistik terhadap
dan Son (2010) bahwa pertumbuhan ekonomi penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
yang diukur dengan Gross Domestic Product (GDP) (CIT). Hubungan yang positif menunjukkan bahwa
berdampak positif dan signifikan terhadap semakin tinggi tarif pajak dalam suatu negara
penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax maka penerimaan PPh Badan atau Corporate
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

333

Income Tax (CIT) juga akan meningkat. Hasil ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap
didukung dengan penelitian Cung dan Son (2010) penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
bahwa tarif pajak memiliki dampak positif dan (CIT). Hubungan GDP yang positif menunjukkan
signifikan terhadap penerimaan PPh Badan atau bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi
Corporate Income Tax (CIT). Tax Rate yang dalam suatu negara maka penerimaan PPh Badan
berkorelasi positif terhadap penerimaan PPh juga akan mengalami peningkatan. Dampak positif
Badan atau Corporate Income Tax (CIT) karena ini konsisten dengan teori ekonomi, ketika GDP
tariflah yang menentukan besaran pajak yang meningkat, produksi dan kegiatan usaha
harus dibayar yang dihitung dari dasar pengenaan perusahaan akan tumbuh, sehingga terjadi
pajak (penghasilan kena pajak) sehingga jika tax peningkatan pendapatan usaha dan laba dan
rate naik maka penerimaan PPh Badan atau berpengaruh pada penerimaan PPh Badan atau
Corporate Income Tax (CIT) meningkat. Hal ini Corporate Income Tax (CIT) yang meningkat juga.
juga didorong oleh adanya single tarif untuk PPh Hubungan tax rate yang positif
Badan. Menurut Setyowati (2014) dengan adanya menunjukkan bahwa semakin tinggi tarif pajak
persaingan pajak, terjadi penuruan tax rate yang dalam suatu negara maka penerimaan PPh Badan
diekspektasikan dapat mengurangi penerimaan atau Corporate Income Tax (CIT) juga akan
PPh Badan, dengan asumsi tidak adanya perluasan mengalami peningkatan. Tariflah yang
basis pajak. Asumsi tersebut sejalan dengan teori menentukan besaran pajak yang harus dibayar
supply-side efek aritmatik, bahwa penurunan tarif yang dihitung dari dasar pengenaan pajak
pajak akan mengakibatkan penurunan (penghasilan kena pajak) sehingga tarif PPh badan
penerimaan pajak. berkorelasi positif terhadap penerimaan PPh
Tahun Krisis yang diteliti dari penelitian Badan atau Corporate Income Tax (CIT).
ini yaitu tahun 1999, 2008 dan 2009. Variabel Sedangkan variabel Foreign Direct Investment
Krisis diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,7655 (FDI) dan variabel kontrol yaitu krisis ekonomi
lebih besar dari nilai signifikansi α = 0,05 (0,7655 secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap
> 0,05) dan nilai koefisien sebesar 0,021593 yang penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
artinya variabel dummy yang diukur dengan krisis (CIT). FDI tidak secara langsung berpengaruh
moneter tidak memiliki pengaruh secara terhadap penerimaan PPh Badan, hal tersebut
signifikan dan memiliki hubungan positif terhadap karena adanya insentif-insentif atau fasilitas pada
penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax PPh Badan yang mengakibatkan Foreign Direct
(CIT). Krisis moneter atau krisis ekonomi selama Investment (FDI) tidak meningkatkan penerimaan
tahun-tahun tertentu tidak berpengaruh PPh Badan atau Corporate Income Tax (CIT).
signifikan secara statistik terhadap kenaikan atau Dari penelitian ini dapat disimpulkan
penurunan penerimaan PPh Badan atau Corporate bahwa yang paling berperan terhadap
Income Tax (CIT) pada negara yang menjadi penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
sampel studi ini. Hasil variabel krisis yang tidak (CIT) yaitu pertumbuhan ekonomi yang diukur
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap dengan Gross Domestic Product (GDP). Jika Gross
penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax Domestic Product (GDP) naik, maka penghasilan
(CIT) tidak sesuai dengan logika yang seharusnya dan basis pajak menjadi naik, sehingga
menjadi pengaruh apabila terjadi krisis, karena penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
tahun krisis yang diambil sebagai objek penelitian (CIT) naik dan menjadi meningkat. Sebaliknya,
hanya 3 tahun. jika Gross Domestic Product (GDP) turun, maka
penghasilan dan basis pajak turun, sehingga
5. KESIMPULAN DAN SARAN penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
(CIT) mengalami penurunan. Pertumbuhan
5.1 Kesimpulan ekonomi harus terus dijaga sehingga dapat
membuat penerimaan pajak khususnya
Melalui output pengolahan data statistik penerimaan PPh Badan atau Corporate Income Tax
yang diperoleh, bisa disimpulkan bahwa variabel (CIT) terus terjaga bahkan mengalami
pertumbuhan ekonomi dengan proksi Gross peningkatan karena semakin besar pertumbuhan
Domestic Product (GDP), Foreign Direct Investment ekonomi suatu negara dapat berpengaruh
(FDI), dan Tax Rate secara simultan berpengaruh meningkatkan penerimaan PPh Badan. Meskipun
signifikan terhadap penerimaan PPh Badan atau secara statistik Foreign Direct Investment (FDI)
Corporate Income Tax (CIT). Hasil uji statistik tidak berpengaruh terhadap penerimaan PPh
secara parsial ditemukan bahwa variabel Badan, namun setiap pemerintah di negara ASEAN
pertumbuhan ekonomi dengan proksi Gross juga harus tetap berupaya untuk menarik investor
Domestic Product (GDP) dan Tax Rate dalam menanamkan modalnya, salah satunya
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

334

yaitu melalui kebijakan fasilitas pajak seperti tax Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu
allowance dan dengan melalui penurunan tax rate sulitnya mengumpulkan data penerimaan PPh
sehingga dapat meningkatkan Foreign Direct Badan atau Corporate Income Tax (CIT)sehingga
Investment (FDI) di negara ASEAN. Fenomena race penulis menggabungkan data dari OECD dan
to the bottom dinilai dalam jangka panjang juga Annual Report yang dicari di masing-masing
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, negara yang menjadi objek penelitian, oleh karena
sebagaimana terlihat dari yang dilakukan terbatasnya penelitian ini maka tidak semua
Singapura. Artinya penurunan tarif dalam jangka negara ASEAN yang diteliti, melainkan hanya lima
pendek memang dapat menurunkan penerimaan negara yang menjadi objek penelitian. Hasil
PPh Badan, namun dalam jangka panjang panjang variabel krisis dalam penelitian ini menunjukkan
dapat meningkatkan Foreign Direct Investment tidak adanya kesesuaian antara teori dengan hasil
(FDI) dan berdampak pada pertumbuhan uji statistik, dimana variabel krisis tidak
ekonomi. berpengaruh terhadap variabel penerimaan PPh
Badan atau Corporate Income Tax (CIT). Selain itu,
dalam model ini penulis mengasumsikan setiap
5.2 Saran negara yang menjadi sampel sama, pada pengaruh
Guna mendukung proses penelitian pertumbuhan ekonomi, FDI dan Tax Rate untuk
selanjutnya yang lebih baik dan berkualitas, Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya
berikut beberapa saran: dianggap sama, dalam kenyataannya dapat saja
berbeda sehingga dapat dijadikan pada penelitian
1. Penelitian selanjutnya bisa menambah selanjutnya. Dalam penelitian ini juga belum
variasi variabel yang dapat dikaitkan dengan membandingkan mengenai pergeseran Foreign
penerimaan PPh Badan atau Corporate Direct Investment (FDI) sebagai akibat dari
Income Tax (CIT) seperti variabel penurunan/kenaikan tax rate dari masing-masing
makroekonomi yaitu inflasi, kurs dan negara ASEAN.
pendapatan per kapita.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah DAFTAR PUSTAKA
jumlah sampel penelitian terkait penerimaan
PPh Badan atau Corporate Income Tax (CIT), Azwar & Mulyawan. (2017). Analisis Underground
mungkin tidak hanya dari negara ASEAN, Economy Indonesia dan Potensi
tetapi bisa ditambahkan negara lainnya. Penerimaan Pajak. Jurnal Info Artha
Selain itu, untuk penelitian selanjutnya juga Vol.1.
dapat membandingkan mengenai pergeseran
Foreign Direct Investment (FDI) sebagai Babbie, E.R. (2010). The practice of social research.
akibat dari penurunan/kenaikan tax rate dari Belmont, CA: Thomson Wadsworth.
tiap negara ASEAN.
3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan Blanchard, O. (2006). Macroeconomics 4th edition.
dummy=1 untuk Indonesia dan dummy=0 New Jersey: Pearson Prentice Hall.
untuk negara lainnya dalam mengasumsikan
pengaruh pertumbuhan ekonomi, Foreign Caroll, R. (2008). The 2001 and 2003 Tax Relief:
Direct Investment (FDI) dan tax rate terhadap The Benefits of Lower Tax Rates. Tax
penerimaan PPh Badan atau Corporate Foundation, Fiscal Fact.
Income Tax (CIT).
Creswell, J.W. (2014). Research Design,
Qualitative, Quantitative and Mixed
Method Approaches. SAGE Publication.
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
Dalam bidang akademis, melalui Cung, N. H. & Son, T. T. (2010). Determinants of
penelitian ini harapan penulis bisa memberikan Corporate Income Tax Revenue in
kontribusi pengetahuan mengenai faktor yang Vietnam. Advances in Management &
dapat mempengaruhi penerimaan PPh Badan atau Applied Economics, vol. 10, no. 1.
Corporate Income Tax (CIT). Diharapkan Scientific Press International Limited.
penelitian ini bisa menjadi bagian dalam referensi
secara praktis bagi pemerintah Indonesia, untuk Judisseno, R. K. (2005). Pajak dan Strategi Bisnis.
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
dengan penerimaan PPh Badan atau Corporate
Income Tax (CIT). Makki, S. S., & Somwaru, A. (2004). Impact of
Foreign Direct Investment and Trade on
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

335

Economic Growth: Evidence from Keadilan. Tesis: Universitas Indonesia.


Developing Countries. American Journal Jakarta.
of Agricultural Economics, vol. 86, issue
3,795-801. UNCTAD. (2012). World Investment Report 2012,
Towards a new Generation of Investment
McGee, R.W. (2004). Is Tax Competition Harmful? Policies. New York and Geneva.
Working Paper Series, Barry University-
Andreas School of Business. Vergina & Juwita, R. (2013). Pengaruh
Ekstensifikasi dan Intensifikasi
Nurwanda, Asep & Bakhtiar, R. (2018). Diagnosis Terhadap Penerimaan Pajak
Pertumbuhan Ekonomi dan Output Penghasilan Orang Pribadi di Kantor
Potensial Indonesia. Kajian Ekonomi & Pelayanan Pajak PratamaPalembang Ilir
Keuangan Vol.3 No.2. Barat. E-Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Multi Data Palembang.
OECD. (2019). Tax Policy Reforms. Centre for Tax
and Policy and Administration, Paris.

Papp, T. & Takats, E. (2008). Tax Rate Cuts and Tax Williams, T. & Turton, V. (2014). Trading
Compliance - The Laffer Curve Revisited. Economics: A Guide to Economic
Research Gate. Statistics for Practitioners and Students.
Wiley Finance Series: United Kingdom.
Ristiyadi, I (2003). Analisis Hubungan Ukuran
Perusahaan dengan Tarif Efektif Pajak
Penghasilan. Tesis. Universitas
Indonesia. Jakarta.

Setyowati, M. S. (2014). Fenomena Persaingan


Pajak Antara Negara-Negara Anggota
ASEAN: Suatu Studi Empiris Tahun
1990-2012. Disertasi. Universitas
Indonesia.

Setyowati, M. S. (2015). “Tax Competition


Phenomenon among ASEAN Member
Countries” Journal of Applied Economic
Sciences, Volume X, Winter, 8(38). pp.
1268.

Setyowati, M. S., Nur, T. F., & Hanafi, M.F. (2018)


Tax Regime Shifting: What Happened to
Capital Flow? Journal of Applied
Economic Sciences, Volume XIII, Winter,
7(61). pp. 2114 – 2121.

Srinivasan, P., Kalaivani, M., & Ibrahim, P. (2011).


An Empirical Investigation of Foreign
Direct Investment and Economic growth
in SAARC Nations. Journal of Asia
Business Studies.

Tambunan, T. (2001). Perekonomian Indonesia:


Teori dan Temuan Empiris. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Tarigan, R. (2001). Kesesuaian Pajak Penghasilan


Badan Sektor Perikanan dengan Azas-
Azas Kecukupan Penerimaan dan
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

336

LAMPIRAN HASIL OUTPUT STATISTIK


1. Common Effect Model (CEM)

Dependent Variable: CIT


Method: Panel Least Squares

Sample: 1999 2018


Periods included: 20
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0,908977 0,753631 1,206129 0,2308


GDP 0,932407 0,060306 15,46125 0,0000
FDI 0,030317 0,038851 0,780340 0,4371
TAXRATE 0,190264 0,230166 0,826640 0,4105
KRISIS 0,049392 0,111565 0,442720 0,6590

R-squared 0,774235 Mean dependent var 2,931763


Adjusted R-squared 0,764729 S.D. dependent var 0,727486
S.E. of regression 0,352865 Akaike info criterion 0,803245
Sum squared resid 11,82881 Schwarz criterion 0,933503
Log likelihood -35,16225 Hannan-Quinn criter. 0,855963
F-statistic 81,44788 Durbin-Watson stat 0,173472
Prob(F-statistic) 0,000000

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9

2. Fixed Effect Model (FEM)

Dependent Variable: CIT


Method: Panel Least Squares

Sample: 1999 2018


Periods included: 20
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0,281764 0,609526 0,462267 0,6450


GDP 0,924242 0,040194 22,99446 0,0000
FDI 0,005691 0,034087 0,166948 0,8678
TAXRATE 0,396422 0,189247 2,094735 0,0390
KRISIS 0,021053 0,072216 0,291534 0,7713

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0,911558 Mean dependent var 2,931763


Adjusted R-squared 0,903783 S.D. dependent var 0,727486
S.E. of regression 0,225658 Akaike info criterion -0,053901
Sum squared resid 4,633870 Schwarz criterion 0,180565
Log likelihood 11,69504 Hannan-Quinn criter. 0,040992
F-statistic 117,2401 Durbin-Watson stat 0,443774
Prob(F-statistic) 0,000000

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9


PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

337

3. Random Effect Model (REM)

Dependent Variable: CIT


Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Sample: 1999 2018


Periods included: 20
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 100
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0,299833 0,659576 0,454584 0,6504


GDP 0,924021 0,040162 23,00710 0,0000
FDI 0,006723 0,033828 0,198747 0,8429
TAXRATE 0,390592 0,188076 2,076782 0,0405
KRISIS 0,021593 0,072196 0,299088 0,7655

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0,582379 0,8695


Idiosyncratic random 0,225658 0,1305

Weighted Statistics

R-squared 0,890878 Mean dependent var 0,253067


Adjusted R-squared 0,886283 S.D. dependent var 0,658913
S.E. of regression 0,222198 Sum squared resid 4,690338
F-statistic 193,8958 Durbin-Watson stat 0,438604
Prob(F-statistic) 0,000000

Unweighted Statistics

R-squared 0,767158 Mean dependent var 2,931763


Sum squared resid 12,19958 Durbin-Watson stat 0,168629

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9

Pemilihan Estimasi Model Regresi Terbaik

1. Uji Chow (Model terbaik dari uji Chow adalah FEM)

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 35,323582 (4,91) 0,0000


Cross-section Chi-square 93,714572 4 0,0000

Cross-section fixed effects test equation:


Dependent Variable: CIT
Method: Panel Least Squares
Date: 07/06/20 Time: 11:41
Sample: 1999 2018
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

338

Periods included: 20
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0,908977 0,753631 1,206129 0,2308


GDP 0,932407 0,060306 15,46125 0,0000
FDI 0,030317 0,038851 0,780340 0,4371
TAXRATE 0,190264 0,230166 0,826640 0,4105
KRISIS 0,049392 0,111565 0,442720 0,6590

R-squared 0,774235 Mean dependent var 2,931763


Adjusted R-squared 0,764729 S.D. dependent var 0,727486
S.E. of regression 0,352865 Akaike info criterion 0,803245
Sum squared resid 11,82881 Schwarz criterion 0,933503
Log likelihood -35,16225 Hannan-Quinn criter. 0,855963
F-statistic 81,44788 Durbin-Watson stat 0,173472
Prob(F-statistic) 0,000000

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9

2. Uji Hausman (Model terbaik dari uji Hausman adalah REM)

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0,108918 4 0,9986

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

GDP 0,924242 0,924021 0,000003 0,8895


FDI 0,005691 0,006723 0,000018 0,8056
TAXRATE 0,396422 0,390592 0,000442 0,7815
KRISIS 0,021053 0,021593 0,000003 0,7499

Cross-section random effects test equation:


Dependent Variable: CIT
Method: Panel Least Squares
Date: 07/06/20 Time: 11:42
Sample: 1999 2018
Periods included: 20
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0,281764 0,609526 0,462267 0,6450


GDP 0,924242 0,040194 22,99446 0,0000
FDI 0,005691 0,034087 0,166948 0,8678
TAXRATE 0,396422 0,189247 2,094735 0,0390
KRISIS 0,021053 0,072216 0,291534 0,7713
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

339

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0,911558 Mean dependent var 2,931763


Adjusted R-squared 0,903783 S.D. dependent var 0,727486
S.E. of regression 0,225658 Akaike info criterion -0,053901
Sum squared resid 4,633870 Schwarz criterion 0,180565
Log likelihood 11,69504 Hannan-Quinn criter. 0,040992
F-statistic 117,2401 Durbin-Watson stat 0,443774
Prob(F-statistic) 0,000000

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9

3. Uji Lagrange Multiplier (Model terbaik dari uji LM adalah REM)

Lagrange Multiplier Tests for Random Effects


Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives

Test Hypothesis
Cross-section Time Both

Breusch-Pagan 318,8063 5,977991 324,7843


(0,0000) (0,0145) (0,0000)

Honda 17,85515 -2,444993 10,89662


(0,0000) -- (0,0000)

King-Wu 17,85515 -2,444993 15,20879


(0,0000) -- (0,0000)

Standardized Honda 23,43108 -2,199074 9,334387


(0,0000) -- (0,0000)

Standardized King-Wu 23,43108 -2,199074 16,28335


(0,0000) -- (0,0000)

Gourierioux, et al.* -- -- 318,8063


(< 0,01)

*Mixed chi-square asymptotic critical values:


1% 7,289
5% 4,321
10% 2,952

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9

Dapat disimpulkan bahwa model estimasi terbaik untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan
model REM.

Hasil Estimasi dengan Model Regresi REM

Dependent Variable: CIT


Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/06/20 Time: 11:47
Sample: 1999 2018
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

340

Periods included: 20
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 100
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0,299833 0,659576 0,454584 0,6504


GDP 0,924021 0,040162 23,00710 0,0000
FDI 0,006723 0,033828 0,198747 0,8429
TAXRATE 0,390592 0,188076 2,076782 0,0405
KRISIS 0,021593 0,072196 0,299088 0,7655

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0,582379 0,8695


Idiosyncratic random 0,225658 0,1305

Weighted Statistics

R-squared 0,890878 Mean dependent var 0,253067


Adjusted R-squared 0,886283 S.D. dependent var 0,658913
S.E. of regression 0,222198 Sum squared resid 4,690338
F-statistic 193,8958 Durbin-Watson stat 0,438604
Prob(F-statistic) 0,000000

Unweighted Statistics

R-squared 0,767158 Mean dependent var 2,931763


Sum squared resid 12,19958 Durbin-Watson stat 0,168629

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9

Uji Asumsi Klasik

Untuk uji asumsi klasik ada 4 uji yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas dan uji autokorelasi.

1. Output software Uji Normalitas

12
Series: Standardized Residuals
Sample 1999 2018
10
Observations 100

8 Mean 7.52e-16
Median -0.032700
Maximum 0.739808
6
Minimum -1.033070
Std. Dev. 0.351039
4 Skewness 0.075622
Kurtosis 3.196759
2
Jarque-Bera 0.256620
Probability 0.879581
0
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9


PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

341

2. Output software Uji Multikolinearitas

GDP FDI TAXRATE KRISIS

GDP 1,000000 0,143679 0,093931 -0,427714


FDI 0,143679 1,000000 -0,604142 -0,096281
TAXRATE 0,093931 -0,604142 1,000000 0,118822
KRISIS -0,427714 -0,096281 0,118822 1,000000

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9

3. Output software Uji Heterokedastisitas

Dependent Variable: REABS


Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/06/20 Time: 11:53
Sample: 1999 2018
Periods included: 20
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 100
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0,088437 0,477194 0,185327 0,8534


GDP -0,044850 0,031509 -1,423392 0,1579
FDI 0,002587 0,025953 0,099684 0,9208
TAXRATE 0,074428 0,144980 0,513366 0,6089
KRISIS 0,004538 0,056736 0,079990 0,9364

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0,211853 0,5876


Idiosyncratic random 0,177492 0,4124

Weighted Statistics

R-squared 0,032177 Mean dependent var 0,049431


Adjusted R-squared -0,008573 S.D. dependent var 0,175096
S.E. of regression 0,175845 Sum squared resid 2,937536
F-statistic 0,789623 Durbin-Watson stat 0,474596
Prob(F-statistic) 0,534747

Unweighted Statistics

R-squared 0,016104 Mean dependent var 0,268450


Sum squared resid 4,912625 Durbin-Watson stat 0,283788

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9


PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN Indonesian Treasury Review Vol.5, No.4,
TAX RATE TERHADAP PENERIMAAN PPH BADAN NEGARA ASEAN (2020), Hal.325-342

342

4. Output software Uji Autokorelasi

Weighted Statistics

R-squared 0,890878 Mean dependent var 0,253067


Adjusted R-squared 0,886283 S.D. dependent var 0,658913
S.E. of regression 0,222198 Sum squared resid 4,690338
F-statistic 193,8958 Durbin-Watson stat 0,438604
Prob(F-statistic) 0,000000

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9

You might also like