Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 82

HASIL PENELITIAN

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGANDENGANKEJADIAN


TBPARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENU-BENUA
KOTA KENDARI

RAHMATIA
K201902010

Peminatan :KesehatanLingkungan

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Hasil Penelitian Ini Telah Disetujui Untuk Di ajukan Pada Seminar Hasil Penelitian Program

Studi S1 Kesehatan Masyarakat PadaUniversitas Mandala Waluya, Dalam Rangka Penyempurnaan

Penulisan.

Kendari,2021

Tim Pembimbing :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Tasman, SKM, M.Kes Sri Mulyani, SKM, M.Kes


NIDK : 8856850017 NIDN : 0906087001

Mengetahui :

KetuaProgram StudiS1 KesehatanMasyarakat,

Moh. Guntur Nangi, SKM, M.Kes


NIDN : 0911128401
ABSTRACT

Mandala Waluya University


Faculty of Health Sciences
Public Health Undergraduate Study Program
Research Results, July 2021
RAHMATIA (K201902010)
"FACTORS RELATED TO THE EVENT OF LUNG TB IN THE WORKING AREA OF
HEALTH CENTER BENU-BENUA KOTA KENDARI."

Advisor I: Tasman, SKM, M.Kes


Advisor II: Sri Mulyani, SKM, M.Kes

(xii + 48 Pages + 2 Pictures + 14 Tables + 8 Abbreviations + 9 Attachments)

Based on the results of the initial survey conducted Monday, 26 October 2020, 10 respondents
to 5 respondents were known to have houses that were too narrow and too many residents added to
the lack of light entering the house, 3 respondents said they rarely open the house ventilation because
they are afraid of mosquitoes entering the house . Meanwhile, 2 respondents said that in one bedroom
there were two to four people, not to mention when a family came to stay overnight. The purpose of
this study was to determine the factors associated with the incidence of pulmonary tuberculosis in the
working area of the Benu-Benua Community Health Center, Kendari City.
This type of research is a quantitative study with a cross sectional design. The population in
this study were all 2014 heads of households residing in the Benu-Benua Public Health Center
Kendari City in 2020, with sampling done by cluster sampling using the Sugiono formula with a
sample size of 95 people. The method of analysis used statistical tests, namely the chi square test and
Phi test.
The results of this study indicate that there is a weak relationship between occupancy density
and the incidence of pulmonary tuberculosis, there is a weak relationship between humidity and the
incidence of pulmonary tuberculosis and there is a weak relationship between ventilation and the
incidence of pulmonary tuberculosis in the working area of the Benu-continent Puskesmas, Kendari
City in 2021.
To the Benu-Benua Community Health Center, it is hoped that there will be counseling on the
factors that cause pulmonary TB disease such as housing conditions which include occupancy
density, humidity and ventilation so that people with pulmonary TB disease can reduce.

Keywords : Occupancy Density, Humidity, Ventilation, Kejadin Pulmonary TB


Benu-Benua Community Health Center.
Bibliography: 31 (2012 - 2021)
ABSTRAK

Universitas Mandala Waluya


FakultasIlmu-IlmuKesehatan
Program StudiSarjanaKesehatan Masyarakat
HasilPenelitian, Mei2021

RAHMATIA (K201902010)
“FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENU-BENUA KOTA KENDARI.”

Pembimbing I :Tasman, SKM, M.Kes


Pembimbing II :Sri Mulyani, SKM, M.Kes
(xii + 48 Halaman + 2 Gambar + 14 Tabel + 8 Singkatan +9 Lampiran)
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan senin, 26 Oktober 2020pada 10 responden
terhadap 5 respon dan diketahui mempunyai rumah yang terlalu sempit dan terlalu banyak
penghuninya ditambah lagi dengan kurangnya pencahaan yang masuk kedalam rumah, 3 responden
mengatakan jarang membuka ventilasi rumah karna takut nyamuk masukkedalamrumah. Sedangkan 2
responde nmengatakan bahwa dalam satu kamar yang tidur ada dua sampai empat orang belum lagi
kalau ada keluarga yang datang menginap.Tujuan penelitian inia dalah Untuk mengetahui factor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-
Benua Kota Kendari.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain Cross Sectional. Populas idalam
penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-
Benua Kota Kendari tahun 2020 sebanyak 2014 KK dengan penarikan sampel pengambilan sampel
dilakukan secara Cluster Sampling dengan menggunakan rumus sugiono dengan jumlah sampel 95
orang. Metode analisis menggunakan uji Statistik yakni uji chi square dan Uji Phi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ada hubungan lemah antara kepadatan hunian dengan
kejadian TB Paru, Ada hubungan lemah antara kelembaban dengan kejadian TB Paru dan Ada
hubungan lemah antara ventilasi dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Benu-benua
Kota Kendari Tahun 2021.
Kepada Puskesmas Benu-Benua, Diharapkan agar melakukan penyuluhan tentang faktor
penyebab penyakit TB Paru seperti kondisi rumah yang meliputi kepadatan hunian, kelembaban dan
ventilasi sehingga penderita penyakit TB parudapat berkurang.

Kata Kunci :Kepadatan Hunian, Kelembaban, Ventilasi,Kejadin TB Paru


Puskesmas Benu-Benua.
Daftar Pustaka :31 (2012 – 2021)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya Sehingga Penulis Dapat Menyelesaikan hasil penelitian Dengan Judul “Faktor-Faktor yang

berhubungan dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesms Benu-Benua Kota Kendari” guna

memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk meningkatkan

mutu dari penulisan ini sangat penulis harapkan.

Melalui kesempatan ini penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada bapak Tasman, SKM, M.Kes. selaku pembimbing I dan bapak Sri Mulyani, SKM, M.Kes.,

selaku pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam membimbing,

mengarahkan, memberikan saran maupun kritik sehingga hasil penelitian ini menjadi lebih baik.

Tak lupa pula penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari.

2. Rektor Universitas Mandala Waluya.

3. Para Wakil Rektor ( Akademik, Non Akademik, Kemahasiswaan) Universitas Mandala Waluya.

4. Para ketua lembaga (LPPM,LPM) Universitas Mandala Waluya.

5. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Mandala Waluya


6. Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya

1. Para Tim Penguji: Bapak Abdul Rahim Sya’Ban, SKM, M.Sc, selaku penguji I, Ibu Asbath Said, S.Kep,

Ns, M.Kes, selaku penguji II dan Ibu Sri Anggarini Rasyid, S.Si, M.Si, selaku penguji III.

2. Seluruh Dosen dan staff / karyawan Universitas Mandala Waluya yang telah banyak membantu

semasa pendidikan.

3. Kedua orang tua, suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungan , kasih sayang serta

motivasi.

4. Seluruh teman-teman khususnya program studi kesehatan masyarakat yang telah memberikan

bantuan dan motivasi kepada penulis hingga selesainya hasil Penelitian ini.

Demikian hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama

penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Mandala Waluya.

Kendari, 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................... ii

ABSTRAK..................................................................................................................... iii

ABSTRACT.................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR....................................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………….............................................. ix

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….......................................... x

DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………........................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….......................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian................................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................................. 7
E. Kebaruan Penelitian............................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ................................................................................................... 11


B. Kajian Empiris .................................................................................................... 17
BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL
A. Dasar Pikir Penelitian.......................................................................................... 20
B. Kerangka Konsep................................................................................................. 21
C. Variabel Penelitian.............................................................................................. 21
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif......................................................... 21
E. Hipotesis Penelitian............................................................................................. 23
BAB IV METODE PENELITIAN

A Jenis Dan Rancangan Penelitian........................................................................... 24

B. Waktu dan lokasi Penelitian.................................................................................. 24

C. Populasi dan Sampel............................................................................................ 25

D. Pengumpulan Data............................................................................................... 26

E. Pengolahan, Analisa Dan Penyajian Data............................................................. 26

F. Etika Penelitian..................................................................................................... 29

F. Jadwal Penelitian.................................................................................................. 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A Gambaran lokasi Penelitian................................................................................... 31

B. Hasil Penelitian...................................................................................................... 33

C. Pembahasan......................................................................................................... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SRAN

A Kesimpulan............................................................................................................ 47

B. Saran..................................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1 Tabel Kebaruan Penelitian 7

2 Tabel kontingesi 2 X 2 28

Distribusi Sarana Kesehatan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Benu – Benua Kota 31
3
Kendari Tahun 2021

Distribusi Jenis Ketenagaan di Wilayah Kerja Puskesmas Benu – Benua Kota Kendari 32
4
Tahun 2021

Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua 33


5
Kota Kendari

Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di di wilayah kerja Puskesmas Benu- 33


6
Benua Kota Kendari

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Benu- 34


7
Benua Kota Kendari

Distribusi Responden Pada Kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua 35


8
Kota Kendari

Distribusi Responden Pada Kepadatan Hunian di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua 35


9
Kota Kendari

Distribusi Responden Pada Kelembaban di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua Kota 36


10
Kendari

Distribusi Responden Pada Ventilasi di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua Kota 36


11
Kendari

Distribusi Hubungan kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru di wilayah 37


12
kerja Puskesmas Benu-benua Kota Kendari Tahun 2021
Distribusi Hubungan Kelembaban dengan Kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas 38
13
Benu-benua Kota Kendari Tahun 2021

14 Distribusi Hubungan Ventilasi dengan Kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas 39


Benu-benua Kota Kendari Tahun 2021

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1. Bagan kerangka konsep……………………………………………………. 21
2. Bagan Desain Penelitian Cross Sectional.…………………………………. 24

DAFTAR SINGKATAN

DEPKES = Departemen Kesehatan


KEMENKES = Keputusan Menteri Kesehatan
KK = Kepala Keluarga
KMS = Kartu Menuju Sehat
MENKES = Menteri Kesehatan
PELITA = Pembangunan Lima Tahun
POD = Pos ObatDesa
PM = Penyakit Menular
POSYANDU = Pos Pelayanan Terpadu
PSN = Pemberantasan SarangNyamuk
PUSKESMAS = Pusat Kesehatan Masyarakat
PUSTU = Puskesmas Pembantu
RI = Republik Indonesia
SK = Surat Keputusan
SKM = Sarjana Kesehatan Masyarakat
TB PARU = Tuberculosis Paru
UKBM = Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat
UKGMD = UpayaKesehatan Gigi MasyarakatDesa
UPT = Unit PelaksanaTeknis
WHO = World Health Organization

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran
1. Lembar Permintaan Menjadi Responden

2. Lembar Persetujuan Responden

3. Kuesioner Penelitian

4. Master Tabel Penelitian

5. Hasil Uji Statistik

6. Surat Pengantar Penelitian Dari Universitas Mandala Waluya

7. Surat Pengantar Dari Badan Riset Daerah Sulawesi Tenggara

8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

9. Dokumentasi Penelitian

10. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


1. Nama : Rahmatia
2. Tempat/TanggalLahir : Bima, 02 Desember 1983
3. JenisKelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Anawai Lorong Kelinci
6. No. Teln : 082320873783
7. Status : Cerai Hidup
8. Riwayat Formal :
a. SDN OmboLulus Tahun 1996
b. MTS Taliwang Lulus Tahun 1999
c. SMAN 1Watubangga Lulus Tahun 2005
d. D3 Kesling Lulus Tahun 2008
e. Masuk Universitas Mandala WaluyaTahun 2019sampaidengansekarang
9. Nama Orang Tua
a. Ayah : A. Samsul Tambile
b. Ibu : Hj. Sahribulan
10. Pekerjaan Orang Tua
a. Ayah : Petani
b. Ibu : IRT (Ibu Rumah Tangga)
11. Jumlah Saudara : 2 (Dua)
12. Nanak Ke : 2 (Dua)

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut Global Tuberculosis Report 2015 World Helath Organisation sekitar 9,6 juta

kasus baru penderita TB diseluruh dunia pada tahun 2019, Benua Asia menyumbangkan 58%

jumlah penderita kasus, Afrika 28%,Regional Mediterania Timur 8%, Eropa 3%, dan Amerika

3%. Jumlah penderita TB Paru kasus baru terbanyak tahun 2014 terdapat di Negara India,

Indonesia, China, Nigeria, Pakistan, dan Afrika Selatan. Negara dengan penyumbang kasus baru

terbesar adalah india dengan menanggung beban penderita sebesar 23%, diikuti dengan Negara

china dan Indonesia menyumbang 10% . Negara dengn jumlah kasus baru TB Paru terendah di

dunia yaitu sebagian besar Negara Eropa Barat, Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan New

Zealand, dengan angka insidensi TB Paru kurang dari 10 per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah

kasus TB Paru di Dunia berdasarkan Umur adalah pada usia lebih atau sama dengan 15 tahun

dengan kasus terbanyak yaitu 72% dan umur kurang dari 15 tahun hanya menanggung 8% kasus

di seluruh dunia. Perbandingan kasus TB Paru menurut jenis kelamin secara global adalah sebesar

1,7 kali lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Secara global, prevalensi kasus TB Paru

Tahun 2020 lebih rendah 42% dibandingkan dengan tahun 2019. Jumlah angka kematian

penderita TB Paru di Dunia pada tahun 2020 sebanyak 1,5 juta kasus kematian TB Paru,

diantaranya 1,1 juta kasus TB-HIV negative dan 0,4 juta kasus untuk TB-HIV Positif. Sebanyak

80% kasus kematian TB Paru terdapat di Afrika dan Asia Tenggara. Secara Global, Kematian

penderita TB Paru tahun 2020 lebih rendah 47% dibandingkan dengan tahun 2019 (WHO :

Global Tuberculosis Report, 2020).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat dunia dan menjadi momok yang membahayakan. Menurut WHO (World Health
Organization) penyakit ini telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, diperkirakan setiap

tahun terdapat sekitar sembilan juta penderita baru TB dengan angka mortalitas ± 3 juta orang

per tahun. Dari jumlah tersebut diperkirakan bahwa 95 % terdapat di negara-negara berkembang,

75% adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun) dan seharusnya dapat dilakukan pencegahan

dari kematian sebesar 25 %. Tingginya angka morbiditas dan mortalitas TB disebabkan oleh

beberpa faktor, seperti kondisi sanitasi perumahan yang tidak memenuhi syarat, kebiasaan

merokok, pengetahuan, keadaan sosial ekonomi, status gizi dan perilaku. (Antoni, 2019).

Di Indonesia pada tahun 2017 terdapat TBparu dan kasus baru sebanyak 169.213.

Sedangkan pada tahun 2018TBparu dan kasus baru terdapat sekitar 183.366. Dari data yang

diperoleh memperlihatkan bahwa presentasi TBparu dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan.Berdasarkan Riskesdes 2019 Dari seluruh penduduk yang didiagnosis TBparu oleh

tenaga kesehatan, hanya 44.4% diobati dengan obat program, ini menunjukan masih jauh dari

target kementrian kesehatan 80% (Riskesdas, 2019).

Rumah adalah salah satu persyaratan atau kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia.

Rumah merupakan tempat bagi keluarga untuk melangsungkan hidup dan kehidupannya dalam

waktu yang lebih banyak, sehingga kondisi sanitasi rumah sangat mungkin mempengaruhi

tingkat kerentanan terhadap anggota keluarga. Kondisi sanitasi perumahan yang tidak memenuhi

syarat-syarat kesehatan dapat menjadi faktor penyebab atau sumber penularan berbagai jenis

penyakit infeksi, seperti penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Tuberculosis/TB

paru (Ristyo, 2017).


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium tuberculosis) yang ditandai dengan terjadinya pembentukan granuloma dan

nekrosis. Infeksi ini paling sering menyerang organ tubuh bagian paru-paru, akan tetapi dapat juga

meluas menyerang organ tubuh yang lainnya (Widoyono, 2018).

Untuk terpapar penyakit TB parupada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

penyebab yang berperan terhadap timbulnya kejadian penyakit Tuberculosis diantaranya yaitu

umur, jenis kelamin, pendidikan, Pendapatan (sosial ekonomi), status gizi, kebiasaan merokok,

pekerjaan, kondisi rumah, pencahayaan, ventilasi, kelembaban udara, kepadatan hunian dan

riwayat kontak serumah (Depkes RI, 2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Ristyo dkk (2017) menyatakan bahwa kepadatan

hunian,status gizi dan perilaku merokok merupakan faktor resiko kejadian penyakit TB

paru.Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setiarni dkk (2016) menyatakan bahwa riwayat

kontak serumah, tingkat pendapatan keluarga dan perilaku merokok beresiko terhadap kejadian

penyakit TBparu.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan

kedalam paru, kemudian menyebar dari paru ke organ tubuh lainnya melalui sistem peredaran

darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke

bagian lainnya. Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis, bila penderita batuk, bersin, atau

berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur kemudian terhisap ke

dalam paru orang sehat, serta dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah
pembuluh limfe atau langsung ke organ terdekat. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan dan biasanya penyakit ini menular akibat

kepadatan hunian, perilaku merokok dan riwayat kontak serumah (Setiarni dkk, 2017).

Faktor yang menjadi penyebab terjadinya penyakit TB Paru adalah kepadatan

hunian.Kejadian TB Paru memiliki hubungan dengan ukuran luas ruangan. Secara statistik

kejadian TB paru disebabkan oleh keadaan ukuran luas ruangan yang kurang memenuhi syarat.

Kepadatan merupakan pre-requisite untuk proses penularan penyakit, semakin padat maka

perpindahan penyakit khususnya penyakit melalui udara akan semakin mudah dan cepat

(Andreas, 2012).

Faktor lain yang menjadi determinan terjadinya penyakit TB Paru adalah

kelembaban,Dimana kelembaban dalam rumah atau ruangan dapat menjadi kondisi yang baik

untuk berkembang biak atau bertahannya berbagai organisme patogen/penyebab penyakit.

Kelembaban rumah yang tinggi juga dapat mempengaruhi penurunanan daya tahan tubuh

seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi,

termasuk penyakit tuberculosis.. (Depkes RI, 2014).

Factor ventilasi rumah juga merupakan factor penyebab terjadinya TB paru. Dimana

rumah hendaknya dirancang agar sirkulasi udara dalam ruangan menjadi lancar, asap dan udara

kotor dapat hilang secara cepat. Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan pintu dan jendela

dalam posisi yang tepat serta lubang penghawaan yang cukup sehingga udara kotor atau tidak

sehat dapat keluar dengan lancar dan udara segar dapat masuk ke dalam ruangan atau kamar-

kamar dalam rumah.


Di Sulawesi Tenggara penyakit Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggarabahwa jumlah

penderita kasus Tuberkulosis di Sulawesi Tenggara setiap tahunnya cenderung mengalami

peningkatan.Kasus TB paru di Sulawesi Tenggara Pada tahun 2017 kasus tuberkulosis berjumlah

2.445 kasus (0,11%) dari total penduduk 2.110.137 jiwa, tahun 2018 sebanyak 2.875 kasus

(0,12%) dari total penduduk 2.280.267 jiwa dan pada tahun 2019 sebanyak 3.063 kasus (0,10%)

dari total penduduk 2.787.164 jiwa (Dinkes Prov. Sulawesi Tenggara, 2019).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Kendari, bahwa jumlah kasus TB paru di

Puskesmas Benu-Benua pada tahun 2017 sebanyak 549 kasus dari 791 suspek, tahun 2018

sebanyak 607 kasus dari 821 suspek dan pada tahun 2019 sebanyak 738 kasus dari 884

suspek.Sementara itu jika dibandingkan dengan beberapa Puskesmas terdekat yaitu tahun 2017

Puskesmas Kemaraya sebnayak 192 penderita 312 suspek dan Puskesmas Kandai sebanyak 172

penderita dari 201 suspek, tahun 2018Puskesmas Kemaraya sebnayak 161 penderita dari 272

suspek dan Puskesmas Kandai sebanyak 142 penderita dari 207 suspek, tahun 2019 Puskesmas

Kemaraya sebnayak 55 penderita dari 209 suspek dan Puskesmas Kandai sebanyak 31 penderita

dari 120 suspek(Puskesmas Benu-Benua, 2019).

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan senin, 26Oktober 2020 pada 10 responden

terhadap 5 responden diketahui mempunyai rumah yang terlalu sempit dan terlalu banyak

penghuninya ditambah lagi dengan kurangnya pencahaan yang masuk kedalam rumah, 3

responden mengatakan jarang membuka ventilasi rumah karna takut nyamuk masuk kedalam

rumah. Sedangkan 2 responden mengatakan bahwa dalam satu kamar yang tidur ada dua sampai

empat orang belum lagi kalau ada keluarga yang datang menginap.Dimana menurut Azwar
(2015) rumah yang diperuntukkan bagi manusia memiliki beberapa arti, yakni: sebagai tempat

untuk melepas lelah, beristirahat, bergaul dengan anggota keluarga dan sebagai tempat untuk

melindungi diri dari kemungkinan bahaya yang datang mengancam.

Dengan melihat fenomena penyakit TB paru yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di wilayah kerja puskesmas Benu-Benua, maka hal ini mendorong penulis untuk

meneliti dan mengkaji lebih mendalam tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat di rumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah ada hubungan kepadatan hunian dengankejadian penyakit TB Paru Di Wilayah

Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari.

2. Apakah ada hubungankelembabandengankejadian penyakit TB Paru Di Wilayah Kerja

Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari.

3. Apakah ada hubunganventilasidengankejadian penyakit TB Paru Di Wilayah Kerja

Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengankejadian penyakit TB Paru

Di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan kepadatan Hunian dengan kejadian penyakit TB Paru Di

Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari

b. Untuk mengetahui hubungan kelembaban dengan dkejadian penyakit TB Paru Di

Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari

c. Untuk mengetahui hubungan ventilasi dengan kejadian penyakit TB Paru Di Wilayah

Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Iptek

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber kajian pustaka dan

referensi ilmiah khususnya bagi peneliti yang berhubungan dengan penularan TB paru.

b. Bagi Institusi

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pembangunan ilmu

pengetahuan di bidang kesehatan disamping itu hasil penelitian dapat dijadikan bahan

pustaka oleh Universitas Mandala Waluya Kendari.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat hasil penelitian ini dapat memberi pemahaman pada masyarakat

tentang faktor penyebabkejadian penyakit tuberkulosis paru, dan mau memeriksakan diri

sedini mungkin dan mendapat pengobatan.

b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan informasi yang penting bagii pengembangan

penanggulangan Program TB di Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan untuk mengambil penelitian yang sama namun berbeda variable

independen.

E. Kebaruan Penelitian

Tabel 1. Kebaruan penelitian

Nama Judul Desain Variable


No Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
1 Ristyo Hubungan Desain Sosial Hampir Setengah Dari
Sari P, Tingkat Sosial Penelitian Ekonomi, Responden Memiliki
Mas Imam Ekonomi Ini Adalah Tb Paru Pekerjaan Dan Penghasilan
Ali A, Dengan Angka Korelasi Bta Positif Dalam Kategori Sedang
Pepin Penularan Tb Retrospekti Serta Tingkat Sosial
Nahariani Paru Bta Positif f Dengan Ekonomi Mempengaruhi
Di Wilayah Pendekatan Angka Penularan Tb Paru
(2017) Kerja Cross Bta Positif Sebesar 38,9%,
Puskesmas Sectional. Dimana 62,1% Dipengaruhi
Peterongan Oleh Faktor Lain.
Jombang Tahun
2012
2 Sri Hubungan Studi Pengetahua Faktor Yang Paling Dominan
Marisya Antara Tingkat Observasio n, Status Mempengaruhi Penularan Tb
Setiarni, Pengetahuan, nal Dengan Ekonomi Paru Pada Orang Dewasa Di
Adi Heru Status Ekonomi Mengguna Perilaku Wilayah Kerja Puskesmas
Sutomo, Dan Kebiasaan kan Perokok Tuan-Tuan Kabupaten
Widodo Merokok Rancangan Dan Tb Ketapang Kalimantan Barat
Hariyono Dengan Penelitian Paru Bta Adalah Kebiasaan Merokok
Penularan Cross P+ (P=0,012; Rr=3,999).
(2016) Tuberkulosis Sectional
Paru Pada
Orang Dewasa
3 Yulistyani Hubungan Metode Riwat Ada Hubungan Yang
ngrum Riwayat Kontak Survei Kontak Tb, Bermakna Antara Riwayat
Dan Dwi Penderita Analitik Kontak TB Dengan
Sarwani Tuberkulosis Dengan Penularan TB Paru Anak Di
Sri Rejeki Paru (Tb) Pendekatan BP4 Purwokerto .OR Yang
Dengan Case Dihasilkan Sebesar 6,378
(2015) Penularan Tb Control (Confidence Interval (CI)
Paru Anak Di Study 95%; 2,15118,918))
Balai
Pengobatan
Penyakit Paru-
Paru
4 Nuha Faktor-Faktor penelitian Dukungan Kepatuhan minum
Muniroh¹, Yang kuantitatif keluarga, obatsebagian besar pada
Siti Berhubungan dengan kepatuhan penderita TBC patuh
Aisah², Dengan jenis minum dengan sejumlah 19 orang
Mifbakhu Kesembuhan penelitian obat, (63.3%),pengawas minum
ddin³ Penyakit observasio pengawas obat sebagian besar pada
Tuberculosis nal analitik minum penderita TBC pengawas
(2016) (Tbc) Paru Di obat, minum obat aktifsebanyak 18
Wilayah Kerja perilaku orang (60%), perilaku
Puskesmas buang buangdahak sebagian besar
Mangkang dahak penderita TBCperilaku
Semarang Barat buang dahak buruk sejumlah
16orang (53,3%).
5 Tri Hubungan Studi Teratur Dapat disimpulkan bahwa
Purwidi Keteraturan Observasio minum keteraturan minum
Hastuti Minum Obat nal Dengan obat, obatberpengaruh secara
Dengan Mengguna penyuluhan signifikan terhadap konversi
(2014) Konversi Bta kan kesehatan, BTA pada penderita TB paru
Penderita Rancangan pemberian BTA positif diBKPM
Tuberkulosis Penelitian kartu Semarang. Saran yang bisa
Paru Bta Positif Cross kontrol diberikan adalah penyuluhan
(Studi Kohort Sectional kesehatan kepada penderita
Retrospektif TB paru dengan berbagai
media terhadap keteraturan
minum obat dan pemberian
kartukontrol keteraturan
minum obat kepada PMO.
6 Tiara Analisis korelasi TB Paru Kasus TB paru BTA positif
Hastuti1 Spasial, ekologi BTA di Kota Kendari dari tahun
La Ode Korelasi Dan dengan Positif, 2013 sampai dengan tahun
Ali Imran Tren Kasus Tb pendekatan Kepadatan 2015 jumlah kasus terbanyak
Ahmad2 Paru Bta Positif spasial, Penduduk, terdapat di Kecamatan
Karma Menggunakan dimana Keluarga Kendari Barat dengan jumlah
Ibrahim3 Web Sistem visualisasi miskin, kasus sebesar 246 (20,8%)
Informasi datanya Web kasus selama 3 tahun terakhir
(2016) Geografis Di dengan Sistem dan jumlah kasus terendah
Kota Kendari menggunak Informasi berada di Kecamatan Kambu
Tahun 2013- an SIG Geografis dengan jumlah kasus sebesar
2015 (SIG), 33 (2,7%) kasus.
Korelasi,
Tren
7 Fitriani E Faktor risiko Desain Sosial hampir setengah dari
kejadian penelitian Ekonomi, responden memiliki
(2016) penyakit TB ini adalah TB Paru pekerjaan dan penghasilan
Paru korelasi BTA dalam kategori sedang serta
retrospektif positif sebagian besarresponden
dengan menderita TB Paru BTA
pendekatan positif dengan nilai BTA
cross lemah. Tingkat sosial
sectional ekonomimempengaruhi
angka kejadian TB Paru
BTA positif sebesar 38,9%,
dimana 62,1%dipengaruhi
oleh faktor lain.
8 Susiani Hubungan Penelitian luas Ada hubungan antara luas
Wulandari Lingkungan ini ventilasi ventilasi ruang tamu,
Fisik Rumah termasuk ruang pencahayaan ruang tamu,
(2016) Dengan dalam jenis tamu, pen- ruang keluarga, dan ruang
Kejadian penelitian cahayaan tidur, jenis dinding,
Tuberkulosis survei ruang kelembaban ruang tamu,
Paru analitik tamu, ruang keluarga, dan ruang
dengan pencahayaa tidur dengan kejadian
rancangan n ruang tuberkulosis paru wilayah
pendekatan keluarga, kerja Puskesmas Bandarharjo
kasus pencahayaa Kelurahan Bandarharjo Kota
kontrol. n ruang Semarang tahun 2011.
tidur, jenis
dinding,.
9 Wanda Hubungan Penelitian Penyakit Prevalensi penyakit respirasi
Gautami,1 Kondisi ini respirasi di rusun di Jakarta adalah TB
Elisna Lingkungan menggunak kronis, paru 7,6%, PPOK 1,8%,
Syahruddi Rumah Susun an desain kondisi asma 1,0%, infeksi fungal
n2 dengan cross- lingkungan 0,8%, batuk kronis 0,6%,
Prevalensi sectional. , rumah pneumonia 0,2%, dan ISPA
(2016) Penyakit susun 32,9%. Pencahayaan, suhu
Respirasi udara dan kepadatan hunian
Kronis di belum memenuhi syarat.
Jakarta
10 Andreas Faktor Risiko Jenis Pencahayaa Ada hubungan bermakna
Christian Lingkungan penelitian n, jenis rumah, pencahayaan
Ayomi, Fisik Rumah ini adalah kelembaba alami kamar tidur, adanya
Onny dan study n jenis sinar matahari langsung
Setiani, Karakteristik observasio lantai, dalam rumah, luas ventilasi
Tri Joko Wilayah dengan nal, dan ventilasi, rumah, luasventilasi kamar
Kejadian rancang kamarnisas tidur, kelembaban udara
(2014) Penyakit bangun i, atap kamar tidur,suhu udara
Tuberkulosis penelitian kamar tidur, kepadatan
Paru di Wilayah adalah hunian kamar tidur,dan jenis
Kerja case lantai rumah dengan kejadian
Puskesmas control penyakit TB
Sentani studi Paru (nilai p-value < 0,05).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Penyakit Tubu berkulosis Paru

a. Pengertian TB paru

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia

melalui udara pernafasan kedalam paru, kemudian menyebar dari paru ke organ tubuh

lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernafasan

(bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian lainnya (Dedi Dan Ratna, 2014).

b. Penularan Penyakit TB paru

Penularan penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman Mycobacteriun tuberculosis

ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien tuberkulosis batuk dan percikan

ludah yang mengandung bakteri terhirup oleh orang lain saat bernapas. Sumber penularan

adalah pasien tuberkulosis paru BTA positif, bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat

berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur kemudian terhisap ke dalam paru

orang sehat, serta dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah pembuluh

limfe atau langsung ke organ terdekat. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan (Setiarnidkk, 2016).


Risiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi tuberkulosis selama satu

tahun. Di Indonesia angka risiko penularan bervariasi antara 1 dan 3%. Infeksi tuberkulosis

dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberculin negatif menjadi positif. Pada daerah dengan

ARTI 1%, diperkirakan di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 kasus tuberkulosis

dan 10% di antaranya akan menjadi penderita tuberkulosis setiap tahunnya dan sekitar 50 di

antaranya adalah pasien tuberkulosis BTA positif (Depkes RI, 2014).

c. Gejala Penyakit Tuberculosis

Gejala klinis pasien tuberkulosis paru menurut Depkes RI (2014), adalah

1. Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih;

2. Dahak bercampur darah;

3. Batuk berdarah;

4. Sesak napas;

5. Badan lemas;

6. Nafsu makan menurun

7. Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik

8. Demam meriang lebih dari satu bulan.

d. Diagnosis Penyakit TB Paru

Diagnosis tuberkulosis pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya

BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif

apabila dua dari tiga spesimen SPS BTA hasilnya Positif. Bila hanya satu spesimen yang

positif perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan

dahak SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TBC maka penderita didiagnosis
sebagai penderita TBC BTA positif, kalau hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka

pemeriksaan dahak SPS diulangi. (Depkes,2013)

b. Penemuan Penderita Tuberculosis Paru

Penemuan penderita dilakukan secara pasif artinya penjaringan tersangka penderita

dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan

secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan

maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini

biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case dinding (penemuan penderita secara

pasif dengan promosi yang aktif). Selain itu, semua kontak penderita TBC Paru BTA positif

dengan gejala sama harus diperiksa dahaknya

c. Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis Paru

Upaya pencegahan adalah upaya kesehatan yang dimaksudkan agar setiap orang

terhindar dari terjangkitnya suatu penyakit dan dapat mencegah terjadinya penyebaran

penyakit. Tujuannya adalah untuk mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi

timbulnya penyakit yaitu penyebab penyakit (agent), manusia atau tuan rumah (host) dan

faktor lingkungan (environment) (Notoatmodjo, 2014).

Upaya pencegahan dan pemberantasan tuberkulosis secara efektif diuraikan sebagai

berikut (Azwar, 2015) :

1. Melenyapkan sumber infeksi, dengan:

a. penemuan penderita sedini mungkin

b. isolasi penderita sedemikian rupa selama masa penularan/penderita tersebut masih

dapat menular;

c. segera diobati
2. Memutuskan mata rantai penularan

3. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit tuberkulosis paru (Depkes RI,

2014).

2. Kapadatan Hunian

Kejadian TB Paru memiliki hubungan dengan ukuran luas ruangan. Secara statistik

kejadian TB paru disebabkan oleh keadaan ukuran luas ruangan yang kurang memenuhi

syarat. Kepadatan merupakan pre-requisite untuk proses penularan penyakit, semakin padat

maka perpindahan penyakit khususnya penyakit melalui udara akan semakin mudah dan cepat

(Kurniasari, 2012). Tingginya kadar CO2 dalam rumah akan membuat kuman TB

berkembang biak lebih cepat dan terhirup melalui saluran pernapasan. Untuk mengetahui

kepadatan penghuni dalam suatu rumah Depkes RI menjelaskan dengan cara membandingkan

luas lantai rumah dengan jumlah penghuni (Arnita, 2016).

Badan Kesehatan Dunia WHO, memberikan standar minimal bangunan hunian 10

meter persegi perorangan, sementara standar hunian diindonesia masih 7,41 meter persegi

perorangan. Pengukuran kepadatan penghuni rumah dilakukan dengan menghitung luas lantai

bangunan dengan menggunakan alat ukur meteran standar kemudian dibagi dengan jumlah

penghuninya yaitu 10 m2/orang (Depkes RI, 2014)

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya

luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak

menyebabkan overload.Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya

konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah

menular kepada anggota keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh

rumah biasanya dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif
tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya

minimum 8 m2/orang, untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang.

(Antoni, 2014)

Rumah yang terlalu sempit (telalu banyak penghuninya) maka ruangan-ruangan akan

kekurangan oksigen, sehingga akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan

memudahkan terjadinya penyakit. Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan penularan

bibit penyakit dari manusia yang satu kemanusia yang lain akan lebih mudah terjadi misalnya

penyakit TBC, penyakit saluran pernapasan dan lain-lain (Entjang,2012).

3. Kelembaban

Kelembaban adalah ukuran kuantitas kandungan uap air di udara dalam ruangan yang

diukur dengan menggunakan alat ukur Environment Meter spesifikasi Humidity Meter dan

dinyatakan dalam satuan persen (%) RH. Kelembaban yang memenuhi syarat apabila

kelembaban udara di dalam rumah atau ruangan berkisar antara 20% – 60% RH (Sutoyo,

2015).

Kelembaban dalam rumah atau ruangan dapat menjadi kondisi yang baik untuk

berkembang biak atau bertahannya berbagai organisme patogen/penyebab penyakit.

Kelembaban rumah yang tinggi juga dapat mempengaruhi penurunanan daya tahan tubuh

seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi,

termasuk penyakit tuberculosis(Kurniasari, 2012).

Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana

kelembaban yang optimum berkisar 60% RH dengan temperatur kamar 22° – 30°C. Kuman
TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup

selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab (Misnadiarly, 2006). Dengan

demikian, apabila kondisi rumah seseorang lembab maka risiko terkena suatu penyakit pun

menjadi tinggi, yaitu termasuk penyakit tuberculosis paru.

Cara pengukuran kelembaban: (Widoyono, 2018).

a. Tentukan tempat/titik pengukuran kelembaban

b. Alat ukur diletakkan pada tempat yang telah ditentukan

c. Selama pengukuran alat didiamkan beberapa menit, kemudian lihat angka atau skala

yang stabil/konstan pada alat tersebut dan dicatat hasilnya .

4. Ventilasi

Salah satu persyaratan rumah sehat adalah harus memiliki ventilasi. Rumah

hendaknya dirancang agar sirkulasi udara dalam ruangan menjadi lancar, asap dan udara kotor

dapat hilang secara cepat. Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan pintu dan jendela

dalam posisi yang tepat serta lubang penghawaan yang cukup sehingga udara kotor atau tidak

sehat dapat keluar dengan lancar dan udara segar dapat masuk ke dalam ruangan atau kamar-

kamar dalam rumah (Yulistianingrum, 2014).

Fungsi ventilasi rumah, yaitu ( DepKes RI, 2015):

a. Menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar. Hal ini berarti keseimbanga oksigen

yang diperlukan oleh penghuni rumah tesebut tetap terjaga. Kurangnya oksigen (O 2)

berarti kadar karbondioksida (CO2) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi

meningkat.
b. Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena aliran

udara yang lancar sehingga bakteri tersebut dapat keluar terbawa oleh aliran udara.

c. Menjaga agar kelembaban ruangan dapat terjaga secara optimal. Kurangnya ventilasi akan

menyebabkan kelembaban udara akan naik. Kelembaban tersebut dapat menjadi media

yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit).

Secara umum dikenal dua macam ventilasi, yaitu:

a. Ventilasi alamiah, dimana aliran udara dalam rumah atau ruangan tersebut terjadi secara

alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya.

b. Ventilasi buatan, yaitu aliaran udara dalam rumah atau ruangan terjadi dengan

menggunakan alat-alat khusus seperti Air Conditioner (AC) dan kipas angin (Andreasdkk,

2012).

Untuk mencapai mekanisme sirkulasi udara yang cukup dalam sebuah ruangan maka

diperlukan ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan dengan ukuaran 10-15% dari luas lantai

(Notoatmodjo, 2017). Berdasarkan peraturan bangunan nasional, lubang hawa suatu

bangunan harus memenuhi syarat yakni sekurang-kurangnya 1/10 dari luas lantai.

Ventilasi yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan mengakibatkan kuman

tuberculosis yang berasal dari udara pernafasan tetap berada dalam ruangan karena pergantian

udara tidak lancar. Oleh karena itu, penghuni di dalam rumah tersebut memilki risiko besar

untuk tertular kuman penyakit TB (EkaFitriani, 2015).

B. KajianEmpris

1. Nuha muniroh¹, siti aisah², mifbakhuddin³


Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan penyakit tuberculosis (tbc) paru

di wilayah kerja puskesmas mangkang semarang barat, penelitian kuantitatif dengan jenis

penelitian observasional analitik ,dukungan keluarga, kepatuhan minum obat, pengawas

minum obat, perilaku buang dahak . Dalam penelitian ini didapatkan data sebagian besar

dukungan keluarga pada penderita tbc mendukung dengan sebanyak 16 orang (53,3%),

kepatuhanmin umobatsebagianbesarpadapenderitatbcpatuhdengansejumlah 19 orang (63.3%),

pengawasminumobatsebagianbesarpadapenderitatbcpengawasminumobataktifsebanyak 18

orang (60%),

perilakubuangdahaksebagianbesarpenderitatbcperilakubuangdahakburuksejumlah 16 orang

(53,3%).

2. Tri PurwidiHastuti

Hubunganketeraturanminumobatdengankonversibtapenderitatuberkulosisparubtapositi

f (StudiKohortRetrospektif di BalaiKesehatanParuMasyarakat

Semarang).StudiObservasionalDenganMenggunakanRancanganPenelitian Cross

Sectional.Teraturminumobat, penyuluhankesehatan, pemberiankartu control,

dapatdisimpulkanbahwaketeraturanminumobatberpengaruhsecarasignifikanterhadapkonversi

BTA padapenderita TB paru BTA positif di BKPM Semarang.Saran yang

bisadiberikanadalahpenyuluhankesehatankepadapenderita TB parudenganberbagai media

terhadapketeraturanminumobatdanpemberiankartukontrolketeraturanminumobatkepada PMO.

3. Tiara Hastuti, La Ode Ali Imran Ahmad, Karma Ibrahim

AnalisisSpasial, Korelasi Dan TrenKasus Tb ParuBtaPositifMenggunakan Web

SistemInformasiGeografis Di Kota KendariTahun 2013-2015, Penelitian ini merupakan


penelitian korelasi ekologi dengan pendekatan spasial, dimana visualisasi datanya dengan

menggunakan SIG, TB Paru BTA Positif, KepadatanPenduduk, Keluargamiskin, Web

SistemInformasiGeografis (SIG), Korelasi, Tren. Selama 3 tahunterakhirdaritahun 2013-2015

terjadipeningkatankasus TB Paru BTA positifsetiaptahunnya di

hampirsemuawilayahKecamatan Kota KendariKecualiKecamatanMandonga yang

mengalamijumlahkasusmenurunselama 3 tahun.Kasus TB paru BTA positif di Kota

Kendaridaritahun 2013 sampaidengantahun 2015 jumlahkasusterbanyakterdapat di

KecamatanKendari Barat denganjumlahkasussebesar 246 (20,8%) kasusselama 3

tahunterakhirdanjumlahkasusterendahberada di KecamatanKambudenganjumlahkasussebesar

33 (2,7%) kasus.

4. Ristyo sari , mas imam ali , pepinnahariani

Hubungantingkatsosialekonomidenganangkakejadiantbparubtapositif di

wilayahkerjapuskesmaspeteronganjombangtahun 2012.Sosialekonomi,

tbparubtapositif.Desainpenelitianiniadalahkorelasiretrospektifdenganpendekatan cross

sectional. Berdasarkananalisa data

hasilpenelitiandanpembahasantentanghubungantingkatsosialekonomidenganangkakejadiantbp

arubtapositifdapatdisimpulkanbahwasetengahdarirespondenmemilikitingkatpendidikandalamk

ategorisedang,

hampirsetengahdarirespondenmemilikipekerjaandanpenghasilandalamkategorisedangsertaseba

gianbesarrespondenmenderitatbparubtapositifdengannilaibtalemah. Tingkat

sosialekonomimempengaruhiangkakejadiantbparubtapositifsebesar 38,9%, dimana 62,1%

dipengaruhiolehfaktor lain.
5. SusianiWulandari

Hubunganlingkunganfisikrumahdengankejadiantuberkulosisparu.Penelitian ini

termasuk dalam jenis penelitian survei analitik dengan rancangan pendekatan kasus kontrol.

Kejadiantbparuadalahluasventilasiruangtamu, pencahayaanruangtamu,

pencahayaanruangkeluarga, pencahayaanruangtidur, jenisdinding, kelembabanruangtamu,

kelembabanruangkeluarga, dankelembabanruangtidur.Ada hubungan antara luas ventilasi

ruang tamu, pencahayaan ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang tidur, jenis dinding,

kelembaban ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang tidur dengan kejadian tuberkulosis paru

wilayah kerja puskesmas bandarharjo kelurahan bandarharjo kota semarang tahun 2011.

BAB III

KERANGKA KONSEP
A. DasarPikir Penelitian

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan

kedalam paru, kemudian menyebar dari paru ke organ tubuh lainnya melalui sistem peredaran

darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke

bagian lainnya.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium tuberculosis) yang ditandai dengan terjadinya pembentukan granuloma dan

nekrosis. Infeksi ini paling sering menyerang organ tubuh bagian paru-paru, akan tetapi dapat juga

meluas menyerang organ tubuh yang lainnya

Rumah merupakan tempat bagi keluarga untuk melangsungkan hidup dan kehidupannya

dalam waktu yang lebih banyak, sehingga kondisi sanitasi rumah sangat mungkin

mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap anggota keluarga. Kondisirumah yang terlalu sempit

dan terlalu banyak penghuninya ditambah lagi dengan kurangnyapencahaan yang

masukkedalamrumah,

jarangmembukaventilasirumahkarnatakutnyamukmasukkedalamrumahdandalamsatukamar yang

tiduradaduasampaiempat orang belumlagikalauadakeluarga yang datangmenginapsehinggadapat

menjadi faktor penyebab atau sumber penularan berbagai jenis penyakit infeksi. Untuk terpapar

penyakit TBparu pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebabdeterminanyang

berperan terhadap timbulnya kejadian penyakit Tuberculosis diantaranya yaituventilasi,

kelembaban udaradan kepadatan hunian.

B. KengkaKonsep
KepadatanHunian

Kelembaban KejadianTB Paru

Ventilasi

Pencahayaan

Keterangan :

= Variabel Dependen

= Variabel Independen diteliti

= Variabel Independen tidak diteliti

Gambar 1.BaganKerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel Dependen dan variabel independen. Variabel

independen yaitu kepadatanhunian, kelembabandan ventilasi. Sedangkan variabel dependen yaitu

kejadian TB Paru.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Kejadian TB Paru

Kejadian TB Parudalampenelitianiniadalahorang yang memiliki gejala klinis, batuk berdahak

darah selama 2 minggu atau lebih, nyeri dada, berat badan menurun, demam, sesak napas,

kringat malam hari tanpa aktivitas serta berdasarkan pemeriksaan dan diagnosa dokter

menderita penyakit tubrkulosis Paru.

KriteriaObjektif :
Menderita: Bila menunjukan gejala klinis batuk berdahak darah selama 2

minggu atau lebih, nyeri dada, berat badan menurun, demam,

sesak napas, kringat malam hari tanpa aktivitas serta

berdasarkan pemeriksaan dan diagnosa dokter menderita

penyakit tubrkulosis Paru


Tidak Menderita : Bila pada saat obserbvasi tidak tampak gejala berupa gejala

klinis, batuk berdahak darah selama 2 minggu atau lebih, nyeri

dada, berat badan menurun, demam, sesak napas, kringat

malam hari tanpa aktivitas serta berdasarkan pemeriksaan dan

diagnosa dokter menderita penyakit tubrkulosis Paru


2. Kepadatan Penghunian

Kepadatanhuniandalampenelitianiniadalah perbandingan antara jumlah penghuni dengan luas

lantai rumah, yakni ≥ 8 m2/orang.

Kriteria Objektif

KurangPadat: Apabila perbandingan antara luas lantai dengan dengan

jumlahpenghuni ≥ 8 m2/orang.
Padat: Apabila perbandingan antara luas lantai denganjumlah

penghuni <8 m2/orang.


3. Kelembaban

Kelembabandalampenelitianiniadalah ukuran kuantitas kandungan uap air di udara dalam

ruangan yang diukur menggunakan alat Environment meter spesifikasi Humidity meter dalam

satuan persen (%) RH.

Kriteria Objektif
KurangLembab :Apabila hasilteskelembaban >60% RH.

Lembab : Apabila hasilteskelembaban <60% RH

4. Ventilasi

Ventilasidalampenelitianiniadalah lintasan sebagai tempat keluar masuknya udara secara

alamiah ke dalam ruangan agar terjadi sirkulasi udara segar dengan luas 10 - 15% dari luas

lantai rumah.

Kriteria Objektif

TidakMemenuhiSyarat :Apabila luas ventilasi 10-15% dari luas lantai rumah

MemenuhiSyarat : Apabila luas ventilasi > 10 % dari luas lantai rumah

E. HipotesisiPenelitian

1 . HubunganKepadatanHuniandengan kejadianpenyakitTB Paru

Ho : Tidak ada hubungan antara kepadatanhunian dengan kejadianpenyakit TB Paru

di Wilayah kerjaPuskesmasBenu-Benua Kota Kendari


Ha : Ada hubungan antara kepadatanhunian dengan kejadianpenyakit TB Paru di

Wilayah kerjaPuskesmasBenu-Benua Kota Kendari


2. HubunganKelembabandengan kejadianpenyakit TB Paru

Ho : Tidak ada hubungan antara kelembaban dengan kejadianpenyakit TB Paru di

Wilayah kerjaPuskesmasBenu-Benua Kota Kendari


Ha : Ada hubungan antara kelembaban dengan kejadianpenyakit TB Paru di

Wilayah kerjaPuskesmasBenu-Benua Kota Kendari


3. HubunganVentilasi dengan kejadianpenyakitTB Paru

Ho : Tidak ada hubungan antara ventilasi dengan kejadianpenyakit TB Paru di

Wilayah kerjaPuskesmasBenu-Benua Kota Kendari


Ha : Ada hubungan antara ventilasi dengan kejadianpenyakit TB Paru di Wilayah
kerjaPuskesmasBenu-Benua Kota Kendari

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross

sectional study yangbertujuanuntukmengetahuihubungan variabel penelitian sebab akibat

yang terjadi pada obyek penelitian.Variabel dalam penelitian Cross Sectional Study yaitu
variabel dependen dan independen diobservasi satu kali sekaligus pada waktu yang sama

(Riyanto, 2011).

2. Desain/Rancangan Penelitian

Rancangan peneltian Cross sectional study dapat digambarkan adalah sebagai berikut:

(Notoatmodjo, 2014)

Populasi/Sampel

Faktor Risiko (+) Faktor Risiko (-)

Efek + Efek –
Efek + Efek –

Gambar 2. Rancangan Penelitian Cross Sectional Study

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telahdilaksanakan mulai tanggal 5 April2021sampaidengan19april 2021.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayahkerjaPuskesmasBenu-Benua Kota Kendari.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti

(Notoatmodjo,2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang

berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-BenuaKota Kendari tahun 2020 sebanyak

2014 KK.
1. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Penentuan Besar sampel

penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

N
n= 2 (Slovin 1960)
1+ N ( e )

Keterangan:

n= Besarnya sampel

N= Besar populasi

e= derajat kepercayaan = 0,10 atau 10%

2014
n=
1+2014 (0,10)2

2014
n=
21,1

n=95 KK

Sehingga jumlah sampel per kelurahan adalah :

KelurahanTipulu : 434 /2014 X 95 = 20 KK

KelurahanPuunggaloba : 366 / 2014 X 95 = 17 KK

KelurahanBenu-Benua : 390 / 2014 X 95 = 18 KK

KelurahanSodoha : 306 / 2014 X 95 = 14 KK

KelurahanSanua : 228 / 2014 X 95 = 11 KK

KelurahanDapu-Dapura : 290 / 2014 X 95 = 14 KK

Jumlah = 95 KK
Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling yaitu penarikan

sampel secara kelompokdarihasilpenyeksiansebagaiindividu yang

menjadibagiandaripopulasi.

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara memberikan kuesioner langsung

kepada responden dengan panduan penelitian untuk mengumpulkan data tentang

kepadatanhunian, kelembabandanventilasi dengan kejadianTB Parudi Wilayah

kerjaPuskesmasBenu-BenuaKota Kendari.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian

tersebut dalam hal ini PuskesmasBenu-Benua Kota Kendariserta literatur, bukudanjurnal yang

berkaitandenganpenelitianini.

E. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

1. Pengolahan data

Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan langkah berikut :

a) Editing

Editing yaitu pemeriksaan data yang telah dikumpulkan. Editing meliputi

kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsitensi dari setiap jawaban.

b) Koding
Pemberian kode pada setiap variabel.Koding adalah mengklasifikasikan jawaban

kedalam kategori tertentu.

c) Skoring

Skoring yaitu Memberi skor pada data yang telah dikumpulkan. Skoring ditentukan

dengan melihat jumlah skor dari setiap pertanyaan.

d) Tabulasi,

Tabulasi data merupakan kelanjutan dari pengkodean pada proses pengolahan.

Dalam hal ini setelah data tersebut diberi kode kemudian ditabulasi agar lebih

mempermudah penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.

e) Entry

Entry, yaitu proses memasukkan data kedalam program computer.

2. Penyajian data

Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang kemudian

dinarasikan secara deskriptif variabel-variabel yang telah diteliti.

3. Analisa data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator, analisis

data meliputi :

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskriptifkan variabel - variabel penelitian yaitu

kepadatanhunian, kelembabandanventilasi dengan kejadian TB Paru di Wilayah


kerjaPuskesmasBenu-Benua Kota Kendaridalam bentuk persentase atau proporsi

menggunakan rumus :

f
X= xk (Sugiyono, 2012).
n
Keterangan :

f = Frekuensi kategori variabel yang diteliti

X = Variabel yang diteliti

n = Jumlah sampel

k = Konstanta 100%

b. Analisis Bivariat

Hubungankepadatanhunian, kelembabandanVentilasi dengan kejadian TB

Parudengan menggunakan uji Chi Square. Menurut Notoatmodjo (2014), uji yang

digunakan tabel 2 x 2 yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.Tabel Kontingensi

Variabel Dependent
Variabel Independent Jumlahsampel
Efek + Efek -
Efek + A B a+b
Efek - B D c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
Notoatmodjo (2014),

Keterangan :

a : Responden dengan efek (+) mengalami efek (+)


b : Responden dengan efek (+) mengalami efek (-)
c : Responden dengan efek (-) mengalami efek (+)
d : Responden dengan fefek (-) mengalami efek (-)
Menggunakan uji Chi-Square (x2) (Sugioyono,2016).

2 ( FO−Fh)2
x =∑
Fh

Keterangan:

X² = Chi-Square

FO = Frekuensiobservasi

Fh= Frekuensiharapan

dengantingkatkemaknaan = 0,05, bermaknajikanilai P value < 0,05

Uji K (UjiKeeratan):

x2
C= 2

x +n

Keterangan:
C = Koefisien kontingensi
x2 = Chi Square
n = Jumlah responden
Dengan kriteria:

a) Nilai 0,00 – 0,199 hubungan sangatlemah


b) Nilai 0,20 – 0,39 hubungan lemah
c) Nilai 0,40 – 0,59 hubungan sedang
d) Nilai 0,60 – 0,79 hubungan kuat
e) Nilai 0,80 – 1,0 hubungan sangat kuat(Sugiyono,2012).
F. Etika Penelitian

MenurutNursalam (2008) secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data

dapat dibedakan menjadi:


1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Subjek harus mendapatkan informasi

secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga pelu dicantumkan

bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan

subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Right to privacy (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan hasil penelitian

baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Puskesmas Benu - Benua terletak di Kelurahan Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat

Kota Kendari dengan batas wilayah :


a. Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Nipa-Nipa

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gunung Jati

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Kendari

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Watu-Watu Kemaraya.

2. Kondisi Sumber Daya di Puskesmas

a. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang merupakan faktor penunjang dalam mencapai

program kerja dalam sebuah instansi. Adapun jenis sarana dan prasarana di Wilayah

Kerja Puskesmas Benu – Benua yaitu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.Distribusi Sarana Kesehatan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas


Benu – Benua Kota Kendari Tahun 2021
No jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas Induk 1
2 Rumah sakit swasta 1
3 Distrbusi Farmasi dan alkes (apotek) 1
4 Sarana kesehatan bersumber dayamasyarakat
- Posyandu 18
- SD dengan dokter kecil 16
- Pos UKK 2
- Dokter praktek swasta 19
- Posyandu Lansia 6
- Posbindu 6
- PAUD 3
- Rumah Pemulihan GIZI 1
Sumber Data: Profil Puskesmas Benu – Benua Tahun 2021
b. Ketenagaan
Adapun ketenagaan di Puskesmas Benu – Benua yaitu dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.Distribusi Jenis Ketenagaan di Wilayah Kerja Puskesmas Benu – Benua


Kota Kendari Tahun 2021
No Jenis Tenaga Jumlah
1 Dokter umum 2 Orang
2 Dokter Gigi 1 Orang
3 S1 Kesehatan Masyarakat 7 Orang
4 S1 Keperawatan 3 Orang
5 S1 Keperawatan + Ners 5Orang
6 Apoteker / S1 Farmasi 3 Orang
7 D 3 Keperawatan 2 Orang
8 D 3 Kebidanan 8 Orang
9 S1 Kebidanan 5 Orang
10 D 3 Gizi 3 Orang
11 D 3 Kesling 5 Orang
12 D 3 Farmasi 1 Orang
13 D3 Analisis Kesehatan 1 Orang
14 D 1Kebidanan 1 Orang
15 Tenaga Kontrak 3 Orang
16 D3 Perawat Gigi 2 Orang
Jumlah 64 Orang
Sumber Data : Profil Puskesmas Benu – Benua Tahun 2021

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Karakteristik dalam penelitian ini meliputi kelompok umur, pendidikan dan jenis

pekerjaan.

a. Umur

Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di wilayah kerja


Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari

No. Umur n %
1. > 35 Tahun 53 55.8
2. < 35 Tahun 42 44.2
Total 95 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 95 responden yang diteliti, golongan umur > 35

tahun sebanyak53 responden (55,8%) dan umur >35 tahun sebanyak 42 responden

( 44,2%).

2. Jenis Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaandi di wilayah kerja


Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari

No. Jenis Pekerjaan n %


1. Wiraswasta 57 60.0
2. Nelayan 34 35.8
3. PNS 4 4.2
Total 95 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel6 menunjukkan bahwa dari 95 responden yang diteliti terdapat 57 responden

(60,0%) yang bekerja sebagai wiraswasta, 34 responden (35,8%) bekerja sebagai nelayan

dan 4 responden (4.2%) bekerja sebagai PNS.

3. Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada table berikut :


Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari

No. Pendidikan n %
1. Tamatan SD 25 26.3
2. Tamatan SMP 15 15.8
3. Tamatan SMA 45 47.4
4. Perguruan Tinggi 10 10.5
Total 95 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 95 responden yang diteliti terdapat 25responden

(26,3%) dengan pendidikan tamatan SD, 15 responden (15,8%) dengan pendidikan

tamatan SMP dan 458 responden (47,4%) dengan pendidikan tamatan SMA dan 10

Responden (10,5%) dengan perguruan tinggi.

2. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah suatu analisis terhadap variabel terikat (dependen) dan

variabel bebas (independen).

1. Kejadian TB Paru

Distribusi kejadian TB Parudi wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua Kota

Kendaridapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 8. Distribusi Responden Pada Kejadian TB Parudi wilayah kerja Puskesmas


Benu-Benua Kota Kendari

No. Kejadian TB Paru n %


1. Tidak Menderita 43 45.3
2. Menderita 52 54.7
Total 95 100
Sumber : Data Primer 2021.

Tabel 8menunjukan bahwa dari 95 responden pada Kejadian TB Paruterdapat 43

responden (45,3%) yang tidak menderita dan terdapat 52 responden (54,7%) yang tidak

menderita.
2. Kepadatan Hunian

Distribusi kepadatan hunian responden di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua

Kota Kendari dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 9. Distribusi Responden Pada Kepadatan Huniandi wilayah kerja Puskesmas


Benu-Benua Kota Kendari

No. Kepadatan Hunia n %


1. Kurang Padat 47 49.5
2. Padat 48 50.5
Total 95 100
Sumber : Data Primer 2021.

Tabel 9menunjukan bahwa dari 95 responden pada kepadatan Hunian terdapat 47

responden (49,5%) yang kurang padat dan terdapat 48 responden (50,5%) yang padat.

3. Kelembaban

Distribusi kelembaban responden di wilayah kerja Puskesmas Benu-BenuaKota

Kendaridapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 10. Distribusi Responden Pada Kelembabandi wilayah kerja Puskesmas Benu-
Benua Kota Kendari

No. Kelembaban n %
1. Kurang Lembab 51 53.7
2. Lembab 44 46.3
Total 95 100
Sumber : Data Primer 2021.

Tabel 10 menunjukanbahwa dari 95 responden pada kelembabanterdapat 51

responden (53,7%) yang kurang lembab dan terdapat 44 responden (46,3%) yang lembab.

4. Ventilasi
Distribusi Ventilasi responden di wilayah kerja PuskesmasBenu-benua Kota

Kendaridapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 11. Distribusi Responden Pada Ventilasi di wilayah kerja Puskesmas Benu-
Benua Kota Kendari

No. Ventilasi n %
1. Tidak Memenuhi Syarat 49 51.6
2. Memenuhi Syarat 46 48.4
Total 95 100
Sumber : Data Primer 2021.

Tabel 11 menunjukan bahwa dari 95 responden pada ventilasiterdapat 49

responden (51,6%) yang tidak memenuhi syarat dan terdapat 46 responden (48,4%) yang

memenuhi syarat.

b. Analisis Bivariat

1. Hubungan Kepadatan Hunian denganKejadian TB Paru

Tabel 12. Distribusi Hubungan kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru di


wilayah kerja Puskesmas Benu-benua Kota Kendari Tahun 2021

Kejadian TB Paru
Kepadatan
Tidak Total Hasil Uji
No. Hunian Menderita
Menderita Statistik
n % n % n %
1 Kurang Padat 28 29,5 19 20,0 47 49,5 X2 hit = 6,589
2 Padat 15 15,8 33 34,7 48 50,5 X2 tab = 3,841
Total 43 45,3 52 54,7 95 100 Phi (φ) = 0,285
Sumber : Data Primer 2021.

Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 95 responden, 47 responden (49,5%) yang

kepadatan hunian kurang padat, terdapat 28 responden (29,5%) yang menderitaTB

Parudan 19 responden (20,0%) yang tidak menderita TB Paru. Sedangkan dari 48


responden yang kepadatan hunian padat, terdapat 15 (15,8%) responden yang menderita

TB Parudan 33 responden (34,7%) respondenyang tidak menderita TB Paru.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan nilai X2 hitung

> X2 tabel yaitu 6,589> 3,841 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

hubungan antara kepadatan hunian dengan Kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Benu-benua Kota Kendari Tahun 2021.Hasil uji koefisien phi menunjukkan keeratan

hubungan lemah antara kepadatan hunian dengan Kejadian TB Paru sebesar φ = 0,285.

2. Hubungan Kelembaban dengan Kejadian TB Paru

Tabel 13.Distribusi Hubungan Kelembaban dengan Kejadian TB Paru di wilayah


kerja Puskesmas Benu-benua Kota Kendari Tahun 2021

Kejadian TB Paru
Kelembaban Menderita Tidak Total Hasil Uji
No
Menderita Statisti
n % n % n %
1 Kurang Lembab 28 29,5 23 24,2 51 53,7 X2 hit = 3,332
2 Lembab 14 15,8 29 30,5 44 46,3 X2 tab = 3,841
Total 43 45,3 52 54,7 95 100 Phi (φ) = 0,317
Sumber : Data Primer 2021.

Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 95 responden, 51 responden (53,7%) yang

kelembabankurang lembab, terdapat 28 responden (29,5%) yang menderita TB Paru dan

23 responden (24,2%) yang tidak menderita TB Paru. Sedangkan dari 46 responden yang
kelembaban lembab, terdapat 14 (15,8%) responden yang menderita TB Paru dan 29

responden (30,5%) responden yang tidak menderita TB Paru.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan nilai X2 hitung

> X2 tabel yaitu 3.332> 3,841 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada

hubungan antara kelembaban dengan Kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Benu-

benua Kota Kendari Tahun 2021. Hasil uji koefisien phi menunjukkan keeratan hubungan

lemah antara kelembaban dengan Kejadian TB Paru sebesar φ = 0,317.

3. Hubungan Ventilasi dengan Kejadian TB Paru

Tabel 14.Distribusi Hubungan Ventilasi dengan Kejadian TB Paru di wilayah kerja


Puskesmas Benu-benua Kota Kendari Tahun 2021

Kejadian TB Paru Total


Hail Uji
Ventilasi Tidak
No. Menderita Statistik
Menderita
n % n % n %
1 TMS 30 31,6 19 20,0 49 51,6 X2 hit = 9,118
2 MS 13 13,7 33 34,7 46 48,4 X2 tab = 3,841
Total 43 45,3 52 54,7 95 100 Phi (φ) = 0,331
Sumber : Data Primer 2021.

Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 95 responden, 47 responden (49,5%) yang

ventilasinya tidak memenuhi syarat, terdapat 30 responden (31,6%) yang menderita TB

Paru dan 19 responden (20,0%) yang tidak menderita TB Paru. Sedangkan dari 46
responden yang ventilasinya memenuhi syarat, terdapat 13 (13,7%) responden yang

menderita TB Paru dan 33 responden (34,7%) responden yang tidak menderita TB Paru.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan nilai X2 hitung

> X2 tabel yaitu 9,118> 3,841 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

hubungan antara ventilasi dengan Kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Benu-

benua Kota Kendari Tahun 2021. Hasil uji koefisien phi menunjukkan keeratan hubungan

lemah antara ventilasi dengan Kejadian TB Paru sebesar φ = 0,331.

C. Pembahasan

Rumah merupakan tempat bagi keluarga untuk melangsungkan hidup dan kehidupannya

dalam waktu yang lebih banyak, sehingga kondisi sanitasi rumah sangat mungkin

mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap anggota keluarga. Kondisirumah yang terlalu sempit

dan terlalu banyak penghuninya ditambah lagi dengan kurangnya pencahaan yang masuk

kedalam rumah, jarang membuka ventilasi rumah karna takut nyamuk masuk kedalam rumah

dan dalam satu kamar yang tidur ada dua sampai empat orang belum lagi kalau ada keluarga

yang datang menginap sehingga dapat menjadi faktor penyebab atau sumber penularan berbagai

jenis penyakit infeksi. Untuk terpapar penyakit TBparu pada seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor penyebab determinan yang berperan terhadap timbulnya kejadian penyakit

Tuberculosis diantaranya yaitu ventilasi, kelembaban udara dan kepadatan hunian.

1. Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru

Kepadatan hunian merupakan suatu kondidsi dimana perbandingan antara jumlah

penghuni dengan luas rumah seimbang. Apabila luas rumah tidak seimbang dengan jumlah

penghuni atau melebihi kapasitas (overcrowded), maka akan berdampak negatif terhadap
kesehatan.Rumah yang sempit dan padat penghuninya akan menyebabkan kurangnya konsumsi

oksigen (O2) dan meningkatnya karbondioksida (CO2).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari 47 responden (49,5%) yang kepadatan

hunian kurang padat, terdapat 28 responden (29,5%) yang menderita TB Paru. hal ini

disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai tingkat penularan atau tentang penyakit

TB paru. Selain itu beberapa responden memiliki kebiasaan membakar sampah dihalaman

rumah dan beberapa responden merupakan perokok dan memiliki kebiasaan mengkonsumsi

alcohol. Menurut Widoyono (2018) mengatakan bahwa perbandingan antara luas lantai rumah

dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal.kepadatan penghuni dalam satu

rumah tinggal akan memberikan pengaruh bagi penghuninya luas rumah yang tidak sebanding

dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan tempat terjadinya penularan penyakit. Hal ini

tidak sehat karena disamping menyebabkan kurangnya konsusmsi oksigen, juga bila salah satu

anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama tubercukosis akan mudah menular kepada

anggota keluarga lain.

Sedangkan dari 48 responden yang kepadatan hunian padat, terdapat 33 responden

(34,7%) responden yang tidak menderita TB Paru.hal ini karenakan kebiasaan responden

membuka jendela atau sistem pencahayaan dipagi hari. Selain itu itu juga beberapa responden

juga menjalankan atau menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.Pada aspek kepadatan

penghuni menunjukan bahwa sebagian besar subjek penelitian, tinggal pada rumah yang

tergolong padat penghuni. Tingginya kepadatan penghuni rumah wi kilayah kerja Puskesmas

Benu-benua disebabkan karena kondisi ekonomi yang rendah sehingga dalam satu rumah

biasa dihuni lebih dari 2 Kepala Keluarga (KK).Menurut (Soedjajadi,2015) kepadatan penghuni
rumah juga dapat mempengaruhi kesehatan, karena jika suatu rumah yang penghuninya padat

dapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit dari satu manusia kemanusia lainnya.

Kepadatan penghuni didalam ruangan yang berlebihan akan berpengaruh, hal ini dapat

berpengaruh terhadap perkembangan bibit penyakit dalam ruangan. Kepadatan penguhuni

dalam rumah merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan insiden penyakit TB Paru

dan penyakit-penyakit lainnya yang dapat menular karena Semakin banyaknya penghuni dalam

rumah, maka kadar oksigen bebas dalam ruangan menurun (<20,7 %) dan diikuti oleh

peningkatan CO2 bebas (>0,04%) sehingga daya tahan tubuh penghuninya menurun, ruangan

yang sempit akan membuat nafas sesak dan mudah tertular penyakit dari anggota keluarga

lain.Semakin banyak jumlah penghuni ruangan semakin cepat udara di ruangan mengalami

penccemaran dan jumlah bakteri di udara akan semakin bertambah. Kandungan oksigen bebas

dalam ruangan dan terjadi peningakatan gas CO2 sehingga daya tahan tubuh penghuninya akan

menurun. Selain itu ruangan yang sempit akan membuat nafas semakin sesak dan mudah

terjangkit penyakit dari penghuni lain dari ruangan tersebut (Simbolon, 2017).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan nilai X2 hitung > X2

tabel yaitu 6,589> 3,841 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara

kepadatan hunian dengan Kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Benu-benua Kota

Kendari Tahun 2021. Hasil uji koefisien phi menunjukkan keeratan hubungan lemah antara

kepadatan hunian dengan Kejadian TB Paru sebesar φ = 0,285. Hasil penelitian sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Saptoadin (2018) yang mengatakan bahwa kepadatan hunian

rumah memiliki hubungan yang sangat signifikandengan kejadian TB paru dibandingkan

dengan rumah yang tidak padat penghuninya.


2. Hubungan Kelembaban Dengan Kejadian TB Paru

Kelembaban dalam rumah atau ruangan dapat menjadi media yang baik untuk

berkembang biak atau bertahannya berbagai organisme patogen/penyebab penyakit. Selain itu,

kelembaban rumah yang tinggi juga dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh dan

meningkatkan kerentanan tubuh terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB paru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 51 responden (53,7%) yang kelembaban

kurang lembab, terdapat 28 responden (29,5%) yang menderita TB Paru. Hal ini disebabkan

karena adanya kontak serumah dengan penderita TB paru dimanapenularan TB paru melalui

kontak serumah dapat terjadi bila ada penderita dirumah tersebut, dan ditentukan oleh

banyaknya kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita. Penyebaran kuman tersebut di

udara melalui dahak berupa doplet yang ukurannya sangat kecil pada waktu batuk atau bersin.

Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung

kuman tuberculosis, dan dapat bertahan di udara selama beberapa jam. Droplet yang

mengandung kuman ini dapat terhirup oleh yang kontak serumah. Jika kuman tersebut sudah

menetap dalam paru-paru orang yang kontak serumah, maka kuman mulai membelah diri dan

terjadilah infeksi dari penderita ke orang yang kontak serumah.Selain itu kondisi lingkungan

rumah, yaitu terdapat banyak pepohonan dan semak-semak di sekitar rumah yang tidak

dibersihkan sehingga menghalangi cahaya matahari untuk masuk ke dalam rumah. kurangnya

ventilasi sehingga terjadi peningkatan kelembaban yang disebabkan oleh penguapan cairan

tubuh dari kulit dan udara pernapasan penghuni rumah. MenurutWijaya (2012) mengatakan

bahwa ruangan yang kurang pencahayaan meningkatkan suhu ruangan yang disebabkan oleh

pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernapasan

tersebut. Ruangan yang kurang masuknya cahaya juga akan menghalangi proses pertukaran
udara bersih sehingga kebutuhan udara bersih tidak terpenuhi dan dapat menjadi penyebab

terjadinya TB paru.

Sedangkan dari 46 responden yang kelembaban lembab, terdapat 29 responden

(30,5%) responden yang tidak menderita TB Paru.Hal ini disebabkan karena adanya kesadaraan

dari responden itu sendiri untuk menjaga kesehatan serta mencari informasi tentang TB

paru.Selain itu rata-rata responden berpendidikan tamatan SMA sebanyak 45 responden

(47,4%) dimana tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan seseorang

diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB

Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan berusaha untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat. Kelembaban dalam rumah atau ruangan dapat menjadi

kondisi yang baik untuk berkembang biak atau bertahannya berbagai organisme

patogen/penyebab penyakit. Kelembaban rumah yang tinggi juga dapat mempengaruhi

penurunanan daya tahan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit

terutama penyakit infeksi, termasuk penyakit tuberculosis Rumah yang sehat memerlukan

cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak lebih. Kurangnya cahaya, terutama cahaya matahari

yang masuk kedalam rumah selain kurang nyaman, juga merupakan media yang baik untuk

hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakitkarena ruangan yang lembab (Kurniasari, 2012).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan nilai X2 hitung > X2

tabel yaitu 3.332> 3,841 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan

antara kelembaban dengan Kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Benu-benua Kota

Kendari Tahun 2021. Hasil uji koefisien phi menunjukkan keeratan hubungan lemah antara

kelembaban dengan Kejadian TB Paru sebesar φ = 0,317. Penelitian ini bertolak belakang
dengan penelitian yang dilakuakn oleh Misnadiary (2016) yang menyatakan bahwa kondisi

tempat/ruangan yang lembab dapat menjadi media yang baik untuk bertahan hidup dan

berkembang biaknya kuman tuberculosis.

3. Hubungan Ventilasi Dengan Kejadian TB Paru

Salah satu persyaratan rumah sehat adalah harus memiliki ventilasi. Ventilasi

berfungsi menjaga aliran udara dalam rumah agar tetap segar dan membebaskan udara ruangan

dari bakteri-bakteri patogen karena selalu terjadi aliran udara yang lancar, sehingga bakteri

dalam ruangan akan terbawa oleh aliran udara. Tidak cukupnya ventilasi suatu rumah akan

menyebabkan kelembaban udara akan naik dan kuman TB akan tetap bertahan hidup dalam

rumah atau ruangan tersebut. Untuk sirkulasi udara yang baik dibutuhkan luas ventilasi minimal

10% dari luas lantai rumah atau ruangan.

Hasil Uji statistik menunjukkan bahwa dari 47 responden (49,5%) yang ventilasinya

tidak memenuhi syarat, terdapat 19 responden (20,0%) yang tidak menderita TB Paru. hal ini

disebabkan karena sistem imunitas tubuhnya kuat, status gizinya baik, tidak ada yang merokok

dalam rumah serta tidak ada riwayat kontak serumah.Selain itu ditemukan beberapa alasan yang

menyebabkan kondisi ventilasi rumah responden tidak memenuhi syarat, yaitu kurangnya

pengetahuan tentang standar minimal ventilasi sebuah rumah yang yang ideal atau memenuhi

syarat kesehatan.Untuk mencapai mekanisme sirkulasi udara yang cukup dalam sebuah ruangan

maka diperlukan ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan dengan ukuaran 10-15% dari luas

lantai (Notoatmodjo, 2017).Berdasarkan peraturan bangunan nasional, lubang hawa suatu

bangunan harus memenuhi syarat yakni sekurang-kurangnya 1/10 dari luas lantai.
Sedangkan dari 46 responden yang ventilasinya memenuhi syarat, terdapat 13 (13,7%)

responden yang menderita TB Paru.hal ini disebabkan karena ada rumah yang sudah cukup

ventilasinya tetapi ditutupi lagi dengan papan, kain, kardus dan sebagainya yang

menghamabat/menghalangi sirkulasi udara sehingga kuman TB mudah menular. Oleh karena

itu, diharapkan kepada petugas kesehatan terkait untuk memberikan sosialisasi kepada

masyarakat tentang hakikat rumah sehat yang ideal, seperti ventilasi rumah yang memenuhi

syarat kesehatan sehingga masyarakat dapat memiliki pengetahuan serta dapat

mengaplikasikannya dalam rancangan pembuatan rumah yang sehat/memenuhi syarat.Ventilasi

yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan mengakibatkan kuman tuberculosis yang berasal

dari udara pernafasan tetap berada dalam ruangan karena pergantian udara tidak lancar. Oleh

karena itu, penghuni di dalam rumah tersebut memilki risiko besar untuk tertular kuman

penyakit TB (Eka Fitriani, 2015).

Rumah hendaknya dirancang agar sirkulasi udara dalam ruangan menjadi lancar, asap

dan udara kotor dapat hilang secara cepat. Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan pintu

dan jendela dalam posisi yang tepat serta lubang penghawaan yang cukup sehingga udara kotor

atau tidak sehat dapat keluar dengan lancar dan udara segar dapat masuk ke dalam ruangan atau

kamar-kamar dalam rumah (Yulistianingrum, 2014)

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di dapatkan nilai X2 hitung > X2

tabel yaitu 9,118> 3,841 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara

ventilasi dengan Kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Benu-benua Kota Kendari

Tahun 2021. Hasil uji koefisien phi menunjukkan keeratan hubungan lemah antara ventilasi

dengan Kejadian TB Paru sebesar φ = 0,331. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh mahmudin (2018) bahwa ada hubungan sedang antara kondii ventilasi rumah
dengan kejadian penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kotohilalang Kabupaten Minang

dengan nilai uji φ = 0,571

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasi lpenelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan lemah antara kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja

Puskesmas Benu-benua Kota Kendari Tahun 2021.

2. Tidak ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Benu-benua Kota Kendari Tahun 2021.


3. Ada hubungan lemah antara ventilasi dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Benu-benua Kota Kendari Tahun 2021.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mengemukakan saran

antara lain :

1. Bagi Puskesmas Benu-Benua

Diharapkan agar melakukan penyuluhan tentang factor penyebab penyakit TB Paru

seperti kondisi rumah yang meliputi kepadatan hunian, kelembaban dan ventilasi sehingga

penderita penyakit TB paru dapat berkurang.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat yang ventilasi rumahnya belum memenuhi syarat agar

disesuaikan dengan persyaratan ventilasi yaitu 10% dari luas lantai atau ruangan. Sebaiknya

jumlah orang dalam rumah disesuaikan dengan luas rumah dan selalu membuka jendela pada

saat siang hari untuk mengurangi kelembaban serta menjaga kebersihan kondisi lingkungan

rumah.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan agar mengambil judul yang yang berhubungan factor kejadian penyakit TB

Paru namun dengan variable yang berbeda guna menambah wawasan peneliti selanjutnya.
HASIL UJI STATISTIK

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid > 35 Tahun 53 55.8 55.8 55.8
< 35 Tahun 42 44.2 44.2 100.0
Total 95 100.0 100.0
Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Tamatan SD 25 26.3 26.3 26.3
Tamatan SMP 15 15.8 15.8 42.1
Tamatan SMA 45 47.4 47.4 89.5
PerguruanTinggi 10 10.5 10.5 100.0
Total 95 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Wiraswasta 57 60.0 60.0 60.0
Nelayan 34 35.8 35.8 95.8
PNS 4 4.2 4.2 100.0
Total 95 100.0 100.0

KejadianTBParu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid TidakMenderita 43 45.3 45.3 45.3

Menderita 52 54.7 54.7 100.0


Total 95 100.0 100.0

KepadatanHunian

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid KurangPadat 47 49.5 49.5 49.5
Padat 48 50.5 50.5 100.0
Total 95 100.0 100.0
Kelembaban

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid KurangLembab 51 53.7 53.7 53.7
Lembab 44 46.3 46.3 100.0
Total 95 100.0 100.0

Ventilasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TidakMemenuhiSyarat
49 51.6 51.6 51.6

MemenuhiSyarat 46 48.4 48.4 100.0


Total 95 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KepadatanHunian *
95 100.0% 0 .0% 95 100.0%
KejadianTBParu
Kelebaban *
95 100.0% 0 .0% 95 100.0%
KejadianTBParu
Ventilasi * KejadianTBParu
95 100.0% 0 .0% 95 100.0%

KepadatanHunian * KejadianTBParu

Crosstab
KejadianTBParu
TidakMenderit
a Menderita Total
KepadatanHunian KurangPadat Count 28 19 47
% within 59.6% 40.4% 100.0%
KepadatanHunian
% within KejadianTBParu 65.1% 36.5% 49.5%
% of Total 29.5% 20.0% 49.5%
Padat Count 15 33 48
% within
31.2% 68.8% 100.0%
KepadatanHunian
% within KejadianTBParu 34.9% 63.5% 50.5%
% of Total 15.8% 34.7% 50.5%
Total Count 43 52 95
% within
45.3% 54.7% 100.0%
KepadatanHunian
% within KejadianTBParu 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 45.3% 54.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.690a 1 .000
b
Continuity Correction 6.589 1 .000
Likelihood Ratio 7.798 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
7.609 1 .000
Association
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,56.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .285 .000
Cramer's V .285 .000
N of Valid Cases 95
Kelebaban * KejadianTBParu

Crosstab
KejadianTBParu
TidakMenderita Menderita Total
Kelebaban KurangLembab Count 28 23 51
% within Kelebaban 54.9% 45.1% 100.0%
% within KejadianTBParu 65.1% 44.2% 53.7%
% of Total 29.5% 24.2% 53.7%
Lembab Count 15 29 44
% within Kelebaban 34.1% 65.9% 100.0%
% within KejadianTBParu 34.9% 55.8% 46.3%
% of Total 15.8% 30.5% 46.3%
Total Count 43 52 95
% within Kelebaban 45.3% 54.7% 100.0%
% within KejadianTBParu 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 45.3% 54.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.129a 1 .006
b
Continuity Correction 3.332 1 .010
Likelihood Ratio 4.170 1 .005
Fisher's Exact Test .007 .005
Linear-by-Linear
4.086 1 .006
Association
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.92.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .317 .001
Cramer's V .317 .001
N of Valid Cases 95
Ventilasi * KejadianTBParu

Crosstab
KejadianTBParu
TidakMenderit
a Menderita Total
Ventilasi TidakMemenuhiSyarat Count 30 19 49
% within Ventilasi 61.2% 38.8% 100.0%
% within KejadianTBParu 69.8% 36.5% 51.6%
% of Total 31.6% 20.0% 51.6%
MemenuhiSyarat Count 13 33 46
% within Ventilasi 28.3% 71.7% 100.0%
% within KejadianTBParu 30.2% 63.5% 48.4%
% of Total 13.7% 34.7% 48.4%
Total Count 43 52 95
% within Ventilasi 45.3% 54.7% 100.0%
% within KejadianTBParu 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 45.3% 54.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.406a 1 .000
b
Continuity Correction 9.118 1 .000
Likelihood Ratio 10.629 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
10.296 1 .000
Association
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.82.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .331 .000
Cramer's V .331 .000
N of Valid Cases 95

DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto Dokumentasi Saat peneliti memperkenalkan diri serta menanyakan kesediaan responden.
Foto Dokumentasi bersama dengan responden untuk mengisi koesioner dengan terlebih dahulu
peneliti menjelaskan maksud dan tujuannya.
Foto Dokumentasi Saat melakukan wawancara dengan responden menggunakan koesioner
sambil memberikan penjelasan tentang cara pengisian koesioner

Lampiran 1.
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : .................................

Umur : .................................

Pendidikan :....................................

Menyatakan bersedia menjadi subjek (responden) dalam penelitian dari :

Nama : Rahmatia

Nim : K.2019.02.010

Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan resiko
apapun pada subjek penelitian, karena semata-mata untuk kepentingan ilmiah serta kerahasiaan dari
wawancara yang diberikan dijamin sepenuhnya oleh peneliti. Saya telah diberikan kesempatan untuk
bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti dan telah mendapatkan jawaban yang jelas dan
benar.

Demikian ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikut sebagai subjek dalam penelitian ini.

Kendari, 2020
Responden

(……………….)
Lampiran 2.

SURAT PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth.Bapak / ibu/ Saudara (i)
di-
Tempat

Sehubungandenganpenyelesaiantugasakhir di program studikesehatanmasyarakat STIKES


Mandala WaluyaKendari, MakaSaya :

Nama : Rahmatia

Nim : K.2019.02.010

Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Akan melakukanpenelitiandenganjudul :Faktor-Faktoryang

berhubungandengankejadianPenyakit TB Paru Di Wilayah KerjaPuskesmasBenu-Benua Kota

Kendari” untukkepentingantersebut. Sayamohonkesedianbapak/ibuuntukmenjadisubjekpenelitian

(jadikansampel).Informasidanidentitasakan di rahasiakanolehpeneliti.

Ataspatisipasidandukungannya ,sayaucapkanbanyakterimakasih.

Kendari, 2020

Peneliti
Rahmatia

Lampiran 3.

KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS


PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BENU-BENUA
KOTA KENDARI

InisialNamaResponden :.............................................................

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Umur :

2. Pekerjaan :

3. Pendidikan :

B. KEJADIAN TB PARU

1. Apakahadaanggotakeluarga yangmemilikigejalaklinis, batukberdahakdarahselama 2

mingguataulebih, nyeri dada, beratbadanmenurun, demam, sesaknapas,

kringatmalamharitanpaaktivitassertaberdasarkanpemeriksaandandiagnosadoktermenderitapen

yakittubrkulosisParu ?

a. Ya

b. Tidak

C. KEPADATAN HUNIAN

LembarObservasiKepadatanHunian
KEPADATAN HUNIAN Ya Tidak
≥ 8 M2/Orang

D. Kelembaban

Kelembaban Ya Tidak

≥ 60% RH
E. Ventilasi
VENTILASI Ya Tidak
≥ 10% Luas lantai

You might also like