1730 3631 1 PB
1730 3631 1 PB
1730 3631 1 PB
ABSTRACT
PENDAHULUAN
216
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Amalia et al. (2013)
217
Tanaman herbal yang mengandung no.42, isolasi, cutter, blender, saringan,
antimikrobial lainnya adalah mengkudu. kain lap, masker, corong, pinset, bunsen.
Berbagai penelitian telah membuktikan Bahan
adanya aktivitas antibakteri dari
Bahan yang digunakan dalam
mengkudu acubin, asperuloside dan
penelitian ini adalah ikan lele sangkuriang
alizarin serta komponen antraquinon
(Clarias sp.) dengan panjang rata-rata
mempunyai aktivitas antibakteri (Winarti,
12±0,3 cm dan bobot rata-rata 16±0,35
2005).
gram yang berasal dari Balai Benih Ikan
218
tanaman herbal disaring menggunakan menggunakan autoclave selama 20 menit,
saringan. Setelah didapat ekstrak selanjutnya direndam dalam masing-
kentalnya, kemudian diukur dan masing ekstrak bahan dengan konsentrasi
dilarutkan menggunakan akuades steril 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% selama +
sesuai konsentrasi yang dibutuhkan yaitu 15 menit. Kertas cakram diambil secara
masing-masing 5%, 10%, 15%, 20%, dan aseptik dan dimasukkan ke dalam cawan
25%. Masing-masing konsentrasi bahan petri yang telah ditebar bakteri A.
digunakan dalam uji in vitro dan in vivo. hydrophila kemudian diinkubasi selama
24 jam untuk selanjutnya diukur zona
Uji in vitro
hambatnya
Uji in vitro yang dilakukan terdiri
dari yaitu isolat murni bakteri A.
Uji in vivo
hydrophila, secara aseptik diambil
Uji in vivo dilakukan dengan satu
sebanyak satu ose dan dibiakkan dalam
macam perlakuan yaitu pencegahan,
media TSB 10 ml. Setelah umur media 24
kontrol positif, dan kontrol negatif.
jam, sebanyak 0,1 ml bakteri ditransfer
Pemberian pakan ikan uji secara at
menggunakan mikropipet ke media TSB
satiation yaitu pagi dan sore hari yaitu
90 ml dan dikultur kembali selama 24
pada pukul 08.00 dan 16.00 WIB serta
jam. Selanjutnya setelah umur 24 jam
dilakukan penyiponan dan pergantian air
bakteri dipanen dan diencerkan dengan
untuk menjaga kualitas air.
kepadatan 105 cfu. ml-1 (teknik kultur
bakteri diulang saat akan penginfeksian Persiapan wadah dan adaptasi ikan uji
ikan uji). Selanjutnya, disiapkan media
Akuarium yang digunakan untuk
TSA dalam cawan petri sebagai tempat
pemeliharaan berukuran 50×35×40 cm3.
hidup bakteri A. hydrophila. Sebanyak 0,1
Sebelum digunakan, akuarium direndam
ml bakteri dengan kepadatan 10 5 cfu. ml-1
menggunakan larutan desinfektan berupa
dikultur dalam media TSA.
kaporit sebanyak 20 ppm selama 24 jam,
Pengujian bakteri dilakukan
setelah itu dibilas sampai bersih dan diisi
dengan metode kertas cakram berupa
air sebanyak 20 liter kemudian diaerasi.
kertas whatman no 42 berdiameter 6 mm
Dinding akuarium dilapisi plastik hitam
dengan daya serap 15µm. Sebelum
untuk menghindari stress pada ikan uji.
digunakan kertas cakram disterilkan
Padat tebar ikan uji, masing-masing
219
akuarium diisi 20 ekor. Ikan diadaptasi di perendaman selesai, dilakukan
akuarium selama 24 jam. penyiponan dan pergantian air sebanyak
80% dan ikan uji mulai diberi pakan lalu
Uji konsentrasi ekstrak
dipelihara selama 24 jam.
Uji konsentrasi ekstrak dilakukan
Penginfeksian ikan uji
dua tahap yaitu tahap pertama merupakan
uji pendahuluan menggunakan dosis 5%,
Sebelum penginfeksian bakteri
10%, 15%, 20%, dan 25% selanjutnya
terhadap ikan uji terlebih dahulu
tahap kedua 0,31%, 0,625%, 1,5%, dan
dilakukan kultur bakteri seperti yang
3,0%. Ikan yang mati selama uji
dilakukan pada uji in vitro. Selanjutnya
pendahuluan dicatat untuk menentukan
hasil kultur bakteri disuntikkan ke ikan
LD50. Selanjutnya, hasil uji pendahuluan
secara intra muscular dengan dosis 0,1
digunakan untuk menentukan dosis yang
ml. ekor-1. Ikan uji dipelihara selama lima
efektif dan aman untuk kehidupan ikan
hari dan diamati gejala klinisnya berupa
uji.
aktivitas renang, respon makan, dan
morfologi tubuh ikan.
Perendaman (dipping)
Parameter yang Diamati
Perendaman dilakukan setelah
Pengukuran kadar hematokrit
ikan diadaptasi selama 24 jam yaitu menurut Amlacher (1970)
masing-masing ekstrak segar tanaman
Darah dihisap menggunakan
herbal dicampurkan ke dalam media
tabung mikrohematokrit berlapis heparin
pemeliharaan hingga homogen. Dosis
dengan sistem kapiler. Fungsi heparin
yang digunakan pada setiap perlakuan
adalah untuk mencegah pembekuan darah
berbeda-beda yaitu pada perlakuan ektrak
di dalam tabung (Amlacher, 1970).
bawang putih dan jeruk nipis 0,625% dan
Setelah darah mencapai ¾ bagian tabung,
kunyit dan mengkudu 1,5%. Dosis
kemudian salah satu ujung tabung
tersebut merupakan hasil uji konsentrasi
disumbat dengan critoseal. Tabung
yang aman bagi ikan lele yang diperoleh
kapiler yang telah berisi darah kemudian
dari uji pendahuluan. Selama perendaman
disentrifuse dengan kecepatan putaran
ikan uji, media pemeliharaan tidak
6000 rpm selama 5 menit. Pengukuran
dilakukan penyiponan dan pemberian
dilakukan dengan membandingkan
pakan selama 24 jam. Setelah tahap
220
volume benda darah terhadap volume dan diamati di bawah mikroskop dengan
seluruh darah menggunakan skala perbesaran 40 kali. Darah ikan yang
hematokrit. diamati berupa perbedaan gambaran darah
ikan perlakuan, kontrol positif dan kontrol
Preparat segar ulas darah
negatif.
Pembuatan preparat segar ulas
Kualitas air
darah yaitu darah segar yang baru diambil
dari ikan diteteskan pada preparat objek, Pengukuran parameter kualitas
diratakan dan diamati dibawah air meliputi suhu, pH, DO dan Amonia
mikroskop. Darah ikan uji diambil secara (NH3). Pengukuran dilakukan sebanyak 2
intra muscular sebanyak 0,1 cc dengan kali selama penelitian yaitu awal dan
spuit suntik. Kemudian diteteskan satu akhir.
tetes ke atas salah satu ujung kaca HASIL DAN PEMBAHASAN
preparat dan ulas dengan menggunakan Uji In vitro
kaca preparat dengan cara mendorong ke Hasil Uji Invitro dalam penelitian ini
depan. Kemudian preparat dikeringkan disajikan pada gambar 1 berikut :
8 D
Rata-rata luas zona hambat
7
B y = 0.156x + 2.749
6 R² = 0.529
5 y = 0.016x + 0.417
(cm2)
4 R² = 0.264
y = -0.010x + 0.632
3 A R² = 0.417
2 y = -0.011x + 0.933
1 R² = 0.440
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (%)
Ekstrak bawang putih
221
Berdsarkan gambar 1, terlihat dosis 5% kandungan zat aktif pada
bahwa pada dosis 5% terdapat zona masing-masing tanaman herbal tersebut
hambat terhadap bakteri Aeromonas mampu menekan pertumbuhan bakteri A.
hydrophila. Ekstrak bawang putih dengan hydrophila. Ekstrak jeruk nipis mampu
dosis 20% memberikan luas zona hambat menghambat pertumbuhan bakteri diduga
bakteri terbesar dibandingkan dengan faktor kandungan vitamin C dan B yang
dosis yang lainnya. Luas zona hambat dikandungnya (Sarwono, 1994),
disebabkan oleh kandungan sulfur pada sedangkan ekstrak kunyit dan mengkudu
bawang putih yang tinggi, dan juga mampu menekan pertumbuhan bakteri A.
kandungan unsur kimianya, salah satunya hydrophila diduga faktor masing-masing
allicin. Allicin merupakan zat yang zat aktifnya yaitu kurkuminoid (Rukmana,
memiliki sifat bakterisida dan juga 1994) dan acubin, asperuloside, alizarin
menghambat beberapa enzim secara in serta antraquinon terbukti mempunyai
vitro. Allicin dalam dosis yang tinggi aktivitas antibakteri (Winarti, 2005).
dapat menjadi racun bagi sel dan
Uji in vivo
menyebabkan rasa panas pada kulit atau
gangguan pada usus (Lukistyowati dan Gejala klinis pasca penginfeksian
Kurniasih, 2011). Hasil penelitian menunjukkan
Faktor yang mempengaruhi adanya gejala klinis ikan yang terserang
luasnya zona hambat diduga jumlah A. hydrophila berupa terjadinya
allicin dalam ekstrak bawang putih penurunan aktifitas renang dan nafsu
dengan konsentrasi 20% lebih banyak makan menurun. Menurut Sartika (2011)
dibandingkan konsentrasi yang lainnya. gejala awal dari terserang infeksi A.
Menurut Lukistyowati dan Kurniasih hydrophila adalah ikan tidak nafsu
(2011) bawang putih memiliki kandungan makan, berada di permukaan air dengan
allicin berupa Disulphide,di-2- propenyl posisi vertikal. Faktor yang
(CAS)/ Diallyl disulphide (C6H10S2) mempengaruhi penurunan nafsu makan
sebesar 16,95%. diduga ikan stres sehingga respon saraf
Ekstrak jeruk nipis, kunyit dan bekerja untuk meningkatkan sistem imun
mengkudu pada masing-masing tubuh yang memungkinkan terjadinya
konsentrasi tidak menunjukkan luas zona gangguan fisiologis ikan,
hambat yang signifikan, namun pada
2222
Hematologi metabolisme tubuh, nafsu makan dan
Pada Gambar 2. kadar hematokrit aktifitas renangnya. Nilai hematokrit ikan
menggambarkan banyaknya sel darah yang rendah menyebabkan jumlah
yang dalam plasma darah. Ikan yang eritrosit rendah terhadap cairan darah.
terinfeksi pathogen mampu menurunkan
35
30
Hematokrit (%)
25 kontrol negatif
20
kontrol positif
15
perlakuan
10
5
0
Bawang putih Jeruk nipis Kunyit Mengkudu
2233
perbedaan kepadatan eritrosit antara ikan KESIMPULAN
kontrol negatif, perlakuan, dan kontrol
Bahan alami yang berasal dari
positif. Ikan uji kontrol negatif memiliki
tanaman herbal yaitu bawang putih, jeruk
jumlah sel darah yang padat, sedangkan
nipis, kunyit dan mengkudu berpotensi
ikan dengan perendaman ekstrak masing-
sebagai antimikrobial terhadap bakteri A.
masing tanaman herbal menghasilkan
hydrophila. Hasil penelitian secara in
gambar sel darah yang lebih meningkat
vitro dan in vivo, ekstrak bawang putih
dari ikan uji kontrol positif. Hal tersebut
dan jeruk nipis menunjukkan sifat
223
menunjukkan bahwa kandungan zat aktif
antimikrobial pada dosis 0,625%
pada masing-masing ekstrak efektif untuk
sedangkan ekstrak kunyit dan mengkudu
mencegah serangan bakteri A. hydrophila
pada dosis 1,5%.
terhadap ikan uji. Abdullah (2008) jumlah
eritrosit dalam darah ikan lele yang
DAFTAR PUSTAKA
normal adalah 3,18×106 sel/ml. Tinggi
Abdullah, Yusuf. 2008. Efektifitas ekstrak
rendahnyanya jumlah eritrosit dalam
daun paci-paci (Leucas
darah ikan disebabkan ikan dalam lavandulaefolia) untuk pencegahan
dan pengobatan infeksi penyakit
keadaan stres. Menurut Affandi & Tang
mas motile aeromonad septicaemia
(2002), stres bisa disebabkan oleh kondisi ditinjau dari patologi makro dan
hematologi ikan lele dumbo
lingkungan yang buruk dan tidak nyaman
(Clarias sp.). Skripsi. Program studi
bagi kehidupan ikan, seperti kondisi teknologi dan manajemen
akuakultur. Departemen Budidaya
oksigen perairan yang kurang, kelebihan
Perairan. Fakultas Perikanan dan
CO2 di dalam air, dan pH ekstrim. Namun Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
pada penelitian ini kisaran kualitas air
hasil pengukuran akhir diperoleh nilai Affandi R dan U.M Tang. 2002. Fisiologi
Hewan Air. Universitas Riau Press.
berbagai parameter fisika kimia air adalah
Riau.
pH 6,89, suhu 26 oC, DO 5,18 ppm dan Amlacher E. 1970. Textbook of fish
amoniak 0,03. Kisaran kualitas air disease. Conroy D.A., R.L.
Herman (Eds.) TFH Publ.
tersebut masih berada dalam batas aman
Neptune. New York. 302p
untuk kelangsungan hidup dan Anggarawal B.B., A, Kumar., MS,
pertumbuhan ikan. Anggarawal., and S, Shishodia.,
2003. Curcumin derived from
2242
turmeric (Curcuma longa). A Spice for all Rukmana, R. 1994. Kunyit. Penerbit
seasons, phytochemical in cancer Kanisius. Yogyakarta
Chemoprevention.8(28):1-9.
Samsundari, S. 2007. Pengujian ekstrak
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. temulawak dan kunyit terhadap
Yayasan Pustaka Nusantara. resistensi bakteri Aeromonas
Yogyakarta. hydrophila yang menyerang ikan
Gufran, H dan Kordi, K. 2004. mas (Cyprinus carpio). Naskah
Publikasi Penelitian
Pengendalian Hama dan Penyakit
Ikan. Rineka Cipta dan Bina Pengembangan IPTEK. Lembaga
Adiaksara. Jakarta. Penelitian Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Lukistyowati, I. Dan Kurniasih. 2011.
Sartika. 2011. Patologi dan penyakit ikan.
Kelangsungan hidup ikan mas
(Cyprinus carpio L) yang diberi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal
pakan ekstrak bawang putih
(Allium sativum) dan di infeksi Pendidikan Tinggi, Pusat Antar
Universitas Bioteknologi IPB.
bakteri Aeromonas hidrophylla.
16(1):144-160 Sarwono B. 1994. Jeruk Nipis. Penerbit
Nuryati, S., Suparman dan Hadiroseyani. Kanisius. Yogyakarta
2008. Penggunaan ekstrak daun Winarti, C. 2005. Peluang pengembangan
paci-paci (Leucas sp.) untuk minimum fungsional dari buah
pencegahan penyakit mikotik pada mengkudu (Morinda citrifolia).
ikan gurame (Osphronemus Jurnal Litbang Pertanian. 24(4) :
gouramy Lac.) Jurnal Akuakultur 149-155.
Indonesia. Vol 7 No. 2 hal 205- Yanuhar, U. 2005. Peran molekul adhesi
212.
untuk diagnostik dan vaksin
bakteri patogen. Makalah Seminar
Nasional Aplikasi Bioteknologi
Akuakultur. Fakultas Perikanan.
Universitas Brawijaya. Malang.
225
3