Jurnal Epo 1
Jurnal Epo 1
Jurnal Epo 1
Special Issue: Seminar Inovasi Teknologi dan Digitalisasi Pada Pelayanan Kefarmasian 2020
Evaluasi Penggunaan Obat Berdasarkan Indikator Peresepan dan Pelayanan Pasien di Rumah Sakit Tora Belo
Abstract
Background: Pharmaceutical care is an integrated activity to identify, prevent, and solve problems related to
medicine and health in order to optimize rational drug use. Objective: This study was aimed to evaluate the use
of drugs based on indicators of prescribing practices by the health providers and patient care at Tora Belo
Hospital, Sigi Regency. Methods: This study was conducted by analyzing retrospective and prospective data.
Prescribing indicators were used to count average number of drug, generic drug, antibiotic, injection and
essential drug/hospital formulary’s drug written on prescription. The sample of prescription was taken from
hospitalized patient’s prescriptions as many as 391 sheets by purposive sampling technique. Meanwhile, patient
service indicators were taken from 269 outpatients by accidental sampling technique. Results: Average number
of drugs per prescription sheet was 3.1 (standard: 1.8 - 2.2); the proportion of drug use was generic drugs
74.89% (standard: 81 - 94%), antibiotics 45.52% (standard: ≤ 30%), injection 6.90% (standard: 0.2 - 48%),
respectively; Drug conformity with the hospital formulary was 99.17% (standard: 86 - 88%). Additionally, from
the patient service indicators, the average consultation time was 4.32 minutes (standard: 2.3 - 3.5 minutes);
dispensing time of between pre-manufactured and extemporaneous compounded drugs was 11.42 and 22.54
minutes, respectively; percentage of drugs given 94.54% (standard: 100%); ratio of drug label completeness
100%; and percentage of patient knowledge about the use of the correct dose 48.12% (standard: 100%),
respectively. Conclusion: The use of drugs did not fit into WHO standard in terms of prescription indicator.
Nevertheless, it has met indicator standard for services.
Abstrak
Pendahuluan: Praktik kefarmasian merupakan kegiatan terpadu untuk mengidentifikasi, mencegah serta
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan kesehatan untuk meningkatkan penggunaan obat yang
rasional. Tujuan: Untuk mengevaluasi penggunaan obat berdasarkan indikator peresepan yang ditulis oleh
dokter dan pelayanan pasien di RSUD Tora Belo, Kabupaten Sigi. Metode: Penelitian dilakukan secara
retrospektif dan prospektif. Indikator peresepan digunakan untuk menghitung rata-rata jumlah obat, obat generik,
antibiotik, suntik dan obat esensial/obat formularium rumah sakit yang tertera pada setiap lembar resep. Sampel
resep diambil dari resep pasien umum rawat sebanyak 391 lembar dengan teknik purposive sampling, sedangkan
indikator pelayanan pasien diambil dari pasien rawat jalan sebanyak 269 pasien dengan teknik accidental
sampling. Hasil: Rata-rata penggunaan obat tiap lembar resep adalah 3,1 (standar: 1,8 - 2,2); persentase obat
generik adalah 74,89% (standar: 81 - 94 %); persentase obat antibiotik adalah 45,52% (standar: ≤ 30%);
persentase obat injeksi adalah 6,90% (standar: 0,2 - 48%); dan persentase kesesuaian obat dengan formularium
rumah sakit adalah 99,17% (standar: 86 - 88%). Sedangkan dari indikator pelayanan pasien diperoleh rata-rata
waktu konsultasi 4,32 menit (standar: 2,3 - 3,5 menit); rata-rata dispensing time obat non racikan 11, 42 dan
racikan 22,54 menit; persentase obat yang diberikan 94,54% (standar: 100%); persentase kelengkapan label obat
sebesar 100%; dan persentase pengetahuan pasien tentang penggunaan dosis yang tepat 48,12% (standar: 100%).
P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia 14
Special Issue: Seminar Inovasi Teknologi dan Digitalisasi Pada Pelayanan Kefarmasian 2020
Kesimpulan: Penggunaan obat belum memenuhi standar WHO jika dilihat dari indikator peresepan, namun
masih memenuhi standar WHO jika dilihat dari indicator pelayanan.
P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia 15
Special Issue: Seminar Inovasi Teknologi dan Digitalisasi Pada Pelayanan Kefarmasian 2020
Amoxicillin, Cendo LFX, Cefadroxyl, Levofloxacin, 100% maka dapat dikatakan dokter tidak patuh dalam
Gentamisin, Ciprofloxacin, Cendo poligran, menuliskan resep.
Doksisiklin, Azytromicin, Cefixime, Cotrimoxazole, Hasil penelitian menjunjukan persentase
Clindamicin, Eritromisin. Terdapat Metronidazol yang kesesuaian antara obat dalam resep dengan formuarium
mana sering dianggap sebagai antibiotik tetapi lebih rumah sakit di RSUD Tora Belo Kabupaten Sigi yaitu
sering digunakan sebagai antiprotozoal dalam hal ini sebesar 99,17% hasil tersebut sesuai dengan standar
tidak dihitung sebagai antibiotik. Sementara salep mata WHO yaitu 86% - 88%. Di RSUD Tora Belo
dan tetes mata antibiotik, krim kulit antibiotik dihitung Kabupaten Sigi terdapat beberapa obat yang tidak
sebagai antibiotik (WHO, 1993). Hasil penelitian tercantum atau tidak sesuai digunakan berdasarkan
serupa oleh Ihsan dkk. (2017) diperoleh hasil 36,85%. Formularium Rumah Sakit yaitu diantaranya
Penelitian lain oleh Yuniar dkk. (2017) diperoleh Miconazole krim, Hepa-Q, Calporis, L-Bio, Cuticell,
penggunaan antibiotik 42,8%. Kedua penelitian Lubire, Vitonal, H-Booster. Hasil penelitian oleh
tersebut juga tidak sesuai standar WHO yaitu ≤ 30%. Pebriana dkk. (2018) adalah 92,47% dimana tidak
Penggunaan antibiotik tidak diatur dalam Standar sesuai dengan standar WHO yaitu batas
Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit. Idealnya ketidaksesuaiannya berkisar 86% hingga 88%.
antibiotik dapat diresepkan jika gejala penyakit Ketidaksesuaian tersebut dapat terjadi karena beberapa
bertahan, kondisi imunitas pasien tidak memungkinkan faktor, yaitu diantaranya dokter penulis resep
untuk recovery dari infeksi yang ada, dan pembuktian merupakan dokter baru di rumah sakit, dan obat
infeksi oleh mikroba dari pengujian laboratorium. tersebut diresepkan karena pasien membutuhkan,
Dalam pelaksanaannya, antibiotik diresepkan pada meskipun tidak tercantum di dalam formularium rumah
kondisi demam dan keluhan pasien yang mengarah sakit.
pada gejala infeksi berlangsung lebih dari 3 hari, tanpa Indikator pelayanan pasien
pengujian spesimen atas kontaminasi mikroba patogen. Untuk mengukur pelayanan pasien, sampel pasien
Persentase injeksi dalam resep yang bersedia diwawancarai sebanyak 269 pasien.
Persentase penggunaan sediaan injeksi untuk Rata-rata waktu konsultasi
mengetahui kecenderungan penggunaan injeksi pada Rata-rata waktu konsultasi adalah waktu yang
pasien rawat jalan di RSUD Tora Belo Kabupaten Sigi. diperlukan oleh dokter untuk menyampaikan informasi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persentase kepada pasien. Pengamatan waktu konsultasi pasien
penggunaan injeksi tiap resep yaitu 6,90%. dengan dokter dilakukan selama 6 hari kerja yaitu
Penggunaan injeksi cenderung diberikan pada pasien senin-sabtu di semua poliklinik (poli internal/penyakit
yang berasal dari Poliklinik Ortopedi dan dalam, poli mata, poli gigi, poli bedah, poli saraf, poli
Traumatologi. Injeksi yang diresepkan yaitu seperti ortopedi, poli anak, poli kulit dan kelamin dan poli
Eperison HCl yang digunakan sebagai antispasmodik obstetri dan ginekologi) yang terdapat pada RSUD
Umaron injeksi (Sodium Hyaluronate) digunakan Tora Belo Kabupaten Sigi. Data yang diambil sebagai
sebagai agen reumatoid, Hypobhac injeksi (Netilmicin sampel penelitian sebanyak 269 pasien rawat jalan.
sulphate) digunakan untuk pengobatan pada infeksi Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
serius, Lidokain ampul digunakan sebagai agen diperoleh rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien
anastetik lokal. Berdasarkan hasil penelitian oleh untuk konsultasi dengan dokter yaitu 4 menit 32 detik
Yuniar dkk. (2017) penggunaan injeksi dari seluruh dengan waktu konsultasi terendah yaitu 1 menit 19
resep sebanyak 0,7%. Penggunaan sediaan ini sesuai detik dan waktu konsultasi tertinggi 12 menit 51 detik,
dengan indikasi kondisi pasien dan diinjeksikan kepada melebihi waktu konsultasi yang telah
pasien di rumah sakit segera setelah pasien menebus direkomendasikan. Rekomendasi rata-rata waktu
resep obat. konsultasi untuk penelitian ini adalah 2,3 - 3,5 menit
Persentase kesesuaian antara obat dalam resep (WHO, 1993).
dengan formularium rumah sakit Yang mempengaruhi lamanya waktu konsultasi
Berdasarkan pada Buku Standar Pelayanan pasien dengan dokter di RSUD Tora Belo Kabupaten
Minimal Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Sigi adalah banyaknya jumlah pasien yang datang
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2008, standar berobat atau melakukan konsultasi setiap harinya.
pelayanan minimal untuk farmasi terkait dengan Selain itu adanya kandidat dokter pada beberapa poli
kesesuaian peresepan dengan Formularium Rumah yang juga menjadi faktor penyebab lamanya waktu
Sakit adalah 100%, apabila persentase kurang dari konsultasi. Setiap konsultasi, dokter memberikan
P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia 17
Special Issue: Seminar Inovasi Teknologi dan Digitalisasi Pada Pelayanan Kefarmasian 2020
pertanyaan kepada dokter koas yang sedang penerimaan resep, penyiapan obat, sampai pemberian
mendapatkan pelatihan sehingga memperlama waktu obat kepada pasien serta pemberian informasi obat
konsultasi. Waktu konsultasi yang dilakukan oleh sehingga ada petugas yang cepat dalam melayani
dokter bervariasi bergantung pada banyaknya adapula yang lambat, hal lain yang mempengaruhi
informasi mengenai penyakit yang disampaikan serta lamanya waktu penyiapan obat yaitu jumlah pasien
pemahaman pasien tentang pengobatan. yang harus dilayani tidak diimbangi dengan jumlah
Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tenaga kefarmasian yang memadai sehingga
oleh Yuliastuti dkk. (2013) diperoleh rata-rata waktu kekurangan tenaga kefarmasian di rumah sakit ini juga
konsultasi pasien dengan dokter di Rumah Sakit berpengaruh pada kecepatan pelayanan resep. Tingkat
Umum Daerah Sleman Yogyakarta melebihi dari kesulitan suatu resep juga dapat mempengaruhi waktu
waktu rata-rata yang telah ditetapkan WHO. penyiapan obat, kesulitan yang dimaksud yaitu
Rata-rata dispensing time kesulitan pada resep racikan karena tidak hanya
Rata-rata waktu penyiapan dan penyerahan obat menyiapkan obat, juga melakukan perhitungan dosis
adalah durasi yang diperlukan petugas farmasi mulai obat, menimbang bahan yang akan digunakan,
dari menerima resep sampai dengan menyerahkan obat mengambil berapa banyak obat yang diperlukan sesuai
kepada pasien. Indikator ini bertujuan untuk mengukur dengan dosis yang diperlukan serta juga harus
waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh seorang petugas memperhatikan dalam mencampur jenis bahan obat
farmasi dalam menyiapkan obat-obat untuk pasien lalu meracik obat dan mengubah sediaan.
yang dalam hal ini berhubungan kinerja pelayanan Namun, jika melihat standar dispensing time yang
yang diberikan. Data yang diambil sebagai sampel telah ditetapkan (Permenkes RI, 2016), waktu
penelitian sebanyak 269 pasien rawat jalan yang penyiapan obat terpenuhi yaitu waktu dispensing obat
membawa resep ke instalasi farmasi rawat jalan, racikan ≤ 60 menit dan waktu dispensing obat non
dimana 51 sampel untuk pasien yang membawa resep racikan ≤ 30 menit. Penelitian yang dilakukan
racikan dan 218 sampel untuk pasien yang membawa Karuniawati dkk. (2016) rata-rata waktu yang
resep non racikan. Data pemeriksaan untuk parameter dibutuhkan untuk menyelesaikan obat racikan dan obat
indikator dispensing time diperoleh sejak pasien non racikan di RSUD Kota Salatiga yaitu pelayanan
menyerahkan resep obat pada petugas farmasi, resep baik obat jadi maupun obat racikan di instalasi
penyiapan obat sampai penyerahan obat kepada pasien. farmasi rawat jalan sudah memenuhi standar
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, rata- Permenkes RI (2016) yaitu lama waktu tunggu obat
rata waktu dispensing obat non racikan di RSUD Tora racikan ≤ 60 menit dan obat jadi ≤ 30 menit.
Belo Kabupaten Sigi pada Instalasi Farmasi Rawat Persentase obat yang diberikan
Jalan adalah 11,43 menit per lembar resep, sedangkan Indikator obat yang diberikan memiliki tujuan
rata-rata waktu dispensing obat racikan di RSUD Tora untuk mengukur sejauh mana fasilitas kesehatan
Belo Kabupaten Sigi pada Instalasi Farmasi Rawat mampu menyediakan obat yang diresepkan.
Jalan adalah 24,54 menit. Dari hasil penelitian, Penyerahan obat secara aktual menunjukkan semua
diperoleh waktu pemberian obat yang sangat obat yang diresepkan dapat diberikan kepada pasien.
bervariasi mulai dari waktu penyiapan obat terendah Data yang diambil sebagai sampel penelitian sebanyak
yaitu 2 menit 38 detik untuk obat non racikan dan 12 269 pasien rawat jalan yang membawa resep ke
menit 29 detik obat racikan sedangkan waktu instalasi farmasi rawat jalan, data pemeriksaan untuk
penyiapan obat tertinggi yaitu 32 menit 4 detik obat parameter indikator persentase obat yang diberikan
non racikan dan 38 menit 26 detik obat racikan. diperoleh dengan melihat obat yang diterima oleh
Hasil tersebut menunjukkan bahwa target waktu pasien dari petugas farmasi kemudian disesuaikan
penyiapan obat yang ditentukan oleh manajemen dengan jumlah obat yang diresepkan.
apotek rawat jalan RSUD Tora Belo hampir dapat Persentase obat yang diberikan kepada pasien pada
dipenuhi yaitu waktu dispensing obat racikan ≤ 25 di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Tora Belo
menit dan waktu dispensing obat non racikan ≤ 10 sebesar 94,54%. Berdasarkan WHO (1993), untuk
menit. Waktu penyiapan obat bervariasi dapat menghitung proporsi obat yang diberikan dengan
dipengaruhi oleh perbedaan tenaga petugas farmasi menghitung jumlah obat yang diberikan dibagi dengan
yang melayani resep dimana resep yang masuk pada total item obat yang dituliskan dalam resep. Dalam hal
instalasi farmasi rawat jalan RSUD Tora Belo dilayani ini, dari 752 item obat yang diresepkan, hanya tersedia
oleh satu orang untuk tiap resepnya dimulai dari 711 item obat yang dapat diberikan kepada pasien. Hal
P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia 18
Special Issue: Seminar Inovasi Teknologi dan Digitalisasi Pada Pelayanan Kefarmasian 2020
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasiendimana ketepatan pelabelan obat sangat erat
pengadaan obat di rumah sakit telah sesuai dengan pola kaitannya dengan jaminan keamanan pasien dalam
peresepan obat dan pola penyakit yang ada di penggunaan obat. Adapun dampak dari obat dengan
Kabupaten Sigi, tercukupinya persediaan obat di pelabelan yang tidak memadai memungkinkan pasien
bagian gudang farmasi rumah sakit, serta sebagian salah minum obat dan memungkinkan terjadinya efek
besar pengadaan obat yang dilakukan di RSUD Tora obat yang tidak diharapkan. Penelitian yang dilakukan
Belo telah sesuai dengan formulariumnya. Obat yang Destiani dkk. (2016), persentase obat yang dilabeli
tidak terlayani yaitu sebanyak 41 item obat (5,46%), dengan benar di salah satu apotek di Bandung telah
yang dapat disebabkan karena kekosongan obat dan sesuai dengan standar dimana hasil penelitiannya
obat pengganti habis pada saat yang bersamaan. sebesar 100%. Penelitian yang dilakukan Sudarmono
Namun, kekosongan obat di Instalasi Farmasi Rawat dkk. (2011) di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman
Jalan RSUD Tora Belo ini tidak mempengaruhi persentase ketepatan pemberian label obat di Rumah
pengobatan di rumah karena pada rumah sakit ini juga Sakit Panti Nugroho Sleman sebagian besar sampel
terdapat apotek lain yang menjadi apotek pembantu yang diamati telah mengandung komponen minimal
untuk rumah sakit tersebut. Pasien akan diberikan yang telah disyaratkan oleh IFRS Panti Nugroho
salinan resep dari instalasi farmasi rawat. Sleman.
Penelitian di kota Depok dilakukan Makhdalena Pengetahuan pasien tentang penggunaan dosis yang
dkk. (2018), diperoleh persentase obat yang diserahkan tepat
kepada pasien di Puskesmas yang belum terakreditasi Data untuk indikator pengetahuan pasien tentang
sebesar 80,7% dan Puskesmas terakreditasi 78,7%. penggunaan dosis didapat setelah mengajukan
Rendahnya obat yang dapat diserahkan kepada pasien beberapa pertanyaan kepada pasien setelah pasien
menunjukkan ketersediaan obat di Puskesmas belum tersebut menebus obat di Instalasi Farmasi Rawat Jalan
mencukupi kebutuhan obat. RSUD Tora Belo. Persentase pengetahuan dosis
Persentase kelengkapan label obat dihitung berdasarkan pembagian sejumlah pasien yang
Pengukuran ketepatan pelabelan obat dilakukan menunjukkan pengetahuan dosis cukup dengan jumlah
melalui pengamatan langsung terhadap label atau etiket total pasien yang diberikan pertanyaan dikalikan 100.
yang diserahkan oleh petugas farmasi kepada pasien Data yang diambil sebagai sampel penelitian sebanyak
yang diberikan bersamaan dengan obat yang 269 pasien rawat jalan yang membawa resep ke
diresepkan. Pengamatan dilakukan setiap hari dimana Instalasi Farmasi Rawat Jalan serta obat yang
sampel adalah semua pasien rawat jalan yang telah diresepkan dokter diberikan kepada pasien.
melakukan konsultasi dengan dokter serta diberi resep Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
untuk menebus obat di Instalasi Farmasi Rawat Jalan didapatkan hasil bahwa persentase pasien yang paham
RSUD Tora Belo Kabupaten Sigi. Menurut WHO akan penggunaan dosis yang tepat sebesar 47,58%.
(1993) komponen informasi minimal yang harus tertera Sebagian besar pasien tidak dapat mengulang dengan
di label obat adalah nama pasien, nama obat, tanggal tepat informasi yang diberikan oleh petugas farmasi
obat diserahkan serta cara/aturan penggunaan obat. rawat jalan. Jika yang ditanyakan adalah nama obat,
Sedangkan di instalasi farmasi rawat jalan RSUD Tora sebanyak 79,18% pasien menjawab dengan benar. Dari
Belo komponen yang terdapat dalam label obat adalah pertanyaan aturan pakai obat, sebesar 96,28%
tanggal lahir, tanggal resep, nomor rekam medik, nama memberikan jawaban yang tepat. Hal ini menunjukkan
pasien, nama obat, sediaan obat dan cara/aturan bahwa sebagian besar pasien paham aturan pakai obat,
penggunaan obat serta keterangan. tetapi tidak tahu berapa dosis dari tiap obat yang akan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh tingkat diminum serta sebagian pasien tidak tahu baca obat
ketepatan pemberian label sampel sebesar 100%, yang diberikan sehingga tidak tahu nama dari obat
sehingga semua sampel yang diamati oleh peneliti tersebut. Pasien yang datang berobat di RSUD Tora
telah mengandung komponen yang diisyaratkan oleh Belo merupakan pasien-pasien BPJS yang merupakan
instalasi farmasi rawat jalan RSUD Tora Belo pasien yang diharuskan rutin mengkonsumsi obat.
Kabupaten Sigi. Label tersebut telah memiliki format Penyebab lain yang menyebabkan persentase pasien
penulisan standar dan diisi oleh petugas farmasi yang tidak paham akan cara penggunaan dosis di
Instalasi Farmasi Rawat Jalan dengan tulisan tangan Rumah Sakit Tora Belo adalah pasien lanjut.
yang jelas dan mudah dibaca oleh pasien. Informasi Penelitian sebelumnya yang dilakukan
yang memadai merupakan hak dari seorang (Sudarmono dkk., 2011) diketahui bahwa sebagian
P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia 19
Special Issue: Seminar Inovasi Teknologi dan Digitalisasi Pada Pelayanan Kefarmasian 2020
besar pasien Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman dapat Systematic Analysis (1995–2015). BMC Public
mengulang dengan tepat dan informasi yang diberikan Health; 16; 1-14.
oleh petugas IFRS. Page, A. T., Falster, M. O., Litchfield, M., Pearson, S.-
A. & Etherton-Beer, C. (2019). Polypharmacy
among older Australians, 2006–2017: a
KESIMPULAN Population-Based Study. The Medical Journal of
Penggunaan obat di Rumah Sakit Tora Belo belum Australia; 211; 71–75.
memenuhi persyaratan jika dilihat dari indikator Pebriana, P., Puspitaningtyas, P. H. & Sasongko, H.
peresepan standar WHO. Jika dilihat dari indikator (2018). Penilaian Pola Penggunaan Obat
berdasarkan Indikator Peresepan WHO di RSUD
pelayanan pasien, rata-rata waktu penyiapan obat (baik Ir. Soekarno Sukoharjo. Borneo Journal of
obat racikan maupun non racikan), persentase obat Pharmascientech; 2; 23–30.
yang diberikan, dan kelengkapan label obat, masih Permenkes RI. (2016). Standar Pelayanan Kefarmasian
dalam rentang standar WHO. di Rumah Sakit. Jakarta: Kemeterian Kesehatan
RI.
Puspasari, H., Danu, S. S. & Sulistyani, E. (2017).
UCAPAN TERIMA KASIH ABC Analysis Towards Drug Needs Planning in
Terima kasih kepada Panitia Pelaksana kegiatan Pharmacy Installation of RSUD Kota Yogyakarta
seminar nasional dan temu ilmiah di Fakultas Farmasi in 2010. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian
Universitas Airlangga, yang telah memberikan Indonesia; 4; 69–73.
kesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitian Renfan, W. W., Fudholi, A. & Widodo, G. P. (2013).
Evaluasi Pengelolaan Obat dan Strategi
ini secara virtual tanggal 26 September 2020. Terima Perbaikan dengan Metode Hanlon di Instalasi
kasih pula kepada Kepala Instalasi Farmasi RSUD Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Karel
Tora Belo Kabupaten Sigi yang telah memberikan izin Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara Tahun
untuk melaksanakan penelitian. 2012. Prosiding Seminar Nasional
Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik
III 2013 Fakultas Farmasi Universitas Andalas;
DAFTAR PUSTAKA 247–257.
Destiani, D. P., Naja, S., Nurhadiyah, A., Halimah, E. Satibi, Dewi, D. A. P. S., Akhmad, A. D.,
& Febrina, E. (2016). Pola Peresepan Rawat Kaswindiarti, N. & Puspandari, D. A. (2016).
Jalan: Studi Observasional Menggunakan Persepsi Apoteker dan Pasien terhadap
Kriteria Prescribing Indicator WHO di Salah Penerapan Sistem Pembayaran JKN pada
Satu Fasilitas Kesehatan Bandung. Jurnal Apotek. Journal of Management and Pharmacy
Farmasi Klinik Indonesia; 5; 225-231. Practice; 6;, 219–228.
Ihsan, S., Sabarudin, Leorita, M., Syukriadi, A. S. Z. & Sudarmono, C. A., Purnomo, A. & Sudjaswadi, R.
Ibrahim, M. H. (2017). Evaluasi Rasionalitas (2011). Analisis Penggunaan Obat pada Pasien
Penggunaan Obat Ditinjau dari Indikator Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho
Peresepan Menurut World Health Organization Sleman Periode Oktober 2008. Jurnal
(WHO) di Seluruh Puskesmas Kota Kendari Manajemen Dan Pelayanan Farmasi; 1; 24–29.
Tahun 2016. Jurnal Medula; 5; 402–409. WHO. (1993). How to Investigate Drug Use in Health
Karuniawati, H., Hapsari, I. G., Arum, M., Aurora, A. Facilities. Geneva: WHO.
T. & Wahyono, N. A. (2016). Evaluasi Yuliastuti, F., Purnomo, A. & Sudjaswadi, R. (2013).
Pelaksanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Analisis Penggunaan Obat pada Pasien Rawat
Farmasi Kategori Lama Waktu Tunggu Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman
Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan di Rsud Yogyakarta Periode April 2009. Media Farmasi;
Kota Salatiga. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi; 4; 10; 104-1113.
20–25. Yuniar, Y., Susyanty, A. L. & Sari, I. D. (2017).
Makhdalena, Jufri, M. & Andrajati, R. (2018). Analisis Assessment of Prescribing Indicators in Public
Pelayanan Kefarmasian Berdasarkan Indikator and Private Primary Healthcare Facilities in Java
Pelayanan Pasien WHO pada Puskesmas Island, Indonesia Study setting Province (Bekasi
Kecamatan yang Belum dan Sudah Terakreditasi City and Bogor district), Banten Province
di Kota Depok. Jurnal Kefarmasian Indonesia; (Tangerang Selatan City and Serang District,
8; 137–143. Central Java Pro. Jurnal Kefarmasian Indonesia;
Ofori-Asenso, R., Brhlikova, P. & Pollock, A. M. 7; 55–66.
(2016). Prescribing Indicators at Primary Health
Care Centers within the Who African Region: a
P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303