Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

FITOFARMAKA DAUN SAMBUNG NYAWA Gynura Procumbens U

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan

Volume 12, No. 1, 2019


ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

Fitofarmaka Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens) Untuk Meningkatkan


Imunitas Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal 1775) Terhadap
Serangan Bakteri Vibrio alginolyticus
Phytopharmaca Sambung Nyawa Leaves (Gynura procumbens) To Increase Immunity of Tiger Grouper
(Epinephelus fuscoguttatus Forssk 1775) Against Bacterial Attack Vibrio alginolyticus

Etika Oktaviani1,*, Esti Harpeni2, Wardiyanto1


1
Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Lampung
2
Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Lampung

*Corresponding author e-mail: etikaokta@gmail.com

Submitted: 21 Februari 2019 / Revised: 25 Juni 2019 / Accepted: 27 Juni 2019

http://doi.org/10.21107/jk.v12i1.4997

ABSTRACT

Fitopharmaca in Indonesia is already familiar and is widely used for traditional treatments. Gynura
procumbens is one of the plants that has been widely used for human medicine because it’s
secondary metabolites content that have medicinal properties. These ingredients are flavonoids,
tannins and saponins. In addition to human medicine, the leaves of Gynura procumbens also have
the potential to be used as fish medicine in order to prevent disease. Vibriosis is a bacterial disease
caused by Vibrio alginolyticus and is susceptible to attacking tiger groupers. The use of synthetic
antibiotics has been widely used but has many adverse effects, so it needs new alternatives for the
prevention of vibriosis. One of them is the use of Gynura procumbens leaf extract, this is supported
because of its potential. This study aims to examine the effect of Gynura procumbens extract to
improve the body resistance of tiger grouper so that it can prevent the attack of Vibrio alginolyticus
bacteria. The method carried out included material extraction, phytopharmaca test, in vitro test, in vivo
test, hematology test, and histopathology test. The most effective dose of Gynura procumbens leaf
extract to increase the body resistance of tiger grouper and prevent the attack of Vibrio alginolyticus is
a dose of 700 ppm.

Keyword: Sambung Nyawa Leaves, prevention, vibriosis

ABSTRAK

Fitofarmaka di Indonesia sudah tidak asing lagi dan banyak dimanfaatkan untuk pengobatan-
pengobatan tradisional. Tanaman Sambung Nyawa merupakan salah satu tanaman yang sudah
banyak dimanfaatkan untuk pengobatan manusia karena memiliki kandungan senyawa metabolit
sekunder yang berkhasiat obat. Kandungan-kandungan tersebut seperti flavonoid, tannin, dan
saponin. Selain untuk pengobatan manusia, daun Sambung Nyawa juga berpotensi untuk digunakan
sebagai obat ikan dalam rangka pencegahan penyakit. Vibriosis merupakan salah satu penyakit
bakterial yang disebabkan oleh Vibrio alginolyticus dan rentan menyerang ikan kerapu macan.
Penggunaan antibiotik sintetik telah banyak digunakan tetapi menimbulkan banyak dampak buruk,
sehingga perlu alternatif baru untuk pencegahan vibriosis. Salah satunya yaitu dengan penggunaan
ekstrak daun Sambung Nyawa, hal ini didukung karena potensinya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji pengaruh ekstrak daun Sambung Nyawa untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan kerapu
macan sehingga dapat mencegah serangan bakteri Vibrio alginolyticus. Metode yang dilakukan
meliputi ekstraksi bahan, uji fitofarmaka, uji in vitro, uji in vivo, uji hematologi, dan uji histopatologi.
Dosis ekstrak daun Sambung Nyawa yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan
kerapu macan dan mencegah serangan Vibrio alginolyticus adalah dosis 700 ppm.

Kata kunci : daun Sambung Nyawa, pencegahan, vibriosis

52
Jurnal Kelautan, 12(1), 52-64 (2019)
PENDAHULUAN Sumayani & Cahyoko (2008) menambahkan
bahwa penambahan antibiotik yang tidak
Dewasa ini pengobatan tradisional dengan terkontrol dan secara berkelanjutan dapat
fitofarmaka menjadi perhatian dunia. Darminto menyebabkan residu antibiotik pada produk
et al., (2011) menyatakan bahwa di Thailand perikanan yang dapat berdampak buruk bagi
dan Filipina fitofarmaka telah dimanfaatkan manusia. Alternatif lain yang dapat dilakukan
sebagai bakterisida, fungisida, algasida, yaitu menggunakan produk fitofarmaka untuk
virusida, herbisida, dan pestisida. Fitofarmaka penanggulangan penyakit bakterial. Dengan
adalah sediaan obat yang berasal dari bahan demikian penelitian ini bertujuan untuk
herbal dan sudah teruji klinis (Irmawati & mengkaji pengaruh ekstrak daun Sambung
Primiani, 2017). Di Indonesia fitofarmaka telah Nyawa untuk meningkatkan ketahanan tubuh
dimanfaatkan untuk pengobatan manusia, ikan kerapu macan sehingga dapat mencegah
tetapi belum banyak digunakan dalam serangan bakteri Vibrio alginolyticus.
budidaya perikanan. Salah satu bahan herbal
yang dapat digunakan sebagai fitofarmaka MATERI DAN METODE
adalah daun Sambung Nyawa. Nirwan (2007) Rancangan Penelitian
melaporkan bahwa daun Sambung Nyawa
merupakan tanaman obat yang banyak Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
dimanfaatkan karena banyak khasiatnya. Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan
Secara tradisional daun Sambung Nyawa asumsi individu sebagai ulangan. Ikan uji yang
telah banyak digunakan sebagai obat digunakan adalah benih ikan kerapu macan
antikanker. yang berukuran panjang rata-rata 15 cm
dengan bobot rata-rata 40 gr sebanyak 20
Daun Sambung Nyawa berpotensi dapat ekor setiap wadah percobaan berukuran 60
menjadi antimikrobial karena memiliki cm x 40 cm x 40 cm. Pengujian ekstrak
kandungan flavonoid dan minyak atsiri. Telah dilakukan secara oral kepada ikan uji melalui
dibuktikan oleh Rahman (2010) pada pakan kemudian diuji tantang dengan bakteri
penelitiannya bahwa daun Sambung Nyawa Vibrio alginolyticus. Kepadatan Vibrio
dengan konsentrasi 10% paling efektif dalam alginolyticus yang diinjeksikan yaitu 108
menghambat pertumbuhan Candida albicans. CFU/mL sebanyak 0,1 mL/ekor secara
Rivai et al., (2011) melaporkan bahwa daun intramuscular.Penentuan dosis ekstrak daun
Sambung Nyawa mengandung 67,094µg/mL Sambung Nyawa pada pakan mengacu pada
flavonoid. hasil uji in vitro. Sehingga diperoleh dosis
setiap perlakuan pada uji in vivo yaitu:
Berdasarkan kandungan senyawa metabolit
sekunder yang dimilikinya, daun Sambung A : 0 ppm
Nyawa berpotensi untuk digunakan sebagai B : setengah dari dosis terbaik uji in vitro
fitofarmaka dalam pencegahan penyakit C : dosis terbaik uji in vitro
vibriosis pada ikan kerapu macan. Ikan kerapu D : dua kali lipat dari dosis terbaik uji in vitro
macan merupakan komoditas unggul air laut,
Ekstraksi Serbuk Daun Sambung Nyawa
bahkan saat harga tinggi harga jualnya dapat
berkisar antara Rp250.000,00/kg hingga Ekstraksi daun Sambung Nyawa dilakukan
Rp350.000,00/kg bergantung pada dengan menggunakan metode maserasi.
kualitasnya (Saputra, 2018). Sementara, Metode yang dilakukan mengacu pada Riadini
vibriosis menjadi kendala utama dalam (2015). Filtrat yang diperoleh kemudian
budidaya ikan kerapu macan karena dapat dipekatkan dengan cara penguapan
menyebabkan kematian lebih dari 70% dalam menggunakan vacuum rotary evaporator IKA
suatu musim (Sahari, 2018), sehingga RV 10 produksi Jerman pada suhu 50oC
berdampak buruk pada produksi ekonomi. dengan kecepatan putaran 75 rpm hingga
Penelitian yang dilakukan Hastari et al., diperoleh ekstrak kental berupa pasta.
(2014) di Teluk Hurun Lampung menunjukkan
bahwa Vibrio alginolyticus menjadi salah Uji Fitokimia
satu agen vibriosis yang berbahaya.
Uji fitokimia dilakukan pada enam parameter,
Penggunaan antibiotik untuk penyakit bakterial yaitu saponin, steroid, terpenoid, tannin,
seperti vibriosis sudah banyak dilakukan, alkaloid, dan flavonoid. Sebelum dilakukan uji,
tetapi memiliki dampak yang buruk. Seperti ekstrak pasta daun Sambung Nyawa
yang telah dilaporkan oleh Andayani (2009) diencerkan terlebih dahulu dengan
bahwa ternyata banyak dari antibiotik tersebut menggunakan pelarut methanol. Metode yang
menimbulkan resistensi bakteri dalam
penanggulangan penyakit. Selain itu,

53
Oktaviani et al., Fitofarmaka Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens)

dilakukan yaitu memodifikasi pada Tasmin et Pengamatan hematologi meliputi pengamatan


al., (2014) dan (Robinson, 1991). total leukosit, total eritrosit, dan diferensial
leukosit. Metode pengamatan yang dilakukan
Uji In Vitro yaitu meliputi pengambilan sampel darah yang
mengacu pada Lestari et al., (2017),
Uji in vitro yang dilakukan yaitu uji zona perhitungan jumlah eritrosit perhitungan
hambat dan uji MIC (Minimum Inhibitory jumlah leukosit, dan perhitungan diferensial
Concentration). Dosis ekstrak yang digunakan leukosit yang mengacu pada (Pal & Pal,
yaitu 500, 600, 700, 800, 900, 1000, dan 1500 2006). Rumus perhitungan jumlah eritosit
ppm. Uji zona hambat dilakukan dengan yaitu:
metode paper disc diffusion agar dengan
paper disc produksi Jepang ukuran 8mm, N = n x 104
sedangkan uji MIC mengacu pada Soelama et Keterangan :
al., (2015) n : jumlah sel darah merah yang terdapat
dalam 80 kotak kecil
Uji Toksisitas N : jumlah sel darah merah dalam 1 mm 3
darah
Uji toksisitas mengacu pada Sari, et al.,,
(2016) dan Kaban et al., (2016) dengan Rumus perhitungan jumlah leukosit yaitu:
penggunaan dosis ekstrak mengacu pada N = nx50
hasil terbaik uji in vitro. Data pengujian Keterangan :
toksisitas diperoleh dari analisis LC50 yang n : jumlah sel darah putih yang terdapat dalam
dilakukan dengan analisis regresi (Arief et al.,, 64 kotak
2017). N : jumlah sel darah putih dalam 1 mm3 darah

Uji In Vivo Perhitungan diferensial leukosit menurut


Hartika (2014) yaitu sebagai berikut:
Pakan uji dibuat dengan menyemprotkan
ekstrak daun Sambung Nyawa dengan dosis
berbeda sebanyak 100 mL ke dalam masing-
masing pakan komersil ikan kerapu macan
sebanyak 1 kg. Kemudian dicampur hingga
rata dan dijemur hingga kering. Pemberian
pakan uji dilakukan selama 14 hari kemudian
diuji tantang pada hari ke 15 dan
pemeliharaan hewan uji dilakukan hingga hari
ke 21 dengan pemberian pakan yang sama
sesuai dosis perlakuan. Pemeliharaan hewan Pengamatan profil histopatologi dilakukan
uji dikontrol pada kondisi kualitas air optimum. pada organ insang, hati, limfa, dan usus
Parameter yang diamati meliputi gejala klinis, dengan metode yang mengacu pada Sumantri
survival rate (SR), relative percent survival et al., (2017).
(RPS), profil hematologi dan histopatologi.
Pengamatan gejala klinis memodifikasi pada HASIL DAN PEMBAHASAN
Hastari et al., 2014 dan diamati setelah ikan uji Hasil Uji Fitokimia
diuji tantang.
Senyawa metabolit sekunder yang terkandung
Pengamatan SR dan RPS juga dilakukan di dalam ekstrak daun Sambung Nyawa
setelah ikan uji diuji tantang dengan sangat potensial sebagai fitofarmaka untuk
perhitungan mengacu pada Amend et. el. ikan. Senyawa saponin menyebabkan
1981. tegangan permukaan menurun, sehingga
mengakibatkan naiknya permeabilitas atau
kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa
intraseluler akan keluar, begitulah saponin
bekerja sebagai antibakteri (Nuria et al.,,
[ ] 2009).
Keterangan: SR: Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt: Jumlah ikan yang hidup pada akhir
pemeliharaan (ekor)
N0: Jumlah ikan yang hidup pada awal
pemeliharaan (ekor)
RPS : Relative Percent Survival

54
Jurnal Kelautan, 12(1), 52-64 (2019)
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Sambung Nyawa
No. Jenis Uji Kualitatif Pereaksi Hasil Positif Hasil Uji
Fitokimia
1 Saponin Akuades, kemudian Terdapat busa +
dikocok
2 Steroid Asam asetat glacial dan
Warna menjadi biru atau -
unguH2SO4
3 Terpenoid Asam asetat glacial dan
Warna menjadi merah -
H2SO4
atau kuning
4 Tanin FeCl3 10%
Warna menjadi hitam +
kebiruan
5 Alkaloid Kloform dan pereaksi Warna menjadi putih -
Meyer kecoklatan
6 Flavonoid Serbuk Mg dan HCl Warna menjadi merah +
pekat atau kuning
Menurut Middleton (2000), efek konsumsi Hasil diameter zona hambat yang terbentuk
flavonoid antara lain antiinflamasi, antimikroba, berbeda-beda dari setiap perlakuan. Yadav &
dan antivirus yang sangat berpotensi untuk Bishe (2004) menjelaskan daya hambat
menjadi fitofarmaka bagi ikan. Pernyataan antibakteri berdasarkan diameter zona
tersebut sejalan dengan Robinson (1991) yang hambatnya digolongkan dalam empat
menyatakan bahwa flavonoid tertentu kategori, yaitu sangat kuat (>20 mm), kuat (10-
mengandung komponen aktif untuk menjadi 20 mm), sedang (5- 10 mm), dan tergolong
antimikroba dan antivirus. Kemudian lemah (< 5mm). Berdasarkan hasil penelitian,
keberadaan tannin dalam ekstrak daun ekstrak daun Sambung Nyawa yang tergolong
Sambung Nyawa juga berpotensi sebagai memiliki daya hambat antibakteri yang lemah
antibakteri. Sari & Sari (2011) menjelaskan yaitu konsentrasi 600 ppm, 800 ppm, 900
bahwa tannin mempunyai target pada ppm, dan 1000 ppm. Kemudian konsentrasi
polipetida diding sel sehingga pembentukan 500 ppm dan 1500 ppm tergolong memiliki
diding sel menjadi kurang sempurna. Hal daya hambat sedang, sedangkan konsentrasi
tersebut mengakibatkan sel bakteri lisis karena 700 ppm tergolong memiliki daya hambat kuat
tekanan fisik maupun osmotik sehingga sel (Gambar 1) dan merupakan hasil terbaik untuk
bakteri mati. acuan uji toksisitas dan uji in vivo.

Hasil Uji In Vitro

25,00 e
21,13±1,23
Diameter Zona Hambat (mm)

20,00

15,00 d
10,47±0,6
c c
10,00 7,40±0,36
b 6,97±0,45
ab a ab
4,57±0,45
5,00 3,60±0,7 3,30±0,56 3,70±0,46

0,00
K+ 500 600 700 800 900 1000 1500

Konsentrasi (ppm)

Gambar 1. Diameter Uji Zona Hambat Ekstrak Daun Sambung Nyawa


Terbentuknya zona hambat pada uji ini Menurut Adila et al., (2013) senyawa flavonoid
menunjukkan bahwa terdapat senyawa anti mampu merusak dinding sel sehingga
bakteri yang terkandung di dalam ekstrak daun menyebabkan kematian sel. Selain itu
Sambung Nyawa. Sesuai dengan hasil uji dijelaskan pula bahwa senyawa flavonoid
fitokimia yang telah dilakukan sebelumnya dapat menghambat pembentukan protein
(Tabel 1), ekstrak daun Sambung Nyawa sehingga menghambat pertumbuhan mikroba.
mengandung saponin, tanin, dan flavonoid. Flavonoid bekerja dengan cara denaturasi

55
Oktaviani et al., Fitofarmaka Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens)

protein dan terjadi peningkatan permeabilitas membran sel. Cowan (1999) menyatakan
membaran sitoplasma. Denaturasi protein bahwa senyawa tanin dapat merusak
menyebabkan gangguan dalam pembentukan pembentukan konidia jamur. Selanjutnya,
atau fungsi molekul protein sehingga terjadi senyawa saponin termasuk senyawa polifenol,
perubahan struktur protein dan menyebabkan yang mana senyawa ini dapat menghambat
terjadinya koagulasi protein. Membran bakteri dengan cara merusak membran
sitoplasma yang terganggu dapat sitoplasma pada bakteri. Kerusakan pada
menyebabkan meningkatnya permeabilitas sel membran sitoplasma dapat mencegah
sehingga nukleotida pirin, pirimidin, dan masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi
protein akan keluar dari sel dan yang diperlukan bakteri untuk menghasilkan
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan energi akibatnya bakteri akan mengalami
sel atau matinya sel. hambatan pertumbuhan dan bahkan kematian
(Fadlian et al., 2016).
Selain flavonoid kandungan senyawa lain
seperti senyawa tanin juga dapat merusak
Uji Minimum Inhibitory Concentration (MIC)

500 ppm 700 ppm 1000 ppm K+


K- 800 ppm 900 ppm 900 ppm
600 ppm 1500 ppm

Gambar 2. Uji MIC


Konsentrasi 500 ppm dinyatakan sebagai nilai maka efektivitas bahan tersebut semakin
MIC, hal ini karena 500 ppm merupakan tinggi, demikian pula sebaliknya (Muliani et al.,
konsentrasi terendah yang tidak dapat 2015).
menumbuhan bakteri Vibrio alginolyticus.
Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test)
El Mahmood et al., (2010), yang menyatakan
bahwa tabung yang sudah mulai menunjukkan Penghitungan nilai LC50 ekstrak daun
kejernihan berarti tidak ada pertumbuhan Sambung Nyawa dilakukan dengan
bakteri dan dikatakan sebagai nilai MIC. Hal ini memasukkan nilai log konsentrasi dan nilai
diperkuat oleh Pratiwi (2008) yang probit pada grafik linear menggunakan
menyatakan bahwa apabila media jernih program Microsoft excel 2007 sehingga
berarti antibiotik efektif menghambat diperoleh hasil pengolahan data persamaan
pertumbuhan bakteri (bersifat bakteriostatik), regresi y =0,923x+1,822 dengan R² =0,758.
sedangkan apabila media keruh maka bakteri Nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa lebih
masih tumbuh yang berarti antibiotik tidak dari 70% variasi tingkat nilai probit larva udang
efektif menghambat pertumbuhan bakteri. dapat diterangkan dengan adanya perubahan
Semakin rendah nilai MIC suatu bahan aktif log konsentrasi (Tabel 2).
Tabel 2. Brine Shrimp Lethality Test
Konsentrasi Log Rata-rata Angka Persamaan
LC50 (ppm)
(ppm) Konsentrasi Mortalitas (%) Probit Garis
0 dosis - 0 -
y = 0,923x +
½ dosis terbaik 2,54 23,33 2,54
1,822 2388
Dosis terbaik 2,84 23,33 2,84
R² = 0,758
2× dosis terbaik 3,15 43,33 3,15

Nilai y tersebut digunakan untuk mencari nilai sebesar 2388 ppm. Nilai tersebut berarti
LC50. Dengan memasukkan nilai y = 5, maka konsentrasi 2388 ppm ekstrak daun Sambung
akan diperoleh nilai x = 3,443. Untuk Nyawa mampu mematikan 50% Artemia
menghitung nilai LC50 yaitu didapatkan dari salina. Tingkat toksisitas suatu ekstrak
Antilog x. Hasil LC50 yang diperoleh yaitu menurut Meyer (1982) adalah

56
Jurnal Kelautan, 12(1), 52-64 (2019)
LC50 ≤ 30 ppm = Sangat Toksik; 31 ppm ≤ pembengkakan lambung, dan terdapat luka
LC50 ≤ 1000 ppm = Toksik; dan LC50 ≥ 1000 pada bekas infeksi (Tabel 3). Penurunan nafsu
ppm = Tidak Toksik. Mengacu pada Meyer makan pada ikan diduga disebabkan oleh
(1982) dapat dikatakan bahwa ekstrak daun stress sebagai akibat perlakuan uji tantang
Sambung Nyawa termasuk ekstrak yang tidak dan masuknya bahan atau benda asing yang
beracun, karena nilai LC50 ekstrak tersebut masuk dalam tubuh.
yaitu lebih dari 1000 ppm.
Kondisi gejala klinis ikan yang serupa juga
Gejala Klinis dilaporkan oleh Nursyirwani et al., (2015) yang
menyatakan bahwa ikan kerapu macan yang
Berdasarkan pengamatan gejala klinis, dapat diinfeksi bakteri Vibrio alginolyticus
diketahui bahwa secara umum ikan kerapu menunjukkan gejala tidak nafsu makan,
macan yang telah diinfeksi bakteri Vibrio berenang pasif, bergerak lambat, dan terjadi
alginolyticus mengalami gerakan renang pasif, haemoragi pada sirip dan ekornya. Pang et al.,
nafsu makan berkurang, memuntahkan (2018) melaporkan hal serupa bahwa ikan
makan, gerakan operkulum melambat, mata kerapu yang diinfeksi Vibrio alginolyticus
memerah hingga menonjol, tubuh berlendir, mengalami hemoragi, tidak nafsu makan, dan
haemoragi bagian mulut, sisik mengelupas, mengalami pembengkakan.
Tabel 3. Gejala Klinis Ikan Uji Pasca Infeksi Bakteri Vibrio alginolyticus
Hari Ke- (Pasca Perlakuan (ppm)
Infeksi) 0 dosis ½ dosis terbaik Dosis terbaik 2× dosis terbaik
1 ++ ++ ++ ++
2 ++++ ++++ ++++ ++++
3 ++++ ++++ +++ ++++
4 ++++ +++ ++ ++
5 ++++ +++ ++ ++
6 +++ ++ + +
7 +++ + - -
Keterangan:
- : Ikan normal
+ : Berenang normal, nafsu makan kurang, mata baik, dan gerakan operkulum normal
++ : Berenang pasif, tidak nafsu makan, mata memerah hingga menonjol, gerakan operkulum
lambat, pembengkakan lambung, dan warna tubuh memucat
+++ : Berenang pasif, makan dimuntahkan, mata menonjol, gerakan operkulum lambat,
pembengkakan lambung, haemoragi, dan warna tubuh memucat
++++ : Berenang pasif, makan dimuntahkan, mata menonjol, gerakan operkulum lambat,
pembengkakan lambung, haemoragi, kerusakan sisik, terdapat luka bekas infeksi, dan
kematian (Modifikasi Hastari et al., 2014)

Survival Rate (SR) dan Relative Percent menunjukkan hasil yang lebih baik diduga
Survival (RPS) karena dosis yang diberikan terlalu tinggi.
Andayani et al., (2018) menjelaskan bahwa
Berdasarkan data pengamatan kelangsungan dosis yang terlalu tinggi tidak meningkatkan
hidup ikan uji, dapat dijelaskan bahwa efek immune stimulant dalam meningkatkan
persentase SR terbaik yaitu perlakuan dosis imunitas. Karena tubuh ikan tidak mampu
terbaik dengan persentase nilai 95% (Tabel 4). merespon mekanisme respon seluler dan
Perlakuan tersebut merupakan perlakuan humoral, antibodi tidak terbentuk dan mungkin
dosis ekstrak 700 ppm, hasil ini sama seperti akan dihasilkan efek racun.
hasil uji in vitro. 2xdosis terbaik tidak
Tabel 4. Survival Rate (SR) dan Relative Percent Survival (RPS) Ikan Kerapu Macan Pasca Infeksi
Vibrio alginolyticus
Perlakuan (ppm) Σ Ikan Awal Mortalitas SR (%) RPS (%)
0 dosis 20 7 65 -
½ dosis terbaik 20 6 70 14,28
Dosis terbaik 20 1 95 85,71
2× dosis terbaik 20 6 70 14,28

57
Oktaviani et al., Fitofarmaka Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens)

Nilai RPS sangat dipengaruhi oleh tingkat 4). Angka tersebut menunjukkan bahwa
kematian benih perlakuan dan kontrol. Secara penggunaan ekstrak daun Sambung Nyawa
keseluruhan, nilai rataan tingkat kematian dengan konsentrasi 700 ppm sudah efektif dan
perlakuan lebih rendah dibandingkan kontrol. dapat memberikan proteksi terhadap ikan uji.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Hal ini mengacu pada pendapat Amend (1981)
daun Sambung Nyawa dapat menurunkan yang menyatakan bahwa perlakuan
angka kematian ikan uji setelah diuji tantang dinyatakan efektif apabila dapat menimbulkan
dibandingkan dengan kontrol.Berdasarkan proteksi terhadap ikan uji yang ditandai
data yang telah diperoleh, angka RPS tertinggi dengan nilai RPS di atas 60% saat dilakukan
yaitu perlakuan C dengan nilai 85,71% (Tabel uji tantang.
sehat mengalami penurunan jumlah eritrosit
Profil Darah karena tubuh melawan agen patogen.
Penjelasan tersebut diperkuat oleh Sadikin
Perlakuan dosis 0 ppm berbeda nyata dengan (2002) yang menyatakan bahwa penurunan
ketiga perlakuan lainnya, sedangkan ketiga jumlah eritrosit mengindikasikan adanya
perlakuan lainnya tidak berbeda nyata serangan agen asing ke dalam tubuh
(Gambar 3). Dangeubun & Metungun (2017) organisme.
menjelaskan bahwa pada ikan yang tidak

A B
Gambar 3. (A) Total eritrosit, (B) Total leukosit

Meskipun mengalami penurunan, tetapi Vibrio alginolyticus. Moyle & Cech (1988),
kisaran eritrosit pada setiap perlakua masih menyatakan kenaikan leukosit pada umumnya
dalam kisaran normal. Hal ini sesuai dengan terjadi pada ikan yang mengalami gangguan
pendapat Robert (2001) yang menyatakan dari luar tubuhnya, termasuk infeksi patogen
bahwa kisaran normal total eritrosit ikan karena fungsi leukosit sebagai sistem
teleostei yaitu 1,05x106 – 3,00x106 sel/mm3. pertahanan tubuh ikan. Hasil ini menunjukkan
Selain itu, Andayani (2007) juga membuktikan bahwa ekstrak daun Sambung Nyawa memiliki
bahwa total eritrosit ikan kerapu macan kemampuan sebagai imunostimulan yang
mencapai 3,35x106. Hasil ini diduga berkaitan mampu memberikan rangsangan terhadap
dengan pengaruh ekstrak daun Sambung respon imun non spesifik pada ikan yaitu
Nyawa yang mampu menurunkan tingkat ditandai adanya kenaikan pada total leukosit.
stress atau sebagai anti depresan pada ikan
kerapu macan. Soetarno et al. (1996), Hasil perhitungan diferensial leukosit yang
melaporkan bahwa kandungan senyawa diperoleh menunjukkan bahwa secara umum
metabolit sekunder yang terdapat pada jumlah limfosit pada hewan uji mengalami
tanaman memberi pengaruh biologi terhadap penurunan dibandingkan dengan awal
daya tahan tubuh, antistress, antibakteri, pemeliharaan, sedangkan jumlah monosit dan
antijamur, dan perangsang lainnya. neutrofil meningkat (Gamabr 4). Dangeubun &
Metungun (2017) menjelaskan bahwa
Peningkatan jumlah leukosit yang terjadi pada penurunan persentase jumlah limfosit terjadi
perlakuan menunjukkan bahwa adanya respon ketika terjadi infeksi sedangkan jumlah
imunitas ikan terhadap infeksi bakteri Vibrio monosit dan neutrofil meningkat dan ketiga
alginolyticus. Hal ini sesuai dengan pendapat komponen sel darah putih tersebut saling
Aonullah et al., (2013) yang menyatakan memengaruhi satu sama lain. Hal tersebut
bahwa peningkatan jumlah total leukosit didukung dengan pendapat Alamanda et al.,
diduga sebagai respon ikan dalam (2007) bahwa penurunan jumlah limfosit pada
mempertahankan hidupnya dari serangan infeksi membuat neutrofil dan monosit

58
Jurnal Kelautan, 12(1), 52-64 (2019)
meningkat sebagai pertahanan utama, yang menjelaskan bahwa sel-sel yang pertama kali
berkerja secara efektif melawan infeksi. diproduksi dan meningkat dalam jumlah besar
Setelah infeksi, neutrofil akan menjadi lebih pada peradangan adalah neutrofil. Sel
aktif dari pada limfosit karena limfosit akan tersebut bergerak lebih cepat dari pada
aktif setelah neutrofil selesai bekerja. monosit dan dapat mencapai pada area yang
terinfeksi dalam 2-4 jam. Pada tahap ini, sel
Dibandingkan dengan jumlah monosit, pertahanan atau fagositosis didominasi oleh
persentase jumlah neutrofil pada penelitian ini neutrofil. Baratawidjaja (2006) menegaskan
lebih tinggi. Hal ini diduga karena neutrofil aktif bahwa sirkulasi neutrofil hanya terjadi dalam
memfagosit pada awal terjadinya infeksi, sirkulasi kurang dari 48 jam sebelum
setelah itu kemudian digantikan oleh monosit mencapai area infeksi.
yang lebih kuat. Kumar & Sharma (2010)

A B C
Gambar 4. Diferensial leukosit (A) Persentase limfosit, (B) Persentase monosit,
(C) Persentase neutrofil

Profil Histopatologi

A B C

D K
Gambar 5. Profil histopatologi insang ikan uji (A) dosis 0 ppm, (B) ½ dosis terbaik (350 ppm), (C)
dosis terbaik (700 ppm), (D) 2× dosis terbaik (1400 ppm), (K) ikan normal;
( ) Edema, ( )Fusi, ( ) Hiperplasia, ( ) Nekrosis, ( ) Struktur lamella sekunder hilang.
Pewarnaan H.E. Perbesaran 400x

Perubahan patologis yang paling umum terjadi yang lebih rendah dan biasanya disertai
pada insang adalah hiperplasia sel-sel lamella peningkatan jumlah sel-sel mukus di dasar
insang, yaitu peningkatan jumlah sel lamella. lamela dan mengakibatkan fusi dari lamela.
Priosoeryanto et al., (2010) menjelaskan Fusi adalah pendempetan sel antar lamella
bahwa hiperplasia terjadi pada tingkat iritasi sekunder yang satu dengan yang lainnya.

59
Oktaviani et al., Fitofarmaka Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens)

Selanjutnya, Parameswari et al., (2013) juga Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat
menerangkan bahwa fusi terjadi karena diketahui bahwa semua hati dari setiap
lamella mengalami pembengkakan atau perlakuan mengalami kerusakan yang sama,
hiperplasia sehingga proses pernapasan yaitu adanya nekrosis, inflamasi, dan
terganggu. Keadaan ini mengakibatkan ukuran degenerasi melemak. Hal ini sebagai akibat
rongga (kapiler lumen) mengalami dari adanya gangguan yang disebabkan oleh
penyempitan dan sel yang berada di tengah infeksi bakteri pada setiap hewan uji. Kondisi
lamella sekunder bergeser, sehingga terjadi tersebut juga pernah dilaporkan oleh Sarjito et.
pendempetan. Fusi lamella sekunder al. (2007). Hastari et al. (2014) menjelaskan
umumnya terjadi sebagai respon terhadap bahwa nekrosis merupakan sel-sel yang
infeksi parasit dan bakteri yang kronis ataupun mempunyai aktivitas yang sangat rendah dan
adanya iritasi yang disebabkan bahan kimia akhirnya mengalami kematiaan sel jaringan
(Efrizal et al., 1998). Sedangkan, hiperplasia sehingga menyebabkan hilangnya fungsi pada
lamella sekunder pada insang terjadi akibat daerah yang mengalami nekrosis. Nekrosis
adanya pembelahan sel epitel yang tidak dapat dilihat pada bentuk dan warna sel yang
terkontrol dan pada lamella primer disebabkan mati dengan warna pudar dan bentuk sel yang
oleh pembelahan sel-sel chlorid secara tidak utuh (hancur) sehingga jaringan menjadi
berlebihan (Sipahutar et al., 2012). rapuh.

A B C

D K
Gambar 6. Profil histopatologi hati ikan uji (A) dosis 0 ppm, (B) ½ dosis terbaik (350 ppm), (C) dosis
terbaik (700 ppm), (D) 2× dosis terbaik (1400 ppm), (K) ikan normal;
( ) nekrosis, ( ) degenerasi lemak, ( ) inflamasi. Pewarnaan H.E. Perbesaran 400x
Rahman et al., (2018) menjelaskan bahwa bertujuan memulihkan jaringan serta menekan
nekrosis dapat disebabkan oleh trauma, agen- agen penyebab nekrosis.
agen biologis (bakteri, virus, jamur dan
penyakit), agen-agen kimia atau terjadi Uji histopatologi limpa ikan uji menunjukkan
gangguan pada penyediaan darah pada suatu bahwa terdapat hemosiderin pada limpa ikan
daerah khusus. Plumb (1994) menjelaskan uji. Hemosiderin ditandai dengan adanya
bahwa degenerasi melemak adalah akumulasi warna kecoklatan pada jaringan. Hemosiderin
substansi sel secara tidak normal yang adalah senyawa besi yang mengandung
diakibatkan oleh virus, bakteri dan toksik yang pigmen kuning kecoklatam turunan dari
dikeluarkan di perairan. Selanjutnya Rahman pemecahan molekul hemoglobin selama
et al., (2018) enjelaskan bahwa inflamasi atau destruksi atau daur ulang sel darah merah. Hal
peradangan ditandai dengan adanya jendolan- ini jelas pada jaringan dari pergantian sel
jendolan darah serta jaringan berwarna merah darah merah selama kondisi hemolitik pada
karena terdapat banyak eritrosit yang keluar ikan dan terakumulasi pada pusat
dari pembuluh darah. Respon peradangan ini melanomakrofag (Mumford, et al., 2007).

60
Jurnal Kelautan, 12(1), 52-64 (2019)

A B C

D K
Gambar 7. Profil histopatologi limpa ikan uji (A) dosis 0 ppm, (B) ½ dosis terbaik (350 ppm), (C) dosis
terbaik (700 ppm), (D) 2× dosis terbaik (1400 ppm), (K) ikan normal;
( ) Kongesti, ( ) hemosiderin, ( ) Melano macrofag center. Pewarnaan H.E. Perbesaran 400x
Perubahan histopatologi yang terjadi pada yang masuk tersebut untuk melawan bakteri
usus ikan kerapu dalam penelitian ini yaitu patogen.
proliferasi sel goblet. Menurut Nursyirwani et
al., (2015), sel goblet merupakan bagian dari Menurut Robert (2001), pada kondisi toksik
lapisan mukosa usus yang berfungsi akut yang disebabkan oleh toksin bakteri,
memproduksi mukus yang membantu virus, parasit, zat kimia atau alga, mukosa
memerangkap bakteri yang masuk ke dalam usus dapat terangkat seluruhnya. Sel-sel epitel
usus. Berdasarkan hasil tersebut dapat diduga mukosa usus individu dapat menggulung yang
bahwa ikan uji mengalami gangguan patogen disertai penebalan kromatin dan sitoplasma
yang telah diinfeksikan ke dalam tubuhnya. eosinofil yang dapat terjadi akibat kelaparan
Peningkatan sel goblet dari masing-masing dan kondisi kaheksia. Pada bentuk khusus
perlakuan sebagai respon terhadap patogen terjadi pelepasan mukosa ke dalam lumen,
kadang-kadang disertai hemoragi dan edema
submukosa.

A B C

61
Oktaviani et al., Fitofarmaka Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens)

D E
Gambar 8. Profil histopatologi usus ikan uji (A) dosis 0 ppm, (B) ½ dosis terbaik (350 ppm), (C) dosis
terbaik (700 ppm), (D) 2× dosis terbaik (1400 ppm), (K) ikan normal;
( ) proliferasi sel goblet, ( ) edema, ( ) hemoragi. Pewarnaan H.E. Perbesaran 400x
KESIMPULAN DAN SARAN Graduate School University of Brawijaya.
Malang. 122 p.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian Andayani, S., Fajar, M., & Rahman, M. F.
ini yaitu, dosis terbaik untuk meningkatkan
(2018, April). Effect of alkaloids derived
ketahanan tubuh ikan kerapu macan dan
mencegah serangan Vibrio alginolyticus from jellyfish (Aeginura sp.) on the
secara in vitro dan in vivo yaitu dosis 700 ppm. intestinal histopathology and relative
percentage survival (RPS) of tiger
DAFTAR PUSTAKA grouper (Epinephelus fuscoguttatus)
infected by Vibrio harveyi. In IOP
Abed, S. A., Sirat, H. M., & Taher, M. (2013).
Total phenolic, antioxidant, antimicrobial Conference Series: Earth and
activities and toxicity study of Environmental Science (Vol. 137, No. 1,
Gynotroches axillaris Blume p. 012006). IOP Publishing.
(Rhizophoraceae). EXCLI journal, 12, Aonullah, A. A., & Prayitno, S. B. (2013).
404-412. Pengaruh Penggunaan Ekstrak Daun
Adila, R., & Agustien, A. (2013). Uji Jeruju (Acanthus Ilicifolius) Terhadap
antimikroba curcuma spp. terhadap Kelulushidupan Ikan Kerapu Macan
pertumbuhan candida albicans, (Epinephelus Fuscogutattus) Yang
staphylococcus aureus dan escherichia Diinfeksi Vibrio Alginolyticus. Journal of
Aquaculture Management and
coli. Jurnal Biologi UNAND, 2(1).
Technology, 2(1), 126-135.
Alamanda, I. E., Handajani, N. S., & Budiharjo,
Arief, D. A., Sangi, M., & Kamu, V. S. (2017).
A. (2007). Penggunaan metode
hematologi dan pengamatan endoparasit Skrining fitokimia dan uji toksisitas
darah untuk penetapan kesehatan ikan ekstrak biji aren (Arenga pinnata MERR.).
lele dumbo (Clarias gariepinus) di kolam Jurnal MIPA, 6(2), 12-15.
budidaya desa Mangkubumen Boyolali. Cowan, M. M. (1999). Plant products as
Biodiversitas, 8(1), 34-38. antimicrobial agents. Clinical microbiology
Amend, D.F. (1981). Potency Testing of Fish reviews, 12(4), 564-582.
Vaccines. Developments in Biological Dangeubun, J. L., & Metungun, J. (2017).
Standardization, 49,447–454. Hematology of Vibrio alginolyticus-
Andayani, S. (2009). Respon Non-Spesifik infected humpback grouper Cromileptes
Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus) altivelis, under treatment of Alstonia
terhadap Immunostimulan Senyawa Aktif acuminata shoot extract. Aquaculture,
Alkaloid Ubur-ubur (Bougainvillia sp.) Aquarium, Conservation & Legislation,
Melalui Pakan. Berk. Penel. Hayati Edisi 10(2), 274-284.
Khusus, 3B, 67–73. Ali, A., & Dini, I. (2013). Skrining Senyawa
Andayani, S. (2007). Effect of Bioactive Bioaktif pada Tumbuhan Mangrove yang
jellyfish (Bougainvellia sp.) as a Dapat Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Immunostimulan of Bactericidal Activity, Penyebab Penyakit Red Spot Disease.
Non-specific immune response as well as CHEMICA, 12(1), 33-39.
Survival Rate of Tiger Grouper Efrizal, T., Setijanto, H., Tumpal, D., & Sukra,
Y. (1998). Pengaruh kadar Sub Lethal
(Epinephelus fuscoguttatus). Dissertation
Phosphamidon terhadap Kersakan
Jaringan Ikan Nila (Doctoral dissertation,

62
Jurnal Kelautan, 12(1), 52-64 (2019)
Tesis. Fakultas Perikanan Universitas SUMBER ANTI BAKTERI Vibrio harveyi
Riau, Pekanbaru). PENYEBAB PENYAKIT PADA UDANG
El-Mahmood, A. M., Ogbonna, O. B., & Raji, M. WINDU Penaeus monodon. Jurnal Riset
(2010). The antibacterial activity of Akuakultur, 10(3), 405-414.
Azadarichta indica (neem) seeds extracts Mumford, S., Heidel, J., Smith, C., Morrison,
against bacterial pathogens associated J., MacConnell, B., & Blazer, V. (2007).
Fish Histology and Histopathology. United
with eye and ear infections. J. Med. Plants States. USFWS-NCTC.
Res, 4(14), 1414-1421. Nirwan. ( 2007). Produksi flavonoid Daun
Fadlian, F., Hamzah, B., & Abram, P. H. Dewa (Gynura pseudochina (L.) DC)
(2016). Uji Efektivitas Ekstrak Tanaman Asal Kultur pada Kondisi Naungan dan
Putri Malu (mimosa pudica linn) Sebagai Pemupukan. Disertasi. Instiut Pertanian
Bahan Pengawet Alami Tomat. Jurnal Bogor, Bogor.
Nuria, M.C., A. Faizatun., & Sumantri. (2009).
Akademika Kimia, 5(4), 153-158.
Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak
Hastari, I. F., & Prayitno, S. B. (2014).
Karakterisasi Agensia Penyebab Vibriosis Pagar ( Jatropha cuircas L) terhadap
Dan Gambaran Histologi Ikan Kerapu Bakteri Staphylococcus aureus ATCC
Macan (Epinephelus Fuscoguttatus) Dari 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan
Karamba Jaring Apung Teluk Hurun Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu
Lampung. Journal of Aquaculture – ilmu Pertanian, 5,26-37.
Management and Technology, 3(3), 86-
Nursyirwani, Asmara, W., Wahyuni, A. E. T.
94.
H., & Triyanto. (2015). Histopatologi Ikan
Irmawati, F., & Primiani, C. N. (2017).
Kerapu Macan yang Diimbuhi Bakteri
Perbandingan Uji Toksisitas Fitoestrogen Asam Laktat dan Diuji Tantang Vibrio
Pada Ginjal Tikus (Sprangue Dawley) alginolyticus. Jurnal Veteriner, 16(4), 505-
Yang Diinduksi Daidzein Dan Air Perasan 512.
Umbi Bengkuang (Pachyrhizus erosus). Pal, G.K. & P. Pal. (2006). Textbook of
Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, Practical Physiology. Orient Longman
3(2), 52-60. Private Limited. Hyderabat
Kaban, A. N., Tarigan, D., & Saleh, C. (2016). Pang, H., Qiu, M., Zhao, J., Hoare, R.,
Uji Fitokimia, Toksisitas dan Aktivitas Monaghan, S. J., Song, D., ... & Jian, J.
Antioksidan Fraksi n-heksan dan Etil (2018). Construction of a Vibrio
Asetat terhadap Ekstrak Jahe Merah alginolyticus hopPmaJ (hop) mutant and
(Zingiber officinale var. amarum). Jurnal evaluation of its potential as a live
Kimia Mulawarman, 14(1), 24-28. attenuated vaccine in orange-spotted
Kumar, V., & Sharma, A. (2010). Neutrophils: grouper (Epinephelus coioides). Fish &
Cinderella of innate immune system. shellfish immunology, 76, 93-100.
International immunopharmacology, Parameswari, W., Sasanti, A.S. & Muslim.
10(11), 1325-1334. (2013). Populasi Bakteri, Histologi,
Lestari, E., Setyawati, T.R., &Yanti, A.H. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan
(2017). Profil Hematologi Ikan Gabus Benih Ikan Gabus (Channa Striata) yang
(Channa striata Bloch, 1793). Protobiont, Dipelihara dalam Media dengan
6(3), 283-289. Penambahan Probiotik. Jurnal Akuakultur
Middleton, E., Kandaswami, C., & Rawa Indonesia, 1(1), 76-89.
Theoharides, T. C. (2000). The effects of Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi.
plant flavonoids on mammalian cells: Jakarta: Erlangga
implications for inflammation, heart Priosoeryanto, B.P., Ersa, I.M., Tiuria, R., &
disease, and cancer. Pharmacological Handayani, S.U. (2010). Gambaran
reviews, 52(4), 673-751. Histopatologi lnsang, Usus dan Otot Ikan
Mujair (Oreochromis mossambicus) yang
Moyle, P.B. & Chech, J.J. (1988). An
Berasal dari Daerah Ciampea, Bogor.
Introduction to Ichtyology. Prentice Hall Indonesian Journal of Veterinary Science
Inc. A Division of Simon and Schuster & Medicine, 2(1), 1-8.
Engelwood Cliffs, New Jersey. 597 ps. Rahman, E. F. (2010). Efektivitas Ekstrak
Muliani, M., Nurhidayah, N., & Kurniawan, K. Daun Dewa (Gynura pseudochina (Lour.)
(2015). HERBAL MANGROVE SEBAGAI DC) Terhadap Pertumbuhan Candida

63
Oktaviani et al., Fitofarmaka Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens)

albicans pada Plat Dasar Gigi Tiruan Kersen (Muntingia calabura Linn.) Leaves
Resin Akrilik. Majalah Ilmiah Sultan Using the Brine Shrimp Lethality Test
Agung, 48(123), 32-45. (BSLT) Method. Jurnal Natural, 16(2), 37-
Rahman, I.S., Maftuch, & Sanoesi, E. (2018). 44.
Efektifitas Imunostimulan Ekstrak Kasar Sarjito, Prayitno, S.B., Radjasa, O.K., &
Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Hutabarat, S. (2007). Karakterisasi dan
Terhadap Histopatologi Hati Ikan Patin Patogenitas Agensia Penyebab Vibriosis
(Pangasius sp.) yang Diuji Tantang
pada Kerapu Macan (Epinephelus
Bakteri Aeromonas hydrophila. Journal of
Fisheries and Marine Science, 2(2), 47- fuscoguttatus) dari Karimunjawa.
55. Aquacultura Indonesiana, 8(2), 89-95.
Riadini, R. K. (2015). Uji Aktivitas Antioksidan Sipahutar, Lucky Wahyu., Dwinna Aliza,
Ekstrak Daun Sambung Nyawa (Gynura Winaruddin, dan Nazaruddin. 2012.
procumbens (Lour.) Merr.) Berdasarkan Gambaran Histopatologi Insang Ikan Nila
Perbedaan Metode Ekstraksi dan Umur (Oreochromis niloticus) yang Dipelihara
Panen. Disertasi. Universitas Atma Jaya dalam Temperatur Air di Atas Normal. J.
Yogyakarta. Medika Veterinaria, 0852-1943.
Rivai, H., Femiwati, F., & Krisyanella, K. Soelama, H.J.J., Kepel, B.J., & Siagian, K.V.
(2011). Karakterisasi Ekstrak Air Daun (2015). Uji Minimum Inhibitory
Dewa (Gynura pseudochina (L.) DC dan Concentration (MIC) Ekstrak Rumput
Laut (Eucheuma cottonii) Sebagai
Penetapan Kadar Flavonoid Totalnya.
Antibakteri Terhadap Streptococcus
Jurnal Farmasi Higea, 3(1), 16-24. mutans. Jurnal e-GiGi, 3(2), 374-379.
Robert RJ. 2001. Fish Pathology. W. B. Soetarno, S., Suganda, A. G., Sugihartina, G.,
Saunders, USA. & Sukrasno, S. (2000). Flavonoid dan
Robinson, T. (1991). Kandungan Organik
Asam-asam Fenolat dari Daun Dewa
Tumbuhan Tinggi. (Penerjemah: K.
Padmawinata). ITB, Bandung. [Gynura Procumbens (Lour.) Merr.].
Sahari, P. Y. (2018). Perubahan Histopatologi Warta Tumbuhan Obat Indonesia, 6(1).
Ginjal dan Hati Ikan Kerapu Cantang Sumantri, A., Mulyana, & Mumpuni, F.S.
(Epinephelus fuscoguttatus× Epinephelus (2017). Pengaruh Perbedaan Suhu
Pemeliharaan terhadap Histopatologi
lanceolatus) dan Cantik (Epinephelus
Insang dan Kulit Ikan Komet (Carassius
fuscoguttatus×Epinephelus auratus). Jurnal Mina Sains, 3(1), 1-7.
polyphekadion) yang Terinfeksi Bakteri Sumayani, R.K., & Cahyoko, Y. (2008). Daya
Vibrio vulnificus. Thesis. Universitas Antibakteri Perasan Rimpang Lengkuas
Airlangga. Surabaya (Alpinia galanga) dengan Konsentrasi
Saputra, B. (2018). Implementasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Aeromonas hydrophilia Secara In Vitro.
Program Corporate Social Responsibility Jurnal Berkala Ilmiah Perikanan, 3(1), 83-
87.
Konservasi Kawasan Laut Badak LNG di
Tasmin, N., Erwin, & Kusuma, I.W. (2014).
Kota Bontang. eJournal Sosiatri- Identifikasi dan Uji Toksisitas Senyawa
Sosiologi, 6(1), 46-60. Flavonoid Fraksi Kloroform dari Daun
Sari, F.P. & Sari, S. M. (2011). Ekstraksi Zat Terap (Artocarpus Odoratissimus
Aktif Antimikroba dari Tanaman Yodium Blanco). Jurnal Kimia Mulawarman,
(Jatropha multifida Linn) sebagai Bahan 12(1), 45-52.
Baku Alternatif Antibiotik Alami. Fakultas Yadav, A. V., & Bhise, S. B. (2004). Chitosan:
Teknik Universitas Diponegoro, A potential biomaterial effective against
Semarang. typhoid. Current Science, 87(9), 1176-
Sari, I., Miranda, T., & Sadli. (2016). The 1178.
Cytotoxic Activity of n-Hexane Extract of

64

You might also like