Aktivitas Antibakteri Ekstrak Flavonoid Buah Mangrove Sonneratia Alba Terhadap Bakteri Vibrio Alginolitycus
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Flavonoid Buah Mangrove Sonneratia Alba Terhadap Bakteri Vibrio Alginolitycus
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Flavonoid Buah Mangrove Sonneratia Alba Terhadap Bakteri Vibrio Alginolitycus
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak flavonoid buah mangrove S. alba terhadap
bakteri V. alginolitycus. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan uji konsentrasi hambat minimum (KHM)
menggunakan metode dilusi cair, uji diameter zona hambat (DZH) menggunakan metode difusi agar.
Penggunaan kontrol positif Chloramphenicol dan kontrol negatif aquadest sebagai parameter pembanding.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua kali ulangan. Hasil analisis uji lanjut
(Duncan) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan konsentrasi flavonoid mampu memberikan aktivitas
penghambatan yang berbeda nyata terhadap V. alginolitycus yaitu antara konsentrasi 500, 375, dan 250 ppm
dengan luas zona hambat sebesar (10,33 mm), (9,23 mm), dan (8,07 mm). Berdasarkan hasil penelitian,
aktivitas penghambatan ekstrak flavonoid pada konsentrasi 500 ppm tergolong kuat, sehingga mempunyai
potensi sebagai antibakteri V. alginolitycus yang merupakan salah satu bakteri penyebab penyakit ice-ice rumput
laut Kappaphycus alvarezii.
Antibacterial activity of flavonoid extract from mangrove fruit of Sonneratia alba against Vibrio
alginolitycus bacteria. This study aims to determine the antibacterial activity of S. alba mangrove fruit flavonoid
extracts against V. alginolitycus bacteria. Antibacterial activity testing is carried out with a minimum inhibitory
concentration test (MIC) using the liquid dilution method, the inhibition zone diameter test (DZH) uses the agar
diffusion method. The use of Chloramphenicol positive control and aquadest negative control as comparison
parameters. This study used a completely randomized design (CRD) with two replications. The results of further
test analysis (Duncan) showed that the three treatments of flavonoid concentration were able to provide
significantly different inhibitory activity against V. alginolitycus i.e. between concentrations of 500, 375, and 250
ppm with inhibitory zone area of (10.33 mm), (9.23 mm), and (8.07 mm). Based on the results of the study, the
inhibitory activity of flavonoid extracts at a concentration of 500 ppm is quite strong, so has the potential as an
antibacterial to V. alginolitycus which is one of the bacteria that causes seaweed ice-ice desease of
Kappaphycus alvarezii.
Katakunci: Sonneratia alba; flavonoid; anti bakteri; Vibrio alginolitycus; KHM; zona hambat
Keywords: Sonneratia alba; flavonoid; anti bacterial; vibrio alginolitycus; DZH; inhibition zone
55
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Universitas Negeri Gorontalo
metabolit sekunder sebagai bentuk pertahanan diri pada bulan Maret-April 2017, bertempat di
dari hewan-hewan predator seperti serangga, Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
kelelawar, burung dan ulat. Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.
Secara umum, pemanfaatan senyawa Alat-alat yang digunakan yaitu timbangan analitik,
antibakteri seperti flavonoid dari hasil ekstraksi autoclave, inkubator, hotplate stirer, rotary shaker,
tumbuhan herbal adalah untuk mencegah penyakit spektofotometer Uv-Vis, oven, laminary flow, lampu
yang disebabkan oleh bakteri, baik itu pada manusia, spritus (bunsen), erlenmeyer, tabung reaksi, gelas
hewan, dan tumbuhan. Hal ini dilakukanuntuk ukur, gelas kimia, cawan petri, batang pengaduk,
menghindari atau mengurangi penggunaan senyawa mikro pipet, pingset, jarum ose, dan jangka sorong
antibiotik sintetik yang dapat menyebabkan resistensi digital. Bahan-bahan yang digunakan yaitu ekstrak
terhadap bakteri. Sebab penggunaan senyawa flavonoid buah mangrove S. alba, bakteri uji V.
antibiotik sintetik secara terus-menerus, dan alginolitycus, media NB (Nutrient Broth), media NA
minimnya pengetahuan dalam penggunaan dosis (Nutrient Agar), media MHA (Mueller Hinton Agar),
antibiotik yang tepat, malah akan menimbulkan aquadest, antibiotik (Chloramphenicol), alkohol 70%,
masalah baru yaitu resistensi (kekebalan) terhadap kertas cakram, kertas label, alumunium foil dan
bakteri. Berdasarkan hasil penelitian Kurniaji (2014) tissue.
bahwa senyawa antibakteri yang terdapat pada Penelitian ini dilaksanakan dengan metode
ekstrak daun mangrove S. alba mampu menghambat pendekatan eksperimental di Laboratorium. Hasil
pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi penyebab ekstrak senyawa flavonoid buah mangrove S. alba
penyakit vibriosis pada udang, penghambatan diuji aktivitasnya sebagai antibakteri untuk
tersebut diduga adanya peran dari senyawa menghambat pertumbuhan bakteri V. alginolitycus.
flavonoid. Uji aktivitas antibakteri ekstrak flavonoid dilakukan
Pada penelitian ini, ekstraksi senyawa flavonoid dengan metode dilusi (Konsentrasi Hambat Minimum)
dari buah mangrove S. alba diharapkan mampu dan difusi (Diameter Zona Hambat). Penentuan uji
menghambat pertumbuhan bakteri V. Alginolitycus aktivitas antibakteri metode dilusi dilihat secara visual
hasil identifikasi dari rumput laut yang terserang dan diukur nilai kekeruhannya, sedangkan metode
penyakit ice-ice. Kasus penyakit ice-ice ini terjadi di difusi dilihat dari seberapa besar zona/area hambat
salah satu lokasi budidaya rumput laut K. alvarezii yang dihasilkan.
yang ada di Desa Tihengo Kecamatan Ponelo Tahapan awal dari sterilisasi alat yaitu semua
Kabupaten Gorontalo Utara pada bulan September alat dicuci bersih dan dikeringkan. Selanjutnya semua
tahun 2016. Setelah dilakukannya penelitian glass yang akan digunakan dalam penelitian
pendahuluan, bahwa bakteri yang berhasil disterilkan menggunakan oven, tujuannya agar
diidentifikasi dari rumput laut yang terserang penyakit peralatan yang digunakan tidak terkontaminasi oleh
ice-ice adalah bakteri V. alginolitycus. mikroba atau bakteri yang tidak diinginkan
V. alginolitycus adalah bakteri Gram negatif (Capuccino dan Sherman, 2001). Caranya gelas
berbentuk batang dan bergerak dengan flagellum kimia, batang pegaduk, pinset, pisau, spatula dan
(Austin, 1999). V. alginolitycus termasuk bakteri jarum ose dibungkus dengan alumunium foil.
oportunistik, hidup pada air laut dan air payau Erlenmeyer dan gelas ukur terlebih dahulu disumbat
terutama air yang tidak mengalir yang kaya akan dengan kapas lalu dibungkus dengan alumunium foil
bahan organik. Bakteri ini dapat tumbuh optimum dan untuk cawan petri dibungkus dengan kertas.
pada kisaran suhu antara 30-35oC (Prajitno, 2005 Setelah siap, semua alat dimasukkan ke dalam oven.
dalam Reskika, 2011). Bakteri V. alginolitycus Media NA, NB dan MHA disterilkan dalam autoclave
berperan sebagai penyebab kematian pada ikan dan pada suhu 121oC selama 15-30 menit di atas hot
biota laut lainnya hingga mencapai 80-90% (Novriadi plate stirer pada suhu 100oC dan diaduk hingga
dkk., 2010). V. alginolitycus juga bersifat zoonosis mendidih. Setelah itu media didinginkan, diambil
melalui produk perikanan (Austin, 2010 dalam Aris, sebanyak 9 ml dan dimasukkan ke dalam
2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masingmasing lima tabung reaksi, kemudian
aktivitas antibakteri ekstrak flavonoid buah mangrove disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121oC selama
S. alba terhadap bakteri V. alginolitycus. 15-30 menit. Media yang telah disterilisasi dalam
autoclave didinginkan terlebih dahulu dalam laminary
Metodologi Penelitian air flow dengan posisi miring hingga media menjadi
padat. Selanjutnya biakkan bakteri V. alginolitycus
Penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak dari hasil penelitian pendahuluan diinokulasikan
flavonoid buah mangrove S. alba telah dilaksanakan sebanyak 2 ose pada permukaan media miring
56
Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 6 Nomor 2, Juni 2018
secara sinambung, lalu diinkubasi selama 24 jam pertumbuhan bakteri V. alginolitycus menggunakan
pada suhu + 37oC. uji lanjut (Duncan).
Medium cair NB (Nutrient Broth) sebanyak 0,4 g
Results and Discussion
dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian
ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml. Lalu Konsentrasi hambat minimum ekstrak flavonoid
diletakkan di atas hot plate stirer pada suhu 100oC buah mangrove Sonneratia alba
dan diaduk hingga mendidih. Setelah itu media
disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121oC Penentuan hasil uji KHM dilakukan setelah
selama 15-30 menit. Media yang telah disterilisasi masing-masing konsentrasi ekstrak diinkubasi selama
dalam autoclave didinginkan terlebih dahulu dalam 24 jam pada suhu 37oC, dengan mengamati
laminary air flow. Selanjutnya biakkan bakteri V. perubahan yang terjadi pada masing-masing
alginolitycus dari hasil peremajaan diinokulasikan ke konsentrasi ekstrak flavonoid yang telah diberi
dalam media sebanyak 1-2 ose, kemudian dikulturasi suspensi bakteri uji. Konsentrasi ekstrak flavonoid
menggunakan rotary shaker selama 48 jam (2 hari) buah mangrove S. alba yang terlihat agak jernih
pada suhu 37oC dengan kecepatan agitasi 160 rpm mengindikasikan bahwa konsentrasi tersebut
(Suduri, 2017). memberikan aktivitas untuk menghambat bakteri V.
alginolitycus, sedangkan konsentrasi ekstrak yang
Setelah dikulturasi, dilakukan pengukuran nilai terlihat keruh mengindikasikan bahwa larutan ekstrak
absorbansi/kekeruhan pada suspensi bakteri flavonoid buah mangrove S. alba tidak memberikan
menggunakan spektrofotometer Uv-Vis, dengan cara aktivitas menghambat terhadap bakteri V.
dituang 0,5 ml suspensi bakteri ke dalam kuvet dan alginolitycus.
ditambahkan 1,5 ml aquadest. Selanjutnya kuvet
yang berisi suspensi bakteri dimasukkan ke dalam Tabel 1 Hasil pengujian KHM ekstrak flavonoid buah
spektrofotometer Uv-Vis, kemudian diukur mangrove S. alba terhadap bakteri V. alginolitycus
kekeruhannya dengan panjang gelombang 580 nm,
hingga diperoleh nilai absorbansi kekeruhan (optical Perlakuan Konsentrasi
density) pada suspensi bakteri uji adalah 0,600. Nilai Larutan Ekstrak
Hasil Pengujian KHM
optical density 0,600 atau nilai kekeruhan ini akan Flavonoid
digunakan sebagai standar kekeruhan suspensi 500 ppm -
bakteri uji.
250 ppm -
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan
dua metode yaitu metode dilusi dan metode difusi. 125 ppm +
Metode dilusi digunakan untuk penentuan konsentrasi 62,5 ppm +
hambat minimum (KHM) zat antibakteri. Menurut
Sulistijowati dkk., (2015) bahwa pengujian Ket. : - : Jernih (memberikan aktivitas menghambat)
konsentrasi hambat minimum dilakukan yaitu untuk +: keruh (tidak memberikan aktivitas menghambat)
mengetahui konsentrasi minimal suatu zat antibakteri,
yang masih memiliki aktivitas menghambat terhadap Hasil penentuan uji KHM, terlihat jelas bahwa
bakteri uji. Sedangkan metode difusi yaitu semakin tinggi penggunaan konsentrasi ekstrak
menggunakan difusi agar untuk menguji aktivitas flavonoid buah mangrove S. alba terhadap bakteri V.
antibakteri dengan melihat diameter zona hambat alginolitycus, maka semakin banyak jumlah bakteri uji
(DZH) yang terbentuk di sekitar kertas cakram. yang dihambat pertumbuhannya. Hal tersebut
ditandai dengan mulai berkurangnya kekeruhan pada
Pada penelitian utama yaitu pengujian aktivitas setiap kenaikan konsentrasi. Hasil penelitian ini
antibakteri ekstrak flavonoid dengan metode dilusi sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan, (1988)
KHM dianalisis secara deskriptif, sedangkan pada bahwa semakin tinggi konsentrasi zat antibakteri
pengujian diameter zona hambat dengan metode yang diberikan terhadap bakteri uji semakin tinggi
difusi agar menggunakan rancangan acak lengkap pula daya antibakterinya, artinya banyak bakteri akan
(RAL) dengan 2 kali ulangan. Perlakuan yang terhambat pertumbuhannya bila konsentrasi zat
digunakan adalah konsentrasi larutan ekstrak antibakteri yang diberikan lebih tinggi.
flavonoid yang berbeda dari hasil uji KHM. Data yang
diperoleh dari hasil uji diameter zona hambat Setelah diketahui hasil dari pengujian
dianalisis dengan One-Way ANOVA, kemudian untuk konsentrasi hambat minimum secara visual.
mengetahui perbedaan signifikan pada masing- Selanjutnya dilakukan pengukuran nilai absorbansi
masing perlakuan konsentrasi dalam menghambat atau nilai optical density dari masing-masing
57
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Universitas Negeri Gorontalo
58
Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 6 Nomor 2, Juni 2018
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoid alginolitycus pada konsentrasi 375 ppm dan 250 ppm
terhadap pertumbuhan bakteri Vibrio diterangkan oleh dapat dikatakan kurang peka, karena aktivitas
Vikram et al., (2010) dalam Kurniaji, (2014) bahwa menghambat yang dihasilkan oleh kedua konsentrasi
senyawa flavonoid mampu mengubah berbagai tersebut tergolong sedang sebagai antibakteri.
proses fisiologi dari bakteri untuk menghambat Sedangkan bakteri uji yang digunakan pada
pertumbuhannya, diantaranya adalah dengan penelitian ini yaitu V. Alginolitycus merupakan bakteri
menghambat pembentukan biofilm pada V. harveyi Gram negatif.
yang digunakan untuk perlindungan diri dalam suatu
V. alginolitycus sebagai bakteri Gram negatif
koloni dan menghambat pembentukan Type Three
memiliki lapisan yang lebih kompleks dan berlapis-
Secretion System (TTSS).
lapis yaitu selaput sitoplasma, lapisan tunggal
Setelah diketahui terdapat pengaruh ekstrak peptidoglikan, selaput luar yang terdiri dari lipoprotein
flavonoid buah mangrove S. alba terhadap dan lipopolisakarida juga mengandung molekul
pertumbuhan bakteri V. alginolitycus. Selanjutnya protein yang disebut porin. Porin pada membran
dilakukan uji lanjut yaitu dengan uji Duncan. Uji terluar dinding sel bakteri Gram negatif tersebut
Duncan bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang bersifat hidrofilik (Hawley, 2003 dalam Candrasari
signifikan dari masing-masing konsentrasi larutan dkk., 2012). Adanya perbedaaan struktur dan
ekstrak flavonoid buah mangrove S. alba dalam komponen dinding sel tersebut yang menyebabkan
menghambat pertumbuhan bakteri V.alginolitycus. bakteri Gram negatif lebih resisten (Jawetz et al.,
2005).
Tabel 4 Hasil uji Duncan pada masing-masing
Berdasarkan hasil penentuan diameter zona
konsentrasi ekstrak flavonoid buah mangrove S. alba
hambat dan uji analisis statistika, bahwa konsentrasi
terhadap pertumbuhan bakteri V. alginolitycus
terbaik larutan ekstrak flavonoid buah mangrove S.
Konsentrasi Larutan Rata-Rata Diameter alba dalam menghambat pertumbuhan bakteri V.
Ekstrak Flavonoid (ppm) Zona Hambat (mm) alginolitycus yaitu konsentrasi 500 ppm. Konsentrasi
250 8.07a 500 ppm telah menunjukkan rata-rata diameter zona
375 9.23b hambat sebesar 10,33 mm, sehingga konsentrasi
500 10.33c tersebut tergolong dalam kategori penghambatan
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf kuat sebagai antibakteri V. alginolitycus hasil
berbeda menyatakan masing-masing perlakuan identifikasi dari rumput laut K. alvarezii yang
memiliki perbedaan yang signifikan. terserang penyakit ice-ice.
Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan, Sedangkan pada hasil penelitian Rahmadani
bahwa masing-masin perlakuan konsentrasi ekstrak (2015), bahwa konsentrasi 500 µg/ml (ppm) ekstrak
flavonoid buah mangrove S. alba memiliperbedaan etanol 96% kulit batang kayu jawa yang mengandung
yang signifikan dalam menghambat bakteri V. flavonoid mampu menghambat pertumbuhan bakteri
alginolitycus. Hal iditunjukkan antar perlakuan A (250 E. coli dengan kategori penghambatan sedang yaitu
ppm) memiliki perbedaan yang signifikadengan hanya menghasilkan zona hambat (8,5 mm),
perlakuan B (375 ppm) dan C (500 ppm). Perlakuan Helicobacter pylori (8,2 mm), dan Pseudomonas
B (375 ppm) berbesignifikan dengan perlakuan C aeruginosa (8,5 mm).
(500 ppm). Perlakuan C (500 ppm) memiliperbedaan
signifikan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut Kesimpulan dan Saran
disebabkan olperbedaan konsentrasi larutan ekstrak
flavonoid buah mangrove S. alba yandigunakan pada Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
penelitian ini. Sesuai dengan pernyataan Muslimin bahwa ekstrak flavonoid buah mangrove S. alba
(1996) bahwak tivitas antimikroba suatu senyawa mampu menghambat pertumbuhan bakteri V.
kimia ditentukan oleh konsentrasi dan sifadari bahan alginolitycus. Aktivitas penghambatan pada
yang digunakan. konsentrasi ekstrak flavonoid 500 ppm terkategori
kuat yang ditunjukkan dengan diameter zona hambat
Perbedaan diameter zona hambat pada masing- sebesar 10,33 mm. Sehingga ekstrak flavonoid buah
masing perlakuan yang ditunjukkan dalam hasil mangrove S. alba berpotensi sebagai antibakteri.
penelitan ini, mengindikasikan perbedaan kepekaan
bakteri terhadap konsentrasi ekstrak flavonoid buah Dari simpulan di atas maka saran yang dapat
mangrove S. alba yang digunakan. Perbedaan saya berikan yaitu ekstrak flavonoid buah mengrove
aktivitas ekstrak flavonoid buah mangrove S. alba S. alba perlu diaplikasikan sebagai antibakteri pada
dalam menghambat pertumbuhan bakteri V.
59
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Universitas Negeri Gorontalo
Daftar Pustaka
Aris, M. 2011. Identifikasi, Patogenisitas Bakteri Dan Pemanfaatan Gen 16s-rRNA Untuk Deteksi Penyakit Ice-
ice Pada Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii). Disertasi. Sekolah PascaSarjana, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Austin, B. and B. A. Austin. 1999. Bacterial Fish Pathogens: Disease of Farmed and Wild Fish. Third (Revised)
Edition. Springer Praxis Series In Aquaculture and Fisheries. Departement of Biological Sciences.
HeriotWattUniversity. New York. p. 106-139. Diakses Online pada Tanggal 20 November 2016 Pukul
22.00 Wita.
Candrasari, A., Romas, A.M., Hasbi, M., Astuti, R.O. 2012. Uji Daya Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sirih
Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 6538,
Escherichia coli ATCC 11229, dan Candidas albicans ATCC 10231 Secara In Vitro. Biomedika,
Volume 4 Nomor 1, Februari 2012.
Cappucino, J.G., Sherman, N. 2001. Microbiology : A Laboratory Manual, 6 th Edition. Pearson Education Inc.
San Fransisco. USA.
Chusnie, T.P.T., Lamb, A.J. 2005. “Review : Antimicrobial Activity Flavonoids”. International Journal Of
Antimicrobial Agent [Online],Vol. 26 : 343-356. Tersedia : www.ischemo.org.
Jawetz, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Jakarta:
Salemba Medika. Jakarta. Diakses Online pada Tanggal 19 Agustus 2016 Pukul 19.00 Wita.
Kurniaji, A. 2014. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Mangrove (Sonneratia alba) Pada Bakteri Vibrio harveyi
Secara In Vitro. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, Kendari. Kendari.
Lakoro, F. 2017. Penentuan Kadar Flavonoid (Flavon dan Flavonol) pada Buah, Daun, dan Kulit Batang
Mangrove Sonneratia alba Dengan Metode Kolorimetri Alumunium Klorida. Skripsi. Jurusan Teknologi
Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Muslimin, L.W. 1996. Mikrobiologi Lingkungan, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi, jilid I. Hadioetomo, R. S, Tjitrisomo, S.S, Angka,
S.L & Imas, T. (penerjemah). Penerbit : UI Press Jakarta. Jakarta.
Reskika, A. 2011. Evaluasi Potensi Rumput Laut Coklat (Phaeophyceae) Dan Rumput Laut Hijau
(Chlorophyceae) Asal Perairan Takalar Sebagai Antibakteri Vibrio sp. Skripsi. Jurusan Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Hasanudin, Makassar. Sulawesi Selatan.
Saikhia, L.R., Upadhaya, S. 2011. Antioxidant Activity, Phenol and Flavonoid Content of Some Less Known
Meicinal Plants of Assam. International Journal Of Pharma and Bio Sciences. Dibrugarh University,
India Vol 2, No. 1: 383-388.
Suduri, A. 2017. Pengaruh Perasan Kulit Buah Nanas (Ananas comosus .L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo.
Sulsitijowati, R., Nurhajati, J., Awom, I. 2015. The Effectiveness Inhibition Filtrate Bacteriocins Lactobacillus
acidophilus Toward Contaminants Bacteriafrom Swordfish (Auxis rochei) Stew. International Journal of
BioScience and Bio-Technology Vol.7, No.3 (2015), pp. 163-174
60