Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

352-Article Text-1302-1-10-20230815

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Farmasi Pelamonia/Journal Pharmacy Of Pelamonia pISSN:2775-8567

Evaluasi Kelengkapan Administrasi Dan Farmasetik Resep Pasien Bpjs Rawat Jalan Dr. H.M.
Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng Periode Rsud Prof. Januari-Maret Tahun 2021

"Evaluation Of Administrative And Pharmaceutical Completeness Recipes For Bpjs Outpatient Care, In
Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu, Hospital Bantaeng Regency, January–March 2021”

Yani pratiwi1), Fardin2)


1,2)
Program Studi Farmasi stikes pelamonia makassar

Yanipratiwi@gmail.com /0852999513351

ABSTRACT

Evaluation of prescription writing aims to prevent writing errors and inappropriate drug
selection for certain individuals. Some prescribing problems that are still encountered include incomplete
writing of information about patients, doctor's identity, writing in prescriptions that are unclear
or/difficult to read, and the absence of a doctor's signature or initials on the prescription. This study aims
to evaluate the completeness of the prescription for outpatient BPJS patients at RSUD Prof. Dr. H. M.
Anwar Makkatutu, Bantaeng Regency for the period January-March 2021, administratively and
pharmaceutically.This research is a non-experimental research with an observational method with a
retrospective descriptive research design. The sample used in this study was 99 recipes. The data are
presented in tabular form and analyzed using the guidelines of the Minister of Health No. 72 of 2016
concerning Pharmaceutical Service Standards in Hospitals.The results of the study showed that the
percentage of completeness based on administration was 0%, while in pharmacy it was 43.43%. The
completeness of the prescription in this study did not meet the requirements according to Permenkes No.
72 of 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards in Hospitals.

Keywords: Prescriptions, completeness of administration and pharmaceuticals, outpatient care, BPJS


patients.

ABSTRAK

Evaluasi penulisan resep bertujuan untuk mencegah kesalahan penulisan dan ketidaksesuaian
pemilihan obat bagi individu tertentu. Beberapa permasalahan peresepan yang masih dijumpai
diantaranya kurang lengkapnya penulisan informasi tentang pasien, identitas dokter, tulisan dalam resep
yang kurang jelas atau sulit dibaca, serta tidak terdapatnya tanda tangan atau paraf dokter pada resep.
Peneltian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan resep pasien BPJS rawat jalan RSUD Prof. Dr.
H. M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng periode Januari-Maret tahun 2021 secara administrasi dan
farmasetik. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan metode
observasional dengan rancangan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebesar 99 resep. Data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis menggunakan
panduan Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase kelengkapan berdasarkan administrasi 0%, sedangkan
pada farmasetik 43,43%. Kelengkapan resep pada penelitian ini belum memenuhi persyaratan menurut
Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Kata kunci: Resep, kelengkapan administrasi dan farmasetik, rawat jalan, pasien BPJS.

23
Jurnal Farmasi Pelamonia/Journal Pharmacy Of Pelamonia pISSN:2775-8567

PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah sarana atau gedung yang merupakan tempat terselenggaranya pelayanan
kesehatan. Rumah sakit merupakan lembaga pelayanan perorangan secara paripurna dengan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (UU RI No. 44 Tahun 2009).
Menurut peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, tenaga
kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasiaan, yang terdiri atas apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian seperti sarjana farmasi, ahli madya farmasi,
dan analis farmasi.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat serta masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian,
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug
oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) (Permenkes No. 74 tahun 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Purwaningsih S. N., et. al., (2020) tentang evaluasi
skrining kelengkapan resep rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit Buah Hati Ciputat Periode
Januari–Desember 2019 menunjukkan pada analisis administrasi resep didapatkan adalah lengkap
dengan persentase keseluruhan. Analisis hasil farmasetika yang didapatkan lengkap 100% untuk
nama obat, golongan obat, bentuk sediaan obat dan yang tidak lengkap untuk aturan pakai 3,2% dan
kesesuaian formularium rumah sakit 20%. Sedangkan untuk analisis klinis diperoleh dosis obat
41,1% dan waktu penggunaan obat 85,3%.
Hasil penelitian yang telah dilakukan Novita., et. al., (2020) tentang evaluasi kelengkapan
resep pasien anak rawat jalan di rumah sakit Azzahra Kalirejo Lampung Tengah, kelengkapan
persyaratan administrasi resep diperoleh hasil sebesar 94%, kelengkapan persyaratan farmasetik
resep diperoleh hasil sebesar 97% dan kelengkapan persyaratan klinis resep diperoleh hasil sebesar
98% yang memenuhi standar Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian
di rumah sakit.
Hasil penelitian yang dilakukan Fajarini H. dan Widodo A. (2020) tentang evaluasi legalitas
dan kelengkapan administratif resep pada rumah sakit di kabupaten Brebes sering dijumpai tidak
tercantumnya berat badan pasien, umur pasien, alamat dokter, paraf dokter dengan presentase 100%
dan untuk penulisan nama dokter pada resep masih belum mencapai 100% masih terdapat 2,9%
yang belum tertulis.
Evaluasi penulisan resep bertujuan untuk mencegah kesalahan penulisan dan ketidaksesuaian
pemilihan obat bagi individu tertentu. Pengkajian resep obat oleh seorang tenaga farmasi dalam
proses penggunaan obat yang rasional diperlukan sehingga dapat mencegah terjadinya medication
error (Purwaningsih S. N., et al., 2020).
Saat ini kesalahan dalam pengobatan merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat
mempengaruhi pasien dalam berbagai hal, mulai dari resiko kecil hingga resiko serius, serta dapat
pula mengakibatkan kematian. Medication error dapat terjadi pada setiap proses pengobatan, baik
dalam proses peresepan (prescribing), pembacaan resep (transcribing), penyiapan dan
pendistribusian obat (dispesing), maupun pada proses penggunaan obat (administration) (Megawati
F., et al., 2021).
Dalam hal ini standar yang digunakan pada penelitian ini yaitu berdasarkan Permenkes No.
72 tahun 2016, dimana pengkajian resep yang dilakukan dimulai dari persyaratan administrasi, dan
persyaratan farmasetik. RSUD Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng merupakan
rumah sakit tipe B.
Dari hasil observasi awal, didapatkan bahwa sejak datangnya era BPJS yang membuat
jumlah pasien BPJS rawat jalan sangat meningkat. Hal inilah yang membuat kurang efisiennya
waktu dan, dibutuhkan pelayanan cepat dan tepat. Sehingga dokter masih banyak melakukan
kesalahan dalam penulisan resep. Beberapa permasalahan peresepan (prescribing) yang masih
dijumpai diantaranya kurang lengkapnya penulisan informasi tentang pasien, identitas dokter, tidak
tercantumnya bentuk sediaan dan kekuatan sediaan, tulisan dalam resep yang kurang jelas atau/ sulit
dibaca, serta tidak terdapatnya tanda tangan atau paraf dokter pada resep.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
evaluasi kelengkapan administrasi dan farmasetik resep pasien BPJS rawat jalan di RSUD Prof. Dr.
H. M. Anwar Makkatutu kabupaten Bantaeng periode Januari–Maret tahun 2021.

24
Jurnal Farmasi Pelamonia/Journal Pharmacy Of Pelamonia pISSN:2775-8567

METODE PENELITIAN
Jenis,Tempat dan Waktu Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian non-eskperimental yang bersifat deskriptif,
dengan pengambilan data secara retrospektif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret
2021 yang bertempat di RSUD Prof. Dr.H.Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh resep BPJS di apotek rawat jalan RSUD Prof. Dr.
H. M. Anwar Makkatutu periode Januari-Maret tahun 2021.
Teknik Pengumpulan Data
Cara pengambilan data dalam penelitian ini yaitu berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh
dari sumber Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
serta resep pasien BPJS tahun 2021 yang telah dikumpulkan oleh apotek rawat jalan RSUD Prof. Dr.
H. M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng.
Teknik Analisis Data
Seluruh data hasil penelitian yang berupa resep pasien BPJS dan resep umum rawat jalan
berdasarkan form penilaian yakni persyaratab administrasi dan farmasetik. Perhitungan persentase
kelengkapan resep berdasarkan persyaratan administrasi, dan farmasetik yakni:

Presentase Kelengkapan Resep

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝


𝑥 100 %
jumlah seluruh resep

PEMBAHASAN
Pengkajian kelengkapan resep berdasarkan Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Rumah Sakit, menyebutkan bahwa tenaga farmasi wajib
melakukan pengkajian resep sesuai dengan persyaratan administrasi, farmasetik, dan klinis.
Baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap. Hal ini dilakukan untuk menganalisa
masalah terkait obat. Apabila ditemukan masalah yang terkait tentang obat, segera
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.
Namun dalam penelitian yang dilaksanakan, pengkajian resep hanya 2 (dua) aspek
yaitu: berdasarkan persyaratan administrasi dan persyaratan farmasetik. Hal ini dikarenakan
keterbatasan dari kompetensi peneliti. Pengkajian resep yang dilakukan, merupakan salah
satu upaya untuk menghindari potensi terjadi medication error khususnya pada fase
prescribing.
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa pada data pasien, seperti nama pasien, lengkap
(100%). Pencantuman nama pasien pada penulisan rese p sangat penting, karena dapat
menghindari tertukarnya obat dengan pasien lain pada saat pelayanan (Yulita A.C., 2020).
Penulisan umur pasien pada resep dapat membantu perhitungan dosis yang tepat khususnya
dosis pada anak. Terdapat 58 resep dari total 99 resep yang diambil atau 58,59%,
kelengkapan penulisan umur pasien. Ketidaklengkapan pada aspek jenis kelamin
menunjukkan 100%. Penulisan jenis kelamin pada resep merupakan salah satu aspek yang
penting dan dibutuhkan untuk merencanakan atau menentukan dosis obat dalam pengobatan
pada pasien (Fajarini H., dan Widodo A., 2020).
Berdasarkan tabel 1 terkait berat badan dan tinggi badan pasien, persentase berat
badan yang lengkap hanya 60,60%, sedangkan tinggi badan yang lengkap hanya 53,53%.
Ketidaklengkapan dalam penulisan berat badan dan tinggi badan pasien terjadi, hal ini
dikarenakan beberapa faktor salah satunya faktor kebiasaan dari dokter yang selalu tidak
mencantumkan aspek berat badan dan tinggi badan pasien pada resep (Yulita A.C., 2020).
Pencantuman berat badan dan tinggi badan pasien dalam penulisan resep merupakan salah
satu aspek penting yang diperlukan dalam hal perhitungan dosis, khususnya dosis pada anak
(Fadillah S., A., 2020).

25
Nama dokter merupakan salah satu aspek persyaratan administrasi, dari hasil
penelitian terdapat 70,70% kelengkapan penulisan nama dokter. Penulisan nama dokter
menunjukkan bahwa resep tersebut asli, serta dapat dipertanggung jawabkan (Yulita A.C.,
2020). Ketidaklengkapan SIP (Surat Izin Praktik) dokter sebanyak 100%. SIP merupakan
salah satu aspek penting mengenai legalitas dokter, hal ini disebutkan dalam Permenkes No.
512/ Menkes/ Per/ IV/ 2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
Pencantuman SIP dokter dapat menjamin legalitas suatu resep sehingga resep yang diberikan
kepada pasien tidak diragukan, selain dapat mencegah penyalahgunaan resep yang dapat
dilakukan oleh pasien (Fadillah S., A., 2020). Dari hasil penelitian, terdapat 99 resep dari
total 99 resep atau 100%, ketidaklengkapan dalam penulisan alamat dokter. Perlunya
dicantumkan alamat dokter pada resep, apabila jika terdapat suatu resep yang tulisannya tidak
jelas atau meragukan, bisa dapat menghubungi dokter yang bersangkutan (Yulita A.C.,
2020). Kelengkapan penulisan paraf menunjukkan 60,60%. Paraf dokter merupakan salah
satu aspek administrasi yang harus dicantumkan pada resep. Hal ini bertujuan untuk
menjamin keaslian resep, berfungsi sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut serta dapat
dipertanggung jawabkan agar tidak disalahgunakan di masyarakat umum, seperti dalam
penulisan resep narkotik maupun psikotropika (Trisnawati D., 2019).
Pengkajian dalam penulisan resep pada aspek persyaratan administrasi (tabel 1) terkait
kelengkapan penulisan tanggal peresepan menunjukkan 100%. Pencantuman tanggal
penulisan resep dapat menjaga keamanan pasien dalam hal pengambilan obat (Megawati F.,
dan Santoso P., 2017). Tanggal peresepan juga dapat digunakan untuk memastikan bahwa
resep tersebut dikerjakan pada waktu yang tepat serta untuk penelusuran pencarian resep
(Tampubolon M., T., 2019). Asal resep merupakan salah satu aspek persyaratan administrasi,
kelengkapan penulisan terkait asal resep hanya 61,61%. Asal resep dapat menentukan
keputusan terapi pada pasien (Rauf Afrisusnawati, dkk., 2020).
Dari tabel 2 menunjukkan persentase kelengkapan resep secara persyaratan
farmasetik, terkait nama obat 100% lengkap. Penulisan nama obat pada resep ditulis dengan
sangat jelas agar memudahkan tenaga kefarmasian untuk mengambil obat yang akan
diberikan kepada pasien (Yulita A.C., 2020). Pada aspek farmasetik, terkait bentuk sediaan
memiliki kelengkapan hanya 66,67%. Penulisan bentuk sediaan pada resep dapat menimalisir
terjadinya kesalahan pemberian bentuk sediaan obat dalam pelayanan kefarmasiaan (Novita,
dkk., 2020). Penulisan informasi bentuk sediaan salah satu aspek yang penting, terutama
untuk obat yang memiliki beragam bentuk sediaan. Apabila bentuk sediaan tidak terdapat
pada resep menyebabkan kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien (Tampubolon M.,
T., 2019). Kelengkapan penulisan kekuatan sediaan pada resep hanya 60,60%.
Ketidaklengkapan dalam penulisan resep, terkait aspek kekuatan sediaan dapat menimbulkan
resiko yang merugikan bagi pasien, dimana dalam satu jenis obat dapat memiliki beberapa
kekuatan sediaan (Rauf Afrisusnawati, et., al., 2020). Hal ini pula, dapat mengakibatkan
pasien mengalami medication error.
Aspek kelengkapan resep berdasarkan dosis obat dan jumlah obat (tabel 2)
menunjukkan bahwa dalam 99 resep, semuanya, mencantumkan dosis dan jumlah obat
(100%). Hal ini dapat menghindari ketidaktepatan dalam pemberian dosis obat, yang dapat
menyebabkan berkurangnya efektifitas dalam pengobatan bahkan dapat membahayakan
pasien (Tampubolon, M., T., 2019). Sedangkan penulisan jumlah obat dapat meminimalisir
kesalahan dalam pengambilan obat. Sebab jika penulisan jumlah obat yang diminta pada
resep tidak tercantum, maka dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam pemberiaan dosis
sehingga mempengaruhi efektifitas terapi obat (Yulita, A., C., 2020). Berdasarkan tabel 2
menunjukkan kelengkapan aturan dan cara penggunaan 100%. Tencantumnya aturan, dan
cara penggunaan pada resep merupakan salah satu aspek yang paling penting. Dalam
penelitian Tampubolon, M. T., (2019) menyatakan bahwa penulisan aturan, dan cara
penggunaan dapat meningkatkan efek terapi pada pasien.
Dari hasi penelitian di apotek rawat jalan RSUD Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu
kabupaten Bantaeng, ketidaklengkapan persyaratan administrasi sebanyak 99 resep dari total
99 resep atau 100% tidak lengkap. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya penulisan
aspek administrasi yang belum lengkap serta adanya beberapa aspek yang sama sekali tidak

26
tercantum pada resep seperti jenis kelamin, SIP dokter, dan tanggal resep. Oleh karena itu,
penulisan aspek administrasi tidak sesuai dengan Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Rumah Sakit. Sedangkan kelengkapan persyaratan
farmasetik lengkap hanya 43,43%. Ketidaklengkapan dalam penulisan resep terhadap
persyaratan farmasetik seperti bentuk sediaan dan kekuatan sediaan. Hal ini tidak sesuai
dengan Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Rumah
Sakit.
Dalam hal ini, ketidaklengkapan dalam penulisan resep berdasarkan persyaratan
administrasi dan persyaratan farmasetik, berpotensi terjadinya medication error yang dapat
merugikan pasien. Berdasarkan Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasiaan di Rumah Sakit, resep yang telah memenuhi persyaratan administrasi,
farmasetik serta klinis dapat dilayani. Sedangkan, pada resep yang tidak lengkap belum bisa
dilayani. Pengkajian resep ini dilakukan agar dapat menghindari terjadi medication error.
Namun pada hasil penelitian yang didapatkan, masih banyak resep yang belum
memenuhi kelengkapan penulisan resep seperti pada persyaratan administrasi, umur pasien,
jenis kelamin, berat badan, tinggi badan yang dapat mengakibatkan terjadinya medication
error. Penulisan umur pasien, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan merupakan salah satu
aspek yang penting
dan dibutuhkan dalam merencanakan dan menentukan dosis obat khususnya dosis
pada anak (Fajarini H., dan Widodo A., 2020). Sama halnya dengan persyaratan farmasetik,
terdapat beberapa resep yang tidak mencantumkan bentuk sediaaan, serta kekuatan sediaan.
Hal ini dapat berpontensi terjadinya medication error. Penulisan informasi bentuk sediaan
dan kekuatan sediaan merupakan salah satu aspek penting, dimana dalam satu jenis obat
dapat memiliki beragam bentuk sediaan dan kekuatan sediaan (Tampubolon M.T., 2019).

KESIMPULAN
Kelengkapan resep berdasarkan administrasi diperoleh 0% atau tidak satupun resep yang
lengkap. Sedangkan kelengkapan resep berdasarkan farmasetik, diperoleh sebesar 43,43% yang
lengkap. Sehingga masih banyak yang belum sesuai dengan persyaratan farmasetik maupun
administrasi berdasarkan Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.

SARAN
Diharapkan kepada tenaga kesehatan yang bertindak dalam penulisan resep lebih memperhatikan
penulisan resep secara administrasi dan farmasetik sesuai dengan Permenkes No. 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA
Fahdillah Sari Annisa, (2020). Study Literatur: Kajian Administratif, Farmasetik dan Klinis Pada
Resep. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Fajarini Hanari dan Widodo Atrian., (2020). Evaluasi Legalitas dan Kelengkapan Administratif
Resep Pada Rumah Sakit di Kabupaten Brebes. Volume 9, Nomor 2.

Megawati Fitria, Suwantara Tangkas Putu, dan Cahyaningsih Erna., 2021. Medication Error Pada
Tahapan Prescribing dan Dispensing di Apotek “X” Denpasar Periode Januari-Desember
2019. Volume 7, Nomor 1, Halaman 47-54

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasiaan di Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasiaan di Puskesmas.

27
Purwaningsih Neneng Sri, Kasumawati Frida, dan Nandasari Noviyanti., (2020). Evaluasi
Skrinning Kelengkapan Resep Rawat Jalan Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Buah Hati
Ciputat Periode Januari-Desember 2019. Volume 1. No. 1

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Buah Hati Ciputat Periode Januari-Desember 2019.
Volume 1, Nomor1.

Megawati Fitria, dan Santoso Puguh., (2017). Pengkajian Resep Administratif Berdasarkan
Peratutan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014 Pada Resep Dokter Spesialis
Kandungan di Apotek Sthira Dhipa. Volume 3, Nomor 1.

Novita, Angin Perangin Martinus, dan Ningsih Septia Restu., (2020). Evaluasi Kelengkapan Resep
Pasien Anak Rawat Jalan Di Rumah Sakit Azzahra Kalijero Lampung Tengah. Volume 3,
Nomor 2.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasiaan.

Rauf Afrisusnawati, Hurria, dan Jannah Muhri Ika Annisa., (2020). Kajian Skrining Resep Aspek
Administratif dan Farmasetik Di Apotek CS Farma Periode Juni-Desember 2018. Volume
3 No 1 hal 33-39

Trisnawati Desi, (2019). Gambaran Kelengkapan Resep di Puskesmas Petatal Kecamatan Datuk
Tanah Datar Kabupaten Batu Bara Tahun 2018. Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.

Tampubolon Maris Thince, (2019). Evaluasi Kelengkapan Administrasi dan Farmasetik Resep
Dokter di Upt Puskesmas Porsea Kecamatan Porsea Tahun 2018. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan.

Yulita Ayu Citra, (2020). Analisis Medication Error Pada Aspek Administratif di Apotek Sari
Sehat Ungaran. Universitas Ngudi Waluyo.

Tabel 1 Persentase kelengkapan resep BPJS pasien rawat jalan RSUD Prof. Dr. H. M. Anwar
Makkatutu kabupaten Bantaeng periode Januari–Maret Tahun 2021 berdasarkan
persyaratan administrasi.
Jumlah Persentase (%)
Persyaratan
No. Tidak Tidak
Administrasi Lengkap Lengkap
Lengkap Lengkap
1. Nama pasien 99 - 100 -
2. Umur pasien 58 41 58,59 41,41
3. Jenis kelamin - 99 - 100
4. Berat badan 60 39 60,60 39,40
5. Tinggi badan 53 46 53,53 46,47
6. Nama dokter 70 29 70,70 29,30
7. SIP - 99 - 100
8. Alamat dokter - 99 - 100
9. Paraf dokter 60 39 60,60 39,40
10. Tanggal resep 99 - 100 -
11. Asal resep 61 38 61,61 38,39

28
Tabel 2 Persentase kelengkapan resep BPJS pasien rawat jalan RSUD Prof. Dr. H. M. Anwar
Makkatutu kabupaten Bantaeng periode Januari–Maret Tahun 2021 berdasarkan
persyaratan farmasetik.
Jumlah Persentase (%)
No. Persyaratan Farmasetik Tidak Tidak
Lengkap Lengkap
Lengkap Lengkap
1. Nama obat 99 - 100 -
2. Bentuk sediaan 66 33 66,67 33,33
3. Kekuatan sediaan 60 39 60,60 39,40
4. Dosis dan Jumlah Obat 99 - 100 -
5. Aturan dan cara
99 - 100 -
penggunaan

29

You might also like