Professional Documents
Culture Documents
MANUSKRIP
MANUSKRIP
Oleh
ANDIKA SAPUTRA
2020206203435P
Mengetahui
Komisi Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Andika Saputra1, Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep. J.2 , Ns. Siti Indarti, S.Kep., M.Kes.3
1
Mahasiswa Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Pringsewu, Indonesia
2-3
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu, Indonesia
Email: andika.2020206203435p@student.umpri.ac.id
ABSTRACT
Tuberculosis(TB) is a disease caused by bacteria (Mycobacterium tuberculosis) and most often attacks the
lungs. The prevalence of TB disease in Lampung Province in 2021 will reach 11,296 cases and in Tulang
Bawang Regency it will reach 594 cases. The important role of food intake consumed is closely related to the
healing factor. Poor nutritional status will increase the risk of pulmonary tuberculosis. The nutritional status
of TB patients can be influenced by the level of knowledge. The purpose of this study was to determine the
relationship between the level of knowledge and the nutritional status of tuberculosis patients in Dente
Teladas District Tulang Bawang Regency 2022. This type of research is quantitative with a cross sectional
design. The population in this study are TB patients who were recorded and still being treated in the dente
teladas sub-district were 52 TB patients. The sampling technique used is total sampling. The instrument of
this research used a questionnaire. Data analysis used SPSS application to analyze univariate and bivariate
using gamma statistic test. The results of this study indicate that there are 28 (53.8%) respondents aged 31-40
years, 37 (71.2%) respondents are male, and 38 (73.1%) respondents with a high school education, 21 (40.4%)
of respondents had sufficient knowledge, 21 (40.4%) of respondents had good nutritional status, and there
was a relationship between the level of knowledge and the nutritional status of TB patients, Dente Teladas
District, Tulang Bawang Regency in 2022 with a p value of 0.001. Suggestions are expected for pulmonary TB
patientscan maintain adequate nutritional intake, especially pulmonary TB patients with poor nutritional
status.
ABSTRAK
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium tuberculosis) dan
paling sering menyerang paru-paru. Prevalensi penyakit TBC di Provinsi Lampung tahun 2021 mencapai
11.296 kasus dan di Kabupaten Tulang Bawang mencapai 594 kasus. Adanya peran penting asupan makan
yang dikonsumsi erat kaitanya dengan faktor kesembuhan. Status gizi yang buruk akan meningkatkan risiko
penyakit tuberkulosis paru. Status gizi pasien tbc dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan status gizi pasien TBC di Kecamatan
Dente Teladas Kab. Tulang Bawang tahun 2022. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien TBC yang terdata dan masih dalam pengobatan di
kecamatan dente teladas sebanyak 52 pasien TBC. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling.
Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan aplikasi SPSS untuk
menganalisis univariat dan bivariat menggunakan uji statistic gamma. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat 28 (53,8%) responden dengan usia 31-40 tahun, 37 (71,2%) responden berjenis kelamin laki-
laki, dan 38 (73,1%) responden dengan pendidikan terakhir SMA, 21 (40,4%) responden memiliki
pengetahuan cukup, 21 (40,4%) responden memiliki status gizi baik, dan ada hubungan tingkat pengetahuan
dengan status gizi pasien TBC Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang tahun 2022 dengan p
value 0,001. Saran diharapkan penderita tb paru dapat menjaga asupan nutrisi yang adekuat terutama
penderita TB Paru dengan status gizi kurang.
Hasil riset Kementrian Kesehatan Repubik Indonesia 2018, menyebutkan bahwa jumlah prevalensi
TBC klinis yang tersebar di seluruh indonesia yaitu 1,0%, Angka keberhasilan pengobatan semua kasus
TBC (success rate) sebesar 89% dari target 85%. Dengan succes rate lebih
dari 90% (Riskesdas, 2018). Di Provinsi Lampung sendiri jumlah penderita penyakit TBC mencapai
11.296 kasus pada tahun 2021 (Dinkes Lampung, 2021).
Profil Kabupaten Tulang Bawang (2021) data penderita TBC sendiri mencapai 594 kasus. Penularan
TBC dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan. Faktor pengetahuan merupakan hasil tahu
dan ini terjadi setelah individu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Contoh, factor
pengetahuan yang mempengaruhi perilaku pencegahan TBC yaitu pasien TBC seharusnya mengetahui
secara jelas tentang penyakit TBC dan bagaimana cara penularan dan pencegahannya (Notoatmodjo,
2010).
Penurunan berat badan, malaise, dan anoreksia sering terjadi pada penderita TBC. Penurunan Berat
Badan dapat mencapai 10%. Kondisi penderita TBC dapat dipulihkan dengan mengkonsumsi makanan
yang bergizi. Pengaturan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat
untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan jaringan tubuh. Menambah berat badan hingga mencapai
normal dan diusahakan berat badan seimbang dengan tinggi badan (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan peneliti di puskesmas Way Dente, dengan melakukan
wawancara kepada 10 pasien penderita TBC diantaranya sebanyak 6 penderita (60%) kurus, 3 penderita
(30%) normal, dan 1 penderita (10%) gemuk. Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang 60%
menjawab setelah minum obat TB nafsu makan menjadi menurun, sedangkan 30% menjawab nafsu
makannya normal, dan 10% menjawab sudah kondisi awalnya gemuk.
Maka Berdasarkan Fenomena yang ada peneliti tertarik untuk mengangkat mengenai pengetahuan
TBC, karena menurut peneliti bahwa di lapangan banyak pasien dengan status gizi kurang dan belum
dilakukan pendidikan kesehatan mengenai nutrisi yang baikbagi pasien TB paru. Namun sebelum
memberikan informasi, peneliti ingin mengetahui terlebih dahulu adanya kaitannya antara
pengetahuan dengan status gizi pada pasien TB Paru di kecamatan dente teladas kabupaten tulang
bawang.Pentingnya variabel diteliti dikarenakan dengan tahunya pasien TBParu mengenai nutrisi
dalam upaya menunjang proses penyembuhan makapasien tersebut berusaha untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi yang akhirnyastatusgizi akan normal.
METODE
Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik korelasi, dengan menggunakan pendekatan
crossectional. Desain analitik korelasi yaitu peneliti mencari hubungan antara banyak variabel bebas
dengan satu variabel tergantung (Dahlan, 2012).Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui hubungan
tingkat pengetahuan dengan status gizi di kecamatan Dente teladas 2022. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara menggunakan lembar kuesioner tentang tingkat pengetahuan pasien TBC dan dengan
menghitung status gizi pasien TBC dengan cara menghitung IMT. Sebelum dilakukan proses
pengambilan data, calon responden diberikan informasi tentang penelitian yang akan dilakukan,
keuntungan dan dampak yang mungkin dapat ditimbulkan selama proses penelitian, bila calon responden
menyetujuinya maka dilanjutkan dengan pengisian lembar persetujuan menjadi responden.Setelah data
terkumpul kemudian data tersebut dianalisa. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariate dan
analisa bevariate.
HASIL
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden Berdasarkan usia , jenis kelamin dan Pendidikan
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 52 responden terdapat 28 (53,8%) responden dengan
usia 31-40 tahun, 37 (71,2%) responden berjenis kelamin laki-laki, dan 38 (73,1%) responden dengan
pendidikan terakhir SMA.
b. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien TBC di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2022
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pasien TBC
di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2022
c. Distribusi frekuensi status gizi pasien TBC di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang
2022
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi status gizi pasien TBC di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang
Bawang 2022
2. Analisi Bivariat
Tabel 4.4
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Status Gizi Pasien TBC Kecamatan Dente Teladas
Kabupaten Tulang Bawang
tahun 2022
Status Gizi
Total P
Pengetahuan Baik Cukup Kurang
value
N % n % n % n %
Baik 11 57,9 6 31,6 2 10,5 19 100
Cukup 9 42,9 6 28,6 6 28,6 21 100
0.001
Kurang 1 8,3 6 50,0 5 41,7 12 100
Jumlah 21 40,4 18 34,6 13 25,0 52 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 19 responden yang memiliki pengetahuan baik didapatkan
11 (57,9%) responden dengan status gizi baik dan 6 (31,6%) responden dengan status gizi cukup dan 2
(10,5%) responden dengan status gizi kurang. Sedangkan dari 21 responden yang memiliki pengetahuan
cukup didapatkan 9 (42,9%) responden dengan status gizi baik, 6 (28,6%) responden dengan status gizi
cukup dan 6 (28,6%) responden dengan status gizi kurang. Selain itu dari 12 responden yang memiliki
pengetahuan kurang didapatkan 1 (8,3%) responden dengan status gizi baik dan 6 (50,0%) responden
dengan status gizi cukup dan 5 (41,7%) responden dengan status gizi kurang.
Hasil uji statistik menggunakan gamma didapatkan p value 0,001 < 0,05 artinya ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan status gizi pasien TBC Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang tahun
2022.
PEMBAHASAN
1. Analisi Bivariat
a. Distribusi frekuensi Karakteristik pasien TBC Di Kecamatan Dente Teladas
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2022
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 52 responden terdapat 28 (53,8%) responden
dengan usia 31-40 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa kelompok usia pasien tuberkulosis paru berada pada kelompok usia
produktif. Umur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit. Sesuai
dengan obeservasi bahwa paling banyak terdapat umur produktif yaitu antara 15-65 tahun,
dimana pada umur produktif responden banyak melakukan aktifitas yang padat dan kondisi
kerja yang kurang baik sehingga lebih rentan terhadap suatu penyakit karena sistem imum
yang lemah (Ristanti, 2020).
Sejalan dengan penelitian Puspita (2016) yang menunjukkan bahwa usia pasien tuberkulosis
paru yang berobat di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dalam penelitian ini
berkisar 18-69 tahun dengan rata– rata usia 40,5 tahun. Hasil penelitian didapatkan usia
terbanyak yaitu pada usia produktif (18-55 tahun) yang berjumlah 80 orang (84,5%).
Ditinjau dari jenis kelamin, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 37 (71,2%). Hasil penelitian ini seperti yang
diungkapkan oleh Naga (2012) bahwa pada laki-laki penyakit TB Paru lebih tinggi
dibandingkan pada perempun karena kebiasaan laki-laki yang sering merokok dan
mengkonsumsi minuman beralkohol yang dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh.
Sehingga wajar bila perokok dan peminum alkohol sering disebut sebagai agen dari penyakit
TB Paru.
Dilihat dari pekerjaan, didapatkan bahwa sebagian besar responden (73,1%) dengan
pendidikan terakhir SMA. Tingkat pendidikan responden menjadi faktor penentu dari semua
proses pendidikan kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Sari dkk (2012)
yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan mudah seseorang
tersebut menerima hak-hal baru dan mudah menyesuaikannya (Sari, 2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 52 responden didapatkan 19 (36,5%) responden
memiliki pengetahuan yang baik, 21 (40,4%) responden memiliki pengetahuan yang cukup
baik, dan 12 (23,1%) responden memiliki pengetahuan yang kurang baik. Pengetahuan
merupakan sebuah hasil (tahu) setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu. Penginderaan terhadap suatu obyek dapat terjadi melalui panca indra
diantaranya indra penglihat, pendengar, pencium, perasa dan raba. Dalam proses
penginderaan dapat dipengaruhi oleh faktor persepsi terhadap obyek. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui alat indra penglihat dan pendengaran (Wawan dan
Dewi, 2019).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2018) yang menyatakan
bahwa pengetahuan penderita tuberculosis paru mengenai penyakitnya mayoritas
berpengetahuan cukup (73,4%).
Menurut analisa peneliti, sebagian responden memiliki pengetahuan yang cukup karena
kurangnya informasi yang didapat oleh responden. Selain itu responden juga hanya fokus
mengkonsumsi obat yang diberikan oleh petugas kesehatan, tetapi tidak menjaga pola nutrisi
sebagai upaya menunjangan status gizi.
c. Distribusi frekuensi status gizi pasien TBC Di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten
Tulang Bawang 2022
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 52 responden didapatkan 21 (40,4%) responden
dengan status gizi baik, 18 (34,6%) responden dengan status gizi cukup, dan 13 (25,0%)
responden dengan status gizi kurang. Status nutrisi adalah salah satu faktor terpenting dalam
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Status gizi mempengaruhi angka kesembuhan pengobatan
TB. Hal itu dikarenakan status gizi dikategorikan dalam batas yang normal apabila
kekebalan tubuh atau daya tahan tubuh penderita meningkat akan dapat tahan terhadap
penyakit TB, lain halnya dengan status gizi yang kurang maupun buruk akan dapat
mempengaruhi proses penyembuhan dan dapat mengakibatkan kambuhnya penyakit TB.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari dkk (2017) ditemukan
ketergantungan antara status gizi dengan angka kesembuhan pengobatan yang diderita pada
pasien TB paru secara langsung serta berdasarkan perhitungan dikatakan signifikan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2018) yang
menunjukkan bahwa status gizi responden sebagian besar termasuk kategori normal sebesar
19 orang walaupun masih banyak juga responden yang berstatus gizi kurang tingkat berat
sebesar 17 orang.
Menurut analisa peneliti, Status gizi dapat mempengaruhi daya imun tubuh yang lemah
sehingga kuman Microbacterium tuberculosis mudah berkembang biak serta dapat
menghambat terjadinya konversi. Perbaikan status nutrisi melalui pemberian makanan
berdampak baik terhadap fungsi paru serta kondisi pasien. Oleh sebab itu, pada penyakit
paru, kebutuhan energi serta metode pemberiannya harus dilakukan dengan tepat. Terapi
nutrisi pada TB paru dapat mempertahankan atau meningkatkan status gizi. Diharapkan
dengan tata laksana nutrisi yang baik, survival penderita TB paru dapat meningkat.
2. Analisi bivariat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 19 responden yang memiliki pengetahuan baik
didapatkan 11 (57,9%) responden dengan status gizi baik dan 6 (31,6%) responden dengan
status gizi cukup dan 2(10,5%) responden dengan status gizi kurang. Sedangkan dari 21
responden yang memiliki pengetahuan cukup didapatkan 9 (42,9%) responden dengan status
gizi baik, 6 (28,6%) responden dengan status gizi cukup dan 6 (28,6%) responden dengan
status gizi kurang. Selain itu dari 12 responden yang memiliki pengetahuan kurang
didapatkan 1 (8,3%) responden dengan status gizi baik dan 6 (50,0%) responden dengan
status gizi cukup dan 5 (41,7%) responden dengan status gizi kurang. Hasil uji statistik
menggunakan gamma didapatkan p value 0,001 < 0,05 artinya ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan status gizi pasien TBC Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang
Bawang tahun 2022.
Pengetahuan menjadi salah satu faktor penting dalam pemenuhan gizi. Karena dengan
tahunya mengenai gizi yang baik dan harus dikonsumsi maka seseorang akan berusaha
memenuhi kebutuhan gizi tersebut dengan berbagai pertimbangan kandungan gizi dalam
makanan yang di konsumsi. Pengetahuan tentang nutrisi yang seimbang bagi pasien TB Paru
menjadi salah satu faktor penting dalam status gizi pasien TB Paru yang baik. Karena dengan
tahunya pasien tentang nutrisi maka pasien tersebut akan berupaya menyediakan dan
mengkonsumsi asupan nutrisi yang seimbang sehingga bisa membantu dalam proses
penyembuhan penyakit yang diderita (Marmi, 2015).
Permasalahan yang muncul pada pasien TB Paru salah satunya adalah masalah nutrisi.
Nutrisi merupakan faktor pendukung penyembuhan bagi penyakit infeksi seperti TB Paru
(Darliana, 2016). Malnutrisi pada infeksi TB menurunkan status imun karena terjadi
penurunan produksi limfosit dan kemampuan proliferasi sel imun. Penurunan status imun
akibat malnutrisi mengakibatkan peningkatan pertumbuhan mikroorganisme (Putra, 2016).
Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang dikarenakan konsumsi makanan yang
mengandung nutrisi (Almatzier, 2015). Upaya peningkatan status gizi maka diperlukan
adanya asupan nutrisi yang tepat terutama pada penderita TB Paru. Oleh karena itu sebelum
penderita TB Paru melakukan suatu perilaku berupa melakukan konsumsi makanan maka
diperlukan terlebih dahulu pengetahuan yang tepat mengenai nutrisi. Pengetahuan seseorang
yang baik mengenai nutrisi maka orang tersebut akan berupaya untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung nutrisi yang baik yang akhirnya status gizi akan meningkat
menjadi baik (Hermawan, 2020).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2020) yang
menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang nutrisi lebih dari setengahnya
berpengetahuan kurang sebanyak 57 orang (71,3%), status gizi responden lebih dari
setengahnya dengan status gizi kurus sebanyak 42 orang (52,5%), terdapat hubungan tingkat
pengetahuan tentang nutrisi dengan status gizi pada pasien TB paru (p-value= 0,029 < 0,05).
Menurut analisa peneliti, pengetahuan penderita tb paru berpengaruh terhadap status gizi
responden. Hal ini dikarenakan semakin baik pengetahuan seseorang maka akan semakin
baik perilaku yang diterapkan termasuk mengenai pola makan dalam kehidupan sehari-hari.
Status gizi responden juga mempengaruhi tingkat imunitas responden. Responden dengan
status gizi kurang berdampak pada proses pengobatan tb paru tersebut
a.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi karakteristik responden terdapat 28 (53,8%) responden dengan usia 31-40
tahun, 37 (71,2%) responden berjenis kelamin laki-laki, dan 38 (73,1%) responden dengan
pendidikan terakhir SMA.
2. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien TBC Di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2022 dalam kategori cukup yaitu 21 (40,4%).
3. Distribusi frekuensi status gizi pasien TBC Di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang
Bawang 2022 dalam kategori baik yaitu 21 (40,4%).
4. Ada hubungantingkat pengetahuan dengan status gizi pasien TBC Kecamatan Dente Teladas
Kabupaten Tulang Bawang tahun 2022 dengan p value 0,001.
SARAN
Almatsier Sunita, (2015). Prinsip Dasar Ilmu Gizi edisi ke 9, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Arikunto, S. (2013).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.
Darliana, Devi. (2016). Manajemen Pasien Tuberculosis Paru. Idea Nursing Journal Vol. II No. 1
Depkes RI. (2012). Pedoman pengendalian infeksi Tuberculosis Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI.
Dinkes Provinsi Lampung. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung: Dinkes.
Handayani, (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Masyarakat Tentang Pencegahan Tuberkulosis Paru di Dusun Kayangan Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar, Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hermawan, (2020). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Nutrisi Dengan Status Gizi Pada
Pasien Tb Paru Dewasa Di Ruang Poli Paru Rsud Majalaya Kabupaten Bandung. Skripsi.
Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung
Hutari, Sari. dkk. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Dan Status Gizi Dengan
Pengobatan Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Tuminting. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi.
Kemenkes RI. (2015). Profil kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI.
Khomsan, A. (2015). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Marmi. (2013). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu kesehatan masyarakat: prinsip-prinsip dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta
Notoatmodjo,S. (2012). Promosi kesehatan dan, ilmuperilaku. Jakarta: Rineka
Puspita, Elsa dkk. (2016). Gambaran Status Gizi Pada Pasien Tuberkulosis Paru (TB Paru) Yang
Menjalani Rawat Jalan Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. JOM FK Volume 3 No. 2 Oktober
2016
Puspitasari, Mudigdo, A., & Adriani, R. B. (2017). Effects of Education , Nutrition Status , Treatment
Compliance , Family Income , and Family Support , on the Cure of Tuberculosis in Mojokerto ,
East Java, 273, 141–153
Riskesdas (2018). Hasil utama riskesdas 2018. Jakarta: Kemenkes RI.
Ristanti, Esti. (2020). Analisis faktor yang mempengaruhi kejadian tuberculosis paru. Skripsi. Universitas
Erlangga
Sari, M.P., Ropi, H., & Fitri, S.Y.R. (2012). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Pneumonia
Ringan Pada Belita Di Rumah Di Desa Sayang Kecamatan Jatinangor. Jurnal Unpad 1 (1).
Siregar, Sarmaida dkk. (2018). Gambaran Status Gizi Terhadap Kejadian TB Paru Di Rumah Sakit
Imelda Medan Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 4, No. 2, September 2018
Sitanggang, Yohana Agustina. (2017). Pengaruh Health Coaching Berbasis Health Promotion Model
Terhadap Peningkatan Efikasi Diri Dan Perilaku Pencegahan Penularan Pada Pasien Tb Paru.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor 4, Oktober 2017
Sitinjak, Sarah monica. (2019). Gambaran Status Gizi Dan Asupan Energi, Protein Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam. Politeknik Kesehatan Medan
Jurusan Gizi.
Wawan, A, Dewi, M. (2019). Teori danpengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
WHO. Global Tuberculosis Report (2019). Geneva : World Health Organization; 2019.